Anda di halaman 1dari 14

ISSN 2301-7287

JurnalIlmuBudidayaTanaman
Volume 2, Nomor 1, April 2013

PENGUJIAN VIABILITAS DAN VIGOR BENIH BEBERAPA JENIS TANAMAN


YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA AMBON
Lesilolo, M.K., Riry, J dan E.A. Matatula

PENGARUH PERLAKUAN PENCELUPAN DAN PERENDAMAN TERHADAP


PERKECAMBAHAN BENIH SENGON (Paraserianthes falcataria L.)
Marthen., Kaya, E dan H. Rehatta
PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN LECI DI DESA NAKU KOTA
AMBON
Silahooy, Ch
PENGELOLAAN LAHAN ALTERNATIF UNTUK KONSERVASI SUMBERDAYA
AIR DI DAS BATUGANTUNG, KOTA AMBON
Jacob, A

KERUSAKAN TANAMAN CABAI AKIBAT PENYAKIT VIRUS DI DESA


WAIMITAL KECAMATAN KAIRATU
Tuhumury, G.N.C dan H.R.D. Amanupunyo

PENGARUH KOMPOS JERAMI DAN PUPUK NPK TERHADAP N-TERSEDIA


TANAH, SERAPAN-N, PERTUMBUHAN, DAN HASIL PADI SAWAH
(Oryza sativa L)
Kaya, E
ANALISIS STATUS NITROGEN TANAH DALAM KAITANNYA DENGAN
SERAPAN N OLEH TANAMAN PADI SAWAH DI DESA WAIMITAL,
KECAMATAN KAIRATU, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
Patti, P. S., Kaya, E dan Ch. Silahooy
KONSENTRASI SUKROSA DAN AGAR DI DALAM MEDIA PELESTARIAN IN-
VITRO UBI JALAR VAR. SUKUH.
Laisina, J. K. J

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAHAN TANAMAN GANDARIA


(Bouea macrophylla Griff) DI DESA HUNUTH KECAMATAN BAGUALA
KOTA AMBON
Taihuttu, H. N

IDENTIFIKASI LALAT BUAH (Bactrocera spp) DI CHILI, BITTER MELON,


JAMBU DAN JAMBU BOL DI KOTA AMBON
Tariyani., Patty, J. A dan V. G. Siahaya

Halaman Ambon, ISSN


Agrologia Vol. 2 No. 1
1 - 85 April 2013 2301-7287
Agrologia, Vol. 2. No. 1, April 2013, Hal. 73- 85

IDENTIFIKASI LALAT BUAH (Bactrocera spp) DI CHILI, BITTER MELON, JAMBU


DAN JAMBU BOL DI KOTA AMBON

Tariyani., J. A. Patty dan V. G. Siahaya

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Unpatti


Jl. Ir. M. Putuhrena, Kampus Poka Ambon, 97233

ABSTRAK

Lalat buah (Diptera: Tephritidae) merupakan hama penting tanaman hortikultura dengan intensitas serangan mereka
dapat mencapai 100%. Kontrol oleh peraturan karantina dan penggunaan atraktan akan lebih berhasil bila informasi
tentang spesies yang menyerang tanaman hortikultura telah diketahui dengan jelas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi spesies lalat buah yang menyerang lada (Capsicum annum) pare, jambu biji dan jambu bol dan
mengetahui jumlah dan rasio jenis kelamin hama lalat buah. Metode yang digunakan adalah metode survei, dengan
mengambil / mengumpulkan cabai, pare, jambu biji dan jambu bol mengandung lalat buah, gejala serangan
,dipertahankan sampai ditemukan di imago, kemudian diidentifikasi. Berdasarkan hasil penelitian ini menemukan
bahwa lalat buah yang menyerang cabai adalah B. pepaya, pare adalah B. cucurbitae, bool buah jambu biji dan
jambu biji B. albistrigata. Jumlah lalat buah di cabai 21 ekor, pare 176 ekor, 89 ekor bol jambu dan jambu 90 ekor.
Rasio jenis kelamin pada lalat buah cabai (1:1), pare (1:1), jambu bol (1:1) dan jambu biji (2:1).

Kata Kunci: : Cabe, Pare, Jambu air, Jambu bol, Identifikasi, Bactrocera spp.

IDENTIFICATION OF FRUIT FLY (Bactrocera spp) IN CHILI, BITTER MELON,


GUAVA AND GUAVA BOL IN THE AMBON CITY

ABSTRACT

Fruit flies (Diptera: Tephritidae) are important pests of horticultural crops with the intensity of their attacks can
achieve 100%. The control by quarantine regulations and the use of attractants will be more successful when the
information about the species that attack horticultural crops has been known clearly. This study aimed to identify
the species of fruit fly that attack pepper (Capsicum annum), bitter melon, guava and guava bol and to know the
number and sex ratio of fruit fly pests. The method used was the survey methods, by taking/collecting pepper, bitter
melon, guava and guava bol which contained fruit fly attack symptoms, maintained until it was discovered in the
imago, later it was identified. Based on the results of the study, we found that fruit flies that attack the chili was B.
papaya, in bitter melon was B. cucurbitae, in bool guava fruit and guava was B. Albistrigata. The number of fruit
flies in chili was 21, in bitter melon was176, 89 in bol guava, and in guava was 90. Sex ratio in chili fruit flies (1:1),
bitter melon (1:1), guava bol (1:1) and guava (2:1).

Keywords: Chili, Bitter Melon, Guava, Guava Bol, Identification, Bactrocera spp.

PENDAHULUAN penolakan ekspor buah dan sayuran segar


oleh suatu negara pengimpor yang dikarena-
Era perdagangan bebas sangat ber- kan adanya OPT/OPTK terutama yag
dampak pada globalisasi perdagangan buah disebab-kan adanya gejala serangan lalat
dan sayuran segar, sehingga berdampak pula buah (Suputa, 2006).
pada meningkatnya resiko masuk dan Lalat buah subfamili dacinae
tersebarnya OPT/OPTK dari suatu negara merupakan salah satu hama yang banyak
ke Indonesia dan dari satu area ke area lain menimbulkan kerugian pada tanaman
dalam wilayah Indonesia (Stasiun Karantina hortikultura, baik yang dibudidayakan secara
Pertanian, 2010). Telah banyak kasus luas maupun tanaman pekarangan seperti
73

Tariyani dkk, 2013. Identifikasi lalat Buah

mangga, belimbing, jambu, nangka, atraktan ini. Oleh sebab itu penelitian tentang
semangka, melon, pare, dan cabai. Akibat identifikasi berdasarkan tanaman inang sangat
serangan hama ini produksi dan mutu buah penting dilakukan untuk menentukan jenis
menjadi rendah, bahkan dapat mengakibatkan atraktan yang cocok sebagai teknik
gagal panen karena buah berjatuhan sebelum pengendalian lalat buah secara tepat. Tujuan
masak atau buah menjadi rusak saat dipanen. dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
Informasi dari perdagangan internasional jenis-jenis lalat buah yang menjadi hama bagi
menyatakan lalat buah merupakan ancaman cabai, pare, jambu bol dan jambu air di kota
utama sebagai hama kontaminan dan bersifat Ambon serta jumlah dan nisbah kelamin.
sebagai species invasive (Suputa, 2006).
Di Indonesia, surveilan lalat buah METODOLOGI
pertama kali dilakukan oleh Hardy pada tahun
1985 dan menemukan ada 66 jenis lalat buah. Penelitian dilaksanaan di laboratorium
Pada tahun 1992 sampai tahun 1994 Karantina Tumbuhan Stasiun Karantina
dilakukan survey lalat buah secara nasional Pertanian Kls I Ambon pada bulan September
oleh Pusat Karantina Pertanian dan hingga Nopember 2012. Metode yang
mengumpulkan 47 spesies lalat buah. digunakan adalah metode survey, dengan
Perkembangan selanjutnya menurut Drew mengambil/ mengumpulkan buah cabai, pare,
(1994) dalam Badan Karantina Pertanian jambu bol dan jambu air yang terdapat gejala
(2004), disebutkan terdapat 20 spesies serangan lalat buah, di peroleh dari kebun
Bactrocera dorsalis complex di Indonesia. petani/pasar di kota Ambon. Buah yang
Kemungkinan penambahan introduksi lalat dikumpulkan memiliki kematangan dan
buah dari luar negeri ke Indonesia terus ukuran yang sama pada sesama jenisnya.
terjadi di karenakan pemasukan buah-buahan Buah yang ukuran besar seperti pare, jambu
sangat besar pada era perdagangan bebas, bol dan jambu air ditempatkan secara
keterbatasan jumlah petugas Karantina, masih individu dalam toples rearing yang terpisah,
lemahnya koordinasi antara unsur-unsur Bea sementara cabai dalam satu toples diisi
Cukai dengan Karantina dalam pengawasan sebanyak 10 buah. Masing-masing buah
impor buah-buahan segar serta keterbatasan mempunyai ulangan 10 kali. Pemeliharaan/
fasilitas yang dimiliki Karantina Tumbuhan rearing diperlukan untuk memelihara larva
untuk melakukan pengawasan terhadap buah- menjadi imago. Setelah pupa terbentuk maka
buahan impor (Badan Karantina Pertanian, dimasukkan dalam kotak pemeliharan, hal ini
2004). agar imago mempunyai tempat yang agak
Banyak penelitian tentang lalat buah luas dan memudahkan dalam pemberian
yang dilakukan di Indonesia termasuk di pakan. Pemberian pakan dengan madu
Kota Ambon, penelitian yang dilakukan berguna untuk kelangsungan hidup dan
bertujuan untuk pengendalian dengan kesempurnaan warna dari thorak dan
penggunaan zat penarik (atraktan) terutama abdomen lalat buah sehinga mudah untuk
dengan menggunakan senyawa metil eugenol diidentifikasi.
(Petrogenol 800). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan adanya berbagai jenis Pelaksanaan Penelitian
Bactrocera spp yang tertangkap, hal ini (1). Buah yang terdapat gejala terserang
disebabkan penggunaan atraktan tidak hanya lalat buah yaitu terdapat larva lalat buah
menarik lalat buah target pengendalian dikumpulkan, buah yang diambil
namun juga menarik lalat buah di luar target sebagai sampel berukuran sama
pengendalian. Selain itu metil eugenol hanya
(diusahakan sama umur). Pisahkan buah
dapat digunakan untuk menarik beberapa yang diambil dari pohon langsung,
jenis Bactrocera, sementara ada beberapa dengan buah yang telah jatuh di tanah
jenis Bactrocera lain yang tidak tertarik pada maupun yang berasal dari pasar.
74

Agrologia, Vol. 2. No. 1, April 2013, Hal. 73- 85

(3). Bila specimen merupakan Bactrocera


(2). Masukkan buah dalam kantung kertas dorsalis complex maka identifikasi
yang kuat beri label: nomor sampel, dapat dilanjutkan dengan menggunakan
lokasi asal buah, tempat pengambilan CD lucid tersebut.
(tanah, di atas pohon, beli di pasar). (4). Bila specimen bukan Bactrocera doralis
(3). Buah dibawa ke laboratorium, complex maka identifikasi harus
dimasukkan dalam toples rearing yang menggunakan CD cabikey atau
telah diisi tanah/ pasir, satu toples satu pedoman lainnya.
buah atau dengan ukuran/ berat yang (5). Catat yang terdiri nama spesies, jumlah
sama, kecuali buah cabai satu toples induvidu dan jumlah jantan betina.
diisi 10 buah. Tutup dengan kain
kasa/strimin. HASIL DAN PEMBAHASAN
(4). Setelah 7-16 hari, larva telah berpupa,
saring tanah/ pasir halus untuk 1. Kunci Identifikasi Lalat Buah
mengambil pupa, tempatkan pupa dalan (Tephritidae)
cawan petri tutup dengan pasir halus Secara umum karakter morfologi yang
yang steril tipis-tipis dan lembab menjadi penciri utama pada lalat buah
letakkan di dalam kurungan / kotak (Tephritidae) adalah:
pemeliharaan. 1) Pada bagian caput lalat buah dewasa
(5). Setelah lalat buah muncul kira-kira 7-13 karakter morfologi yang sering digunakan
hari , beri makan madu konsentrasi 10 keberadaan dan bentuk facial spot;
persen yang diberi sepon dan 2) Pada bagian thorax dan scutellum
diletakkan dalam cawan petri, basahi karakter yang digunakan sebagai penciri
kembali bila kering beri pakan 5-7 ada/tidaknya lateral presutural vittae;
hari hingga lalat tersebut berkembang 3) Pada bagian sayap karakter yang
sempurna warnanya. digunakan sebagai penciri basal
(6). Matikan lalat buah dengan costal,costal, microtrichia, costal band,
dimasukkan dalam lemari pendingin. anal streak, dan pola sayap;
Simpan dalam kotak kecil karton yang 4) Pada bagian abdomen karakter yang
telah diberi thymol (thymol dibungkus digunakan sebagai penciri keberadaan
tissue). pecten pada serangga jantan, antar terga
(7). Pining lalat buah dengan jarum mikro, ke dua dan seterusnya menyatu atau tidak,
letakkan di atas gabus padat. dan pola warna pada bagian terganya.
(8). Lalat buah siap di identifikasi dengan 5) Pada genus Bactrocera ruas-ruas
menggunakan buku literature/ data abdomen tergum I dan II menyatu, tergum
sheet. III-V terpisah dan genus Dacus ruas-ruas
abdomen menyatu, antara toraks dan
Pengamatan abdomen mempunyai pinggang ramping
(1). Lalat buah yang telah dipinning (petiole) sehingga menyerupai tawon.
diidentifikasi dengan menggunakan Hasil pemeliharaan lalat buah
buku pedoman identifiksi lalat buah CD (Tephritidae) dari buah-buah yang diteliti
cabikey, CD lucid dan CD lalat buah diambil dipinning lalu dicocokkan dengan
dacinae. kunci identifikasi berdasarkan buku
(2). Langkah pertama dalam identifikasi identifikasi yang dibuat oleh Prof. Drew,
adalah menentukan dahulu bahwa lalat 2009 dan CD lucid.
Kunci identifikasi berikut adalah
buah merupakan Genus Bactrocera.
Selanjutnya membedakan Bactrocera kunci identifikasi yang dibuat berdasarkan
dorsalis complex atau bukan. spesies-spesies lalat buah yang ditemukan
selama penelitian.
75

Tariyani dkk, 2013. Identifikasi lalat Buah

1.1. Ciri-ciri lalat buah yang ditemukan pada 31. Dasar skutum hitam...............................32
komoditi cabai
1. Abdomen tidak berpetiole; terga ruas II-
IV bermembran bentuk oval sampai
panjang.....................4 Genus Bactrocera)

32. Pola kosta tepat atau melebihi R2+3


..............................................................34

TepatR2+3
4. Pola kosta sayap memanjang sampai pada
ujung sayap.............................................5
34. Tidak ada spot kuning pada anterior
mesonotal suture................................. 35

5. Tidak terdapat pola sayap selain pola


kosta dan cubital streak .........................20

35. Terga III-V abdomen warna merah coklat


dengan pola T gelap dan atau gelap garis
pinggirnya ( Bactrocera dorsalis
complex)
20. Terdapat Lateral postsutural vittae........22
Tgelap

gelap garis
pinggirnya
22. Terdapat dua seta pada scutellum..........29

Berdasarkan ciri-ciri diatas maka


disimpulkan bahwa specimen merupakan
Bactrocera dorsalis complex, karena
Bactrocera dorsalis complex mempunyai
29. Spesies panjang tidak dominan hitam; jenis-jenis yang sangat banyak dan ciri-
femur antara coklat-kuning hingga coklat- cirinya hampir sama maka perlu dilanjutkan
kuning dengan pola merah-hitam dalam identifikasi menggunakan CD lucid.
gelap......................................................31 The Bactrocera dorsalis Complex of Fruit
Flies (Diptera: Tephritidae: Dacinae) in
Asia berikut Tabel I identifikasi antara
specimen lalat buah (Tephritidae) dari cabai
dengan gambar yang ada pada CD lucid.
76

Agrologia, Vol. 2. No. 1, April 2013, Hal. 73- 85

Tabel 1 : Hasil Identifikasi Specimen dengan


Menggunakan CD. Lucid 9 Abdomen :
pewarnaan
Diskripsi menurut Gambar gelap pada
No gambar pada cd. Lucid spesimen garis pinggir
atas tergum ke
1 Distribusi : Brunei, Indonesia
IV
Timor-timur, Indonesia,
Malaysia, singapura 10 Abdomen :
pewarnaan
2 Sayap: Pola
gelap pada
kosta tepat
garis pinggir
pada
memanjang
garis tulang
atas tergum ke
R2+3
V
3 Sayap : Pola
11 Abdomen :
kosta sayap
garis panjang
memanjang
tengah
sampai pada
berukuran
ujung sayap
dimulai
4 Sayap : Tidak
sempit ke
terdapat pola
sedang
sayap selain
12 Thorak :
pola kosta dan
mesopleuran
cubital streak
strip
5 Thoraks :
berukuran
Panjang
sedang ;
lateral
mencapai
postsutural
setengah
vitta berakhir
antara garis
di belakang
anterior dari
i.a. bristle
notopleoron
13 Facial spot :
6 Thorak : LPV
lebar oval
bentuk pararel
14 Femur :
depan, tengah
dan belakang
pucat
7 Thorak :
15 Tibia : depan,
ukuran LPV
tengah dan
lebar
belakang
gelap ke
hitam-hitaman
8 Abdomen :
pewarnaan
Berdasarkan poin-poin tersebut maka
gelap pada
pilihan nama berakhir pada Bactrocera
garis pinggir
papayae maka dapat disimpulkan bahwa
atas tergum ke
spesimen lalat buah yang ditemukan adalah
III
Bactrocera papayae.
77

Tariyani dkk, 2013. Identifikasi lalat Buah

1.2. Ciri-ciri lalat buah yang ditemukan pada 12. Pola warna pada membran sayap hanya
komoditi pare satu atau pada kedua venansi melintang
1. Abdomen tidak berpetiole; terga ruas II- (Pola melintang tidak dari pola kosta
IV bermembran bentuk oval sampai hingga garis bawah) .............................17
panjang (oval in shape)................4
(Genus Bactrocera)

17. Terdapat medial longitudinal postsutural


vittae......................................................18

4. Pola kosta sayap memanjang sampai pada


ujung sayap..............................................5

18. Skutum berwarna merah bata; pola warna


pada sayap memanjang pada kedua
venansi melintang r-m dan dm-cu ( pucat
pada venansi melintang r-m) .................19
5. Terdapat pola sayap selain pola kosta dan
cubital streak.............................................6

19. Sel basal kosta dan kosta tidak berwarna;


Polakosta
melintang
terga III-V abdmen dengan pola hitam T
dan terga IV dan V pada anterolateral
berwarna gelap Bactrocera (Zeugodacus)
6. Terdapat dua seta pada scutellum ........11 cucurbitae (Coquillett) (CUE)

11. Pola warna pada membran sayap satu atau


dua pola melintang atau satu pola
panjang atau venansi melintang r-m dan
dm-cu ....................................................12
pola hitam

terga IV dan V pada


anterolateral berwarna
gelap

78

Agrologia, Vol. 2. No. 1, April 2013, Hal. 73- 85

Bactrocera (Zeugodacus) 12. Pola warna pada membran sayap satu atau
cucurbitae (Coquillett) lebih pola melintang sayap dari pola
kosta hingga garis bawah.......................13
1.3.Ciri-ciri lalat buah yang ditemukan pada Satu pola
komoditi jambu bol dan jambu air melintang sayap
1. Abdomen tidak berpetiole; terga ruas II- dari pola kosta
IV bermembran bentuk oval sampai hingga garis bawah
panjang (oval in shape)......4
(Genus Bactrocera)
13. Pola warna pada membran sayap satu pola
melintang dari pola kosta hingga ke garis
belakang.................................................14

4. Pola kosta sayap memanjang sampai


pada ujung sayap................................5 14. Pola kosta hanya melewati R2+3;
mesopleoral stripe tidak mencapai atas
postpronotal lobe ...................................15

5. Terdapat pola sayap selain pola kosta dan


cubital streak...........................................8

8. Terdapat dua seta pada scutellum .........11 15. Postpronotal lobe kuning; lateral
postsutural vittae kuning ukuran sedang,
memanjang dan berakhir sebelum
ia.seta......Bactrocera albistrigata (de
Meijere) (CUE)

11. Pola warna pada membran sayap satu atau Postpronotal lobe
dua pola melintang sayap atau satu pola kuning

panjang atau venansi melintang r-m dan


dm-cu.....................................................12

79

Tariyani dkk, 2013. Identifikasi lalat Buah

baik yang masih menggantung pada tanaman


lateral postsutural maupun yang sudah jatuh.
vittae kuning ukuran Rendahnya jumlah imago yang didapat
sedang , memanjang karena sulitnya mencari buah yang terserang
dan berakhir dalam kondisi sudah terdapat larva, hal ini
sebelum ia.seta kemungkinan karena telah dilakukannya
pengendalian lalat buah pada cabai secara
tepat misalnya dengan menggunakan
perangkap metil eugenol dan selain itu untuk
Bactrocera albistrigata
sentra pertanaman cabai lainnya seperti di
(de Meijere)
Waiheru sangat berkurang karena curah
hujan yang tinggi pada bulan-bulan sebelum
pengambilan sampel yaitu bulan Juni, Juli
dan Agustus (rata-rata 691 mm/hr) sehingga
2. Kondisi Sampel banyaknya kematian tanaman cabai di kota
a. Cabai Ambon, curah hujan ini juga menghambat
Sampel buah cabai yang diambil sangat perkembangan dan pergerakkan lalat buah.
bervariasi dari yang muda hingga yang tua
dengan menunjukan gejala titik /lubang hitam b. Pare
bahkan ada yang sudah terdapat larva d Buah pare yang diambil sebagai
idalam buah tersebut. Sampel cabai ini sampel adalah buah pare yang telah
dipelihara pada 10 toples yang berisikan menunjukan gejala lubang yang cukup besar
masing-masing 10 buah cabai. Setelah 7- 9 dengan ada bagian buah yang berwarna
hari perearingan dibuka untuk diambil kuning karena membusuk, saat di buka telah
pupanya dengan hasil yaitu pada dua toples terdapat larva berwarna krem cerah. Buah
tidak terdapat pupa pada komoditi berasal pare yang telah diinfeksi larva ini dipelihara
dari pasar Mardika eks Waimital dan eks pada 10 toples, dalam satu toples diisi satu
Batu Lubang (SBB). Sampel cabai yang buah pare yang berukuran panjang 20 cm
diambil masih hijau dengan gejala yang sama dengan ketebalan 5-7 cm, dari 2 lahan petani
yaitu adanya titik lubang hitam pada buah sampel, semua sampel telah terdapat larva
namun setelah di rearing yang didapat bukan sehingga dari sepuluh toples pemeliharaan
lalat buah (Tephritidae) melainkan famili dapat dihasilkan imago yang cukup
droshophilidae demikian juga pada toples- melimpah.
toples rearing yang lain telah terkontaminasi Dalam pengendalian lalat buah yang
oleh famili droshophilidae. menyerang pare, petani menggunakan
Lokasi pengambilan sampel diperoleh insektisida kontak dan membuang buah yang
informasi yaitu untuk daerah telaga kodok terserang ke dalam kali (dimusnahkan),
(Balai Benih Hortikultura), berdasarkan hasil namun karena lalat buah ini menyerang
wawancara dengan petani/ pegawai pertanian dalam buah menyebabkan insektisida kontak
bahwa pada lokasi pertanaman cabainya telah (Klensect) tidak dapat membunuh lalat buah
dilakukan pengendalian yaitu menggunakan yang telah terdapat dalam buah. Sehingga
atraktan Petrogenol 800, sehingga tidak masih didapat gejala yang telah terdapat larva
ditemukan gejala serangan lalat buah pada hidup yang menyerang buah pare.
semua tanaman cabainya.
Kesulitan dalam pengambilan sampel c. Jambu Bol
cabai juga terjadi pada dua lokasi di
Hutumuri. Pada lokasi ini hanya tanaman Sampel buah jambu bol di ambil dari
cabai besar yang terdapat gejala lalat buah pasar dan kebun di kota Ambon dengan
gejala buah lembek dimana bila dibuka telah

80

Agrologia, Vol. 2. No. 1, April 2013, Hal. 73- 85

terdapat larva yang berwarna krem cerah. pengendalian lalat buah, baik dengan sanitasi
Buah jambu bol yang terdapat larva ini di maupun obat-obatan sehingga tidak terlalu
pelihara dalam 10 toples, dalam satu toples sulit untuk mendapatkan sampel jambu air
diisi satu buah jambu bol dengan ukuran yang terinfestasi lalat buah.
antara 5-7 cm dengan ketebalan 5 cm.
Pemilik tanaman jambu bol di kota 3. Spesies Lalat Buah, Jumlah dan Nisbah
Ambon tidak pernah melakukan pengendalian Kelamin
lalat buah, baik dengan sanitasi maupun obat- a. Spesies Lalat Buah.
obatan sehingga tidak terlalu sulit untuk
mendapatkan sampel dari jambu bol ini. Berdasarkan hasil dan hasil identi-
fikasi, lalat buah pada buah cabai, pare,
d. Jambu Air jambu bol dan jambu air yang diambil dari
Sampel buah jambu air diambil dari pasar dan kebun di kota Ambon didapatkan
tanaman di desa Galala dan di kompleks Stain tiga jenis lalat buah famili Tephritidae yang
kota Ambon dengan gejala buah lembek dan disajikan dalam Tabel 2.
bila dibuka telah terdapat larva yang Keempat jenis buah yang diteliti
berwarna krem cerah. Buah jambu air yang diperoleh jenis-jenis lalat buah yang berbeda
terdapat larva di pelihara dalam 10 toples, antara satu dengan yang lainnya kecuali pada
dalam satu toples diisi satu buah jambu bol jambu bol dan jambu air. Gambar jenis-jenis
dengan ukuran antara 5-7 cm dengan lalat buah yang ditemukan pada komoditi
ketebalan 5 cm. cabai, pare, jambu bol dan jambu air terdapat
Pemilik tanaman jambu air di kota pada Gambar 1.
Ambon juga tidak pernah melakukan

Tabel 2. Spesies Lalat Buah (Famili Tephritidae) yang Ditemukan pada Cabai, Pare, Jambu Bol,
Jambu Air di Kota Ambon

No. Buah Asal sampel Jenis lalat buah


1 Cabai (Capsicum annum Pasar Mardika (eks Waimital, B. Papayae
dan Capsicum frutescent) Makassar, Surabaya, Taniwel, Batu
Lubang).
Kebun Hutumuri, Passo

2. Pare (Momordica Kebun Nania dan Waiheru B. Cucurbitae


charantina)
3. Jambu bol (Syzygium Kebun Batu Meja, Stain, Passo B. albistrigata
malaccense L.) (de Meijer)
4. Jambu air (Syzygium Galala, Stain B. albistrigata
aqueum) (de Meijer)

a b c

Gambar 1. Jenis lalat buah: a. B.papayae, b. B.cucurbitae, c. B.albistrigata


81

Tariyani dkk, 2013. Identifikasi lalat Buah

Identifikasi lalat buah komoditi cabai tanaman inang komersial dari B.albistrigata
hasilnya tidak berbeda dengan hasil penelitian ini jenis Syzygium spp., Myrtaceae lainnya ,
Mutia A. A. (2009). Spesies lalat buah yang almond (Terminalia catappa). Di Malaysia
berasal dari pemeliharaan buah cabai yang menyerang water apple (S. samarangense),
terinfestasi didapat Bactrocera papayae. watery rose-apple (S. aqueum) di jawa
Hasil pemeliharaan buah pare yang terekam menyerang Malay-apple (S.
terinfestasi lalat buah (Tephritidae) teriden- malaccense).
tifikasi adalah B.cucurbitae, Hasil ini sesuai Dalam CD cabilucid diperoleh
dengan hasil identifikasi Doharey dalam keterangan bahwa B. papayae banyak
Dhillon et al. (2005) menyebutkan bahwa menyerang buah termasuk jambu air dan
lalat buah ini menginfeksi lebih dari 70 jambu bol dan daerah sebarannya termasuk di
spesies tanaman inang seperti pare Indonesia. Tidak didapatkannya B.papayae
(Momordica charantia), melon (Cucumis pada jambu bol atau pun jambu air
melo), pare belut (Trichosants anguina). kemungkinan bahwa B.papayae lebih
Dalam keterangannya pada cd.cabilucid menyukai buah cabai dibandingkan jambu bol
dijelaskan bahwa jenis lalat buah atau pun jambu air.
B.cucurbitae ini banyak menyerang buah- Berdasarkan pemeliharaan lalat buah
buah dan daerah penyebarannya di Indonesia yang dilakukan dari buah cabai, pare, jambu
adalah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, bol dan jambu air maka dihasilkan jumlah
Sumatera, Timor. B.cucurbitae ini tertarik imago dan Jumlah Jantan/ Betina yang dapat
dengan atraktan curelure, dan sesuai dengan dilihat pada Tabel 3.
hasil traping yang dilakukan Stasiun Data pada Tabel 3 menunjukkan
Karantina Pertanian Ambon dengan bahwa buah yang berukuran besar dapat
menggunakan atraktan cure lure tertangkap terinfestasi lalat buah dengan jumlah
B.cucurbitae ini sehingga dinyatakan bahwa terbanyak yaitu pare (176 ekor) dan terkecil
daerah Maluku telah terinfestasi B.cucurbitae. pada cabai (21 ekor), hal ini kemungkinan
Pada hasil pemeliharaan buah jambu bahwa buah yang berukuran besar
bol dan jambu air yang terinfestasi dihasilkan menyediakan tempat dan ketersediaan pakan
lalat buah (Tephrtidae) teridentifikasi adalah yang besar untuk larva lalat buah sehingga
jenis B. Albistrigata. Berdasarkan keterangan dapat meletakkan telur dalam jumlah besar
dalam cd.cabilucid dinyatakan bahwa

Tabel 3 : Jumlah Lalat Buah dan Jumlah Jantan/ Betina Hasil Pemeliharaan

No Buah Pupa Imago Mortalitas Mortalitas % Jantan Betina


1 Cabai 26 21 5 19,23 12 9
2 Pare 181 176 5 2,76 79 97
3 Jambu Bol 100 89 11 11,00 48 41
4 Jambu Air 95 90 5 5,26 58 32

b. Jumlah dan Nisbah Kelamin


Perbedaan kelamin jantan dan betina
dapat dilihat dengan ciri- ciri adanya
ovipositor pada lalat buah betina, ovipositor
ini berguna sebagai alat tusuk untuk
memasukkan telur pada buah (Gambar 2) a b

Gambar 2. Jenis Kelamin: a) Betina


dan b) Jantan
82

Agrologia, Vol. 2. No. 1, April 2013, Hal. 73- 85

Seekor imago lalat buah betina penelitiannya menyatakan bahwa pemaparan


meletakkan telur antara 1-10 butir di satu ME dapat meningkatkan keberhasilan kawin
buah dan dalam sehari mampu meletakkan pada B.carambola.
telur sampai 40 butir (Kardinan, 1998), Soesilohadi dkk (2005) dalam jurnal
sedangkan menurut Fukai, Narayan dan berkala ilmiah menyatakan bahwa rasio seks
Batra (Dhillon et al., 2005) bahwa lalat buah (jantan/betina) lalat buah cenderung menurun
imago mampu hidup 21 hingga 179 hari . dengan meningkatnya kelimpahan inangnya
Menurut Bateman (1972) dalam Sodiq demikian pula peningkatan suhu udara
(1999), pakan larva dan imago berpengaruh cenderung menurunkan rasio seks lalat buah.
terhadap perkembangan, keperidian dan Nisbah kelamin yang didapat dari
ketahanan hidup serangga. Jenis pakan yang hasil pemeliharaan buah cabai, pare, jambu
banyak mengandung asam amino, vitamin, bol dan jambu air menunjukan perbanding
mineral, air dan karbohidrat dapat mencapai 1:1 dan 2:1. Hasil ini
memperpanjang lama hidup serta dimungkinkan karena faktor kondisi alam
meningkatkan keperidian serangga. Maluku masih menyediakan tanaman inang
Jumlah dan nisbah kelamin lalat buah yang berlimpah sebagai pakan lalat buah dan
lalat buah yang diperoleh juga di pengaruhi suhu udara yang tinggi sehingga mengecilkan
oleh jenis protein yang di konsusmsi lalat seks rasio lalat buah. Namun ketersediaan
buah betina dewasa. Menurut Andrewartha tanaman yang mengandung metil eugenol
dan Birch (1954) lalat buah yang yang banyak di alam Maluku juga
mengkonsumsi protein hidrolisat yang kaya menyebabkan keberhasilan kawin pada lalat
akan asam amino meletakkan lebih banyak buah sehingga dapat dimungkinkan
telur dari pada lalat buah yang mengkonsumsi perkembangan populasi lalat buah yang tinggi
protein hidrolisat yang mengandung sedikit sehingga dapat merusak produk pertanian.
asam amino. Menurut Hendrichs dkk. (1993) Usaha pengendalian dengan teknik
dalam Kuswadi et al. (1999), lalat buah menurunkan rasio seks jantan dapat
dewasa memerlukan berbagai macam asam menggunakan senyawa atraktan disesuaikan
amino agar mampu menghasilkan telur. dengan spesies yang menyerang komoditi,
Kandungan protein yang berbeda akan menurut Drew (2009) bahwa Bactrocera
mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan. papayae dapat ditangkap dengan
Menurut Chapman (1969), protein sangat menggunakan senyawa atraktan metil eugenol
penting untuk produksi telur. sedangkan Bactrocera cucurbitae dan
Soesilohadi (2002) dalam disertasinya Bactrocera albistrigata dapat di tangkap
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dengan menggunakan senyawa cure lure.
kelimpahan populasi lalat buah dengan
kelimpahan populasi buah dari tanaman KESIMPULAN
inang.
Berdasarkan penelitian di labora- 1. Hasil pemeliharaan di laboratorium
torium Universitas Sumatra Utara oleh menunjukan bahwa lalat buah yang
Pangestiningsih dkk (2012), dihasilkan bahwa menyerang cabe adalah B. papaya, buah
komposisi rasio seks berpengaruh nyata pare adalah B. cucurbitae, buah jambu
terhadap perkawainan. Dalam penelitian itu bool dan jambu air adalah B. albistrigata.
dihasilkan bahwa komposisi rasio seks jantan 2. Jumlah lalat buah pada cabai 21 ekor,
betina yang mengalami perkawinan tertinggi pare 176 ekor, jambu bool 89 ekor dan
adalah jumlah jantan dan betina yang paling jambu air 90 ekor. Banyak atau sedikitnya
banyak yaitu 200 jantan : 100 betina (2:1). lalat buah yang menyerang pada satu buah
Keberhasilan perkawinan dipengaruhi lalat berkorelasi terhadap besar kecilnya
buah yang telah memakan senyawa methil buah yang diserang.
eugenol. Seftiarini dan Amelia (2011) dalam
83

Tariyani dkk, 2013. Identifikasi lalat Buah

3. Nisbah kelamin lalat buah pada cabai Pembiakan Massal Lalat Buah
(1:1), pare (1:1), jambu bool (1:1) dan Bactrocera carambolae (Drew and
jambu air (2:1). Hancock) Dengan Makanan Buatan.
Dalam Kumpulan Laporan Akhir
DAFTAR PUSTAKA Pelaksanaan RUT VI 1997/2000.
Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Andrewatha H. G. dan L. C. Birch. 1954, The Jakarta.
Distribution and Abundance of
Animals. The University of Chicago Mutia, A.A. 2009. Identifikasi Lalat Buah
Press. Chicago & London. (Diptera: Tephritidae) dan Kerusakan
pada Buah Cabai (Capsicum annum)
Badan Karantina Pertanian. 2004. Petunjuk di Kebun Balitsa Lembang,
Teknis Surveilan Lalat Buah, Pusat www.sith.itb.ac.id/.../2009_S1
Teknik dan metode. Jakarta. [23/11/2012]
CABI. 2007. Cabikey to the Indo-Australian Nsputra. 2010. Lalat Buah Tephritid; Majalah
Dacini fruit flies. CD-ROM. CAB Serangga online.htm [20/09/2012]
International,Wallingford.
Pangestiningsih, Yuswani S., Suzana F. 2012,
Chapman R. F., 1969. The Insect Structure Komposisi Sex Ratio Terhadap
and Function 4th Edition. Cambrige Perkawinan Lalat Buah (Bactrocera
University Press. New York. pp 69- dorsalis H.) Di Laboratorium,
93. http://repository.usu.ac.id/handle/1234
[28/01/2013].
Dhillon M.K., Ram Singh, Naresh J.S. and
Sharma H.C. (2005). The Melon Soesilohadi, R.C.H., Permana A.D., Subahar
Fruit Fly, B. Cucurbitae: A Review of T.S.S., Sastrodihardjo S. 2011,
its Biology and Management Fluktuasi Rasio Seks Lalat Buah
http://www.insectscience.org. (Bactrocera carambolae) dan
[07/12/2012]. Parasitoid (Biosteres vandesboschi)
Sebagai Tanggapan Terhadap
Drew. 2009. Fruit flies of Indonesia: Their Fluktuasi Kelimpahan Tanaman Inang
Identification, Pest Status and Pest Dan Suhu Lingkungan; Berkala
management, Third Trining Workshop Ilmiah Biologi.
ICMPFF dan Deptan.
Soesilohadi, R.C.H. 2002, Dinamika
Jatmiko, I. P. 2011. Selasih Pengendali Lalat Populasi Lalat Buah B. carambolae
Buah, http://Jogja Seed\Center Drew dan Hancock (Diptera:
Yogyakarta [20/08/2012] Tephritidae); Perpustakaan Digital
ITB.
Kardinan, A. 1998. Pengaruh Cara Aplikasi
Minyak Suling Melaleuca Bracteata Seftiarini dan Amelia. 2012. Pengaruh Metil
dan Metil eugenol terhadap Daya Eugenol Terhadap Kemampuan
Pikat lalat Buah Bactrocera dorsalis. Kawin Lalat Buah Jantan Bactrocera
Jurnal perlindungan Tanaman carambolae Drew dan Hancock
Indonesia, Jakarta. (Diptera:Tephritidae). E-Library
Universitas Brawijaya;
Kuswadi, A. N., I. A. Nasution, M. http://elibrary.ub.ac.id/handle/123456
Indrawatmi dan Darmawi. 1999. 789/30714 [13/01/2013].
84

Agrologia, Vol. 2. No. 1, April 2013, Hal. 73- 85

Universitas Pembangunan Nasional


Subahar, Tati, S.S dan T. Lentera. 2004. Veteran. Surabaya.
Khasiat & Manfat Pare: Si Pahit
Pembasmi Penyakit, AgroMedia Siwi, S.S., Hidayat P dan Suputa. 2006.
Pustaka, Jakarta. Taksonomi dan Bioekologi Lalat
Buah Penting di Indonesia. BB-
Suputa, 2006, Pedoman Identifikasi Hama Biogen. Bogor.
lalat Buah, Direktorat Perlindungan
Tanaman Hortikultura, Jakarta. Verheij, E.W.M dan R.E. Coronel (eds.).
1997. Sumber Daya Nabati Asia
Stasiun Karantina Pertanian. 2010. Laporan Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat
Hasil Pemantauan OPT/OPTK Tahun dimakan: PROSEA Gramedia.
2010, Ambon. Jakarta.

Sodiq, M. 1999. Hama Lalat Buah dan Cara


Pengendaliannya. Fakultas Pertanian
.

85


Anda mungkin juga menyukai