Anda di halaman 1dari 13

KEANEKARAGAMAN JENIS CAPUNG (ODONATA) PADA AREAL

PERSAWAHAN DI KECAMATAN TABIR DAN DI KECAMATAN


PANGKALAN JAMBU KABUPATEN MERANGIN

(The Diversity Of Dragonfly Types (Odonata) In The Rice Fields In The Tabir District
And In The Pangkalan Jambu District Merangin Regency)

Effi Yudiawati*, Lusi Oktavia**

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan keanekaragaman jenis-jenis capung (odonata) di
kawasan sawah Kec. Pangkalan jambu dan Kec. Tabir Kabupaten Merangin. Pengambilan sampel capung dilakukan di
Kecamatan Pangkalan Jambu (Desa Bungo Tanjung dan Tanjung Mudo) dan Kecamatan Tabir (Desa Seling dan Desa
Kampung Baru) Kabupaten Merangin. Identifikasi capung dilakukan di Laboratorium Universitas Muara Bungo. Penelitian
ini dimulai dari tanggal 03 Februari 2019 sampai dengan tanggal 30 April 2019.
Penelitian ini berbentuk survei dan metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Random
Sampling. Pada tiap kecamatan dipilih dua desa sebagai tempat pengamatan. Pada tiap petak pertanaman ditentukan petak
sampel yang berukuran 5 x 5 m secara sistematis pada garis diagonal. Pengambilan sampel Capung di lapangan dilakukan
sebanyak 6 kali dengan interval pengambilan sampel dua minggu sekali yang dilakukan dengan dua metode yaitu koleksi
secara langsung yaitu menangkap dengan tangan setiap Capung yang ditemukan pada petak sampel dan Metode jaring ayun.
Adapun Variabel yang diamati adalah Identifikasi capung, Indeks Keanekaragaman, Indeks Kemerataan Spesies dan
Kekayaan Spesies.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis-jenis capung (odonata) pada aeral persawahan di Kecamatan Pangkalan
Jambu adalah 12 spesies dan 10 spesies di Kecamatan Tabir dengan rincian 8 spesies yang sama yaitu Crocodemis servilia,
Orthetrum chrysis, Orthetrum testaceum, Orthetrum pruinosum, Orthetrum sabina, Diplacodes travilis, Agriocenemis
femina, Agriocenemis pygmea, dan 6 spesies yang berbeda Pseudagrio pruinosum, Coriagrio colamineum, Orthetrum
glaucum, Potamarcha congener, Libellago lineata dan Copera marginipes. Keanekaragaman jenis-jenis capung (odonata)
yang ada di kawasan sawah Kecamatan Pangkalan jambu dan kecamatan Tabir Kabupaten Merangin berada pada tingkat
sedang dengan indeks keanekaragaman sebesar 2,03 – 2,15, tingkat kemerataan yang stabil dengan indeks kemerataan 0,86-
0,88 serta areal persawahan di kecamatan Pangkalan Jambu memiliki kekayan spesies yang lebih tinggi dibandingkan
kawasan sawah kec. Tabir.

Kata Kunci :Keanekaragaman, Spesies Capung, Areal Persawahan

ABSTRACT

This study aimed to determine types and diversity of dragonflies species (odonata) in Pangkalan Jambu District
and Tabir District Merangin Regency. The sampling of dragonflies was carried out in Pangkalan Jambu District (Bungo
Tanjung Village and Tanjung Mudo village) and Tabir District (Sling Village and kampung baruh Village) Merangin
Regency. Identification of dragonflies was carried out at the Muara Bungo University Laboratory. This study began from
February, 3th to April, 30th 2019.
This research takes the form of a survey and kind of the sampling method is Purposive Random Sampling. In each
district two villages were chosen as observation sites. In each planting plot, a sample plot of 5 x 5 m was determined
systematically on a diagonal line. Dragonfly sampling in the field was carried out as much as 6 times with biweekly
sampling intervals which were carried out by two methods, namely direct collection, with catching by hand every dragonfly
found in the sample plot and swinging method. The variables observed were dragonfly identification, diversity index, species
evenness and species richness index.
The results showed that the types of dragonflies (odonata) in rice fields in Pangkalan Jambu district were 12
species and 10 species in Tabir district with details of the same 8 species namely Crocodemis servilia, Orthetrum chrysis,
Orthetrum testaceum, Orthetrum pruinosum, Orthetrum sabina, Diplacodes travilis, Agriocenemis femina, Agriocenemis
pygmea, and 6 different species of Pseudagrio pruinosum, Coriagrio colamineum, Orthetrum glaucum, Potamarcha
congener, Libellago lineata and Copera marginipes. The diversity of dragonfly species (odonata) in the paddy field of
Pangkalan jambu district and Tabir district of Merangin Regency is at a moderate level with a diversity index of 2.03 - 2.15,
a stable level of evenness with an evenness index of 0.86-0, 88 and rice fields in the Pangkalan Jambu district have higher
species richness compared to the rice field area.

Keywords: Diversity, Dragonflies, Rice Fields


PENDAHULUAN dan memangsa berbagai jenis serangga serta
organisme lain termasuk serangga hama tanaman
Pada ekosistem persawahan terdapat padi seperti, Chilo sp (penggerek batang padi),
beranekaragam jenis serangga, termasuk capung. Nilaparvata lugens (wereng coklat), Leptocorisa
Capung dimasukkan kedalam ordo Odonata, karena acuta (walang sangit) (Ansori, 2009). Capung
mempunyai rahang yang bergigi. Di bagian labium memegang peranan yang sangat penting pada
(bibir bawah) terdapat tonjolan-tonjolan (spina) ekosistem persawahan. Disamping itu juga, bagi
tajam menyerupai gigi (Amir dan Kahono, 2003). manusia capung juga memiliki peranan penting yaitu
capung adalah kelompok serangga yang berukuran sebagai indikator pemantauan kualitas air disekitar
sedang sampai besar dan sering kali berwarna lingkungan hidup. Nimfa capung pada air yang
menarik. Serangga ini menggunakan sebagian besar tercemar atau di sungai yang tidak ada tumbuhannya
hidupnya untuk terbang. tidak akan bisa hidup, jadi keberadaan capung secara
Capung juga memiliki tubuh yang langsing tidak langsung dapat menandakan perairan
dengan dua pasang sayap, dan memiliki pembuluh sekitarnya masih bersih (Susanti, 1998).
darah jala. Selain itu capung juga memiliki antena Tingginya tingkat serangan hama dapat
pendek yang berbentuk rambut, kaki yang diakibatkan oleh keadaan iklim, teknik budidaya,
berkembang baik, alat mulut tipe pengunyah, mata fenologi tanaman, dan juga aplikasi pestisida yang
majemuk yang besar, abdomen panjang dan langsing dilakukan secara tidak bijaksana. Aplikasi
(Borror, 1992). Capung mampu berkembang biak insektisida secara terus menerus dengan interval
pada hampir di semua perairan tawar yang tidak waktu yang sangat rapat oleh petani menyebabkan
terlalu panas, asam atau asin, dari perairan yang matinya musuh-musuh alami hama yang banyak
berada didataran tinggi hingga yang berada di terdapat di lahan langsung dapat menyebabkan
dataran rendah (Paulsen, 2011 dalam Rizal S, Hadi penurunan produksi yang cukup berarti.
M. 2015). Adanya serangan organisme pengganggu
Capung menghabiskan sebagian hidupnya tanaman (OPT) di pertanaman padi sawah ini
sebagai nimfa yang sangat bergantung pada habitat mendorong petani untuk melakukan pengendalian
perairan seperti sungai, sawah, danau, rawa atau organisme pengganggu tanaman, termasuk hama
kolam. Capung hidup diperairan tawar, namun ada dengan menggunakan pestisida sintetis. Dalam
beberapa yang beradaptasi untuk tahan terhadap melakukan pengendalian hama ini, sebagian besar
kadar garam (Susanti, 1998). Sesaat setelah petani melakukan aplikasi pestisida secara tidak
meletakkan telurnya dengan berbagai cara sesuai bijaksana, dimana aplikasi dilakukan tanpa
dengan jenisnya, ada yang menyimpannya di sela- mempertimbangkan dosis, waktu, cara, dan sasaran
sela batang tanaman, ada pula yang menyelam untuk yang tepat, sehingga aplikasi yang tidak bijaksana
meletakkan telur-telurnya. Oleh karena itu hidup tersebut mengakibatkan terbunuhnya organisme
capung sangat berikatan dengan keberadaan air bukan sasaran, seperti terbunuhnya musuh-musuh
disekitarnya (Susanti, 1998). alami hama, baik parasitoid, predator, dan pathogens
Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, pH, serangga yang banyak terdapat di lahan pertanaman
kelembaban udara, serta ketersediaan air dan padi sawah. Matinya musuh-musuh alami hama ini
makanan yang sesuai pada suatu habitat/ekosistem dapat mengakibatkan terjadinya resistensi,
sangat diperlukan oleh capung untuk dapat resurgensi, dan ledakan hama kedua/ hama
menunjang kehidupannya. Menurut Corbet 1980, sekunder. Beberapa hama utama yang terdapat di
dalam Ansori 2009, menyatakan bahwa perbedaan pertanaman padi sawah adalah Scirpophaga
jumlah individu odonata pada suatu daerah incertulas, Nilaparvata lugens, Nephotettix
disebabkan oleh pengaruh kualitas lingkungan suatu virescens, Scothinophora coarctata, Leptocarisa
habitat, seperti: pH, suhu, kelembaban udara, oratorius, Rattus argentiventer, Orseolia oryzae,
kondisi faktor kimia dan ketersediaan makanan. Cnaphalocrocis medinalis, Nympula depunctalis,
Berdasarkan hal tersebut, maka tentu terdapat Spodoptera litura, Melanitis leda ismene, Naranga
perbedaan faktor lingkungan pada ekosistem sawah aenescens, Grylotalpha orientalis, Hydrellia
dengan ekosistem-ekosistem lainnya, yang phillipina, Pomacea canaliculata, dan Lonchura
memungkinkan terdapat perbedaan jenis capung spp. (Syam, 2011).
yang hidup didalamnya. Salah satu cara mengatasi hal tersebut
Capung merupakan salah satu serangga adalah dengan menerapkan konsep pengendalian
predator, baik dewasa maupun dalam bentuk nimfa, hama terpadu/konsep PHT (pegendalian Hama
Terpadu). Dalam konsep PHT, aplikasi pestisida Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
baru data dilakukan apabila beberapa teknik adalah tali rafia, kantong plastik, alkohol 70 %,
pengendalian yang dilakukan tidak memperlihatkan patok kayu. Alat–alat yang digunakan adalah botol
hasil yang baik/ aplikasi insektisida merupakan urien, jaring ayun, pisau, kamera, pinset dan alat
alternatif terakhir dan penggunaannya sangat selektif tulis dan buku identifikasi naga terbang wendit
dalam mengendalikan hama sasaran. Menurut (2013) dan dragonflay of yogyakarta (2017).
Untung (2006) menyatakan bahwa PHT lebih Penelitian ini berbentuk survei dan metode
mengutamakan pengendalian dengan memanfaatkan pengambilan sampel yang digunakan adalah
peran berbagai musuh alami hama yang terdapat di Purposive Random Sampling (lampiran 2). Pada tiap
lapangan. kecamatan dipilih dua desa sebagai tempat
Musuh alami merupakan organisme yang pengamatan. Pada tiap petak pertanaman ditentukan
terdapat di alam secara alami, dimana keberadaan petak sampel yang berukuran 5 x 5 m secara
dapat melemahkan serangga, membunuh serangga, sistematis pada garis diagonal (lampiran 1).
mengakibatkan matinya serangga hama, dan dapat Pengambilan sampel Capung di lapangan dilakukan
mengurangi fase reproduktif dari serangga hama. sebanyak 6 kali dengan interval pengambilan
Musuh-musuh alami memiliki perananan penting sampel dua minggu sekali.
dalam menurunkan populasi serangga hama sampai Pada petak sampel yang sudah ditentukan
pada aras yang tidak mengakibtakan kerugian dilakukan pengambilan sampel capung.
(dibawah ambang ekonomi). Pengambilan imago capung dilakukan dengan dua
Beberapa penelitian tentang spesies capung metode. Pertama koleksi secara langsung yaitu
telah banyak ditemukan di Indonesia terdapat sekitar menangkap dengan tangan setiap Capung yang
750 spesies. Menurut pendapat Ansori (2009), ditemukan pada petak sampel.
melaporkan 75 spesies ditemukan di sekitar Metode yang kedua menggunakan jaring
persawahan Bandung Jawa Barat. Hanum, dkk., ayun yaitu mengoleksi capung yang berada pada
(2013), melaporkan sebanyak 91 spesies ditemukan tajuk tanaman. Jaring ayun berbentuk kerucut, mulut
di Kawasan Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto jaring terbentuk dari kawat berbentuk melingkar
Sumatera Barat. Rohman (2012), melaporkan 18 dengan diameter 30 cm, jaring tersebut terbuat dari
jenis capung ditemukan di Kawasan Kars Gunung kain kasa dan tangkai jaring dari kayu sepanjang 60
Sewu Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten cm. Pengambilan sampel capung disetiap petak
Wonogiri, Jawa Tengah. Berdasarkan pertanaman dilakukan dengan mengayunkan jaring
permasalahan di atas, maka perlu melakukan ke kiri dan ke kanan secara bolak-balik sebanyak 10
inventarisasi jenis-jenis predator terutama pada kali sambil berjalan.
capung yang berada pada tanaman padi sawah di Pengambilan sampel capung dilakukan pada
kecamatan tabir dan di kecamatan pangkalan jambu pagi hari yaitu sekitar jam 08.00 - 11.00 wib, karena
kabupaten merangin. pada saat itu capung sudah aktif mencari mangsa.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Capung yang tertangkap langsung disimpan dalam
jenis-jenis capung yang hidup pada areal ekosistem botol urien yang sudah diisi dengan alkohol 70 %.
persawahan dan mengetahui perbedaan jenis capung Selanjutnya botol urien tersebut diberi label sesuai
yang dijumpai pada fase vegetatif dan fase dengan lokasi, tanggal pengambilan sampel. Semua
reproduktif padi sawah di kecamatan tabir dan di sampel dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.
kecamatan pangkalan jambu kabupaten merangin. Identifikasi dilakukan di Laboratorium
Universitas Muara Bungo. Capung yang diperoleh di
BAHAN DAN METODE lapangan diidentifikasi sampai tingkat spesies.
Dengan cara membandingkan sampel yang di
Pengambilan sampel capung dilakukan di peroleh dilapangan dengan gambar spesies yang
Kecamatan Pangkalan Jambu (Desa Bungo Tanjung terdapat dalam buku panduan lapangan naga terbang
dan Tanjung Mudo) dan Kecamatan Tabir (Desa wendit dan dragonflies of Yogyakarta.
Seling dan Desa Kampung Baru) Kabupaten
Merangin. Identifikasi capung dilakukan di Indeks Keanekaragaman
Laboratorium Universitas Muara Bungo. Penelitian Keanekaragaman spesies capung dapat
ini dimulai dari tanggal 03 Februari 2019 sampai diukur dengan menggunakan indeks
dengan tanggal 30 April 2019. Jadwal penelitian keanekaragaman Shannon-Wienner Persa- maan
dapat dilihat pada lampiran 3.
indeks keanekaragaman Shannon-Wienner adalah E = indeks kemerataan
H’ sebagai berikut : H’ = keanekaragaman jenis mamalia
Hʹ = -Σ (Pi lnPi) ln = logaritma natural
Dimana pi = ni/N S = jumlah jenis (Santosa, dkk 2008)
Keterangan : Kriteria komunitas lingkungan berdasarkan
Hʹ = Indeks keanekaragaman jenis ideks kemerataan :
Pi = ni/N E< 0,50 =Komunitas Tertekan
ni = Jumlah individu jenis E<0,75 = Komunitas labil
N = Jumlah individu semua jenis E< 1.00 = Komunitas stabil

Nilai H’ atau indeks keanekaragaman berkisar Kekayaan Spesies


antara: 1,50 – 3,50 Kekayaan spesies diperoleh berdasarkan
H’ <1 : Keanekaragaman rendah jumlah total spesies yang dikoleksi pada masing-
1<H’<3 : Keanekaragaman sedang masing lokasi penelitian. Indeks Kekayaan Jenis
H’ >3 : Keanekaragaman tinggi (Dharmawan, menggunakan rumus shannon winer (species
dkk 2005) richness) berfungsi untuk mengetahui kekayaan
jenis setiap spesies dalam setiap komunitas yang
Indeks Kemerataan Spesies dijumpai:
Kemerataan spesies adalah proporsi masing- Dmg = S-1/ln N
masing spesies dalam suatu komunitas. Kemerataan Keterangan :
spesies dapat dihitung menggunakan indeks Dmg = indeks kekayaan jenis
kemerataan Persamaan indeks kemerataan shannon S = jumlah jenis
winer adalah sebagai berikut: N = total jumlah individu seluruh spesies
E = H’/ln S (Santosa, dkk 2008)
Keterangan :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Kecamatan Tabir dan Kecamatan Pangkalan Jambu


Deskripsi Daerah Penelitian merupakan daerah dataran rendah dengan
Dalam pencapaian target produksi padi, agroekosistem masing-masing terlihat pada Tabel 1
ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang berikut :
faktor kunci dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Tabel 1. Deskripsi Agroekosistem Daerah Penelitian
Ketinggian Luas Areal
Lokasi Penelitian Pestisida yang
No Tempat Pola Tanam Persawahan
(Kecamatan) Dipakai
(M dpl) (Ha)
1 Kecamatan Tabir 68 – 135 Monokultur 1.335 Decis 25 EC
Arjuna 200 EC
2 Kecamatan Pangkalan Jambu 176 – 213 Monokultur 453 -
Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Komposisi Capung pada Areal Persawahan di di Kecamatan Tabir dan 342 ekor di Kecamatan
Kecamatan Tabir dan Kecamatan Pangkalan Pangkalan Jambu yang tediri dari 4 family dan 14
Jambu spesies. Adapun Family, spesies dan jumlah setiap
Capung yang tertangkap di tempat penelitian individu Capung yang tertangkap di tempat
adalah sebanyak 595 ekor dengan rincian 253 ekor penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Family, Spesies dan Jumlah Individu Capung yang Tetangkap di Lokasi Penelitian
Jumlah Individu
Family Spesies
Kecamatan Pangkalan Jambu Kecamatan Tabir Total
Coenagrionidae Agriocenemis femina 70 46 116
Agriocenemis pygmea 40 59 99
Pseudagrio pruinosum 17 0 17
Coriagrio colamineum 34 0 34
Libellulidae Crocodemis servilia 5 5 10
Orthetrum chrysis 28 17 45
Orthetrum glaucum 13 0 13
Orthetrum testaceum 5 10 15
Orthetrum pruinosum 4 13 17
Orthetrum sabina 68 43 111
Diplacodes travilis 50 41 91
Potamarcha congener 0 9 9
Platycnemididae Copera marginipes 8 0 8
chlorocypidae Libellago lineata 0 10 10
Jumlah 14 Spesies 342 253 595
Sumber : Hasil Penelitian, 2019
rumah dan penyebarannya luas mulai dari dataran
Adapun deskripsi masing-masing sspesies rendah sampai dataran tinggi dan dapat dijumpai
akan disajikan sebagai berikut : disepanjang tahun (Sigit dkk,, 2013).
1. Capung Sambar Garis Hitam (Crocothemis
servillia) 2. Capung Tengger Biru (Diplacodes trivialis)
Klasifikasi Ilmiah : Klasifikasi :
Kingdom : Animalia Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta Kelas : Insekta
Ordo : Odonata Ordo : Odonata
Subordo : Anisoptera Subordo : Anisoptera
Famili : Libellulidae Famili : Libellulidae
Genus : Crocothemis Genus : Diplacodes
Spesies : Crocothemis servilia Spesies : Diplacodes trivialis
Crocothemis servilia merupakan capung Capung biru berukuran kecil seluruh tubuh
biasa yang termasuk subordo Anisoptera dan Famili berwarna biru keabu-abuan. Mata majemuk jantan
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang, disebut bagian atas berwarna biru gelap dan biru terang di
juga capung-sambar garis-hitam karena ciri jenis ini bagian bawahh, Subtriangle pada sayap depan terbagi
terdapat garis hitam tipis di sepanjang sisi dorsal menjadi dua atau tiga sel; Abdomen capung
abdomennya. Capung ini berukuran sedang, pada pradewasa hitam-kuning dengan embelan putih;
capung jantan memiliki warna dominan merah-jingga Betina dengan panjang tubuh 30,4 mm, sayap depan
pada seluruh bagian tubuh mata majemuk merah 23,6 mm, sayap belakang 22 mm, embelan berwarna
gelap, muka merah terang (Setiyono dkk., 2017). putih; Sayap transparan dengan venasi hitam, stigma
Adapun keberadaan capung ini ditemukan di berwarna abu-abu hingga kecokelatan. Pangkal sayap
kedua lokasi, baik di Kecamatan Tabir maupun di belakang berwarna kuning hingga kecokelatan
Kecamatan pangkalan Jambu. Capung jenis ini (Setyono dkk., 2017).
dijumpai aktif beraktivitas pada lokasi dengan tempat Adapun keberadaan capung ini dikoleksi di
terbuka tanpa naungan, yakni di kawasan sungai dan kedua lokasi yaitu di Kecamatan Tabir dan di
sawah. Jenis ini dijumpai pada keadaan berawan Kecamatan pangkalan Jambu. Karena persebaran
hingga cerah. Spesies ini ditemukan ditempat mulai dari dataran rendah sampai tinggi dan banyak
terbuka, tepi sungai, srea persawahan,padang rumput, dijumpai disekitar perairan, sungai, di tepi hutan atau
lapangan semak-semak sampai sekitar pekarangan perkebunan (Sigit dkk., 2013).
tanah (Setiyono, dkk., 2017). Capung Sambar Biru
(Orthetrum glaucum) hanya dijumpai di Kecamatan
3. Capung Sambar Perut Kait (Orthetrum chrysis) Pangkalan Jambu dengan jumlah individu sebanyak
Klasifikasi ilmiah : 13 ekor hal ini diduga dipengaruhi oleh cuaca saat
Kingdom : Animalia penelitian yaitu keadaan curah hujan (lampiran 6)
Filum : Arthopoda ditempat penelitian. Spesies ini hidup soliter, capung
Kelas : Insekta jantan sering dijumpai berkompetisi dengan
Ordo : Odonata Orthretrum pruinosum untuk mempertahankan
Subordo : Anisoptera teritorialnya. Lebih banyak dijumpai saat awal musim
Famili : Libellulidae hujan dan sering dijupai di tempat terbuka seperti
Genus : Orthetrum sekitar perairan, sungai di tepi hutan atau perkebunan
Spesies : Orthetrum chrysis (Sigit, dkk, 2013)
Dalam klasifikasinya, capung ini adalah jenis
subordo Anisoptera dan tergolong dalam famili 5. Capung Sambar Karmizi (Orthetrum testaceum)
libellulidae, Dan tergolong capung biasa karena Klasifikasi ilmiah :
terlihat besar tubuhnya, serta ciri terbang dan Kingdom : Animalia
hinggap sayap yang horizontal. Pada jenis-jenis yang Filum : Arthopoda
tergolong famili libellulidae, tentunya memiliki ciri Kelas : Insekta
yang umum seperti mata menonjol menyatu garis Ordo : Odonata
tengah diatas kepala dan memenuhi bagian kepala Subordo : Anisoptera
(Suriana, 2014). Begitu pula pada jenis capung ini, Famili : Libellulidae
matanya menyatu dengan garis tengah diatas kepala, Genus : Orthetrum
memiliki warna merah kehitaman. Tubuhnya Spesies : Orthetrum testaceum
berwarna hitam sedikit pucat, sedangkan bagian Orthetrum testaceum merupakan capung
perut berwarna merah tanpa adanya warna lain. Dan biasa yang termasuk dalam Famili Libellulidae
sayap transparan sedikit gelap, ujung sayap atas dengan ukuran tubuh sedang. Capung ini memiliki
memiliki titik hitam, sayap merentang horizontal saat ciri abdomen berwarna merah terang dengan toraks
terbang dan merentang sedikit kearah bawah pada berwarna jingga kecokelatan, dan sayap transparan.
saat hinggap. Dan capung jenis ini juga di temukan di Ukuran tubuh yang sedang mendukung kemampuan
kedua lokasi yaitu Kecamatan Tabir dan Kecamatan terbangnya, ketika dijumpai capung ini aktif terbang
Pangkalan Jambu. tinggi, hanya sesekali hinggap di ranting mati.
Menurut Setiyono dkk., (2017) capung sambar ini
4. Capung Sambar Biru (Orthetrum glaucum) berukuran sedang. Jantan berwarna jingga kecoklatan
Klasifikasi ilmiah : pada toraks dan merah terang pada abdomen. Mata
Kingdom : Animalia majemuk berwarna abu-abu kecoklatan dengan frons
Filum : Arthopoda merah. Sayap belakang coklat gelap pada pangkal
Kelas : Insekta sangat mirip dengan Orthetrum chrysis, namun warna
Ordo : Odonata kontrak dan mata pada Orthetrum testaceum lebih
Subordo : Anisoptera terang.
Famili : Libellulidae Lebih lanjut Setiyono dkk., (2017)
Genus : Orthetrum menyatakan bahwa spesies ini aktif dari pagi hingga
Spesies : Orthetrum glaucum sore hari, biasanya hinggap diranting kering atau
Dalam klasifikasinya, capung ini adalah batang tanaman kecil dan daun disekitar perairan
jenis subordo Anisoptera dan tergolong dalam dengan sayap menutupi toraks.
famili libellulidae, genus yang didapati sebelumnya
telah ada yaitu orthetrum. Dan jelas tergolong capung 6. Capung Sambar Merah (Orthetrum pruinosum)
biasa karena terlihat besar tubuhnya, serta ciri Klasifikasi ilmiah :
terbang dan hinggap sayap yang horizontal. Capung Kingdom : Animalia
ini berukuran sedang, jantan lebih dominan berwarna Filum : Arthopoda
biru. Mata majemuk biru kehijauan. Abdomen biru Kelas : Insekta
keabu-abuan. Sayap transparan dengan warna gelap Ordo : Odonata
pada pangkal sayap belakang. Capung betina Subordo : Anisoptera
didominasi warna kuning kecoklatan seperti warna Famili : Libellulidae
Genus : Orthetrum Warna tubuh capung ini dominan berwarna
Spesies : Orthetrum pruinosum abu-abu. Bagian atas mata mejemuk capung jantan
Capung ini jelas tergolong capung biasa berwarna merah kecoklatan dan bagian bawahnya
karena terlihat besar tubuhnya, serta ciri terbang dan biru abu-abu dengan bintik-bintik hitam.torak dan
hinggap sayap yang horizontal. Capung ini berukuran abdomen ruas 1 sampai 4 berwarna biru abu-
sedang, capung jantan pada spesies ini memiliki mata abudengan ditutupi serbuk putih. Ruas 5-8 abdomen
majemuk dan fons coklat gelap yang cenderung berwarna kuning dengan garis hitam tebal di sisi atas,
hitam. Sayap transparan dengan sedikit coklat pada ruas 9-10 hitam, dan panjang abdomen 29-32 mm.
pangkal dan panjang 32-36 mm. Torak merah tua Kedua sayap transparan dengan venasi hitam,
tertutup serbuk biru gelap. Abdomen dan embelan panjang sayap belakang 33-35 mm, dan pterostingma
merah dengan panjang abdomen 28-31 mm (Sigit bewarna coklat tua. Tungkai berwarna kemerahan
dkk,. 2013). (Sigit dkk., 2013).
Capung ini hanya ditemukan di Kecamatan
7. Capung Sampar Hijau (Orthetrum sabina) Tabir dengan jumlah individu yang sedikit yaitu 9
Klasifikasi ilmiah : ekor. Capung ini lebih aktif di siang hari saat sinar
Kingdom : Animalia matahari terik dan terbang berkecepatan tinggi,
Filum : Arthopoda sesekali hinggap di ujung ranting yang tinggi.
Kelas : Insecta Mereka sensitif terhadap kehadiran objek yang
Ordo : Odonata mendekat dan akan mrnghindar dengan terbang cepat
Subordo : Anisoptera jika terusik. Capung ini dapat di temukan di ladang
Famili : Libellulidae atau dekat dengan vegetasi bambu (Sigit dkk., 2013).
Genus : Orthetrum
Spesies : Orthetrum sabina 9. Capung Jarum Centil (Agriocnemis femina)
Dalam klasifikasi, capung ini termasuk Klasifikasi ilmiah :
subordo Anisoptera dan famili Libellulidae. Capung Kingdom : Animalia
ini memiliki ciri berupa mata berwarna biru Filum : Arthopoda
kehijauan sayap transparan dengan venasi warna Kelas : Insecta
coklat kemerahan atau kekuningan yang terdapat Ordo : Odonata
di sayap belakang. Terdapat garis hitam dan Subordo : Zygoptera
putih kekuningan pada bagian pinggir sintoraks, Famili : Coenagrionidae
abdomen berwarna putih kekuningan sepanjang Genus : Agriocnemis
lateral dan anterior. Selain itu capung ini mudah Spesies : Agriocenemis femina
dikenali ruas abdomen satu sampai tiga yang Capung ini memiliki ciri umum berukuran
membengkak dengan adanya paduan warna kuning kecil, sayap tidak lebar dan bening, tubuh bercorak
pucat agak kehijauan (Hidayah, 2008). cerah, tungkai-tungkainya terdapat rambut (seta)
Capung jenis ini ditemukan di kedua yang pendek dan agak tebal. Capung spesies
Kecamatan tempat penelitian. Spesies ini merupakan Agriocnemis femina ditangkap di kedua Kecamatan
predator yang ganas dengan memangsa wereng, kutu tempat penelitian yaitu Kecamatan Tabir dan
daun, kupu-kupu, lebah bahakan capung lain dan Kecamatan Pangkalan Jambu dengan jumlah individu
dapat hidup dilingkungan air yang kurang bagus paling banyak yaitu 116 ekor. Jenis ini memiliki
bahkan soliter (Sigit dkk., 2013). ukuran tubuh yang sangat kecil. Adapun ciri-ciri
capung ini adalah berwarna hitam dan hijau, mata
8.Capung Jemur Tarum (Potamarcha congener) mejemuk hitam dibagian atas dan hijau dibagian
Klasifikasi ilmiah : bawah. Kedua sayap transparan, tungkai atas abu-abu
Kingdom : Animalia dengan tertutup serbuk putih dan tungkai bawah
Filum : Arthopoda berwarna coklat, spesies ini menempati genangan air
Kelas : Insecta yang terdapat enceng gondok, parit-parit dan sawah
Ordo : Odonata yang memiliki genangan air (Setiyono, 2017)
Subordo : Anisoptera
Famili : Libellulidae 10. Capung Jarum Kecil (Agriocnemis pygmea)
Genus : Potamarcha Klasifikasi ilmiah :
Spesies : Potamarcha congener Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta menghuni permukaan perairan berwana hitam gelap
Ordo : Odonata (Pamungkas dan Ridwan, 2015).
Subordo : Zygoptera
Famili : Coenagrionidae 12. CapungJarum Kuning (Ceriagrion colamineum)
Genus : Agriocnemis Klasifikasi ilmiah :
Spesies : Agriocnemis pygmea Kingdom : Animalia
Capung ini berukuran kecil, mata majemuk Filum : Arthopoda
hitam pada bagian atas dan hijau pada bagian bawah Kelas : Insecta
yang menonjol besar pada bagian depan kepalanya, Ordo : Odonata
sepintas terlihat lebih besar dari pada tubuhnya Subordo : Zygoptera
warna tubuh hijau muda dengan warna hitam pada Famili : Coenagrionidae
bagian atas abdomennya, memiliki garis hitam pada Genus : Ceriagrion
ruas-ruas ekornya, kaki yang berwarna putih, bagian Spesies : Ceriagrion colamineum
embelannya berwarna oranye (Suriana, 2014) Capung jenis ini juga tertangkap di
Agriocnemis pygmea juga capung-jarum Kecamatan Pangkalan Jambu dengan jumlah individu
kecil, sesuai dengan namanya memiliki ukuran tubuh sebanyak 34 ekor dengan ciri-ciri berukuran sedang,
yang sangat kecil, Agriocnemis pygmaea memiliki berwarna hijau-kuning, memiliki mata hijau, wajah
ciri yang mirip dengan Agriocnemis femina, ciri yang dan mulut kuning, toraks hijau kekuning-kuningan
membedakan keduanya adalah (1) pterostigma kedua dan abdomen kuning. Kaki kuning. Sayap transparan
sayap Agriocnemis femina berwarna sama, sedangkan dengan pterostigma coklat. betina mirip jantan,
pada Agriocnemis pygmaea berwarna kuning pucat namun warna lebih kusam. Identifikasi spesies
disayap depan dan hitam di sayap belakang, (2) anggota genus ceriagrion cukup sulit dilakukan
Agriocnemis pygmaea memiliki sepasang embelan (Setiyono dkk., 2017)
superior yang lebih panjang dibandingkan dengan
embelan inferior, berkebalikan dengan Agriocnemis 13. Capung Hantu Kaki Kuning (Copera
femina dan (3) betina Agriocnemis femina marginipes)
mempunyai cuping berbentuk persegi sedangkan Klasifikasi ilmiah :
Agriocnemis pygmaea tidak memiliki cuping (Sigit, Kingdom : Animalia
dkk., 2013). Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
11. Capung Jarum Metalik (Pseudagrion Ordo : Odonata
pruinosum) Subordo : Zygoptera
Klasifikasi ilmiah : Family : Platycnemididae
Kingdom : Animalia Genus : Copera
Filum : Arthopoda Spesies : Copera marginipes
Kelas : Insecta Dalam klasifikasinya, capung jarum jenis ini
Ordo : Odonata tergolong dalam subordo Zygoptera dan family
Subordo : Zygoptera Platycnemididae. Family Platycnemididae ini
Famili : Coenagrionidae memiliki corak yang cerah seperti Coenagrionidae.
Genus : pseudagrion Namun rambut-rambut halus pada tungkainya
Spesies : Pseudagrion pruinosum panjang dan tipis (Sigit dkk., 2013).
Dalam klasifikasinya, capung jarum jenis ini Capung ini hanya tertangkap di Kecamatan
tergolong dalam subordo Zygoptera dan famili Pangkalan Jambu dengan jumlah individu sebanyak 8
coenagrionidae. Capung ini hanya tertangkap di ekor. Menurut Setiyono dkk., (2017) spesies ini
Kecamatan Pangkalan Jambu yang berukuran sedang; berukuran sedang; dominan berwarna hitam dan
dominan berwarna hitam. Bagian atas mata majemuk kuning. Toraks hitam bergaris-garis kuning kuning.
hitam dan merah oranye dibagian bawah; capung ini Mata majemuk hitam dengan garis putih horizontal
dapat dikenali dari abodemennya berwarna hitam dan yang terlihat jelas. Kaki berwarna kuning yang
menjadi metalik bila terkena cahaya matahari. merupakan ciri khas spesies ini.
Memiliki mata menonjol berwarna hitam gelap,
sayap gelap transparan, tubuh memiliki loreng silver 14. Capung Batu Kuning (Libellago lineata)
(abu-abu) dan kaki hitam gelap. Warna abdomen Klasifikasi ilmiah :
hitam kecoklatan, dan capung ini dikenal suka Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda Sumber : Hasil Penelitian, 2019
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Subordo : Zygoptera 2. Kemerataan Spesies
Family : Chlorocyphidae Nilai indeks kemerataan digunakan untuk
Genus : Libellago mengukur derajat kemerataan kelimpahan individu
Spesies : Libellago lineata spesies dalam komunitas. Kemerataan
Dalam klasifikasinya, capung jarum jenis ini menggambarkan keseimbangan antara satu
tergolong dalam subordo Zygoptera dan family komunitas dengan komunitas lainnya. kriteria
Chlorocyphidae. Suku ini berbeda dengan capung kemerataan spesies Capung pada areal persawahan di
jarum lainnya. Abdomen lebih pendek dari sayap Kecamatan Tabir dan Kecamatan Pangkalan Jambu
belakangnya. Memiliki sayap yang unik, warnanya berada pada kriteria stabil karena indeks kemerataan
mengkilap seperti batu permata (Setiyono, dkk., yaitu 0,86 pada areal persawahan di Kecamatan
2017). Pangkalan Jambu dan 0,88 di Kecamatan Tabir yang
Family Chlorocyphidae mempunyai ciri khas berada pada kisaran 0,75 < E< 1,00. Adapun Indeks
berupa panjang abdomen yang lebih penddek dari kemerataan spesies dan kriteria kemerataan spesies
panjang sayap. Kepalanya besar dan menonjol Capung pada Areal persawahan di Kecamatan Tabir
sehingga terlihat seperti mempunyai moncong. dan Kecamatan Pangkalan Jambu akan disajikan
Libellago lineata merupakan salah satu spesies dari dalam Tabel 4.
family Chlorocyphidae dengan ciri-ciri capung jarum Tabel 4. Indeks dan Kriteria Kemerataan Spesies
bertubuh pendek, jantan memiliki warna dominan Capung pada Areal Persawahan di Kecamatan Tabir
kuning dan hitam. Mata majemuk hitam kecoklatan. dan Kecamatan Pangkalan Jambu
Sayap transparan dan lebih panjang dari abdomen. Indeks Kriteria
Dipangkal sayap terdapat bercak kuning dengan Lokasi Penelitian Kemerataan Komunit
pterostigma hitam (Sigit dkk., 2013) Spesies as
Kecamatan Tabir 0,88 Stabil
Tabulasi Keanekaragaman Spesies, Kemerataan Kecamatan
Spesies dan Kekayaan Spesies Capung pada Areal 0,86 Stabil
Pangkalan Jambu
Persawahan di Kecamatan Tabir dan Kecamatan Sumber : Hasil Penelitian, 2019
Pangkalan Jambu
3. Kekayaan Spesies
1. Keanekaragaman Spesies Kekayaan spesies diperoleh pana penelitian
Kriteria keanekaragaman spesies capung (H’) ini berdasarkan jumlah total spesies yang dikoleksi
pada areal persawahan di Kecamatan Tabir dan pada masing-masing lokasi penelitian. Indeks
Kecamatan Pangkalan Jambu berada pada kriteria Kekayaan Jenis menggunakan rumus shannon winer
sedang dengan indeks keanekaragaman sebesar 2,03- (species richness). Adapun hasil perhitungan
2,15 sehingga berada pada kisaran 1<H’<3 yang kekayaan spesies pada areal persawahan di
berkategori sedang. Adapun Nilai indeks dan kriteria Kecamatan Pangkalan Jambu dan di Kecamatan
Keanekaragaman spesies capung dengan Tabir disajikan pada Tabel 5.
menggunakan indeks keanekaragaman Shannon- Tabel 5. Kekayaan Spesies pada Areal Persawahan di
Wienner pada areal persawahan di Kecamatan Tabir Kecamatan Pangkalan Jambu dan di Kecamatan
dan Kecamatan Pangkalan Jambu dapat dilihat pada Tabir
Tabel 3. Jumlah Jumlah
Tabel 3. Indeks dan Kriteria keanekaragaman Spesies Dmg
Lokasi Spesies Individu ln N
Capung pada Areal Persawahan di Kecamatan Tabir (S-1/ln N)
(S) (N)
dan Kecamatan Pangkalan Jambu. Kec.
Pangkalan 12 342 5,83 1,89
Indeks Jambu
Lokasi Penelitian Keanekaragaman Kriteria Kec. Tabir 10 253 5,53 1,63
Spesies Sumber : Hasil Penelitian, 2019
Kecamatan Tabir 2,03 Sedang
Kecamatan 4.2. Pembahasan
2,15 Sedang
Pangkalan Jambu
Kondisi daerah tempat penelitian tergolong Tabir dan Kecamatan Pangkalan Jambu berada pada
homogen karena sama-sama terdapat di dataran kriteria sedang dengan indeks keanekaragaman
rendah, pola tanam padi berupa monokultur namun sebesar 2,03-2,15 sehingga berada pada kisaran
berbeda dalam sistem pertanian yaitu di Kecamatan 1<H’<3 yang berkategori sedang. Hal ini diduga
Tabir adanya penggunaan pestisida sintetik untuk berhubungan dengan karakteristik areal persawahan
pengendalian hama dan penyakit sedangkan di di dua Kecamatan ini seperti terletak di pinggiran
Kecamatan Pangkalan Jambu cenderung sungai dan pinggiran bukit yang ditumbuhi berbagai
menggunakan sistem pertanian organik. Budidaya jenis tanaman gulma yang mempunyai habitat
tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem relatif tidak terganggu sehingga paket lengkap untuk
pertanian rentan terhadap organisme serangga hama. menunjang kebutuhan hidup capung berupa air
Salah satu pendorong meningkatnya serangga bersih, makanan yang melimpah dan tempat untuk
pengganggu adalah tersedianya makanan terus berlindung, kawin dan berkembangbiak.
menerus sepanjang waktu. Mekanisme alami seperti Setiyono (2017) menyatakan kemampuan
predatisme, parasitisme, patogenitas, persaingan Capung bertahan di suatu lokasi dipengaruhi oleh
intraspesies dan interspesies, produktivitas, stabilitas banyak hal termasuk kualitas perairan, ketersediaan
dan keanekaragaman hayati dapat dimanfaatkan pakan, adanya predator, tempat berlindung, adanya
untuk mencapai pertanian berkelanjutan (Altieri et al. kompetitor serta faktor iklim dan cuaca. Capung
2004). mempunyai peranan penting pada ekosistem
Penelitian ini telah memperoleh 595 persawahan. Capung dapat berfungsi sebagai
individu yang tergolong ke dalam 12 spesies capung serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun
pada areal persawahan di Kecamatan Pangkalan dewasa, dan memangsa berbagai jenis serangga
Jambu dan 10 spesies di Kecamatan Tabir. serta organisme lain termasuk serangga hama
Agriocenemis femina merupakan spesies yang tanaman padi seperti, penggerek batang padi (Chilo
memiliki jumlah individu yang paling banyak sp.), wereng coklat (Nilaparvata lugens), walang
ditemukan di Kecamatan Pangkalan Jambu sangit (Leptocorisa acuta). Selain itu, capung dapat
sedangkan Agriocnemis pygmea merupakan spesies dijadikan sebagai indikator kualitas ekosistem. Hal
yang memiliki jumlah individu yang paling banyak di ini disebabkan capung memiliki dua habitat yaitu air
Kecamatan Tabir. dan udara (Ansori, 2008).
Komposisi spesies capung pada areal Berbedanya komposisi spesies yang
persawahan di Kecamatan Pangkalan Jambu lebih ditemukan berdampak juga terlihat nilai indeks
tinggi dari Kecamatan Tabir. Namun ada spesies keanekaragaman pada kedua lokasi penelitian
yang hanya ditemukan pada satu habitat saja tersebut dimana nilai indeks keanekaragaman pada
seperti Pseudagrio pruinosum, Coriagrio areal persawahan di Kecamatan Pangkalan Jambu
colamineum, Orthetrum glaucum dan Copera yaitu 2,25 lebih tinggi dari areal persawahan di
marginipes yang hanya ditemukan di Kecamatan Kecamatan Tabir 2,03. Hal ini diduga karena keadaan
Pangkalan Jambu dan spesies Potamarcha congener cuaca seperti curah hujan yang terjadi di Pangkalan
dan Libellago lineata adalah spesies yang hanya Jambu (2,42 – 14,46 mm) sedangkan di Kecamatan
ditemukan di Kecamatan Tabir sedangkan 8 spesies Tabir (1,27 – 9,23) yang dapat dilihat dari
lain ditemukan di kedua lokasi penelitian sehingga tertangkapnya capung sambar biru (orthetrum
ada 14 spesies pada kedua lokasi penelitian (Tabel 2). glaucum) yang hanya tertangkap di Kecamatan ini
Spesies Agriocenemis femina merupakan dengan jumlah individu 13 ekor. Menurut Sigit dkk.,
spesies yang paling Banyaknya tertangkap di lokasi (2013) spesies ini dapat dijumpai sepanjang tahun
penelitian yaitu sebanyak 116 ekor hal ini diduga namun lebih banyak di saat awal musim hujan dan
karena areal persawahan di Kecamatan Pangkalan sering dijumpai di sekitar perairan, sungai di tepi
Jambu dan di Kecamatan Tabir tempat penelitian hutan dan perkebunan.
adalah sawah irigasi yang memiliki sistem pengairan Selain itu rendahnya keanekaragaman spesies
yang cukup dan spesies ini menyukai persawahan pada areal persawahan di Kecamatan Tabir diduga
yang airnya tergenang, Setiyono (2017) juga adanya kecenderungan penggunaan insektisida
menyatakan bahwa Agriocenemis femina merupakan seperti Decis 25 EC dan Arjuna 200 EC dari petani
capung jarum kecil yang mempunyai kebiasaan padi sawah di Kecamatan Tabir sedangkan di
menempati sawah yang memiliki genangan air. Kecamatan Pangkalan Jambu petani lebih cenderung
Dilihat dari kriteria keanekaragaman spesies menggunakan pertanian organik. Penggunaan
capung (H’) pada areal persawahan di Kecamatan insektisida yang tidak bijaksana akan dapat
mengurangi populasi musuh alami seperti capung ini. cenderung tinggi bila jumlah populasi dalam suatu
Seperti yang dilaporkan Kobayashi (1961) dalam famili tidak mendominasi populasi famili lainnya
Ansori (2009) yang menyatakan bahwa Odonata sebaliknya kemerataan cenderung rendah bila suatu
merupakan salah satu predator insekta yang famili memiliki jumlah populasi yang mendominasi
mengalami kerugian hebat akibat penggunaan jumlah populasi lain.
insektisida terhadap penggerek batang padi. Pada areal persawahan di Kecamatan
Menurut Untung (2006), bahwa banyak Pangkalan Jambu mempunyai indeks kekayaan
faktor lingkungan setempat yang membatasi spesies yang lebih tinggi yaitu 1,89 dibandingkan
perkembangan musuh alami seperti keadaan cuaca dengan areal persawahan di Kecamatan Tabir hal ini
yang kurang mendukung, keterbatasan pakan bagi karena areal persawahan di Kecamatan Pangkalan
musuh alami atau tindakan manusia yang Jambu memilki koleksi spesies Capung yang lebih
merugikan musuh alami. Lebih lanjut Sunarno (2012) banyak dari areal persawahan di Kecamatan Tabir.
menyatakan bahwa tingginya populasi predator Hafizah (2016) menyatakan jumlah spesies yang
sangat terkait dengan populasi mangsa. Populasi ditemukan berbanding lurus dengan nilai kekayaan
mangsa yang tinggi akan menarik minat predator spesies. Semakin luas petak contoh yang digunakan,
untuk datang dan tinggal di tempat tersebut, maka nilai indeks kekayaan spesies akan semakin
kemudian diikuti dengan meningkatnya kemampuan besar juga dan menunjukkan semakin tinggi
predator dalam memangsa. Keberadaan musuh alami, keanekaragamannya.
antara lain predator, merupakan salah satu faktor Rendahnya kekayaan spesies di Kecamatan
penentu tinggi rendahnya populasi hama. Sebaliknya, Tabir diduga karena populasi mangsa di Kecamatan
kelimpahan inangnya akan berpengaruh terhadap ini rendah yang disebabkan adanya penggunaan
kelimpahan dan kekayaan musuh alaminya. insektisida yang tidak rasional. Rendahnya populasi
Kriteria kemerataan spesies Capung pada predator terkait dengan populasi mangsa.
areal persawahan di Kecamatan Tabir dan Kecamatan Kelimpahan mangsa akan menarik minat predator
Pangkalan Jambu berada pada kriteria stabil karena untuk datang dan tinggal di tempat tersebut
indeks kemerataan yaitu 0,86 pada areal persawahan (Syahrawati, 2010). Keberadaan musuh alami, antara
di Kecamatan Pangkalan Jambu dan 0,88 di lain predator, merupakan salah satu faktor penentu
Kecamatan Tabir yang berada pada kisaran 0,75 < E< tinggi rendahnya populasi hama (Sunarno, 2012).
1,00. Hal ini disebabkan oleh perbandingan jumlah Sebaliknya, kelimpahan mangsa akan berpengaruh
individu dari masing-masing jenis yang tertangkap terhadap kelimpahan dan kekayaan musuh alaminya
tidak terlalu bervariasi, sehingga mengindikasikan (Hamid, 2009)
bahwa jenis-jenis capung di habitat tersebut
tersebar secara merata. KESIMPULAN DAN SARAN
Menurut Magurran (1988) dalam Hafizah
(2016) nilai kemerataan yang mendekati satu Kesimpulan
menunjukkan bahwa suatu komunitas semakin Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
merata penyebarannya, sedangkan jika nilai maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
mendekati nol maka semakin tidak rata. Restu 1. Jenis-jenis capung (odonata) pada aeral
(2002), menyatakan indeks kemerataan pada persawahan di Kecamatan Pangkalan Jambu
tingkatan stabil menunjukkan distribusi individu adalah 12 spesies dan 10 spesies di Kecamatan
masing-masing jenis di kawasan ini cukup seimbang Tabir dengan rincian 8 spesies yang sama yaitu
dan mengindikasikan bahwa ekosistem tersebut Crocodemis servilia, Orthetrum chrysis,
masih belum mengalami tekanan ekologis yang Orthetrum testaceum, Orthetrum pruinosum,
signifikan. Orthetrum sabina, Diplacodes travilis,
Lebih lanjut Untung (2006) menyatakan Agriocenemis femina, Agriocenemis pygmea, dan
bahwa dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi 6 spesies yang berbeda Pseudagrio pruinosum,
suatu jenis organisme selalu dalam keadaan Coriagrio colamineum, Orthetrum glaucum,
keseimbangan dengan populasi organisme lainnya Potamarcha congener, Libellago lineata dan
dalam komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi Copera marginipes.
karena adanya mekanisme pengendalian yang bekerja 2. Keanekaragaman jenis-jenis capung (odonata)
secara umpan balik negatif yang berjalan apa tingkat (keanekaragaman, kemeratan dan kekayaan) yang
antar spesies (persaingan, predasi) dan tingkat inter ada di kawasan sawah Kecamatan Pangkalan
spesies. Menurut Oka (2005), nilai kemerataan akan jambu dan kecamatan Tabir Kabupaten Merangin
adalah (a) berada pada tingkat sedang dengan Sumatera Barat. Jurnal Biologi 2(1): 71-
indeks keanekaragaman sebesar 2,03 – 2,15, (b) 76.
tingkat kemerataan yang stabil dengan indeks
kemerataan 0,86-0,88 serta (c) areal persawahan Hidayah SNI. 2008. Keanekaragaman dan Aktivitas
di kecamatan Pangkalan Jambu memiliki kekayan Capung (Odonata) di Kebun Raya
spesies yang lebih tinggi dibandingkan kawasan Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor
sawah kec. Tabir. Oka IN. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan
Implementasinya di Indonesia. Cetakan
4.2. Saran ketiga. Gadjah Mada University Press.
Disarankan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang keanekaragaman capung dengan lokasi Pamungkas DW dan Ridwan M. 2015. Keragaman
penelitian yang berbeda. jenis capung dan capung jarum
(Odonata) di beberapa sumber air di
Magetan, Jawa Timur. Jurnal. Pros Sem
DAFTAR PUSTAKA Nas Masy Biodiv Indon 1: 1295-
1301.Diunduh Juli 2018.
Amir, M Dan Kahono, S. 2003. Serangga Taman
Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Restu, I.W. 2002. Kajian Pengembangan Wisata
Barat. Biodiversity Conservation Mangrove di Taman Hutan Raya
Project.LIPI. Ngurah Rai Wilayah Pesisir Selatan
Bali. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ansori, I. 2008. Keanekaragaman Nimfa Odonata
(Dragonglies) di Beberapa Persawahan Rizal S, Hadi M. 2015. Inventarisasi Jenis Capung
Sekitar Bandung Jawa Barat. Jurnal (Odonata) Pada Areal Persawahan Di
Exacta Desa Pundanerum kecamatan
karangawen kabupaten demak, jawa
________, 2009. Kelimpahan dan dinamika populasi tengah.
odonata berdasarkan hubunganya
dengan fenologi padi di beberapa Rohman, A. 2012. Keanekaragaman Jenis dan
persawahan sekitar bandung, jawa Distribusi Capung (Odonata)
barat. Jurnal exata. Vol, VII. No, 2 Dikawasan Kars Gunung Sewu
Desenber 2009 Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah. Universitas
Borror, Donald J., Triplehorn, Charles A., & Negeri Yogyakarta.
Johnson, Norman F. 1992. Pengenalan
Pelajaran Serangga. edisi VI. (Alih Santosa Y, ramathan P E, Rahman A D, 2008, Studi
bahasa: Soetijono Partosoedjono). Keanekaragaman Mamalia Pada
Yogyakarta: Gadjah Mada University Beberapa Tipe Habitat Di Stasiun
Press. Penelitian Pondok Ambung Taman
Nasional Tanjung Putig Kalimantan
Hafizah, N. 2016. Keanekaragaman Spesies Tengah. Media konservasi vol, 13. No, 3
Tumbuhan Di Arealnilai Konservasi Desember 2008.
Tinggi (NKT) Perkebunan Kelapa Sawit
Provinsi Riau. Media Konservasi Vol 21 Setiyono, J., S. Diniarsih, E.N.R. Oscilata dan N.S.
No.1 April 2016: 91-98. Diunduh 25 Juli Budi. 2017. Dragon of Yogyakarta
2018 (Jenis Capung Daerah Istimewa
Hamid, H. 2009. Komunitas serangga herbivore Yogyakarta). Indonesia Dragonfly
penggerek polong legume dan Society, Yogyakarta
parasitoidnya : Studi kasus di Daerah
Paludan Toro, Sulawesi Tengah. Sigit, W. Rhd., B. Feriwibisono., M.P. Nugrahani.,
Hanum, S.O., Salmah, S. dan Dahelmi. 2013. Jenis- B.Putri ID dan T. Makitan. 2013.
jenis Capung (Odonata) di Kawasan Keanekaragaman Capung Perairan
Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto,
Wendit, Malang, Jawa Timur.. Malang: Susanti Shanti. 1998. Seri Panduan Lapangan:
Indonesia Dragonfly Society. Mengenal Capung. Bogor: Puslitbang
Biologi-LIPI.
Sunarno, C, 2012. Pengendalian Hayati (Biologi
Control) Sebagai Salah Satu Syahrawati M dan H. Hamid. 2010. Diversitas
Komponen Pengendalian Hama Terpadu Coccinelidae Predator pada Pertanaman
(PHT).Journal Uniera 1(2). Sayuran di Kota Padang [JURNAL].
https://journal.uniera.ac.id/pdf_repositor
y/juniera31. Diunduh 20 Januari 2018 Syam Et, El, 2011 Masalah Lapang Hama, Penyakit,
Dan Hara Pada Padi. Kerjasama
Suriana, Dwi Aa dan Wa Ode Doan H. 2014. Kementrian Pertanian Dan International
Inventarisasi Capung (Odonata) di Rice Research Isntitut. Indonesia
Sekitar Sungai dan Rawa Moramo, Desa
Sumber sari kecamatan moramo Untung K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama
kabupaten konaweselatan sulawesi Terpadu. Gajah Mada University Press,
tengara. Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. Yogyakarta.
49-62, April 2014 ISSN : 2355-6404.
Diunduh Juli 2018 Yuniarti, Fitri. 2014. Sang Predator Paling Hebat,
Capung. Jawa Timur: Indonesia
Dragonfly Society.

Anda mungkin juga menyukai