Anda di halaman 1dari 7

E-ISSN 2549-8703 I P-ISSN 2302-7282

BIOTROPIKA Journal of Tropical Biology


https://biotropika.ub.ac.id/
Vol. 8 | No. 3 | 2020 | DOI: 10.21776/ub.biotropika.2020.008.03.05

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN DAN POLA SEBARAN HAMA KUTU


PUTIH DAN MUSUH ALAMINYA PADA TANAMAN SINGKONG (Manihot
esculenta) DI KABUPATEN BANYUWANGI

DIVERSITY AND DISTRIBUTION PATTERNS IDENTIFICATION OF MEALYBUG


PESTS AND THEIR NATURAL ENEMIES ON CASSAVA CROPS (Manihot esculenta)
IN BANYUWANGI DISTRICT

Fitri Nurmasari)*

Diterima : 15 Juli 2020 ABSTRAK


Keberlanjutan produksi singkong dalam waktu beberapa tahun terakhir
Disetujui : 23 September 2020 ini terancam dengan adanya invasi kutu putih. Beberapa spesies
diantaranya adalah Phenacoccus manihoti, Paracoccus marginatus, dan
Ferrisia virgata. Kutu putih singkong merupakan hama baru yang
berpotensi menjadi ancaman di pertanaman khususnya tanaman
singkong. Salah satu upaya pengendalian hama kutu putih pada tanaman
Afiliasi Penulis:
singkong adalah dengan menggunakan musuh alaminya yaitu parasitoid,
1) Universitas PGRI Banyuwangi predator dan patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keanekaragaman hayati dan pola persebaran kutu putih serta keberadaan
musuh alaminya pada tanaman singkong. Penelitian dilakukan pada
Alamat Korespondensi: bulan Maret sampai dengan Agustus 2018 di Kabupaten Banyuwangi.
*onlypieth@gmail.com Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sepuluh lokasi di Kabupaten
Banyuwangi ditemukan dua spesies kutu putih yaitu P. marginatus dan F.
virgata, ditemukan satu spesies predator kutu putih jenis Lacewing
hemerobius spp.

Kata kunci: identifikasi, hama kutu putih, predator, parasitoid, singkong

ABSTRACT
Mealybugs invasion is one of some factors that affected the sustainability
of cassava production for these recent years. Phenacoccus manihoti,
Paracoccus marginatus, and Ferrisia virgata are three common kind of
Cara Sitasi: them. One of pest control towards mealybugs invasion is by using their
Nurmasari, F. 2020. Identifikasi natural enemies such as parasitoids, predators, and pathogens. This
keanekaragaman dan pola research conducted to discover mealybugs and their natural enemies
sebaran hama kutu putih dan diversity on cassava crops (Manihot esculenta Crantz). This research was
musuh alaminya pada tanaman held from March to August 2018. The result showed that mealybugs
singkong (Manihot esculenta) di diversity on cassava crops at ten different locations in Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi: Journal District was put on medium category with two mealybugs species found,
of Tropical Biology 8 (3): 171- Paracoccus marginatus and Ferrisia virgata. There is no mealybugs
177 parasitoid found and only one mealybugs predator, Hemerobius spp.,
found through this research.

Keywords: identification, mealybugs, predator, parasitoids, cassava

PENDAHULUAN yang terkenal wilayah pertaniannya dan pada


tahun 1852, tanaman ini masuk ke Indonesia
Singkong (Manihot esculenta) berasal dari [1]. Singkong merupakan tanaman yang
Benua Amerika khususnya negara Brazil. penting bagi kehidupan manusia. Hal ini
singkong merupakan tanaman pertanian yang dikarenakan tanaman singkong memiliki
penting di daerah tropis dan subtropis. banyak manfaat, diantaranya berperan sebagai
Tanaman ini berkembang di negara- negara bahan diversifikasi pangan. Selain berperan

Nurmasari 171
https://biotropika.ub.ac.id/
sebagai bahan untuk diversifikasi pangan, Amerika Selatan [11]. Serangan mealybug
singkong juga dimanfaatkan sebagai sumber pada tanaman ditandai dengan munculnya
pakan, bahan baku industri, dan bahan baku material tebal berwarna putih dan atau hitam
bioetanol [2]. Kandungan karbohidrat dalam pada permukaan daun atau apeks, yang
tanaman singkong sebesar 34,7 gram/100g [3]. merupakan campuran antara keberadaan
Sehingga singkong merupakan tanaman serangga dewasa, ovisacs dan nimfa dari
pangan penghasil sumber karbohidrat yang serangga tersebut. Kutu putih menutupi organ
cukup banyak. Dalam dua tahun terakhir ini, inangnya dengan membuat lapisan yang
keberlanjutan produksi singkong terancam menutupi organ terinfeksi tersebut sehingga
oleh adanya invasi hama asing yaitu kutu putih inangnya mengalami gangguan fotosintesis
Phenacoccus manihoti [4][5]. P. manihoti atau dan pertumbuhan. Pengendalian hama kutu
kutu putih singkong merupakan hama baru putih atau mealybug oleh petani biasanya
yang berpotensi menjadi ancaman di dengan penggunaan insektisida. Akan tetapi
pertanaman khususnya tanaman singkong. P. penggunaan insektisida pada konsentrasi
manihoti berasal dari Amerika Selatan tertentu akan menyebabkan efek samping pada
tepatnya Brazil. Pada awal tahun 1970-an, kutu lingkungan dan pada musuh alami mealybug
putih P. manihoti terbawa masuk ke Afrika itu sendiri. Mengingat penggunaan insektisida
dan menyebabkan kegagalan panen dan dapat menyebabkan terjadinya resistensi maka
kelaparan. Hama ini mulai masuk ke Asia pada perlu ditemukan pengendalian hama yang lebih
tahun 2009, pertama kali ditemukan di ramah lingkungan dalam jangka waktu
Thailand yang kemudian segera menyebar ke panjang. Telah banyak teknik pengendalian
Kamboja dan Laos [6][7]. Pada tahun 2010, alternatif yang telah ditelaah, antara lain
kutu putih P. manihoti masuk ke Indonesia dan dengan aplikasi menggunakan musuh alami.
ditemukan menyerang pertanaman singkong di Musuh alami adalah organisme yang dapat
Bogor [8]. Sebagai wilayah dengan potensi membunuh organisme tertentu atau
geografis yang sangat mendukung, Kabupaten melemahkan organisme sehingga
Banyuwangi merupakan salah satu daerah mengakibatkan kematian organisme tersebut,
penghasil singkong yang cukup menjanjikan dalam hal ini hama kutu putih atau mealybug.
dengan total jumlah produksi sebanyak 32.358 Keragaman musuh alami pada populasi
ton dari 1.688 ha lahan panen pada tahun 2015 serangga hama kutu putih atau mealybug
[9],sehingga keberadaan hama kutu putih ini masih sedikit diteliti di Indonesia. Penelitian
salah satu jenis hama pengganggu tanaman ini bertujuan untuk mengetahui
singkong adalah kutu putih atau mealybug dari keanekaragaman mealybug pada tanaman
berbagai spesies, antara lain P. manihoti, singkong serta keberadaan musuh alaminya.
Bemicia tabacci dan lainnya. Dilaporkan
adanya serangan hama kutu putih singkong (P. METODE PENELITIAN
manihoti) yang ditemukan pada 2010 di
tanaman singkong di Bogor. Serangan P. Waktu dan tempat penelitian. Penelitian
manihoti belum meluas, namun hama ini dapat dilaksanakan pada bulan Maret - Agustus
berkembang dengan cepat dan menyerang pada 2018. Adapun tempat penelitian adalah 10
musim kemarau. Kutu putih singkong dapat kecamatan di Kabupaten Banyuwangi dari 22
berkembang biak tanpa dibuahi oleh jantannya, kecamatan dengan kisaran produksi sebesar
sehingga perkembangbiakannya cepat dan 162 – 200 kuintal/ha. Daerah penelitian dipilih
massif. Tiga spesies yang secara umum berdasarkan peringkat sepuluh kecamatan
menyerang tanaman singkong di berbagai dengan luas lahan singkong terbesar.
daerah di Indonesia adalah Phenacoccus Sedangkan untuk studi laboratorium
manihoti, Paracoccus marginatus dan Ferrisia dilaksanakan di Laboratorium Biologi FMIPA
virgata. Serangan kutu putih di Indonesia Universitas PGRI Banyuwangi serta
menjadi masalah yang rumit karena tidak Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan
ditemukan adanya musuh alami yang mampu Fakultas Pertanian Universitas Jember.
mengurangi atau mengatasi efek serangan Teknik pengambilan sampel. Metode
hama tersebut. Di daerah asalnya, serangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hama ini dapat dikendalikan dengan adanya metode observasi dengan melakukan
musuh alami seperti parasitoid dan predator pengambilan sampel secara acak (simple
[10]. Keberadaan kutu putih singkong P. random sampling). Prosedur penelitian yang
manihoti telah menyebabkan kerusakan dilakukan adalah pengambilan sampel,
pertanaman singkong di daerah Afrika dan

172 Biotropika: Journal of Tropical Biology | Vol. 8 No. 3 | 2020


https://biotropika.ub.ac.id/
pemeliharaan kutu putih (rearing), dan penyebaran serangga di daerah tersebut adalah
identifikasi kutu putih serta musuh alami. acak. Jika nilai z terhitung berada di luar
Pengambilan sampel kutu putih dan parasitoid kisaran tersebut dan nilai rata-rata (x̅) lebih
dilakukan dengan mengambil sampel daun besar dari nilai keragaman (v), maka bentuk
yang terinfeksi kutu putih di sepuluh penyebarannya teratur. Sedangkan jika nilai z
kecamatan di wilayah Kabupaten Banyuwangi terhitung berada di luar kisaran tersebut dan
dan dilakukan tiga kali pengulangan. Daun nilai rata-rata (x̅) lebih kecil daripada nilai
terinfeksi kutu putih yang telah dikumpulkan, keragaman (v) maka bentuk penyebarannya
selanjutnya di-rearing. mengelompok [15].
Proses rearing. Proses rearing dilakukan
dengan memasukkan daun yang terinfeksi kutu HASIL DAN PEMBAHASAN
putih ke dalam wadah plastik yang pada bagian
tutupnya tersambung dengan wadah plastik Jenis kutu putih yang ditemukan. Dalam
yang lebih kecil sebagai perangkap parasitoid. penelitian, dua jenis kutu putih yang
Seluruh permukaan wadah plastik besar didapatkan melalui hasil pengamatan langsung
dibungkus dengan menggunakan plastik warna di lapangan dan pengambilan sampel daun
hitam. Setelah 7 sampai 14 hari dalam yang terinfeksi kutu putih. Dua jenis kutu putih
pemeliharaan, parasitoid yang berada dalam yang ditemukan adalah F. virgata dan P.
tubuh kutu putih imago akan keluar dari marginatus. Dari semua lokasi pengambilan
tempat pemeliharaan, namun terperangkap data, jumlah populasi F. virgata lebih rendah
dalam tutup sehingga parasitoid dapat diambil. jika dibandingkan dengan populasi P.
Parasitoid yang muncul dikumpulkan dan marginatus.
dilakukan pencatatan terhadap jenis parasitoid
yang ditemukan. Keberadaan predator hama Ferrisia virgata. F. virgata tergolong
dapat diamati pada saat pengamatan langsung dalam Ordo Hemiptera dan Famili
di lapangan. Pseudococcidae. Karakter spesifik hama ini
Teknik identifikasi. Untuk mengetahui yaitu memiliki warna tubuh putih dan kuning,
nama musuh alami yang muncul, dilakukan dengan lapisan lilin berwarna putih (Gambar
identifikasi berdasarkan karakter morfologi 1), tepian tubuhnya terdapat seperti benang-
[12]. Identifikasi kutu putih dilakukan benang kecil, serta pada bagian ekor memiliki
berdasarkan karakter morfologi lilin kutu putih dua benang yang lebih panjang dari benang
[13]. lainnya di sekitar tubuh [16]. Hama ini bersifat
Analisis data. Indeks Shannon-Wiener polifag, imago betina dapat memproduksi
digunakan untuk mengetahui keanekaragaman minimal 64 butir telur [17] sampai dengan 737
spesies pada setiap habitat, dengan rumus [18] butir telur dalam waktu 3-4 jam. Waktu
sebagai berikut [14]. yang dibutuhkan untuk peralihan bentuk telur
menjadi nimfa berkisar antara 4–9 hari.
H' = -Σpi ln pi, pi = ni/N Individu jantan membutuhkan waktu 20–60
hari setelah nimfa menetas untuk menjadi
Keterangan: imago dan individu betina akan menjadi imago
H' = Indeks Shannon Wiener dalam jangka waktu yang lebih pendek yaitu
ni = Jumlah Individu untuk spesies yang antara 20–45 hari setelah nimfa menetas. Ada
diamati perbedaan bentuk yang cukup signifikan antara
N = Jumlah total Individu F. virgata betina dan jantan. Betina berbentuk
oval dengan strukur serupa lilin berwarna putih
Indeks keanekaragaman dikelompokkan pada tubuhya; sebagian dari struktur lilin ini
pada tiga kriteria, yaitu jika H' < 1, maka berbentuk menyerupai benang, juga ada ekor
keanekaragaman rendah. Selanjutnya apabila dari lilin tersebut. Individu jantan memiliki
H' = 1 < H' < 3 maka keanekaragaman sedang sayap, namun betinanya tidak. Tubuh imago
dan apabila nilai H' > 3 maka keanekaragaman jantan berbentuk lebih kurus dari imago betina
tinggi. dengan antena agak panjang. Imago betina
Data bentuk penyebaran serangga kutu memiliki siklus hidup selama 1–2 bulan,
putih ditentukan oleh nilai z, x̅, dan v. Nilai z sedangkan imago jantan hanya bertahan hidup
didapatkan dengan rumus z = (x̅ - v)/ (std/√n). selama 1–3 hari. Selain kopulasi,
Nilai z menentukan bentuk penyebaran atau perkembangbiakan hama ini dapat dilakukan
distribusi pada daerah tertentu. Jika nilai z secara partenogenesis oleh imago betina [19].
adalah -1.96 > z > 1.96, maka bentuk Kerusakan yang ditimbulkan oleh F. virgata

Nurmasari 173
https://biotropika.ub.ac.id/
diawali dengan munculnya gejala keriput pada data dan pengamatan di lapangan hanya
bagian tanaman. Bagian tanaman yang terkena ditemukan satu predator dari kutu putih yaitu
serangan akan berangsur menjadi kering dan Lacewing dari spesies Hemerobius spp.
mengalami keguguran daun [20]. Keberadaan musuh alami hama kutu putih ini
diduga dipengaruhi oleh keanekaragaman
hama kutu putih sebagai inang, keberadaan
tanaman liar sebagai tempat berlindung dan
sumber makanan alternatif bagi musuh alami
tersebut. Beberapa predator lain dari kutu putih
yang dapat mengendalikan pertambahan
populasi hama kutu putih antara lain
Hyperaspis notata Mulsant dan H. jucundan
(Coleoptera: Coccinellidae) [22]. Tidak adanya
musuh alami kutu putih yang berupa parasitoid
disebabkan karena hama kutu putih sebagai
inang dari parasitoid tersebut merupakan
Gambar 1. Ferrisia virgata stage dewasa hewan eksotis yang bukan asli Indonesia.
(dok. Pribadi) Sehingga musuh alaminya juga tidak dapat
ditemukan secara alami di Indonesia. Hama
Paracoccus marginatus. P. marginatus kutu putih yang di-rearing tidak terparasit,
termasuk jenis kutu-kutuan yang seluruh sehingga tidak ada parasitoid yang muncul
bagian tubuhnya ditutupi oleh lapisan serupa setelah proses rearing dilakukan. Upaya
lilin berwarna putih. Bentuk tubuh oval dengan pengendalian hayati yang mulai diterapkan
umbaian seperti rambut-rambut putih adalah dengan pelepasan parasitoid Anagyrus
berukuran pendek seperti yang ditunjukkan lopezi sebagai musuh alami dari hama kutu
pada gambar 2. Hama ini sudah dapat putih.
dipisahkan antara individu jantan dan betina,
individu jantan dan betina P. marginatus
memiliki perbedaan dalam tahapan
perkembangan hidup. P. marginatus betina
melalui metamorfosis paurometabola
(metamorfosis bertingkat), yang diawali
dengan fase telur, fase nimfa yang terdiri dari
instar pertama, instar kedua dan instar ketiga
serta fase imago yang tidak mempunyai sayap.
Individu jantan melalui proses metamorfosis
holometabola (metamorfosis sempurna), yang
terdiri dari fase telur, fase nimfa yang terdiri
dari instar pertama hingga tahap instar ketiga Gambar 2. Paracoccus marginatus stage
yang berupa prapupa, dan instar keempat dewasa (dok. Pribadi)
berupa pupa, kemudian stadium imago yang
dilengkapi dengan sepasang sayap. Telur P.
marginatus memiliki warna kuning kehijauan
dengan bentuk bulat dan diselimuti oleh massa
berstruktur serupa kapas dan menetas dalam
jangka waktu kurang lebih 10 hari setelah
ditempatkan [21]. P. marginatus menyerang
tanaman dengan cara mengisap cairan pada
bagian tanaman, dari buah sampai pucuk.
Serangan P. marginatus pada pucuk tanaman
mengakibatkan daun menjadi lebih sempit,
kerdil dan mengalami pengeriputan seperti Gambar 3. Hemerobius sp. [24]
terbakar [20].
Musuh alami. Setelah melakukan rearing Hasil analisis. Indeks keanekaragaman
pada serangga hama kutu putih, musuh alami kutu putih pada tanaman singkong di
kutu putih yang berupa parasitoid tidak Kabupaten Banyuwangi hampir sama pada
ditemukan. Sedangkan dari hasil pengambilan sepuluh lokasi penelitian, tertinggi ditemukan

174 Biotropika: Journal of Tropical Biology | Vol. 8 No. 3 | 2020


https://biotropika.ub.ac.id/
di Kecamatan Wongsorejo, sedangkan indeks menunjukkan perilaku persebaran yang
keanekaragaman terendah ditemukan di mengelompok. Bentuk penyebaran
Kecamatan Cluring. mengelompok ini terjadi pada tingkat lanjut
dari penghunian suatu lahan pertanaman oleh
hama [15]. Artinya, bentuk penyebaran
mengelompok ini terjadi jika suatu hama sudah
menempati suatu lahan pertanaman pada waktu
yang cukup lama. Kondisi ini sesuai dengan
ekosistem lingkungan lokasi yang mendukung
spesies untuk berkembang.

Tabel 1. Data bentuk persebaran Ferrisia


virgata
Lokasi Indeks Pola
Persebaran Persebaran
Cluring -7,69 Mengelompok
Gambar 4. Distribusi Ferrisia virgata Tegalsari -160,27 Mengelompok
Glenmore -280,70 Mengelompok
Srono -6,99 Mengelompok
Kabat -207,55 Mengelompok
Singojuruh -36,41 Mengelompok
Sempu -2,63 Mengelompok
Licin -22,85 Mengelompok
Kalipuro -319,20 Mengelompok
Wongsorejo -798,81 Mengelompok

Tabel 2. Data bentuk persebaran Paracoccus


marginatus
Lokasi Indeks Pola
Gambar 5. Distribusi Paracoccus marginatus persebaran persebaran
Cluring -98,49 Mengelompok
Jumlah individu dan indeks Tegalsari -389,21 Mengelompok
Glenmore -1779,49 Mengelompok
keanekaragaman kutu putih pada tanaman
Srono -148,85 Mengelompok
singkong di Kecamatan Wongsorejo dan Kabat -485,62 Mengelompok
Glenmore lebih tinggi dibandingkan dengan Singojuruh -418,06 Mengelompok
lokasi lainnya. Hal ini disebabkan karena Sempu -388,53 Mengelompok
populasi inang di Wongsorejo dan Glenmore. Licin -617,83 Mengelompok
Kalipuro -1160,78 Mengelompok
Populasi tanaman singkong yang tinggi di Wongsorejo -1069,57 Mengelompok
lokasi ini disebabkan tanaman singkong
ditanam di area tegalan dengan populasi gulma Keanekaragaman kutu putih dipengaruhi
rendah, terdiri dari tanaman bayam duri dan oleh populasi tanaman singkong, keberadaan
rerumputan. Keberadaan gulma yang rendah di gulma, serta keberadaan tanaman sekitar.
lokasi ini disebabkan karena ada proses Gulma atau tanaman liar merupakan
penyiangan secara berkala yang dilakukan oleh komponen yang cukup penting dalam
petani tanaman singkong. Selain itu, jumlah agroekosistem karena dapat memengaruhi
individu kutu putih dan indeks dinamika populasi hama. Tanaman liar yang
keanekaragaman di Kecamatan Wongsorejo sesuai dapat menjadi host atau inang alternatif
lebih tinggi daripada sembilan lokasi lainnya. bagi hama. Keanekaragaman kutu putih juga
Hal ini disebabkan karena populasi tanaman tidak terlepas dari pengaruh faktor abiotik
inang yakni tanaman singkong di Kecamatan antara lain cuaca, suhu dan curah hujan. Kutu
Wongsorejo lebih besar dibandingkan dengan putih dapat berkembangbiak secara optimal
populasi tanaman singkong di ketiga lokasi pada kisaran suhu 28˚C [23]. Hama kutu putih
lainnya serta dipengaruhi juga oleh keberadaan ini juga mengalami ledakan populasi pada saat
tanaman sekitar. cuaca panas dan mengalami penghambatan
Bentuk persebaran. Dari hasil populasi serta perkembangbiakan jika curah
penghitungan nilai rata-rata dan keragaman hujan dan intensitas hujan cukup tinggi.
spesies, bentuk penyebaran F. virgata dan P.
marginatus di 10 kecamatan yang diobservasi

Nurmasari 175
https://biotropika.ub.ac.id/
Populasi dan keanekaragaman kutu putih juga distribution, and identification key. PLOS
dipengaruhi oleh keberadaan musuh alami. ONE 7 (10): e47675.
[8] Muniappan R, Shepard BM, Watson GW,
KESIMPULAN Carner GR, Rauf A, Sartiami D, Hidayat
P, Afun JVK, Goergen G, Rahman
Dari hasil penelitian ini, diperoleh AKMZ (2011) New records of invasive
kesimpulan bahwa pada sepuluh lokasi di insects (Hemiptera: Sternorrhyncha) in
Kabupaten Banyuwangi ditemukan dua spesies southern Asia and West Africa. J Agric
kutu putih yaitu P. marginatus dan F. virgata, Urban Entomol. 26 (4): 167- 174.
ditemukan satu spesies predator kutu putih [9] Badan Pusat Statistik Kabupaten
jenis Lacewing Hemerobius spp, serta tidak Banyuwangi (2016) Banyuwangi Dalam
ditemukan adanya musuh alami berupa Angka 2015. ISSN 0215 5319
parasitoid. Indeks keanekaragaman kutu putih [10] Amarasekare KG, Mannion KM, Osborne
di Kabupaten Banyuwangi masuk dalam LS, Epsky ND (2008) Life history of
kategori sedang dengan pola persebaran Paracoccus marginatus (Hemiptera:
mengelompok. Pseudococcidae) on four host plant
species under laboratory conditions.
UCAPAN TERIMA KASIH Environ Entomol. 37: 630-635.
[11] Calatayud PA, Le Rü B (2006) Cassava
Penulis mengucapkan terima kasih kepada mealybug interactions. Paris (FR): Institut
Kementrian Ristek Dikti, Penelitian Dosen De Recherche Pour Le Développement.
Pemula tahun anggaran 2017 tahun [12] Flint LM, Dreistadt HS (1998) Natural
pelaksanaan 2018. enemies handbook, the illustrated guide to
biological pest control. UC Division of
DAFTAR PUSTAKA Agricultural and Natural Resources.
University of California Press.
[1] Purwono, Purnamawati H (2007) [13] Osborn LS (2010) Mealybugs. Mid-
Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Florida Research and Education Center.
Unggul. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. University of Florida.
hlm 58. [14] Magurran AE (2004) Measuring
[2] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan biological diversity. Blackwell Science
(2012) Pedoman Teknis Pengelolaan Ltd. Oxford.
Produksi Ubikayu. Jakarta (ID): [15] Krebs CJ (1989) Ecology, the
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, experimental analysis of distributions and
Kementrian Pertanian. abundance. Harper and Row Publication
[3] Soetanto NE (2008) Tepung Kasava dan Inc. New York.
Olahannya. Kanisius. hlm 81. Yogyakarta [16] Chandra D (2008) Inventarisasi hama dan
(ID). penyakit pada pertanaman Jarak pagar
[4] Rauf A (2008) Hama kutu putih (Jathropa curcas Linn) di Lampung dan
Paracoccus marginatus. Pusat Penelitian Jawa Barat. Tidak Diterbitkan. Skripsi.
Ilmu Hama Tanaman. Institut Pertanian Program Studi Hama dan Penyakit
Bogor. Bogor Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut
[5] Shepard BM, Barrion AT, Litsinger JA Pertanian Bogor.
(1995) Serangga, Laba-laba dan Patogen [17] Awadallah KT, Ammar ED, Tawafik
yang membantu. Untung K. Wirosuhardjo MFS, Rashad A (1979) Life history of the
S, Penerjemah. Jakarta: Program Nasional white mealybug Ferrisia virgata (Ckll.)
Pengendalian Hama Terpadu, Bappenas. (Homoptera: Pseudococcidae). Zeitschrift
Terjemahan dari: Helpful Insects, Spiders, für Deutsche Entomologen 26:101-110
and Pathogens. [18] Ghose SK, Paul PK (1972) Observations
[6] Winotai A, Goergen G, Tamo M, on the biology of the mealybug, Ferrisia
Neuenschwander P (2010) Cassava virgata (Cockerell) (Pseudococcidae:
mealybug has reached Asia. Biocont Hemiptera). Proceedings of the
News Info 31(2): 10N-11N. Zoological Society (Calcutta) 25: 39-48.
[7] Parsa S, Kondo T, Winotai A (2012) The [19] Kalshoven, LGE (1981) Pest of crop in
cassava mealybug (Phenacoccus Indonesia. PT. Ichtiar Baru – Van Hoeve.
manihoti) in Asia: first records, potential Jakarta.

176 Biotropika: Journal of Tropical Biology | Vol. 8 No. 3 | 2020


https://biotropika.ub.ac.id/
[20] Bellotti AC, Melo EL, Arias B, Herrera
CJ, Hernandez MDP, and Holguin CM,
Guerrero JM, Trujillo H (2003) Biological
control in the neotropics: a selective
review with emphasis on cassava. Second
International Symposium on Biological
Control of Arthropods 1: 206-277.
[21] Walker A, Hoy M, Meyerdirk (2003)
Papaya mealybug (Paracoccus
marginatus Williams and Granara de
Willink (Insecta: Hemiptera;
Pseudococcidae)). EENY – 302. Featured
creatures. Entomology and Nematology
Department, Florida Cooperative
Extension Service, Institute of Food and
Agricultural Sciences, University of
Florida. Gainesville, FL. Available from
http://if-srvv-
edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/in/in57900.pdf.
diakses tanggal 5 April 2014.
[22] Purnomo H (2010) Pengantar
Pengendalian Hayati. Andi. Yogyakarta.
[23] Zakaria F (2014) Kutu putih Phenacoccus
manihoti, hama “impor” baru pada
tanaman ubi kayu.
http://tanamanpangan.pertanian.go.id/ditli
ntp/berita-160-kutu-putih-phenacoccus-
manihoti-hama-
%E2%80%9Cimpor%E2%80%9D-baru-
pada-tanaman-ubi-kayu.html Diakses
pada tanggal 26 Januari 2015.
[24] Bryant PJ (2008) Brown Lacewing,
Hemerobius sp.
http://nathistoc.bio.uci.edu/neuropt/Hemer
obius.htm diakses pada tanggal 9
November 2020.

Nurmasari 177

Anda mungkin juga menyukai