Disusun Oleh:
14/269287/PN/13891
FAKULTAS PERTANIAN
YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Perilaku Organisasi.
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah
memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu,
penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat
saya sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai
pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
yogyakarta, 30 Agustus 20114
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia mempelajari perilaku organisasi sudah berlangsung dari zaman dulu. Pada
awal abad 20, manusia sudah mengembangkan ilmu-ilmunya tentang berperilaku organisasi.
Sejarah perilaku organisasi menjelaskan tentang bagaimana perkembangan perilaku
organisasi dari masa ke masa. Maka dari itu, perilaku organisasi sudah melalui banyak tahap
dan perkembangan sesuai dengan kejadian nyata yang di ambil dari para individu yang
berperilaku dalam organisasi. Para ahli mengungkapkan bahwa perkembangan pengetahuan
tentang berperilaku organisasi akan meningkatkan keefektifitasan kinerja seseorang dalam
suatu organisasi yang ia geluti.
Maka dari itu, perilaku organisasi sangat berguna bagi para pelaku organisasi untuk
mengetahui sifat sifat/ karakter apa saja yang dibutuhkan dalam berperilaku di organisasi.
Dan juga karena manusia berbeda-beda karakteristik, maka perilaku organisasi berguna untuk
mengetahui sifat-sifat individu dalam berkinerja suatu organisasi.Sehingga jika dipelajari
dengan baik dapat meningkatkan pencapaian tujuan bersama juga menjadi solusi dalam
permasalah yang dihadapi oleh suatu organisasi.
POKOK BAHASAN
Jadi, perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspektingkah laku
manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu.Aspek pertama meliputi pengaruh
organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua pengaruh manusia terhadap organisasi.
Pengertian ini sesuai dengan rumusan Kellydalam bukunya Organizational Behavioryang
menjelaskan bahwa perilaku organisasi di dalamnya terdapat interaksi dan hubunganantara
organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lainpihak. Kesemuanya ini memiliki tujuan
praktis yaitu untuk mengarahkanperilaku manusia itu kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.
Kerangka dasar pada perilaku organisasi adalah terletak pada dua komponen yaitu
individu-individu yang berperilaku, baik itu perilaku secara individu, perilaku kelompok, dan
perilaku organisasi.
Komponen yang kedua adalah organisasi formal sebagai wadah dari perilaku itu.
Yaitu sebagai sarana bagi individu dalam bermasyarakat ditandai dengan keterlibatannya pada
suatu organisasi. Dan menjalankan perannya dalam organisasi tersebut.
2.3.1 Psikologi
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur,
menjelaskan, dan kadang mengubah perilaku manusia. Contoh topik bahasan :
psikologi pembelajaran, teori kepribadian, psikolog konseling, serta psikolog industri
dan organisasi.
2.3.2 Sosiologi
Sosiologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari sistem sosial di
mana individu-individu mengisi peran-peran mereka. Psikologi memfokuskan
perhatian pada individu, sosiologi mempelajari orang-orang dalam
hubungannya dengan manusia sesamanya. Contoh topik bahasan : dinamika
kelompok, desain tim kerja, budaya organisasi, teori dan struktur organisasi
formal, teknologi organisasi, birokrasi, komunikasi, kekuasaan, konflik, dan
perilaku antar kelompok.
2.3.4 Antropologi
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat-masyarakat
dalam rangka untuk mempelajari manusia dan kegiatan mereka. Contoh topik
bahasan : pemahaman dalam bidang budaya organisasi, lingkungan organisasi,
beda antara budaya nasional.
Peningkatan produktifitas
Organisasi dikatakan produktif jika tujuan dapat dicapai dan proses pencapaian
tersebut dilakukan dengan merubah masukan menjadi keluaran dengan biaya yang
paling rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produktifitas berhubungan dengan
keefektifan dan keefisienan.
Pengurangan kemangkiran
Kemangkiran adalah tindakan tidak masuk kerja tanpa alasan. Tingkat kemangkiran
yang tinggi dapat berdampak langsung pada keefektifan dan efisiensi organisasi.
Kepuasan kerja adalah perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima karyawan
dan banyaknya yang mereka yakini harus mereka terima. Karyawan dikatakan
merasakan puas bila perbedaan bernilai positif secara perhitungan matematis.
2. Dimensi Sistem
Dimensi sistem mencakup bagaimana proses manajemen yang dilakukan untuk
melakukan suatu kegiatan secara efektif dan efisien yang di kemas dengan
pendekatan-pendekatan matematis atau logika.
3. Dimensi Manusia
Dimensi manusia adalah faktor penentu dalam organisasi yang tercermin dari
ilmu psikologi. karena, adanya organisai adalah adanya manusia. (Miftah Toha dan
Reni Rosari, UGM)
Ketiga dimensi diatas mencakup filosofi dasar lahirnya ilmu perilaku organisai yang
terdiri dari muliti disiplin ilmu (antroplogi kultural, sosiologi, psikologi dan manjemen)
sehingga dengan penedekatan ilmu-ilmu tersebut perilaku organisai dapat dibahas. Dalam
tataran konsep ilmu ini membahas seluruh kegiatan organisai yang di dalamnya terdapat
perilaku manusia, budaya, sosial dan sistem yang mendukung adanya organisasi tersebut.
sehingga antara manusia dan organisasi dapat saling mempengaruhi
1. Variabel tingkat individu : ciri-ciri biografis, kepribadian, nilai (value) dan sikap,
kemampuan, dll.
2. Variabel tingkat kelompok : pola komunikasi, kepemimpinan, konflik, dll.
3. Variabel tingkat sistem organisasi : desain dan proses kerja, seleksi, pelatihan,
penilaian kinerja, budaya kerja, stres kerja, dll.
Y merupakan variabel dependen PO, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen (X). Contoh variabel dependen dalam PO : produktivitas, mangkir, kepuasan
kerja, dll. Contoh variabel independen dalam PO : ciri-ciri biografis, kepemimpinan, budaya
kerja dan stres kerja.
BAB III
PERMASALAHAN
Pada 9 September 2012, Partai Demokrat (PD) telah berusia 11 tahun. Jika dilihat ke
belakang, pembentukan partai ini merupakan inisiatif dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
dan dibantu oleh timnya.Ada pun targetan awal pembentukan partai ini adalah bagaimana
mengantarkan SBY menjadi presiden, yang memang saat itu popularitasnya di atas angin. Hal
itu pun menjadi kenyataan, di mana SBY terpilih menjadi presiden selama 2 periode.
Kemenangan PD dan SBY dalam Pemilu dan Pilpres tidak terlepas dari besarnya
harapan masyarakat atas perubahan.Salah satu perubahan yang diharapkan masyarakat adalah
dalam hal pemberantasan korupsi di Indonesia.PD dan SBY pun menyambut harapan ini dan
menjanjikan pemberantasan korupsi. Sebagai salah satu pendiri dan juga Ketua Dewan
Pembina Partai Demokrat (PD) beberapa kali SBY mengatakan bahwa dirinya akan berada di
barisan terdepan untuk memberantas korupsi tanpa memandang bulu. Bahkan slogan
Demokrat pada kampanye Pemilu 2009 adalah, Katakan Tidak pada Korupsi.
Tetapi, seiring dengan bergantinya waktu, janji-janji pemberantasan korupsi tersebut
tampaknya sudah mulai diragukan publik.Bagaimana tidak, banyak kasus korupsi yang
hingga hari ini belum diselesaikan hingga tuntas. Belum selesai kasus yang satu, sudah
muncul kasus yang lain. Mulai dari Skandal Bank Century, rekening gendut perwira Polri,
kasus Wisma Atlet, kasus proyek Stadion Hambalang, dan kasus dugaan korupsi di Korps
Lalu Lintas Polri.
Sialnya, tidak sedikit petinggi Partai Demokrat terseret dalam kasus korupsi
tersebut.Petinggi Partai Demokrat yang bermasalah karena kasus korupsi diantaranya adalah:
M. Nazaruddin (bekas bendahara umum) telah divonis 4 tahun 10 bulan penjara dalam kasus
Wisma Atlet, Angelia Sondakh (wakil sekretaris jenderal) tersangka kasus suap Wisma Atlet
dan Proyek Universitas, Hartati Murdaya (bekas anggota dewan pembina) dengan status saksi
dalam kasus dugaan suap Bupati Buol Amran Batalipu terkait izin lahan kelapa sawit, Andi
Mallarangeng (sekretaris dewan pembina) berstatus saksi dalam kasus Wisma Atlet dan
proyek Stadion Hambalang , dan Anas Urbaningrum (ketua umum) berstatus terperiksa dalam
kasus proyek Stadion Hambalang.
Sebelumnya juga, beberapa kader partai ini telah divonis bersalah karena melakukan
praktik korupsi. Misalnya Asad Syam (anggota DPR 2009-2014 Dapil Jambi), Yusran Aspar
(anggota DPR 2009-2014 Dapil Kaltim), Sarjan Tahir (anggota DPR 2004-2009), Ismunarso
(Bupati Situbondo, Jatim, 2005-2010), dan Yusak Yaluwo (Bupati Boven Digoel,
Papua). Fakta ini menunjukkan bahwa Partai Demokrat sebagai partai yang berkuasa, dikotori
oleh kader-kader yang korup.Memang tidak ada partai politik di negeri ini yang bersih dari
korupsi.
Banyaknya petinggi PD yang bermasalah menyebabkan menurunnya tingkat
kepercayaan publik terhadap Demokrat.Dari berbagai hasil survei, popularitas Demokrat
semakin menurun, berada di bawah Partai Golkar dan PDI-Perjuangan. Padahal dalam Pemilu
2009 yang lalu, partai berlambang mercy ini berada dalam peringkat pertama dengan
memperoleh 20,85 persen suara, yakni 21,7 juta dari 104 juta suara sah, dan mengantarkan
kadernya sebanyak 150 orang menduduki kursi DPR. Kemenangan partai ini pada 2009 lalu
tentu tidak terlepas dari tingginya popularitas SBY.Tetapi kini, popularitas SBY dan juga
Demokrat semakin menurun.
Penurunan popularitas SBY dan Demokrat sudah sangat jelas mempengaruhi pilihan
masyarakat dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) belakangan ini dan juga dalam Pemilu
2014 yang akan datang. Kekalahan Fauzi Bowo (anggota dewan pembinan Demokrat) dalam
pemilihan Gubernur DKI Jakarta putaran pertama yang lalu, tidak terlepas dari menurunnya
kepercayaan masyarakat Jakarta terhadap Demokrat. Tanpa ada pembenahan internal partai,
maka Demokrat akan mengalami nasib sial apalagi pada 2014 SBY tidak bisa mencalonkan
diri lagi sebagai presiden.
Di saat sinar Demokrat mulai meredup karena kasus korupsi, banyak kader PD yang
mundur seperti yang terjadi di Kota Yogyakarta di mana sekitar 250 kader PD menyampaikan
surat pengunduran diri dan serentak mengembalikan kartu tanda anggota ke Kantor DPD PD
DI Yogyakarta pada 6 September 2012 lalu. Sikap ratusan kader ini tentu juga akan
mempengaruhi sikap politik kader PD yang lain.
Sebelumnya juga sejumlah kader partai ini dikabarkan mengancam hengkang ke Partai
Nasional Demokrat (NasDem).Ancaman beberapa kader Demokrat untuk pindah ke Partai
NasDem bisa juga karena mereka membaca peta politik pada 2014, di mana mereka
menganggap Demokrat tidak secemerlang 2009.Kemudian mereka melihat bahwa Partai
NasDem sebagai partai yang masih hijau sangat menjanjikan sebagai kendaraan merebut
kekuasaan. Karena partai yang baru ini jelas-jelas belum memiliki cacat politik seperti partai-
partai yang lain.
Fenomena maraknya politisi kutu loncat apalagi menjelang Pemilu secara umum
didasari oleh kepentingan pribadi termasuk dengan mengamankan posisi, konflik internal, dan
sistem kaderisasi yang tidak demokratis. Sangat jarang didasari oleh prinsip perjuangan dan
ideologi.
Dulu di saat PD berjaya, tidak sedikit kepala daerah yang diusung oleh partai non-
Demokrat tetapi ketika dia terpilih justru menjadi Ketua Partai Demokrat di tingkat daerah
tersebut.Hal itu hanya demi menjaga posisi karena penguasa di pusat berasal dari Demokrat.
Tetapi sekarang dan ke depan, pilihan itu bisa berubah 180 derajat karena SBY tak dijagokan
lagi dalam Pemilu 2014.
Toh mereka yang mengancam menyebrang dari Demokrat ke NasDem adalah orang-
orang yang sebelumnya berlindung dalam nama besar SBY. Tetapi ketika SBY dipastikan
tidak ikut bertarung dalam merebut kursi kepresidenan pada 2014, maka ikatan kepentingan
politisi kutu loncat tersebut terputus. Karena selama ini mereka ikut bergabung di Demokrat
bisa jadi bukan karena faktor ideologis, melainkan karena popularitas SBY dan Demokrat itu
sendiri. Sehingga masuk akal ketika mereka mengancam pindah ke partai lain dengan alasan
menurunnya elektabilitas Partai Demokrat. Pertanyaan kini, mau di bawa ke mana Demokrat?
Jika tidak ada pembenahan di internal partai khususnya tindakan tegas terhadap kadernya
yang bermasalah, maka tidak tertutup kemungkinan partai yang berwarna biru ini akan
padam.
BAB IV
SOLUSI MASALAH
Solusi masalah jika partai ini ingin bangkit dan bersinar lagi, maka Demokrat harus
berlari cepat dan di jalur yang tepat dalam pembenahan internal dan kinerja kadernya.Selain
itu tidak bisa dimungkiri, posisi SBY sebagai presiden dan juga sebagai Ketua Dewan
Pembina Demokrat, sangat menentukan dalam memperbaiki citra partai dan meningkatkan
kepercayaan publik. Dan tingkat kepercayaan publik akan naik jika SBY menepati janjinya
secara tegas seperti yang telah dijanjikan sebelumnya.
BAB IV
http://indraprasetya17.wordpress.com/
http://eziekim.wordpress.com/
http://setiya21.wordpress.com/2009/12/17/perilaku-organisasi/
gilangdawous.files.wordpress.com/2011/09/jadi-buku.docx
http://solehamini.blogspot.com/
http://pou-pout.blogspot.com/
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wik
ipedia.org/wiki/Experimental_analysis_of_behavior&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJr
hidDh9NZu2JSaP-85f5mVfE9cu71Q
http://politik.kompasiana.com/2012/09/13/partai-demokrat-di-persimpangan-jalan/
http://imronfebub2011.blogspot.com/2012/09/contoh-kasus-permasalahan-perilaku.html