Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017

“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

PENGGUNAAN LIMBAH BATU TABAS SEBAGAI


AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN BETON

I Made Alit Karyawan Salain1, Yenni Ciawi1, Mayun Nadiasa1,


Anak Agung Gede Sutapa1, Ni Putu Trisna Kartika Dewi1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Jimbaran, Badung, 80361
Telp/Fax : (0361) 703385, E-mail : imaksalain@unud.ac.id

ABSTRAK
Pemanfaatan limbah batu tabas sebagai pengganti agregat halus alami dalam campuran beton telah dikaji
menyangkut berat volume, kuat tekan dan kuat tarik belah beton umur 28 hari. Campuran beton dirancang
menggunakan perbandingan berat 1 semen Portland Pozzolan : 2 agregat halus : 3 agregat kasar dengan faktor
air semen sebesar 0,5. Lima campuran beton dibuat masing-masing dengan mengganti agregat halus alami dalam
campuran beton dengan limbah batu tabas sebesar 0%, 25%, 50%, 75%, 100%. Untuk masing-masing campuran
dibuat benda uji sebanyak 10 buah: 5 buah benda uji kubus ukuran 150x150x150 mm untuk uji kuat tekan dan 5
buah benda uji silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm untuk uji kuat tarik belah. Untuk
pengukuran berat volume digunakan kedua jenis benda uji tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat
volume beton yang dibuat dengan agregat halus limbah batu tabas 4% lebih ringan dibandingkan yang dengan
agregat halus alami. Kuat tekan dan kuat tarik belah beton yang dibuat dengan agregat limbah batu tabas
umumnya lebih rendah dibandingkan yang dengan agregat alami, namun pada penggunaan campuran agregat
halus alami dan limbah batu tabas dapat dihasilkan kekuatan yang lebih baik dari yang dengan agregat halus
limbah batu tabas. Beton dengan 100% agregat halus limbah batu tabas menghasilkan kuat tekan dan kuat tarik
belah beton berturut-turut sebesar 75% dan 84% dari yang dihasilkan beton dengan 100% agregat halus alami.

Kata kunci : Limbah Batu Tabas, Berat Volume, Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah

1. PENDAHULUAN
Beton merupakan material konstruksi yang sangat populer digunakan dalam industri jasa
konstruksi. ini disebabkan karena beton mudah dibuat, kuat menahan beban tekan, awet dan harganya
relatif lebih murah dibandingkan material konstruksi pesaingnya, seperti baja. Kinerja beton banyak
dipengaruhi oleh material pembentuknya: air, semen dan agregat, sehingga pemilihan dari material
tersebut harus diperhatikan dengan seksama agar diperoleh kualitas beton sesuai dengan yang
direncanakan. Penggunaan agregat, agregat halus dan agregat kasar, dalam pembuatan beton dapat
mencapai sekitar 75% dari keseluruhan material yang diperlukan (salain et al, 2015). dengan
demikian perhatian terhadap pemilihan jenis maupun karakter dari agregat mendapatkan porsi yang
tinggi dalam fabrikasi beton.
Batu tabas atau batu basalt merupakan batu berwarna hitam yang berasal dari lahar gunung
berapi yang telah membeku. Batu tabas ini berwarna abu kehitaman, permukaan tajam, serta kasar. di
Provinsi Bali, batu tabas biasanya diolah oleh pengerajin ukir untuk dipergunakan sebagai bahan
ornamen bangunan tradisional. dalam proses pengolahan batu tabas oleh pengerajin terdapat material
sisa berupa limbah berupa potongan-potongan batu tabas dalam bentuk butiran maupun serbuk. sekitar
30% dari jumlah batu tabas yang diolah oleh pengerajin berakhir menjadi limbah. saat ini, limbah ini
belum dikelola dengan baik dan biasanya dibiarkan menumpuk di seputar areal kerja atau saluran air
sehingga berpotensi mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan. Kadang-kadang limbah ini
dipergunakan hanya sebagai bahan urugan, sehingga tidak memiliki nilai ekonomi yang memadai.
Padahal, secara visual limbah yang berbentuk butiran, ukuran dan bentuknya menyerupai
agregat yang biasa digunakan untuk beton. Limbah batu tabas dalam bentuk serbuk pernah diteliti
untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk memproduksi batu padas buatan (sunaryo, 2007).
Kajian lain menunjukkan bahwa serbuk batu tabas dapat dipergunakan untuk menggantikan sekitar
5%-10% semen Portland sebagai perekat hidrolik (intara et al, 2013). namun belum diketahui sejauh
mana limbah batu tabas ini dapat dimanfaatkan sebagai agregat dalam campuran beton.
dalam penelitian ini dikaji peluang pemanfaatan limbah batu tabas dalam bentuk butiran,
sebagai agregat halus, untuk pembuatan beton. Efektifitas pemanfaatan limbah batu tabas tersebut
diukur dari kinerja beton yang dihasilkan pada umur 28 hari menyangkut berat volume, kuat tekan
serta kuat tarik belah beton. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi limbah
batu tabas sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan akibat tumpukan limbah batu tabas.

Kuta, 15 - 16 Desember 2017 | 137


SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017
“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan material pembentuk beton terdiri dari air,
perekat, agregat halus dan agregat kasar. Air yang digunakan untuk mencampur beton yaitu air PdAM
yang ada di Laboratorium struktur dan Bahan Jurusan Teknik sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Udayana. Untuk perekat digunakan jenis semen Portland Pozzolan (PPC) yang ada di pasaran.
Agregat halus yang digunakan berupa pasir alami yang dibeli di supplier bahan bangunan dan
pasir yang dibentuk dari limbah batu tabas yang diambil dari pengerajin ornamen tradisional di daerah
denpasar. Limbah batu tabas dalam bentuk butiran terlebih dahulu ditumbuk dengan palu dan diayak
sedemikian rupa sehingga memiliki ukuran butiran maksimum 4 mm. gambar 1 memperlihatkan
proses pembentukan agregat halus dari limbah batu tabas.

gambar 1 Pembentukan Agregat Halus dari Limbah Batu Tabas

Untuk agregat kasar digunakan batu alami (kerikil) yang juga dibeli dari supplier. Untuk setiap
jenis agregat halus distribusi butirannya dirancang memenuhi gradasi zone 2 sedangkan untuk agregat
kasar susunan butirnya dirancang memenuhi gradasi untuk ukuran butiran maksimum 40 mm sesuai
dengan sni 03-2834-2000. Pada Tabel 1 ditampilkan beberapa properti fisik dari agregat halus dan
agregat kasar serta pada gambar 2 diperlihatkan kurva gradasi rancangan dari agregat tersebut.

Tabel 1 Properti Fisik dari Agregat Halus dan Agregat Kasar


Jenis Material
n Agregat
Properti Fisik Agregat Agregat
o. Halus Limbah
Halus Alami Kasar Alami
Batu Tabas
1 Berat satuan 1,54 1,42 1,40
3
(gram/cm )
2 Berat jenis ssd 2,66 2,39 2,43
3 Penyerapan Air 1,96 2,31 1,79
(%)
4 Kadar lumpur (%) 4,00 0,40 0,14
5 Kadar air (%) 0,32 0,10 0,07
6 Keausan (%) - - 17,48

Campuran beton dibuat dalam perbandingan berat 1 PPC : 2 Agregat Halus : 3 Agregat Kasar,
dengan faktor air semen sebesar 0,5. Lima campuran beton dibuat masing-masing dengan mengganti
agregat halus alami dalam campuran beton dengan agregat halus limbah batu tabas sebesar 0%, 25%,
50%, 75%, 100%. Campuran dengan 0% agregat halus limbah batu tabas adalah sebagai beton kontrol.
Untuk masing-masing campuran dibuat benda uji sebanyak 10 buah: 5 buah benda uji berbentuk kubus
ukuran 150x150x150 mm untuk uji kuat tekan dan 5 buah benda uji berbentuk silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm untuk uji kuat tarik belah. Untuk pengukuran berat volume

138 | Kuta, 15 - 16 Desember 2017


SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017
“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

digunakan kedua jenis benda uji tersebut. Pengadukan beton dilakukan dengan menggunakan mesin
pencampur. setelah pencampuran, adukan beton dimasukkan ke dalam cetakan dan kemudian
dipadatkan. Benda uji yang telah dicetak dan dipadatkan dibiarkan dalam cetakan selama 24 jam,
selanjutnya benda uji dilepas dari cetakan dan diberikan perawatan lembab dengan merendam benda
uji dalam bak berisi air hingga waktu pengujian.

100 100

80 80

Persentase Lolos
Persentase Lolos

60 60
Batas Atas Batas Atas

40 gradasi rancangan 40 gradasi rancangan

20 Batas bawah 20 Batas bawah

0 0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 10 4.75 9.5 19 37.5 75

Ukuran Lubang Ayakan (mm) Ukuran Lubang Ayakan (mm)

gambar 2 Kurva gradasi rancangan Agregat Halus (kiri) dan Agregat Kasar (kanan)

Penentuan berat volume dilakukan dengan menimbang dan mengukur volume dari masing-
masing benda uji sebelum dilakukan uji kuat tekan maupun uji kuat tarik belah. Pengujian kuat tekan
dan kuat tarik belah dilakukan dengan menggunakan mesin uji kuat tekan dengan kapasitas 2000 Kn
mengacu berturut-turut pada sni 03-1974-1990 dan sni 03-2491-2002. Pengujian berat volume, kuat
tekan, dan kuat tarik belah dilaksanakan saat benda uji berumur 28 hari.
dari data uji yang diperoleh dihitung berat volume, kuat tekan, dan kuat tarik belah beton rata-
rata untuk masing-masing variasi penggantian agregat halus alami dengan agregat halus dari limbah
batu tabas. selanjutnya dibuat kurva yang menghubungkan antara masing-masing properti tersebut
dengan persentase penggunaan agregat halus dari limbah batu tabas dalam adukan beton. dengan data
yang diperoleh dan kurva yang dibuat kemudian dilakukan pembahasan untuk menentukan efek dari
penggantian agregat halus alami dengan agregat halus dari limbah batu tabas terhadap nilai masing-
masing properti beton. dari hasil pembahasan tersebut selanjutnya ditentukan kesimpulan dari
penelitian tentang penggunaan limbah batu tabas sebagai agregat halus dalam campuran beton.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil
 Berat Volume
Hasil pengukuran berat volume beton untuk masing-masing variasi campuran diberikan pada
Tabel 2 dan gambar 3. dari Tabel 2 dan gambar 3 terlihat bahwa perubahan penggunaan jenis agregat
halus dari yang alami diganti sebagian atau seluruhnya dengan limbah batu tabas mengakibatkan
berkurangnya berat volume beton. semakin banyak kandungan agregat halus limbah batu tabas pada
adukan beton mengakibatkan berat volume beton cenderung semakin rendah.

Tabel 2 Berat Volume Beton dengan Variasi Komposisi Agregat Halus

n
Komposisi Agregat Halus Berat Volume (Kg/m3)
o.
1
100% Pasir 2282
.
2
25% Limbah + 75% Pasir 2248
.
3
50% Limbah + 50% Pasir 2235
.
4
75% Limbah + 25% Pasir 2234
.
5
100% Limbah 2193
.

Kuta, 15 - 16 Desember 2017 | 139


SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017
“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

2300

Berat Volume (Kg/m3)


2250

2200

2150

2100
0 25 50 75 100
Kandungan Agregat Halus Limbah Batu Tabas (%)
gambar 3 Berat Volume Beton Terhadap Kandungan Agregat Halus Limbah Batu Tabas

 Kuat Tekan
Hasil pengujian kuat tekan beton untuk masing-masing variasi campuran diberikan pada Tabel 3
dan gambar 4. dari Tabel 3 dan gambar 4 terlihat bahwa perubahan penggunaan jenis agregat halus
dari yang alami diganti sebagian atau seluruhnya dengan limbah batu tabas secara umum
mengakibatkan turunnya kuat tekan beton dibandingkan dengan beton dengan agregat halus berupa
pasir alami. namun demikian penurunan yang terjadi terlihat berfluktuasi tergantung dari persentase
limbah batu tabas yang dipergunakan sebagai pengganti pasir alami.

Tabel 3 Kuat Tekan Beton dengan Variasi Komposisi Agregat Halus

n
Komposisi Agregat Halus Kuat Tekan (MPa)
o.
1
100% Pasir 38,83
.
2 32,71
25% Limbah + 75% Pasir
.
3 33,47
50% Limbah + 50% Pasir
.
4
75% Limbah + 25% Pasir 36,13
.
5
100% Limbah 29,24
.

Pada rentang penggantian pasir alami dengan limbah batu tabas dari 50% sampai 75% terlihat
bahwa kuat tekan meningkat dan selanjutnya kuat tekan menurun relatif terhadap kuat tekan beton
dengan penggantian pasir alami sebesar 25%. Tercatat bahwa beton dengan kandungan agregat halus
berupa limbah batu tabas sebesar 25%, 50%, 75% dan 100% menghasilkan kuat tekan sebesar
berturut-turut 84%, 86%, 93% dan 75% dari kuat tekan dengan kandungan 100% pasir alami.

40
Kuat Tekan (MPa)

35

30

25
0 25 50 75 100
Kandungan Agregat Halus Limbah Batu Tabas (%)

gambar 4 Kuat Tekan Terhadap Kandungan Agregat Halus Limbah Batu Tabas

140 | Kuta, 15 - 16 Desember 2017


SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017
“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

 Kuat Tarik Belah


Hasil pengujian kuat tarik belah beton untuk masing-masing variasi campuran diberikan pada
Tabel 4 dan gambar 5. dari Tabel 4 dan gambar 5 terlihat bahwa perubahan penggunaan jenis agregat
halus dari yang alami diganti sebagian atau seluruhnya dengan limbah batu tabas secara umum
mengakibatkan turunnya kuat tarik belah beton dibandingkan dengan beton dengan agregat halus
berupa pasir alami pada adukan. namun demikian tercatat bahwa kuat tarik belah beton cenderung
semakin tinggi dengan penggunaan limbah yang semakin semakin banyak. Pada penggunaan agregat
halus berupa limbah batu tabas sebesar 25%, 50%, 75% dan 100% dihasilkan kuat tarik belah sebesar
berturut-turut 84%, 87%, 93% dan 94% dari kuat tarik belah dengan kandungan 100% pasir.

Tabel 4 Kuat Tarik Belah Beton dengan Variasi Komposisi Agregat Halus

n
Komposisi Agregat Halus Kuat Tarik Belah (MPa)
o.
1
100% Pasir 3,07
.
2
25% Limbah + 75% Pasir 2,58
.
3
50% Limbah + 50% Pasir 2,66
.
4
75% Limbah + 25% Pasir 2,87
.
5
100% Limbah 2,89
.

4
Kuat Tarik Belah (MPa)

0
0 25 50 75 100
Kandungan Agregat Halus Limbah Batu Tabas (%)
gambar 5 Kuat Tarik Belah Terhadap Kandungan Agregat Halus Limbah Batu Tabas

3.2. Pembahasan
Berat volume agregat halus limbah batu tabas yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan
agregat alami mempengaruhi berat volume beton yang dihasilkan. Tercatat bahwa semakin banyak
agregat dari limbah batu tabas yang dipergunakan semakin ringan beton yang dihasilkan. Pada beton
dengan penggantian 100% agregat halus alami dengan 100% agregat halus limbah batu tabas
mengakibatkan penurunan berat volume beton sebesar 4% dibandingan dengan beton kontrol.
Penggantian secara keseluruhan agregat halus alami dengan agregat halus dari limbah batu
tabas, secara umum, mengakibatkan penurunan kuat tekan maupun kuat tarik belah beton. Tercatat
bahwa pada beton dengan penggantian 100% agregat halus alami dengan 100% agregat halus limbah
batu tabas dihasilkan kuat tekan dan kuat tarik belah beton berturut-turut sebesar 75% dan 94%
dibandingan dengan beton kontrol. namun demikian diamati juga bahwa penggantian sebagian agregat
halus alami dengan agregat halus limbah batu tabas dapat menghasilkan kekuatan yang relatif lebih
baik dibandingkan dengan penggantian agregat alami secara keseluruhan.

Kuta, 15 - 16 Desember 2017 | 141


SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017
“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

Turunnya kuat tekan maupun kuat tarik belah pada beton dengan penggantian agregat halus
alami dengan agregat halus dari limbah batu tabas dibandingkan dengan beton kontrol dapat dikaitkan
dengan meningkatnya volume agregat dalam adukan beton dengan limbah batu tabas (efek berat
volume) sedangkan jumlah pasta perekat yang tersedia tetap sehingga mengakibatkan intensitas ikatan
melemah. di sisi lain, membaiknya kekuatan beton pada penggunaan campuran agregat halus alami
dan limbah batu tabas relatif terhadap beton yang menggunakan 100% agregat halus limbah dapat
dihubungkan dengan kekasaran permukaan dari agregat limbah batu tabas. diketahui bahwa kekasaran
permukaan agregat merupakan salah satu faktor yang dapat berkontribusi bagi kekuatan beton (Mehta,
1986, neville and Brooks, 1998). semakin kasar permukaan agregat maka ikatan yang terjadi antara
pasta dan agregat semakin baik (salain, 2009, salain et.al, 2015). dalam hal ini faktor yang dominan
antara bertambahnya volume agregat dan kekasaran permukaan agregat yang menentukan kekuatan
akhir yang dihasilkan beton. inilah yang mengakibatkan adanya fluktuasi kekuatan yang dihasilkan
pada beton dengan campuran agregat halus alami dan limbah batu tabas.

4. KESIMPULAN
Limbah batu tabas memiliki berat volume dan berat jenis yang lebih ringan dan permukaan
butiran yang lebih kasar dibandingkan dengan agregat halus alami. Berat volume beton yang dibuat
dengan agregat halus limbah batu tabas 4% lebih ringan dibandingkan yang dengan agregat halus
alami. Kuat tekan dan kuat tarik belah beton yang dibuat dengan agregat limbah batu tabas umumnya
lebih rendah dibandingkan yang dengan agregat alami, namun pada penggunaan campuran agregat
halus alami dan limbah batu tabas dapat dihasilkan kekuatan yang lebih baik dari yang dengan agregat
halus limbah batu tabas. Beton dengan 100% agregat halus limbah batu tabas menghasilkan kuat tekan
dan kuat tarik belah beton berturut-turut sebesar 75% dan 94% dari yang dihasilkan beton dengan
100% agregat halus alami.

Ucapan Terimakasih
Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak Pimpinan Universitas Udayana
melalui LPPM Universitas Udayana yang telah memberikan dukungan dana untuk hibah penelitian ini
serta kepada rekan sejawat, teknisi laboratorium, dan mahasiswa s1 Program studi Teknik sipil,
Fakultas Teknik Universitas Udayana yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian
penelitian ini dari awal hingga menjadi tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Badan standarisasi nasional (2000) Standar Nasional Indonesia Untuk Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal (sni 03-2834-2000). Bandung.
Badan standardisasi nasional (1990) Tata Cara Pengujian Kuat Tekan Beton (sni 03-1974-1990).
Jakarta.
Badan standardisasi nasional (2002) Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton (sni 03-2491-2002).
Jakarta
intara, i W., salain, i M.A.K., Wiryasa, n.M.A. (2013) ‘Penggunaan serbuk Batu Tabas sebagai
Pengganti sebagian semen dalam Pembuatan Beton’, Jurnal Spektran, Vol. 1 no. 1, issn:
2302-2590, pp. 1-7.
Mehta, P.K. (1986) Concrete Structure Properties and Material. new Jersey : Englewood Cliffs.
neville, A.M. and Brooks, J.J. (1998) Concrete Technology. singapore : Longman.
salain, i M. A. K. (2009) ‘Pengaruh Jenis semen dan Jenis Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan
Beton’, Teknologi dan Kejuruan, Vol. 32, no. 1, issn: 0852-0062, pp. 63-70.
salain, i M.A.K., sudarsana, i K., Mustika, W. (2015) ‘Mechanical Properties of Concrete Using
nickel slag as Coarse Aggregate’, The 5th Environmental Technology and Management
Conference, Bandung, indonesia november 23rd-24th.
sunaryo, g. (2007) Rancangan Campuran Batu Padas Buatan Jenis Kelating Dengan Memanfaatkan
Limbah Batu Tabas. Tesis Magister Teknik sipil, Program Pascasarjana, Universitas Udayana.

142 | Kuta, 15 - 16 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai