TUGAS AKHIR
Oleh :
Kata kunci : faktor air semen (fas), limbah batu tabas, nilai slump, berat volume,
kuat tekan beton
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
3.4.4 Agregat Kasar ..................................................................................... 29
3.5 Rancangan Benda Uji ......................................................................... 30
3.6 Pengukuran Nilai Slump ..................................................................... 31
3.7 Pencetakan Benda Uji ........................................................................ 31
3.8 Perawatan Benda Uji .......................................................................... 31
3.9 Pengujian Kuat Tekan Beton .............................................................. 31
3.10 Pengujian Kuat Tarik Belah ............................................................... 32
3.11 Analisis Data dan Diskusi .................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 33
4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Pembentuk Beton ..................................... 33
4.1.1 Air ....................................................................................................... 33
4.1.2 Semen .................................................................................................. 33
4.1.3 Agregat Halus ..................................................................................... 33
4.1.4 Agregat Kasar ..................................................................................... 35
4.2 Hasil Pencampuran Beton .................................................................. 37
4.3 Pengujian Nilai Slump ........................................................................ 37
4.4 Pemeriksaan Berat Volume ................................................................ 38
4.5 Hasil Pengujian Sifat Mekanik Beton ................................................ 39
4.5.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton ..................................................... 39
4.5.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton ............................................ 40
4.6 Pembahasan ........................................................................................ 42
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 44
5.1 Simpulan ............................................................................................. 44
5.2 Saran ................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 46
LAMPIRAN A .................................................................................................. 48
LAMPIRAN B .................................................................................................. 56
LAMPIRAN C .................................................................................................. 68
LAMPIRAN D .................................................................................................. 72
LAMPIRAN E .................................................................................................. 73
LAMPIRAN F................................................................................................... 77
LAMPIRAN G .................................................................................................. 86
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
lingkungan tersebut. Limbah yang berupa abu juga bisa menyebabkan kerusakan
apabila dihirup, atau bisa menyebabkan terganggunya saluran draisane apabila
ditumpuk begitu saja pada saluran drainase.
2
hasil pecahan agregat kasar yang tidak sesuai dengan kriteria agregat kasar,
sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk menjadi agregat halus dari limbah batu
tabas.
Pada penelitian ini penggunaan agregat dari limbah batu tabas dalam
campuran beton akan divariasikan. Oleh karena jenis agregat yang digunakan
berbeda dari jenis agregat alami, maka sifat / karakteristik dari agregat ini tentu
berbeda dari agregat alami. Untuk mengetahui prilaku dari agregat tersebut
terhadap campuran beton, dilakukan beberapa pengujian pada saat beton dalam
kondisi segar maupun pada saat beton sudah bereaksi / mengeras. Penelitian ini
diharapkan dapat mengetahui manfaat yang dapat dihasilkan dari penggunaan
limbah batu tabas sebagai alternatif pengganti agregat untuk campuran beton.
3
2. Bagaimana perbandingan nilai slump, berat volume, kuat tekan dan kuat tarik
belah yang dihasilkan dari campuran beton limbah batu tabas dengan campuran
beton kadar 0% dari agregat halus limbah batu tabas?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Tabel 2.2 Jenis – jenis semen Portland
2.2 Agregat
Agregat adalah material granular yang terdiri dari pasir, krikil / batu pecah
yang berfungsi sebagai pengisi dalam campuran beton. Komposisi agregat dalam
campuran beton kurang lebih sebesar 70% dari volume beton. Walaupun sebagai
bahan pengisi dalam jumlah yang besar, komposisi agregat memiliki peranan yang
besar terhadap sifat dan daya tahan beton yang padat. Sehingga pemilihan agregat
sangat penting untuk menciptakan campuran yang direncanakan.
Agregat dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Agregat alam, yaitu agregat yang terbentuk dari aliran sungai dan terdegradasi
atau terbentuk dari sisa – sisa kegiatan alam, seperti sisa letusan gunung berapi
2. Agregat buatan, yaitu agregat yang berasal dari sisa pabrik semen atau sisa
mesin pemecah batu. Agregat buatan sering disebut filler
Agregat umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
6
1. Agregat halus atau pasir memiliki ukuran butiran 0,15 mm – 5 mm
2. Agregat kasar atau krikil memiliki ukuran butiran 5 mm – 40 mm
3. Agregat batu memiliki ukuran butiran lebih dari 40 mm
Jenis agregat kasar yang umum adalah:
1. Kerikil alami
Kerikil didapat dari proses alami yaitu pengikisan tepi maupun dasar sungai
yang mengalir. Kerikil memberikan kekuatan yang lebih rendah dari pada batu
pecah, tetapi memberikan kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi.
2. Batu pecah
Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah yang digali. Batu ini dapat
berasal dari gunung berapi, jenis sedimen, atau jenis metamorf. Meskipun dapat
menghasilkan kekuatan yang tinggi terhadap beton, batu pecah kurang memberikan
kemudahan pengerjaan dibandingkan dengan jenis agregat lainnya.
7
Adapun syarat-syarat dari agregat kasar harus memenuhi syarat PBI (1971)
adalah sebagai berikut:
1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila
jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat
seluruhnya.
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat jenis kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-
bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui
1%, maka agregat kasar harus dicuci.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat reaktif alkali.
Agregat halus atau pasir harus memenuhi syarat PUBI (1982) antara lain
sebagai berikut:
1. Pasir harus bersih, bila diuji memakai larutan pencuci khusus, tinggi endapan
pasir yang terlihat dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan lebih besar
atau tidak boleh kurang dari 70%,
2. Kadar lumpur tidak boleh lebih besar dari 5%
3. Angka kehalusan fineness modulus terletak antara 2,2 - 3,2 bila diuji memakai
ayakan rangkaian dengan ukuran berturut-turut 0.16 - 0.315, 0.63 - 1.25 - 2.5 -
5.00 - 10 dengan fraksi yang lewat 0,3 mm minimal 15% berat,
4. Pasir tidak boleh mengandung unsur zat organik yang dapat mengurangi mutu.
Untuk itu bila direndam dalm larutan 3% NaOH cairan diatas endapan tidak
lebih gelap dari larutan pembanding
8
Sebagai pernyataan gradasi dipakai nilai persentase dari berat butiran yang
tertinggal atau lewat di dalam suatu susunan ayakan. Susunan ayakan itu
ialah ayakan dengan lubang : 76 mm (3”), 38 mm (11/2”), 19 mm (3/4”), 9,6 mm
(3/8”) , 4,80 mm (No. 4), 2,40 mm (No. 8), 1,20 mm (No. 16), 0,60 mm (No. 30),
0,30 mm (No. 50), dan 0, 15 mm (No. 100). (Mustika, 2015)
Gradasi pada agregat halus dan agregat kasar adalah sebagai berikut:
1. Agregat Halus
Menurut peraturan di Inggris (British Standard) yang juga dipakai di
Indonesia saat ini (dalam SK-SNI-T-15-1990-03) kekasaran pasir dapat dibagi
menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu
1. Pasir daerah / zone I, yaitu: pasir kasar
2. Pasir daerah / zone II, yaitu: pasir agak kasar
3. Pasir daerah / zone III, yaitu: pasir agak halus
4. Pasir daerah / zone IV, yaitu: pasir halus
Sebagaimana tampak pada Tabel 2.4 dan Gambar 2.1 sampai Gambar
2.4, adapun gradasi kerikil yang baik sebaiknya masuk di dalam batas-batas yang
tercantum dalam Tabel 2.5, Gambar 2.5 dan Gambar 2.6.
Tabel 2.4 Gradasi Pasir
Lubang Ayakan Persen berat butir yang lewat ayakan
0,3 No.50 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 No.100 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15
9
100
90
80
Presentase Lolos Ayakan (%)
70
60
50
Batas Bawah Zone 1
40
Batas Atas Zone 1
30
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Lubang Ayakan (mm)
100
90
Presentase Lolos Ayakan (%)
80
70
60
50
Daerah 2 Bawah
40
Daerah 2 Atas
30
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Lubang Ayakan (mm)
10
100
90
80
Presentase Lolos Ayakan (%)
70
60
50 Batas Bawah Zone 3
30
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Lubang Ayakan (mm)
100
90
Presentase Lolos Ayakan (%)
80
70
60
50 Batas Bawah Zone 4
40 Batas Atas Zone 4
30
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Lubang Ayakan (mm)
11
2. Agragat Kasar
Tabel 2.5 Gradasi Kerikil
(mm) ASTM 40 mm 20 mm
40 1 ½” 95 – 100 100
20 3/4” 30 – 70 95 – 100
10 3/8” 10 – 35 25 – 55
100
90
80
Presentase Lolos Ayakan (%)
70
60
50 Batas Bawah
40 BatasAtas
30
20
10
0
4.75 9.5 19 37.5 75
Lubang Ayakan (mm)
12
100
90
80
Presentase Lolos Ayakan (%)
70
60
50 Batas Bawah
40 Batas Atas
30
20
10
0
4.75 9.5 19 37.5 75
Lubang Ayakan (mm)
13
Tabel 2.6 Komposisi Kimia Serbuk Batu Tabas
Senyawa Komposisi Kimia
SiO2 62,83 %
Al2O3 13,59 %
CaO 8,13 %
MgO 3,36 %
Na2O 3,56 %
K 2O 2,39 %
Fe2O3 5,00 %
Sumber :Sunaryo (2007)
2.3 Air
Air merupakan salah satu bahan penting didalam pembuatan beton. Air
mempunyai peranan dalam mementukan campuran beton. Dalam peranannya
sebagai bahan pencampur beton, air memunyai dua fungsi, yaitu:
1. Air memungkinkan terjadinya reaksi kimia dengan semen, yang menyebabkan
terjadinya pengikatan dan pengerasan antara air dan campuran beton
2. Air dapat menjadi bahan pelicin pada campuran beton untuk mempermudah
dalam pencetakan beton
Kekuatan beton dan daya tahannya akan mengalami penurunan apabila air
mengandung kotoran. Pengaruh pada beton diantaranya lamanya waktu ikatan awal
14
adukan beton, serta kekuatan beton setelah mengeras. Untuk jenis semen Portland,
semen membutuhkan sekitar 25% bagian berat air untuk terjadinya hidrasi. Jika
campuran terdiri dari semen, agregat halus dan agregat kasar serta bahan tambah,
maka diperlukan semakin banyak bahan pelicin agar mempermudah dalam
pencetakan, namun proporsi air tetap 25% terhadap berat semen (Murdock, 1991).
Berdasarkan SNI 03-2847-2002, persyaratan air yang digunakan untuk
campuran beton adalah sebagai berikut:
1. Air harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, zat
organik, atau bahan – bahan lain yang dapat merusak beton dan tulangan.
2. Air tidak boleh mengandung ion klorida, apabila digunakan sebagai bahan
pencampur pada beton yang didalamnyaterdapat prategang, atau tulangan
logam aluminium
3. Untuk air yang tidak dapat diminum apabila ingin digunakan sebagai bahan
campuran beton maka harus memenuhi ketetntuan sebagai berikut:
a. Air dari sumber yang sama harus menjadi dasar pada pemilihan proporsi
campuran dari campuran beton
b. Pada pengujian benda uji berumur 7 hari dan 28 hari harus mempunyai
kekuatan sekurang – kurangnya sama dengan 90% dari benda uji
menggunakan air yang dapat diminum dengan campuran dan komposisi
yang sama
15
beton sulit dikerjakan sehingga beton akan menjadi keropos. Sebaliknya, apabila
faktor air semen yang besar, kelebihan air pada beton akan mengalami penguapan
yang nantinya akan menimbulkan pori – pori didalam beton. Semakin banyak pori
– pori yang terdapat dalam beton juga akan menyebabkan penurunan kekuatan pada
beton.
Jumlah kebutuhan air sangat dipengaruhi oleh jumlah semen yang
digunakan. Semen dapat mengikat air berkisar 25%-30% dari berat semen. Tapi
pada kenyataannya, faktor air semen yang berada dibawah 0,35 akan menyebabkan
beton sulit dikerjakan dan dimampatkan, serta adanya banyak rongga yang
menyebabkan kekuatan beton menjadi rendah dan tidak tahan terhadap air.
16
Uji nilai slump umumnya di test menggunakan alat serupa kerucut sesuai
dengan Gambar 2.3
Tabel 2.7 Rekomendasi nilai slump untuk pemakaian beton segar pada elemen
struktur
No. Elemen Struktur Slump Maks (cm) Slump Min (cm)
1 Plat pondasi, pondasi telapak 12,5 5,0
bertulang
2 Pondasi telapak tidak bertulang, 9.0 2,5
kaison dan konstruki di bawah tanah
3 Plat (lantai), balok, kolom, dan 15,0 7,5
dinding
4 Jalan beton bertulang 7,5 5,0
5 Pembetonan massal 7,5 2,5
Sumber: PBI NI 2 (1971)
17
2.5.2 Berat Volume Beton
Berat volume beton merupakan perbandingan antara berat bersih beton
segar dengan berat volumenya (volume kubus dan silinder untuk pengujian). Berat
volume beton berfungsi sebagai pembanding berat volume beton yang
direncanakan dengan berat volume saat pengadukan.
18
5. Suhu mempengaruhi kecepatan pengerasan beton. Selain itu, kecepatan
pengerasan beton juga dipengaruhi oleh jenis semen yang digunakan.
6. Komposisi bahan dasarnya (semen, agregat halus dan agregat kasar)
Semen Portland
0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Biasa
Semen Portland
dengan kekuatan 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
awal yang tingi
Sumber: PBI NI-2 (1971)
Dimana :
fci = Kuat tekan beton kubus ke - i (MPa)
P = beban maksimum (N)
A = luas bidang tekan benda uji (mm2)
19
Kuat tekan rata-rata beton:
∑𝑓𝑐𝑖
fcirata-rata= (2.2)
𝑁
Dimana :
fci rata-rata = Kuat tekan beton rata-rata (MPa)
N = Jumlah benda uji (buah)
20
Gambar 2.9 Pengujian kuat tarik belah
Dimana:
ft = Kuat tarik belah (MPa)
p = Beban pada waktu belah (N)
D = Diameter benda uji silinder (mm)
L = Panjang benda uji silinder (mm)
21
Penelitian lainnya mengenai batu tabas dilakukan oleh Intara (2013).
Penelitian ini menggunakan serbuk batu tabas sebagai pengganti semen Portland.
Hasil yang didapat bahwa serbuk batu tabas pada benda uji silinder 56 hari
menunjukkan reaktivitas pozolanik yang baik ditinjau dari segi kuat tekan,
modulus elastisitas, kuat tarik belah dan permeabilitas sehingga layak
dipertimbangkan sebagai komponen dari semen Portland komposit. Penggunaan
optimal serbuk batu tabas sebagai pengganti sebagian semen berkisar antara 5% -
10%, sehingga menunjukan kinerja yang setara atau melampaui kinerja campuran
dengan kandungan 100% semen Portland.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Persiapan Alat
Persiapan Bahan
23
A
Pemeriksaan Bahan
24
B
Analisis data
Kesimpulan
Selesai
25
3.3 Pemilihan dan Persiapan Bahan
Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan bahan – bahan untuk campuran
beton sehingga bahan – bahan yang digunakan memenuhi kriteria / syarat-syarat
yang sudah ditetapkan. Adapun jenis – jenis bahan yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jenis material yang digunakan dalam penelitian
No Jenis material Keterangan / asal material
26
Tabel 3.2 Rancangan Grafik Gradasi Agregat Kasar
75 0 0 0 100
37,5 25 2,5 2,5 97,5
19 450 45 47,5 52,5
9,5 275 27,5 75 25
4,75 250 25 100 0
Jumlah 1000 100 225
100
90
80
Presentase Lolos Ayakan (%)
70
60
Batas Bawah
50
BatasAtas
40
Rancangan gradasi
30
20
10
0
4.75 9.5 19 37.5 75
Lubang Ayakan (mm)
27
Tabel 3.3 Rancangan Gradasi Agregat Halus
100
90
Presentase Lolos Ayakan (%)
80
70
60
50
Daerah 2 Bawah
40
Daerah 2 Atas
30
Rancangan gradasi
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Lubang Ayakan (mm)
28
3.4 Pemeriksaan Bahan
Pemeriksaan bahan dilaksanakan untuk mengetahui sifat-sifat material yang
akan digunakan dalam campuran beton. Pemeriksaan ini mengacu pada Buku
Praktikum Bahan Konstruksi, Teknik Sipil Universitas Udayana. Adapun
pemeriksaan material yang akan digunakan dapat dilihat secara lengkap pada
lampiran A dengan poin pemeriksaan sebagai berikut:
3.4.1 Semen
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap semen hanya pemeriksaan berat
satuan (unit weight).
3.4.2 Air
Air yang digunakan pada penelitian ini berasal dari air Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) di Laboratorium Struktur dan Bahan, Program Studi Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana. Air ini telah dianggap memenuhi
persyaratan sesuai dengan SNI-03-2847-2002 sebagai bahan pencampur beton.
Sehingga, tidak dilakukan penelitian kualitas air yang akan digunakan.
3.4.3 Agregat Halus
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus sesuai dengan SNI 03-
2834-2000. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan yaitu:
1. Berat satuan (unit weight)
2. Berat jenis (specific gravity)
3. Penyerapan air (absorption)
4. Kadar lumpur (mud content)
5. Kadar air (surface moisture content)
Prosedur pemeriksaan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran A.
Perencanaan gradasi untuk agregat halus, yaitu gradasi butiran pasir direncanakan
memenuhi gradasi 2.
3.4.4 Agregat Kasar
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat kasar sesuai dengan SNI 03-
2834-2000. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan yaitu:
1. Berat satuan (unit weight)
2. Berat jenis (specific gravity)
3. Penyerapan air (absorption)
29
4. Kadar lumpur (mud content)
5. Kadar air (surface moisture content)
6. Keausan agregat (abration test)
Prosedur pemeriksaan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran A.
Perencanaan gradasi untuk agregat kasar, yaitu gradasi butiran dirancang sesuai
SNI, dengan diameter maksimum 40 mm
30
3.6 Pengukuran Nilai Slump
Uji Slump merupakan pengetesan sederhana untuk mengetahui workability
beton segar sebelum diterima dan diaplikasikan dalam pengecoran beton. Slump
beton segar dilakukan sebelum beton dituangkan kedalam cetakan silinder benda
uji. Pengukuran slump dilakukan dengan mengacu pada SNI 1972-2008.
Beberapa alat yang digunakan dalam pengukuran nilai slump, yaitu:
1. Kerucut Abrams, berbentuk kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm,
diameter bawah 20 cm, dan tinggi 30 cm
2. Pelat baja ukuran 50 cm x 50 cm atau lantai kerja yang rata dan kedap air
sebagai alas tempat kerucut berdiri
3. Tongkap pemampat yang memiliki diameter 16 mm, panjang 60 cm dan
berujung bulat
31
2. Tekan benda uji tersebut dengan mesin tekan hingga benda uji tersebut hancur.
Kemudian catat beban yang bekerja pada benda uji
3. Lakukan perhitungan untuk memperoleh kuat tekan benda uji sesuai dengan
rumus untuk menghitung kuat tekan
4. Data – data yang didapat dari benda uji kemudian dicatat dalam formulir yang
telah disediakan.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
33
1. Hasil Pemeriksaan Sifat Material
Berikut adalah tabel hasil pemeriksaan material agregat halus.
Tabel 4.1 Pemeriksaan agregat halus
Hasil Pengujian
No. Jenis Pemeriksaan Agregat Halus Agregat Halus
Alami Batu Tabas
1. Kadar air (%) 0,32 0,10
2. Kadar Lumpur (%) 4,00 0,40
3. Berat Volume (gr/cm3) 1,54 1,42
4. Berat Jenis Bulk 2,61 2,34
5. Berat Jenis SSD 2,66 2,40
6. Berat Jenis Semu 2,75 2,48
7. Penyerapan / Absorpsi (%) 1,96 2,31
(a) (b)
Gambar 4.1 (a) agregat halus alami, (b) agregat halus limbah batu tabas
34
100
Hasil Pengujian
No. Jenis Pemeriksaan
Agregat Kasar Batu Tabas
1. Kadar air (%) 0,36
2. Kadar Lumpur (%) 0,16
3. Berat Volume (gr/cm3) 1,13
4. Berat Jenis Bulk 2,00
5. Berat Jenis SSD 2,09
6. Berat Jenis Semu 2,24
7. Penyerapan / Absorpsi (%) 5,88
8. Keausan agregat (%) 22,55
35
Gambar 4.3 Agregat kasar limbah batu tabas
100
90
80
Presentase Lolos Ayakan (%)
70
60
Batas Bawah
50
BatasAtas
40
Rancangan gradasi
30
20
10
0
4.75 9.5 19 37.5 75
Lubang Ayakan (mm)
36
4.2 Hasil Pencampuran Beton
Campuran beton dirancang dengan menggunakan perbandingan campuran
1 satuan berat semen : 2 satuan berat agregat halus : 3 satuan berat agregat kasar,
Fas (faktor air semen) yang ditetapkan sebesar 0,5. Rancangan variasi yang dibuat
dapat dilihat pada Bab III Tabel 3.4. Hasil pencampuran beton didapat 10 buah
benda uji untuk masing-masing variasi campuran dengan rincian 5 buah benda uji
kubus untuk uji kuat tekan, dan 5 buah benda uji silinder untuk uji kuat tarik belah..
Pada pencampuran beton, agregat yang dicampur berada dalam kondisi kering
udara. Sehingga kandungan air akibat penyerapan agregat dikoreksi dengan cara
mencari kekurangan atau kelebihan kadar air terhadap penyerapan agregat. Hasil
pencampuran beton secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.
Kadar Agregat
Jenis Campuran Nilai Slump (mm)
Halus Tabas (%)
C1 0 10
C2 25 10
C3 50 10
C4 75 Tidak dapat dilakukan pengukuran
C5 100 Tidak dapat dilakukan pengukuran
Tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai slump pada C1, C2, dan C3 dengan kadar
limbah agregat halus dari limbah batu tabas sebesar 0%, 25% dan 50%
menghasilkan nilai slump yang relatif konstan yaitu sebesar 10 mm. Untuk C4 dan
C5 dengan kadar limbah agregat halus dari limbah batu tabas sebesar 75% dan
37
100%, pengukuran tidak dapat dilakukan karena penurunan yang sangat kecil dan
tidak dapat terlihat.
2200
2150 2129.7
2105.95
2100
2050
2000
0% 25% 50% 75% 100%
Kadar Agregat Halus Tabas
38
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada C1 sampai C5 dengan kandungan
agregat halus tabas sebesar 0% sampai 100%, didapat berat volume sebesar 2157,78
kg/m3, 2154,36 kg/m3, 2153,62 kg/m3, 2129,7 kg/m3, dan 2105,95 kg/m3. Dapat
dilihat bahwa terjadi penurunan berat volume seiring penambahan kadar agregat
halus limbah batu tabas, dengan penurunan berat volume dari kadar 0% ke kadar
100% sebesar 2,4%.
C1 0 33,96
C2 25 34,83
C3 50 34,89
C4 75 34,49
C5 100 32,22
37
34.83 34.89 34.49
35 33.96
Kuat Tekan (MPa)
33 32.22
31
29
27
25
0% 25% 50% 75% 100%
Kadar Agregat Halus Tabas
Gambar 4.6 Kuat tekan beton terhadap kadar agregat halus limbah batu tabas
39
Gambar 4.6 secara umum menunjukkan bahwa kuat tekan beton meningkat
seiring penggantian agregat halus alami dengan agregat halus limbah batu tabas dari
kadar 0% sampai kadar 50%. Selanjutnya kuat tekan mengalami penurunan, namun
pada penggunaan 75% agregat halus limbah batu tabas, kuat tekan yang dihasilkan
lebih tinggi terhadap kadar 0%.
C1 dengan kadar agregat halus limbah batu tabas halus sebesar 0% , kadar
agregat halus alami sebesar 100%, dan kadar agregat kasar limbah batu tabas
sebesar 100%, didapat kuat tekan sebesar 33,96 MPa. Pada C2 dan C3 dengan kadar
agregat halus limbah batu tabas sebesar 25% dan 50%, didapat kuat tekan beton
yang mengalami peningkatan menjadi 34,83 MPa dan 34,89 MPa. Terjadi
peningkatan kuat tekan terhadap kuat tekan C1 sebesar 2,56 % da 2,74%. Pada C4
dengan kadar agregat halus limbah batu tabas sebesar 75% didapat kuat tekan beton
sebesar 34,49 MPa. C4 mengalami penurunan kuat tekan terhadap kuat tekan C3,
tetapi masih lebih tinggi 1,56%. terhadap kuat tekan C1. Untuk C5 dengan kadar
agregat halus tabas sebesar 100%, didapat kuat tekan sebesar 32,22 MPa. C5 ini
mengalami penurunan kuat tekan sebesar 5,12% dari kuat tekan C1.
C1 0 2,63
C2 25 2,62
C3 50 2,64
C4 75 2,74
C5 100 2,41
40
3.00
Kuat Tarik Belah (MPa) 2.75 2.74
2.63 2.62 2.64
2.50
2.41
2.25
2.00
1.75
1.50
0% 25% 50% 75% 100%
Variasi Campuran
Gambar 4.7 Kuat tarik belah beton terhadap kadar agregat halus limbah batu tabas
Gambar 4.7 secara umum menunjukkan bahwa kuat tarik belah beton
meningkat seiring penggantian agregat halus alami dengan agregat halus limbah
batu tabas sampai kadar 75%, kecuali pada kadar 25% terjadi penurunan yang
relatif sangat kecil. Kuat tarik belah mengalami penurunan pada kadar 100%.
C1 dengan kadar agregat halus dari limbah batu tabas sebesar 0%, agregat
halus alami 100%, dan agregat kasar limbah batu tabas sebesar 100% memiliki kuat
tarik belah sebesar 2,63 MPa. Pada C2 dengan kadar agregat halus sebesar 25%
didapat kuat tarik belah sebesar 2,63 MPa, mengalami sedikit penurunan kuat tarik
belah sebesar 0,38% terhadap kuat tarik belah C1. Pada C3 dan C4 dengan kadar
agregat halus limbah batu tabas sebesar 50% dan 75%, memiliki kuat tarik belah
sebesar 2,64 MPa dan 2,74 MPa. Kuat tarik belah C3 dan C4 mengalami
peningkatan sebesar 0,38% dan 4,18% terhadap kuat tarik belah C1. Untuk C5
dengan kadar agregat halus limbah batu tabas sebesar 100%, menghasilkan kuat
tarik belah beton sebesar 2,41 MPa, mengalami penurunan sebesar 8,37% terhadap
kuat tarik belah C1.
41
4.6 Pembahasan
Dari penelitian ini, dengan menetapkan rancangan campuran menggunakan
perbandingan 1 satuan berat semen : 2 satuan berat agregat halus : 3 satuan berat
agregat kasar, didapatkan perubahan prilaku dari masing – masing campuran seperti
perubahan terhadap nilai slump, berat volume, kuat tekan dan kuat terik belah beton.
Hasil pengujian nilai slump menunjukkan bahwa nilai slump pada C1, C2,
dan C3 dengan kadar limbah agregat halus dari limbah batu tabas sebesar 0%, 25%
dan 50% menghasilkan nilai slump yang relatif konstan yaitu sebesar 10 mm. Nilai
slump yang kecil disebabkan oleh penggunaan jenis agregat halus dan agregat kasar
dari limbah batu tabas yang memiliki tekstur permukaan yang relatif lebih kasar
dibandingkan agregat alami. Tekstur yang lebih kasar ini menyebabkan agregat
membutuhkan lebih banyak air untuk melumasi permukaan dan membuat campuran
menjadi lebih kaku. Pada variasi campuran C4 dan C5, penggunaan limbah batu
tabas dengan presentase 75% - 100% menyebabkan tekstur agregat semakin kasar
dan sangat kaku.Nilai slump campuran beton tidak bisa diukur, karena hampir tidak
terjadi penurunan.
Hasil pengujian berat volume menghasilkan penurunan terhadap berat
volume beton dari kadar 0% ke kadar 100% sebesar 2,4%. Penurunan ini sejalan
dengan penambahan kadar agregat halus limbah batu tabas. Agregat halus limbah
batu tabas yang memiliki berat volume sebesar 1,42 gr/cm3 lebih ringan
dibandingkan agregat halus alami yang memiliki berat volume 1,54 gr/cm3. Hal ini
mengakibatkan beton dengan campuran menggunakan agregat dari limbah batu
tabas menjadi lebih ringan.
Hasil pengujian kuat tekan beton secara umum menunjukkan bahwa kuat
tekan beton meningkat seiring penggantian agregat halus alami dengan agregat
halus limbah batu tabas dari kadar 0% sampai kadar 50%. Selanjutnya kuat tekan
mengalami penurunan, namun pada penggunaan 75% agregat halus limbah batu
tabas, kuat tekan yang dihasilkan lebih tinggi terhadap kadar 0%. Pada proporsi
penggantian agregat halus dari limbah batu tabas ini terdapat kenaikan kuat tekan
beton dari kadar 0% sampai 50%. Kenaikan ini disebabkan oleh tekstur permukaan
agregat dari batu tabas. Karena proses pembuatan agregat tersebut dari batu yang
dipecahkan, maka tekstur permukaan yang dihasilkan lebih kasar. Kondisi tekstur
42
agregat yang kasar membuat daya kunci agregat semakin baik, hal ini menyebabkan
adanya peningkatan terhadap kekuatan beton. Pengaruh tekstur agregat juga dapat
terlihat dari hasil pengujian nilai slump. Pada kadar 75% agregat halus limbah batu
tabas, kuat tekan yang dihasilkan menurun terhadap kuat tekan kadar 50%, tetapi
lebih tinggi 1,56% terhadap kuat tekan kadar 0%. Hal ini disebabkan oleh jumlah
semen yang dibuat tetap, tetapi volume agregat yang bertambah. Namun daya kunci
agregat yang masih baik menyebabkan beton ini masih memiliki kuat tekan yang
lebih tinggi dari beton yang mengandung kadar 0% agregat halus limbah batu tabas.
Penurunan kuat tekan pada kadar 100% agregat halus limbah batu tabas terjadi
akibat penurunan jumlah semen untuk mengikat volume agregat yang jumlahnya
semakin banyak.
Kuat tarik belah beton yang dihasilkan mengalami sedikit peningkatan
seiring penggantian agregat halus alami dengan agregat halus dari limbah batu tabas
sampai kadar 75%, kecuali pada kadar 25% terjadi penurunan yang relatif sangat
kecil. Hal ini juga disebabkan oleh perubahan volume agregat dan tekstur agregat
seperti halnya di kuat tekan.
Dari hasil penelitian ini, variasi yang paling baik yaitu jenis campuran C3
yang mengandung kadar 50% agregat halus dari limbah batu tabas dan 100%
agregat kasar dari limbah batu tabas. Variasi campuran ini menghasilkan kuat tekan
sebesar 34,89 MPa, dan kuat tarik belah sebesar 2,64 MPa.
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum, penggantian agregat campuran beton dengan menggunakan
limbah batu tabas menghasilkan penurunan terhadap nilai slump, dan berat
volume beton, namun kuat tekan beton meningkat seiring penggantian agregat
halus alami dengan agregat halus limbah batu tabas dari kadar 0% sampai
kadar 50%. Selanjutnya kuat tekan mengalami penurunan, namun pada
penggunaan 75% agregat halus limbah batu tabas, kuat tekan yang dihasilkan
lebih tinggi terhadap kadar 0%. Kuat tarik belah mengalami peningkatan
seiring penggantian agregat halus alami dengan agregat halus dari limbah batu
tabas sampai kadar 75%, kecuali pada kadar 25% terjadi penurunan yang relatif
sangat kecil.
2. Nilai slump yang dihasilkan pada penggantian agregat halus limbah batu tabas
sebesar 0%, 25%, 50%, 75%, 100%, dan kadar agregat kasar limbah batu tabas
yang ditetapkan sebesar 100% yaitu: 10 mm, 10 mm, 10 mm, tidak dapat
diukur, tidak dapat diukur. Perbandingan nilai slump yang dihasilkan dari
campuran agregat halus batu tabas pada kadar 25%, 50%, 75%, 100% terhadap
beton dengan kadar 0% yaitu 100%, 100%, tidak dapat dilakukan pengukuran,
tidak dapat dilakukan pengukuran.
3. Berat volume yang dihasilkan pada penggantian agregat halus limbah batu
tabas sebesar 0%, 25%, 50%, 75%, 100%, dan kadar agregat kasar limbah batu
tabas yang ditetapkan sebesar 100% yaitu 2157,78 kg/m3 , 2154,36 kg/m3,
2153,62 kg/m3, 2129,70 kg/m3, 2105,95 kg/m3. Perbandingan berat volume
beton yang dihasilkan dari campuran agregat halus batu tabas pada kadar 25%,
50%, 75%,100% terhadap beton kadar 0% yaitu 99,84%, 99,81%, 98,70%,
97,60%.
4. Kuat tekan yang dihasilkan pada penggantian agregat halus limbah batu tabas
sebesar 0%, 25%, 50%, 75%, 100%, dan kadar agregat kasar limbah batu tabas
yang ditetapkan sebesar 100% yaitu 33,96 MPa, 34,83 MPa, 34,89 MPa, 34,49
MPa, 32,22 MPa. Perbandingan kuat tekan beton yang dihasilkan dari
44
campuran agregat halus limbah batu tabas pada kadar 25%, 50%, 75%, 100%
terhadap beton kadar 0% yaitu 102,56%, 102,74%, 101,56%, 94,88%.
5. Kuat tarik belah yang dihasilkan pada penggantian agregat halus limbah batu
tabas sebesar 0%, 25%, 50%, 75%, 100% dan kadar agregat kasar limbah batu
tabas yang ditetapkan sebesar 100% yaitu 2,63 MPa, 2,62 MPa, 2,64 MPa, 2,74
MPa, 2,41 MPa. Perbandingan kuat tarik belah yang dihasilkan dari campuran
agregat halus limbah batu tabas pada kadar 25%, 50%, 75%, 100% terhadap
beton kadar 0% yaitu 99,62%, 100,38%, 104,18%, 91,63%.
5.2 Saran
Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu dikaji kembali mengenai mengganti agregat campuran beton dari limbah
batu tabas dengan proporsi agregat halus dari limbah batu tabas yang dibuat
tetap, sedangkan agregat kasar dari limbah batu tabas yang dapat divariasikan
2. Untuk memanfaatkan limbah batu tabas sebagai campuran beton dengan nilai
slump dan kuat tekan tertentu, perlu dirancang dengan menggunakan mix
design dengan klasifikasi limbah sebagai batu pecah
45
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1991, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
berdasarkan SNI T-15-1991-03, Departemen Pekerjaan Umum, Badan
Penelitian dan Pengembangan PU
Anonim. 2000. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
berdasarkan SNI 03 – 2834 – 2000. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta
Anonim. 2002. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
berdasarkan SNI 03 - 2847 – 2002. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta
Anonim. 2008. Cara Uji Slump berdasarkan SNI 1972 – 2008. Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta
Anonim. 2015. Semen Portland berdasarkan SNI 15 - 2049 – 2015. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta
Anonim. 2016. Tim Pemprov Pantau Dampak Galian C.
http://www.nusabali.com/berita/5011/tim-pemprov-pantau-dampak-
galian-c
Diakses tanggal 31/10/2016
Anonim. 2016. Galian C Ditertibkan, 9000 Orang Kehilangan Pekerjaan di
Karangasem.
http://suaradewata.com/read/2016/08/05/201608050007/Galian-C
Ditertibkan-9000-Orang-Kehilangan-Pekerjaan-di-Karangasem.html
Diakses tanggal 31/10/2016
Darsana, K. 2005. Daya Layan Balok Beton Bertulang Dengan Batu Tabas Sebagai
Agregat Kasar. (Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, 2005).
Dewi, N.P.T.K. 2017. Penggunaan Limbah Batu Tabas Sebagai Agregat Halus
dalam Campuran Beton. (Tugas akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, 2017).
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1982. Persyaratan Umum Bahan
Bangunan di Indonesia. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan,
Jakarta.
Intara, I.W, Salain, I.M.A.K, Wiryasa, N.M.A, 2013.Penggunaan Serbuk Batu
Tabas Sebagai Penggantian Sebagian Semen Dalam Pembuatan Beton,
Jurnal Spektran Vol. 1 No. 1.
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. 1971. Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971 NI-2, Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton. Andi, Yogyakarta.
Murdock, L.J. dan Brook, K.M., (alih Bahasa : stephanus hendarko), 1991. Bahan
Dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.
Murdock, L.J. dan Brook, K.M., (alih Bahasa : stephanus hendarko), 1999. Bahan
Dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.
Mustika, W. 2015. Penggunaan Terak Nikel Sebagai Agergat Dalam Campuran
Beton. (Thesis yang dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Udayana, 2015)
Sunaryo, G. 2007. Rancangan Campuran Batu Padas Buatan Jenis Kelanting
dengan Memanfaatkan Limbah Batu Tabas. (Thesis yang tidak
46
dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Udayana, 2007).
Tjokrodimuljo, K, 1996. Teknologi Beton. Nafiri. Yogyakarta.
47
LAMPIRAN A
48
A.2 Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus
1. Tujuan
Adalah untuk mengetahui kandungan lumpur yang terdapat dalam agregat
halus. Menurut PUBI (1982), kadar lumpur agregat halus yang diijinkan
untuk campuran beton maksimal sebesar 5%., apabila lebih besar dari 5%,
maka agregat halus harus dicuci karena akan berpengaruh terhadap daya
ikat agregat pada beton.
2. Alat yang digunakan
a. Gelas ukur kapasitas 1000 ml
3. Bahan yang digunakan
a. Pasir benoa
b. Pasir batu tabas
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Timbang pasir benoa dan pasir batu tabas sebanyak 500 gr
b. Masukkan ke dalam gelas ukur, dan diisi air sampai penuh
c. Tutup gelas ukur dengan menggunakan tangan, dan kemudian bolak
balikkan gelas ukur hingga lumpur yang ada didalam agregat keluar
d. Diamkan selama 24 jam,
e. Baca perubahan tinggi lumpur yang terjadi
5. Rumus Perhitungan
Kadar lumpur =
a b x100%
a
49
A.3 Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar
1. Tujuan
Adalah untuk mengetahui kandungan lumpur yang terdapat dalam agregat
kasar. Menurut PBI (1971), kadar lumpur agregat kasar yang diijinkan
untuk campuran beton maksimal sebesar 1%. Apabila melebihi, maka
agregat harus dicuci.
2. Alat yang digunakan
a. Cawan
b. Oven
c. Timbangan
3. Bahan yang digunakan
a. Kerikil batu tabas
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Timbang kerikil batu pecah dan kerikil batu tabas sesuai rancangan
gradasi sebanyak 500 gr = A
b. Masukkan ke dalam oven selama 24 jam
c. Timbang kerikil tersebut = B
d. kemudian cuci kerikil hingga bersih
e. Oven kembali selama 24 jam,
f. Timbang kerikil tersebut, dan catat beratnya = C
5. Rumus Perhitungan
Kadar lumpur =
B C x100%
A
50
A.4 Pemeriksaan berat isi agregat dan semen
1. Tujuan
Adalah untuk mengetahui berat agregat pada suatu satuan tempat tertentu
pada kondisi lepas maupun kondisi padat.
2. Alat yang digunakan
a. Kontainer
b. Alat rojok
c. Timbangan
3. Bahan yang digunakan
a. Semen merk Gresik tipe PCC (Portland Pozzolan Cement)
b. Pasir Benoa
c. Pasir dan kerikil dari batu tabas
4. Prosedur pelaksanaan
a. Timbang berat kontainer kosong = A
b. Timbang berat kontainer berisi air penuh = B
c. Masing – masing kontainer dengan material semen, agregat halus dan
agregat kasar. Masukan material tersebut secara bertahap, dimulai dari
1/3 bagian. 2/3 bagian dan 3/3 bagian dengan rojokan masing – masing
lapisan sebanyak 25 kali. Cara ini disebut pemeriksaan berat isi dengan
cara Rodding.
d. Ratakan permukaannya, dan kemudian ditimbang = W1
e. Masing – masing kontainer dengan material semen, agregat halus dan
agregat kasar. Masukan material tersebut secara bertahap, dimulai dari
1/3 bagian. 2/3 bagian dan 3/3 bagian tanpa dirojok. Cara ini disebut
pemeriksaan berat isi dengan cara Sovelling
f. Ratakan permukaannya, dan kemudian ditimbang = W2
5. Rumus perhitungan
W1 A
Cara Rodding =
B A
W2 A
Cara Sovelling =
B A
51
A.5 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
1. Tujuan
Adalah untuk mengetahui banyaknya volume yang dapat diisi oleh suatu
agregat. Sedangkan,penyerapan adalah kemampuan suatu agregat untuk
menyerap air dari kondisi kering hingga jenuh permukaan kering.
2. Alat yang digunakan
a. Cawan
b. Ompreng
c. Gelas ukur
d. Oven
e. Piknometer
f. Timbangan
3. Bahan yang digunakan
a. Pasir Benoa (agregat halus alami)
b. Pasir tabas (agregat halus limbah)
4. Prosedur pelaksanaan
a. Timbang pasir alami dan pasir batu tabas sesuai rancangan gradasi
sebanyak 500 gr
b. Paparkan pasir pada masing – masing ompreng, dan semprot secara
perlahan secara merata dan angin-anginkan.
c. Lakukan pengujian berikut, untuk mengetahui pasir tersebut sudah
SSD atau belum:
- Masukan pasir SSD kedalam corong kerucut secara bertahap yaitu
1/3, 2/3 dan 3/3 bagian dengan masing – masing rojokan 10 kali,
10 kali, dan 5 kali.
- Angkat secara perlahan corong kerucut tersebut
- Pasir telah mencapai keadaan SSD bila pasir kerucut menurun
puncaknya atau sedikit runtuh tetapi masih retak. Apabila keadaan
pasir setelah dibuka masih menunjukan bentuk kerucut, maka SSD
pasir perlu diulang kembali
- Timbang berat piknometer dengan air sebanyak 500 cc = B
52
- Timbang pasir yang sudah SSD sebanyak 500 gr, kemudian
dimasukan kedalam piknometer, dan diisi air hingga mencapai
batas 500 cc,
- Tutup ujung piknometer dengan menggunakan tangan, dan bolak
balikkan piknometer hingga kandungan udara yang ada didalam
pasir keluar.
- Tambahkan air kembali hingga 500 cc
- Timbang beratnya = C
- Pasir dari piknometer, kemudian dituangkan kedalam cawan
beserta dengan airnya. Oven pasir selama 24 jam pada suhu 100
°C. Timbang beratnya = A
5. Rumus Perhitungan.
A
a. Berat Jenis Bulk =
(B+500−C)
500
b. Berat jenis SSD =
(B+500−C)
A
c. Berat Jenis Tampak =
(B+A−C)
(500−A)
d. Penyerapan Air = x 100%
A
53
A.6 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
1. Tujuan
Adalah untuk mengetahui banyaknya volume yang dapat diisi oleh suatu
agregat. Sedangkan,penyerapan adalah kemampuan suatu agregat untuk
menyerap air dari kondisi kering hingga jenuh permukaan kering
2. Alat yang digunakan
a. Ompreng
b. Baskom atau ember
c. Timbangan specific gravity
d. Oven
3. Bahan yang digunakan
a. Kerikil batu tabas
4. Prosedur pelaksanaan
a. Cuci kerikil ±5000 gr sesuai dengan rancangan gradasi
b. Oven kerikil tersebut selama 24 jam pada suhu 100 °C
c. Timbang kerikil tersebut sebanyak 5000 gr sesuai dengan rancangan
gradasi = A
d. Kerikil direndam selama 24 jam, dan kemudian hitung beratnya
didalam air = B
e. Kerikil kemudian dilap dengan kain dan diangin-anginkan sehingga
permukaannya lembab
f. Kerikil tersebut ditimbang (keadaan SSD) = B
5. Rumus perhitungan
A
a. Berat Jenis Bulk =
(B C)
B
b. Berat jenis SSD =
(B C)
A
c. Berat Jenis Tampak =
( A C)
BC
d. Penyerapan Air = x100%
A
54
A.7 Pemeriksaan daya tahan terhadap keausan agregat kasar
1. Tujuan
adalah untuk mengetahui presentase pembubukan agregat kasar. Sesuai
dengan PBI (1971), agregat kasar tidak boleh kehilangan beratnya lebih atau
sama dari 50% apabila diuji dengan menggunakan mesin los angeles
2. Alat yang digunakan
a. Ompreng
b. Oven
c. Timbangan.
d. Los Angelos Machine dan Hitachi
e. Bola baja dengan diameter 46,8 mm dan berat 390 - 445 gram yang
berjumlah 11 buah.
f. Saringan no. 12
3. Bahan yang digunakan
a. Kerikil batu tabas
4. .Prosedur pelaksanaan
a. Siapkan kerikil kering yang sudah dicuci dan di oven selama 24 jam
pada suhu 100 °C sesuai gradasi yang ditetapkan, ukuran agregat yaitu
∅37,5 mm, ∅25 mm, ∅19 mm, ∅12,5 mm dengan berat masing-masing
yang tertahan diayakan sebesar 1250 gram. Sehingga total kerikil
seberat 5000 gr.
b. Masukan benda uji kedalam mesin los angelos beserta 11 bola bajanya
dan diputar dengan kecepatan 30 rpm sebanyak 500 putaran
c. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dan saring dengan
ayakan no. 12,
d. Benda uji yang tertahan, selanjutnya dicuci dan di oven selama 24 jam
pada suhu 100 °C sampai beratnya tetap.
e. Timbang beratnya = A
5. Rumus perhitungan
(5000−𝐴)
Kadar pembubukan = 𝑥 100%
5000
55
LAMPIRAN B
56
B.2 Hasil pemeriksaan kadar lumpur agregat
Tanggal : 20 – 21 Maret 2017
Tempat : Laboratorium Struktur dan Bahan Teknik Sipil UNUD
Bahan : Pasir benoa, kerikil dan pasir dari limbah batu tabas
57
B.3 Hasil pemeriksaan berat isi
Tanggal : 20 - 22 Maret 2017
Tempat : Laboratorium Struktur dan Bahan Teknik Sipil UNUD
Bahan : Semen, Pasir benoa, kerikil dan pasir dari limbah batu tabas
1. Tabel hasil pemeriksaan berat isi semen dan agregat halus dengan cara sovling
Agg. Agg.
No Uraian Semen Halus Halus Satuan
alami tabas
1 Berat isi container +
6020 6960 6595 Gram
sample (a)
2 Berat container (b) 2905 2905 2905 Gram
3 Berat sample (a-b) 3115 4055 3690 Gram
4 Berat isi container (d) 2825 2825 2825 Cm3
5 Berat isi sample ((a-b)/d) 1,103 1,435 1,306 Gram/cm3
2. Tabel hasil pemeriksaan berat isi agregat kasar dengan cara sovling
No Uraian Kerikil batu tabas Satuan
1 Berat isi container +
6028 Gram
sample (a)
58
3. Tabel hasil pemeriksaan berat isi semen dan agregat halus dengan cara rodding
Agg. Agg.
No Uraian Semen halus halus Satuan
alami tabas
1 Berat isi container +
6425 7550 7250 Gram
sample (a)
2 Berat container (b) 2905 2905 2905 Gram
3 Berat sample (a-b) 3520 4645 4345 Gram
4 Berat isi container (d) 2825 2825 2825 Cm3
5 Berat isi sample ((a-b)/d) 1,246 1,644 1,538 Gram/cm3
4. Tabel hasil pemeriksaan berat isi agregat kasar dengan cara rodding
No Uraian Kerikil batu tabas Satuan
1 Berat isi container +
6027 Gram
sample (a)
2 Berat container (b) 2913 Gram
3 Berat sample (a-b) 3294 Gram
4 Berat isi container (d) 2857 Cm3
5 Berat isi sample ((a-b)/d) 1,153 Gram/cm3
59
6. Tabel hasil pemeriksaan berat isi rata-rata
No Uraian Kerikil batu tabas Satuan
1 Berat isi sample ((a-b)/d)
1,09 Gram/cm3
cara sovling (Esov)
2 Berat isi sample ((a-b)/d)
1,153 Gram/cm3
cara rodding (Erodd)
3 Berat isi rata-rata
𝐸𝑠𝑜𝑣+𝐸𝑟𝑜𝑑𝑑 1,126 Gram/cm3
= 2
60
B.4 Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus
Tanggal : 20 - 21 Maret 2017
Tempat : Laboratorium Struktur dan Bahan Teknik Sipil UNUD
Bahan : Pasir alami (pasir benoa) dan pasir dari limbah batu tabas
1. Tabel hasil pemeriksaan agregat halus alami (pasir Benoa)
No Uraian Hasil
a Berat pasir SSD 500,0 gram
b Berat pasir kering oven 490,4 gram
c Berat piknometer + air 676,0 gram
d Berat piknometer + air + pasir SSD 988,1 gram
e 𝑏
Berat jenis Bulk = 𝑐+500−𝑑 2,609
f 500
Berat jenis SSD = 𝑐+500−𝑑 2,661
g 𝑏
Berat jenis semu = 𝑐+𝑏−𝑑 2,750
h 500−𝑏
Absorpsi = x 100% 1,96 %
𝑏
500
f Berat jenis SSD = 𝑐+500−𝑑 2,397
𝑏
g Berat jenis semu = 𝑐+𝑏−𝑑 2,477
500−𝑏
h Absorpsi = x 100% 2,31 %
𝑏
61
B.5 Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Tanggal : 20 - 21 Maret 2017
Tempat : Laboratorium Struktur dan Bahan Teknik Sipil UNUD
Bahan : Kerkil alami (kerikil batu pecah) dan kerikil dari limbah batu tabas
𝑏
e Berat jenis SSD = 𝑏−𝑐 2,093
𝑎
f Berat jenis semu = 𝑎−𝑐 2,240
𝑏−𝑎
g Absorpsi = x 100% 5,880 %
𝑎
62
B.6 Hasil pemeriksaan daya tahan terhadap keausan agregat kasar
Tanggal : 22 - 24 Maret 2017
Tempat : Laboratorium Struktur dan Bahan Teknik Sipil UNUD
Bahan : Kerkil alami (kerikil batu pecah) dan kerikil dari limbah batu tabas
63
B.7 Hasil pemeriksaan gradasi agregat
Tanggal : 24 Maret 2017
Tempat : Laboratorium Struktur dan Bahan Teknik Sipil UNUD
Bahan : Pasir benoa, kerikil dan pasir dari limbah batu tabas
1. Hasil pemeriksaan gradasi agregat halus alami dan agregat halus limbah batu
tabas
a. Tabel batas gradasi agregat halus untuk zone 2
0,15 0 0 10
0,3 8 19 30
0,6 35 47 59
1,18 55 72,5 90
2,36 75 87,5 100
4,75 90 95 100
10 100 100 100
100
90
Presentase Lolos Ayakan (%)
80
70
60
50
Daerah 2 Bawah
40
Daerah 2 Atas
30
Rancangan gradasi
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Lubang Ayakan (mm)
64
c. Tabel rancangan kebutuhan gradasi agregat halus
65
2. Hasil pemeriksaan gradasi agregat kasar limbah batu tabas
4,75 0 0 5
9,5 10 25 40
19 35 52,5 70
37,5 95 97,5 100
75 100 100 100
100
90
80
Presentase Lolos Ayakan (%)
70
60
Batas Bawah
50
BatasAtas
40
Rancangan gradasi
30
20
10
0
4.75 9.5 19 37.5 75
Lubang Ayakan (mm)
66
c. Tabel rancangan kebutuhan gradasi agregat kasar
Bahan yang diayak (1000 gr)
Nomor
Ayakan Jml.
Kerikil Jml. yang tertahan Jml. yang melalui
(mm) Kerikil
(gr) di ayakan (%) ayakan (%)
(%)
75 0 0 0 100
37,5 25 2,5 2,5 97,5
19 450 45 47,5 52,5
9,5 275 27,5 75 25
4,75 250 25 100 0
2,36 0 0 100 0
1,18 0 0 100 0
0,6 0 0 100 0
0,3 0 0 100 0
0,15 0 0 100 0
Jumlah 1000 100 725
Modulus halus butir (Fm) = 725 / 100 = 7,25
67
LAMPIRAN C
68
Air Semen AH Alami AH Limbah AK Limbah
Camp. Proporsi Keb. Proporsi Keb. Proporsi Keb.
(kg) (kg)
(%) (kg) (%) (kg) (%) (kg)
C.2 Rancangan campuran beton untuk mencari nilai kuat tarik belah
Untuk dapat menghitung rancangan campuran beton, data-data yang
diperlukan adalah sebagai berikut:
- Berat jenis beton = 2350 kg/m3
- Volume benda uji silinder = ¼ x 𝜋 x (0,15m)2 x 0,3 m = 0,0053 m
- Berat benda uji = 0,0053 m3 x 2350 kg/m3= 12,45 kg
Untuk 1 (satu) benda uji, dihitung berat masing-masing fraksi agregatnya
dengan perbandingan rancangan campuran menggunakan perbandingan berat 1 : 2
69
: 3 dengan menetapkan faktor air semen (Fas) sebesar 0,5. Dari berat kubus, didapat
perbandingan sebagai berikut:
- Semen = 1/6 x 12,45 = 2,075 kg
- Agregat halus = 2/6 x 12,45 = 4,150 kg
- Agregat kasar = 3/6 x 12,45 = 6,225 kg
- air = 1/2 x 2,075 = 1,038 kg
Rancangan campuran masing – masing variasi dirancang dengan benda uji
sebanyak 5 buah dan kemudian ditambah dengan margin sebesar 20% tiap benda
ujinya. Untuk menentukan proporsi campuran, jumlah kebutuhan agregat halus /
agregat kasar total dikali dengan proporsi dari campuran tersebut. Sehingga,
didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:
70
Jenis Kadar air Penambahan air (kg)
Absorpsi
Agregat udara C1 C2 C3 C4 C5
AH Alami 1,96% 0,32% 0,41 0,26 0,20 0,10 0,00
AH tabas 2,31% 0,10% 0,00 0,14 0,28 0,41 0,55
AK tabas 5,88% 0,36% 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06
Total 2,47 2,45 2,54 2,58 2,61
71
LAMPIRAN D
72
LAMPIRAN E
Data Hasil Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton
73
21 C51 29/06/2017 27/07/2017 7118 710000 22500 31,56
22 C52 29/06/2017 27/07/2017 7010 705000 22500 31,33
23 C53 29/06/2017 27/07/2017 7220 760000 22500 33,78 33,11
24 C54 29/06/2017 27/07/2017 7123 725000 22500 32,22
25 C55 29/06/2017 27/07/2017 7122 825000 22500 36,67*
Catatan: * = beton yang memiliki nilai margin lebih dari 10%
Beton yang memiliki margin lebih dari 10% dari kuat tekan beton rata-rata
dianggap tidak memenuhi syarat. Sehingga, data kuat tekan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Kuat
Berat Luas
Kode Kuat Tekan
Tangal Tanggal Benda Beban Penam
No. Benda Tekan Rata -
Pembuatan Pengujian Uji (N) pang
Uji (MPa) Rata
(gram) (mm2)
(MPa)
1 C11 12/07/2017 09/08/2017 7240 780000 22500 34,67
2 C12 12/07/2017 09/08/2017 7300 730000 22500 32,44
3 C13 12/07/2017 09/08/2017 7210 760000 22500 33,78 33,96
4 C14 12/07/2017 09/08/2017 7230 780000 22500 34,67
5 C15 12/07/2017 09/08/2017 7310 770000 22500 34,22
6 C21 27/06/2017 25/07/2017 7310 790000 22500 35,11
7 C23 27/06/2017 25/07/2017 7224 795000 22500 35,33
34,83
8 C24 27/06/2017 25/07/2017 7270 795000 22500 35,33
9 C25 27/06/2017 25/07/2017 7215 755000 22500 33,56
10 C31 27/06/2017 25/07/2017 7202 850000 22500 37,78
11 C32 27/06/2017 25/07/2017 7231 775000 22500 34,44
12 C33 27/06/2017 25/07/2017 7280 730000 22500 32,44 34,89
13 C34 27/06/2017 25/07/2017 7220 740000 22500 32,89
14 C35 27/06/2017 25/07/2017 7216 830000 22500 36,89
15 C41 28/06/2017 26/07/2017 7324 790000 22500 35,11
16 C42 28/06/2017 26/07/2017 7131 730000 22500 32,44
17 C43 28/06/2017 26/07/2017 7158 830000 22500 36,89 34,49
18 C44 28/06/2017 26/07/2017 7185 795000 22500 35,33
19 C45 28/06/2017 26/07/2017 7157 735000 22500 32,67
20 C51 29/06/2017 27/07/2017 7118 710000 22500 31,56
21 C52 29/06/2017 27/07/2017 7010 705000 22500 31,33
32,22
22 C53 29/06/2017 27/07/2017 7220 760000 22500 33,78
23 C54 29/06/2017 27/07/2017 7123 725000 22500 32,22
74
E.2 Hasil pengujian kuat tarik belah beton
Pengujian kuat tarik belah beton menggunakan benda uji berbentuk silinder.
Perhitungan nilai kuat tarik belah beton menggunakan rumus sebagai berikut:
2𝑃
Kuat tarik belah =
л𝐿𝐷
Keterangan :
P = beban maksimum (N)
L = panjang benda uji silinder (mm)
D = Diameter benda uji silinder (mm)
75
23 C53 29/06/2017 27/07/2017 11157 200000 150 300 2,83*
24 C54 29/06/2017 27/07/2017 11121 165000 150 300 2,34
25 C55 29/06/2017 27/07/2017 11164 175000 150 300 2,48
Catatan: * = beton yang memiliki nilai margin lebih dari 10%
Beton yang memiliki margin lebih dari 10% dari kuat tarik belah beton rata-
rata dianggap tidak memenuhi syarat. Sehingga, data kuat tarik belah yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Kuat
Berat
Kode Kuat Tekan
Tangal Tanggal Benda Beban D L
No. Benda Tekan Rata -
Pembuatan Pengujian Uji (N) (mm) (mm)
Uji (MPa) Rata
(gram)
(MPa)
1 C11 12/07/2017 09/08/2017 11290 190000 150 300 2,69
2 C12 12/07/2017 09/08/2017 11290 175000 150 300 2,48
3 C13 12/07/2017 09/08/2017 11630 190000 150 300 2,69 2,63
4 C14 12/07/2017 09/08/2017 11610 180000 150 300 2,55
5 C15 12/07/2017 09/08/2017 11540 195000 150 300 2,76
6 C21 27/06/2017 25/07/2017 11330 185000 150 300 2,62
2,62
7 C23 27/06/2017 25/07/2017 11385 185000 150 300 2,62
8 C31 27/06/2017 25/07/2017 11535 190000 150 300 2,69
9 C32 27/06/2017 25/07/2017 11536 185000 150 300 2,62 2,64
10 C35 27/06/2017 25/07/2017 11460 185000 150 300 2,62
11 C41 28/06/2017 26/07/2017 11285 195000 150 300 2,76
12 C42 28/06/2017 26/07/2017 11372 200000 150 300 2,83
2,74
14 C44 28/06/2017 26/07/2017 11214 200000 150 300 2,83
15 C45 28/06/2017 26/07/2017 11250 180000 150 300 2,55
16 C51 29/06/2017 27/07/2017 11236 180000 150 300 2,55
17 C52 29/06/2017 27/07/2017 11030 160000 150 300 2,26 2,41
18 C54 29/06/2017 27/07/2017 11121 165000 150 300 2,34
19 C55 29/06/2017 27/07/2017 11164 175000 150 300 2,48
76
LAMPIRAN F
Dokumentasi
77
Pengujian kadar air
78
Penggradasian agregat
79
Pencampuran benda uji
80
Pencetakan Benda Uji
81
Pemeriksaan berat volume
82
Pengujian kuat tekan beton
83
Pengujian kuat tarik belah beton
84
Bagian dalam beton hasil kuat tarik belah pada kadar 100%
85
LAMPIRAN G
86