BAB I
PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang bahan bangunan ini meliputi: macam – macamnya, sifat - sifatnya,
bahan dasrnya, cara memproduksinya, syarat – syarat yang harus dipenuhi pengunaan
Aspal merupakan salah satu bahan yang sering digunakan dalam pembutan
konstruksi perkerasan jalan khusunya pada lapis permukaan karena kelebihan yang
dimilikinya antara lain, memiliki sifat elastis bila menerima beban kendaraan, memiliki
Sehingga untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dari aspal tersebut maka,
aspal yang digunakan dalam aspal tersebut. Dalam melakukan perencanaan campuran
diperlukan data karakteristik dari bahan penyusun agar diperoleh hasil komposisi yang
tepat
kesalahan dalam proses pelaksanaan sehingga umur rencana jalan tersebut tidak sesuai
dengan umur rencana. Untuk menghasilkan suatu campuran aspal panas yang bekualitas
campuran aspal panas maka pemilihan bahan dan cara pengujiaan tidaklah mudah untuk
dikerjkan dalam hal ini kualitas dan faktor ekonomis dari bahan harus diperhatikan.
panas terhadap penggunaanya dalam konstruksi jalan raya, baik mutu, kualitas,
3. Agar mahasiswa dapat menentukan apakah bahan campuran aspal panas tersebut
keputusan layak atau tidaknya bahan tersebut untuk digunakan dalam campuran
aspal panas.
Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar. Untuk nantinya dapat
diterapkan di lapangan. Dan untuk memperoleh gambaran tentang proses dan langkah-
langkah yang harus ditempuh untuk mendapatkan aspal yang bermutu baik, dan sesuai
penyusun aspal. Sekaligus membuktikan hasil dari perencanaan suatu mutu aspal.
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Sebagai upaya untuk menyajikan laporan praktikum ini secara ilmiah, objektif
selalu mengacu pada pendekatan keilmuan, yang sekaligus sebagai dasar teori pada
2. Pengolahan data
4. Kajian pustaka
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pengantar penulisan laporan yang memuat : Latar Belakang
Penulisan.
Bab ini secara singkat memaparkan teori-teori dasar tentang Agregat kasar,
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil diskusi kelompok menyangkut analisa hasil
yang sudah diperoleh dari pelaksanaan praktikum Laboratorium Jalan Raya dan
Transportasi dan memberikan saran- saran untuk hasil yang telah didapat dari
BAB II
TEORI DASAR
Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi
alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri dari kerikil atau batu pecah dengan
partikel butir lebih besar dari 5 mm atau antara 9,5 mm dan 37,5 mm.
Agregat halus atau pasir adalah batuan berbutir halus yang terdiri atas butiran
sebesar 0,15 mm sampai 4,75 mm. Pasir berasal dari penghancuran batuan baik secara
bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan campuran adukan aspal. Maka dari
Untuk itu, pasir yang akan dipakai dalam adukan aspal harus memenuhi syarat-
syarat tertentu seperti tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang (PBI) tahun 1971.
Menurut PBI (N12) pasal 33 Ayat 3 syarat – syarat yang harus dipenuhi agregat halus
adalah :
1. Agregat halus harus terdiri dari butiran tajam dan keras, bersifat kekal artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti matahari dan hujan.
2. Agregat halus yang mengandung lumpur tidak boleh lebih dari 5% (terhadap berat
keringnya). Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang dapat lolos ayakan
0.063 mm. Bila ternyata kandungan lumpur lebih dari 5% maka agregat halus
2.3 ASPAL
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga
dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari alam
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan
pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal tampak padat
pada suhu ruang padahal cairan yang sangat kental. Aspal merupakan bahan yang sangat
kompleks, dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal
adalah senyawa karbon jenuh, dan tak jenuh, alifatik, dan aromatic yang mempunyai
atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen, dan karbon yang
juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara
kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan
sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-
senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil), dan malten
(yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten.
Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan dari
proses penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras. Selain itu,
aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal ini disebut aspal alam. Aspal
modifikasi saat ini juga telah dikenal luas. Aspal ini dibuat dengan menambahkan bahan
tambah ke dalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi sifat
rheologinya sehingga menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi.
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
A. Sifat Kimia
Sifat Kimia ditentukan berdasarkan kandungan asplaten dan kandungan malten (resin,
- Aspalten
B. Sifat Fisik
BAB III
3.1.1 Tujuan
Menentukan Bulk dan Apparent Specifiec Grafity serta Absorption dari agregat
kasar.
Rumus perhitungan :
BJ Semu :
A
BJ S =
A−C
................................................................ I.3
Penyerapan air :
B− A
PA= x 100
A ...................................................... I.4
Keterangan :
PA = Penyerapan air
3.1.3.1 Bahan
a. Agregat Kasar
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
3.1.3.2 Alat
a. Timbangan dengan kepekaan sampai 0,1 gram
b. Keranjang besi dengan diameter 8” dan tinggi 2,5
c. Alat penggantung keranjang
d. Oven
e. Handuk (Lap Kasar)
f. Skop
g. Karung goni
h. Bak perendam
Sampel 1
2466 . 00
=
2520 . 00−1575 . 00
= 2.61
2520 . 00
=
2520 . 00−1453 .00
= 2.67
= 2.77
Penyerapan air :
Berdasarkan rumus I.4
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
¿ ¿ ×100 ¿
= ¿ %
= 2.19%
Sampel 2
= 2.59
2496 . 00
=
2496 . 00−1557 .00
= 2.66
2435 . 00
=
2435 . 00−1557 . 00
= 2.77
Penyerapan air :
Berdasarkan rumus I.4
2496 . 00−2435 . 00
×100
= 2435 .00 %
= 2.51 %
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Rata-rata
2 . 61+2. 59
Berat Jenis Bulk ( atas dasar kering Oven ) = 2
= 2.60
2 . 67+2 .66
Berat Jenis Bulk (atas dasar kering Permukaan ) = 2
= 2.66
2 . 77+2 .77
Berat Jenis Semu = 2
= 2.77
2 .19+2. 51
Penyerapan air = 2
= 2.35 %
Tabel. 3.1.6 Tabel Rekapitulasi data pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
3.1.7 Kesimpulan
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium Jalan Raya
dan Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar, hasil pengolahan dan
tercantum pada tabel 3.1.6 diatas antara lain:
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agragat kasar memenuhi spesifikasi. Berat jenis yang disyaratkan minimal 2,5 dan
penyerapan air maksimal 3 %.
3.2.1 Tujuan
Rumus perhitungan :
( Berat A – Berat B )
x 100 %
Keausan = ......................................... I.5
Berat A
Keterangan :
3.2.3.1 Alat
a. Mesin Los Angeles
3.2.3.2 Bahan
Agregat Kasar yang telah dicuci bersih dan dikeringkan dalam oven selama +
24 jam dengan jumlah sesuai daftar
3.2.3.3 Benda Uji
a) Berat dan gradasi benda uji sesuai daftar no.1.
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
b) Benda uji dibersihkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu ( 110 ± 5)°C
sampai berat tetap.
Daftar no.1
Lewat Tertahan A B C D E F G
(mm) (mm)
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (Gram) 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000
+ 25 + 25 + 20 + 15 + 25 + 25 + 25
e) Masukkan ke dalam mesin Los Angeles lalu hidupkan mesin tersebut selama
500 kali putaran atau selama + 15 menit
=11. 80 %
5000 . 00 − 3370. 00
Keausan 2= x 100
5000 . 00
= 24 .60 %
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
( Keausan I + Keausan II )
Rata−rata=
2
11 . 80 + 24 . 60
=
2
= 18 . 20
3.2.7 Kesimpulan
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium Jalan Raya
dan Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar, maka diperoleh
Keausan Agregat Kasar rata-rata : 18.20 %
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan keausan agregat kasar memenuhi
spesifikasi keausan yang disyaratkan maksimal 40 %.
Sampel agregat ini kuat untuk melawan gaya yang akan diberikan ketika dipakai
pada perkerasan. Dengan kata lain besar permukaan sampel dapat memikul beban yang
diterima melalui gesakan antara bahan dengan kuat.
3.3.1 Tujuan
Untuk mengetahui bentuk kepipihan agregat kasar yang akan dipakai sebagai
campuran beton.
Partikel agregat berbentuk pipih dapat merupakan hasil dari mesin pemecah batu
ataupun memang merupakan sifat dari agregrat tersebut yang jika dipecahkan cenderung
berbentuk pipih. Agregat pipih yaitu Agregat yang lebih tipis dari 0,6 kali diameter rata-
rata. Indek kepipihan (flakiness index) adalah berat total Agregat yang lolos slot dibagi
dengan berat total agregat yang tertahan pada ukuran nominal tertentu.
Agregat berbentuk pipih mudah pecah pada waktu pencampuran, pemadatan
ataupun akibat beban lalu lintas, oleh karena itu banyaknya agregat pipih ini dibatasi
dengan menggunakan nilai indeks kepipihan yang disyaratkan.
rata. Indeks kelonjongan (elongated index) adalah perbandingan dalam persen dari berat
agregat lonjong yang tertahan terhadap berat total.
Rumus perhitungan :
Keterangan :
Keterangan :
a) Jangka Sorong
b) Talam
c) Timbangan
2. Bahan Yang Digunakan
a) Agregat kasar (cipping)
1. Benda Uji
2. Prosedur Percobaan
a) Ambil benda uji sebanyak kurang lebih 1000 gr yang telah dikeringkan
dalam oven (A)
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
b) Ukur panjang (P), lebar (L), dan tebal (T) dari masing-masing butir agregat,
lalu masukkan dalam klasifikasinya.
P > 3L Panjang
L > 3T Pipih
c) Timbang agregat yang terbentuk panjang (B) dan yang berbentuk pipih (C)
Perhitungan
a) Hitung Prosentase butir agregat yang tergolong panjang dan pipih dengan
rumus
Contoh I
Contoh II
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
= 24 .12
Contoh II
231
Indeks kepipihan= x 100
1000
= 23 . 10
24 .12 + 23 .10
=
Rata – rata 2
= 23 . 61
3.3.7 Kesimpulan
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium Jalan Raya
dan Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar, maka diperoleh :
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan kepipihan dan kelonjongan agregat
kasar memenuhi spesifikasi yang disyaratkan maksimal 25 %.
Sampel yang diuji mempunyai butiran yang baik karena jumlah kelonjongan dan
kepipihan cukup kecil. Hal ini berarti sampel dapat memikul beban secara penuh dan
ikatan antar agregat akan kuat.
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
3.4.1 Tujuan
Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar dengan menggunakan
saringan
Rumus perhitungan :
Kumulatif tertahan
Persen lolos
1. Alat
d. Talam
22
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
e. Skop
f. Kuas
2. Bahan
Aggregat kasar
c. Keluarkan benda uji dari dalam oven, biarkan sejenak hingga dingin
23
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Contoh Perhitungan :
=826.05
826.05
Dari rumus 1.9, Persentase Tertahan = x 100 %
1500
= 55.07 %
3.4.7 Kesimpulan
Agregat kasar tersebut mempunyai komposisi ukuran butir yang baik dan
dapat dipakai untuk bahan perkerasan. Sehingga bila pada penggunaannya akan
saling mengisi sehingga tidak terjadi yang cukup besar.
24
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
3.5.1 Tujuan
Rumus perhitungan :
A
BJ ko = ................................................................ II . 1
B+500−C
BJ Semu :
A
BJ s =
B+ A−C ................................................................ II . 3
Penyerapan air :
500− A
PA= x 100
A ...................................................... II . 4
25
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Keterangan :
PA = Penyerapan air
1. Alat
a) Picnometer
b) Oven
c) Metal send cone mold
d) Timbangan dengan kepekaan sapai 0,1 gram
e) Corong kaca
f) Bak perendam
g) Karung goni
2. Bahan
a. Aggregat halus (pasir)
b. Air suling
3.5.4 Prosedur Percobaan
26
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
pasir diangkat perlahan secara vertikal dan contoh pasir telah mengalami
keruntuhan (failure).
e. Timbang dan catat berat picnometer dalam kondisi kosong (A)
f. Masukkan benda uji (pasir SSD) sebanyak 2 x 250 gram (B)
g. Masukkan benda uji ke dalam picnometer, tambahkan air kedalamnya hinga
menjadi 90% dari kapasitas picnometer.
h. Kocok picnometer secara hati-hati dengan posisi agak miring agar bebas dari
gelembung udara.
i. Rendam picnometer yang berisi pasir dan air ke dalam bak perendam selama
24 jam
j. Timbang dan catat berat picnometer + pasir + air (C)
k. Timbang dan catat berat talam (D)
l. Keluarkan benda uji dari picnometer, lalu tempatkan pada sebuah talam,
kemudian segera masukkan ke dalam oven selama + 24 jam.
m. Isi picnometer dengan air suling sampai mencapai kapasitas sama dengan
kapasitas picnometer + pasir + air, kemudian timbang dan catat beratnya (E)
n. Keluarkan benda uji dari dalam oven, biarkan sejenak hingga dingin,
kemudian timbang dan catat beratnya (F)
o. Hitung berat benda uji kering oven (G=F-D)
Tabel. 2.1.2. Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir)
27
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Contoh I
= 487.50
741.00 + 500 – 1051.50
= 2.57
Berat Jenis Bulk ( atas dasar permukaan jenuh )
Berdasarkan rumus II.2
500
=
741.00+ 500 – 1051.50
= 2.64
Berat Jenis Semu
Berdasarkan rumus I.3
487.50
=
741.00+ 487.50 – 1051.50
= 2.75
Penyerapan air :
Berdasarkan rumus II.4
500 – 487.50 X 100 %
=
487.50
= 2.56 %
Contoh II
= 486.00
745.00 + 500 – 1060.00
= 2.63
Berat Jenis Bulk ( atas dasar permukaan jenuh )
Berdasarkan rumus II.2
500
=
28
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Rata-rata
2 . 57+2 .63
Berat Jenis Bulk ( atas dasar kering Oven ) = 2
= 2.60
2 . 64+2 .70
Berat Jenis Bulk (atas dasar kering Permukaan ) = 2
= 2.67
2 . 75+2. 84
Berat Jenis Semu = 2
= 2.80
2 . 56+2 .88
Penyerapan air = 2
= 2.72 %
29
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
3.5.7 Kesimpulan
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat halus di Laboratorium
Jalan Raya dan Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar,
maka diperoleh :
Untuk Pasir
Benda uji diatas baik untuk bahan perkerasan karena jumlah porinya sedikit
sehingga tidak mengandung banyak air dan pula akan mudah diikat oleh
aspal.
30
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
3.6.1 Tujuan
Untuk mengetahui tingkat prosentase lumpur dari suatu agregat halus atau
pasir.
Sand eqivalen test dilakukan untuk partikel agregat yang lolos saringan No. 4
sesuai prosedur AASHTO T176-73 (1982). Nilai sand equivalent dari pertikel
agregat yang memenuhi syarat untuk bahan konstruksi perkerasan jalan adalah > 50
%. Hal ini ditentukan agar supaya kadar lumpur bahan konstruksi yang akan
digunakan pada perkerasan jalan memenuhi standar yang telah ditentukan.Kadar
lumpur pada agregat (bahan konstruksi) sangat berpengaruhi dalam perencanaan
perkerasan jalan.
Rumus perhitungan :
Skala pasir
Nilai S.E = X 100 % ……………………………. II.5
Skala lumpur
1. Alat
Saringan No. 4.
Sumbat karet.
2. Bahan
1. Benda Uji
2. Langkah-langkah Percobaan
kondisi kosong kemudian cetat letak tera putih pada posisi strip.
dalam tin box sampai penuh, ratakan dan tekan dengan tangan sehingga
rata permukaan
Masukkan contoh yang telah ditakar tadi kedalam tabung SE dan biarkan
selama 10 menit
32
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Perhitungan nilai SE
Pembacaan skala pasir = Pembacaan skala beban pada gelas ukur – Tera
tinggi tangkai penunjuk beban.
= 12.5 – 10
= 2.5
33
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
= 50.00 %
Contoh II
Pembacaan skala pasir = Pembacaan skala beban pada gelas ukur – Tera
tinggi tangkai penunjuk beban.
= 13.8 – 10.2
= 3.6
= 78.26 %
= 64.13 %
3.6.7 Kesimpulan
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat halus di Laboratorium Jalan Raya
dan Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar, maka diperoleh :
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan kadar lumpur agregat halus
(pasir) memenuhi spesifikasi keausan yang disyaratkan minimal 50 %.
34
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Jumlah kadar Lumpur pada benda uji tidak terlalu banyak sehingga tidak
berpengaruh pada daya ikat antar agregat dan juga aspal sehingga dapat dipakai
sebagai bahan perkerasan.
3.7.1 Tujuan
.
3.7.2 Teori Ringkas
Rumus perhitungan :
Kumulatif tertahan
Persen lolos :
35
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
1. Alat
2. Bahan
b. Contoh pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110 + 5°C selama +
24 jam
c. Keluarkan contoh pasir dari dalam oven dan biarkan sejenak hingga
dingin
36
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
h. Hitung berat benda uji yang tertahan pada tiap-tiap saringan (D=C-B)
37
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Tabel. 3.7.6 Data percobaan analisa saringan agragat halus( abu batu)
Pasir :
= 378.90
1500
0 = 10.22 %
= 89.78 %
Abu Batu :
= 343.20
1500
= 4.35 %
= 95.65 %
3.7.7 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan analisa saringan agregat halus
tidak memenuhi spesifikasi.
Agregat halus tersebut mempunyai komposisi ukuran butir yang baik dan
dapat dipakai untuk bahan perkerasan. Sehingga bila pada penggunaannya akan
saling mengisi sehingga tidak terjadi pori (rongga) yang cukup besar.
39
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
3.8.1 Tujuan
Untuk menentukan penetrasi aspal keras atau lembek (solid atau semi solid)
dengan memasukkan ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu dalam aspal pada
suhu tertentu.
Rumus perhitungan :
Sx=
√ (N 1 − N r )2 + ( N − N r )2
( N −1 )
2
......................................... 3.1
N : Jumlah Sampel
40
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
2. Benda Uji
41
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
g) Lepaskan jarum dari pemegang dan siapkan alat penetrasi untuk pekerjaan
berikutnya.
h) Lakukan pekerjaan a hingga g diatas sampai 5 kali untuk benda uji yang
sama, dengan ketentuan tiap titik pemeriksaan berjarak satu sam lain dari
tepi dinding lebih dari 1 cm.
3.8.5 Data Hasil Percobaan
Jenis Contoh: Aspal
N2 = 78.90
77.60 + 78.90
Maka : Nrata-rata =
= 77.90
42
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
(2–1)
= 0.424
3.8.7 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan penetrasi aspal sebelum
kehilangan berat antara lain :
Benda uji tersebut dapat digunakan di daerah yang memiliki karakteristik cuaca
yang panas dan lalu lintas dengan volume tinggi, sehingga cocok di pakai di
Indonesia.
43
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
W1 = W2 =C–E ........... 3 . 3
W = Wr % ± Sx ........... 3 . 7
Wmax = Wr % + Sx ........... 3 . 8
44
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Wmin = Wr % - Sx ........... 3 . 9
N : Jumlah Sampel
2. Langkah-langkah percobaan :
c) Diamkan benda uji kurang lebih 1-1 ½ jam, lalu di oven selama 5 jam
45
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Keterangan :
46
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
0.10
W1 = x 100 % = 0.17 %
57.80
0.10
W2 = x 100 % = 0.17 %
58.40
0.20
W3 = x 100 % = 0.34 %
58.60
Wr = = 0.23 %
Sd =
( 3 – 1)
= 0.098
47
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
W = ( 0.23 0.098 ) %
3.9.7 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan penurunan berat aspal
mengalami penurunan berat 0.326 %, sehingga memenuhi spesifikasi AASTHO
dan Bina Marga seperti pada Tabel 3.3.1 yang disyaratkan maksimal 0.4 %.
Aspal yang telah dipanaskan (proses pengeringan / pengovenan) akan
mengalami pengurangan berat. Karena zat-zat yg terkandung didalamnya mengalami
penguapan. Batas penurunan berat aspal masih memenuhi spesifikasi yaitu
maksimum 0.4 %.
48
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Rumus perhitungan :
√
2 2
(N − N r ) +( N − N r )
1 2
Sx=
( N −1 ) .................................................. 3.2
N : Jumlah Sampel
Di bawah 200 55 mm 35 mm
j) Menghitung: Nrata-rata = ( N1 / N2 ) / 2
X = N rata-rata ± Sx
Xmax = N rata-rata + Sx
Xmin = N rata-rata - Sx
3.9.5 Spesifikasi
Tabel. 3.2.2. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga
Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
Penetrasi Aspal Setelah 75 - % semula
kehilangan berat
52
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
N2 = 66.80
72.00+ 66.80
Maka : Nrata-rata =
2
= 69.40
(2–1)
= 3.67
53
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
= 84.83 %
= %
3.9.8 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan penetrasi aspal Setelah
kehilangan berat antara lain :
Benda uji yang digunakan memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina Marga
seperti pada Tabel 3.2.2 yang disyaratkan minimal 75.
3.10.1 Tujuan
Untuk memeriksa temperatur pada saat dimana aspal menjadi lunak atau
lembek.
Sx = { [ ( T1 – Tr )2 +( T2 – Tr )2 ] / ( N – 1 ) }0.5 ................. 3 - 11
T = T rata-rata ± Sx .... 3 - 12
55
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
N : Jumlah Sampel
1. Alat
a) Termometer
b) Cincin kuningan
c) Bola Baja
d) Bejana gelas tahan panas dengan tinggi sekurang-kurangnya 12 cm
e) Kaca
f) Stop Watch
g) Dudukan benda uji
h) Detergen/sabun
2. Bahan
Aspal
1. Benda Uji
a) Panaskan contoh perlahan-lahan dan aduk terus-menerus sampai cair
merata setelah cair lalu dituangkan dalam dua buah cincin yang
diletakkan diatas kaca yang telah diberi sabun/detergen.
b) Contoh didiamkanselama kurang lebih 30 menit sampai mencapai suhu
ruang.
2. Langkah-langkah percobaan
a) Pasang dan atur benda uji diatas kedua dudukanya dan letakkan pengarah
bola keatasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut kedalam
56
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
bejana gelas. Isi bejana dengan air suling dengan suhu 5°C dan tinggi
permukaan air berkisar antara 101,6 – 108 mm, letakkan termometer yang
sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua benda uji. Atur jarak antara
permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.
b) Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5°C/menit
c) Catat suhu dan waktu pada saat bola menyentuh pelat dasar.
T1 = 50 °C
T2 = 50 °C
= 50 °C
Sx = ( 50 – 50)2 + ( 50 – 50)2
(2 - 1)
= 0
T Min = 50 – 0 = 50 °C
T Max = 50 + 0 = 50 °C F
3.10.7 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan titik lembek aspal, diperoleh :
3.11.1 Tujuan
58
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari semua jenis hasil aspal
minyak bumi.
Titik nyala adalah suhu pada saat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan aspal.
Titik bakar adalah suhu terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu
titik diatas permukaan aspal.
Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar untuk aspal yang berguna untuk
menentukan suhu dimana aspal terlihat menyala singkat dipermukaan aspal (titik
nyala), dan suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik. Aspal
disiapkan dalam cleveland open cup yang berbentuk cawan dari kuningan dan
diletakkan pada plat pemanas.
Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk memperkirakan temperatur
maksimum pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar. Pemeriksaan harus
dilakukan dalam ruang gelap sehingga dapat segera diketahui timbulnya nyala
pertama.
1. Peralatan
a) Thermometer 400°C
b) Cawan cleveland open cup
c) Plat pemanas (Hot Plate)
d) Batang nyala bunsen yang dapat diatur dan memberikan nyala
dengan diameter 3,2 – 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm
2. Benda Uji
a) Panaskan contoh aspal keras 148°C dan 176°C sampai cukup cair
b) Isi cawan cleveland dengan aspal yang telah cair sampai pada garis
dan hilangkan gelembung udara yang ada dipermukaan dengan cara
membakar bagian atas secara perlahan.
59
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
a) Letakkan cawan diatas plat pemanas dan atur sumber pemanas sehingga
terletak dibawah titik tengah cawan
b) Letakkan pembakar titik tengah cawan
c) Letakkan termometer tegak lurus diatas benda uji dengan jarak 6,4 mm
diatas cawan, dan terletak pada satu garis yang menghubungkan titik tengah
cawan dan titik poros nyala bumer. Kemudian aturlah sehingga poros
termometer terletak pada jarak 1/4 diameter cawan dari tepi.
d) Nayalakan bunsen dan atur pemanas sehingga kenaikan suhu teratur 15°C
permenit sampai suhu 56°C dibawah titik nyala perkiraan
e) Aturlah kecepatan pemanasan 5°C - 6°C
f) Putar bagian nyala bunsen melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
cawan) dalam waktu 1 dtik. Ulangi pekerjaan diatas tiap kenaikan
temperatur 2°C
g) Ulangi prosedur 5 – 6 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan benda uji. Baca temperatur dan catat titik nyala yang terjadi.
h) Lanjutkan prosedur 7 sampai terlihat nyala agak lama kurang lebih 3 detik
diatas permukaan benda uji. Baca temperatur dan catat titik bakar.
60
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Tabel 3.5.3. Rekapitulasi data pemeriksaan titik nyala dan titik bakar aspal
3.11.7 Kesimpulan
Dalam pemeriksaan titik nyala dan titik bakar aspal rata-rata diperoleh :
3.12.1 Tujuan
61
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
62
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
63
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
Bj (1) =
= 1.07 gr/cc
( 102.80 – 37.20 )
Bj (2) =
= 1.06 gr/cc
= 1.065 gr/cc
64
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Fajar
3.12.7 Kesimpulan
Dalam pemeriksaan berat jenis aspal diperoleh :
Sehingga Benda uji yang digunakan memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina
Marga yang disyaratkan minimal 1.
Benda uji memiliki berat jenis yang dapat digunakan dalam perhitungan analisa
campuran.
65