DISUSUN OLEH :
RANDI
(2020121043)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
ASPAL “. Pada makalah ini saya banyak mengambil dari berbagai sumber dan
refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini
saya mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Randi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
2) Beton Segar
Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh manamempengaruhi pemilihan peralatan yang
dibutuhkan untuk pengerjaan dan pemadatan serta kemungkinan mempengaruhi sifat-sifat
beton pada saat mengeras. Ada 2 hal yang harus dipenuhi ketika membuat beton :
a) Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lamaoleh beton yang
mengeras, seperti kekuatan, keawetan, dankestabilan volume.
b) Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam
kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding.
Sifat workabilitas pada beton segar dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi
kebanyakan dari pengetesan tersebut hanya bersifat empiris. Hanya sedikit yang
memenuhi standart, dan semua test tersebut bersifat ‘a single point test’ jadi tidak dapat
dibandingkan satu samalainnya karena mereka mengukur sifat-sifat beton yang berbeda.
Walaupun begitu adalah penting untukmendapatkan beberapa dari sifat workabilitas
karena pentinguntuk control kualitas. Pengukuran workabilitas yang telah dikembangkan
antara lain:
a) Slump test
b) Compaction testc.
c) Flow testd.
d) Remoulding teste.
e) Penetration testf
f) Mixer testdansegregation.
Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapatdibedakan menjadi sepuluh
macam yaitu:
a. Beton Mortar
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir,dan air. Ada tiga ragam
mortar yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur. Beton mortar
semen yang dipasangi anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai ferro
cement. Beton ini memiliki kekuatan tarik dan daktilitas yang baik.
b. Beton Ringan
Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakaiagregat yang berbobot ringan.
Beberapa orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa membentuk
gelembung-gelembung udara di dalam beton. Semakin banyak jumlah gelembung
udara yang tersimpan pada beton, maka pori-porinya pun akan semakin bertambah
sehingga ukurannya juga bakal kian membesar. Hasilnya, bobot beton tersebut lebih
ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis. Beton ringan biasanya
diaplikasikan pada dinding non-struktur.
c. Beton Non-Pasir
Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidakmenggunakan pasir, melainkan
hanya kerikil, semen, dan air. Hal inimenyebabkan terbentuknya rongga udara di
celah-celah kerikilsehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena
tidakmemakai pasir, kebutuhan semen pada beton ini juga lebih sedikit.Penggunaan
beton non-pasir misalnya pada struktur ringan, kolomdan dinding sederhana, bata
beton, serta buis beton.
d. Beton Hampa
Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air pengencer
adukan beton memakai vacuum khusus.Akibatnya beton pun hanya mengandung air
yang telah bereaksidengan semen saja sehingga memiliki kekuatan yang sangat
tinggi.Tak heran, beton hampa banyak sekali dimanfaatkan dalam pendirian
bangunan-bangunan pencakar langit.
e. Beton Bertulang
Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dantulangan baja. Perlu
diketahui, beton mempunyai sifat kuat terhadapgaya tekan, tetapi lemah dengan gaya
tarik. Oleh karena itu, tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar kekuatan
beton tersebutterhadap gaya tarik meningkat. Beton bertulang biasanya dipasang pada
struktur bentang lebar seperti pelat lantai, kolom bangunan, jalan, jembatan, dan
sebagainya.
f. Beton Pra-Tegang
Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekalidengan beton bertulang.
Perbedaan tipis hanyalah terletak padatulangan baja yang bakal dimasukkan ke beton
harus ditegangkanterlebih dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami
keretakanwalaupun menahan beban lenturan yang besar. Penerapan beton pra-tegang
juga banyak dilakukan untuk menyangga struktur bangunan bentang lebar.
g. Beton Pra-Cetak
Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut beton pra-
cetak. Beton ini memang sengajadibuat di tempat lain agar kualitasnya lebih baik.
Selain itu, pemilihan beton tersebut juga kerap didasari pada sempitnya lokasi proyek
dan tidak adanya tenaga yang tersedia. Beton pra-cetak biasanya diproduksi oleh
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan dan pengadaan
material.
h. Beton Massa
Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yangcukup banyak. Penuangan
beton ini juga sangat besar di ataskebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan
perbandingan antaravolume dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Pada
umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran lebih dari 60 cm.Beton ini
banyak diaplikasikan pada pembuatan pondasi besar, pilar bangunan, dan bendungan.
i. Beton Siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregatcukup besar sebagai bahan
pengisi tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar antara 15-20 cm.
Bahan inilantas ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapatmeningkatkan
kekuatannya. Beton siklop seringkali dibangun pada bendungan, jembatan, dan
bangunan air lainnya.
j. Beton Serat
Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkanserat-serat tertentu ke dalam
adukan beton. Contoh-contoh seratyang lumrah dipakai di antaranya asbestos, plastik,
kawat baja,hingga tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat dimaksudkan
untukmenaikkan daktailitas pada beton tersebut sehingga tidak mudahmengalami
keretakan.
2.7 Kekuatan Beton
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton.Kekuatan tekan adalah
kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas (Tri Mulyono, 2004) Nilai
kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian kuat tekan terhadap benda uji
silinderataupun kubus pada umur 28 hari yang dibebani dengan gaya tekansampai mencapai
beban maksimum. Beban maksimum didapat dari pengujian dengan menggunakan alat
compression testing machine Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan
beton, yaitu :
1. Faktor air semen (FAS)
Faktor air semen (FAS) merupakan perbandinganantara jumlah air terhadap jumlah
semen dalam suatu campuran beton. Fungsi FAS, yaitu :
a) Untuk memungkinkan reaksi kimia yangmenyebabkan pengikatan dan
berlangsungnya pengerasan
b) Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton (workability) Semakin
tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan mutu kekuatan beton. Namun
nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton
semakin tinggi. Umumnya nilai FAS yang diberikan minimum 0,4 dan
maksimum 0,65 (Tri Mulyono, 2004).
2. Sifat agregat
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutucampuran beton. Adapun sifat-sifat
agregat yang perludiperhatikan seperti, serapan air, kadar air agregat, berat
jenis,gradasi agregat, modulus halus butir, kekekalan agregat,kekasaran dan kekerasan
agregat.
3. Proporsi semen dan jenis semen yang digunakan Berhubungan dengan perbandingan
jumlah semenyang digunakan saat pembuatan mix design dan jenis semen yang
digunakan berdasarkan peruntukkan beton yang akandibuat. Penentuan jenis semen
yang digunakan mengacu padatempat dimana struktur bangunan yang menggunakan
material beton tersebut dibuat, serta pada kebutuhan perencanaan apakah pada saat
proses pengecoran membutuhkan kekuatan awal yangtinggi atau normal.
4. Bahan tambahBahan tambah (additive) ditambahkan pada saat pengadukan
dilaksanakan. Bahan tambah (additive) lebih banyak digunakan untuk penyemenan
(cementitious), jadi digunakan untuk perbaikan kinerja.Menurut standar ASTM C
494/C494M – 05a, jenis bahan tambah kimiadibedakan menjadi tujuh tipe, yaitu :
1) water reducing admixtures
2) retarding admixtures
3) accelerating admixtures
4) water reducing and retarding admixtures
5) water reducing and accelerating admixtures
6) water reducing and high range admixtures
7) water reducing, high range and retarding admixtures
1. Tahap Perencanaan
Sebagaimana proses pada umumnya, proses konstrusi dimulai dengan gagasan atau
ide dan direncakan berdasarkan kebutuhan. Pada tahap ini, umumnya yang terlibat
hanyalah pemilik proyek.
2. Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Pada tahap ini, Anda harus meyakinkan seorang pemilik proyek bahwa rancangan
konstruksi yang dibuat pada tahap perencanaan dapat dilaksanakan. Hal ini dilakukan
melalui studi kelayakan.
Dalam tahap ini, beberapa hal yang dilakukan adalah:
1) Menyusun rancangan proyek dan rancangan anggaran biaya kasar
2) Menyusun daftar manfaat yang akan diperoleh
3) Menyusun analisis kelayakan proyek
4) Menganalisa dampak lingkungan dari pelaksanaan proyek
Dalam tahap ini pihak yang terlibat adalah pemilik proyek dan juga manajemen
konstruksi yang ditunjuk.
3. Tahap Penjelasan (Briefing)
Dalam tahap ini, seorang pemilik proyek akan memberikan fungsi serta biaya yang
akan Ia keluarkan sehingga konsultan perencana dapat memahami kebutuhan dan
kemampuan pemilik proyek.
Dalam tahap ini, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, di antaranya:
1) Membuat rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli.
2) Menghitung kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan, membuat
rancangan taksiran biaya, serta persyaratan mutu.
3) Membuat ruang lingkup kerja, jadwal, serta rencana pelaksanaan proyek.
4) Membuat sketsa atau skema desain dalam ukuran tertentu.
Dalam tahap ini pihak-pihak yang teerlibat adalah pemilik proye kdan konsultan
perencana.
4. Tahap Perancangan (Designing)
Dalam tahap ini, seluruh rancangan kasar akan dikembangkan lebih jauh dan detil
untuk dapat memenuhi kebutuhan pemilik proyek. Tahap ini akan menghasilkan
gambar rencana, spesifikasi, rencana anggaran biaya, metode pelaksanaan, dan lain-
lain.
Dalam tahap ini pihak-pihak yang terlibat antara lain adalah konsultan perencana,
konsultan manajemen konstruksi, konsultan rekayasa, dan terkadang konsultan
surveyor.
5. Tahap Pengadaan
Dalam tahap ini, pemilik proyek akan mencari kontraktor yang akan menjalankan
proyek yang telah sampai pada tahap desain beserta sub kontraktor yang akan
membantu.
Di tahap ini, pemilik proyek akan membuat prakualifikasi dan membuat dokumen
kontrak.
Pihak-pihak yang terlibat dalam tahap ini adalah pemilik proyek, pelaksana jasa
konstruksi (kontraktor), dan konsultan manajemen konstruksi.
6. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini rencana proyek mulai diwujudkan atau mulai dibangun oleh
kontraktor dengan bantuan sub kontraktor yang telah ditunjuk. Proyek dilaksanakan
sesuai dengan tenggat waktu, rencana anggaran biaya, serta manajemen kualitas mutu
yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam tahap ini, pihak-pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas, konsultan
manajemen konstruksi, kontraktor dan sub kontraktor, serta supplier dan instansi
terkait.
7. Tahap Pemeliharaan (Maintenance)
Tahap ini bertujuan agar konstruksi yang telah dibangun dan seluruh fasilitasnya telah
sesuai dengan dokumen kontrak dan bekerja sebagaimana mestinya.
BAB IV
KONTRUKSI KEAIRAN
4.1 Latar Belakang
Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan.
Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis, dan sosial
budaya. Secara ekologis perairan dapat berperan sebagai tempat hidup (habitat) permanen
maupun temporal bagi berbagai jenis biota, dan bagian dari berlangsungnya siklus materi
serta aliran energi (Wibowo, 2008).
Ekosistem perairan secara umum dibagi menjadi 2 yaitu perairan mengalir (lotic water)
dan perairan menggenang (lentic water). Perairan menggenang disebut juga perairan
tenang yaitu perairan dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air
terakumulasi dalam periode waktu yang lama. Arus tidak menjadi faktor pembatas utama
bagi biota yang hidup didalamnya. Contoh perairan lentik antara lain: waduk, danau,
kolam, telaga, rawa, belik, dan lain–lain (Wibowo, 2008).
Rawa merupakan ekosistem perairan menggenang yang relatif dangkal, dinding landai
dan daerah litoral sangat produktif. Rawa terbentuk karena proses pendangkalan dari
danau, waduk, atau karena proses yang lain seperti karena gempa yang mengakibatkan
suatu daerah turun tetapi tidak dalam, atau karena aktifitas angin, dan pasang surut air laut
(rawa asin/payau). Rawa juga merupakan sebagai ekosistem makhluk hidup yang dapat
beradaptasi baik tumbuhan maupun hewan seperti udang, keong, kerang dll (Wibowo,
2008).
4.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi konstruksi keairan?
2. Apa tujuan dan manfaat konstruksi keairan ?
3. Apa saja jenis - jenis Bangunan?
4. Bagaimana tahap perencanaan keairan ?
4.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi konstruksi keairan
2. Untuk mengetahui apa tujuan dan manfaat konstruksi keairan
3. Untuk mengetahui apa saja jenis - jenis konstruksi keairan
4. Untuk mengetahui tahap perencanaan konstruksi keairan
4.4 Pengertian bangunan air
Bangunan air adalah bangunan yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengendalikan
air di sungai maupun danau. Bentuk dan ukuran bangunan tergantung kebutuhan,
kapasitas maksimum sungai, dana pembangunan dan sifat hidrolik sungai. Kebanyakan
konstruksi bangunan air bersifat lebih masif dan tidak memerlukan segi keindahan
dibanding dengan bangunan-bangunan gedung atau jembatan, dan perencanaan
bangunannya secara detail tidak terlalu halus.
Permukaan bangunan air atau bagian depannya sebaiknya berbentuk lengkung untuk
menghindari kontraksi sehingga mempunyai esiensi yang tinggi dan mengurangi gerusan
lokal (local scoure) di sekililing bangunan atau di hilir bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
http://training.ce.washington.edu/wsdot/modules/03_materials/
033_body.htm#ductility_test, 10 Januari 2009, pukul 15.30
Witeng. Kennedy, Neville, 1976, Basic Statistical Methods For Engineers and Scientists,
2nd Edition, Harper & Row, Publishers, New York
Sukirman, Silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.
Supranto, M.A.J, 1987, Statistik, Teori dan Aplikasi Edisi Kelima, Jilid 1, Penerbit
Erlangga. Surabaya.