Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KONSEP TEKNOLOGI

“ ASPAL “

DISUSUN OLEH:
KATHARINA WINDY PERADA KOU
(1806100052)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan
bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan
kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat,aspal merupakan material
pembentuk campuran perkerasan jalan. (Sukirman,S., 2003).
Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan dalam
kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang ditemukan bersama sama material
lain. Aspal dapat pula diartikan sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk
dari senyawa-senyawa komplek seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal mempunyai sifat
visco-elastis dan tergantung dari waktu pembebanan. ( The Blue Book–Building & Construction,
2009)
Aspal merupakan distilat paling bawah dari minyak bumi, yang memiliki banyak sekali
manfaat dan kegunaan. Aspal dapat digunakan di dalam bermacam produk – produk, termasuk:
a  Jalan aspal,
b. Dasar pondasi dan subdasar,
c.  Dinding untuk lubang di jalanan, trotoar kakilima, jalan untuk mobil, lereng-lereng,
jembatan-jembatan, dan bidang parkir,
d. Tambalan lubang di jalanan,
e.  Jalan dan penutup tanah,
f.  Atap bangunan, dan
g. Minyak bakar

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi aspal ?
2. bagaimana cara ekspolrasi aspal ?
3. bagamana cara ekploitasi aspal ?
4. bagaimana cara pengolahan aspal ?
5. Apa fungsi aspal ?
6.  Apa saja jenis - jenis aspal ?
7   Sepertia apa sifat – sifat fisik aspal ?

1.3 Tujuan
1.   Untuk mengetahui apa definisi aspal
2. Untuk engetahui bagaimana cara eksporasi aspal
3. Untuk mengethui cara eksploitasi aspal
4. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan aspal
5. Untuk mengetahui apa fungsi aspal
6. Untuk mengetahui apa saja jenis - jenis aspal
7. Untuk mengetahui sepertia apa sifat – sifat fisik aspal
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Aspal


Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan,
tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat
pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur.
Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak
bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal
cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan
sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan
lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair
bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum
dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh,
alifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul.
Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen,
belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon,
10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel,
dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya
kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25%
aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.

2.2 Eksplorasi Aspal


1. Penyelidikan umum

Dimulai dengan studi kepustakaan meliputi hal-hal yang menyangkut keadaan geologi
secara regional dan keadaan tektoniknya. Kemudian disusul dengan pemeriksaan lapangan
guna diusahakan menemukan adanya singkapan (out crop) atau rembesan aspal serta
mengambil beberapa sampel.

Gambar 1. Rembesan aspal di salah satu anak sungai di buton utara (www.pusjatan.pu.go.id)
2. Pemetaaan Geologi

Setelah proses penyelidikan umum telah diuraikan untuk penyelidikan yang lebih rinci,
langkah berikutnya dalam proses pengumpulan data eksplorasi biasanya berupa peta
geologi yang sesuai. Hal ini didapatkan dari kegiatan pemetaan geologi oleh ahli geologi
(geologist). Sampel yang berukuran kecil dapat dikumpulkan untuk studi mineralogi atau
tekstur lebih lanjut dengan teknik mikroskop dilaboratorium. Analisis kimia juga
menghasilkan informasi penting untuk mineral explorer.

Data yang diperoleh dari kegiatan ini yaitu antara lain: 

 Peta akurat yang mendokumentasikan jenis batuan, perubahan mineralogi, dan data
struktural seperti sesar, lipatan, pola tegasan dan dip dari lapisan batuan serta sebaran
potensi aspal,
 Perkiraan tentang kualitas,
 Interpretasi tentang geometri dan struktur endapannya.

3. Eksplorasi Geofisika

Kegiatan eksplorasi geofisika yang digunakan untuk survey perkiraan daerah yang
berpotensi aspal dilakukan dengan dua cara, yaitu eksplorasi seismik dan geoelektrisitas,
yang selanjutnya akan disebut dengan resistivitas. 

Keunggulan metode resistivitas adalah mempunyai kemampuan menampilkan variasi


dari aspal alam secara vertikal maupun horizontal dengan cukup baik di bawah
permukaan bumi dan kemudahan dalam hal akomodasi dan biaya survey. Metode
resistivitas dilakukan untuk menganalisis variasi dari nilai resistivitas batuan aspal dengan
batuan di sekitarnya. Resistivitas yang tercatat menunjukkan adanya kandungan bitumen
pada batuan. Asbuton yang berbitumen tinggi akan menunjukkan nilai resistivitas yang
relatif lebih tinggi dari batuan sekitarnya.

Gambar 2. Penampang resistivitas yang memperlihatkan potensi

Pemodelan secara 2-D maupun 3-D berdasarkan nilai resistivitas akan memperlihatkan
persebaran asbuton pada daerah penelitian. Pemodelan tersebut akan mampu memperhitungkan
besar sumberdaya dari asbuton.
4. Pengeboran

Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan
kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika
kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona endapan dari permukaan. Kegiatan ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran geometri endapan dari permukaan sebaik
mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat
mengetahui gambaran geologi permukaan dan geomtetri endapan bawah permukaan
secara menyeluruh.

Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :

 Identifikasi struktur geologi,


 Sifat fisik dan mineralogi batuan samping dan endapan,
 Geometri endapan,
 Sampling, 
 Kualitas endapan, dll

2.3 Eksploitasi Aspal

Beberapa tahapan kegiatan penambangan secara garis besar adalah :


1. Pembabatan ( clearing )
2. Pengupasan tanah penutup ( stripping )
3. Penggalian bahan galian ( mining )
4. Pemuatan ( loading )
5. Pengangkutan ( hauling )
6. Penumpahan ( waste dump )
2.4 Pengolahan

Di dalam Heater, aspal itu dipanaskan dengan sistem pembakaran dengan gas yang diperoleh
dari sumur gas dengan temperatur berkisar antara 400 hingga 450 derajat Farrenheit untuk
membuat/mengilangkan kadar air dan elemen lainnya yang redapat dalam persenyawaan aspal.
Sebab apabila kadar tersebut tidak dibuang atau dibersihkan, maka mutu aspal yang dihasilnya
jadi rendah.

Setelah mencapai suhu 400 hingga 450 derajat Farrenheit, maka aspal yang mencair itu
kemudian diproses melalui sistem peranginan (blowing) yaitu dengan cara memasukkan udara
(angin) melalui blower (emacam kipas angin besar) ke dalam tabung bejana (still) bersamaan
dengan “disuntikkannya” uap air (steam). Proses ini berlangsung selama sekitar 5 sampai 7 jam.

Empat jam setelah “diangin-anginkan”, maka diambil contoh (sample) dari dalam Still untuk
diperiksa di dalam laboratorium guna diketahui diketahui daya rekatnya dan penetrasi aspal
(kekenyalan/kekerasan aspal – kalau tanah misalnya CBR nya) apa sudah memenuhi syarat atau
belum Selama blowing berlangsung, terjadilah proses oksidasi di dalam Still sehingga tercipta
gas gas SO₂, H₂S dan CO₂. Sementara gas yang tidak “sempat” terkondensir (tersaring)
dimasukkan ke Scrubber untuk diproses lebih lanjut. Sedangkan gar yang ringan (eks crubber)
dibuang atau dibakar melalui cerobong pembakar (flare) demi untuk menghindari terjadinya
pencemaran (polusi) udara di sekitar di sekitaran kawasan kilang.

Sementara aspal yang dihasilkan oleh Still kemudian dipompakan ke dalam tanki
penampungan aspal, tapi sebelumnya harus didinginkan dulu melalui double pipe cooler atau box
cooler.

2.5 Fungsi Aspal


Fungsi aspal antara lain adalah sebagai berikut:
a.)    Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas (water
proofing, protect terhadap erosi)
b.)    Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
c.)    Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakan di atas
lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
d.)   Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas jalan yang telah
beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di antara keduanya.
e.)    Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan filler.

2.6 Jenis Aspal


Aspal yang digunakan sebagai bahan untuk jalan pembuatan terbagi atas dua jenis yaitu:
1.      Aspal Alam
·        Menurut sifat kekerasannya dapat berupa:
a. Batuan = asbuton
b. Plastis = trinidad
c.  Cair = Bermuda
·         Menurut kemurniannya terdiri dari :
a. Murni = Bermuda
b. Tercampur dengan mineral = asbuton + Trinidad
2.  Aspal buatan
Jenis aspal ini dibuat dari proses pengolahan minya bumi, jadi bahan baku yang dibuat untuk
aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak mengandung aspal. Jenis dari aspal
buatan antara lain adalah sebagai berikut:
3.  Aspal Keras
Aspal keras igunakan untuk bahan pembuatan AC. Aspal yang digunakan dapat berupa aspal
keras penetrasi 60 atau penetrasi 80 yang memenuhi persyaratan aspal keras. Jenis-jenisnya :
a. Aspal penetrasi rendah 40 / 55, digunakan untuk kasus: Jalan dengan volume lalu lintas
tinggi, dan daerah dengan cuaca iklim panas.
b. Aspal penetrasi rendah 60 / 70, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas
sedang atau tinggi, dan daerah dengan cuaca iklim panas.
c.  Aspal penetrasi tinggi 80 / 100, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas
sedang / rendah, dan daerah dengan cuaca iklim dingin.
d. Aspal penetrasi tinggi 100 / 110, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas
rendah, dan daerah dengan cuaca iklim dingin.
4.   Aspal Cair
Aspal cair digunakan untuk keperluan lapis resap pengikat (prime coat) digunakan aspal cair
jenis MC – 30, MC – 70, MC – 250 atau aspal emulsi jenis CMS, MS. Untuk keperluan lapis
pengikat (tack coat) digunakan aspal cair jenis RC – 70, RC – 250 atau aspal emulsi jenis CRS,
RS.
5.      Aspal emulsi
Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau
sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi sehingga diperoleh partikel aspal yang bermuatan
listrik positif (kationik), negatif (anionik) atau tidak bermuatan listrik (nonionik). Jenis-jenisnya
adalah:
6.      Aspal emulsi anionic
Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau
sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi anionik sehingga partikel-partikel aspal bermuatan
ion-negatif. Aspal emulsi anionik mengikat cepat (Rapid setting, RS)
Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara cepat setelah kontak
dengan agregat.Aspal emulsi anionik mengikat lebih cepat (Quick setting, QS) Aspal emulsi
bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara lebih cepat setelah kontak dengan
agregat. Meliputi : QS-1h (quick setting-1):Mengikat lebih cepat-1 keras (Pen 40-90).
·        Aspal emulsi jenis mantap sedang
Aspal emulsi yang butir-butir aspalnya bermuatan listrik positip.
·        Aspal emulsi kationik
Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau
sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi jenis kationik sehingga partikel-partikel aspal
bermuatan ion positif.
·          Aspal emulsi kationik mengikat cepat (CRS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara cepat setelah kontak
dengan agregat.
·          Aspal emulsi kationik mengikat lambat (CSS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara lambat setelah
kontak dengan agregat.
·          Aspal emulsi kationik mengikat lebih cepat (CQS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara lebih cepat setelah
kontak dengan agregat.
·          Aspal emulsi kationik mengikat sedang (CMS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara sedang setelah
kontak dengan agregat.
·          Aspal emulsi mantap cepat (Cationic Rapid Setting - CRS)
Aspal emulsi kationik yang partikel aspalnya memisah cepat dari air setelah kontak dengan
aggregat.
·          Aspal emulsi mantap cepat (cationic rapid setting, CRS)
Aspal emulsi kationik yang partikel aspalnya memisah cepat dari air setelah kontak dengan
aggregate aspal emulsi jenis kationik yang partikel aspalnya memisah dengan cepat dari air
setelah kontak dengan udara.

2.7 Sifat – Sifat Fisik Aspal


Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja campuran
beraspal antara lain adalah:
1.      Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan sebagai bahan
pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Hal ini di sebabakan karena sifat-
saifat aspat akan berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan yang terjadi pada
saat pencampuran, pengankutan dan penghamparan campuran beraspal di lapangan. Perubahan
sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah atau dengna kata lain aspal telah
mngalami penuan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas
aspal. Pengujian bertujuan untuk mengetahui seberapa baik aspal untuk mempertahankan sifat –
sifat awalnya akibat proses penuaan.
Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas yang baik akan
menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif yang biasanya dilakukan
untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan
daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada benda uji yang telah mengalami Presure Aging Vassel
( PAV), Thin Film Oven Test ( TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua proses
penuaan terakhir merupakan proses penuaan yang paling banyak di gunakan untuk mengetahui
durabilitas aspal. Sifat aspal terutama Viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut
mengalami pemanasan atau penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami
perubahan.
2.      Adesi dan Kohesi
Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya, dan kohesi
adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat adesi dan kohesi aspal
sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal Karena sifat ini mempengaruhi
kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitas aspal adalah suatu ujian kualitatif yang secara
tidak langsung dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat adesifnes atau daktalitas aspal keras.
Aspal keras dengna nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang memiliki daya adesi yang
kurang baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai daktalitas yang tinggi.
Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif lainnya yang digunakan
untuk mengetahui daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan.
Pada pengujian ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam air dan
dibiarkan selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau kombinasi air dengan
gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti pemukaan agregat akan terkelupas
kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat akan melekat erat pada permukaan agregat, oleh
sebab itu pengelupasan yang tejadi sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan
gaya mekanik sangat kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali
3.      Kepekaan aspal terhadap temperatur
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperature menurun dan
melunak bila temperature meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah sifat akibat perubahan
tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspal terhadap temperatur.
4.      Pengerasan dan penuaan aspal
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas campuran
beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor utama, yaitu: penguapan fraksi minyak yang
terkandung dalam aspal dan oksidasi penuaan jangka pendek dan oksidasi yang progresif atau
penuaan jangka panjang. Oksidasi merupakan factor yang paling penting yang menentukan
kecepatan penuaan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan
bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis
perkerasan lentur.
Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari
minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan
aspal cair.
Aspal memiliki banyak jenis seperti aspal alam,aspal buatan yang diuraikan dan terbagi
menjadi aspal keras, aspal cairm dan emulsi

3.2 Saran
penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak sekali kesalahan baik
dalam segi penulisan maupun data yang disajikan. untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sanga penulis harapkan demi terwujudnya makalah yang lebih efektif dalam segi
penyajian data maupun sistematika penulisan. sekian dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

http://training.ce.washington.edu/wsdot/modules/03_materials/033_body.htm#ductility_test, 10
Januari 2009, pukul 15.30
Witeng. Kennedy, Neville, 1976, Basic Statistical Methods For Engineers and Scientists, 2nd
Edition, Harper & Row, Publishers, New York
Sukirman, Silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.
Supranto, M.A.J, 1987, Statistik, Teori dan Aplikasi Edisi Kelima, Jilid 1, Penerbit Erlangga.
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai