“ ASPAL “
DISUSUN OLEH:
KATHARINA WINDY PERADA KOU
(1806100052)
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi aspal
2. Untuk engetahui bagaimana cara eksporasi aspal
3. Untuk mengethui cara eksploitasi aspal
4. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan aspal
5. Untuk mengetahui apa fungsi aspal
6. Untuk mengetahui apa saja jenis - jenis aspal
7. Untuk mengetahui sepertia apa sifat – sifat fisik aspal
BAB II
PEMBAHASAN
Dimulai dengan studi kepustakaan meliputi hal-hal yang menyangkut keadaan geologi
secara regional dan keadaan tektoniknya. Kemudian disusul dengan pemeriksaan lapangan
guna diusahakan menemukan adanya singkapan (out crop) atau rembesan aspal serta
mengambil beberapa sampel.
Gambar 1. Rembesan aspal di salah satu anak sungai di buton utara (www.pusjatan.pu.go.id)
2. Pemetaaan Geologi
Setelah proses penyelidikan umum telah diuraikan untuk penyelidikan yang lebih rinci,
langkah berikutnya dalam proses pengumpulan data eksplorasi biasanya berupa peta
geologi yang sesuai. Hal ini didapatkan dari kegiatan pemetaan geologi oleh ahli geologi
(geologist). Sampel yang berukuran kecil dapat dikumpulkan untuk studi mineralogi atau
tekstur lebih lanjut dengan teknik mikroskop dilaboratorium. Analisis kimia juga
menghasilkan informasi penting untuk mineral explorer.
Peta akurat yang mendokumentasikan jenis batuan, perubahan mineralogi, dan data
struktural seperti sesar, lipatan, pola tegasan dan dip dari lapisan batuan serta sebaran
potensi aspal,
Perkiraan tentang kualitas,
Interpretasi tentang geometri dan struktur endapannya.
3. Eksplorasi Geofisika
Kegiatan eksplorasi geofisika yang digunakan untuk survey perkiraan daerah yang
berpotensi aspal dilakukan dengan dua cara, yaitu eksplorasi seismik dan geoelektrisitas,
yang selanjutnya akan disebut dengan resistivitas.
Pemodelan secara 2-D maupun 3-D berdasarkan nilai resistivitas akan memperlihatkan
persebaran asbuton pada daerah penelitian. Pemodelan tersebut akan mampu memperhitungkan
besar sumberdaya dari asbuton.
4. Pengeboran
Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan
kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika
kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona endapan dari permukaan. Kegiatan ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran geometri endapan dari permukaan sebaik
mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat
mengetahui gambaran geologi permukaan dan geomtetri endapan bawah permukaan
secara menyeluruh.
Di dalam Heater, aspal itu dipanaskan dengan sistem pembakaran dengan gas yang diperoleh
dari sumur gas dengan temperatur berkisar antara 400 hingga 450 derajat Farrenheit untuk
membuat/mengilangkan kadar air dan elemen lainnya yang redapat dalam persenyawaan aspal.
Sebab apabila kadar tersebut tidak dibuang atau dibersihkan, maka mutu aspal yang dihasilnya
jadi rendah.
Setelah mencapai suhu 400 hingga 450 derajat Farrenheit, maka aspal yang mencair itu
kemudian diproses melalui sistem peranginan (blowing) yaitu dengan cara memasukkan udara
(angin) melalui blower (emacam kipas angin besar) ke dalam tabung bejana (still) bersamaan
dengan “disuntikkannya” uap air (steam). Proses ini berlangsung selama sekitar 5 sampai 7 jam.
Empat jam setelah “diangin-anginkan”, maka diambil contoh (sample) dari dalam Still untuk
diperiksa di dalam laboratorium guna diketahui diketahui daya rekatnya dan penetrasi aspal
(kekenyalan/kekerasan aspal – kalau tanah misalnya CBR nya) apa sudah memenuhi syarat atau
belum Selama blowing berlangsung, terjadilah proses oksidasi di dalam Still sehingga tercipta
gas gas SO₂, H₂S dan CO₂. Sementara gas yang tidak “sempat” terkondensir (tersaring)
dimasukkan ke Scrubber untuk diproses lebih lanjut. Sedangkan gar yang ringan (eks crubber)
dibuang atau dibakar melalui cerobong pembakar (flare) demi untuk menghindari terjadinya
pencemaran (polusi) udara di sekitar di sekitaran kawasan kilang.
Sementara aspal yang dihasilkan oleh Still kemudian dipompakan ke dalam tanki
penampungan aspal, tapi sebelumnya harus didinginkan dulu melalui double pipe cooler atau box
cooler.
3.1 Kesimpulan
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan
bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis
perkerasan lentur.
Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari
minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan
aspal cair.
Aspal memiliki banyak jenis seperti aspal alam,aspal buatan yang diuraikan dan terbagi
menjadi aspal keras, aspal cairm dan emulsi
3.2 Saran
penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak sekali kesalahan baik
dalam segi penulisan maupun data yang disajikan. untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sanga penulis harapkan demi terwujudnya makalah yang lebih efektif dalam segi
penyajian data maupun sistematika penulisan. sekian dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://training.ce.washington.edu/wsdot/modules/03_materials/033_body.htm#ductility_test, 10
Januari 2009, pukul 15.30
Witeng. Kennedy, Neville, 1976, Basic Statistical Methods For Engineers and Scientists, 2nd
Edition, Harper & Row, Publishers, New York
Sukirman, Silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.
Supranto, M.A.J, 1987, Statistik, Teori dan Aplikasi Edisi Kelima, Jilid 1, Penerbit Erlangga.
Surabaya.