Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MEKANIKA FLUIDA

“FLUIDA DAN PENERAPANNYA DALAM DUNIA PERTAMBANGAN”

Oleh:

MARIUS SENI KOTEN

1806100074

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu yang mempelajari gejala alam disebut sains. Sains berasal dari kata Latin yang
berarti mengetahui. Sains terbagi atas beberapa cabang ilmu, diantaranya adalah fisika. Fisika
mempelajari gejala-gejala alam seperti gerak, kalor, cahaya, bunyi, listrik, dan magnet. Semua
gejala ini berbentuk energi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fisika adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara materi dan energi.
Perubahan global berlangsung cukup cepat menempatkan fisika sebagai salah satu ilmu
pengetahuan yang merupakan tulang punggung teknologi terutama teknologi manufaktur dan
teknologi modern. Teknologi modern seperti teknologi informasi, elektronika, komunikasi, dan
teknologi transportasi memerlukan penguasaan fisika yang cukup mendalam.
Salah satu visi pendidikan sains adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang
handal dalam sains dan teknologi serta memahami lingkungan sekitar melalui pengembangan
keterampilan berpikir, penguasaan konsep esensial, dan kegiatan teknologi. Kompetensi rumpun
sains salah satunya adalah mengarahkan sumber daya manusia untuk mampu menerjemahkan
perilaku alam.
Salah satu fenomena alam yang sering ditemukan adalah fenomena fluida. Fluida
diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena
zat cair seperti air dan zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat padat seperti batu atau besi tidak
dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan dalam fluida. Air merupakan salah satu contoh
zat cair. Masih ada contoh zat cair lainnya seperti minyak pelumas, susu, dan sebagainya. Semua
zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu
tempat ke tempat yang lain.
Fenomena fluida statis (fluida tak bergerak) berkaitan erat dengan tekanan hidraustatis.
Dalam fluida statis dipelajari hukum-hukum dasar yang berkaitan dengan konsep tekanan
hidraustatis, salah satunya adalah hukum Pascal dan hukum Archimedes. Hukum Pascal diambil
dari nama penemunya yaitu Blaise Pascal (1623-1662) yang berasal dari Perancis. Sedangkan
hukum Archimedes diambil dari nama penemunya yaitu Archimedes (287-212 SM) yang berasal
dari Italia.
Hukum-hukum fisika dalam fluida statis sering dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia dalam kehidupannya, salah satunya adalah prinsip hukum Pascal dan prinsip hokum
Archimedes. Namun, belum banyak masyarakat yang mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan studi yang lebih 

BAB 11

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Mekanika Fluida

Mekanika fluida adalah suatu ilmu yang memelajari prilaku fluida baik dalam keadaan
diam (static) maupun bergerak (dynamic) serta akibat interaksi dengan media batasnya (zat padat
atau fluida dengan γ lain ). Seperti kebanyakan disipilin ilmu lainnya, mekanika fluida
mempunyai sejarah panjang dalam pencapaian hasil-hasil pokok hingga menuju ke era modern
seperti sekarang ini.

Pada masa prasejarah, kebudayaan-kebudayaan kuno sudah memiliki pengetahuan yang


cukup untuk memecahkan persoalan-persoalan aliran tertentu. Sebagai contoh perahu layar yang
sudah dilengkapi dengan dayung dan sistem pengairan untuk pertanian sudah dikenal pada masa
itu. Pada abad ketiga sebelum Masehi, Archimedes dan Hero dari Iskandariah, memperkenalkan
hukum jajaran genjang untuk penjumlahan vektor. Selanjutnya Archimedes (285-212 SM)
merumuskan hukum apung dan menerapkannya pada benda-benda terapung atau melayang, dan
juga memperkenalkan bentuk kalkulus differensial sebagai bagian dari analisisnya.

Sejak permulaan Masehi sampai zaman Renaissance terus menerus terjadi perbaikan
dalam rancangan sistem-sistem aliran, seperti: kapal, saluran, dan talang air. Akan tetapi tidak
ada bukti-bukti adanya perbaikan yang mendasar dalam analisis alirannya. Akhirnya kemudian
Leonardo da Vinci (1452-1519) menjabarkan persamaan kekekalan massa dalam aliran tunak
satu-dimensi. Leonardo da Vinci adalah ahli ekspremen yang ulung, dan catatan-catatannya
berisi diskripsi yang seksama tentang gelombang, jet atau semburan, loncatan hidraulik,
pembentukan pusaran, dan rancangan-rancangan seretan-rendah (bergaris-alir) serta seretan-
tinggi (parasut). Galileo (1564-1642) memperkenalkan beberapa hukum tentang ilmu mekanika.
Seorang Perancis, Edme Moriotte (16421684) membangun terowongan angin yang pertama dan
menguji model-model di dalamnya.

Soal-soal yang menyangkut momentum fluida akhirnya dapat dianalisis setelah Isaac
Newton (1642-1727) memperkenalkan hukum-hukum gerak dan hukum kekentalan untuk fluida
linear yang sekarang dinamakan fluida Newton. Teori itu mula-mula didasarkan atas asumsi
fluida ideal (sempurna) dan tanpagesekan, dan para matematikawan abab kedelapan belas
seperti: Daniel Bernoulli dan Leonhard Euler (Swiss), Clairaut dan D’Alembert (Perancis),
Joseph-Louis Lagrange (1736-1813), Pierre-Simon Laplace (1749-1827), dan Gerstner
(17561832), mengembangkan ilmu matematika untuk mekanika fluida (Hidrodinamika), dan
banyak menghasilkan penyelesaian-penyelesaian dari soalsoal aliran tanpa gesekan. Euler
mengembangkan persamaan gerak diferensial dan bentuk integralnya, yang sekarang disebut
persamaan Bernoulli. D’Alembert memakai persamaan ini untuk menampilkan paradoksnya
bahwa suatu benda yang terbenam di dalam fluida tanpa gesekan mempunyai seretan nol,
sedangkan Gerstner memakai persamaan Bernoulli untuk menganalisis gelombang permukaan.

Hasil-hasil ini merupakan hal yang berlebihan, karena asumsi fluida sempurna dalam
praktek hanya mempunyai penerapan yang sangat terbatas dan kebanyakan aliran di bidang
teknik sangat dipengaruhi oleh efek kekentalan. Para ahli teknik mulai menolak teori yang sama
sekali tidak realistik itu, dan mulai mengembangkan hidraulika yang bertumpu pada ekperimen.
Ahli-ahli eksperimen seperti Pitot, Chezy, Borda, Bossut, Coulomb (1736-1806), Weber (1804-
1891), Francis (1815-1892), Russel (1808-1882), Hagen (1797-1889), Frenchman Poiseuille
(1799-1869), Frenchman Darcy (1803-1858), Manning (1816-1897), Bazin (1829-1917), dan
Saxon Weisbach (1806-1871) banyak menghasilkan data tentang beraneka ragam aliran seperti
saluran terbuka, hambatan kapal, aliran melalui pipa, gelombang, dan turbin.

Pada akhir abad kesembilan belas, hidraulika eksperimental dan hidrodinamika teoritis
mulai dipadukan. William Froude (1810-1879) dan putranya, Robert (1842-1924)
mengembangkan hukum-hukum pengujian model, Lord Rayleigh (1842-1919) mengusulkan
metode analisis dimensional, dan Osborne Reynolds (1842-1912) memperkenalkan bilangan
Reynolds takberdimensi yang diambil dari namanya sendiri. Sementara itu, sejak Navier (1785-
1836) dan Stokes (1819-1903) menambahkan suku-suku kental newton pada persamaan gerak
dan dikenal dengan persamaan Navier-Stokes, belum dapat digunakan untuk aliran sembarang.
Selanjutnya pada tahun 1904, setelah seorang insinyur Jerman, Ludwig Prandtl (1875-1953),
menerbitkan makalah yang barangkali paling penting yang pernah ditulis orang di bidang
mekanika fluida. Prandtl menunjukan bahwa aliran fluida yang kekentalannya rendah, seperti
aliran air atau aliran udara, dapat dipilah menjadi suatu lapisan kental (lapisan batas) di dekat
permukaan zat padat dan antar muka, dan lapisan luar yang hampir encer yang memenuhi
persamaan Euler dan Bernoulli. Teori lapis batas ternyata merupakan salah satu alat yang paling
penting dalam analisis-analisis aliran modern, disamping teori yang dikembangkan oleh
Theodore von Karman (18811963) dan Sir Geofrey I. Taylor (1886-1975).

2.2 Defenisi Fluida

Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air dan gas karena
kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda keras atau seluruh zat padat tidak
digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa mengalir. Susu, minyak pelumas, dan air
merupakan contoh zat cair. dan Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida karena
sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga
termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan
angin merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Fluida
merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari manusia
menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara
terbang melaluinya dan kapal laut mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat
mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga
bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering tidak disadari. Fluida ini dapat
kita bagi menjadi dua bagian yakni:
1. Fluida statis
2. Fluida Dinamis
2.2.1 Fluida Statis
Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam)
atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tak ada perbedaan kecepatan antar
partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikel-partikel fluida tersebut
bergerak dengan kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser.
Contoh fenomena fluida statis dapat dibagi menjadi statis sederhana dan
tidak sederhana. Contoh fluida yang diam secara sederhana adalah air di bak yang
tidak dikenai gaya oleh gaya apapun, seperti gaya angin, panas, dan lain-lain yang
mengakibatkan air tersebut bergerak. Contoh fluida statis yang tidak sederhana
adalah air sungai yang memiliki kecepatan seragam pada tiap partikel di berbagai
lapisan dari permukaan sampai dasar sungai.
Cairan yang berada dalam bejana mengalami gaya-gaya yang seimbang
sehingga cairan itu tidak mengalir. Gaya dari sebelah kiri diimbangi dengan gaya
dari sebelah kanan, gaya dari atas ditahan dari bawah. Cairan yang massanya M
menekan dasar bejana dengan gaya sebesar Mg. Gaya ini tersebar merata pada
seluruh permukaan dasar bejana. Selama cairan itu tidak mengalir (dalam keadaan
statis), pada cairan tidak ada gaya geseran sehingga hanya melakukan gaya ke
bawah oleh akibat berat cairan dalam kolom tersebut.

Sifat- Sifat fisis fluida dapat ditentukan dan dipahami lebih jelas saat fluida berada dalam
keadaan diam (statis). Sifat-sifat fisis fluida statis ini di antaranya, massa jenis, tegangan
permukaan, kapilaritas, dan viskositas.

1. Massa Jenis
Pernahkah Anda membandingkan berat antara kayu dan besi? Benarkah
pernyataan bahwa besi lebih berat daripada kayu? Pernyataan tersebut tentunya
kurang tepat, karena segelondong kayu yang besar jauh lebih berat daripada sebuah
bola besi. Pernyataan yang tepat untuk perbandingan antara kayu dan besi tersebut,
yaitu besi lebih padat daripada kayu. Anda tentu masih ingat, bahwa setiap benda
memiliki kerapatan massa yang berbeda-beda serta merupakan sifat alami dari
benda tersebut. Dalam Fisika, ukuran kepadatan (densitas) benda homogen disebut
massa jenis, yaitu massa per satuan volume. Jadi massa jenis adalah pengukuran
massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka
semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda
merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang
memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih
rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah
(misalnya air).
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3) Massa jenis
berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.
Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis
yang sama.
Secara matematis, massa jenis dituliskan sebagai berikut.

dengan: m = massa (kg atau g),


V = volume (m3 atau cm3), dan
ρ = massa jenis (kg/m3 atau g/cm3).
Jenis beberapa bahan dan massa jenisnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
2. Tegangan Permukaan

Mari kita amati sebatang jarum atau sebuah silet yang kita buat terapung di
permukaan air sebagai benda yang mengalami tegangan permukaan. Tegangan
permukaan disebabkan oleh interaksi molekul-molekul zat cair dipermukaan zat
cair. Di bagian dalam cairan sebuah molekul dikelilingi oleh molekul lain
disekitarnya, tetapi di permukaan cairan tidak ada molekul lain dibagian atas
molekul cairan itu. Hal ini menyebabkan timbulnya gaya pemulih yang menarik
molekul apabila molekul itu dinaikan menjauhi permukaan, oleh molekul yang ada
di bagian bawah permukaan cairan.
Sebaliknya jika molekul di permukaan cairan ditekan, dalam hal ini diberi
jarum atau silet, molekul bagian bawah permukaan akan memberikan gaya pemulih
yang arahnya ke atas, sehingga gaya pemulih ke atas ini dapat menopang jarum
atau silet tetap di permukaan air tanpa tenggelam. Gaya ke atas untuk menopang
jarum atau silet agar tidak tenggelam merupakan perkalian koefisien tegangan
permukaan dengan dua kali panjang jarum. Panjang jarum disini adalah permukaan
yang bersentuhan dengan zat cair.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa pengertian dari tegangan
permukaan adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang,
sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis.
3. Kapilaritas
Tegangan permukaan ternyata juga mempunyai peranan pada fenomena
menarik, yaitu kapilaritas. Contoh peristiwa yang menunjukkan kapilaritas adalah
minyak tanah, yang dapat naik melalui sumbu kompor. Selain itu, dinding rumah
kita pada musim hujan dapat basah juga terjadi karena adanya gejala kapilaritas.

Untuk membahas kapilaritas, kita perhatikan sebuah pipa kaca dengan


diameter kecil (pipa kapiler) yang ujungnya terbuka saat dimasukkan ke dalam
bejana berisi air. Kita dapat menyaksikan bahwa permukaan air dalam pipa akan
naik. Lain hasilnya jika kita mencelupkan pipa tersebut ke dalam bejana berisi air
raksa. Permukaan air raksa dalam tabung akan turun atau lebih rendah daripada
permukaan air raksa dalam bejana. Gejala inilah yang disebut dengan gejala
kapilaritas.
Pada kejadian ini, pipa yang digunakan adalah pipa kapiler. Oleh karena itu,
gejala kapilaritas adalah gejala naik turunnya zat cair dalam pipa kapiler.
Permukaan zat cair yang berbentuk cekung atau cembung disebut meniskus.
Permukaan air pada dinding kaca yang berbentuk cekung disebut meniskus cekung,
sedangkan permukaan air raksa yang berbentuk cembung disebut meniskus
cembung. Penyebab dari gejala kapiler adalah adanya adhesi dan kohesi. Kohesi
adalah gaya tarik menarik antar molekul yang sama jenisnya. Gaya ini
menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain tidak dapat menempel karena
molekulnya saling tolak menolak. sedangkan adhesi adalah gaya tarik menarik
antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara zat yang satu
dengan yang lain dapat menempel dengan baik karena molekulnya saling tarik
menarik atau merekat.
Pada gejala kapilaritas pada air, air dalam pipa kapiler naik karena adhesi
antara partikel air dengan kaca lebih besar daripada kohesi antar partikel airnya.
Sebaliknya, pada gejala kapilaritas air raksa, adhesi air raksa dengan kaca lebih
kecil daripada kohesi antar partikel air raksa. Oleh karena itu, sudut kontak antara
air raksa dengan dinding kaca akan lebih besar daripada sudut kontak air dengan
dinding kaca. Kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler disebabkan oleh
adanya tegangan permukaan yang bekerja pada keliling persentuhan zat cair
dengan pipa.
Berikut ini beberapa contoh yang menunjukkan gejala kapilaritas dalam
kehidupan sehari-hari:
a. Naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor sehingga kompor bias
dinyalakan.
b. Kain dan kertas isap dapat menghisap cairan.
c. Air dari akar dapat naik pada batang pohon melalui pembuluh kayu.
Selain keuntungan, kapilaritas dapat menimbulkan beberapa masalah
berikut ini : Air hujan merembes dari dinding luar, sehingga dinding dalam juga
basah. Air dari dinding bawah rumah merembes naik melalui batu bata menuju ke
atas sehingga dinding rumah lembab.

4. Viskositas
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik
dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk
fluida), viskositas adalah "Ketebalan" atau "pergesekan internal". Oleh karena itu,
air yang "tipis", memiliki viskositas lebih rendah, sedangkan madu yang "tebal",
memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya, semakin rendah viskositas
suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut. Viskositas
menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan mungkin dapat
dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran fluida.

Seluruh fluida (kecuali superfluida) memiliki ketahanan dari tekanan dan


oleh karena itu disebut kental, tetapi fluida yang tidak memiliki ketahanan tekanan
dan tegangan disebut fluide ideal.

Tekanan Hidrostatis

Tekanan adalah gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu permukaan bidang dan dibagi luas
permukaan bidang tersebut. Secara matematis, persamaan tekanan dituliskan sebagai berikut.
p= F/ A dengan:
F = gaya (N)
A = luas permukaan (m2), da
p = tekanan (N/m2 = Pascal).
Persamaan diatas menyatakan bahwa tekanan p berbanding terbalik dengan luas
permukaan bidang tempat gaya bekerja. Jadi, untuk besar gaya yang sama, luas bidang yang
kecil akan mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada luas bidang yang besar.
Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan hidrostatis
disebabkan oleh fluida tak bergerak. Tekanan hidrostatis yang dialami oleh suatu titik di dalam
fluida diakibatkan oleh gaya berat fluida yang berada di atas titik tersebut. Jika besarnya tekanan
hidrostatis pada dasar tabung adalah p, menurut konsep tekanan, besarnya p dapat dihitung dari
perbandingan antara gaya berat fluida (F) dan luas permukaan bejana (A).
p= F/A

Gaya berat fluida merupakan perkalian antara massa fluida dengan percepatan gravitasi Bumi,
ditulis :
p= massa x gravitasi bumi / A
Oleh karena m = ρ V, persamaan tekanan oleh fluida dituliskan sebagai
p = ρVg / A
Volume fluida di dalam bejana merupakan hasil perkalian antara luas permukaan bejana (A) dan
tinggi fluida dalam bejana (h). Oleh karena itu, persamaan tekanan di dasar bejana akibat fluida
setinggi h dapat dituliskan menjadi
p= ρ(Ah) g / A = ρ h g
Jika tekanan hidrostatis dilambangkan dengan ph, persamaannya dituliskan sebagai berikut.
Ph = ρ g h

ph = tekanan hidrostatis (N/m2),


ρ = massa jenis fluida (kg/m3),
g = percepatan gravitasi (m/s2), dan
h = kedalaman titik dari permukaan fluida (m).
Semakin tinggi dari permukaan Bumi, tekanan udara akan semakin berkurang.
Sebaliknya, semakin dalam Anda menyelam dari permukaan laut atau danau, tekanan hidrostatis
akan semakin bertambah. Mengapa demikian? Hal tersebut disebabkan oleh gaya berat yang
dihasilkan oleh udara dan zat cair. Anda telah mengetahui bahwa lapisan udara akan semakin
tipis seiring bertambahnya ketinggian dari permukaan Bumi sehingga tekanan udara akan
berkurang jika ketinggian bertambah. Adapun untuk zat cair, massanya akan semakin besar
seiring dengan bertambahnya kedalaman. Oleh karena itu, tekanan hidrostatis akan bertambah
jika kedalaman bertambah.
Prinsip tekanan hidrostatis ini digunakan pada alat-alat pengukur tekanan. Alat-alat
pengukur tekanan yang digunakan untuk mengukur tekanan gas, di antaranya sebagai berikut.
a. Manometer Pipa Terbuka
Manometer pipa terbuka adalah alat pengukur tekanan gas yang paling sederhana. Alat
ini berupa pipa berbentuk U yang berisi zat cair. Ujung yang satu mendapat tekanan sebesar p
(dari gas yang hendak diukur tekanannya) dan ujung lainnya berhubungan dengan tekanan
atmosfir (p0).
b. Barometer
Barometer raksa ini ditemukan pada 1643 oleh Evangelista Torricelli, seorang ahli
Fisika dan Matematika dari Italia. Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara.
Barometer umum digunakan dalam peramalan cuaca, dimana tekanan udara yang tinggi
menandakan cuaca bersahabat, sedangkan tekanan udara rendah menandakan kemungkinan
badai. Ia mendefinisikan tekanan atmosfir dalam bukunya yang berjudul “A Unit of
Measurement, The Torr” Tekanan atmosfer (1 atm) sama dengan tekanan hidrostatis raksa
(mercury) yang tingginya 760 mm. Cara mengonversikan satuannya adalah sebagai berikut.
ρ raksa × percepatan gravitasi Bumi × panjang raksa dalam tabung atau
(13.600 kg/cm3 )(9,8 m/s2)(0,76 m) = 1,103 × 105 N/m2
Jadi, 1 atm = 76 cmHg = 1,013 × 105 N/m2

c. Pengukur Tekanan Ban

Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan udara di dalam ban. Bentuknya berupa
silinder panjang yang di dalamnya terdapat pegas. Saat ujungnya ditekankan pada pentil ban,
tekanan udara dari dalam ban akan masuk ke dalam silinder dan menekan pegas. Besarnya
tekanan yang diterima oleh pegas akan diteruskan ke ujung lain dari silinder yang dihubungkan
dengan skala. Skala ini telah dikalibrasi sehingga dapat menunjukkan nilai selisih tekanan udara
luar (atmosfer) dengan tekanan udara dalam ban.
KONSEP DASAR
Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan suatu Dilihat
dari kecepatan aliran, menurut (Mr. Reynolds) diasumsikan/dikategorikanlaminar bila aliran
tersebut mempunyai bilangan Re kurang dari 2300, Untuk aliran transisi berada pada pada
bilangan Re 2300 dan 4000 biasa juga disebut sebagai bilangan.
Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan
bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju perpindahan
momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya
kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya – gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan
mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut.
Rapat jenis (density )
Density atau rapat jenis (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut dan dinyatakan
dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan dengan cara menghitung nilai density dapat
dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka kerapatan suatu fluida semakin
berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul – molekul fluida semakin berkurang.
Koefisien Gesek
Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada aliran laminar dan
aliran turbulen berbeda, maka koefisien gesek erbeda pula untuk masing – masing jenis aliran.
Reynolds kritis, sedangkan aliran turbulen mempunyai bilangan Re lebih dari 4000.

MEKANIKA FLUIDA
Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinum yang mempelajari fluida
(yang dapat berupa cairan dan gas). Mekanika fluida dapat dibagi menjadi fluida statik dan fluida
dinamik. Fluida statis mempelajari fluida pada keadaan diam sementara fluida dinamis
mempelajari fluida yang bergerak.
Fluida Newtonian vs. non-Newtonian

Sebuah Fluida Newtonian (dinamakan dari Isaac Newton) didefinisikan sebagai fluida
yang tegangan gesernya berbanding lurus secara linier dengan gradien kecepatan pada arah tegak
lurus dengan bidang geser. Definisi ini memiliki arti bahwa fluida newtonian akan mengalir terus
tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Sebagai contoh, air adalah fluida
Newtonian karena air memiliki properti fluida sekalipun pada keadaan diaduk. Sebaliknya, bila
fluida non-Newtonian diaduk, akan tersisa suatu "lubang". Lubang ini akan terisi seiring dengan
berjalannya waktu. Sifat seperti ini dapat teramati pada material-material seperti puding.
Peristiwa lain yang terjadi saat fluida non-Newtonian diaduk adalah penurunan viskositas yang
menyebabkan fluida tampak "lebih tipis" (dapat dilihat pada cat). Ada banyak tipe fluida non-
Newtonian yang kesemuanya memiliki properti tertentu yang berubah pada keadaan tertentu.

Persamaan pada fluida Newtonian


Konstanta yang menghubungkan tegangan geser dan gradien kecepatan secara linier dikenal
dengan istilah viskositas. Persamaan yang menggambarkan perlakuan fluida Newtonian adalah:
di mana :
τij adalah tegangan geser pada bidang ith dengan arah jth
vi adalah kecepatan pada arah ith
xj adalah koordinat berarah jth
Jika suatu fluida tidak memenuhi hubungan ini, fluida ini disebut fluida non-Newtonian.

ALIRAN FLUIDA
Aliran fluida dapat diaktegorikan:
1. Aliran Laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan – lapisan, atau lamina – lamina dengan
satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk
meredam kecendrungan terjadinya gerakan relative antara lapisan. Sehingga aliran laminar
memenuhi hukum viskositas Newton.
2. Aliran Turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak menentu karena
mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling
tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar.
Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan
geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran.
3. Aliran Tansisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.

2.2.2 Fluida Dinamis


Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak. Untuk
memudahkan dalam mempelajari, fluida disini dianggap steady (mempunyai
kecepatan yang konstan terhadap waktu), tak termampatkan (tidak mengalami
perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami putaran-putaran).

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali hal yang berkaitan dengan fluida dinamis ini.
Besaran-besaran dalam fluida dinamis

Debit aliran (Q)

Jumlah volume fluida yang mengalir persatuan waktu, atau:


Dimana :
Q = debit aliran (m3/s)
A = luas penampang (m2)
V = laju aliran fluida (m/s)
Aliran fluida sering dinyatakan dalam debit aliran

Dimana :
Q = debit aliran (m3/s)
V = volume (m3)
t = selang waktu (s)

Persamaan Kontinuitas
Air yang mengalir di dalam pipa air dianggap mempunyai debit yang sama di sembarang titik.
Atau jika ditinjau 2 tempat, maka:
Debit aliran 1 = Debit aliran 2, atau :

Hukum Bernoulli
Hukum Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan energi yang
dialami oleh aliran fluida. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan (p), energi kinetik per
satuan volume, dan energi potensial per satuan volume memiliki nilai yang sama pada setiap titik
sepanjang suatu garis arus. Jika dinyatakan dalam persamaan menjadi :

Dimana :
p = tekanan air (Pa)
v = kecepatan air (m/s)
g = percepatan gravitasi
h = ketinggian air

2.2.3 Penerapan Mekanika Fluida dalam Pertambangan


a. Metode tambang semprot pada penambangan endapan timah sekunder
merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :
1. Pengupasan lapisan penutup atau Over Burden.
2. Pembongkaran endapan bijih tersebut.
3. Pemisahan dan pemurnian antara Konsentrat ( mineral yang dikehendaki ) dan Tailing
( kotoran yang menyertai
Metode ini dapat diterapkan dengan syarat-syarat tertentu yaitu:
1. Tebal overburden kurang dari 10 meter
apabila ketebalan lapisan penutup atau Over burden lebih dari 10 meter metode ini sulit
diterapkan mengingat media yang digunakan adalah media air dan tentunya lumpur
pengotornya semakin banyak sehingga bila ketebalan lebih dari 20 meter lebih baik
dengan tambang dalam bila setelah dihitung BESR ( bench striping ratio ) nya
menguntungkan.
2. Persediaan air cukup
Karena apabila persediaan air tidak cukup akan menggangu waktu proses penyemprotan
dan alangkah baiknya lokasi penampungan air di usahakan sedekat mungkin dengan
lokasi penambangan.
3. Kemiringan bed rock yang baik antara 1º - 3º
Dengan kemiringan bed rock antara 1º - 3º diharapkan Lumpur hasil penyemprotan
langsung menuju ke kolam penampung sementara dan waktu membongkar bagian bawah
tidak kesulitan.
Cara kerja penambangan dengan metode hydraulicking atau semprot dan petunjuk
pelaksanaannya
Awalnya air yang berada pada bak penampung air disedot dengan pompa isap
yang ditempatkan pada rumah jig yang kemudian ditekan dengan pompa tekan ke
monitor atau giant yang selanjutnya diarahkan kelapangan tempat endapan placer atau
alluvial berada. Tahap pertama yaitu pengupasan over burden atau lapisan tanah penutup,
yang paling penting letak mulut pipa isap lumpur harus pada tempat paling terendah pada
kolam penampung lumpur sehingga lumpur tersebut secara alamiah akan mengalir dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sebaiknya penyemprotan dimulai dari hilir ke
arah hulu dari bekas – bekas lembah dimana placer terdapat hal ini dimaksudkan agar
posisi lumpur hasil semprotan lebih tinggi dari posisi bak penampung lumpur.
Penyemprotan dimulai dari atas atau bagian permukaan dahulu hingga membentang
mendatar kemudian berangsur – angsur monitor agak ditundukkan ke bawah sedikit demi
sedikit lalu disemprotkan mendatar lagi, begitu seterusnya sampai mencapai bedrock.
Setelah endapan placer yang telah dibersihkan habis, monitor kembali diarahkan ke atas
guna membongkar lagi lapisan penutup begitu seterusnya. Hendaknya penambangan
dilakukan kearah depan terus sehingga tidak usah memindah – mindah posisi monitor
kesamping.
Lumpur dapat terkumpul di kolam penampung lumpur lewat parit – parit yang
telah dibuat yang kemudian diisap oleh pipa isap dengan bantuan pompa isap, kemudian
lumpur endapan placer tadi masuk ke bagian sluice box untuk dipisahkan antara pengotor
dengan mineral konsentrat yang dikehendaki, selanjutnya mineral tadi masuk ke bagian
washing plan untuk dicuci dan di murnikan dari mineral – mineral pengotor yang masih
menempel pada mineral yang di kehendaki. Sisa – sisa dari lumpur pengotor yang tidak
tertampung oleh riffle pada sluice box kemudian dikeluarkan melalui pipa ke bak
penampung tailing dan pengotor hasil pencucian dari washingplan juga demikian
sedangkan mineral yang dikehendaki disalurkan melalui pipa ke bak penampung
konsentrat demikian berulang – ulang.
b. Jigging
Jigging yaitu operasi pengerjaan mineral berdasarkan atas perbedaan kecepatan
mengendap antara mineral berharga dengan gangue mineral.
Aksi Jigging
Aksi jigging terdiri dari :
1. Percepatan differensial partikel pada awal jatuh.
Percepatan differensial partikel pada awal jatuh dengan persamaan pengendapan partikel
dalam fluida : m.a = (m - m,) g – Fd
Keterangan :
m = Massa partikel ( kg )
m, = Massa fluida yang disingkirkan ( kg )
g = Percepatan partikel ( ms-2 )
Fd = Gaya dorong N
a = Percepatan mineral naik
pada saat partikel mulai bergerak Fd = 0
m.a = (m – m, ) g

Gaya – gaya yang bekerja pada jig


1. Tekanan ( pultion ) Yang dimaksud dengan tekanan ( pulsion ) atau desakan adalah
kejadian dimana air menembus atau bergerak keatas melalui saringan jig, mengangkat
bahan – bahan atau butiran yang berada diatas saringan.Dimana butiran yang ringan akan
terangkat lebih tinggi, dalam hal ini jig bed akan terbuka karena ada gerakan.Dengan
demikian bijih yang berat akan masuk diselah – selah pori – pori batu bed.
2. Hisapan ( suction )
Hisapan ( suction ) merupakan suatu kejadian dimana air menembus kebawah melalui
saringan membawa bahan yang dapat melewati saringan kedasar jig. Material yang
tercampur dengan air mengalir diatas jig, akibatnya akan terjadi tekanan dan hisapan
yang berulang – ulang sehingga diatas jig berbentuk susunan lapisan – lapisan mineral
dimana butiran – butiran dengan berat jenis yang lebih besar akan lebih cepat mengendap
dan melewati saringan untuk kemudian diambil sebagai konsentrat. Dengan adanya
kecepatan ( cross flow ) butiran yang lebih ringan akan terbawa dan terbuang sebagai
tailing.
Dalam proses jigging kemungkinan dapat terjadi beberapa keadaan antara lain sebagai
berikut :
 Tekanan dengan banyak hisapan
Dalam keadaan ini akan lebih banyak terjadi hisapan, dimana bed jig
seolah – olah menjadi padat.Keadaan ini kurang baik dan harus dihindarkan
karena bijih – bijih timah akan membentuk lapisan yang padat dimana hal ini
akan mengurangi kemungkinan penerobosan bijih timah yang akan turun.Hal ini
terjadi terutama apabila kekurangan air tambahan ( under water ) dan dapat
diatasi dengan memperbesar panjang dorongan atau menggerakkan hematitite.
 Tekanan dengan sedikit hisapan
Hisapan pada proses ini tidak terlalu kuat untuk menjadikan kompaknya
batu bed, hal seperti ini adalah baik.Batu bed dan lapisan bijih tetap lepas dan
bergerak pada keadaan bahan masuk cukup, maka bila kita memasukkan tangan
kedalam akan terasa turunnya bahan – bahan tersebut dari tangan kita.
 Tekanan dengan tidak ada hisapan
Dalam keadaan seperti ini tidak baik dan tidak diinginkan karena banyak
kesalahan, bila bocor atau sobek tekanan masih akan terasa karena air
tambahan.Tetapi disini hisapan tidak akan terjadi karena air akan mengalir
melewati bagian yang bocor. Keadaan seperti ini tidak baik dan harus dihindarkan
dengan mengganti membrane.
3. Operasional Jigging
Umpan berupa slurry dengan 25% - 45% padatan masuk pada salah satu ujung jig
mengalir membentuk arus horizontal dipermukaan jig.Partikel – partikel terutama yang
berbutir halus terbawa arus dan keluar pada ujung yang lainnya.Pengendapan partikel
pada arus horizontal ini mengikuti mekanisme pengendapan seperti pada palong.

Partikel – partikel yang mengendap dari arus horizontal masuk kedaerah dimana jigging
bekerja yaitu daerah antara arus horizontal dan ayakan. Mekanisme jigging seperti
percepatan differensial hindered settling dan trickling bekerja didaerah tersebut yang
dapat dibedakan antara daerah roughing sebelah atas dan daerah separating dibawahnya.
Partikel – partikel didaerah roughing terutama terdiri dari partikel middling dan partikel
mineral ringan yang berusaha masuk kedaerah separating. Mineral ringan didorong
keatas memasuki daerah tertransportasi dan terbawa arus horizontal. Middling memiliki
peluang masuk kedaerah separating, daerah separating dengan mudah menerima mineral
berat dan berusaha mendorong keatas middling. Consolidation trickling terjadi didaerah
ini, mineral berat dan besar dengan cepat mencapai permukaan ayakan diikuti mineral
berat kecil melalui daerah roughing dan separating, dan dengan mekanisme
consolidation trickling melewati mineral berat besar.

c. Ventilasi Tambang Bawah Tanah dan Gas Pengotor


Pada dasarnya tambang bawah tanah adalah suatu system yang unik, karena
mengkombinasikan berbagai metode penambangan, ventilasi, supporting hingga
pengawaairan yang kompleks. Tambang bawah tanah bagi sebagian orang merupakan
“seni” dalam mengekstrak mineral dari perut bumi. Dan salah satu hal yang sangat
esensial dalam tambang bawah tanah adalah system ventilasi.
Pada dasarnya, sistem ventilasi merupakan metode aplikasi dari prinsip fluida
dinamik (dalam hal ini udara) terhadap laju udara pada bukaan tambang bawah tanah.
SIstem ventilasi ini diperlukan untuk memberikan asupan udara bersh bagi pekerja
tambang juga bagi alat-alat mekanis di lokasi tersebut. Untuk menunjang aktivitas
tambang bawah tanah, maka dibutuhkan suatu sistem ventilasi yang sesuai sehingga
member jaminan suplai udara yang memadai dan dapat bekerja dengan optimal. Pada
dasarnya, sistem ventilasi tambang bawah tanah ini memiliki 3 fungsi umum yaitu:
1. Sebagai control kualitas dan kuantitas udara, yaitu menyedeiakan dan mengalirkan udara
segar ke dalam tambang untuk kebutuhan pernafasan pekerja dan proses lain yang ada di
dalamnya, termasuk debit dan tekanan.
2. Melarutkan dan membuang gas gas pengotor hingga mencapai kondisi balance
(equilibrium) terutama setelah aktivitas peledakan dan memenuhi syarat bagi aktivitas
penambangan.
3. Menyngkirkan debu dan partikulat hingga berada di bawah nilai ambang batas (NAB)
dan aman untuk melaksanakan aktivitas tambang.
4. Mengatur (adjustment) temperature, kelembaban di dalam tambang sehingga
memberikan kondisi yang nyaman untuk bekerja.

Ventilasi yang baik akan mampu memberikan supply udara bersih dan baik serta
mengeluarkan udara kotor dan gas berbahaya (toxic) lain di dalam tambang sehingga
memberikan ruang kerja yang nyaman. Ventilasi menjadi kebutuhan pokok bagi tiap aktivitas
tambang bawah tanah. Tanpa system ventilasi yang memadai, niscaya sulit untuk meneruskan
aktivitas tambang.

Ada beberapa prinsip pengaturan jaringan ventilasi di tambang bawah tanah, yaitu:

1. Udara akan mengalir dari suhu rendah ke tinggi, dari tekanan tinggi ke rendah.
2. Udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan resistansi yang lebih kecil
dibandingkan dengan jalur dengan resistansi yang besar.
3. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan dalam ventilasi
tambang.

d. Shaking Table
Salah satu metode Konsentrasi Gravitasi adalah Tabling. Tabling merupakan
pemisahan material dengan cara mengalirkan air yang tipis pada suatu meja
bergoyang, denghan menggunakan media aliran tipis dari air (Flowing Film
Concentration). Alat yang digunakan disebut “Shaking Table” atau “Meja Goyang”.

Mekanisme : sulicing effect + gaya tegak lurus dengan aliran fluida hentak
HeadMotion

Prinsip Kerja Alat Shaking Table


Prinsip Kerja Shaking Table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran
partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang
sama akan memiliki gaya dorong yang sama besar. Sedangkan apabila ssspecific
Gravitynya berbeda maka gaya gesek pada partikel berat akan lebih besar daripada
partikel ringan. Karena pengaruh gaya dari aliran, maka partikel ringan akan
terdorong / terbawa lebih cepat dari partikel berat searah aliran.
Karena gerakan relative Horizontaldari motor maka partikel berat akan
bergerak lebih cepat daripada material ringan dengan arah horizontal. Untuk itu perlu
dipasang riffle (penghalang) untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga
partikel ringan diberi kesempatan berada diatas dan partikel berat relative dibawah.

Pada prinsipnya, ada tiga macam gaya yang bekerja pada Shaking Table, yaitu:

Gaya Dorong Alir


Gaya dorong alir merupakan fungsi kecepatan relative aliran air dan partikel. Dalam prosesnya,
partikel bergerak dengan kecepatan yang dipengaruhi oleh kedalaman air.
Gaya Gesek
Gaya gesek ini terjadi antara partikel dengan dasar deck (alas alat).
Gaya Gravitasi
Faktor yang mempengaruhi Shaking Table :
1. Ukuran dari feed
2. Operasi (roughing/cleaning)
3. Perbedaan SG mineral-mineralnya
4. SG rata-rata mineralnya

Mekanisme Kerja Alat


Pada meja goyang didalam proses pemisahannya, pemisahan mineral terjadi
karene adanya sentakan meja yang ditimbulkanoleh headmotion dan aliran air tipis
dipermukaan meja dari wash water. Mineral berat karena mempunyai gaya gesek
yang lebih besar maka akan terlempar kesamping (searah sentakan meja). Lebih jauh,
mineral yang berukuran halus akan terlempar kesamping lebih jauh disbanding
dengan mineral yang berukuran kasar. Mineral ringan berukuran kasar akan
terdorong oleh aliran air lebih jauh dari pada mineral berat berukran halus.
Sedangkan adanya riffle, di atas meja akan mengakibatkan aliran turbulen dan
membentuk perlapisan/susunan mineral berat dan ringan.

Distribusi partikel dipengaruhi oleh :


a) Sifat-sifat riffle
b) Permukaan deck
c) Water supply
d) Perbedaan bentuk dan ukuran partikel
e) Ada tidaknya material yang termasuk middling atau material interlog yaitu
partikel dengan sebagian material berat dan sebagian material ringan.
Faktor yang mempengaruhi gerakan aliran pada dasar :
a) Slope deck
b) Tebal / Kecepatan air
c) Viscositas fluid
d) Bentuk partikel
e) Kekerasan deck
f) Koeifisien gesekan Partikel
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/30718249-Bab-i-pendahuluan-mekanika-fluida-adalah-suatu-ilmu-yang-
memelajari-prilaku-fluida-baik.html

http://iqbalgamers007.blogspot.com/2016/10/makalah-fluida.html

http://fisikadedek.blogspot.com/2013/05/fluida-statik-dan-dinamis.html

https://id.scribd.com/document/359225962/Fluida-Dan-Implementasinya-Dalam-Pertambangan

Anda mungkin juga menyukai