Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang sejarah dan ruang lingkup
mekanika fluida. Sejarah perkembangan pengetahuan mekanika fluida berisi
tentang perkembangan pengetahuan manusia dalam penggunaan atau pemanfaatan
fluida sampai ditemukannya teori-teori mutakhir dalam Mekanika Fluida. Hal-
hal atau kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan ilmu mekanika fluida sampai
pada penerapan prinsip mekanika fluida dalam bidang keteknikan dipaparkan
secara lengkap pada bab ini.

Latar Belakang Sejarah


             Penerapan mekanika fluida yang pertama adalah ketika orang
melontarkan batu, lembing dan anak-anak panah. Kebudayaan-kebudayaan kuno
sudah memiliki pengetahuan yang cukup untuk memecahkan masalah aliran
tertentu. Kapal-kapal dengan dayung dan layar atelah digunakan sekitar tahun
3000 SM. Sistem irigasi telah ditemukan diantara puing-puing prasejarah baik di
Mesir maupun di Mesopotania. Orang yunani kuno telah mengenali udara dan air
sebagai dua zat dari empat unsur zat ( yang lain adalah api dan tanah ).
            
Aristoteles pada abad ke empat SM mempelajari benda-benda dalam
media yang tipis dan dalam gelembung-gelembung. Archimedes (285 – 212 SM)
merumuskan hukum-hukumnya yang terkenal tentang benda terapung dan
terbenam. Saluran-saluran air bangsa Romawi dibangun dalam abad keempat SM,
walaupun bukti-bukti tertulis menunjukkan bahwa para pembuat saluran itu belum
memahami tentang azas-azas perancangan dan mekanisme hambatan pipa.
            
Sejak permulaan tarik masehi sampai zaman Renaisance terus menerus
terjadi perbaikan-perbaikan dalam rancangan sistem-sistem aliran seperti kapal,
saluran dan talang air, namun tidak ada bukti-bukti adanya perbaikan yang

1
mendasar dalam analisa aliran. Kemudian Leonardo Da Vinci ( 1452 – 1519 ),
seorang ahli eksperimen yang ulung, menganjurkan pendekatan secara eksperimen
terhadap ilmu pengetahun dengan menyatakan : “Apabila anda berbicara tentang
aliran air, ceritakan dahulu pengalaman anda baru kemudian berteori”. Da Vinci
telah menjabarkan persamaan kekekalan massa dalam aliran tunak satu dimensi,
tentang gelombang, jet atau semburan, loncatan hidrolik, pembentukan pusaran
dan rancangan-rancangan seretan rendah ( bergaris alir ) serta seretan tinggi
( Parasut ).
            
Castelli (1577 – 1644), Torricolli (1608 – 1647) dan Gugliel (1655–1710)
dari Sekolah Hidrolik Itali, telah melahirkan gagasan-gagasan yang berkaitan
dengan persamaan kontinuitas aliran mantap untuk sungai, aliran dari sebuah
wadah, barometer dan beberapa konsep kualitatif tentang hambatan terhadap
aliran disungai. Dari Perancis, Edme Mariotte ( 1642 – 1648 ) membangun
terowongan angin yang pertama dan menguji model - model didalamnya. Isac
Newton ( 1642 – 1727 ) memposulatkan hukum-hukum geraknya dan hukum
kekentalan untuk fluida linear yang sekarang dinamakan fluida Newton dan ia
juga melakukan percobaan-percobaan tentang hambatan (drag) yang dialami oleh
bola.
            
Pada abad kedelapan belas, ilmuan matematika untuk mekanika fluida-
hidrodinamika, pada awalnya dikembangkan oleh empat pakar : Daniel Bernoulli
dan Leonardo Euler ( Swiss ) serta Clairant dan Jean d’Alembert ( Prancis ),
kemudian dilanjutkan oleh Josep – Louis Lagrange ( 1736 – 1813 ) dan Pierre –
Simon Laplace serta seorang insinyur, Gerstner ( 1756 – 1832 ), yang
menyumbangkan gagasan tentang gelombang permukaan dan menghasilkan
penyelesaian-penyelesaian yang akurat dalam aliran tanpa gesekan. Euler
mengembangkan persamaan gerak diferensial dan bentuk integralnya yang disebut
persamaan Bernoulli. D’ Alembert memakai persamaan ini untuk menampilkan
paradoksnya yang terkenal : “ Bahwa suatu benda yang terbenam di dalam fluida
tanpa gesekan, seretannya nol”.

2
            
Hasil-hasil yang diberikan oleh ahli-ahli di atas merupakan hal yang
berlebihan, karena asumsi fluida sejati ( tanpa gesekan ) dalam prakteknya hanya
mempunyai penerapan yang sangat terbatas dan kebanyakan aliran dibidang
teknik sangat dipengaruhi oleh efek kekentalan. Para ahli teknik mulai menolak
apa yang mereka anggap sebagai teori yang sama sekali tidak realistik, dan
mengembangkan hidrolika yang bertumpu hampir secara total pada eksperimen.
            
Ahli-ahli eksperimen seperti Chezy, Poleni, De Pitot, Borda, Weber,
Francis, Hegen, Poisenille, Darcy, Manning, Bazin, Venturi dan Wiesbach
menghasilkan data tentang beraneka ragam aliran seperti saluran terbuka,
hambatan kapal, aliran melalui pipa, gelombang dan turbin. Sering sekali data ini
dipergunakan dalam bentuk mentahnya, tanpa memperhatikan dasar-dasar fisika
aliran

PEMBAHASAN MASALAH 
Pada pembahasan karya tulis ini, penulis hanya menerangkan secara
garis besar penjelasan tentang sensor Mekanika Fluida  :
1.      Apa yang dimaksud dengan sistem  Mekanika Fluida ?
2.     Membahas ruang lingkup Mekanika Fluida?
3.      Membahas dimensi satuan Mekanika Fluida ?
4.      Contoh Soal pada Mekanika Fluida?
5.      Membahasa Persamaan-persamaan yang terdapat pada Mekanika Fluida

       MANFAAT PEMBUATAN MAKALAH


 Diharapkan dari penulisan makalah  mengenai Mekanika Fluida ini dapat
memberi  manfaat sebagai berikut:
•         Memudahkan transfer pengetahuan tentang Mekanika Fluida kepada
peserta didik.
•         Memudahkan para pembaca untuk mendapatkan informasi tentang
Mekanika Fluida

3
•         Membantu peserta didik untuk memahami Mekanika Fluida secara
sederhana.
•         Memudahkan peserta didik untuk mengetahui Ruang Lingkup mekanika
Fluida.
      TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
1.      Mengetahui apa Pengertian dari Mekanika Fluida.
2.       Mengetahui berbagai ruang lingkup Mekanika Fluida.
3.      Mengetahui cara mengerjakan Soal-soal Perhitungan contoh Mekanika
Fluida.
4.      Mengetahui Dimensi-dimensi pada Mekanika Fluida.

4
BAB II

TEORI

            Definisi Fluida


            Bahan dapat dibagi atas dua keadaan saja, yakni fluida dan zat padat.
Secara teknis perbedaannya terletak pada reaksi kedua zat itu terhadap tegangan
geser atau tegangan singgung yang dialaminya. Zat padat dapat menahan tegangan
geser dengan deformasi statis, sedangkan fluida adalah sebaliknya.
 

  

            Fluida juga dikenal dengan istilah zat alir, adalah zat yang berubah bentuk

secara kontinyu ( terus menerus ) bila terkena tegangan geser, betapapun kecilnya
tegangan geser itu. Maka dapat kita katakan bahwa fluida yang diam, berada
dalam keadaan tegangan geser nol.
           
Fluida dapat digolongkan ke dalam cairan ( zat cair ) atau gas. Perbedaan
utama antara keduanya bersifat teknis, yaitu berhubungan dengan akibat gaya
kohesif. Karena terdiri atas molekul-molekul tetap rapat dengan gaya kohesif yang
relatif kuat, zat cair cenderung mempertahankan volumenya dan akan membentuk 
permukaan bebas dalam medan gravitasi jika tidak tertutup dari atas, aliran muka
bebas sangat dipengaruhi efek gravitasi. Sedangkan gas yang mempunyai jarak

5
antara molekul-molekulnya besar dan gaya kohesifnya terabaikan, akan memuai
dengan bebas sampai tertahan oleh dinding yang mengungkungnya. Volume gas
tidak tertentu (mengikuti volume wadahnya) dan jika tanpa wadah yang
mengungkungnya, gas itu akan membentuk atmosfer yang pada hakekatnya
bersifat hidrostatik. Gas tidak dapat membentuk permukaan bebas, karena itu
aliran gas jarang dikaitkan dengan efek gravitasi.
           
Berdasarkan bentuk hubungan antara besarnya tegangan geser yang
bekerja dengan laju perubahan bentuk yang terjadi, maka fluida dapat
diklasifikasikan atas fluida yaitu Fluida Newton ( Newton Fluids ) atau fluida
bukan-Newton ( Non-Newton Fluids ). Fluida yang mempunyai hubungan linear
antara besarnya tegangan geser dengan laju perubahan bentuk yang diakibatkan
disebut fluida Newton. Fluida yang termasuk dalam kelompok ini seperti air,udara
dan gasolin pada kondisi normal. Sedangkan fluida bukan-Newton adalah fluida
yang mempunyai hubungan tidak linear antara besarnya tegangan geser dengan
laju perubahan bentuk yang diakibatkan. Contoh fluida ini adalah pasta gigi dan
cat minyak. Bidang yang mempelajari fluida bukan-Newton merupakan bagian
dari ilmu yang disebut Rheologi.
1.     .Fluida Viskoelastik, adalah zat yang menunjukkan karakteristik baik zat padat
ela
Menurut Metzner (Olson,1993 : 25) fluida diklasifikasikan kedalam empat
golongan, yaitu :
2.     Fluida Viskos Murni. Ini meliputi fluida-fluida Newton dan bukan-Newton
dengan tegangan geser yang hanya bergantung pada laju geseran dan tidak
bergantung pada waktu.
3.     Fluida bergantung pada waktu. Fluida-fluida yang viskositasnya seolah
semakin lama makin berkurang meskipun laju geseran tetap disebut fluida
Thiksotropik, sedangkan yang viskositasnya seolah makin lama makin besar
disebut fluida Rheopektik stik maupun fluida viskos, misalnya tepung, ter dan
beberapa polimer.
4.     Sistem-sistem Rheologi yang lebih kompleks.

6
2.2       Ruang Lingkup Mekanika Fluida
             Setiap hari kita semua selalu berhubungan dengan fluida hampir tanpa
sadar. Bumi ini 75 % tertutup oleh air dan 100 % tertutup oleh udara. Karena itu,
ruang lingkup mekanika fluida luas sekali dan menyentuh hampir segala segi
kehidupan manusia.
             Dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak sekali kita jumpai hal - hal
yang berkaitan dengan pengetahuan tentang mekanika fluida. Beberapa contoh
diberikan disini, yaitu :
a) Pusaran air yang kita lihat ketika air dalam bak mandi dikeluarkan melalui lubang
pembuangannya pada dasarnya sama dengan pusaran tornado atau pusaran air
dibalik pilar jembatan. Radiator air atau uap panas untuk memanaskan rumah dan
radiator pendingin dalam sebuah mobil bergantung pada aliran fluida agar dapat
memindahkan panas dengan efektif.
b) Kincir angin di ladang pertanian mempunyai prinsip kerja yang sama dengan
baling-baling di kapal, di pesawat terbang, dalam pompa, pada kipas angin, pada
turbin bahkan pada pengaduk makanan yang digunakan di dapur. Dalam mesin-
mesin itu, ada sebuah momen gaya ( torque ) atau gaya dorong  ( thrust ) bekerja
terhadap fluida atau sebaliknya, dan semua itu merupakan contoh lifting vane
( gaya angkat ) yang bekerja pada bilah-bilah sayap atau sirip baling-baling.
c)   Kita dapat merasakan adanya hambatan aerodinamik bilamana kita sedang
berjalan atau bersepeda menentang angin yang cukup kencang. Hal ini juga
dirasakan pada waktu kita sedang berkayuh pada perahu. Permukaan lambung
kapal dan sayap serta badan pesawat terbang dibuat rata agar dapat mengurangi
hambatan, tetapi sebaliknya bola golf justru diberi permukaan kasar guna
mengurangi hambatan dalam geraknya.
            
Pengetahuan dan pemahaman tentang teori-teori dan prinsip dasar
mekanika fluida adalah sangat penting dalam menganalisa dan merancang suatu
sistem dimana fluida sebagai medium kerjanya.
            

7
Segala masalah angkutan ( pesawat terbang, kapal laut, automobil dan
kereta api ) terkait dengan gerak fluida atau prinsip-prinsip mekanika fluida.
Tempat-tempat pendaratan atau tempat lepas landas ( run way ) pesawat terbang
harus mempunyai panjang minimum agar pesawat dapat mendarat atau lepas
landas dengan baik dan aman. Kendaraan-kendaraan bermotor harus didesain
secara aerodinamis agar daya hambatnya kecil hemat bahan bakar dan mempunyai
mutu estetika. Demikian halnya dalam perancangan mesin fluida seperti pompa,
kompressor, turbin, kipas-kipas angin atau blower, kesemuanya memerlukan
pengetahuan mekanika fluida.
            
Sistem-sistem pelumas, sistem pemanas dan pengkondisian udara untuk
gedung-gedung, terowongan bawah tanah dan sistem perpipaannya adalah contoh-
contoh permasalahan teknik yang memerlukan pengetahuan mekanika fluida.
Bahkan pakar fisiologi pun berkepentingan dengan mekanika fluida. Jantung
adalah sebuah pompa yang mendorong sebuah fluida ( darah ) melalui sebuah
sistem pipa (pembuluh-pembuluh darah). Jadi sesungguhnya kita selalu berurusan
dengan fluida baik yang diam maupun yang bergerak.

           
Dimensi dan Satuan
            Dimensi adalah ukuran untuk menyatakan peubah fisika secara kuantitatif.
Satuan ialah suatu cara khusus untuk mengaitkan sebuah bilangan dengan dimensi
kuantitatif. Jadi, panjang adalah suatu dimensi yang dikaitkan dengan peubah-
peubah fisika seperti jarak, pergeseran, lebar, simpangan atau defleksi dan
ketinggian. Sedangkan sentimeter atau inci keduanya merupakan satuan numeris
untuk menyatakan panjang.
           
Sistem satuan senantiasa berbeda-beda dari satu negara ke negara lain,
walaupun kesepakatan Internasional telah tercapai. Para ahli teknik memerlukan
bilangan dan karena itu juga ia memerlukan sistem satuan. Angka-angka ini harus

8
teliti, sebab keselamatan umum dipertaruhkan. Kita tidak mungkin merancang dan
membangun sistem pemipaan yang garis tengahnya D dan panjangnya L.

            Di Amerika, sistem satuan Inggris umum digunakan. Dalam sistem satuan
Inggris terdapat peluang besar untuk membuat kesalahan. Banyak mahasiswa
teknik gagal dalam suatu ujian karena lupa atau keliru menggunakan faktor
konversi 12 atau 144 atau 32,2 atau 60 atau 1,8. Para ahli profesional pun dapat
terperosok ke dalam kesalahan-kesalahan yang sama. Dapat dibayangkan
bagaimana resikonya jika seorang ahli rancang-bangun (desainer) suatu pesawat
terbang melakukan kesalahan karena lupa memasukan faktor konversi 32,2 waktu
mengubah pond massa (lbm) menjadi slug.
           
Dalam membicarakan sifat fluida, melakukan pengukuran dan perhitungan
diperlukan satuan. Ada bermacam-macam sistem satuan yang dapat digolongkan
dalam dua kelompok utama, yaitu :
1. Kelompok sistem satuan Metrik.
2. Kelompok sistem satuan Inggris.

Tiap kelompok sistem satuan menggunakan Dimensi Dasar, yaitu : massa (M),
panjang (L), waktu (T) dan temperatur (). Dimensi-dimensi lainnya dapat
diturunkan dari dimensi-dimensi dasar ini.
           
Hubungan antara dimensi dasar ini dapat diturunkan dari hukum-hukum
fisika yang ada, misalnya dari hukum Newton II, yang menyatakan bahwa gaya
sebanding dengan massa kali percepatan, F = m.a, dan sebagai persamaan, faktor
kesebandingan k harus di gunakan sehingga diperoleh persamaan :

                        F = k  m . a      atau                 F = m.a/gc      dengan gc  =  1 / K

harga 1/k atau gc  bergantung pada sistem sataun yang digunakan sehingga
menghasilkan harga gaya yang benar dari perkalian antara massa dan percepatan.

9
Dari persamaan Newton II di atas, diperoleh hubungan antara gaya, massa dan
percepatan dalam setiap sistem satuan.
           
Dalam sistem satuan Internasional ( Systeme International d’unites ) SI,
satuan massa dalam kilogram (kg), panjang dalam meter (m), waktu dalam ketik
(det.) dan temperatur dalam Kelvin (K), sedangkan gaya sebagai satuan turunan
dinyatakan dalam Newton (N) dapat didefinisikan dari persamaan Newton, yaitu :

                                                

            Dalam sistem satuan Metrik Absolut atau metrik cgs, satuan massa,
panjang, waktu dan temperatur berturut-turut dinyatakan dalam gram (g),
centimeter (cm), detik (det) dan Kelvin (K). sedangkan gaya (F) sebagai satuan
turunan dinyatakan dalam dyne dan didefinisikan :

                                                
            Sistem satuan Internasional, SI telah banyak dipakai oleh hampir seluruh
negara di dunia. Namun dalam beberapa negara seperti Inggris dan Amerika
masih menggunakan Sistem Satuan Inggris. Sistem satuan ini meliputi :
1.     Sistem Satuan Grafitasi Inggris (British Gravitational), BG atau disebut juga
Sistem Inggris Teknik (Technical English System) dan di Amerika disebut juga
Sistem Lazim Amerika Serikat ( U.S. Customary System), USC.
2.     Sistem Satuan Inggris Engineering ( English Engineering ).
3.     Sistem Inggris Absolut ( English Absolute ).

            Satuan dari sistem-sistem satuan yang telah disebutkan diatas dapat dilihat
dalam Tabel 2.1. Dan besaran-besaran turunan yang penting dalam mekanika
fluida beserta dimensinya disajikan dalam Tabel 2.2.
                   

10
            Dalam sistem satuan SI, kelipatan dan sub kelipatan dalam pangkat 10 3
ditunjukkan dengan awalan, yang juga disingkat. Awalan-awalan yang lazim
ditunjukkan dalam Tabel 2.3. di halaman berikut ini.

Tabel  2.1. Sistem Satuan


Gaya Massa Panjan Waktu Faktor
No Sistem satuan gc = 1/k
(F) (M) g (L) (T) konversi
1. Inggris pound Slug feet detik     slug.ft 1 slug =
Teknik, BG (lbf) (ft) 1 .. 3,2 lbm
Atau USC ..........
   l bf.det2

Inggris pound feet


2. pound detik
Engineering (lbf) (ft)        lbm.ft
(lbm) 1 slug =
32,2.......... 14,59 kg
       lbf. det2

Inggris       lbm.ft


poundal pound feet
3. detik 1 ............
Absolut (pdl) (ft)
(lbm)
      pdl.det
1 ft =
0,3048
    gm. cm
m
1  ............
Metrik dyne cm
gram     dyne. det2
4. Absolut (cgs) detik
(gr)
             kgm 1 lbf =
9,806 4,448 N

1
Metrik MKS         kgf.
kilogram kilogra meter
5. detik det2
(Kgf) m (Kg) (m)
1N=
          105 dyne
gm.cm
Metrik gram (gf) gram centi
980,66
6. Engineering (gr) meter  detik
5

11
(cm)            gf. dt2

Sistem Newton meter        kg. m

internasional, (N) (m) 1


7. Kilogra detik
SI m (Kg)        N. det2

Tabel 2.2.  Dimensi-dimensi turunan


No Dimensi turunan Satuan SI Satuan BG Faktor konversi
1. Luas  ( L2 ) m2 ft 2 1 m2 = 10,746 ft2
2. Volume ( L3 ) m3 ft3 1 ft3 = 35,315 ft3
3. Kecepatan (LT-1) m/dt ft/dt 1ft/dt = 0,3048 m/dt
-2 2 2
4. Percepatan (LT ) m/dt ft/dt 1ft/dt2 = 0,3048 m/dt2
5. Tek./Teg. (ML-1T-2) Pa = N/m2 lbf/ft2 1 lbf/ft2 = 47,88 Pa
6. Kecep.sudut ( T-1 ) dt -1 dt -1
7. Energi kalor, usaha J = N.m lbf.ft 1 ft.lbf = 1,3558 J
2 -2
( ML T )
8. Daya ( ML2 T-3 ) W = J/dt lbf.ft/dt 1 ft.lbf/dt = 1,3558 W
-3
9. Kerapatan ( ML ) Kg/m 3
slug/ft 1 slug/ft3 = 515,4 kg/m
10. Kekentalan Kg/ (m.dt) slug/ft.dt 1 slug/(ft.dt)=47,88
Dinamik kg/m.dt
-1 -1
11. ( ML T ) M2/ (dt 2 K) ft2 / (dt2.R)
Kalor spesific 1m/(dt2.R) = 5,980 ft2/dt.R
2 -2 -1
(L T θ )

Tabel  2.3.  Awalan Pilihan Untuk Pangkat 10 Dalam Satuan SI


No Kelipatan Awalan SI Singkatan
1. 109 Giga G
2. 106 mega M
3. 103 kilo k  
-2
4. 10 centi c
5. 10-3 milli m Contoh-contoh soal:
6. 10-6 mikro μ
7. 10-9 nano n
8. 10-12 piko p
12
1.  Tunjukkan dimensinya dan satuan yang digunakan dalam sistem satuan SI dan
satauan BG dari besaran-besaran berikut :
a.  Momentum       b.  Tegangan Geser         c.  Berat Jenis

Penyelesaian :
a.  Momentum  =  massa  x  kecepatan
                         =  massa  x  (jarak/waktu)
     Dimensi       =  M . L . T -1
Satuan SI     =  Kg .m . dt -1
=  kg . m/dt
=  N . dt
Satuan BG   =  Slug. ft . dt -1
=  Slug . ft / dt
b.  Tegangan geser  =  Gaya bagi luasan
                                =  F . L-2
                                       
        =  M . L . T -2 . L -2
                                =  M . L -1 . T -2
                                =  M / L . T -2
      Satuan SI           =  N / m2
      Satuan BG         =  lbf / ft 2
c.   Berat Jenis  =  kerapatan  x  gravitasi
=  M . L -3  x  L . T -2
=  M . L -2 . T -2
=  M / L 2 . T 2
Satuan SI   =  Kg/m2 . dt 2                  N  =  Kg . m / dt
=  N / m 3
Satuan BG  =  lbf / ft 3

2. Sebuah benda beratnya 1000 lbf dibawah pengaruh medan gravitasi bumi yang
percepatannya g = 32,174 ft / dt 2.

13
a. Berapa massanya dalam kilogram ?
b. Berapa berat benda ini dalam Newton, jika dipengaruhi percepatan
gravitasi bulan yang nilai standarnya g bulan = 1,62 m / dt 2.
c. Berapa besar percepatan benda itu jika gayanya netto sebesar 400 lbf
dikenakan padanya dibulan atau dibumi.

Penyelesaian :
Dari soal  W = 1000 lbf
                 g  =  32,174 ft / dt 2
a.  Massa benda dalam kilogram :
W  =  m . g  =  1000 lbf.
m  (slug) . 32,174 ( ft / dt2 )  =  1000 lbf.
jadi  m  = 1000 / 32,174
m  =  31,08 slug
m  =  31,08 slug x 14,5939 kg / slug
m  =  453,6 kg

b.  Berat benda dalam Newton


Karena massa benda di bulan atau di bumi tetap 453, 6 kg, maka berat benda  di
bulan,
W  =  m . g bulan
W  =  453,6 kg . 1,62 m/dt 2
W  =  734,8 N
c.  Percepatan benda :
Dari persamaan Newton II,
F  =  m . a
400 lbf  =  31,08 (slug) x a ( ft / dt2 )
a  =  400/31,08 ( ft / dt 2 )
a  =  12,43 ft / dt 2
a  =  12,43 x 0,3048 (m / dt 2)

14
=  3,79 m / dt 2

Sifat-sifat Fluida
            Semua fluida sejati mempunyai atau menunjukkan sifat-sifat atau
karakteristik-karakteristik yang penting dalam dunia rekayasa. Kerapatan,
kompressibilitas, kapilaritas dan tekanan uap adalah sifat-sifat fluida yang penting
untuk fluida dalam keadaan diam dan untuk fluida yang bergerak, disamping sifat-
sifat tadi juga viskositas memegang peranan penting.
Sifat-sifat inilah yang akan diuraikan dalam subbab mendatang.

Kerapatan.
            Kerapatan atau rapat massa ( densitas ), ρ  suatu zat adalah ukuran untuk
konsentrasi zat tersebut dan dinyatakan dalam massa per satuan volume.
ρ =  Δ m / Δ v

            Kerapatan air pada tekanan standar (760 mmHg) dan 4 0 C adalah 1000
Kg/m3, sedangkan kerapatan udara baku pada tekanan standar (1 atm) dan
temperatur 150 C adalah 1,225 Kg/m3.
Harga kerapatan air dan sifat-sifat fisika lainnya dapat dilihat pada lampiran Tabel
A1. Temperatur dan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kerapatan zat cair,
namun sangat berarti terhadap kerapatan gas. Kerapatan suatu gas dapat dihitung
pada persamaan gas ideal, yaitu:
ρ=p/R.T
Dimana :   ρ = Kerapatan
p = Tekanan mutlak
R = Tetapan gas
T = Temperatur mutlak
Harga tetapan gas, R untuk udara adalah 287 m2/dt2. K ( N.m/Kg.K). Harga-harga
tetapan gas R untuk berbagai gas dapat dilihat dalam lampiran Tabel A2.

15
Contoh  2.4

Hitung kerapatan udara pada tekanan 13,79 x 104 N/m2 dan temperatur 480 C.

Penyelesaian :
ρ=P/R.T
   = 13,79 x 104 (N/m2) / 287 N.m/Kg . ( 48 + 273 ) K
   = 15,40 Kg/m3

  Volume jenis, Berat jenis dan Gravitasi jenis.


  Volume jenis, v adalah kebalikan kerapatan ρ, yakni volume yang ditempati oleh
massa satuan fluida, jadi :
                        v =  1 / ρ
  Berat jenis,  adalah gaya gravitasi terhadap massa yang terkandung dalam satuan
volume zat, atau hasil kali antara kerapatan dengan percepatan gravitasi,
                         = ρ . g
Berat jenis sangat berguna dalam masalah-masalah tekanan hidrostatik.
-        Berat jenis,   air pada keadaan standar adalah :
 air    = ρ air . g
           = 1000 Kg/m3 x 9,81 m/dt2
           = 9810 N/m3.
-        Berat jenis, udara adalah :
udara     = ρ udara . g
                = 1,225 Kg/m3 x 9,81 m/dt2
                =  12,02 N/m3.

  Gravitasi jenis ( specifik gravitasi ) SG, atau disebut juga dengan kerapatan relatif
adalah suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan (ratio) antara massa atau
kerapatan suatu zat terhadap massa atau kerapatan suatu zat pada kondisi standar
yang bervolume sama yang ditentukan sebagai patokan.

16
Untuk zat cair dan zat padat, zat patokannya adalah air pada tekanan 1 atm, atau
1,013 x 105 Pa dan temperatur 40 C. Dan untuk gas, zat patokannya adalah udara
standar, yaitu udara bebas yang mengandung CO2 atau hidrogen pada 150 C dan
tekanan 1 atm.
SG  zat  = zat /  air
SG  zat  cair  = ρ zat cair / ρ air
atau                 SG  zat  cair  =  ρ zat cair / ρ air
SG  gas  = ρ gas / ρ udara

Contoh  2.5

Kerapatan suatu zat adalah 2,94 g/cm3. Tentukanlah dalam satuan SI harga :
a.       Gravitasi jenisnya.
b.      Volume jenisnya.
c.       Berat jenisnya.
Penyelesaian :
Dari soal : Diberikan  ρ  =  2,94 g/cm3.
dalam satuan SI          ρ  =  2,94 g/cm3 x 1 Kg/1000 g  x   106 cm3/m3
                                        =  2940  Kg/m3.
a.       Gravitasi jenis zat  :
                  SG  =  ρ zat / ρ air
                         =  2940 ( kg/m3 ) / 1000 ( kg/m3 )
                         =  2,94
b.      Volume jenis, v  :
                  v     =  1 / ρ
                         =  1 / 2940
                         =  0,000340  m3 / kg
c.       Berat jenis,   :
         =  ρ. g
       =  2940 kg/m3 x 9,81 m/dt2.
       =  2884140 N/m3.

17
Kompressibilitas atau Elastisitas.
            Semua fluida mengalami perubahan volume bila tekanannya atau
temperaturnya berubah. Suatu volume fluida tertentu v, pada tekanan p
mengalami perubahan volume v bila tekanan berubah sebanyak p.
            Kompressibilitas rata-rata , didefinisikan sebagai perubahan volume
mula-mula per satuan perubahan tekanan, sehingga untuk sejumlah massa fluida
tertentu dengan volume v, berlaku :

                          =  - ( v / v ) / p.
Tanda minus dimasukkan karena bertambahnya tekanan menyebabkan
mengecilnya volume.
            Kebalikan dari kompressibilitas disebut Elastisitas atau Modulus Bulk
Elastisitas ( Bulk Modulus of Elastisity ), K.
Untuk zat cair  :
                                    K  =  1 / 
                                         =   - p / ( v / v )
Modulus Bulk atau elastisitas bervariasi dengan tekanan untuk gas dan dengan
tekanan serta temperatur ( meskipun sedikit ) untuk zat cair. Jadi untuk gas,
Modulus Bulk adalah :

                                    K  =  -  dp / ( dv / v )

Dimensi K sama dengan dimensi tekanan yaitu  MLT-2.


Beberapa harga K untuk beberapa cairan diperlihatkan dalam lampiran Tabel A3.

Contoh  2.6
Suatu cairan yang dimanfaatkan dalam sebuah silinder mempunyai volume 1 liter
( 1 liter = 1000 cm3 ) pada1 MN/m2 dan mempunyai volume 0,995 liter pada 2
MN/m2. Berapakah Modulus Bulknya ?
Penyelesaian :                   

18
  Tegangan Permukaan dan Kapilaritas
a.      Tegangan Permukaan
            Pada lapisan antara-muka (interface) antara cairan dan gas atau antara dua
cairan yang tidak dapat bercampur, akan terbentuk suatu selaput atau lapisan tipis
yang disebabkan oleh tarikan molekul-molekul cairan di bawah permukaan
tersebut. Molekul-molekul pada permukaan zat cair lebih rendah kerapatannya
dan tarik-menarik satu sama lain.
           
Sifat yang disebut tegangan permukaan ini sesungguhnya terjadi akibat
perbedaan tarik menarik timbal balik antar molekul-molekul zat cair dekat
permukaan dan molekul-molekul yang terletak agak lebih jauh dari permukaan
dalam massa zat cair yang sama.
           
Terbentuknya selaput pada lapisan antar muka berdasarkan energi
permukaan atau kerja per satuan luas yang diperlukan untuk membawa molekul-
molekul ke permukaan. Energi per satuan luas permukaan ini disebut koefisien
tegangan permukaan dan diberi notasi . Tegangan permukaan  ini mempunyai
dimensi energi per satuan luas atau gaya per satuan panjang. Harga-harga
tegangan permukaan untuk beberapa cairan dapat dilihat pada lampiran Tabel A3.
           
Dua antar muka yang lazim adalah air-udara dan air raksa-udara. Untuk
permukaan yang bersih pada temperatur 200 C, harga tegangan permukaannya
masing-masing adalah :
                                     air           = 0,073 N/m

19
                                     air raksa  = 0,51 N/m
            Pada umumnya  mengecil dengan menurunnya suhu dan nilainya 0 pada
titik kritis. Tegangan permukaan berperan menghalangi pertumbuhan gelembung-
gelembung gas kecil dalam zat cair ketika dilewatkan melalui daerah bertekanan
rendah.
           
Contoh-contoh efek yang ditimbulkan oleh sifat tegangan permukaan pada
zat cair, misalnya air biasanya naik lebih tinggi dari pinggiran sendok sebelum
airnya tumpah atau air dapat dituangkan kedalam sebuah gelas yang bersih sampai
permukaannya lebih tinggi dari pada bibir gelas.
           
Jika antar-muka itu melengkung, maka terjadi perbedaan tekanan pada
permukaan itu.
Perbedaan tekanan p permukaan diimbangi oleh gaya tarik yang disebabkan oleh
tegangan permukaan. Dalam gambar 2.1 diperlihatkan antar-muka lengkung yang
mempunyai bentuk : silinder ( gbr. 2.1a. ), tetes bulat ( gbr. 2.1b ) dan lengkung
yang umum ( gbr. 2.1c ).

Gbr 2.1. Antar-muka lengkung  : a. Silinder   b. Tetes bulat  c. Lengkung umum.


-        Pada antar-muka lengkung silinder berlaku hubungan :
                              2  RLPp  =  2  L
                                         p  =   / R
-        Untuk antar-muka tetes bulat berlaku :
                              R2p  =  2 R
                                     p  =  2 / R
-        Untuk antar-muka lengkung umum :
                              p  =   ( 1 / R1 + 1 / R2 )

20
Contoh 2.7

Berapakah harga tekanan di dalam sebuah tetes air yang bergaris tengah 0,05 mm
pada temperatur 200 C, jika tekanan diluar tetes itu adalah tekanan atmosfir
standar.

Penyelesaian :
Dari soal diketahui :   R  =  0,05 mm/2  =  0,025 mm.
                                      =  0,073 N / m    ( lihat tabel )
                                    p1 =  1,03 x 105 N /m2 ( atmosfer standar )
untuk tetes bulat berlaku :

                                    p  =  2  / R
                              P2 – P1  =  2  / R
Jadi tekanan di dalam tetesan air, P2 :
                                    P2  =  P1 + 2  /R
                                          =  1,03 x 105 N/m2 + 2 . 0,073 N/m  /  0,025 x 10-3 m
                                          =  1,03 x 105 + 0,5840 x 105
                                          =   1,6140 x 105 N/m2
b.     Kapilaritas.
            Naik atau turunnya cairan dalam suatu tabung kapiler ( atau dalam suatu
keadaan serupa, seperti misalnya dalam zat yang berpori ) disebabkan oleh
tegangan permukaan dan tergantung pada besarnya kohesi relatif cairan dan
adhesi cairan ke dinding wadah tempatnya. Cairan naik dalam tabung yang
dibasahinya, dalam hal ini gaya adhesi lebih besar dari gaya kohesi dan turun
dalam tabung yang tak dibasahinya ( gaya kohesi lebih besar dari adhesi ).
Kapilaritas menjadi berarti bila menggunakan tabung-tabung yang garis
tengahnya lebih kecil dari kira-kira 10 mm.
           
Air akan naik setinggi h dalam pipa kapiler dan membasahi dinding
kaca/pipa kapiler itu dan permukan bebasnya berbentuk cekung dengan sudut

21
kontak . Sedangkan air raksa akan turun dalam pipa kapiler dan tidak membasahi
dinding kaca serta permukaan bebasnya berbentuk cembung.
           
Besarnya tinggi kenaikkan air atau penurunan air raksa dalam pipa kapiler
dengan menggunakan tabung kaca berdiameter 0,2 inchi diperlihatkan dalam
gambar 2.2.  

Gambar 2.2.  Kapilaritas dalam tabung kaca


           
Besarnya sudut kontak  yang terbentuk antara zat cair dengan dinding
kaca atau pipa kapiler menentukan tinggi kenaikkan atau penurunan ( depresi ) zat
cair dalam pipa kapiler ( perhatikan gambar 2.3 ).
Apabila     <   / 2  ( 900 ) akan terjadi kenaikkan zat cair dalam pipa kapiler.
       =   / 2  ( 900 ) tidak mengalami kenaikkan atau penurunan.
       >   / 2  ( 900 ) akan terjadi penurunan dalam pipa kapiler.

            Tinggi kenaikkan/penurunan zat cair dalam pipa kapiler dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan  :
                                    h  =  2  Cos  / ρ gr

22
Efek kapiler ini harus diperhitungkan jika menggunakan tabung-tabung bergaris
tengah kecil untuk mengukur tekanan.             

Contoh  2.8

Sampai ketinggian h berapa air pada temperatur 200 C akan naik dalam sebuah
pipa kaca bersih berdiameter 2,5 mm.
Jawab :
Dari soal diberikan :
      =  0,073 N/m  ( lihat tabel )
    =  00   ( kaca bersih )
r     =  1,25 x 10-3 m
h     =  2  Cos   / ♪ gr.
       =  2 . 0,073 . Cos 0 / 1000 . 9,81 . 1,25 x 10-3
       =  0,012  m
       =  12 mm.

Tekanan Uap
            Kalau suatu zat cair dan uapnya berada bersama dalam kesetimbangan,
uap disitu disebut uap jenuh, dan tekanan yang diberikan oleh uap jenuh ini
disebut tekanan uap. Jika tekanan zat cair lebih besar dari tekanan uapnya,
pertukaran antara zat cair dan uap itu hanya terjadi dalam penguapan pada antar-
mukanya. Tetapi jika tekanan zat cair itu menjadi lebih rendah daripada tekanan
uapnya, gelembung-gelembung uap mulai muncul di dalam zat cair itu. Untuk
setiap zat, tekanan uap merupakan fungsi temperatur. Harga-harga tekanan uap
untuk beberapa zat cair pada berbagai temperatur disajikan dalam lampiran Tabel
A4.
           
Dalam banyak situasi yang menyangkut aliran cairan terdapat
kemungkinan bahwa terjadi tekanan yang sangat rendah di lokasi-lokasi tertentu
dalam sistem. Dalam keadaan demikian maka tekanan tersebut dapat sama dengan

23
atau lebih kecil daripada tekanan uap. Jika hal itu terjadi, maka cairan menguap.
Inilah fenomena kavitasi atau peronggaan.
           
Fenomena kavitasi ini dianggap penting dalam bidang rekayasa karena
pembentukan rongga-rongga atau gelembung uap yang kemudian meletus atau
pecah ketika fluida pindah ke daerah bertekanan lebih tinggi bisa menyebabkan
erosi pada permukaan zat padat, vibrasi dan hilangnya sebagian energi mekanik.
Hal ini sangat penting untuk diperhatikan dalam sistem pipa pompa, turbin atau
baling-baling kapal.

Viskositas
            Viskositas atau kekentalan adalah ukuran ketahanan dari suatu fluida
terhadap deformasi ( perubahan bentuk ) atau ukuran daya tahan fluida terhadap
gaya geser. Dari hukum viskositas Newton diberikan hubungan :
       =   ( du / dy )  =   ( d / dt )
atau                =   / ( du / dy ) =  / ( d / dt )

koefisien  disebut sebagai viskositas dinamik atau viskositas absolut. Dari


persamaan viskositas Newton tersebut, dapat dilihat bahwa dimensi :   ( FL
-2
),        u ( LT-1 ) dan y ( L ), sehingga dimensi  adalah FL -2 T atau FT / L2.
Berdasarkan analisa dimensi ini, dapat kita tuliskan satuan viskositas dinamik
dalam sistem SI yaitu :
                                      =  N . dt / m2  =  Pa . dt
                                        =   kg / m . dt
Satuan lain untuk viskositas dinamik ini adalah satuan metrik cgs, yaitu :
       =  dyne . dt / cm2
=  g / cm . dt.
=  poise  (P)

Satuan SI 10 kali lebih besar daripada satuan metrik cgs ( 1 Pa.dt  =  10 poise )

24
           
Viskositas kinematik v, didefinisikan sebagai nisbah ( ratio ) viskositas
dinamik terhadap kerapatan.    v  =   / ρ dimensi viskositas kinematik adalah L2T-
1
atau L2/T, sehingga satuannya dalam sistem SI adalah m 2/dt. atau dalam metrik
cgs cm2/dt atau stokes, St ( 1 St = 100 cSt dan 1 cSt = 10-6 m2 / dt ).
           
Viskositas gas meningkat dengan naiknya suhu, tetapi viskositas cairan
berkurang dengan naiknya suhu. Harga-harga viskositas ( dinamik dan
kinematik ) untuk beberapa zat cair dan gas dapat dilihat dalam lampiran Gbr.
A.2.1. dan A.2.2.

Contoh  2.9

Dari tabel diperoleh viskositas air pada temperatur 200 C besarnya 0,01008 poise.
Hitung :
a.       Viskositas dinamik dalam Pa . dt
b.      Jika rapat relatif air pada 200 C besarnya 0,998 , hitung harga viskositas kinematik
dalam m2 / dt.
Jawab :
a.  viskositas dinamik,
                                    

                                                                 =  1,008 x 10-3 Pa.dt


b.  viskositas kinematik,
                                                         v  =   / ρ
                                    

25
                                                             =  1,01 x 10-6 m2 / dt.
Fluida Bergerak
            Banyak kriteria yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan aliran
fluida. Sebagai contoh, aliran dapat digolongkan sebagai aliran stedi atau tak
stedi, seragam atau tidak seragam, laminer atau turbulen, dapat mampat
( compressible ) atau tak dapat mampat ( incompressible ), rotasional atau tak
rotasional, satu, dua, atau tiga dimensi. Selain itu, aliran gas ada yang subsonik,
transonik, supersonik atau hipersonik, sedangkan zat cair yang mengalir disaluran
terbuka ada yang sub kritis, kritis atau superkritis. Klasifikasi-klasifikasi inilah
yang akan dibicarakan.

            Aliran disebut stedi bila kondisi di titik manapun di dalam fluida tidak
berubah terhadap waktu. Sebagai contoh, jika kecepatan disuatu titik tertentu
adalah 3 m/dt dalam arah + x, maka dalam aliran stedi, kecepatan tersebut tetap
tepat sebesar itu serta dalam arah itu untuk jangka waktu tak terbatas, atau dapat
dinyatakan sebagai :
                                                            v / t  = 0

Demikian pula, tidak ada perubahan kerapatan , tekanan p atau suhu T dengan
waktu di titik manapun. Jadi :
                                    /t = 0         p /t = 0        T/t = 0

            Aliran adalah tak stedi bila kondisi di titik manapun berubah dengan
waktu,
 v / t  =   0.
Aliran air yang konstan di dalam sebuah pipa bersifat stedi, akan tetapi saat katup
alirannya sedang dibuka atau sedang ditutup, aliran itu tidak stedi.

26
            Aliran seragam ( merata / uniform flow )terjadi bila besar dan arah
kecepatannya tidak berubah dari titik ke titik dalam fluida atau v/s = 0.
Demikian halnya variabel-variabel fluida lainnya tidak berubah bersama jarak
atau y/s = 0, /s = 0, p/s = 0. Aliran tak seragam ( non uniform flow )
terjadi bila kecepatan, kedalaman, tekanan dan seterusnya, berubah dari titik ke
titik dalam aliran fluida tersebut, atau :
                         v/s  0,  y/s   0,  /s  0, p/s  0.

            Aliran zat cair dalam sebuah pipa yang luas penampangnya konstan dan
dalam saluran terbuka yang lebar serta dalamnya konstan adalah contoh aliran
seragam. Aliran zat cair dalam saluran yang luas penampangnya berubah-ubah,
dan semua aliran gas kecuali yang kecepatannya rendah dan luas penampang
alirannya konstan, adalah contoh aliran tak seragam karena kecepatannya
bervariasi dari penampang yang satu ke penampang yang lain.

            Contoh-contoh aliran stedi dan tak stedi serta aliran seragam adalah :
aliran cairan melalui pipa yang panjang dengan laju yang konstan adalah aliran
seragam stedi, aliran cairan melalui pipa yang panjang dengan laju menurun
adalah aliran seragam tak stedi, aliran melalui tabung yang membesar dengan laju
yang konstan adalah aliran tak seragam stedi dan aliran melalui tabung yang
membesar dengan laju yang meningkat adalah aliran tak seragam tak stedi.

            Aliran dapat digolongkan sebagai aliran rotasional atau tak rotasional
tergantung apakah partikel-partikel atau elemen-elemen dalam fluida berputar
terhadap sumbu aliran tersebut. Jika partikel-partikel fluida di dalam suatu daerah
mempunyai rotasi seputar suatu sumbu, alirannya disebut aliran rotasional atau
aliran vorteks. Jika fluida di dalam suatu daerah tidak mempunyai rotasi, alirannya
dinamakan aliran tak rotasional.

27
            Aliran dianggap tak dapat mampat ( incompressible ) bila perubahan
kerapatan fluida disitu dapat diabaikan. Semua aliran zat cair dan aliran gas pada
kecepatan rendah boleh dianggap aliran yang tidak dapat mampat. Aliran gas
dengan kecepatan diatas sekitar 60 – 90 m/dt harus dianggap aliran dapat mampat.
Sebetulnya semua fluida dapat dimampatkan walaupun sedikit, tetapi umumnya
yang dianggap tak dapat mampat adalah fluida yang kerapatannya tidak
bergantung pada tekanan.

            Aliran satu dimensi mengabaikan variasi atau perubahan kecepatan,


tekanan, temperatur dan sebagainya, dalam arah tegak lurus terhadap arah aliran
utama. Kondisi-kondisi pada suatu penampang dinyatakan dalam nilai rata-rata
kecepatan kerapatan dengan sifat-sifat lainnya. Sebagai contoh, aliran melalui
pipa biasanya dianggap sebagai aliran satu dimensi. Dalam aliran dua dimensi,
semua partikel diasumsikan mengalir dalam bidang-bidang datar yang sejajar,
sepanjang lintasan yang identik dalam masing-masing bidang ini, maka dari itu
tidak terdapat perubahan aliran dalam arah tegak lurus bidang-bidang ini. Aliran
tiga dimensi adalah aliran dimana parameter-parameter fluida atau alirannya
bervariasi dalam arah x, y danz.

            Sebuah klasifikasi yang penting sekali adalah klasifikasi yang


menggolongkan aliran sebagai aliran laminer atau turbulen. Perbedaan ini
didasarkan pada karakteristik internal aliran dan menentukan analisis macam apa
yang boleh diterapkan. Untuk menetapkan karakteristik kondisi-kondisi aliran
apakah laminer atau turbulen biasanya digunakan parameter non dimensional
yang disebut angka reynolds ( Reynolds Number ).

            Aliran gas disebut aliran subsonik, transonik, supersonik atau hipersonik,
tergantung pada apakah kecepatannya, kurang dari, kira-kira sama dengan, lebih
besar dari, atau jauh lebih besar dari kecepatan bunyi.

28
            Air yang mengalir dalam saluran terbuka ( sungai atau saluran pelimpah )
disebut sub kritis, kritis atau super kritis, tergantung apakah kecepatannya kurang
dari, sama dengan atau lebih besar dari kecepatan gelombang permukaan
ilementernya. Gelombang yang terbangkitkan ketika sebutir batu dilemparkan ke
air yang dangkal adalah contoh gelombang ilementer.

Persamaan Kontinuitas
            Persamaan kontinuitas mengungkapkan persyaratan bahwa suatu fluida
harus kontinyu serta massa fluida bersifat kebal.
            Dari prinsip kekekalan massa tersebut, persen kontinuitas diperoleh yaitu :
-        Untuk aliran yang stedi, laju aliran massa tetap :
                  m =  VA  =  konstan  ……………………………………  ( 4.1 )
-        Untuk aliran tak dapat mampat, laju aliran volumetrik ( debit aliran ) Q konstan :
                  Q  =  VA  =  konstan  ……………………………………..  ( 4.2 )

Contoh
Air mengalir dengan kecepatan rata-rata 3 m/dt dalam pipa masukan sebuah yang
berdiameter 0,20 m. Berapakah kecepatan aliran rata-rata dalam pipa keluaran
yang berdiameter 0,15 m.

Penyelesaian :
                        Q1  =  Q2
                        A1V1  =  A2V2
                        /4 ( d1 )2 . V1 = /4 ( d2 )2 . V2
            Dari soal diberikan :
                        d1   = 0,20 m
                        V1  = 3 m/dt
                        d2   = 0,15 m
            Jadi  V2  =  V1 ( d1/d2 )2
                           =  3 ( 0,20/0,15 )2

29
                           =  5,33 m/dt.

Persamaan Momentum
            Theorema momentum hanya berkaitan dengan gaya-gaya dari luar sesuai
dengan hukum kedua Newton dan hasil-hasilnya dapat digunakan dalam berbagai
situasi tanpa membutuhkan pengetahuan yang rinci tentang proses-proses internal
di dalam fluida itu sendiri. Teorema momentum dapat diterapkan pada aliran-
aliran baik yang stedi maupun tidak stedi, berdimensi satu, dua atau tiga, dapat
mampat atau tidak dapat mampat.

            Hukum kedua Newton menyatakan bahwa gaya netto yang bekerja pada
suatu massa tertentu sebanding dengan laju perubahan momentum linear massa
tersebut terhadap waktu.

            Jika kecepatan sekelompok partikel fluida ketika melintasi permukaan


sebuah volume kontrol berubah-ubah baik besar maupun arahnya, perubahan-
perubahan itu hanya bisa ditimbulkan oleh gaya netto yang berasal dari gaya-gaya
luar. Gaya-gaya tersebut adalah :
1.     Gaya-gaya normal akibat tekanan dan efek viskositas.
2.     Gaya-gaya tangensial akibat geseran viskositas.
3.     Gaya-gaya seperti gravitasi yang bekerja dalam arah medan gravitasi.

            Gaya netto dari luar yang bekerja pada fluida dalam sebuah volume
kontrol yang telah ditetapkan sama dengan laju perubahan momentum fluida
dalam volume kontrol terhadap waktu plus laju. Netto plus atau pemindahan
momentum keluar dari volume kontrol melalui permukaannya (S). Inilah teorema
momentum untuk mekanika fluida.

            Untuk aliran yang stedi, jika kecepatan melintasi permukaan kontrol
dianggap sebagai sebuah tetapan, berlaku :
            F = Perubahan momentum

30
            F = m ( V keluar vk – V masuk vk )  ………………………..……  ( 4.3 )

Dalam arah sumbu x :


            Fx = (m Vx ) keluar vk – (m Vx )masuk vk  ……………………..……..  ( 4.4 )

Dengan cara serupa kita juga dapat menyusun ekspresi untuk arah-arah y dan z.
            Persamaan ( 4.3 ) dapat juga dituliskan sebagai :
            Fx = m ( Vx keluar vk – Vx masuk vk )  ………………………...………..  (4.5 )
            Untuk mengetahui bagaimana penerapan teorema momentum itu,
perhatikanlah contoh-contoh berikut ini :

Contoh 4.4.
Sebuah pancuran air menghantam sudu tetap turbin yang lengkung sehingga
mengalami penyimpangan arah sebesar 600. Kecepatan pancar air itu 24 m/dt, luas
penampang pancaran ( jet ) 0,010 m2. Jika permukaan bilah turbin itu halus
sehingga kecepatan pancaran konstan, berapakah gaya netto yang dialami oleh
bilah turbin.
Perhatikan gambar 4.4.

Penyelesaian :
Dengan menggangap tekanan lokal diselingi turbin sama dengan tekanan atmosfer
lokal ( tekanan ukur nol ) maka seluruh tekanan pada volume kontrol sama
dengan nol. Sehingga gaya resultan yang bersangkutan dengan tekanan itu sama
dengan nol. Dari prinsip momentum dengan memperhatikan gambar 4.4 diperoleh
:
                  - Fx  =  m ( Vx keluar vk  - Vx masuk vk )
karena m   = j Q j = jAjVj
                  V masuk vk = Vj
                  V keluar vk = Vj cos .
          Jadi :
-        Fx = j Aj Vj  ( Vj  cos  - Vj )

31
Atau
               Fx = j Aj Vj  ( Vj – Vj cos  )
                    =  ( 1000 ) ( 0,010 ) ( 24 ) [ 24 – 24 cos 60 ]
                    =  2880 N.
Dengan cara yang sama :
               Fy = j Aj Vj ( Vj sin  - 0 )
                    =  ( 1000 ) ( 0,010 ) ( 24 ) [ 24 sin 60 – 0 ]
                    =  4988 N
Gaya resultan,   

           
jadi gaya netto yang dialami sudu turbin adalah 5760 N.

Contoh 4.5.
Seperti soal 4.4, tapi disini sudu turbin bergerak dengan kecepatan 6 m/dt searah
dengan pancaran ( gambar 4.5 ). Berapakah gaya yang terjadi pada sudu itu oleh
pancaran .
Penyelesaian :
Karena sudu bergerak, maka kerangka acuan atau volume kendali harus dianggap
bergerak bersama sudu. Sehingga aliran tampak stedi. Dengan demikian
kecepatan masuk dan keluar Vk adalah kecepatan relatif antara pancaran air
dengan sudu yaitu :

                        Vj - Vs = 24 – 6 = 18 m/dt.
Dari persamaan momentum :
                        - Fx = m ( V keluar – V masuk )
                                          Fx = m ( V masuk – V keluar )
                               = ( Vj – Vs ) Ajj {( Vj – Vs ) – ( Vj – Vs ) cos 
                               = ( 18 ) ( 0,010 ) ( 1000 ) { 18 – 18 cos 60 )

32
                               = 1620 N
dan                   Fy  =  j Aj ( Vj – Vs ) [ ( Vj – Vs ) sin  - 0 ]
                               =  ( 1000 ) ( 0,010 ) ( 18 ) [ 18 sin 60 – 0 ]
                               =  2806 N
Jadi gaya netto pada sudu :

            

Persamaan Bernouli
            Suatu persamaan yang banyak dipakai dalam aliran fluida adlah persamaan
bernouli. Persamaan ini menghubungkan tekanan, kerapatan dan elevasi.
Persamaan Bernouli dapat dituliskan sebagai berikut :
                        gz + ( V2/2 ) + ( P /  ) = konstan …………………………..  ( 4.6 )

Suku-suku dalam persamaan 4.6 dinyatakan dalam energi persatuan massa, dalam
sistem satuan SI adalah :
                        MN/Kg = m Kg m/dt2/Kg = M2 /dt2
Jika persamaan (4.6) dikalikan dengan , diperoleh :
            gz + ( V2/2 ) + P = konstan ……………………………….……  ( 4.7a )

atau :
            1gz1 + (1V12 / 2 ) + P1 = 2gz2 + ( 2V22 / 2 ) + P2 = konstan     4.7b

            Persamaan ( 4.7b ) menyatakan bahwa energi persatuan volume fluida


adalah tetap konstan disepanjang sebuah garis alir. Suku-suku dalam persamaan
4.7 :
                        gz     = disebut tekanan potensial
                        V2/2 = disebut tekanan dinamik
                        P          = disebut tekanan statik

33
Jika persamaan ( 4.6 ) dibagi dengan g, diperoleh :
                        z + V2 / 2g + P / g = konstan  ……………………………  ( 4.8a )
atau :
            z1 + V12 / 2g + P1 / 1g = z2 + V22 / 2g + P2 / 2g = konstan ….. ( 4.8b )

suku-suku dalam persamaan 4.8 menyatakan energi persatuan  berat.


Suku-suku tersebut :
                        Z             = disebut head potensial
                        V1 / 2g   = disebut head kecepatan
                        P / g    = disebut head tekanan
            Persamaan 4.8 umunya digunakan untuk menyelesaikan soal-soal aliran
zat cair dengan mengganti g menjadi . Untuk aliran gas, persamaan yang umum
digunakan adalah dengan mengalikan  pada persamaan 4.8 sehingga diperoleh :
                        z + V2 / 2 + P = konstan ……………………………… ( 4.9a )

atau :
            z11 + 1V12 / 2 + P1 = z22 + 2V22 / 2 + P2 = konstan ...……. ( 4.9b )

a.       Tentukanlah kecepatan aliran air keluar dari nozel pada dinding reservoar
b.      Berapakah debit melalui nozel itu

Penyelesaian :
a.       Kecepatan aliran keluar dari nozel, V2 dapat dihitung sebagai  berikut :
      Dari persamaan Bernouli :
        

34
Persamaan Energi
Persamaan energi dihasilkan dari penerapan prinsip kekekalan  energi pada
aliran fluida. Energi yang dimiliki oleh suatu fluida yang mengalir terdiri dari
energi dalam dan energi akibat tekanan, kecepatan dan kedudukan. Dalam arah
aliran, prinsip energi diringkas dengan suatu persamaan umum sebagai berikut :
Energi yang
Energi di Energi yang
+ ditambahkan + = Energi di bagian 2
bagian 1 hilang
atau diambil

Persamaan ini, untuk aliran stedi tak mampat yang perubahan energi
dalamnya diabaikan, disederhanakan menjadi :
        (P1 / g + V12 / 2g + z1 ) + hs – h1 = ( P2 / g + V22 / 2g + z2 ) ...... ( 4.10 )
            Dengan setiap suku dalam dimensi energi persatuan berat fluida ( Joule
per Newton ) atau head (meter) dari persamaan 4.10 adalah :
            P / g = disebut head tekanan
            V / 2g = disebut head kecepatan
                    z = disebut head potensial
                   hs = Ws / g = disebut head yang ditambahkan atau diambil.
            hs  bertanda  ( - ) jika usaha dilakukan oleh pompa pada fluida
                                 ( + ) jika usaha dilakukan oleh fluida pada pomp
Contoh 4.7

35
Sebuah PLTA seperti tergambar melalui turbinnya mengambil air dengan debit 30
m3/dt dan kecepatan air keluar turbin V2 = 2 m/dt pada tekanan atmosfer.
Kerugian dalam turbin dan sistem saluran air adalah h1 = 20 m. Hitunglah
besarnya usaha yang dilakukan oleh fluida pada turbin tersebut.

Penyelesaian :
Dari persamaan energi :
            (P1/g + V12/2g + z1 ) + hs – h1 = ( P2/g + V22/2g + z2 )
Dari soal diperoleh :
            V1 = 0
            V2 = 2 m/dt
            Q = 30 m3/dt
            P1 = P2 = Pa
            z1 = 100 m
            z2 = 0
            h1 = 20 m
Diperoleh :
            Pa / g + 0 + 100 m – hs – 20 m = Pa / g + ½ (a m/dt) / 9,81 m/dt2
                        hs =  ( 100 m ) – ( 20 m ) – ( 0,2 m )
                            =  79,8 m.
Karena hs = Ws /g
Diperoleh :
            Ws =  hs x g
                  =  79,8 m x 9,81 m/dt2
                  =  783 m2/dt2 = 783  Nm/Kg = 783 J/Kg.
Jadi besarnya usaha yang dilakukan oleh fluida pada turbin adalah 783 J/Kg.

BAB III

36
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Makalah  ini dapat disimpulkan bahwa Pada Mekanika Fluida pada Ruang
ingkupnya sangat banyak dan sangat bedekatan pada kehidupan manusia.
Mekanika Fludia juga terdapat yang bergerak serta terdapat satuan-satuan
sehingga Mekanika Fluida dapat di hitung.

B.        SARAN
Dengan makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca, agar lebih
memperhatikan di sekitarnya untuk lebih memhami tentang Mekanika Fluida
karena Mekanika Fluida sangat berdekatan dengan kehidupan sehari-hari manusia.

REFERENSI:

John A. Roberson, Clayton T.Crowe, 1997 “Engineering Fluid Mechanics” ,


Sixth Edition, John Wiley & Sons, Inc.

Ranald. V. Giles, 1996, “Mekanika Fluida dan Hidraulika” , Edisi ke-2,


Erlangga, Jakarta.

Dugdale H.R, 1986, “Mekanika Fluida” , Edisi ke-3, Erlangga, Jakarta.

Frank. M. White, 1994, “Mekanika Fluida” , Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.

Robert L. Daugherty, Joseph B. Franzini, 1989, “Fluid Mechanics With


Engineering Applications”, McGraw-Hill Book Company.

37

Anda mungkin juga menyukai