Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspal ialah bahan hidrokarbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan
bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan
lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari alam atau dari pengolahan minyak bumi.

Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon
dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam
perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal tampak padat pada suhu ruang padahal
adalah cairan yang sangaaat kental. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks, dan
secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa
karbon jenuh, dan tak jenuh, alifatik, dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150
per molekul. Atom-atom selain hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa
aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen, dan nitrogen, serta
sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas
aspalten (yang massa molekulnya kecil), dan malten (yang massa molekulnya besar).
Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah
senyawa polar.

Aspal memiliki beberapa kegunaan antara lain:

1. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas (water
proofing, protect terhadap erosi)

2. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.

3. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakan di atas lapis
pondasi sebelum lapis berikutnya.

4. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas jalan yang telah
beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di antara keduanya.

5. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan filler.

1
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :


1. Ganesa pembentukan Aspal
2. Penyebaran Aspal di di Indonesia
3. Metode eksplorasi dan eksploitasi yang digunakan dalam pertambangan Aspal
4. pemanfaatan Aspal
5. Prospek dari Aspal

1.3 Rumusan

1. Bagaimana Ganesa pembentukan Aspal ?


2. Bagaimana Penyebaran Aspal di Indonesia ?
3. Apa saja metode eksplorasi dan eksploitasi yang digunakan dalam pertambangan
Aspal ?
4. Bagaimana proses pemanfaatan Aspal ?
5. Apa saja pengaruh terhadap lingkungan akibat dari proses pemanfaatan Aspal?
6. Bagaimana prospek dari Aspal?

2
BAB II

PENYEBARAN DI INDONESIA

Penyebaran aspal di Indonesia yang paling besar yakni di daerah Sulawesi Tenggara
tepat nya di pulau buton dan di daerah Jawa Timur di sekitar gunung Welirang.

Gambar 2.1 peta persebaran bahan galian.

3
BAB III

GENESA PEMBENTUKAN

Aspal terbagi memjadi dua macam yakni :

1. Aspal Alami.

Aspal Alami terbentuk karena adanya pengaruh tektonik terhadap minyak bumi
yang diduga awalnya terkandung dalam batuan induk kemudian bermigrasi melalui
dasar dan mengimpregnasi batuan sekitarnya, yaitu batu gamping dan batu pasir.

Akibat terjadinya gerakan-gerakan pada lapisan kulit bumi menyebabkan


terjadinya penurunan atau retak-retak pada permukaan bumi. Dengan adanya tekanan
dari bawah lapisan kulit bumi menyebabkan keluarnya minyak bumi.Apabila tekanan
yang tejadi besar, maka minyak bumi akan keluar dengan aspal yang dikandungnya,
akan tetapi sebaliknya, apabila tekanan itu lemah maka minyak bumi akan merembes
melalui retakan-retakan dan aspal itu tertinggal. Pada proses perjalanan minyak bumi
tadi, akan melalui batuan-batuan yang sifatnya porous sehingga minyak bumi yang
mengandung aspal akan meresap pada lapisan batuan porous tersebut.

2. Aspal Minyak

Sumber aspal ini berasal dari kilang minyak. Aspal yang dihasilkan dari industri
kilang minyak mentah (crude oil) dikenal sebagai residual bitumen, straight bitumen
atau steam refined bitumen. Istilah refinery bitumen merupakan nama yang tepat dan
umum digunakan.

Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses
destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga
suhu 350oC di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak seperti
gas oline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil.

4
BAB IV

EKSPLORASI & EKSPLOITASI

4.1 Eksplorasi

1. Penyelidikan umum

Dimulai dengan studi kepustakaan meliputi hal-hal yang menyangkut keadaan


geologi secara regional dan keadaan tektoniknya. Kemudian disusul dengan
pemeriksaan lapangan guna diusahakan menemukan adanya singkapan (out crop) atau
rembesan aspal serta mengambil beberapa sampel.

Gambar 4.1

Rembesan aspal di salah satu anak sungai di buton utara

2. Pemetaaan Geologi

Setelah proses penyelidikan umum telah diuraikan untuk penyelidikan yang


lebih rinci, langkah berikutnya dalam proses pengumpulan data eksplorasi biasanya
berupa peta geologi yang sesuai. Hal ini didapatkan dari kegiatan pemetaan geologi
oleh ahli geologi (geologist). Sampel yang berukuran kecil dapat dikumpulkan untuk
studi mineralogi atau tekstur lebih lanjut dengan teknik mikroskop dilaboratorium.
Analisis kimia juga menghasilkan informasi penting untuk mineral explorer.

5
Data yang diperoleh dari kegiatan ini yaitu antara lain:

 Peta akurat yang mendokumentasikan jenis batuan, perubahan mineralogi, dan data
struktural seperti sesar, lipatan, pola tegasan dan dip dari lapisan batuan serta
sebaran potensi aspal,

 Perkiraan tentang kualitas,

 Interpretasi tentang geometri dan struktur endapannya.

3. Eksplorasi Geofisika

Kegiatan eksplorasi geofisika yang digunakan untuk survey perkiraan daerah


yang berpotensi aspal dilakukan dengan dua cara, yaitu eksplorasi seismik dan
geoelektrisitas, yang selanjutnya akan disebut dengan resistivitas.

Keunggulan metode resistivitas adalah mempunyai kemampuan menampilkan


variasi dari aspal alam secara vertikal maupun horizontal dengan cukup baik di bawah
permukaan bumi dan kemudahan dalam hal akomodasi dan biaya survey. Metode
resistivitas dilakukan untuk menganalisis variasi dari nilai resistivitas batuan aspal
dengan batuan di sekitarnya. Resistivitas yang tercatat menunjukkan adanya kandungan
bitumen pada batuan. Asbuton yang berbitumen tinggi akan menunjukkan nilai
resistivitas yang relatif lebih tinggi dari batuan sekitarnya.

Gambar 4.2

Penampang resistivitas yang memperlihatkan potensi asbuton yang besar.

6
Pemodelan secara 2-D maupun 3-D berdasarkan nilai resistivitas akan
memperlihatkan persebaran asbuton pada daerah penelitian. Pemodelan tersebut akan
mampu memperhitungkan besar sumberdaya dari aspal.

4. Pengeboran

Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan


kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting
jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona endapan dari permukaan.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran geometri endapan dari permukaan
sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat
mengetahui gambaran geologi permukaan dan geomtetri endapan bawah permukaan
secara menyeluruh.

Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :

 Identifikasi struktur geologi,

 Sifat fisik dan mineralogi batuan samping dan endapan,

 Geometri endapan,

 Sampling,

 Kualitas endapan, dll

7
4.2 Ekploiotasi

Metode Penambangan aspal yakni dengan metode Quarry. Eksploitasi aspal


dimulai dari proses pembongkaran, penggalian, pemuatan, dan pengangkutan.

1. Pembukaan Lahan

Dalam eksploitasi tentunya lahan awal masih tertutup oleh tumbuhan dan
lapisan tanah penutup untuk itu di gunakan bulldozer untuk membuka lahan.

2. Pengupasan Tanah Penutup

Pengupasan tanah penutup sebelum penambangan aspal juga menggunakan


bulldozer.

Gambar 4.3 Bulldozer

3. Pemuatan

Pemuatan dilakukan menggunakan alat muat mekanis untuk memuat hasil


kegiatan pembongkaran seperti powershovel ke dalam alat angkut.

Gambar 4.4 Powershovel

8
3. Pengangkutan

Setelah itu bongkahan gypsum tersebut diangkut ke lokasi unit peremukan


menggunakan dump truck.

Gambar 4.5 Dump Truck

9
BAB V

PEMANFAATAN

5.1 Pemanfaatan

Pemanfaatan aspal oleh PT Aneka Dharma Persada untuk bahan campuran


hotmix dalam pembuatan jalan raya.

5.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Gambar 5.1 peta menuju lokasi pemanfaatan

PT Aneka Dharma Persada di Jl. Wates desa Ngentak, Argorejo, Sedayu,


Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 47
menit dengan jarak tempuh 25 km dari kampus STTNAS Yogyakarta.

10
5.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang di gunakan dalam pembuatan hotmix antara lain:

1. Aspal

Untuk bahan baku aspal di beli dari langsung dari pertamina cilacap seharga
kurang lebih Rp.865.000/drum tergantung jumlah.

Gambar 5.1 aspal

2. Batu Pecah/Agregat

Untuk batu pecah/agregat sendiri didapat dari sekitar jogja dan kulonprogo
seharga Rp. 150.000/m3.

Gambar 5.2 batu pecah/agregat.

11
5.1.3 Peralatan

Gambar 5.1 Aspalt Mixing Plant

Peralatan yang digunakan untuk membuat hotmix yakni di sebut Aspalt mixing
plant (AMP) yang terdiri dari rangkaian beberapa alat lain seperti :

1. Cold Bin

Cold Bin adalah tempat untuk menampung agregat yang menjadi

bahan dasar dari proses yang akan dilakukan AMP.

Gambar 5.2 cold bin

12
2. Belt Conveyor

Belt Conveyor yang digunakan pada AMP tidak banyak karena transfer material
hanya digunakan untuuk menghantar agregat dari coldbinke dryer (dipasang pada sisi
keluaran cold bin).

Gambar 5.3 Belt conveyor

3. Dryer

Dryer ini berguna untuk mengeringkan material. Proses ini dilakukan sebab
untuk menghasilkan mutu hotmix yang baik maka agregat yang digunakan diupayakan
tidak ada kandungan airnya.

Gambar 5.4 Dryer

13
4. Hot Elevator

Hot elevator ini yang akan menaikkan agregat panas tersebut untuk “diayak”
atau sizing pada screen. Screen pada AMP terletak di bagian atas.

Gambar 5.5 Hot elevator

5. Screen

screen digunakan untuk mengayak material, screen yang digunakan berukuran


19 mesh.

Gambar 5.6 Screen

14
6. Hot Bin

Hot Bin berada dibawah screen sehingga agregat yang lolos screen
tertampung pada bagian ini.

Gambar 5.7 Hotbin

7. Timbangan

Timbangan di AMP terletak dibawah hotbin, timbangan berfungsi


melakukan menimbang bobot agregat sesuai dengan hasil akhir campuran yang
diinginkan.

Gambar 5.8 Timbangan

15
8. Mixer

Mixer adalah alat pengaduk material. Mixer ini berjalan secara otomatis.

Gambar 5.9 Mixer

9. Aspal Tank

Tempat penyimpan aspal

Gambar 5.10 Aspal tank

16
10. Wheel Loader

Wheel loader ini digunakan untuk alat angkut material dari penimbunan
menuju bin.

Gambar 5.11 Wheel loader

11. Dump Truck

Dump truck di gunakan alat angkut setelah semua tahap selesai dan siap
di pasarkan.

Gambar 5.12 Dump Truck

17
5.1.4 Proses Pmbuatan hotmix

1. Wheel Loader akan mengangkut agregat yang diperoleh dari hasil


penambangan dan telah diproses di unit stone crusher yang kemudian disimpan
pada bin-bin dingin (cold bin) sesuai dengan ukurannya masing-masing.

2. Dengan menggunakan belt conveyor material tersebut disuplai atau


diangkut menuju dryer untuk dikeringkan dengan unit dryer tujuannya untuk
menghilangkan kadar air, kadar air harus seminim mungkin karena kalau tidak
akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya. Proses pengeringan pada
dryer dalah dengan cara membakar agregat di dalam kiln yang berputar dengan
suhu ±1500C proses pembakaran dengan menggunakan bahan bakar solar, lama
pembakaran ini belangsung selama ±45 detik dengan kapasitas ±80 ton/jam.

3. Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer
selanjutnnya di bawa oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk dilakukan
pemisahan pada hot screen, proses pemisahan agregat ini adalah dengan cara
gravitasi agregat dijatuhkan pada screen yang dirancang sedikit miring agar
dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya Bahan
Galian Industri 19 mesh masing-masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu
vibrator yang berfungsi untuk menggetarkan ayakan agar terjadi ayakanyang
optimal. Agregat yang telah disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya
kemudian masuk pada unit hot bin guna untuk menampung sementara agregat
yang akan masuk pada timbangan.

4. Proses akhir agregat yang telah dipanaskan dan telah melalui


timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang diinginkan selanjutnya
dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas menggunakan
sistem hidrolik yang dikendalikan secara otomatis/manual.

5. Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara


agregat panas, aspal, dan filler dengan suhu ±1500C cara pengadukan dilakukan
dengan memutar poros pengaduk dengan menggunakan motor listrik, lama
pengadukan antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 800 kg/30-40
detik.

18
6. Agregat yang telah benar-benar tercampur akan dituang langsung ke
dalam dump truck dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian
bawah mixer dengan control hidrolik . Dump Truck tersebut akan ditutup
menggunakan terpal di atasnya untuk menjaga suhu aspal. Campuran aspal
beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu ±1500C dan setiap jamnya
suhunya akan berkurang ±2.5-50C.

7. Debu hasil sisa pembakaran tidak langsung dibuang ke udara tetapi


disemprotkan dengan air agar mampu turun melalui saluran bawah untuk
menuju kolam pengendapan ( settling pond ).

8.Tahap terahir yakni pemasaran dengan harga jual Rp.825.000/ton.

19
BAB VI

LINGKUNGAN

6.1 Dampak Lingkungan

Pada proses pemanfaatan aspal tersebut menimbulkan polusi udara dan


kebisingan terhadap lingkungan sekitar yang cukup mengganggu warga sekitar
perusahaan.

6.2 Penanggulangannya

Untuk mengurangi dampak dari kegiatan produksi , perusahaan membuat alat


semprot air untuk menyemprot debu yang beterbangan agar bias terbawa oleh air.

20
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Aspal adalah bahan hidrokarbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis.

2. Penyebaran Aspal di Indonesia berada di Jawa Timur dan Sulawesi Tenggara.

3. Metode yang digunakan dalam tahap eksplorasi aspal yaitu dengan menggunakan
metode eksplorasi langsung

4. Metode Penambangan aspal menggunakan metode Quarry.

5. Aspal dapat di manfaatan sebagai bahan campura hotmix mengingat sifatnya yang
memiliki daya lekat kuat.

6. Prospek dari aspal masih bagus mengingat berkembangya suatu wilayah di tandai
dengan pembangunan-pembangunan infrastruktur umum seperti jalan.

7.2 Saran

Harapannya agar generasi muda pada era sekarang harus sadar akan potensi sumver
daya yang ada di Indonesia sehingga kedepannya tidak ada lagi eksploitasi oleh asing di
negara sendiri.

21
LAMPIRAN

Foto Dokumentasi

22

Anda mungkin juga menyukai