Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TEKNIK EKPLORASI

TURUN LAPANGAN KE BENDUNGAN MANIKIN/TEFMO


KABUPATEN KUPANG

Oleh:

Nama : Muhammad Safitrah Blegur (1706100057)


NIM : 1706100057
Kelas :B
Jurusan : Teknik Pertambangan

Fakultas Sains Dan Teknik


Universitas Nusa Cendana
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan eksplorasi merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara rinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan
sumberdaya terukur dari bahan galian disuatu wilayah. Kegiatan eksplorasi ini dilakukan
setelah mendapatkan informasi mengenai daerah yang prospek untuk ditambang dan
membangun sebuah proyek besar seperti bendungan guna memastikan atau membuktikan
informasi mengenai daerah prospek tersebut.
Dalam bidang teknik khususnya Teknik Pertambangan, Mekanika Fluida merupakan
ilmu yang sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan
aliran zat cair (fluida). Pemahaman yang baik akan bidang ilmu ini sangat penting. Oleh karena
itu, teori saja tidak cukup untuk mengusai bidang ilmu ini, melakukan kunjungan lapangan
akan mendukung pemahaman terhadap bidang ilmu ini. Oleh sebab itu, pada hari Sabtu, 12
september 2019 penulis Teknik Pertambangan Angkatan 2017 melalukan kunjungan lapangan
(fieldrip) ke Proyek Pembangunan Bendungan Manikin/Tefmo Kabupaten Kupang.
Air adalah sumber kebutuhan manusia yang utama. Hampir semua kegiatan yang
dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari air dan fungsinya. Oleh sebab itu, seiring
modernisasi zaman ini manusia melakukan inovasi untuk memaksimalkan segala bentuk peran
dan fungsi air dalam kehidupan. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui pembangunan
bendungan. Pembangunan bendungan merupakan salah satu bentuk kelestarian atau konservasi
terhadap sumber daya air, seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun
2010 tentang Bendungan pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa “penyelenggaraan
pembangunan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya dilaksanakan sebagai upaya
konservasi sumberdaya air”. Bendungan itu sendiri adalah bangunan yang dibuat oleh manusia
dengan maksud untuk menampung air yang nantinya dimanfaatkan sebagai pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.
Latar belakang dari turun lapangan pada proyek pembangunan Bendungan
Manikin/Tefmo yaitu karena di musim kemarau kabupaten dan kota Kupang sering mengalami
kekeringan. Tersedianya bangunan bendungan yang terletak di lereng manikin/Tefmo yang
memiliki kompleks Bobonaro adalah sebagai suplai irigasi untuk pertanian dan pengendali
banjir. Selain itu juga untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.

2
1.2 Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini berlokasi di Bendungan Manikin/Tefmo Kabupaten Kupang dan dilaksanakan
pada hari sabtu, 12 september 2018 pada jam 08.00 sampai 16.00 WITA.

Gambar 1. Peta Lokasi Bendungan Manikin/Tefmo

3
BAB II
METODOLOGI

2.1 Desain
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode geomap.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah
sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun terkadang diberikan
interpretasi atau analisis.
Pembangunan bendungan Tefmo/Manikin menggunakan metode geomap yaitu metode
yang berfungsi untuk mencegah terjadinya longsor pada tebing, dimana geomap tersebut ditahan
oleh angkur dengan ukurannya kurang lebih 50 cm dan diatas geomap ditanam pohon kacang.
Metode geomap pada pembangunan bendungan baru pertama dilakukan, karena pada
kompleks bobonaro sudah banyak metode yang dilakukan, tetapi belum ada solusi yang
menahan longsor pada tebing dilokasi pembangunan bendungan.

Gambar 2. Metode Geomap

4
2.2 Alat Dan Bahan Yang Digunakan Saat Turun Lapangan
Alat Gambar Keterangan
1. GPS Untuk mengetahui arah, titik koordinat,
dan letak lokasi dengan menggunakan
signal satelit

2. Sunto Untuk mengetahui ketinggian dan


kemiringan suatu objek yang diamati

3. Kompas Untuk mengetahui arah, titik koordinat,


dan letak lokasi

4. Palu Geologi Digunakan untuk memecahkan batuan


5. Masker Digunakan untuk melindungi hidung dan
mulut dari debu
6. Helm Safety Digunakan untuk melindungi kepala dari
bahaya kecelakaan kerja
7. Peta Lokasi Digunakan untuk mengetahui jalur
wilayah kerja

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Stopset 1

Ketebalan tanah yaitu 1,5 m dan endapan sungai 1,7 m.

3.2 Stopset 2

Ketebalan tanah yaitu 0,5 m dan endapan sungai 1,5 m.

6
3.3 Stopset 3

Ketebalan tanah 1,5 m dan endapan sungai 2 m.

3.4 Stopset 4
Ketebalan tanah 0,8 m, endapan sungai 1 m, dan endapan lempung 5 m.

Hal ini disebabkan oleh kompleks Bobonaro yang cepat meresap air pada musim hujan dan
kondisi tanah yang berkembang (pecah) pada musim hujan sehingga aliran sungai pada setiap
tahun akan mmengalami penurunan (penyusutan)

3.5 Stopset 5

Ketebalan tanah 0,5 m dan endapan sungai 1 m.

3.6 Stopset 6
Ketebalan tanah 0,8 m, klorofial yang berwarna hitam 1 m, tanah 1,5 m, klorofial yang
berwarna putih keabu-abuan 1 m, dan endapan lempung 2 m.

7
Hal ini dilihat pada endapan yang terbentuk terlebih dahulu yaitu endapan lempung. Setelah
itu terendapkan klorofial berwarna abu-abu, klorofial berwarna hitam, dan endapan yang
paling mudah yaitu tanah.

3.7 Stopset 7

Ketebalan tanah 0,9 m dan endapan sungai 1,5 m

3.8 Stopset 8

Terjadinya sesar turun.


Kondisi batuan ini diperkirakan terjadi karena adanya aliran sungai yang membuat batuan
tersebut lapuk sehingga terjadinya sesar atau karena adanya tekanan tektonik.

8
3.9 Deskripsi Batuan
1. Nama Batuan: Fosil Krinoid

Gambar 3. Batu fosil Krinoid


Menurut definisi terluasnya, fosil adalah sisa mahluk hidup yang hidup dulu sekali dan
masih ada hingga hari ini karena terawetkan oleh keadaan alam. Fosil-fosil yang sampai
kepada kita adalah bagian-bagian tubuh suatu organisme, atau sisa-sisa yang ditinggalkan
saat mahluk hidup terkait masih hidup (yang terakhir ini disebut fosil jejak). Fosil terbentuk
ketika binatang atau tumbuhan mati terawetkan sebelum sempat membusuk sempurna, lalu
menjadi bagian dari batuan endapan Bumi. Agar proses pemfosilan berlangsung, binatang
atau tumbuhan harus cepat-cepat terkubur-biasanya dengan cara dibungkus lapisan lempung.
Secara umum, hal itu diikuti oleh proses kimiawi, dengan mana pengawetan terjamin lewat
cara perubahan mineral yang terjadi pada jaringan-jaringan asli.

2. Warna : Putih
Jenis Batuan : Batuan sedimen non klastik
Struktur : Masif
Tekstur : Kristalin
Komposisi Mineral : Monomineralik (CaCo3)
Nama Batuan : Batu gamping kristalin

3. Batuan Ultrabasa
Batuan Beku Ultrabasa (Ultramafik) adalah batuan beku dan meta-batuan beku
dengan sangat rendah kandungan silika (kurang dari 45%), umumnya > 18% MgO, tinggi
FeO, rendah kalium, dan terdiri dari biasanya lebih besar dari 90% mafik mineral (berwarna
gelap, tinggi magnesium dan besi).

9
Peridotit adalah kelompok betuan ultra basa. Pada umumnya berwarna gelap,
berat jenisnya 3 – 3,3. Komposisi dan persentase secara umum dari mineral pembentuk
batuannya adalah : mineral mafis (olivin, piroksen, hornblende) 85-95%, mineral bijih
(magnetit, ilmenit,kromit dll) 10-3%, plagioklas kalsium 5%
Warna : gelap kehijauan (Ultramafic)
Struktur : Massif
Tekstur:
Derajat Kristalisasi : Holokristalin
Ukuran Kristal : Fanerik sedang 1-5 mm
Bentuk Butir : Subhedral
Hubungan antar butir : Hipidiomorphic Granular
Komposisi : Olivin (60%), Plagioklas (15%), Piroksen (25%)

4. Kompleks Bobonaro
Secara litologi terdiri dan dua bagian pokok:
(a) lempung bersisik,
(b) bongkah - bongkah asing yang bermacam-macam ukurannya.
Lempung bersisik mempunyai sifat s e r a g a m ya i t u m e n u n j u k a n c e r m i n
sesar, lunak, berwarna asili abu-abu, karena adanya batuan atau
mineral ya n g terendapkan bersama-sama, jadi dilihat dari warna
b e r a n e k a r a g a m : m e r a h t u a , kehijauan, hijau keabuan, metah kecoklatan, abu-abu
kebiruan dan merah jambu. Terlihat garis-garis alur dengan perdaunan lemah, terutama
apabila matrik lempung ini terdapat disekitar batuan yang bebih kompeten, seperti
halnya di sekitar bongkah asing. K adang-kadang mengembang bila lapuk,
memperlihatkan kemas jagung berondong. Lempung bersisik ini merupakan matrik dan
bongkah-bongkah asing yang berasal dan batuan yang lebih tua.
Bongkah-bongkah asing tersebut antara lain batupasir bermika dari formasi
Bisane, batugamping dari formasi C ablac, rijang, batuan ultrabasa, lav a bantal
dan batugamping krinoida dan formasi Maubisse, batuan dari Komplek Mutis, Formasi Ofu,
formasi Nakfunu dan batuan-batuan yang lain.
Orientasi bongkah-bongkah asing ini agak teratur, yaitu agak sejajar
(subparalel) dengan poros pulau dan kadang -kadang menunjukkan boudinasi
dengan struktur kerucut-dalam kerucut seperti yangterdapat di Bendungan
Manikin. Dalam lempung bersisik terkandung fosil-fosil foram ya n g

10
m e n u n j u k k a n u m u r d a r i M e s o z o i k u m s a m p a i P l i o s e n . F osil-fosil yang
menunjukan umur pra Miosen telah mengalami proses pengendapan kembali
(reworked) dan populasinya lebih jarang jika dibandingkan dengan fosil-fosil yang
menunjukkan umur Miosen tengah sampai dengan Pliosen. Kelihatannya bagian atas
komplek bobonaro menunjukan kesamaan umum dengan bagian bawah kelompok
Viqueque.
Pada suatu tebing kompleks bobonaro diprediksi jika semakin tinggi tebing maka
kemiringannya semakin miring. Hal ini dilihat pada bendungan Manikin.

Kompleks bobonaro
(lempung bersisik)

Bongkah-bongkah
Asing

Gambar 4. Kompleks Bobonaro

3.10 Alat Pemboran


Pada kegiatan lapangan, terdapat pekerjaan pemboran tetapi alat pemboran tidak berfungsi
karena alatnya sedang rusak.
Di bawah ini terdapat gambar alat pemboran sebagai berikut:

Gambar 5. Mata Bor


Mata bor berfungsi untuk mengambil sampel tanah yang ada di bawah permukaan bumi. Semakin
besar ukuran mata bor, maka semakin kersa kedudukan tanah/sampel yang diambil.

11
Gambar 6. Alat bor
Berfungsi untuk menyimpan core/sampel tanah yang telah diambil menggunakan ata bor.

3.11 Cara Melihat lokasi Kita dengan menggunakan peta dan sunto Tanpa Menggunakan GPS
Cara melihat posisi kita sekarang yaitu dengan melihat peta yang konturnya jelas dan
gambar peta yang sudah jelas keterangannya. Setelah itu kita menggunakan sunto untuk
melihat ketinggian atau kemiringan objek yang sudah jelas dipeta. Setelah kita mendapatkan
hasilnya kita menggunakan busur derajat diletakkan pada objek yang diamati. Kemudian kita
kita menariknya sesuai dengan hasilnya. Dan terakhir kita melakukan hal yang sama pada
pembahasan diatas. Semakin banyak objek yang diamati maka semakin jelas posisi kita
sekarang.

12
BAB IV
KESIMPULAN

Pada hasil dan pembahasan diatas, maka kesimpulan yang didapat pada pengamatan di Bendungan
Manikin/Tefmo yaitu pembanguan Bendungan Manikin/Tefmo untuk mengatasi tebing atau lereng
mengalami longsor menggunakan metode Geomap. Pada lokasi pengamatan banyak dijumpai
batuan gamping, batuan ultrabasa, batuan fosil krinoit, dan kompleks bobonaro. Pada stopset yang
diamati bahwa pada aliran sungai mengalami penurunan akibat terjadinya banjir dan kemarau
karena sifat dari kompleks bobonaro sendiri. Pada lokasi tersebut terdapat bor tetapi mesin bor
tersebut ada sedang rusak.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.scribd.com/document/356828494/Laporan-Kunjungan-Fieldtrip-Bendungan-
Logung-Kudus-Jawa-Tengah
2. https://www.academia.edu/12159295/BAB_II_GEOLOGI_REGIONAL
3. https://www.academia.edu/730299/Laporan_Eksplorasi_dan_Eksploitasi_-_Johan_Edwart
4. https://id.scribd.com/doc/86738408/DESKRIPSI-BATUAN-ULTRABASA

14

Anda mungkin juga menyukai