Ruang terbuka hijau merupakan salah satu elemen penting dalam suatu kota.
Salah satu bentuk RTH dalam suatu kota ialah jalur hijau. Jalur hijau
Manfaat jalur hijau secara langsung dan tidak langsung sebagian besar
dalam lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan memberi kontribusi
ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air. Secara umum, jalur hijau di kota-
kota besar sangat kurang, karena masih banyak kota-kota yang ada di Indonesia
lingkungan.
1
lingkungan. Selain itu, perkembangan ini akan mengakibatkan pula keberadaan
ruang terbuka hijau kota sebagai salah satu komponen ekosistem kota menjadi
kualitas lingkungan perkotaan. Perkembangan kota Makassar saat ini sangat pesat
menjadi lahan terbangun dengan struktur perkerasan dan bangunan. Hal ini
berkurang. Kota Makassar merupakan salah satu kota yang sering dilanda banjir
pada saat musim hujan. Berbagai upaya telah dilakukan dalam kurun waktu
beberapa tahun terakhir ini, namun sampai saat ini banjir masih terlihat di
berbagai tempat.
kegiatan bisnis. Hujan yang mengguyur beberapa saat menyebabkan genangan air,
2017).
Daerah resapan air dan sistem pembuangan air (drainase) merupakan salah
satu hal yang sangat penting di suatu lingkungan, terutama di lingkungan tempat
mengalami banjir, baik banjir yang tergolong sedang maupun banjir besar,
2
Pengelolaan limpasan air permukaan (stormwater) dapat dilakukan dengan
sistem drainase yang memadai. Solusi dalam menjawab tantangan sistem drainase
yang dapat diterapkan untuk memenuhi kebutuhan populasi yang meningkat dan
perubahan iklim yang terjadi saat ini adalah Sustanaible Urban Drainage Systems
Rain garden atau taman hujan merupakan sebuah taman multifungsi yang
mempunyai banyak manfaat yaitu selain sebagai daerah resapan juga dapat
sebagai ruang terbuka hijau (RTH) serta dapat pula menangkap dan menyaring air
masalah limpasan air hujan. Konsep ini juga dikenal sebagai infrastuktur
hijau. Konsep ini sangat berbeda dari konsep konvensional lainnya, dimana
limpasan air hujan secepat mungkin dari daratan dialirkan ke badan air yang
dimana lahan resapan sudah mulai hilang digantikan dengan lapisan beton yang
kaku.
Tanaman adalah salah satu spesifikasi penting dari rain garden. Selain
garden dengan menahan kuantitas air dan polutan tertentu. Oleh karena itu,
pemilihan tanaman sangat penting dan harus spesifik dan sesuai tapak. Dengan
spesifikasi khusus tersebut, rain garden dapat meningkatkan infiltrasi air hujan
3
dan menjadi tempat penyimpanan air sementara di lapisan tanah yang ada di
Tujuan dari penelitian ini untuk merencanakan dan merancang kawasan rain
garden sebagai jalur hijau serta daerah resapan air perkotaan berkelanjutan dan
pengelolaan lanskap urban berbasis rain garden dan diharapkan dapat diterapkan
di kota Makassar baik skala mikro maupun skala makro dalam upaya mendukung
Sustainable Urban Drainage System dari aspek ekologi, sosial, dan estetika.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Green belt atau jalur hijau adalah pemisah fisik daerah perkotaan dan
pedesaan yang berupa zona bebas bangunan atau ruang terbuka hijau yang berada
di sekeliling luar kawasan perkotaan atau daerah pusat aktifitas atau kegiatan yang
Jalur hijau jalan merupakan salah satu bentuk penyediaan ruang terbuka hijau
2007, RTH atau ruang terbuka hijau sendiri didefinisikan sebagai area
terbuka, dan merupakan tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami
maupun sengaja ditanam. Proporsi luas ruang terbuka hijau pada kota paling
sedikit 30% luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau 30 % tersebut
Perkotaan dinyatakan bahwa Jalur hijau, adalah jalur penempatan tanaman serta
elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam Ruang Milik Jalan (RUMIJA)
5
hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya
berwarna hijau.
penggunaan lahan (batas kota, pemisah kawasan, dan lain-lain) atau membatasi
aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu, serta
Green belt unsur utamanya berupa vegetasi yang secara alamiah berfungsi
sebagai pembersih atmosfir dengan menyerap polutan yang berupa gas dan
tanaman tepi jalan, median jalan, daerah tikungan, dan persimpangan dan daerah
berterrain (Direktorat Jendral Bina Marga, 1996). Daerah tepi jalan berfungsi
sebagai daerah untuk keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk
fasilitas pelayanan dan melindungi bentukan alam. Median jalan adalah jalan yang
jalur hijau dengan persyaratan tertentu. Penanaman jalur hijau jalan di sepanjang
6
berm dan median jalan yang bersifat sederhana dalam penataannya harus
Median adalah jalur yang terletak di tengah jalan untuk membagi jalan
dalam masing-masing arah. Median serta batas-batasnya harus terlihat oleh setiap
mata pengemudi baik pada siang hari maupun malam hari serta segala cuaca dan
Jalur pengaman median merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang
berupa jalan yang berada di sepanjang jalan raya (lalu lintas)dan berfungsi sebagai
pengaman area tersebut. Ketentuan untuk perletakan tanaman pada jalur tepi dan
Taman median jalan adalah salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang
publik, sebab taman median jalan dimiliki dan dikelola oleh pemerintah. Taman
median jalan merupakan bentuk pemanfaatan ruang terbuka hijau dalam skala
mikro pada suatu area. Taman median jalan berfungsi juga untuk mengatur lalu
jalan juga harus dapat memberi karakter suatu area atau kawasan atau disebut juga
sebagai identitas kawasan. Selain itu karakter dari taman median jalan dapat
menjadi elemen mental map yang dapat dikenali oleh penggunanya (Roni, 2017).
7
Taman median jalan bertujuan menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan
resapan air. Dilihat dari aspek planologis perkotaan taman median jalan
binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat (…………….) Commented [a2]: Catatan kaki mana
jalan. Taman median jalan sebagai bagian dari ruang terbuka hijau (RTH)
merupakan kawasan hijau sebagai bagian kota yang dinikmati secara umum dan
keselarasan sehingga fungsional secara fisik dan visual (Simonds & Starke:2006).
8
Gambar 2.Aplikasi Jalur Pengaman Median Jalan
(Sumber.Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan, PU, 1996)
disepakati bersama. Di Inggris sistem ini dikenal dengan nama Sustainable Urban
Amerika dikenal dan dikategorikan dalam Low Impact Development (LID) atau
Urban Design (WUDS) dan beberapa negara maju lain menamakannya Integrated
2002; Stahre 2005; Spillett et al, 2005; DTI Global Watch Mission, 2006).
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal
dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga fungsi kawasan atau lahan tidak terganggu (Suripin, 2004).
9
Sustainable drainage system (SuDS) adalah suatu teknik yang digunakan
dalam me-manage air hujan yang jatuh di atas permukaan atap-atap dan
utamanya adalah untuk mengontrol laju aliran dan volume limpasan permukaan
untuk mengurangi resiko terjadinya banjir dan pencemaran air serta dalam rangka
yang berkelanjutan merupakan suatu sistem yang terdiri dari satu atau lebih
struktur yang dibangun untuk mengelola limpasan permukaan air. SUDS sering
digunakan dalam perancangan tapak untuk mencegah banjir dan polusi. SUDS
Adapun empat metode umum yang biasa dilaksanakan, yakni terasering buatan,
saluran filtrasi, permukaan berdaya serap, kolam dan lahan basah. Pengontrol
untuk memperlambat kecepatan aliran air sehingga dapat mencegah banjir dan
10
Adapun manfaat dari penerapan SUDS ke dalam kawasan perkotaan sebagai
berikut:
meningkatkan nilai jual tanah, mengurangi waktu dan biaya penerapan program
konservasi lingkungan.
komprehensif dan integratif yang meliputi seluruh proses, baik yang bersifat
struktural maupun non struktural. Disamping terjadi ketimpangan air, terjadi pula
pencemaran air drainase oleh limbah cair dan padat (sampah) yang cukup berat
11
sehingga sehingga penanganan drainase harus terpadu dan berwawasan
negara-negara maju dapat dikelompokkan menjadi dua tipe fasilitas penahan air
hujan, yaitu tipe penyimpan dan tipe peresapan. Kedua fasilitas penahan air
limpasan ini berfungsi pula sebagai penyedia cadangan air bagi suatu lingkungan.
Kedua tipe fasilitas penahan air limpasan ini harus saling berkaitan satu sama lain,
sehingga air hujan yang jatuh dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik agar
12
Adapun beberapa tahapan yang harus dilaksanakan dalam upaya menciptakan
13
Pengelolaan limpasan air permukaan harus dilakukan dari skala terkecil
seperti rumah tinggal atau yang disebut source control lalu berlanjut ke skala yang
lebih luas seperti kawasan dan wilayah kota atau yang disebut sitecontrol dan
regional control. Pengelolaan air limpasan ini dapat mengurangi potensi bencana
banjir di daerah hulu karena pada bagian hilir air limpasan sudah dikelola
satunya yaitu teknik Low Impact Development (LID). LID adalah teknik
pengelolaan air hujan secara lokal yang ramah lingkungan. Konsep pengelolaan
air hujan dengan teknik ini adalah pengelolaan air hujan dengan skala mikro yang
memanfaatkan teknologi yang telah ada dan murah tetapi dapat mempertahankan
sebagai pengganti air bersih (potable water), kelebihan air hujan dapat diresapkan
ke dalam tanah, sehingga air tanah akan terisi kembali. Hal ini akan
muka air tanah tidak terjadi secara drastis. Selain itu pengisian kembali air tanah
dapat mengurangi volume limpasan air hujan dan dapat mengurangi potensi
banjir.
14
Berbagai macam usaha pengelolaan air hujan yang dapat dikategorikan ke
dalam teknik LID yaitu rain garden, saluran rumput pembawa air hujan, dan
sistim drainasi lokal, skala kecil, dan pengendalian sumber daya air regional.
Praktek pengelolaan air hujan yang terintegrasi ini tidak hanya tergantung pada
menahan aliran air hujan ke daerah hilir. Untuk mempertahankan kodisi hidrologi
dari wilayah yang dikembangkan seperti kondisi awal, teknologi pengelolaan air
hujan dengan LID memfokuskan pada beberapa elemen utama hidrologi. Elemen
dengan mengurangi perubahan lahan menjadi lahan kedap air. Selain itu perlu
memanen limpasan air hujan (stormwater), terutama limpasan dari atap, jalur
mobil, trotoar, area parkir, dan jalan. Rain garden merupakan area lanskap yang
sebuah cekungan di dalam struktur rain garden tersebut dan disimpan sementara
sampai menginfiltrasi ke tanah. Nama lain untuk rain garden yang sering
15
digunakan adalah bioretention basins dan vegetated basins (Prince George’s
County, 1993).
Rain garden atau taman hujan merupakan sebuah taman multifungsi yang
mempunyai banyak manfaat yaitu selain sebagai daerah resapan juga dapat
(Suryandari, 2012).
Kelebihan taman hujan ini dirasa sangat cocok untuk diaplikasikan pada
daerah-daerah perkotaan yang sudah sangat sedikit memiliki daerah resapan dan
dipenuhi dengan berbagai macam jenis polutan baik yang berasal dari industri
sebuah kota.
taman hujan ini dirasa sangat cocok untuk diaplikasikan pada daerah-daerah
perkotaan yang sudah sangat sedikit memiliki daerah resapan dan dipenuhi
dengan berbagai macam jenis polutan baik yang berasal dari industri maupun
kota.
Peningkatan kualitas air limpasan permukaan adalah aset kedua yang penting
dari rain garden. Peningkatan kualitas air tersebut didapatkan dengan adanya
proses: 1) adsorpsi, yaitu retensi polutan dengan butiran tanah akibat pertukaran
ion, 2) filtrasi, 3) serapan oleh tanaman, 4) dekomposisi biologis dari nitrat dan
16
zat organik, karena adanya mikroorganisme aerob dan anaerob yang sesuai, 5)
peleburan zat tanah tertentu karena adanya polutan, 6) oksidasi atau pengurangan
perkotaan dapat berkontribusi pada: 1) pengurangan total limpasan air hujan dan
puncaknya,
utamanya. Ada sekitar 46 jenis tanaman yang dapat dipakai dalam sistem rain
garden. Tanaman tersebut sangat bervariasi, mulai dari tanaman air, dan bukan
Vegetasi lokal yang toleran terhadap kondisi basah dan kering adalah yang
paling tepat untuk rain garden. Vegetasi lokal dapat tumbuh sesuai dengan
lingkungan setempat, tidak memerlukan penambahan air atau pupuk saat proses
penanaman, dapat menyediakan makanan dan habitat bagi satwa liar, serta dapat
berukuran besar di rain garden…... Pertimbangan faktor lain selain yang telah Commented [a3]: Kenapa?
17
a) tinggi dan lebar tanaman dewasa, b) warna dan jenis biji, buah, bunga atau
satwa tersedia sepanjang tahun, d) spesies satwa liar yang ingin dimunculkan, dan
2017).
Secara umum, ada dua jenis rain garden. Pertama, rain garden yang
limpasan air hujan. Kedua tipe rain garden tersebut secara khusus dirancang
untuk mencegah infiltrasi dalam kondisi tidak aman, sehingga tidak secara
Rain garden terlihat seperti taman umum biasa, namun memiliki beberapa
fitur khusus yang mendukung peningkatan infiltrasi limpasan air hujan dan
a) Ponding area: adalah dasar tanah alami atau buatan. Di daerah yang agak
dengan kemiringan landai, ponding area dibentuk dari penggalian tanah yang
sesuai untuk konstruksi rain garden. Bagian dasar ponding area biasanya ditutupi
oleh lapisan mulsa, sebelum ditambahkan tanah bagian atas. Apabila tingkat
18
infiltrasi air di lapisan dasar tidak memadai, maka dapat dibangun lapisan kerikil
b) Inflow structure: yang mengarahkan air hujan dari daerah hilir atau daerah
c) Overflow structure: yang mengalirkan air keluar dari rain garden saat
ponding area sudah penuh. Struktur ini diperlukan untuk mengurangi risiko erosi
selokan).
d) Lapisan mulsa tipis yang berada di permukaan rain garden. Mulsa dapat
sekitar, menyediakan habitat dan makanan untuk spesies asli, dan memperbaiki
estetika taman.
air tanah. Tanah dengan tingkat infiltrasi yang tinggi secara alami sangat
diinginkan karena dapat menyaring jumlah stormwater yang banyak dengan cepat.
19
h) Opsional 2: Sebuah PVC berlubang di bawah saluran diperlukan untuk rain
mengeluarkan air berlebih dari rain garden. Cara tersebut merupakan yang paling
terbukti untuk mencegah banjir yang terjadi di sekitar taman. Sistim Rain Garden
yang dibangun dapat menjadi bagian ruang terbuka hijau dan dirancang
berdasarkan jenis tanahnya, kondisi lokasi dan tata ruang rencana wilayah
real estate dapat meningkatkan nilai estitika daerah yang dikembangkan (Cofman,
Gambar 3. Struktur rain garden Commented [a4]: Hasil penelitian yang menguatkan
dilaksanakan. Untuk memelihara tanaman sebaiknya tidak perlu atau tidak boleh
20
tanaman asli daerah, agar mudah tumbuh karena cocok dengan kondisi iklim
penyaringan dari media yang digunakan serta proses mikrobiologi dari material
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2019 hingga Februari di
Jl. Raya Pendidikan, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Letak Jl.
22
3.2 Alat Penelitian
Alat yang diperlukan pada penelitian ini terbagi menjadi alat lapang dan
studio serta beberapa software(Google Earth, Corel Draw 2018, dan SketchUp
2017). Alat-alat yang diperlukan adalah kamera digital, Global Position System
dan studi pustaka. Perancangan rain garden menggunakan metode Gold (1980).
Metode tersebut terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan awal, inventarisasi,
Gambar 6. Hasil akhir dari perancangan penelitian ini yaitu berupa desain rain
garden.
PERSIAPAN AWAL
Merumuskan batasan masalah dan tujuan
INVENTARISASI
Pengumpulan Data Primer dan Data
Sekunder
ANALISIS
Analisis data primer dan data sekunder
SINTESIS
Pengembangan potensi pengelolaan dan alternatif
solusi hambatan atau permasalahan
PERANCANGAN
23
3.3.1 Persiapan Awal
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengumpulan informasi awal secara
rumusan masalah dan merumuskan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.
Selain itu, pada tahapan ini dilakukan kunjungan terkait perizinan pada pihak-
3.3.2 Inventarisasi
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data dan informasi yang diperoleh
melalui survei lapang dan melalui studi pustaka. Data primer diperoleh melalui
- Aspek fisik dan biofisik yang meliputi letak, luas, dan batas tapak,
Adapun jenis data, sumber, dan cara pengambilannya dapat dilihat pada tabel
berikut:
24
Tabel 2.Jenis Data, Sumber dan Cara Pengambilan Data
Cara pengambilan
Jenis Data Bentuk Data Sumber Data data
Dinas PU dan
Vegetasi Studi Pustaka dan
Lokasi Tapak
Servei lapang
Perspektif
Sosial Masyarakat Individu Wawancara
Keterangan:
Dinas PU : Dinas Pekerjaan Umum
BMG : Badan Meteorologi dan Geofisika
BPS : Biro Pusat Statistik
25
3.3.3 Analisis
pada tapak dipandang dari berbagai aspek dan faktor yang berperan sehingga
nilai estetika tapak. Rain garden harus dirancang untuk mengumpulkan runoff
dari area tidak lebih dari 1 sampai 2 acre (1 acre setara dengan 4046 m2). Rain
garden sebaiknya tidak diletakkan di dekat tanah yang terganggu oleh konstruksi
sehingga mencegah terjadinya air yang tersumbat oleh sedimen dari limpasan
seperti memasang pagar untuk melindungi rain garden. Di area tanah liat, jarak
yang aman untuk menerapkan rain garden sekitar 10-30 ft (1 ft setara dengan 30
cm) dari bangunan untuk mencegah kerusakan pada pondasi (The Texas A&M
System 2013).
pembagian antara jumlah total runoff oleh kedalaman air saat kapasitas penuh
Tidak semua air hujan menjadi air limpasan. Beberapa air hujan terjebak
dan merembes ke dalam tanah atau menguap. Terdapat berbagai metode untuk
26
Resources and Conservation Service (NRCS) Curve Number Method(The Texas
Keterangan:
CN = nomor kurva.
Nomor kurva adalah faktor penggunaan lahan dan tipe tanah yang mencerminkan
Ketahanan dari permukaan tanah (Tabel. 3)
Tabel 3. Angka Kurva Untuk Berbagai Jenis Kelompok Tanah dan Hidrologi
Jalan
Beraspal, pinggir jalan, dan terdapat drainase 98 98 98 98
Kerikil 76 85 89 91
Tanah 72 82 87 89
Kawasan urban
Area komersil dan CBD (central business district) 89 92 94 95
Area industri 81 88 91 93
dengan pembagian antara jumlah total runoff oleh kedalaman air saat kapasitas
penuh dengan volume air dalam luas area taman(The Texas A&M System 2013).
Keterangan:
3.3.4 Sintesis
Merupakan tahap lanjutan setelah melakukan tahap analisis yaitu
potensi yang sudah ada pada lokasi tapak. Hal-hal yang merupakan hambatan
akan dicari solusinya melalui alternatif yang terbaik, sedangkan hal-hal yang
28
Hasil yang diperoleh pada tahap sintesis kemudian akan dikembangkan
sebagai suatu masukan untuk menetapkan usulan konsep perencanaan. Pada tahap
penataan kawasan rain garden Jl. Boulevard memenuhi konsep estetis dan
fungsional.
3.3.6 Perancangan
Tahap ini merupakan pengembangan konsep perencanaan yang terinci.
29
BAB IV
Kecamatan Rappocini Kota Makassar dengan panjang jalan 974 meter, lebar jalan
12 meter luas wilayah 11.694m2 (Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar, 2019).
terletak di pusat kota dengan jalur sirkulasi dua arah yang memudahkan
diperlukan tata hijau dan sistem permodelan drainase yang baik. Tanaman-
tanaman yang ada dalam area tapak diharapkan dapat menyerap polutan dan air
hujan yang berlebih. Selain itu dengan adanya tata hijau dan sistem permodelan
drainase yang baik dapat menambah nilai estetika dan ekologis dari tapak tersebut
Tapak yang akan ditata adalah median jalan Jalan Pendidikan. Pemilihan
lokasi perancangan rain garden di jalan Pendidikan dikarenakan pada saat hujan
4.2 Iklim
dengan kelembaban relatif rata-rata setiap bulan 79,08%. Curah hujan berkisar
30
221,50 mm/tahun dengan curah hujan terbanyak pada bulan Desember 719,67
mm3 dan Januari sekitar 1032,67 mm3/tahun. Tekanan udara rata-rata 1012,24
mb/tahun. Kecepatan angin rata-rata perbulan berkisar 3,92 km/jam dan kecepatan
angin tertinggi pada bulan Agustus sampai Oktober. Lama penyinaran matahari
adalah jenis tanah batuan, iklim, dan geomorfologi lokal, Penentuan kualitas tanah
Makassar, karena wilayah Makassar terdiri dari laut, dataran rendah dan dataran
2015).
kota Makassar
Tanah ultisol
yang berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi
ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim
31
hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang (BPS
Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai.
Makassar, 2011).
4.4 Drainase
saluran. Jenis sistem drainase, yaitu sistem drainase terbuka dan sistem drainase
di lokasi tapak adalah single purpose yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
Pola drainase pada lokasi tapal adalah pola siku,. Pola siku dibuat pada
daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai. Sungai
sebagai saluran pembuang akhir berada di tengah kota. Drainase yang terdapat di
jalan Pendidikan adalah drainase saluran tersier. Saluran tersier adalah saluran
32
drainase yang menerima air dari saluran penangkap yang menyalurkan ke saluran
sekunder. Dapat dilihat pada gambar (), saluran tersier drainase raya Pendidikan
akan menyalurkan air ke saluran drainase jalan Andi Bau Djemma sebagai saluran
sekunder, saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari
saluran tersier dan saluran kuarter lalu menyalurkannya ke saluran premier yang
tapak adalah trapesium dan persegi empat yang berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar serta memiliki sifat
4.5 Vegetasi
karakter khusus sesuai dengan kondisi jalan selain memiliki daun atau bunga yang
indah. Hal ini disebabkan karena kondisi jalan yang panas karena paparan sinar
matahari dan padatnya lalu lintas kendaraan bermotor, berangin, dan juga udara
telah tercemar asap knalpot kendaraan bermotor. Untuk itu, tanaman di jalan perlu
didasarkan pada tujuan yang akan dicapai dan disesuaikan dengan karakter
Pemilihan jenis dan penataan tanaman pada median jalan sebaiknya tetap
33
memperhatikan aspek hortikultura dan agronomi yang meliputi ruang dan syarat
Pada umumnya struktur dan vegetasi yang digunakan pada jalan merupakan
kehidupan penghuni kota serta sebagai satu kesatuan sistem ekologi kota
34
14. Penawar Pedilanthus Euphorbiaceae
Lilin tithymaloides
15. Euonymus
japonicus
4.6 Hidrologi
4.7 Visual
35
Salemba, dan Emmy Saelan. Sirkulasi yang terdapat pada tapak lokasi berupa
sirkulasi perkerasan dan aspal. Terdapat sirkulasi dua arah untuk pengendara
36
BAB V
KONSEP PERENCANAAN
Konsep utama dari jalur hijau serta drainase sebagai Ruang Terbuka Hijau
dan daerah resapan air di jalan Pendidikan Raya. Jalur hijau jalan dijadikan
sebagai daerah resapan air, menyerap polutan, dan juga untuk menambah
kawasan resapan air yang ketika musim kemarau air tanah dapat dimanfaatkan
sesuai kebutuhan dan ketika musim hujan dapat meminimalisir potensi banjir.
37
DAFTAR PUSTAKA
Andoh, R.Y.G., dan Iwugo, K.O. (2002). Sustainable Urban Drainage Systems-
AUK Perspective. Urban Drainage 2002 112, 19.
Anggraeni, Mustika. 2005. Green Belt dan Hubungannya dengan Kualitas Hidup
Masyarakat di Perkotaan. Makalah Biologi Lingkungan, Program
Studi Ilmu Biologi.
Billow, L. 2002. Right As Rain: Control Water Pollution With Your Own Rain
Garden. The Environmental Magazine; May/Apr 2002;44; ProQuest
Biology Journals.
Ciria C522. 2000. Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual For
England And Wales. London.
Darsono, Suseno. 2007. Sistem Pengelolaan Air Hujan Lokal Yang Ramah
Lingkungan. Semarang: Berkala Ilimiah Teknik Keairan. Vol.13,
No.4.
Direktorat Jendral Departemen PU. 2006, Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur
Utama Tata Ruang Kota, Hal. 6.
Dirjen Penataan Ruang Dept. PU. R.I. Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
38
Djamal Irwan, Zoer’aini. 1995. Hutan Kota dan Lingkungan Kota. Makalah
Seminar pada Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknik Lingkungan
Universitas Trisakti, Jakarta.
Riatno, Roni. 2017. Pengelolaan Taman Median Jalan Oleh Dinas Kebersihan
Dan Pertamanan Kota Pekanbaru: Jom FISIP. Vol.4, No.1.
Shannigrahi, A.S., T. Fukushima, and R.C. Sharma. 2003. Air Pollution Control
By Optimal Green Belt Development Around The Victoria Memorial
Monument, Kolkata (India). Journal Environment Studies Vol. 60.
Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. Mc Graw Hill Book Co. New York.
301 p.
39
Sukirman, S. 1994. Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan Raya. Nova.
Bandung.
The Texas A&M System. 2013. Stormwater Management: Rain Gardens. Texas
(US): The Texas A&M Agrilife Extension Press.
40