Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi


yang tersedia dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Beraneka
ragam unsur dapat ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa
seluruh unsur-unsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya.
Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua
faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor
lingkungan yang sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan produksi
suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah
sebagai nutrisi tanaman.
Nutrisi tanaman mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman serta fungsi unsur-unsur tersebut pada kehidupan tanaman. Sebagai
sains, nutrisi tanaman berhubungan dengan fisiologi tumbuhan. Proses fisika,
kimia, fisiologi serta biokimia ini berkaitan dengan interaksi tanaman dengan
kimia medianya, dimana tahap awal adalah memperoleh unsur-unsur kimia, serta
distribusinya dalam tanaman. Hal ini merupakan bidang nutrisi tanaman
Nutrisi di dalam tanah diserap tanaman agar dapat tumbuh dengan baik.
Penyediaan nutrisi bagi tanaman dapat dilakukan dengan penambahan pupuk yang
merupakan kunci dari kesuburan tanah. Pupuk dapat menggantikan nutrisi yang
habis diserap tanaman.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan praktikum nutrisi tanaman
untuk melihat perkembangan tanaman dengan penambahan nutrisi.

2.1 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh nutrisi


tanaman terhadap tanaman selada hijau. Adapun kegunaannya yaitu agar bisa
menjadi referensi tambahan dari teori yang didapatkan dikelas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditi Selada Hijau

Tanaman Selada Hijau (Lactusa sativa) adalah salah satu sayuran daun
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi di Indonesia dan mempunyai manfaat
yang baik bagi konsumennya. Selada merupakan tanaman semusim. Selada
mempunyai ciri diantaranya bentuk bunganya mengumpul dalam tandan
membentuk sebuah rangkaian. Selada biasanya disajikan sebagai sayuran
penyegar. Adapun kandungan vitamin yang terdapat di dalam daun selada
diantaranya: Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C yang sangat berguna untuk
kesehatan tubuh (Pracaya, 2004)

Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura


yang memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin
bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran
penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan
sayuran. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat
disubtitusi melalui makanan pokok, Nazaruddin (2003).
2.2 Syarat Tumbuh
1. Faktor Iklim
Selada merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di dataran
tinggi. Suhu optimum bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-250 C. dalam
kondisi seperti ini selada akan mengalami pertumbuhan yang sempurna (Aini et
al., 2010). Di Indonesia, selada dapat ditanam di dataran rendah sampai datraran
tinggi (600-1.200 dpl). Hal yang terpenting adalah memperhatikan pemilihan
varietasnya yang cocok dengan lingkungannya (ekologi) setempat.Persyaratan
iklim lainnya adalah curah hujan. Tanaman selada tidak atau kurang tahan
terhadap hujan lebat. Oleh karena itu, penanaman selada dianjurkan pada akhir
musim hujan.
2. Faktor Tanah
Pada dasarnya tanaman selada dapat ditanam di lahan sawah maupun
tegalan. Tanah yang ideal untuk tanaman selada adalah liat berpasir. Di Indonesia
tanaman ini cocok ditanam pada tanah andosol maupun latosol. Syaratnya tanah
tersebut harus subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, tidak mudah
menggenang dan pH-nya antara 5,0 - 6,8.
Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah. Namun,
pertumbuhannya yang baik akan diperoleh bila tanaman pada tanah liat berpasir
yang cukup mengandung bahan organik, gembur, remah, dan tidak mudah
tergenang air. Selada tumbuh baik dengan pH 6,0-6,8 atau idealnya 6,5. Bila pH
terlalu rendah perlu dilakukan pengapuran. Daerah yang cocok untuk penanaman
selada sekitar ketinggian 500-2.000 m dpl (Pracaya, 2004).
Lingga & Marsono (2007) berpendapat bahwa struktur tanah yang
dikehendaki oleh tanaman selada adalah struktur remah yang didalamnya terdapat
ruang pori-pori yang dapat diisi oleh air dan udara. Tanah remah juga sangat
penting bagi pertumbuhan akar tanaman. Struktur yang gembur ini akan
mengakibatkan udara dan air berjalan lancar, temperatur stabil, artinya dapat
memacu pertumbuhan mikroba yang memegang peran penting dalam proses
pelapukan atau perombakan bahan organik.
2.3 Hidroponik

Hidroponik adalah suatu cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah


sebagai tempat menanam tanaman. Perbedaan bercocok tanam dengan tanah dan
hidroponik yaitu, apabila dengan tanah, zat-zat makanan diperoleh tanaman dari
dalam tanah. Sedangkan hidroponik, makanan diperoleh tanaman dari dalam air
yang mengandung zat-zat anorganik. Para peneliti menggunakan budidaya
hidroponik untuk menentukan unsur-unsur mineral mana yang memang betul-
betul nutrien esensial. (Suprijadi, dkk. 2009)

Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang


lebih terkontrol. Dengan pengembangan teknologi , kombinasi sistem hidroponik
dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata
lebih efisien ( minimalys sistem ) dibandingkan dengan kultur tanah , terutama
untuk tanaman berumur pendek. Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal
musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah
untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama. (Lonardy dalam Mas’ud,
2009 :131)

2.4 Nutrisi Tanaman

Nutrisi tanaman mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan oleh


tanaman serta fungsi unsur-unsur tersebut pada kehidupan tanaman. Sebagai
sains, nutrisi tanaman berhubungan dengan fisiologi tumbuhan. Proses fisika,
kimia, fisiologi serta biokimia ini berkaitan dengan interaksi tanaman dengan
kimia medianya, dimana tahap awal adalah memperoleh unsur-unsur kimia, serta
distribusinya dalam tanaman. Hal ini merupakan bidang nutrisi tanaman
(Hakimah dkk, 2002).

Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh


dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor
lingkungan yang sangat menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan dan
produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam
tanah. Diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan bumi, ternyata baru 16
unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan
siklus hidupnya dengan sempurna. Ke 16 unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro
dan 7 unsur mikro. 9 unsur makro dan 7 unsur mikro inilah yang disebut sebagai
unsur -unsur esensial.

Pertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi


yang tersedia dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Beraneka
ragam unsur dapat ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa
seluruh unsur–unsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya.
Semua tanaman untuk pertumbuhannya, membutuhkan unsur–unsur hara esensial.
Terdapat 16 unsur hara esensial bagi tumbuhan, sebagian besar diperoleh dari
dalam tanah yaitu sebanyak 13 jenis, sisanya yaitu C, H dan O berasal dari udara.
Berdasarkan perbedaan konsentrasinya yang dianggap berkecukupan dalam
jaringan tumbuhan, maka unsur hara esensial dibedakan menjadi unsur makro dan
unsur mikro. Yang tergolong unsur makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S)
adalah unsur esensial dengan konsentrasi 0,1 % (1000 ppm) atau lebih; sedangkan
unsur dengan konsentrasi kurang dari 0,1 % digolongkan sebagai unsur mikro (Cl,
Fe, B, Mn, Zn, Cu dan Mo). Kekurangan unsur hara akan menyebabkan
terjadinya hambatan dalam pertumbuhan dan gejala-gejala lain yang dapat
mengganggu mutu pertumbuhan tanaman dan pada akhirnya menurunkan
produksi yang dihasilkan. (Wuryan, 2008).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum pengaruh beberapa jenis nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman
sealada hijau dilaksanakan di samping Gedung Baru, Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin pada hari Senin, 3 September 2018 pukul 08.00 WITA
sampai dengan hari Senin, 8 Oktober 2018.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah meteran, spidol, gergaji pipa, mata gergaji, bor
pipa ½ inci, bor pipa 1 set, kawat pengikat 5 m, timer 1 buah, isolasi, tang, obeng,
cutter, ember 10 liter, alat pengaduk, gelas ukur 100 mL, dan talang.
Bahan yang digunakan adalah pipa PVC 3 inci, 1 inci, dan ½ inci masing-
masing sebanyak 1 batang, 2 batang, dan 1 batang, lem pipa sebanyak 1 tube, dop
pipa 3 inci dan 1 inci masing-masing sebanyak 8 buah dan 18 buah, sambungan T
1 ½ inci sebanyak 24 buah, sambungan L 1 ½ inci dan ½ inci masing-masing
sebanyak 14 buah dan 10 buah, sambungan lurus dari 1 ½ inci ke ½ inci sebanyak
2 buah, bor pipa 2 inci sebanyak 1 buah, sterofoarm sebanyak 1 lembar, gelas
plastik sebanyak 32 buah, sambungan sekrup ½ inci sebanyak 1 buah, skrup 4 biji,
lem silikon sebanyak 1 tube, benih selada hijau, rockwool, kain flanel, larutan AB
mix, sukrosa, dan vitamin c.
3.3 Metode Rancangan
Praktikum ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 1
faktor dengan 3 perlakuan yaitu AB mix, AB mix + sukrosa, dan AB mix +
vitamin c. Setiap perlakuan memiliki 5 unit percobaan dan diulang sebanyak 2
kali, sehingga terdapat 30 unit percobaan. Data yang diperoleh selanjutnya di
analisis sidik ragamnya dan apabila hasilnya berpengaruh nyata, maka dilanjutkan
dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pembuatan Instalasi
a. Pembuatan wadah penanaman
1. Menyiapkan pipa air 3 inci kemudian di potong sekitar 100 cm.
2. Membuat lubang tanam sesuai wadah tanam yang akan digunakan sebanyak
5 buah.
3. Pada salah satu dop penutup pipa dibuat lubang inlet sekitar ½ inci dan
dipasang pipa ½ inci untuk pemasukan larutan nutrisi. Pada dop penutup
yang bersebelahan dengan pipa inlet, dibuat lubang outlet dan dipasang pipa
½ inci untuk mengallirkan larutan nutrisi ke pipa penanaman dibagian
bawahnya.
b. Pembuatan rak penopang
1. Menyiapkan pipa ½ inci sekitar 100 cm sebanyak 2 buah.
2. Menyiapkan pipa 1 ½ inci sekitar 50 cm sebanyak 2 buah dan panjang 12-
15 cm sebanyak 4 buah untuk kaki dimana salah satu ujungnya di tutup
dengan dop penutup sebagai dasar kaki.
3. Merangkai potongan-potongan pipa tersebut dengan pipa sambungan T dan
L sehingga membentuk dasar dengan 4 kaki.
4. Setelah menyiapkan tiang rak penyanggah, lalu mempersiapkan potongan
pipa 1 inci sepanjang 75 cm sebanyak 2 buah.
5. Memotong pipa tiang penyanggah sesuai dengan rencana letak pipa wadah
penanaman berdasarkan tinggi maksimal tanaman yang direncanakan.
6. Untuk menyangga pipa wadah penanaman, mempersiapkan pipa 1 ½ inci
sepanjang 25 cm masing-masing 2 buah untuk setiap pipa wadah
penanaman sehingga jumlah pipa yang disiapkan untuk penyanggah
sebanyak 2 kali pipa wadah penanaman.
7. Merangkaikan sambungan T dan L sebagai penjepit pada ujung pipa
penyanggah.
8. Memasang sambungan lurus dari pipa 1 ½ inci ke ½ inci pada potongan
ujung atas pipa penyanggah.
3.4.2 Penyemaian
1. Menyiapkan talang, rockwool, dan benih selada hijau.
2. Memotong rockwool dengan ukuran 3x3 cm.
3. Menata potongan rockwool pada talang yang telah disediakan, lalu
melubangi di bagian permukaan atas rockwool sebagai lubang tanam.
4. Meletakkan benih pada lubang tanam.
5. Memberi air sampai seluruh potongan rockwool menyerap air.
6. Meletakkan pada tempat yang ternaungi selam 1-2 hari setelah mulai
muncul kecambah, talang dikeluarkan dan diletakkan pada tempat yang
terkena sinar matahari.
7. Setelah bibit selada hijau sudah memiliki akar, batang, dan daun sekitar 3-4
helai, bibit selada hijau bisa dipindahkan ke gelas plastik dan di letakkan di
wadah penanaman.
3.4.3 Pembuatan Nutrisi
1. Menyiapkan ember 10 liter, alat pengaduk, AB mix, gelas ukur, dan air.
2. Mengisi ember dengan air sebanyak 10 liter.
3. Melarutkan AB mix secara terpisah untuk nutrisi A dan B pada air sebanyak
600 mL untuk setiap nutrisinya.
4. Mengambil 50 mL stok A dan 50 mL stok B dengan bantuan gelas ukur,
lalu di campurkan pada ember yang telah terisi 10 liter air.
5. Mengaduk kedua larutan tersebut hingga merata, dan membuat nutrisi
kembali ketika isi nutrisi di dalam ember habis.
3.4.4 Penanaman
1. Menyiapkan gelas plastik, kain flanel, dan semaian selada hijau usia 7 hari.
2. Membuat potongan kain flanel dengan ukuran sekitar 10x3 cm.
3. Memberi lubang pada gelas plastik dan permukaan gelas plastik sebagai
tempat tergantungnya kain flanel.
4. Mengambil semaian selada hijau usia 7 hari, lalu di letakkan pada gelas
plastik.
5. Meletakkan gelas plastik pada wadah penanaman dan usahakan kain flanel
mengenai dasar lubang tanam wadah penanaman agar kain flanel dapat
menyerap nutrisi tanaman dan akan naik ke akar selada hijau.
3.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan adalah mengontrol keadaan nutrisi pada
wadah nutrisi yang meliputi volume air pada setiap instalasi, pH diukur pada 1
MST. Melakukan penyulaman apabila ada tanaman yang mati pada umur tanaman
1 MST. Kemudian dilakukan pengisian nutrisi keadaan tendon dilakukan
berdasarkan kondisi volume dan kandungan nutrisi serta mengukur tinggi
tanaman, jumlah helai daun, luas daun setiap minggu.
3.4.6 Pemanenan
Selada hijau yang ditanam secara hidroponik dilakukan pemanenan pada
umur 4 sampai 5 MST ditandai dengan daun yang hampur menyentuh media
tanam.
3.5 Parameter Pengamatan
3.5.1 Jumlah Daun
Diperoleh dari menghitung semua daun yang ada pada tanaman tersebut
pada hari pengukuran.
3.5.2 Luas Daun
Diperoleh dengan mengukur panjang dan lebar daun, kemudian dihitung
luas daunnya dengan mengkalikan antara panjang dan lebar daun.
3.5.3 Tinggi Tanaman
Diperoleh dari mengukur dari pangkal batang di atas permukaan tanah
hingga titik daun pertama.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Jumlah Daun
Hasil pengamatan jumlah daun tanaman pada tanaman selada hijau dengan
perlakuan nutrisi tanaman yaitu sebagai berikut:
Gambar 1. Grafik Jumlah Daun Tanaman (helai).

Grafik Jumlah Daun


7,00

6,00

5,00
Jumlah Daun

4,00 N1
N2
3,00
N3
2,00

1,00

0,00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018


Tabel 1. Tabel Jumlah Daun Tanaman
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata Y
T1 T2 T3 T4 T5
N1 6,00 5,00 6,00 7,00 8,00 32,00 6,40
N2 5,00 4,00 5,00 5,00 5,00 24,00 4,80
5,33
N3 5,00 5,00 5,00 5,00 4,00 24,00 4,80
TOTAL 16,00 14,00 16,00 17,00 17,00 80,00 16,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018


4.1.2 Luas Daun
Hasil pengamatan luas daun tanaman pada tanaman selada hijau dengan
perlakuan nutrisi tanaman yaitu sebagai berikut:
Gambar 2. Grafik Luas Daun Tanaman.

Grafik Luas Daun


16,00

14,00

12,00

10,00
Luas Daun

N1
8,00
N2
6,00 N3
4,00

2,00

0,00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018.


Tabel 3. Tabel Luas Daun Tanaman
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata Y
T1 T2 T3 T4 T5
N1 9,83 21,80 20,42 10,78 10,06 72,89 14,58
N2 11,90 8,63 16,69 14,10 18,70 70,02 14,00
13,35
N3 9,30 13,13 10,06 15,05 9,86 57,40 11,48
TOTAL 31,03 43,56 47,17 39,93 38,62 200,31 40,06

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018


4.1.3 Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan tinggi tanaman pada tanaman pakcoy dengan perlakuan
nutrisi tanaman yaitu sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik Tinggi Tanaman (cm).

Grafik Tinggi Tanaman


14,00

12,00

10,00
Tinggi Tanaman

8,00 N1
N2
6,00
N3
4,00

2,00

0,00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018.


Tabel 3. Tabel Tinggi Tanaman (cm)
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata Y
T1 T2 T3 T4 T5
N1 11,00 13,00 15,00 13,00 12,50 64,50 12,90
N2 1,00 1,50 1,70 1,50 1,50 7,20 1,44
8,43
N3 11,00 13,00 11,00 10,00 9,70 54,70 10,94
TOTAL 23,00 27,50 27,70 24,50 23,70 126,40 25,28

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018


4.2 Pembahasan
Pada tabel 1 menjelaskan tentang perbedaan perkembangan jumlah daun
pada masing-masing tanaman dengan perlakuan nutrisi yang berbeda. Bahwa
perlakuan N1 yaitu menggunakan nutrisi ( ) terjadi peningkatan jumlah daun dari
minggu pertama hingga minggu keempat dengan total jumlah daun 32 helai dan
rata-rata jumlah daun 6,4 helai. Lalu pada perlakuan N2 dengan menggunakan
nutrisi ( ) mengalami peningkatan jumlah daun dari minggu pertama hingga
minggu keempat yang berjumlah 24 helai dengan rata-rata 4,8 helai dan pada
perlakuan N3 dengan penggunaan nutrisi ( ) tidak terdapat kenaikan jumlah daun
atau bisa dikatakan bahwa tidak ada pertumbuhan daun yang terjadi dengan total
jumlah daun 24 helai dan rata-rata jumlah daun pada perlakuan n3 adalah 4,8.
Dengan demikian total jumlah daun dari ketiga perlakuan adalah 80 helai dan
rata-ratanya 16 helai. Dan pada perlakuan N1 terjadi kenaikan jumlah daun yang
sangat signifikan diantara perlakuan lainnya.

Pada tabel 2 menjelaskan tentang perbedaan luas daun pada masing-


masing tanaman dengan perlakuan nutrisi yang berbeda. Bahwa perlakuan N1
yaitu menggunakan nutrisi ( ) dari minggu pertama hingga minggu keempat
dengan total luas daun 72,89 cm2 dan rata-rata luas daun 14,58 cm2. Lalu pada
perlakuan N2 dengan menggunakan nutrisi ( ) mengalami peningkatan jumlah
daun dari minggu pertama hingga minggu keempat total luas daun 70,02 cm2
dengan rata-rata 14,00 cm2 dan pada perlakuan N3 dengan penggunaan nutrisi ( )
juga mengalami kenaikan luas daun dengan total luas 57,40 cm2 dan rata-rata
jumlah daun pada perlakuan n3 adalah 11,48 cm2. Dengan demikian total luas
daun dari ketiga perlakuan adalah 200,31 cm2 dan rata-ratanya 40,06 cm2. Dan
pada perlakuan N1 terjadi kenaikan jumlah daun yang sangat signifikan diantara
perlakuan lainnya.

Pada tabel 3 menjelaskan tentang perbedaan tinggi daun pada masing-


masing tanaman dengan perlakuan nutrisi yang berbeda. Bahwa perlakuan N1
yaitu menggunakan nutrisi ( ) dari minggu pertama hingga minggu keempat
dengan total tinggi 64,50 cm dan rata-rata luas daun 12,90 cm. Lalu pada
perlakuan N2 dengan menggunakan nutrisi ( ) mengalami peningkatan jumlah
daun dari minggu pertama hingga minggu keempat total luas daun 7,2 cm dengan
rata-rata 1,44 cm dan pada perlakuan N3 dengan penggunaan nutrisi ( ) juga
mengalami kenaikan tinggi daun dengan total 54,70 cm dan rata-rata tinggi daun
pada perlakuan n3 adalah 10,94 cm. Dengan demikian total tinggi daun dari ketiga
perlakuan adalah 126,40 cm dan rata-ratanya 25,28 cm. Dan pada perlakuan N1
terjadi kenaikan jumlah daun yang sangat signifikan diantara perlakuan lainnya.

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian nutrisi


yang memiliki intensitas yang paling berpengaruh diantara semua perlakuan
adalah perlakuan dengan menggunakan nutrisi AB Mix. Hal ini disebabkan
karena komposisi pada pupuk AB Mix
LAMPIRAN

Tabel 4. Data Mentah Tanaman Selada Hijau Kelas A

SELADA HIJAU KELAS A

Perlakuan Minggu Ke-


Parameter Rata - Rata
1 2 3 4
T1 3,40 4,00 5,00 11,00 5,85
T2 3,30 5,00 5,00 13,00 6,58
Tinggi Tanaman T3 5,30 6,00 9,00 15,00 8,83
T4 4,50 6,00 8,00 13,00 7,88
T5 3,60 5,20 8,00 12,50 7,33
Sub Rata-Rata 4,02 5,24 7,00 12,90
T1 4,00 6,00 6,00 6,00 5,50
T2 4,00 5,00 5,00 5,00 4,75
Jumlah Daun T3 4,00 6,00 6,00 6,00 5,50
T4 4,00 6,00 7,00 7,00 6,00
T5 4,00 6,00 8,00 8,00 6,50
Sub Rata-Rata 4,00 5,80 6,40 6,40
T1 1,00 3,33 5,25 9,83 4,85
T2 1,38 4,40 5,60 21,80 8,30
Luas Daun T3 1,00 2,25 11,83 20,42 8,88
T4 1,50 2,00 10,71 10,78 6,25
T5 1,38 1,67 9,88 10,06 5,75
Sub Rata-Rata 1,25 2,73 8,65 14,58

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018


Tabel 5. Data Mentah Tanaman Selada Hijau Kelas B
SELADA HIJAU KELAS B

Minggu Ke-
Parameter Perlakuan Rata - Rata
1 2 3 4
T1 0,90 1,20 1,50 1,00 1,15
T2 0,50 1,10 1,00 1,50 1,03
Tinggi Tanaman T3 0,90 1,20 1,50 1,70 1,33
T4 0,40 1,00 1,00 1,50 0,98
T5 0,70 2,00 1,50 1,50 1,43
Sub Rata - Rata 0,68 1,30 1,30 1,44
T1 6,00 4,00 5,00 5,00 5,00
T2 3,00 5,00 4,00 4,00 4,00
Jumlah Daun T3 4,00 5,00 5,00 5,00 4,75
T4 4,00 4,00 4,00 5,00 4,25
T5 3,00 3,00 5,00 5,00 4,00
Sub Rata - Rata 4,00 4,20 4,60 4,80
T1 1,75 2,88 9,50 11,90 6,51
T2 2,83 2,45 6,31 8,63 5,06
Luas Daun T3 1,63 1,95 5,38 16,69 6,41
T4 2,00 1,63 6,00 14,10 5,93
T5 2,00 3,58 6,25 18,70 7,63
Sub Rata - Rata 2,04 2,50 6,69 14,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 6. Data Mentah Tanaman Selada Hijau Kelas C
SELADA HIJAU KELAS C

Minggu Ke-
Parameter Perlakuan Rata - Rata
1 2 3 4
T1 4,00 4,50 6,00 11,00 6,4
T2 4,00 6,00 8,00 13,00 7,8
Tinggi Tanaman T3 4,00 5,00 7,00 11,00 6,8
T4 4,00 4,50 7,00 10,00 6,4
T5 5,00 4,00 6,00 9,70 6,2
Sub Rata-Rata 4,20 4,80 6,80 10,94
T1 5,00 5,00 5,00 5,00 5,0
T2 5,00 5,00 5,00 5,00 5,0
Jumlah Daun T3 5,00 5,00 5,00 5,00 5,0
T4 5,00 5,00 5,00 5,00 5,0
T5 4,00 4,00 4,00 4,00 4,0
Sub Rata-Rata 4,80 4,80 4,80 4,80
T1 1,40 3,07 11,32 9,30 6,3
T2 1,70 2,83 5,34 13,13 5,8
Luas Daun T3 1,66 3,21 4,74 10,06 4,9
T4 2,50 2,79 6,09 15,05 6,6
T5 1,60 12,04 7,08 9,86 7,6
Sub Rata-Rata 1,77 4,79 6,91 11,48
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018
DAFTAR PUSTAKA
Aini, R, Yaya, S, dan Hana, M. N. 2010. Penerapan Bionutrien KPD Pada
Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa Var. crispa). Jurnal Sains dan
Teknologi Kimia, 1 (1): 73-79

Hakimah Halim, dkk. 2002. Buku Ajar Nutrisi Tanaman. Universitas Lambung
Mangkurat Fakultas Pertanian. Banjarbaru.

Lingga P, Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar


swadaya. Jakarta. 146 hlm.

Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.


Penebar Swadaya, Jakarta.

Pracaya. 2004. Bertanam Sayur Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar
sawadaya. Jakarta. 112 hlm.

Suprijadi, dkk. 2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik Dengan Menggunakan


Logika Fuzzy. Oto.Ktrl.Inst 1 (1): 31-35.

Wuryan. 2008. Budidaya Krisan Bunga Potong – Proses -


Produksi http://wuryan.wordpress.com/ Diakses tanggal 11 Desember
2009
LAMPIRAN GAMBAR

KELAS C

 Pakcoy

 Selada Hijau
`

 Selada Merah

KELAS B
 Pakcoy

 Selada Hijau
 Selada Merah

KELAS A

 Pakcoy

 Selada Hijau
 Selada Merah
Laporan Praktikum

Nutrisi Tanaman

NUTRISI TANAMAN

NAMA : Alifah Nurkhairina

NIM : G111 15 006

KELAS : Nutrisi Tanaman C

KELOMPOK : 10

ASISTEN : Kurniawan, S.P

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Anda mungkin juga menyukai