Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan

manusia, hewan dan tanaman. Oleh karena itu diperlukan pengendalian dalam

pemanfaatannya, salah satu bentuk pengendalian air, yaitu pengaturan air di

bidang irigasi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kekurangan air pada musim

kemarau, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air irigasi dan tidak terjadi

kelebihan air pada musim hujan yang mengakibatkan air terbuang percuma tanpa

adanya pemanfaatan sehingga menjadi aliran permukaan.

Dalam konsep siklus hidrologi bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu

di permukaan bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk (input) dan keluar

(output) pada jangka waktu tertentu. Neraca masukan dan keluaran air di suatu

tempat dikenal sebagai neraca air (water balance). Karena air bersifat dinamis

maka nilai neraca air selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga di suatu tempat

kemungkinan bisa terjadi kelebihan air (suplus) ataupun kekurangan (defisit).

Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit adalah

dapat mengantisipasi bencana yang mungkin terjadi, serta dapat pula untuk

mendayagunakan air sebaik-baiknya. Pemodelan neraca air merupakan salah satu

metode yang sering digunakan untuk menduga dinamika kadar air tanah selama

periode pertumbuhan tanaman, sehingga dapat dihitung jumlah kebutuhan air

tanaman untuk dapat berproduksi, terutama pada periode kritis yaitu pada saat

kadar air tanah sangat rendah maupun dalam keadaan normal. Pengumpulan data

iklim (curah hujan, suhu

58
udara, kelembaban), informasi lahan (didasarkan pada peta jenis tanah dan

tataguna lahan, terutama untuk menentukan kapasitas menyimpan air dari tanah

dan kedalaman perakaran tanaman) mutlak diperlukan.

Apabila kelebihan dan kekurangan air ini dalam keadaan ekstrim tentu dapat

menimbulkan bencana, seperti banjir ataupun kekeringan. Bencana tersebut

dapat dicegah atau ditanggulangi bila dilakukan pengelolaan yang baik terhadap

lahan dan lingkungannya.

Neraca air lahan merupakan neraca air untuk penggunaan lahan pertanian

secara umum. Neraca ini bermanfaat dalam mempertimbangkan kesesuaian lahan

pertanian, mengatur jadwal tanam dan panen, mengatur pemberian air irigasi

dalam jumlah dan waktu yang tepat.

Pemanfaatan sumber daya air pada musim kemarau biasanya dirasa semakin

bertambah besar, namun dibalik itu ketersediaan jumlahnya terbatas, seiring

dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan aktivitasmasyarakat yang selalu

meningkat, keterbatasan air bagi pertanian bukan saja terjadi pada musim

kemarau, namun dimusim hujanpun bisa terjadi. Hal ini disebabkan sebagian

besar air hujan yang jatuh menjadi aliran permukaan dan tidak termanfaatkan,

sehingga ketersediaan air menjadi berkurang dalam skala ruang dan waktu.

keterbatasan air menyebabkan berkurangnya luas tanam, jenis dan jumlah

produksi pertanian. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan prioritas dan

efisiensi penggunaan air. Efisiensi penggunaan air yang tinggi dalam hal ini

irigasi dapat terlaksana apabila manajemen operasional yang ditetapkan tepat pada

sasaran dan sarana jaringan irigasi yang mewadahi baik jumlah maupun

59
kualitasnya. Sarana yang dimaksud meliputi: saluran air, bangunan penangkap air,

bangunan sadap, bangunan bagi, alat ukur debit danbangunan-bangunan lainnya.

Bangunan ukur debit memegang peranan yang sangat penting dalam

mendistribusikan air, sehingga diperoleh jumlah air yang diberikan akan sama

jumlah air yang dibutuhkan. Apabila jumlah air yang diberikan lebih besar yang

diminta, maka efisiensinya rendah sehingga penggunaan air boros, terbuang

secara percuma. Demikian juga sebaliknya, jika jumlah air yang tidak mencukupi

untuk kebutuhan tanaman pertanian akan berakibat produktivitas hasil pertanian

menurun. Dengan demikian bangunan ukur debit harus tepat dalam memberikan

jumlah air sesuai yang dibutuhkan (Indriyani, 2015).

Berdasarkan uraian di atas setiap jenis tanaman dan sistem usahatani

membutuhkan air yang bervariasi bergantung sifat genetis dan faktor lingkungan.

Ketersediaan air tanah akan menentukan status air tanaman dan penting

dalam proses absorbsi CO2. Dengan menggunakan neraca air tanah kita bisa

mengidentifikasi periode dimana terjadi kekurangan air (water stress) atau

kelebihan air (excess) yang memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman. Jadi, pengenalan terhadap hal ini membantu menemukan

praktek manajemen yang tepat untuk menghindarkan terjadinya hambatan, guna

meningkatkan produksi tanaman.

60
1.2 Tujuan dan Keguanaan

1.2.1 Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka tujuan dilakukannya

pengamatan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui metode analisis kebutuhan air pada tanaman.

2. Untuk mengetahui kebutuhan air pada tanaman kubis.

3. Untuk mengetahui cara menggunakan aplikasi cropwat dalam menentukan

kebutuhan air pada tanaman.

1.2.2 Kegunaan

Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai analisis kebutuhan air

pada tanaman dengan menggunakan aplikasi cropwat dalam menentukan

kebutuhan air tanaman

61
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Analisis Kebutuhan Air Tanaman

Menurut Suripin (2002), secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini

relatif tetap dari masa kemasa. Ketersediaan air yang merupakan bagian

dari fenomena alam, sering sulit untuk diatur dan diprediksi dengan akurat.

Hal ini karena ketersediaan air mengandung unsur variabilitas ruang (spatial

variability) dan variabilitas waktu (temporal variability) yang sangat tinggi.

Konsep siklus hidrologi adalah bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di

hamparan bumi dipengaruhi oleh masukan (input) dan keluaran (output) yang

terjadi. Kebutuhan air di kehidupan kita sangat luas dan selalu diinginkan dalam

jumlah yang cukup pada saat yang tepat. Oleh karena itu, analisis kuantitatif dan

kualitatif harus dilakukan secermat mungkin agar dapat dihasilkan informasi yang

akurat untuk perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air.

Air permukaan adalah air yang mengalir secara berkesinambungan

atau dengan terputus-putus dalam alur sungai atau saluran dari sumbernya

yang tertentu, dimana semua ini merupakan bagian dari sistem sungai

yang menyeluruh. Yang termasuk air permukaan meliputiair sungai

(rivers), saluran (stream), sumber (springs), danau dan waduk. Jumlah air

permukaan diperkirakan hanya 0,35 Juta km3 atau hanya sekitar 1 % dari air tawar

yang ada di bumi (Suripin, 2002).

62
Air permukaan yang dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi adalah

air yang terdapat dalam proses sirkulasi air (siklus hidrologi), jika sirkulasi

tidak merata maka akan terjadi bermacam kesulitan diantaranya sirkulasi

yang kurang, maka kekurangan air ini harus ditambah dalam suatu usaha

pemanfaatan air. Untuk analisis ketersediaan air permukaan, yang akan digunakan

sebagai acuan adalah andalan dari pencatatan yang ada. Yang paling

berperan dalam studi ketersediaan air permukaan adalah data rekaman

debit aliran sungai (Sosrodarsono, 2006).

Untuk aliran sungai yang memiliki data pengukuran, ketersediaan

airnya dapat ditentukan peluang terjadinya atau terlampauinya yang dapat

dihitung dengan metode statistika. Peluang terjadinya atau terlampauinya suatu

besaran debit atau yang dalam literatur dinyatakan dengan debit andalan.

Debit andalan adalah debit yang tersedia sepanjang tahun dengan besarnya

resiko kegagalan tertentu ( Montarcih, 2009).

Menurut pengamatan dan pengalaman terdapat empat metode untuk analisa

debit andalan (Montarcih, 2009) antara lain:

1. Metode debit rata-rata minimum, karakteristik Metode Debit Rata-rata

minimum antara lain dalam satu tahun hanya diambil satu data (data debit

rata-rata harian dalam satu tahun), metode ini sesuai untuk daerah aliran

sungai dengan fluktuasi debit maksimum dan debit minimum tidak terlalu

besar dari tahun ke tahun serta kebutuhan relatif konstan sepanjang tahun.

2. Metode flow characteristic, berhubungan dengan basis tahun normal, tahun

kering dan tahun basah. Yang dimaksud debit berbasis tahun normal adalah

63
jika debit rata-rata tahunannya kurang lebih sama dengan debit rata-rata

keseluruhan tahun. Untuk debit berbasis tahun kering adalah jika debit rata-

rata tahunannya lebih kecil dari debit rata-rata keseluruhan tahun.

Sedangkan untuk debit berbasis tahun basah adalah jika debit rata-rata

tahunannya lebih kecil dari debit rata-rata keseluruhan tahun. Metode ini

cocok untuk DAS dengan fluktuasi debit maksimum dan debit minimum

relatif besar dari tahun ke tahun, kebutuhan relatif tidak konstan sepanjang

tahun, dan data yang tersedia cukup panjang.

3. Metode Tahun Dasar Perencanaan, analisa debit andalan menggunakan

Metode ini biasanya digunakan dalam perencanaan atau pengelolaan irigasi.

Umumnya di bidang irigasi dipakai debit dengan keandalan 80 %.

4. Metode Bulan Dasar Perencanaan, analisa debit andalan menggunkan

metode ini hampir sama dengan Metode Flow Characteristic yang dianalisa

untuk bulan-bulan tertentu. Metode ini paling sering dipakai karena

keandalan debit dihitung bulan Jabuari sampai dengan Bulan Desember, jadi

lebih bisa menggambarkan keadaan pada musim kemarau dan penghujan.

Selanjutnya Yanes (2010), kemudian mengidentifikasi penggunaan metode

penentuan besarnya nilai kebutuhan air tanaman pada perhitungannya masing-

masing yaitu sebagai berikut.

2.1.1 Metode Blaney-Cridle

Metode ini digunakan untuk memperkirakan besarnya evapotranspirasi

potensial (ETo) pada awalnya dikembangkan untuk memprakirakan besarnya

konsumsi air irigasi.

64
ETo = c [ P (0,46 T + 8 )] mm/hari

Keterangan:

c : Koefisien Tanaman Bulanan.

p : Persentase bulanan jam-jam hari terang dalam tahun.

T : Suhu udara (oC).

2.1.2 Metode Thornthwaite

Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan

energi panas untuk berlangsungnya proses ET dengan asumsi suhu udara

tersebut berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain

yang mengendalikan proses ET.

ETo = 1,6 [(10 T/I)] a

(a = 0,49 + 0,0179 I 0,0000771 I2 + 0,0000000675 I3)

Keterangan:

T : Suhu rata-rata bulanan (oC)

I : Indeks panas tahunan.

2.1.3 Metode Panci Evaporasi

Teknik pengukuran ET paling sederhana adalah dengan menggunakan panci

untuk mendapatkan angka indeks potensial evapotranspirasi. Cara perhitungan ini

memerlukan status angka koefisien yang harus dievaluasi tingkat ketepatannya.

ETo = Kp x Ep

Keterangan:

Kp : Koefisien Panci

Ep : Evaporasi Panci (mm/hari)

65
2.1.4 Metode Penman

Metode penman pada mulanya dikembangkan untuk menetukan besarnya

evaporasi dari permukaan air terbuka. Dalam perkembangannya metode tersebut

juga dikembangkan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi potensial (PET).

ETo = c (W. Rn + (1 W) f (u) (ea ed)

Keterangan:

C : Faktor penyesuaian untuk meniadakan pengaruh kondisi cuaca

siang dan malam.

W : Faktor tertimbang yang berhubungan dengan temperature.

Rn : Radiasi netto yang setara dengan evaporasi (mm/hari).

f(u) : Suatu fungsi yang berhubungan dengan angina.

(ea ed) : Perbedaan antara tekanan uap jenuh pada rata-rata temperature

udara dan rata-rata tekanan uap actual di udara (mbar).

2.2 Kebutuahan Air Tanaman Kubis

Kartasapoetra (2007), menjelaskan bahwa kebutuhan air untuk tanaman

adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses pertumbuhannya,

sehingga diperoleh tambahan berat kering tanaman. Kebutuhan air tanaman

dapat diukur dari perbandingan berat air yang dibutuhkan untuk setiap

pertambahan berat kering tanaman. Dari sudut pandang irigasi, kebutuhan air

untuk tanaman ditentukan oleh dua proses kehilangan air selama pertumbuhan

tanaman, yaitu evaporasi dan transpirasi.

66
Evaporasi adalah kehilangan air karena penguapan dari permukaan

tanah dan badan air atau permukaan tanaman tanpa memasuki sistem tanaman.

Air yang berasal dari embun, hujan atau irigasi siraman yang kemudian

menguap tanpa memasuki tubuh tanaman termasuk dalam air yang hilang

karena evaporasi ini.

Transpirasi adalah kehilangan air karena penguapan melalui bagian dalam

tubuh tanaman, yaitu air yang diserap oleh akar-akar tanaman, dipergunakan

untuk membentuk jaringan tanam-an dan kemudian dilepaskan melalui daun

ke atmosfir. Kedua proses kehilangan air tersebut kemudian sering

disebut sebagai evapotranspirasi (Kartasapoetra, 2007).

Kebutuhan air tanaman perlu diketahui agar air irigasi dapat diberikan

sesuai dengan kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan secara tepat, di samping

akan merangsang pertumbuhan tanaman, juga akan meningkatkan efisiensi

penggunaan air sehingga dapat meningkatkan luas areal tanaman yang bisa diairi.

Kebutuhan air untuk tanaman merupakan salah satu komponen kebutuhan

air yang diperhitungkan dalam perancangan sistem irigasi. Berbagai metode telah

dikembangkan guna mengukur kebutuhan air untuk tanaman. Dalam perancangan

sistem irigasi, kebutuhan air untuk tanaman dihitung dengan menggunakan

metode prakira empiris berdasarkan rumus tertentu (Kartasapoetra, 2007).

Tanaman kubis tumbuh baik pada lahan pertanian yang gembur, mudah

menahan air dan tanah tersebut banyak mengandung humus. Tanaman kubis

menghendaki iklim dengan suhu relatif rendah, kelembaban tinggi dan tumbuh

baik pada ketinggian 1000 - 2000 dpl.

67
Tanaman kubis merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap kelebihan

ataupun kekurangan air. Jika tanah telah menjadi kering dengan kadar air di

bawah limit, maka tanaman akan kurang mengabsorpsi air sehingga menjadi layu

dan lama kelamaan akan mati. Demikian pula sebaliknya, ternyata pada tanah

yang banyak mengandung air akan menyebabkan aerasi tanah menjadi buruk dan

tidak menguntungkan bagi pertumbuhan akar, akibatnya pertumbuhan tanaman

akan kurus dan kerdil. Di samping itu, kebutuhan air untuk tanaman kubis akan

sejalan dengan lainnya pertumbuhan tanaman. Untuk fase vegetatif rata-rata

dibutuhkan air pengairan sekitar 200 ml/hari/tanaman, sedangkan untuk fase

generatif sekitar 400 ml/hari/tanaman. (Sumarna dan Kusandriani 2010).

Pengelolaan air perlu disesuaikan dengan sumber daya fisik alam (tanah,

iklim, sumber air) dan biologi dengan memanfaatkan berbagai disiplin ilmu untuk

membawa air ke perakaran tanaman sehingga mampu meningkatkan produksi.

Sasaran dari pengelolaan air adalah tercapainya empat tujuan pokok, yaitu: (1)

efisiensi penggunaan air dan produksi tanaman yang tinggi, (2) efisiensi biaya

penggunaan air, (3) pemerataan penggunaan air atas dasar sifat keberadaan air

yang selalu ada tapi terbatas dan tidak menentu kejadian serta jumlahnya, dan (4)

tercapainya keberlanjutan sistem penggunaan sumber daya air yang hemat

lingkungan. Dalam hubungannya dengan pengelolaan air untuk tanaman jagung

yang banyak dibudidayakan di lahan kering dan tadah hujan, pengelolaan air

penting untuk diperhatikan (Aqil dkk, 2012).

68
2.3 Penggunaan Cropwat dalam Menentukan Kebutuhan Air Tanaman

Software Cropwat 8 CROPWAT 8,0 adalah program komputer untuk

perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan data tanah,

iklim dan tanaman. Selain itu, program ini memungkinkan pengembangan jadwal

irigasi untuk kondisi manajemen yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air

untuk berbagai pola tanaman. CROPWAT 8,0 juga dapat digunakan untuk

mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani dan untuk menilai kinerja tanaman

yang berhubungandengan kebutuhan air (Angraeni, 2013).

Prosedur perhitungan yang digunakan dalam semua CROPWAT

8,0 didasarkan pada dua publikasi dari FAO Irigasi dan Drainase Series, yaitu No

56 "Evapotranspirasi Tanaman Pedoman untuk kebutuhan air tanaman komputasi"

dan Nomor 33 berjudul "Tanggapan Hasil untuk air". Sebagai titik awal, dan

hanya untuk digunakan saat data lokal tidak tersedia, CROPWAT 8,0 termasuk

tanaman standar dan data tanah. Ketika data lokal yang tersedia, file-file data

dapat dengan mudah diubah atau yang baru dapat diciptakan. Demikian juga,

jika data iklim lokal tidak tersedia, ini dapat diperoleh untuk lebih dari 5.000

stasiun di seluruh dunia dari CLIMWAT, database iklim terkait. Perkembangan

jadwal irigasi di CROPWAT 8,0 didasarkan pada keseimbangan tanah air setiap

hari menggunakan pilihan yang ditetapkan pengguna berbagai untuk suplai

air dan kondisi pengelolaan irigasi. Skema pasokan air dihitung sesuai

dengan pola tanam yang ditentukan oleh pengguna, yang dapat berisi

hingga 20 tanaman (Alen, 2006).

69
Dalam Sofware Cropwat 8.0, penetapan ETo menggunakan metode

Penman- Montei th. Rumus yang menjelaskan ETo secara teliti adalah rumus

Penman-Montei th, yang pada tahun 1990 oleh FAO dimodifikasi dan

dikembangkan menjadi rumus FAO Penman-Montei th (Alen, 2006) yang

diuraikan dengan persamaan:

ETo = 0,408 (Rn-G)+y 2(es-ea)


Keterangan: +y(1+0,3) 2
ETo = Evapotranspi rasi tanaman acuan, mm/hari

Rn = Radiasi net to pada permukaan tanaman, MJ/m2/hari

G = Kerapatan panas terus -menerus pada tanah (fluks panas tanah),

MJ/m2/hari

T = Suhu har ian rata-rata pada ket inggian 2 meter, 0C

2 = Kecepatan angin pada ket inggian 2 meter, m/det

Es = Tekanan uap jenuh, kPa

Ea = Tekanan uap aktual , kPa

= Kurva kemiringan tekanan uap, kPa/ 0C

= Konstanta psycrometr ic, kPa/ 0C.

70
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum analisis kebutuhan air tanaman dilaksanakan pada hari Selasa,

tanggal 24 November 2015 pada pukul 10.00 WITA sampai selesai di

Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika Jurusan Budidaya Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum tipe iklim dan pola

tanam berdasarkan analisis curah hujan yaitu Laptop, kertas, pulpen dan

slide power point.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja analisis kebutuhan air adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan data mentah 5 tahun terakhir pada kecamatan tertentu yang

ingin diolah datanya.

2. Menentukan jumlah rata-rata curah hujan, lamanya penyinaraan, suhu

minimum maksimum, bacaan angin, kelembabapan udara dan menghitung

rata-ratanya yang terjadi dalam waktu perhari, kemudian perbulan, lalu

pertahun.

3. Menghitung jumlah bobot curah hujan, lamanya penyinaraan, suhu

minimum maksimum, bacaan angin, kelembabapan udara dengan rumus

=30/31*C5 dengan 30 merupakan angka rata-rata hari dalam satu bulan,

71
31 merupakan jumlah hari dalam bulan yang diamati dan C5

merupakan cells curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut

(dalam tahun tertentu).

4. Mengelola data di Cropwat sesuai dengan prosedur.

5. Memasukkan data rata-rata suhu minimum, suhu maximum, kelembaban,

curah hujan, kecepatan angin dan lamanya penyinaran matahari yang telah

diolah kedalam Cropwat, agar mendapatkan hasil secara otomatis.

6. Menentukan jenis tanaman dan menentukan waktu tanam maka akan terlihat

secara otomatis kapan waktu panen.

72
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.1.1 Grafik Suhu Minimum

4.1.2 Grafik Suhu Maximum

4.1.3 Kelembaban

73
4.1.4 Grafik Kecepatan Angin

4.1.5 Grafik Lama Penyinaran

4.1.6 Grafik Radiasi

74
4.1.7 Grafik GTO

4.1.8 Grafik Curah Hujan Bulanan

4.1.9 Grafik Hujan Efektif

75
4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasils penginputan data yang dimasukkan ke dalam crowpot

dapat diketahui tentang kapan waktu menanam kubis, akan tetapi sebelum kita

menentukan jenis tanaman apa yang akan kita tanam terlebih dahulu kita

mengolah data dan memasukkan data kedalam crowpot.

Dari data penggunaan crowpot dapat diperoleh kapan penanaman kubis

dapat ditanam yaitu pada tanggal 10 desember dan akan dipanen pada tanggal 22

mei, oleh sebab itu tanaman kubis membutuhkan 162 hari untuk proses

pertumbuhan sampai pemanenan. Tanaman kubis pun membutuhkan total irigasi

bruto sebanyak 106.0 mm dengan irigasi bersih sebanyak 74.2 mm. Kemudian

untuk penggunaan air pada tanaman kubis yang sebenarnya sebanyak 441.0 mm

dan memiliki potensial penggunaan air sebanyak 441.2 mm. Kemudian efisiensi

jadwal irigasi pada tanaman kubis sebanyak 100.0 %. Dengan total curah hujan

tanaman kubis sebanyak 544.6 mm dan efektifitas curah hujannya sebanyak 382.1

mm. Kemudian defisit lembab pada saat panen tanaman kubis sebanyak 34.6 mm

dengan kebutuhan air irigasi yang sebenarnya sebanyak 59.0 mm.

Adapun tipe tanah pada tanaman kubis yaitu tipe Black Clay Soil

(lempung hitam berpasir), hal ini sesuai pendapat Rukmana, 2007 yang

mengatakan bahwa Tanaman kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah, mulai

dari tanah pasir sampai tanah berat. Tetapi yang paling baik untuk tanaman kubis

adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus dengan pH berkisar antara

6-7. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman kubis adalah lempung berpasir.

76
Pada tanah-tanah yang masam ( pH kurang dari 5,5), pertumbuhan kubis

sering mengalami hambatan, mudah terserang penyakit akar bengkak atau club

root , sebaliknya , pada tanah-tanah yang basa atau alkalis (pH lebih besar dari

6,5), tanaman kubis sering terserang penyakit kaki- hitam. Tanah yang demikian

perlu penanganan lebih dahulu,yakni dengan pengapuran pada tanah asam atau

pemberian bubuk belerang (s) untuk tanah basa (arif,2006)

Keadaan iklim yang cocok untuk tanaman kubis adalah daerah yang relatif

lembab dan dingin, dengan suhu berkisar antara 15 - 20- dan maksimum 24

, serta cukup mendapatkan sinar matahari. Kubis yang ditanaman di daerah

yang bersuhu diatas 25 , terutama varietas-varietas untuk dataran tinggi akan

gagal membentuk krop. Demikian pula tempat penanaman yang kurang mendapat

sinar matahari (terlindung). Pertumbuhan tanaman kubis kurang baik dan mudah

terserang penyakit: dan pada waktu masa kecil sering terjadi pertumbuhannya

terhenti (stagnasi,etiolasi) ,Kubis merupakan tanaman yang banyak dibudiayakan

di daerah dataran tinggi dengan ketinggian minimal 800 mdpl.. Kubis dapat

ditanam sepanjang tahun dan akan optimal pertumbuhannya ketika ditanam pada

tanah yang gembur, bertekstur ringan, dan memiliki pH 6-6,5 (cahyono,2011).

Jadi untuk daerah jeneponto penanaman kubis kurang baik

dilaksanakan/dilakukan karena seperti kita ketahui tanaman kubis ini hanya cocok

dibudidayakan di daerah pengunungan yang sejuk sedangkan kita ketahui daerah

jeneponto yang terbilang daerah yang gersang dan bersuhu diatas 25 memiliki

curah hujan yang kurang, sebab tanaman kubis ini membutuhkan total curah hujan

sebanyak 544.6 mm dan efektifitas curah hujannya 382.

77
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum Analisis Kebutuhan Air pada tanaman

sebagai berikut :

1. Metode analisis kebutuhan air tanaman yaitu suatu metode untuk

menentukan/menghitung jumlah air yang di butuhkan oleh tanaman.

2. Kebutuhan air tanaman kubis ini lebih banyak karena tanaman kubis ini

merupakan salah satu tanaman yang mampu menahan air lebih banyak.

3. Kebutuhan air tanaman berbeda-beda maka dari itu diciptakanlah

aplikasi crowpot untuk mempermudah dalam perhitungan jumlah air

tanaman pada tanaman kubis.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam praktikum analisis kebutuhan air pada tanaman perlu

dilakukan di lapangan secara langsung agar kita memiliki data yang lebih akurat

dan kami bisa mengetahui secara langsung proses pengambilan datanya.

78
DAFTAR PUSTAKA

Suripin, 2002. Kebutuhan Air Tanaman. https://yanessipil.wordpress.com.

Kebutuhan air tanaman. https://yanessipil.wordpress.com/

Sosrodarsono. 2006 Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Institut Pertanian Bogor.

Bogor

Sumarna, 2010. Kubis , Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.

Yogyakarta.

Aqil.dkk, 2012. Konsep Neraca Air Untuk Penentuan Pola Tanam. Kapita Selekta

Agroklimatologi Jurusan Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika

dan IPA. Institut Pertanian Bogor.

Risma, W. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Licopersicum

esculentum Mill) dengan Pemberian Gibberelin dan Pupuk Daun. Skripsi

Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru.

kartasapoetra, 2007. Tinjauan Pustaka kubis. http://digilib.unila.ac.id. Diakses

pada hari senin 7 Desember 2015.

Soewarno. 2000. Hidologi Operasional. Bandung : Nova.

Sosrodarsono, S. 1985. Hidrologi untuk Pemgairan. PT. Paradyna Paramita.

Jakarta.

Sri Harto, BR. 2000). Hidrologi: Teori, Masalah, Penyelesaian. Yogyakarta:

Nafiri

79
LAMPIRAN
Data Climate / ETo

Data Bobot Curah Hujan

Data Crop

80
Data soil

Data CWR (Crop Water Requirements)

Data Schedule

81

Anda mungkin juga menyukai