Anda di halaman 1dari 53

BAB 1

GAS ALAM
1.1 Pengertian Gas Alam
Natural gas atau gas alam merupakan komponen yang vital dalam hal suplai energi,
dikarenakan karakteristiknya yang bersih, aman, dan paling efisien dibandingkan
dengan sumber energi yang lain. Karakterisik lain dari gas alam pada keadaan murni
antara lain tidak berwarna, tidak berbentuk, dan tidak berbau. Selain itum, tidak seperti
bahan bakar fosil lainnya, gas alam mampu menghasilkan pembakaran yang bersih dan
hampir tidak menghasilkan emisi buangan yang dapat merusak lingkungan.
Gas alam merupakan suatu campuran yang mudah terbakar yang tersusun atas gas-gas
hidrokarbon, yang terutama terdiri dari metana. Gas alam juga dapat mengandung
etana, propana, butana, pentana, dan juga gas-gas yang mengandung sulfur. Komposisi
pada gas alam dapat bervariasi. Pada tabel 1 di bawah ini digambarkan secara umum
komposisi pada gas alam murni sebelum dilakukan pengolahan.
1.2 Proses Pembentukkan Gas Alam
Bahan utama dalam gas alam adalah metana, gas (atau senyawa) yang terdiri dari satu
atom karbon dan empat atom hidrogen. Gas alam merupakan bahan bakar fosil yang
tidak dapat diperbaharui, seperti minyak dan batubara, yang terbentuk dari tumbuhan,
binatang, dan mikroorganisme yang hidup jutaan tahun silam, yang tertimbun di lapisan
tanah di bawah laut.

Gambar 1. Pembentukan minyak bumi dan gas alam


Pada gambar 1 di atas, terlihat bahwa tumbuhan dan hewan jutaan tahun silam
tertimbun di dalam tanah. Dengan adanya tekanan dan temperatur yang sangat tinggi di
dalam bumi dalam waktu yang lama, menyebabkan ikatan karbon pada timbunan

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

organik tersebut terlepas. Semakin dalam deposit tertimbun di perut bumi, semakin
tinggi temperaturnya. Pada temperatur yang tidak terlalu tinggi, biasanya terdapat
minyak bumi yang lebih banyak dibandingkan gas alam. Begitu juga sebaliknya,
semakin tinggi temperatur, gas alam yang dihasilkan akan lebih banyak dibandingkan
minyak bumi.
1.3 Komposisi dalam Gas Alam
Komposisi utama gas alam adalah metana (80%), sisanya
adalah etana (7%), propana (6%), dan butana (4%),
isobotana, dan sisanya pentana.

Selain komposis-

komposisi tersebut, gas alam dapat juga mengandung


helium, nitrogen, karbon dioksida, dan karbon-karbon
lainnya. Gas alam tidak berbau, namun untuk mengetahui
adanya kebocoran ditambahkan zat yang berbau tidak
sedap sehingga kebocoran dalam langsung terdeteksi.
Untuk memudahkan pengangkutan (transportasi), gas alam
dicairkan sehingga disebut gas alam cair atau LNG
(Liquified Natural Gas).
1.4 Eksplorasi dan Eksploitasi Gas Alam
1.4.1 Eksplorasi Gas Alam
Proses untuk mengangkat gas alam dari dalam tanah dan hingga akhirnya siap untuk
digunakan merupakan proses yang kompleks. Proses-proses tersebut meliput enam
tahapan proses yaitu: eksplorasi, ekstraksi, produksi, transportasi/pengangkutan,
storage/ penyimpanan, distribusi dan marketing/penjualan.
Pada bagian ini akan dijelaskan Proses Eksplorasi lebih jauh. Eksplorasi merupakan
proses bagaimana menemukan sumber gas alam hingga penentuan lokasi sumur
pengeboran. Dewasa ini, metode untuk menentukan lokasi sumber gas alam dan
minyak bumi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat melalui berbagai terobosan
dan inovasi. Pada awal era industry, hanya ada satu cara untuk menemukan sumber
migas yakni melalui pengamatan bukti-bukti yang terdapat dipermukaan di mana
diperkirakan memilki kandungan migas. Bukti-bukti dapat berupa rembesan minyak
bumi atau gas. Namun sayangnya, karena jumlah proporsi rembesan-rembesan tersebut

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

sangatlah sedikit maka metode ini menjadi sangat lama dan sulit untuk menemukan
lokasi secara tepat. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan migas sehingga
memacu perkembangan teknlogi untuk menenemukan lokasi sumber-sumber migas
secara lebih cepat dan efisien.
Pada proses eksplorasi ini, geologis dan geofisika berperan sangat vital. Dengan
ditunjang pengetahuan dan kemajuan teknologi seperti system komputerisasi maka
pekerjaan ini menjadi semakin mudah. Sehingga mampu mengurangi potensi
kegagalan. Tugas geologis dan geofisika adalah memetakan kondisi lapisan-lapisan
bawah tanah kemudian mengintepertasikannya menjadi data-data untuk dianalisis.
Data-data tersebut yang menjadi landasan untuk membuat dugaan-dugaan lokasi dan
potensi migas yang ada.
Eksplorasi dimulai dengan mengumpulkan data struktur permukaan bumi dan
menentukan area di mana biasanya timbunan migas berada. Cara ini pertama laki
ditemukan pada pertengahan abad-18, kemiringan antiklinal menjadi informasi yang
penting dimana jika kemiringan tersebut semakin banyak maka potensi hidrokarbonnya semakin besar. Kemiringan antiklinal sendiri adalah area dimana terbentuknya
lipatan-lipatan yang membentuk pola lengkungan/kubah yang mencirikan resevoar
yang bagus. Melalui survey dan pemetaan karakterisktik wilayah permukaan dan subpermukaan pada area tertentu, seoarang geologis akan memperkirakan lokasi area
resevoar. Selain itu, geologis juga berusaha menentukan karakteristik khusus resevoar
berupa kandungan fluida, porositas, permeabilitas, usia, dan urutan formasi batuan.
Informasi karakteristik tersebut diperoleh dengan cara meneliti batuan-batuan disekitar
lokasi. Data-data tersebut mejadi informasi penting dalam mendesain sumur
pengeboran (well drilling) kelak. Sampai di sini tugas geologis selesai.
Setelah geologis memperkirakan lokasi resevoar, tugas berikutnya adalah mengujinya
untuk mendapat informasi mendetail tentang potensi area resevoar. Tes ini berguna
untuk memetakan formasi lapisan tanah lebih akurat menggunakan alat-alat canggih
yang dilakukan oleh ahli-ahli geofisika. Alat-alat dan Teknik yang digunakan pada
proses tersebut meliputi :

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Seismograf
Seimograf merupakan salah satu alat terpenting pada proses ini. Seismograf adalah alat
yang mampu mencatat getaran-getaran yang terjadi pada permukaan bumi. Alat ini
bekerja berdasarkan ilmu seimologi yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana energi
dalam bentuk gelombang getaran yang melalui lapisan kulit bumi dan interaksinya
terhadap variasi formasi bawah tanah. Pada tahun 1885, L Palmiere mengembangkan
seimograf pertama,. Penggunaan alat ini dalam industry petroleum baru dimulai tahun
1921.
Konsep dasar dari seimologi cukup sederhana. Lapisan kerak bumi memilki komposisi
yang berbeda-beda di setiap lapisannya, energi dalam bentuk gelombang seismic
melewati lapisan-lapisan tersebut, kemudian terjadi interaksi pada tiap lapisan.
Interaksi-interaksi tersebut dicatat oleh seimograf berupa data-data yang nantinya
dibaca oleh ahli geofisika untuk kemudain diinterpertasikan dalam bentuk gambargambar/dipetakan.
Proses ekplorasi seimologi ini dibagi menjadi dua berdasarkan lokasinya, yaitu:
a. Seismologi onshore/ darat
1. Membuat gelombang seismik
Ada dua cara yang umum digunakan yakni, melalui ledakan dinamit atau
menggunakan the seismic truck (non-eksplosif). Dinamit diledakan diarea
subpermukaan lokasi uji, selanjutnya ledakan tersebut akan menghasilkan
getaran-getaran. Teknik dinilai kurang ramah lingkungan karena seringkali
merusak ekologi sekitar lokasi uji. Oleh karena itu, dikembangkan teknik lain
tanpa ledakan/non-eksplosif. Teknik dikenal dengan the seismic truck, di mana
sebuah truk yang membawa alat yang mampu memancarkan getaran ke lapisan
tanah.
2. Recording
Pada tahap ini, pantulan dari getaran-getaran yang dikirim ke lapisan bawah tanah
tadi, ditangkap menggunakan alat yang disebut geophone. Alat ini diletakan di
tanah untuk mempermudah penangkapan.

3. Pencatatan Data oleh Seismograf

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Hasil dari sinyal yang ditangkap oleh geophone ditransmisikan ke truk pencatat
seismic yang didalamnya terdapat seismograf. Kumpulan sinyal-sinyal tadi
dicatat oleh seismograf.
4. Data-data dari seismograf diintepertasikan menjadi gambar oleh ahli geofisika,
geologis dan reservoir engineer dengan bantuan computer canggih.
b. Seismologi offshore / laut
Pada dasarnya metode yang digunakan sama hanya dilakukan penyesuaian alat
terhadap kondisi area. Fungsi geophone digantikan oleh hydrophone. Sementara,
truk disubtitusi oleh kapal. Selain itu, teknik untuk membuat gelombang seismic
tidak menggunakan ledakan dinamit karena dapat merusak ekositem dasar laut.
Sebagai gantinya, menggunakan air gun yang besar, yang akan menghasilkan
ledakan udara di dalam air, selanjutnya menghasilkan gelombang seismic.
c. Magnetometers
Magnometer adalah alat pengukur perbedaan sifat kemagnetan yang sangat kecil
pada lapisan bumi. Alat ini juga digunakan untuk memetakan kondisi formasi
lapisan bawah tanah. Jadi, dapat menjadi pembanding hasil data seismolog.
d. Gravimeter
Perbedaan formasi lapisan bumi dan tipe batuannya berdampak pada sedikit
perbedaan gravitasi bumi di sekitar wilayah tersebut. Berdasarkan prinsip ini, maka
cara lain untuk mengetahui kondisi formasi lapisan dan batuan dalam perut bumi
juga dapat menggunakan alat yang sensitif terhadap perbedaan gravitasi yang sangat
kecil , alat ini disebut gravimeter.
e. Exploratory wells
Cara terbaik untuk mendapatkan informasi kondisi bawah tanah dan potensi
hidrokarbon lebih akurat adalah menggunakan Exploratory well. Exploratory
well adalah metode idnetifikasi kandungan dalam tanah dengan cara membuat
lubang seperti sumur hingga kedalam tertentu. Kemudian hasil galian berupa baruan
atau fluida akan dianalisis oleh ahli geologi dan geofisika. Tingkat keakuratannya
sangat terjamin, namun, kelemahannya dibutuhkan biaya yang besar dan waktu yang

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

lama. Oleh karena itu, teknik ini hanya dilakukan pada daerah yang benar-benar
memiliki potensi hidrokarbon dan untuk memastikan saja.
f. Logging
Logging merupakan proses berkenaan pengujian selama proses pengeboran maupun
setelahnya untuk memonitor kinerja sumur pengeboran serta menggali informasi
lebih dalam tentang kondisi formasi di bawah permukaan. Terdapat lebih dari 100
tipe logging tapi pada intinya terdiiri atas beberapa uji untuk mengetahui secara
nyata komposisi dan karateristik lapisan batuan dimana sumur dibuat. Selain itu,
berguna juga untuk memastikan bahwa peralatan yang digunakan selama
pengeboran sudah tepat dan pengeboran tidak dilanjutkan bila muncul kondisi yang
tidak menguntungkan. Proses ini merupakan bagian penting selama proses
pengeboran. Ada banyak tipe logging test, beberapa diantaranya adalah standar,
elektrik, akustik, radioaktif, densitas, induksi, caliper, dan logging nuklir. Dua jenis
tes yang paling sering digunakan adalah standar logging dan electric logging.
Standard logging terdiri atas pengujian dan pencatatan sifat fisik seperti : porositas
dan kandungan fluida dari sumur. Caranya dengan meneliti kepingan-kepingan
batuan hasil galian menggunakan mikroskop dengan perbesaran hingga 2000 X.
Electric logging bertujuan untuk mengukur resistensi listrik lapisan batuan di sumur.
Caranya dengan mengalirkan arus listrik melalui formasi batuan dan mengukur
resistensinya. Maka diperolehlah data kandungan dan karekteristik fluida. Induction
electric logging merupakan versi terbaru yang lebih mudah digunakan dan
menghasilkan data yang mudah untuk ditafsirkan.
g. Interpertasi/penafsiran data
Setelah melakukan serangkain tahapan untuk memperoleh data, maka tahap
berikutnya adalah mengartikannya. Data-data yang diperoleh akan tidak berguna
bila metode interpertasi yang digunakan tidak benar. Teknolgi komputasi sangat
membantu dalam proses ini. Teknologi computer itu disebut CAEX (Computer
Assisted Exploration ). Dengan menggunakan mikroprosesor canggih, computer ini
mampu mengumpulkan dan mengolah data hingga menginterpertasikannya secara
visual secara mudah. Berbagai sumber data yang diperoleh dari teknik-teknik
sebelumnya

seperti, gravimetric

testing, logging dsb

dapat

dikombinaskan

membentuk visualisasi formasi bawah tanah. Berdasrkan visualisasi yang dihasilkan

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

ada 3 jenis CAEX, yaitu : 2 D , 3 D, dan yang tebaru 4 D. Presentase keberhasilan


dengan teknik 3 D sebesar 65-70 % sedangakn teknik 3 D sebesar 40-50 %.
Sementara, teknik 2 D hanya 25-35 %. Tetapi teknik 3 D jauh lebih mahal
dibandingkan teknik 2 D. Oleh karena itu, kombinasi keduanya merupakan pilihan
terbaik. Pada tahap awal dengan skala pemetaan yang luas dan keberadaan deposit
masih rendah digunakan teknik 2 D, sementara teknik 3 D dilakukan hanya pada
lokasi-lokasi

dengan

potensi

hidrokarbon

yang

besar

dengan

kepastian

keberadaannya lebih tinggi


Eksplorasi adalah penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan data/informasi
selengkap mungkin tentang keberadaan sumberdaya alam di suatu tempat. Kegiatan
eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan
mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya
sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga untuk menentukan lokasi
sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara pengambilannya diperlukan
penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan modal, disamping untuk
mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi, kecelakaan kerja dan kerusakan
lingkungan. Suatu kegiatan eksplorasi harus direncanakan sebaik-baiknya dengan
memperhitungkan untung-ruginya, efisiensi, ekonomis serta kelestarian lingkungan
daerah eksplorasi tersebut.
Perencnaan eksplorasi meliputi beberapa hal sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Pemilihan daerah ekslorasi


Studi pendahuluan
Perencanaan eksplorasi dan pembiayaannya
Hasil serta tujuan yang didapatkan dari seluruh operasi.

Kegiatan eksplorasi terdiri atas berbagai penyelidikan yang mendukungnya.


Penyelidikan tersebut adalah:
a. Penyelidikan Geologi
b. Penyelidikan Geokimia
Penyelidikan ini dilaksanyakan untuk mengetahui perkiraan kadar logam, senyawa
kimia dan unsur-unsur penyerta dimana logam tersebut berada.
c. Penyelidikan Geofisika
Penyelidikan ini terdiri atas 4 metode yaitu:

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Metode Geolistrik
Metode Seismik
Metode Magnet
Metode Gaya berat/Gravitasi
d. Pembiran Eksplorasi
Dilaksanakan untuk mengetahui kedalaman mineral, kualitas dan kalkulasi cadangan
kasar/minimum untuk dapat ditambang secara ekonomis.
1.4.2

Eksploitasi Gas Alam

Eksploitasi adalah usaha penambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan


galian dan memanfaatkannya. Kegiatan ini dapat dibedakan berdasarkan sifat bahan
galiannya antara lain bahan galian padat dan bahan galian cair serta gas.
a. Bahan Galian Padat
Untuk memperoleh bahan galian yang bersifat padat dapat dilakukan penambangan
secara terbuka dan penambangan bawah tanah.
b. Penambangan Terbuka
Jenis penambangan ini dilakukan untuk memperoleh bahan galian padat yang
biasanya terdapat tidak jauh dari permukaan tanah. Contoh bahan galian tersebut
adalah emas, batubara, batu gamping, sirtu dan lain-lain.
Eksploitasi Penambangan Bawah Tanah
Jenis penambangan ini dilakukan dengan membuat terowongan untuk memperoleh
bahan galian padat. Contohnya emas, batubara dan lain-lain yang biasanya terdapat di
bawah permukaan tanah. Untuk memperoleh bahan galian yang bersifat cair dan gas
hanya dapat dilaksanakan dengan cara pengeboran, karena jenis bahan galian ini
terdapat jauh dibawah permukaan tanah. Pengusahaan bahan galian cair dan gas
berdasarkan lokasi keterdapatannya dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Pemboran Daratan (Onshore Drill Rig), bila bahan galian ini berada di daratan
b. Pemboran Lepas Pantai (Offshore Drill Rig), bila bahan galian ini terdapat di lepas
pantai atau laut.
Pengolahan Bahan Galian
Di dalam Undang-Undang pertambangan no 37 tahun 1960 dan Undang-Undang pokok
no 11 tahun 1967 pasal 3, Bahan galian dii Indonesia dibagi menjadi 3 golongan
sabagai berikut:
a. Bahan galian golongan A (bahan galian strategis) adalah bahan galian yang
mempunyai perananpenting untuk kelangsungan kehidupan Negara, misalnya;

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Minyak bumi, gas alam, batu bara, timah putih, besi, nikel dan lain-lain. Bahan
galian ini sepenuhnya dikuasai oleh Negara.
b. Bahan galian golongan B (bahan galian Vital) adalah bahan galian yang mempunyai
peranan penting untuk kelangsungan kegiatan perekonomian Negara dan dikuasai
oleh Negara dengan meyertakan rakyat, misalnya emas, perak, intan, timah hitam,
belerang, air raksa dan lain-lain. Bahan galian ini dapat dikuasai oleh badan usaha
milik Negara ataupun bersama-sama dengan rakyat.
c. Bahan galian golongan C (tidak termasuk strategis dan tidak vital) adalah bahan
galian yang dappat diusahakan oleh rakyat atupun badan usaha milik
rakyat.misalnya; batu gamping, marmer, batu sabak, pasir, dll.
Di dalam perkembanganya penguasaan dan pengelolaan telah banyak di keluarkan
aturan-aturan yang pada perinsipnya memberi keluasan usaha masyarakat. Disamping
itu apabila dicermati lebih lanjut pengolongan bahan galian seperti yang tersebut
didalam undang-undang didasarkan atas:
a. Memiliki peranan yang tinggi dalam pertahanan, pembangunan dan perekonomian
b.
c.
d.
e.

Negara.
Memiliki peranan penting bagi hajat hidup orang banyak
Banyak tidaknya bahan galian tersebut dudapatkan.
Teknik pengolahan bahan galian tersebut
Pengunaan bahan galian tersebut dalam industri.

Usaha Pertambangan Bahan Galian


Dimaksudkan dengan usaha pertambangan adalah semua usaha yang dilakukan oleh
seseorang atau badan hokum/badan usaha untuk mengambil bahan galian dengan tujuan
untuk di mangfaatkan lebih lanjut bagi kepentingan manusia. Usaha pertmbangan
bahan galian yangdimaksud dalam undang-undang meliputi kegiatan:
a.
b.
c.
d.
e.

Penyelidikan umum
Eksplorasi
Eksploitasi pengolahan dan pemurnian
Pengangkutan
Penjualan

Didalam undang-undang pokok pertambangan usaha-usaha tersebut dirumukan sebagai


berikut:
a. Usaha pertambangan penyelidikan umum iyalah penyelidikan geologi atupun
geopisika secara umum, baik di daratan, perairan, atupun dari udara dengan maksud

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

untuk membuat peta geologi umum dalam usaha untuk menetapkan tanda-tanda
adanya bahan galian.
b. Usaha pertambangan eksplorasi iyalah segala usaha penyelidikan geologi
pertambangan uuntuk menetapkan lebih teliti/lebih seksama adanya, sipat dan letak
bahan galian.
c. Usaha pertambangan eksploitasi iyalah usaha pertambangan dengan maksud untuk
menghasilkan bahan galian dan manpaatnya.
d. Usaha pertambangan pengolah dan pemurnian

iyalah

pengerjaan

untuk

mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memangfaatkannya dan memperoleh


unsur-unsur yang terdapat dalam bahan galian tersebut.
e. Usaha pertambangan pengangkutan iyalah segala usaha pemindahan bahan galian
dari daerah eksplorasi, ekspoitasi atau dari tempat pengolahan/pemurnian ketempat
lain.
f. Usaha pertambangan penjualan iyalah segala usaha penjualan dari hasil pengolahan
atupun pemurnian bahan galian.
1.5 Pemrosesan Gas Alam
Penggunaan utama gas alam adalah sebagai bahan bakar (fuel) dan bahan baku industri
petrokimia (feedstock) semisal dalam industri pupuk. Ada tiga prinsip dalam
pemrosesan gas alam:
1.

Purifikasi (pemurnian)

2.

Separasi (pemisahan)

3.

Liquefaction (pencairan)

Komposisi gas alam bervariasi antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lain. Karena
itu spesifikasi produk gas alam biasanya dinyatakan dalam komposisi dan kriteria
performansi-nya. Kriteria-kriteriatersebut antara lain: Wobbe Number, Heating Value,
inert total, kandungan air, oksigen, dan sulfur. Wobbe Number dan Heating Value
merupakan kriteria dalam pembakaran, sedangkan kriteria lain terkait dengan
perlindungan perpipaan dari korosi dan plugging.
Istilah purifikasi dan separasi sendiri mengacu pada proses yang terjadi. Jika removal
H2S dalam jumlah kecil, maka proses bisa disebut dengan purifikasi. Akan tetapi jika
jika H2S yang hendak dihilangkan ada dalam jumlah besar dan akan dikonversi menjadi
elemental sulfur yang mempunyai nilai jual, maka proses yang terjadi dikategorikan

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

sebagai separasi. Overview dari material yang ada dalam natural gas bisa dilihat pada
Gambar berikut :
Gambar 1. Material dalam Pemrosesan Gas Alam

Process Overview
Blok diagram pemrosesan gas alam secara umum ditunjukkan pada Gambar berikut :

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Gambar 2. Skema pemrosesan gas alam


1. Compression
Tekanan memainkan peranan yang sangat penting dalam industri gas, khususnya dalam
transportasi perpipaan, baik dari field menuju gas plant ataupun dalam transport sales
gas. Stream yang melibatkan proses kompresi antara lain :
a.

Gas dari Inlet Receiving. Untuk memaksimalkan recovery liquid maka gas
harus bertekanan antara 850 1.000 psi (60 70 bar) ketika memasuki bagian
hydrocarbon recovery. Tetapi gas cukup bertekanan 600 650 psi jika hanya
propane dan komponen lebih berat yang akan direcovery

b.

Gas dari Vapor Recovery. Pada umumnya merupakan gas bertekanan rendah
yang akan dikompresi untuk proses hydrocarbon recovery

c.

Gas keluar dari bagian Hydrocarbon Recovery dan menuju pipeline. Untuk gas
plant yang memproses gas dengan flow yang lebih besar dari 5 MMscfd, biasanya
digunakan turboexpander untuk pendinginan gas. Outlet kompresi tambahan
biasanya juga diperlukan agar gas memenuhi spesifikasi tekanan pada perpipaan.

Pengeluaran terbesar dalam pendirian gas plant baru adalah unit kompresi ini.
Setidaknya 50-60 % Total Installed Cost dihabiskan untuk unit ini. Selain itu, ongkos
maintenance terbesar juga dihabiskan untuk kompresor.

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Secara

umum,

kompresor

dikategorikan

menjadi

dua

jenis

yaitu positive

displacement dan dynamic compressor. Perbedaan mendasar dari dua jenis kompresor
ini adalah positive displacement copressor merupakan volume displacement device
yang meningkatkan tekanan dengan jalan menurunkan volume. Sedangkan dynamic
compressor merupakan pressure/pum head device yang performansinya tergantung
pada aliran dan kebutuhan tekanan pada sisi outlet. Dynamic compressor merubah
kecepatan gas (energi kinetik) menjadi tekanan.
Pembagian kompresor secara detail bisa dilihat pada skema berikut. Sedangkan
termodinamika kompresor bisa dilihat secara detail pada buku-buku Thermodinamika.

Gambar 3. Pembagian Kompresor


2. Gas Treating
Unit gas treating merupakan unit reduksi acid gas karbon dioksida (CO 2) dan
hidrogen silfida (H2S) agar memenuhi spesifikasi proses dan menghindari
permasalahan korosi dan plugging. Nilai spesifikasi gas asam ini bisa dilihat
pada catatan saya sebelumnya.
Hidrogen sulfida sangat beracun, dengan adanya air maka akan membetuk asam lemah
dan korosif. Nilai Threshold Limit Value (TLV) gas ini adalah 10 ppmv. Pada
konsentrasi yang lebih besar dari 1.000 ppmv akan menyebabkan kematian dalam
hitungan menit. Ketika konsentrasi H2S di atas level ppmv, maka senyawa sulfur yang
lain akan muncul seperi karbon disulfida (CS2), mercaptan (RSH), dan sulfida (RSR).

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Karbon dioksida bersifat non-flammable dan dalam jumlah yang besar sangat tidak
diharapkan dalam fuel. Seperti halnya H2S, dengan adanya air maka karbon dioksida
akan membentuk asam lemah dan bersifat korosif.
Proses reduksi gas asam yang biasa digunakan pada umumnya diklasifikasikan menjadi
a.

Solvent absorption (Chemical, Physical, dan Hybric)

b.

Solid absorption (molecular sieve, iron sponge, dan zinc oxide)

c.

Membrane (cellulose acetate, polyamide, dan polysulfone)

d.

Direct concersion

e.

Cryogenic Fractionation

Pemilihan proses yang digunakan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :


Jenis dan konsentrasi impuritis dan komposisi hidrokarbon pada sour gas. Misalnya
COS, CS2, dan mercaptan dapat mempengaruhi desain fasilitas gas dan liquid treating.
Pemilihan penggunaan physical solvent cenderung menyebabkan larutnya hirdrokarbon
berat, dan dengan adanya senyawa berat dalam jumlah yang cukup besar ini
menyebabkan kecenderungan pemilihan chemical solvent.
a.

Temperatur dan tekanan sour gas. Gas asam dengan tekanan parsial tinggi (50
psi/3,4 bar) disarankan untuk menggunakan psysical solvent, sedangkan untuk
tekanan parsial yang rendah disarankan penggunaan amina.

b.

Spesifikasi outlet gas

c.

Volume gas yang akan diproses

d.

Spesifikasi gas residue, acid gas, dan liquid product

e.

Selectivity acid gas removal

f.

Faktor biaya kapital dan operasi

g.

Kebijakan/standar lingkungan, yang meliputi peraturan mengenai polusi udara


dan bahan kimia berbahaya

3. Gas Dehydration
Dalam dehydration processing pada pemrosesan gas alam terdapat 3 aspek penting
a.

diantaranya:
Gas Gathering. Air harus dihilangkan untuk mengurangi korosi perpipaan dan
mengurangi penyumbatan pipa (line blockage) karena pembentukan hidrat. Dew

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

point air haruslah lebih rendah daripada temperatur perpipaan terendah untuk
mencegah terbentuknya air.
b.
Product dehydration. Baik produk gas dan liquid memiliki spesifikasi
kandungan air (water content) tersendiri. Sales gas dari plant biasanya dalam kondisi
kering jika digunakan cryogenic hydrocarbon liquid recovery. Kebanyakan dari
spesifikasi produk mensyaratkan free water content (Engineering Data Book,
2004a). Dengan demikian, kandungan air maksimum dalam sales gas adalah 4 7
lb/MMscf (60 110 mg/Sm3). Untuk liquid, kandungan air adalah 10 20 ppmv.
c.
Hydrocarbon recovery. Kebanyakan plant gas alam menggunakan proses
cryogenic untuk recovery fraksi C2+ dari inlet gas. Jika gas asam dihilangkan dengan
menggunakan proses penggunaan amina, maka gas yang keluar akan meninggalkan
air dalam kondisi saturated (jenuh). Untuk mencegah terbentuknya hidrat dalam unit
cryogenic ini, maka konsentrasi air hendaknya kurang dari 0,1 ppmv. Kandungan air
pada umumnya dinyatakan dalam beberapa cara :
1. Massa air per volume gas, lb/MMscf (mg/Sm3)
2. Temperatur dew point, oF (oC)
3. Konsentrasi, parts per million by volume (ppmv)
4. Konsentrasi, parts per million by mass (ppmv)
Untuk konversi satuan dalam industri gas, bisa dilihat di sini. Sedangkan konversi
satuan konsentrasi bisa dilihat di sini. Proses gas dehydration yang umum dipakai
dalam industri gas adalah absorpsi, adsorpsi, dessicant, dan membran. Dalam proses
absorpsi, pada umumnya digunakan absorbent ethylene glycol (EG), diethylene
glycol (DEG), triethylene glycol (TEG), tetraethylene glycol (TREG), dan propylene
glycol. Sedangkan tiga tipe komersial adsorbent yang biasa digunakan adalah silica
gel yang dibuat dari SiO2, activated alumina (dari Al2O3), dan molecular sieve
terbuat dari aluminosilicate.
d.

Hydrocarbon Recovery
Salah satu stnadar dalam pipeline specification gas alam adalah kandungan siulfur
dan air serta higher heating value yang harus berkisar antara 950 1.150 Btu/scf
(35.400 42.800 kJ/Sm3). Gas yang telah di-treating biasanya masih mengandung
konsentrasi inert (N2, CO2) yang tinggi, selain itu heating value juga tinggi karena
adanya fraksi C2+. Hyrocarbon recovery section ini diperlukan untuk menurunkan
kandungan fraksi C2+ dan mengontrol dew point. Kontrol dew point juga diperlukan
karena dikhawatirkan terjadi kondensasi proses karena temperatur atau pressure

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

drop. Hal ini karena campuran gas alam mengandung hidrokarbon berat yang
menunjukkan karakteristik yang disebut retrogade condensation yang ditunjukkan
oleh diagram P-T berikut :

Gambar 4. Diagram P-T Retrogade Condensation


Envelope merupakan garis buble point-dew point campuran. Pada berbagai kondisi
temperatur dan tekanan di luar envelope, campuran dalam kondisi 1 fase. Pada
berbagai temperatur dan tekanan di dalam envelope maka campuran terdapat dalam
2 fase. Tiga point penting pada envelope adalah :
a. Cricondentherm, yaitu temperatur maksimum dimana dua fase terbentuk
b. Cricondenbar, tekanan maksimum dimana dua fase terbentuk
c. Critical point, temperatur dan tekanan dimana fase vapor dan liquid memiliki
konsentrasi yang sama.
Proses dalam hydrocarbon recovery sangat bervariasi tergantung spesifikasi produk
yang diinginkan, volume gas, komposisi inlet dan tekanan proses. Proses yang
umum dijumpai dalam hydrocarbon recovery ini antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

External Refrigeration (Propane refrigeration)


Turboexpansion
Heat Exchanger
Fraksinasi
Nitrogen Rejection
Liquids Processing
Sulfur Recovery
Trasportation and Storage

External Refrigeration (Propane refrigeration)


Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

External refrigeration memainkan peranan yang sangat penting dalam proses


recovery hydrocarbon, digunakan untuk mendinginkan stream gas untuk recovery
C3+ dan untuk menurunkan temperatur gas pada stage berikutnya.
Siklus refrigerasi terdiri dari 4 tahapan sebagai berikut :

Gambar 5. Siklus refrigerasi

Gambar 6. Contoh propane refrigeration loop


a. Kompresi uap jenuh refrigerant (A) ke tekanan di atas tekanan uap pada
temperatut ambient (B)
b. Kondensasi ke C dengan pertukaran panas fluida pendingin
c. Ekspansi (biasanya menggunakan J-T valve) untuk mendinginkan dan refrigerasi
ke D
d. Pertukaran panas dengan fluida yang akan di dinginkan dengan cara evaporasi
refrigerant ke A
Tiga metode yang sering dijumpai untuk removal nitrogen yaitu :

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

1.

Cryogenic distillation

2.

Adsorption

3.

Membrabe separation

Perbandingan ketiga metode tersebut ditunjukkan dalam Tabel berikut :

Sejumlah trace komponent dalam konsentrasi yang cukup tinggi bisa menurunkan
kualitas produk dan menimbulkan permasalahan lingkungan. Komponen komponen
tersebut antara lain :
a. Hidrogen
Meski jarang sekali ada dalam konsentrasi yang besar, hidrogen tetap harus
dihilangkan sehingga konsentrasinya menjadi serendah mungkin
b. Oksigen
Konsentrasi maksimum oksigen yang diperbolehkan adalah 1.0 % volume pada sales
gas. Jika konsentrasi oksigen mencapai level 50 ppmv maka akan menimbulkan
beberapa permasalahan sebagai berikut : menyebabkan korosi perpipaan dengan
adanya air, bila bereaksi dengan amina pada proses gas treating akan membentuk
garam yang stabil, bila bereaksi dengan glikol akan membentuk senyawa asam yang
korosif, berekasi dengan hirokarbon selama proses high temperature regeneration
akan membentuk air, yang akan mengurangi efektivitas dari proses ini, pada
konsentrasi yang rendah, oksigen bisa dihilangkan dengan nonregenerative
scavengers. Untuk konsentrasi yang lebih tinggi bisa digunakan metode katalitik.
1.6 Produk Gas Alam
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

a. Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik
Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar
kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga
hotel, restoran dan sebagainya.
b. Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia,
metanol, bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE = linear
low density polyethylene, HDPE = high density polyethylen, PE= poly ethylene,
PVC=poly vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry
ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan
pemadam api ringan.
c. Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas
(LNG.
d. Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air conditioner
(AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan
beberapa bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.
Pertamina Envogas
Pertamina Envogas adalah brand baru yang dipilih untuk Bahan Bakar Gas (BBG) yang
sebelumnya diperkenalkan oleh Pertamina pada tahun 1986 dan 1992 melalui program
Langit Biru dan kemudian di luncurkan kembali pada tanggal 10 Desember 2012.
Penggunaan brand baru ini merupakan bentuk aktualisasi semangat Pertamina untuk
terus berinovasi dalam memenuhi kebutuhan energy masyarakat sehingga mampu
memberikan manfaat yang optimal sebagai bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan.
Pertamina Envogas merupakan produk CNG (Compressed Natural Gas) atau Gas Alam
Terkompresi yang diperoleh melalui proses kompresi metana (CH4) hasil ekstraksi gas
alam dengan tekanan sebesar 200 s/d 275 BAR. Komposisi gas metana (CH4) yang
mempunyai fraksi yang lebih ringan dari udara, membuat CNG akan terlepas ke udara
seketika, saat terjadi kebocoran sehingga relatih lebih aman dibandingkan dengan
Bahan Bakar Minyak.
Penggunaan CNG sebagai bahan bakar, jauh lebih bersih dan ramah terhadap
lingkungan dibandingkan dengan Bahan Bakar Minyak, hal ini disebabkan CNG
Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

menghasilkan emisi yang lebih sedikit dibandingkan dengan Bahan Bakar Minyak (1/3
kadar emisi BBM), selain itu dengan kandungan oktan (RON Research Octane
Number) sebesar 120, CNG juga mampu menghasilkan pembakaran yang lebih bersih,
sehingga mesin kendaraan lebih awet dengan perawatan yang efisien.
LGV (Liquefied Gas for Vehicle)
Seperti halnya Elpiji, Vi-Gas juga merupakan turunan dari LPG yang dinamakan LGV
(Liquefied Gas for Vehicle), dengan campuran Propane dan Butane. Dikemas dalam
tabung yang juga berfungsi sebagai tanki bahan bakar, Vi-Gas sangat cocok digunakan
untuk kendaraan kecil, baik kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi. Pemakaian
LGV sebagai bahan bakar kendaraan sudah digunakan secara luas di negara-negara
lainnya, seperti Australia, Korea, dan negara-negara Eropa. Harga BBM yang semakin
tinggi serta rendahnya emisi LGV merupakan faktor utama yang membuat konsumen
lebih memilih menggunakan LGV daripada BBM. a (CH4). Dalam istilah internasional,
BBG dikenal juga dengan nama CNG (Compressed Natural Gas).
Vigas
Tekanan Vi-Gas yang rendah menyebabkan penggunaan Vi-Gas relatif tidak berbahaya,
selama Anda memperhatikan panduan keselamatan penggunaannya. Selain itu,
penelitian kami membuktikan bahwa penggunaan Vi-Gas lebih hemat dari penggunaan
BBM, sehingga biaya operasional kendaraan dapat ditekan.

BAB 2
BATU BARA
2.1 Pengertian Batu Bara
Batu bara adalah bahan tambang non logam yang sifatnya seperti arang kayu, tetapi
panas yang dihasilkan lebih besar. Batubara adalah fosil dari tumbuh-tumbuhan yang
mengalami perubahan kimia akibat tekanan dan suhu yang tinggi dalam kurun waktu
lama. Komposisi penyusun batu bara terdiri dari campuran hidrokarbon dengan

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

komponen utama karbon. Di samping itu juga mengandung senyawa dari oksigen,
nitrogen, dan belerang. Batu bara diklasifikasikan menurut kadar kandungan karbon
yang ada di dalamnya, yaitu berturut-turut makin besar kadarnya lignite, bitumen, dan
antrasit.
Batubara merupakan batuan sedimen dimana sekitar 70% berat volumenya adalah
bahan organik. Bahan organik itu umumnya berasal dari tumbuhan, bisa berupa jejak
kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora, polen, damar, dan lain-lain. Selanjutnya
bahan organik tersebut mengalami proses pembusukan (dekomposisi) yang
menyebabkan perubahan fisik dan kimia. Dalam pembentukan batubara ada 2 tahapan
penting yaitu penggambutan (peatification) dan pembatubaraan (coalification)
2.2 Proses Pembentukan Batu Bara
Pembentukan batu bara berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah menjadi fosil dan
mengendap selama jutaan tahun. Secara umum, tahapan pembentukan batu bara yaitu:
1.

Lapisan tumbuhan menyerap air dan tertekan, membentuk materi cokelat


berpori yang disebut gambut.

2.

Lapisan sedimen lain menumpuk di atas gambut, menguburnya makin dalam.


Tekanan dan panas tinggi mengubah gambut menjadi batu bara cokelat (lignit).

3.

Panas dan tekanan yang lebih besar mengubah lignit menjadi batu bara hitam
yang halus (bitumen).

4.

Bitumen akhirnya menjadi batu bara yang lebih keras dan berkilau (antrasit).

2.3 Jenis-jenis Batu Bara


2.3.1 Antrasit
Antrasit adalah batubara dengan kadar karbon tertinggi, antara 86 sampai 98 persen,
dan nilai panas yang dihasilakan hampir 15.000 BTU per pon. Paling sering digunakan
pada alat pemanas rumah.
2.3.2

Bitumen

Bitumen digunakan terutama untuk menghasilkan listrik dan membuat kokas di industri
baja. Pasar batubara yang tumbuh paling cepat untuk jenis ini, meskipun masih kecil,

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

adalah yang memasok energi untuk proses industri. Bitumen memiliki kandungan
karbon mulai 45 sampai 86 persen dan nilai panas 10.500 sampai 15.500 BTU per pon.
2.3.4

Subbitumen

Peringkat dibawah bitumen adalah subbitumen, batubara dengan kandungan karbon 3545 persen dan nilai panas antara 8.300 hingga 13.000 BTU per pon. Meskipun nilai
panasnya lebih rendah, batubara ini umumnya memiliki kandungan belerang yang lebih
rendah daripada jenis lainnya, yang membuatnya disukai untuk dipakai karena hasil
pembakarannya yang lebih bersih.
2.3.5

Lignit

Lignit (batu bara muda) merupakan batubara geologis muda yang memiliki kandungan
karbon terendah, 25-35 persen, dan nilai panas berkisar antara 4.000 dan 8.300 BTU
per pon. Kadang-kadang disebut brown coal, jenis ini umumnya digunakan untuk
pembangkit tenaga listrik.
2.4 Cara Menganalisa Batubara
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi
potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter
penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk menentukan
kualitas batubara dilakukan analisis kimia pada batubara yang diantaranya berupa
analisis proksimat dan analisis ultimat.
Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang
(volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis
ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti:
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
Kualitas

batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut

menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di


daerah penelitian.
Pada pembahasan dibawah ini akan dijelaskan metode analisis pengujian batubara
dengan lebih rinci.
a. Kualitas Batubara
Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Batubara yang diperoleh dari penambangan pasti mengandung pengotor (impurities).


Keberadaan pengotor ini diperparah dengan kenyataan bahwa tidak mungkin
memilih batubara yang bersih dan terbebas dari mineral. Penambangan dalam
jumlah besar selalu menggunakan alat-alat berat seperti: bulldozer, backhole, tractor,
dan lainnya. Batubara merupakan bahan baku pembangkit energi dipergunakan
untuk industri. Mutu dari batubara akan sangat penting dalam menentukan peralatan
yang dipergunakan. Untuk menentukan kualitas batubara, beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah:
1. High Heating Value (HHV)
High heating value sangat berpengaruh terhadap pengoperasian alat, seperti:
pulverizer, pipa batubara, wind box, burner. Semakin tinggi high heating value
maka aliran batubara setiap jamnya semakin rendah sehingga kecepatan coal
feeder harus disesuaikan.
2. Moisture Content
Kandungan moisture mempengaruhi jumlah pemakaian udara primernya, pada
batubara dengan kandungan moisture tinggi akan membutuhkan udara primer
lebih banyak guna mengeringkan batubara tersebut pada suhu keluar mill tetap.
3. Volatile Matter
Kandungan volatile matter mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan
intensitas nyala api. Kesempurnaan pembakaran ditentukan oleh: Semakin tinggi
fuel ratio maka karbon yang tidak terbakar semakin banyak.
4. Ash Content dan Komposisi
Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan
daerah konveksi dalam bentuk abu terbang atau abu dasar. Sekitar 20% dalam
bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abu terbang. Semakin tinggi kandungan
abu dan tergantung komposisinya mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling),
keausan dan korosi peralatan yang dilalui.
5. Sulfur Content
Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terjadi
pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari letak
embun sulfur, disamping berpengaruh terhadap efektifitas penangkapan abu pada
peralatan elektrostatik presipator.
6. Coal Size
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar. Butir
paling halus untuk ukuran <3mm>.
7. Hardgrove Grindability Index (HGI)
Kapasitas mill (pulverizer) dirancang pada hardgrove grindability index tertentu,
maka untuk HGI lebih rendah kapasitasnya lebih rendah dari nilai patoknya

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

untuk menghasilkan fineness yang sama. Makin tinggi harga HGI, makin lunak
batubara tersebut.
8. Ash Fusion Characteristic
Ash Fusion Characteristic akan mempengaruhi tingkat fouling, slagging dan
operasi blower.
Parameter Kualitas yang Mempengaruhi Pemanfaatan Batubara sebagai Bahan
Bakar cukup banyak parameter untuk menentukan kualitas batubara antara lain
sebagai berikut:
1. Total moisture
2. Inherent moisture
3. Ash content
4. Volatile matter
5. Fixed carbon
6. Calorific value (kcal/kg)
7. Total sulphur (%)
8. Index hardgrove
9. Index muai bebas
10. Roga index
11. Gray king
12. Diatometri
13. Nitrogen
14. Phosphor
15. Plastometri
Dalam pemanfaatan suatu jenis batubara tertentu perlu diketahui satu set data kualitas
batubara yang diperlukan untuk suatu keperluan tertentu. Data ini diperoleh dari hasil
suatu analisis pengujian. Dari sekian banyak parameter kualitas batubara, biasanya
hanya beberapa saja yang bermakna dalam melanjutkan suatu kemanfaatan tertentu.
Tetapi dengan mempunyai data lengkap parameter kualitas batubara dari suatu
cadangan tertentu, akan lebih terlihat seluruh kemungkinan pemanfaatan batubara
tersebut yang dapat membantu industri pemakai.
b. Metode Analisis Batubara
Pada prinsipnya dilakukan dua jenis pengujian analisis untuk kualitas batubara yaitu
Analisis Prosikmat dan Analisis Ultimate.
1. Analisis Proksimat
Analisi proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar moisture (air
dalam batubara). Kadar moisture ini mencakup pula nilai free moisture serta toal
moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang), dan fixed carbon (karbon
tertambat). Moisture ialah kandungan air yang terdapat dalam batubara sedangkn

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

abu (ash) merupakan kandungan residu non-combustible yang umumnya terdiri


dari senyawa-senyawa silica oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat, dan
mineral-mineral lainnya volatile matters adalah kandungan batubara yang
terbebaskan pada temperatur tinggi tanpa keberadaan oksigen. Fixed carbon ialah
kadar karbon tetap yang terdapat dalam batubara setelah volatile matters
dipisahkan dari batubara.
2. Analisis Ultimate
Analisis ultimate dengan kanalisi kimia untuk menentukan kadar karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen dan belerang. Keberadaan dan sifat dari unsur-unsur
tesebut sebanding dengan peringkat batubara, semakin tinggi rank batubara maka
semakin tinggi kandungan karboonya, sementara kandungan nitrogen dan
oksigennya akan semakin berkurang. Sedangkan nitrogen merupakan unsur yang
bersifat bervariasai bergantung dari material pembentuk batubara. Analisis karbon
pada ultimate tidak sama dengan analisis fixed carbon. Fixed carbon merupakan
kadar karbon terlambat atau karbon tetap tertinggal bersama abu bila batubara
telah dibakar tanpa oksigen dan setelah zat volatile habis. Fixed carbon
merupakan kadar karbon yang pada temperature penetapan volatile matter tidak
menguap, sedangkan karbon yang menguap pada temperature tersebut kedalam
volatile matter.
3. Analisis Steaming Coal
a. Nilai kalori
b. Ash content
c. Pengujian Batubara
Pengujian batubara adalah untuk menentukan mutu dari batubara tersebut. Ada 3
pengujian batubara, antara lain:
1. Pengujian mekanis
Analisis pada komoditas batubara meliputi penentuan sifat fisik melalui
pengujian mekanis. Sifatnya seperti kekerasan, kekuatan, atau kekompakkan
partikel batubara yang diukur dengan indeks kekerasan. Sedangkan ukuran
butiran batubara dapat diukut dengan ayakan (mesh).
2. Pengujian sifat pembakaran
Pada sifat pembakaran kita menganalisis panas dari batubara dan titik leleh abu
batubara. Panas yang dilepaskan batubara dalam proses pembakaran merupakan
merupakan reaksi eksotermal yang melibatkan senyawa hidrokarbon, oksigen
dan komponen lain. Berdasarkan standar ASTM titik leleh batubara ditetapkan

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

pada kondisi reduksi dengan campuran gas CO + CO 2 dan kondisi oksidasi


dengan bantuan udara. Sedangkan menurut BS titik leleh abu batubara pada
kondisi reduksi dengan campuran gas H 2 + CO2 dan kondisi oksidasi dengan
bantuan udara.
3. Pengujian sifat karbonisasi
Karbonisasi adalah proses pemanasan batubara pada suhu tertentu tanpa oksigen
untuk menghasilkan bahan-bahan seperti kokas, charcoal, tar, cairan yang
mengandung amoniak, gas hidrokarbon, dan senyawa lainnya. Karbonisasi
umumnya digunakan untuk pembuatan kokas dan proses pencairan ataupun
gasifikasi.

2.5 Produk Batubara


2.5.1 Coal Bed Methane (Gas Methane)
Coal Bed Methane (CBM) adalah gas CH 4 yang dapat ditemukan pada coal layer. Gas
tersebut diserap pada bagian atas di permukaan batubara (untuk pertambangan batubara
dalam/underground). CBM dapat ditemukan pada pecahan batubara, pada kedalaman
lebih dari 500 meter dan biasanya tertutup oleh air. Jika dibor melalui metode
dewatering, air akan disedot begitu tekanan menurun, dan gas terlepas. Pengembangan
teknologi menunjukkan bahwa CBM dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
alternatif.
Kelebihan CBM dibanding dengan gas konvensional adalah CBM lebih bersih (tidak
banyak campuran, murni methane). Penggunaan gas methane menghasilkan
karbondioksida dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan pembakaran batubara.
Di bawah hukum dan regulasi Indonesia, operasional CBM dikategorikan sebagai
operasional minyak dan gas. Perusahaan yang berminat untuk mengkomersialiasi CBM
harus masuk dalam perjanjian kerjasama dengan Dirjen MIGAS sebagai regulator. Hal
ini sangat mirip dengan Production Sharing Contract pada industri minyak dan gas.
2.5.2

Coal Liquification (Batubara Cair)

Sebagai alternatif untuk menggantikan energi minyak bumi, saat ini telah
dikembangkan teknologi pencairan batubara sebagai bahan bakar yang hampir setara
dengan output minyak bumi. Pengembangan produksi bahan bakar sintetis berbasis
batubara pertama kali dilakukan di Jerman tahun 1900-an dengan menggunakan proses
Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

sintesis Fischer-Tropsch yang dikembangkan Franz Fisher dan Hans Tropsch. Pada
1930, disamping menggunakan metode proses sintesis Fischer-Tropsch, mulai
dikembangkan pula proses Bergius untuk memproduksi bahan bakar sintesis.
Sementara itu, Jepang juga melakukan inisiatif pengembangan teknologi pencairan
batubara melalui proyek Sunshine tahun 1974 sebagai pengembangan alternatif energi
pengganti minyak bumi.
Cadangan batubara di dunia pada umumnya tidak berkualitas baik, bahkan setengahnya
merupakan batubara dengan kualitas rendah, seperti: sub-bituminous coal dan brown
coal. Kedua jenis batubara tersebut lebih banyak didominasi oleh kandungan air.
Peneliti Jepang kemudian mulai mengembangkan teknologi untuk menjawab tantangan
ini agar kelangsungan energi di Jepang tetap terjamin, yaitu dengan mengubah kualitas
batubara yang rendah menjadi produk yang berguna secara ekonomis dan dapat
menghasilkan bahan bakar berkualitas serta ramah lingkungan. Dikembangkanlah
proses pencairan batubara dengan nama Brown Coal Liquification Technology (BCL).
Brown Coal Liquification Technology (BCL) Adalah suatu kenyataan bahwa, cadangan
sumber daya minyak bumi dan gas di Indonesia saat ini sudah semakin terbatas.
Menyadari hal tersebut, Pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan di bidang
pengembangan sumber energi alternatif yaitu Peraturan Presiden (Perpres) No.5 Tahun
2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Instruksi Presiden (Inpres) No.2 Tahun
2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara Menjadi Bahan Bakar Lain,
menargetkan 2% (setara 189.000 barel/hari) bauran energi nasional pada tahun 2025
berasal dari pencairan batubara.
2.5.3

Kelebihan Batubara Cair

Dalam perkembangannya, para peneliti telah melakukan berbagai terobosan teknologi


untuk menghasilkan batubara cair yang berkualitas. Dengan demikian, pengembangan
batubara cair ini akan menjadi suatu industri yang prospektif bagi pelaku usaha untuk
berinvestasi karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
1.

Harga produksi lebih murah dibandingkan dengan biaya produksi ratarata minyak bumi yang berlaku di dunia saat ini.

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

2.

Jenis batubara yang dapat dipergunakan adalah batubara yang berkalori


rendah (low rank coal), yakni kurang dari 5.100 kalori, yang selama ini kurang
diminati pasaran.

3.

Batubara cair dapat dipergunakan sebagai bahan pengganti bahan bakar


pesawat jet (jet fuel), mesin diesel (diesel fuel), serta bensin dan bahan bakar minyak
biasa.

4.

Teknologi pengolahannya lebih ramah lingkungan.

Produksi Batubara Cair di Indonesia

mulai berkembang setelah Pemerintah

mengeluarkan Inpres No. 2/ 2006 tentang batubara yang dicairkan. Saat ini telah
tercatat 11 perusahaan batubara telah menandatangani kesepakatan membentuk
konsorsium untuk berpartisipasi dalam program pencairan batubara di Indonesia yang
merupakan business to business yang terdiri dari perusahaan Jepang dan Indonesia.
Hingga tahun 2025 sedikitnya dibutuhkan tujuh pabrik untuk mencapai target
pemanfaatan batubara cair sebanyak dua persen. Hasil produk batubara yang dicairkan
berupa bahan bakar cair pengganti bahan bakar minyak yang akan distandarkan dengan
BBM.
Program pencairan batubara tersebut akan dijalankan dalam tiga tahapan. Pertama,
tahap pembangunan kilang untuk semi komersial pada 2009 berkapasitas 13.500 barel
per hari. Kedua, pembangunan kilang tambahan dengan kapasitas yang sama sehingga
pada 2017 diperkirakan kapasitas mencapai 27.000 barel. Ketiga, adalah pembangunan
kilang komersial sebanyak enam unit.
Terdapat beberapa insentif dari Pemerintah untuk menggairahkan investasi di proyek
pencairan batubara ini. Insentifnya antara lain menyangkut dukungan finansial, insentif
pajak (termasuk tax holiday dan royalty) dan skema harga batubara.
2.6 Cara Penambangan Batubara

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Metode penambang batubara sangat tergantung pada :


- Keadaan geologi daerah antara lain sifat lapisan batuan penutup, batuan lantai
batubara dan struktur geologi.
- Keadaan lapisan batu bara dan deposit

Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yaitu :

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Cara tambang dalam, dilakukan pertama-tama dengan jalan membuat lubang persiapan
baik berupa lubang sumuran ataupun berupa lubang mendatar atau menurun menuju ke
lapisan batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat lubang bukaan pada lapisan
batubaranya sendiri.

Cara penambangan dapat dilakukan:


a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang memakai kekuatan tenaga
manusia.
b. Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana sampai menggunakan system
elektronis dengan pengendalian jarak jauh.

Cara tambang terbuka, dilakukan pertama-tama dengan mengupas tanah penutup. Pada
saat ini metode penambangan mana yang akan digunakan dipilih dan kemungkinan
mendapatkan peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan yang ada sekarang dapat
dimodifikasikan sehingga berfungsi ganda . Perlu diketahui pula bahwa berbagai jenis
batubara memerlukan jenis dan peralatan yang berbeda pula. Mesin-mesin tambang
modern sudah dapat digunakan untuk pekaerjaan kegiatan penambangan dengan
jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu melaksanakan berbagai macam pekerjaan
tanpa perlu dilakukan perubahan atau modifikasi yang besar. Pemilihan metode
penambangan batubara baik yang akan ditambang secara tambang dalam ataupun
tambang terbuka.

1. Metode Penambangan Secara Tambang Dalam


Pada penambangan batubara dengan metode penambangan dalam yang peting adalah
bagaimana mempertahankan lubang buka seaman mungkin agar terhindar dari
kemungkinan :
-

Keruntuhan atap batuan

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Ambruknya dinding lubang (rib spalling)

Penggelembungan lantai lapisan batubara (floor heave)

Kejadian tersebut diatas disebabkan oleh terlepasnya energi yang tersimpan secara
alamiah dalam endapan batubara. Energi yang terpendam tersebut merupakan akibat
terjadinya perubahan atau deformasi bentuk endapan batubara selama berlangsungnya
pembentukan deposit tersebut. Pelepasan energi tersebut disebabkan oleh adanya
perubahan keseimbangan tegangan yang terdapat pada massa batuan akibat
dilakukannya kegiatan pembuatan lubang-lubang bukaan tambang. Disamping itu
kegagalan yang disebabkan batuan dan batubara itu tidak mempunyai daya penyanggaa
di samping faktor-faktor alami dari keadaan geologi endapan batubara tersebut.
Penambangan batubara secara tambang dalam kenyatannnya sangat ditentukan oleh
cara mengusahakan agar lubang bukaan dapat dipertahankan selama mungkin pada saat
berlangsungnya penambangan batubara dengan biaya rendah atau seekonomis
mungkin. Untuk mencapai keinginan tersebut maka pada pembuatan lubang bukaan
selalu diusahankan agar.
-

Kemampuan penyangga dari atap lapisan

Kekuatan lantai lapisan batubara

Kemampuan daya dukung pilar penyangga.

Namun apabila cara manfaat sifat alamiah tersebut sulit untuk dicapai, maka beberapa
cara penyanggan buatan telah diciptakan oleh ahli tambang. Metode penambangan
secara tambang dalam pada garis besarnya dapat dibedakan yaitu:
-

Room and Pillar atau disebut Bord and Pillar

Longwal

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri terutama


pada keadaan endapan batubara yang dihadapi di samping faktor lainnya yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan metode penambangan tersebut:
a. Metode Room and Pillar
Cara penambangan ini mengandalkan endapan batubara yang tidak diambil sebagai
penyangga dan endapan batubara yang diambil sebagai room. Pada metode ini
penambangan batubara sudah dilakukan sejak pada saat pembuatan lubang maju.
Selanjutnya lubang maju tersebut dibesarkan menjadi ruanganruangan dengan
meninggalkan batubara sebagai tiang penyagga. Besar bentuk dan ruangan sebagai
akibat pengambilan batubaranya harus diusahakan agar penyangga yang dipakai
cukup memadai kuat mempertahankan ruangan tersebut tetap aman sampai saatnya
dilakukan pengambilan penyangga yang sebenarnya yaitu tiang penyangga batubara
(coal pillar). Metode ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam besaran
jumlah batubara yang dapat diambil dari suatu cadangan batubara karena tidak
semua tiang penyangga batubara dapat diambil secara ekonomis maupun teknik.

Dari seluruh total cadangan terukur batubara yang dapat diambil dengan cara
penambangan metode Room and Pillar ini paling besar lebih kurang 30-40% saja.
Hal ini disebabkan banyak batubara tertinggal sebagi tiang-tiang pengaman yang
tidak dapat diambil. (GambarSketsa sistem penambangan dengan cara Room and
Pillar.)
b. Metode Longwall
Ada dua cara penambangan dengan menggunakan metode Longwall yaitu cara maju
(advancing) dan cara mundur (retreating). Pada penambangan dengan metode
advancing Longwall terlebih dahulu dibuat lubang maju yang nantinya akan
berfungsi sebagi lubang utama (main gate) dan lubang pengiring (tail gate), dibuat
bersamaan pada pengambilan batubara dari lubang buka tersebut. Kedua lubang
bukaan tersebut digunakan sebagai saluran udara yang diperlukan untuk

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

menyediakan udara bersih pada lubang bukaannya di samping untuk keperluan


transportasi batubaranya dan keperluan penyediaan material untuk lubang bukannya.

Metode ini akan memberikan hasil lebih cepat karena tidak memerlukan waktu
menunggu lubang yang diperlukan yaitu lubang utama dan lubang pengiring. Pada
metode retreating Longwall merupakan kebalikan dari metode advancing longwall
karena pengambilan batubara belum dapat dilakukan sebelum selesai dibuat suatu
panel yang akan memberikan batasan lapisan batubara yang akan diekstraksi
(diambil). Pemilihan salah satu metode tersebut harus memperhatikan keadaan dan
kondisi alami yang diremukan pada endapan batubara itu sendiri agar nantinya tidak
menghadapi kesulitan-kesulitan selama dilakukan ekstraksi yang pada akhirnya tentu
bertujuan mencari biaya serendah mungkin.

Selain kedua metode tersebut terdapat pula beberapa variasi metode penambangan yang
dapat diterapkan. Hal ini tergantung pada macam dan jenis serta ketebalan lapisan
disamping kemiringan lapisan batubara yang perlu juga diperhatikan.

Peralatan yang digunakan pada penambangan tambang dalam dapat dibagi dalam dua
kategori yaitu peralatan untuk pekerjaan persiapan dan peralatan untuk pengambilan
batubara. Pada saat ini kemampuan peralatan tambang dalam sudah demikian maju
sehingga seluruih kegiatan pekerjaan fisik yang dilakukan oleh manusia, praktis sudah
dapat digantikan oleh mesin atau alat batu mekanis.

2. Metode Penambangan Secara Tambang Terbuka


Kelebihan dari tambang terbuka dibandingkan dengan tambang dalam adalah :
-

Relatif lebih sederhana

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Relatif lebih aman

Mudah pengawasannya

Pada saat ini sebagian besar penambangan batubara dilakukan dengan metode tambang
terbuka, lebih-lebih setelah digunakannya alat-alat besar yang mempunyai kapasitas
muat dan angkut yang besar untuk membuang lapisan penutup batubara menjadi lebih
murah dan menekan biaya ekstraksi batubara.

Selain itu prosentase batubara yang diambil jauh lebih besar dibandingkan dengan
batubara yang dapat diekstraksi dengan cara tambang dalam. Penambangan batubara
dengan metode tambang terbuka saat ini diperoleh 85% dari total mineable reserve,
sedang dengan metode tambang dalam paling besar hanya 50% saja.

Walaupun demikian penambangan secara tambang terbuka mempunyai keterbatasan


yaitu:
-

Dengan peralatan yang ada pada saat sekarang ini keterbatasan kedalaman lapisan
batubara yang dapat ditambang.

Pertimbangan ekonomi antara biaya pembuangan batuan penutup dengan biaya


pengambilan batubara.

Beberapa tipe tambang terbuka :


Tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka tergantung pada letak dan
kemiringan serta banyaknya lapisan batubara dalan satu cadangan. Disamping itu

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

metode tambang terbuka dapat dibedakan juga dari cara pemakain alat dan mesin yang
digunakan dalam penambangan.

Beberapa tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka adalah :


a. Contour Mining
Tipe penambangan ini pada umumnya dilakukan pada endapan batubara yang terdapat
di pegunungan atau perbukitan. Penambangan batubara dimulai pada suatu singkapan
lapisan batubara dipermukaan atau crop line dan selanjutnya mengikuti garis kontur
sekeliling bukit atau pegunungan tersebut.

Lapisan batuan penutup batubara dibuang kearah lereng bukit dan selanjutnya batuan
yang telah tersingkap diambil dan diangkut. Kegiatan penambangan berikutnya dimulai
lagi seperti tersebut diatas pada lapisan batubara yang lain sampai pada suatu ketebalan
lapisan penutup batubara yang menentukan batas limit ekonominya atau sampai batas
maksimum ke dalaman dimana peralatan tambang tersebut dapat bekerja. Batas
ekonomi ini ditentukan oleh beberapa variabel antara lain :

Ketebalan lapisan batubara

Kualitas

Pemasaran

Sifat dan keadaan lapisan batuan penutup

Kemampuan peralatan yang digunakan

Persyaratan reklamasi

b. Open Pit Mining

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Open Pit Mining adalah penambangan secara terbuka dalam pengertian umum. Apabila
hal ini diterapkan pada endapan batubara dilakukan dengan jalan membuang lapisan
batuan penutup sehingga lapisan batubaranya tersingkap dan selanjutnya siap untuk
diekstraksi. Peralatan yang dipakai pada penambangan secara open pit dapat
bermacam-macam tergantung pada jenis dan keadaan batuan penutup yang akan
dibuang. Dalam pemilihan peralatan perlu dipertimbangkan :
-

Kemiringan lapisan batubara


Pada lapisan dengan kemiringan cukup tajam, pembuangan lapisan penutup dapat
menggunakan alat muat baik berupa face shovel, front end loader atau alat muat
yang lainnya.

Masa operasi tambang


Penambangan tipe open pit biasanya dilakukan pada endapan batubara yang
mempunyai lapisan tebal atau dalam dan dilakukan dengan menggunakan beberapa
bench. Peralatan yang digunakan untuk pembuang lapisan penutup batubara
dibedakan sebagai berikut:
a. Peralatan yang bersifat mobil antara lain Truck Shovel, Front end loader,
Bulldozer dan Scrapper.
b. Peralatan yang bersifat bekerja secara kontinu membuang lapisan penutup tanpa
dibantu alat angkut antara lain :
-

ragline
Baik yang dengan scrawler maupun walking dragline. Alat ini mengeruk dan
langsung membuang sendiri. Kapasitasnya bervariasi mulai dari yang kecil
kurang dari 5 m dan jarak buang lebih dari 75 m.

Face Shovel
Stripping Shovel mmpunyai kapasitas mangkok (bucket) yang besar dan
jangkauan yang panjang digunakan sebagai alat pembuangan lapisan penutup
batubara tanpa perlu bantuan alat angkut yang lain. Pada umumnya kapasitas

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

mangkok berukuran lebih besar dari 20 m , dengan jangkauan buang lebih dari
25 m. Loading Shovel yang dipergunakan sebagai alat muat yang umunya
kapasitas isi mangkok dan panjang jangkauan lebih pendek.
-

Bucket Wheel Excavator


Alat penggali dan pengangkut sekaligus. Alat ini dapat bekerja sendiri atau
dibantu alat lain berupa belt conveyor dan dapat dibantu dengan alat yang
dinamakan belt transfer, dan selanjutnya pada ujung belt conveyor dipasang
alat yang dinamakan belt spreader yang digunakan untuk menyebarkan hasil
galian batuan penutup ketempat pembuangan dumping disposal area.

Stripping Mining
Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara yang
lapisannya datar dekat permukaan tanah. Alat yang digunakan dapat berupa
alat yang sifatnya mobil atau alat penggalian yang dapat membuang sendiri.
Penambangan batubara khususnya di Kalimantan akan dimulai dengan cara
tambang terbuka yang memakai alat kerja bersifat mobil.

3. Teknik Penambangan Lapisan Batubara Tipis


Penyebaran batubara tidak selalu diiringi oleh kualitas dan ketebalan yang
menggembirakan, karena sering dijumpai kualitas batubara di suatu daerah cukup tinggi
sementara ketebalannya kurang dari 1 m atau sebaliknya.

Ketebalan lapisan batubara berhubungan erat dengan teknik penggaliannya yang sudah
barang tentu diarahkan pada efisiensi sistem penambangan yang secara ekonomi layak
diterapkan. Sampai saat ini untuk menggali lapisan batubara dengan ketebalan kurang
dari 1 m, baik pada tambang bawah tanah maupun terbuka, terbentur pada masalah
pemilihan sistem penambangan yang ekonomis. Misalnya pada sistem longwall, alat
pemotong batubara (shearer) paling kecil yang diproduksi mempunyai ketinggian 0,81

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

m, tentu alat ini tidak dapat digunakan menambang lapisan batubara yang lebih tipis
dari 0,81 m. pada penambangan terbuka, lapisan penutup yang tebal umumnya menjadi
kendala untuk menambang lapisan batubara yang tipis, bila ditinjau dari aspek
ekonomi. Tetapi kendala pemilihan alat penggali lapisan batubara tipis telah dapat
diatasi berkat kemajuan teknologi untuk merancang suatu alat pembajak batubara
(plow) yang dapat digunakan untuk mengekstrak lapisan batubara dengan ketebalan
0,46 m. Masalah yang timbul kemudian adalah bagaimana memanfatkan alat bajak ini
pada suatu sistem penambangan batubara tipis.

Cara penambangan batubara tipis yang sedang beroperasi saat ini secara ekonomi sulit
dapat diterima, tetapi cara tersebut terus dilakukan karena setiap pemerintahan
mempunyai kebijakan berbeda dalam mengelola sumberdaya alam yang strategis yang
dimilikinya. Ada beberapa sistem penambangan lapisan batubara tipis yaitu :
a. Sistem Tarik Kabel-Rantai
Sistem penambangan ini telah diterapkan di Korea untuk mengekstrak lapisan
batubara dengan ketebalan antara 0,3 0,5 m dengan kemiringan 45 . Tahap
persiapan penambangannya , bagian yang penting yang harus dibuat disamping
komponen lain adalah pilar-pilar berdimensi 15.2 x 30,5 m diantara dua raise yaitu
pilar-pilar batubara yang akan dipotong menggunakan gesekan rantau penggali.

Pilar-pilar ini juga berfungsi sebagai penyangga sementara pada saat salah satu pilar
sedang dipotong. Disamping itu harus dirancang pula dua corong di bagian bawah
pilar untuk menampung serpihan batubara. Rantai pemotong batubara disambung
dengan kabel yang dihubungkan ke mesin penggerak yang dapat menjalankan rantai
pemotong tersebut maju mundur. Mesin penggerak diletakkan pada level atas,
sedangkan pada level bawah tersedia kendaraan penampung serpihan batubara hasil
pemotongan. Penggalian dimulai dari bagian bawah pilar bergerak ke atas sehingga
serpihan batubara mengalir karena gravitasi menuju dua buah corongan yang dapat
menampung serpihan batubara tersebut dan siap dimuatkan secara periodik kedalam

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

kendaraan penampung.Diameter nominal rantai pemotong berkisar antara 100


sampai 200 mm yang sangat efektif digunakan untuk menggali lapisan batubara
dengan ketebalan 0,5 meter.

b. Sistem Backfilling
Konsep sistem backfilling dipersiapkan untuk lapisan batubara tipis yang relatif
datar, untuk itu harus dipersiapkan suatu sistem pengangkutan yang sesuai dengan
ketebalan lapisan batubaranya. Teknik penggalian dan penyanggaan yang akan
diterapkan mengacu pada sistem longwall, yaitu suatu sistem dengan proses
penambangan dan pengangkutan bergerak maju dan meninggalkan runtuhan lapisan
atap diatap dibelakang penyangga. Dengan mempertimbangkan tipisnya lapisan
batubara dan penyangga yang harus dapat bergerak maju, maka sistem penyangga
bertekan udara diharapkan sebagai jawaban yang tepat. Dasar konsep ini
menggunakan seoptimal muingkin teknik pengontrolan jarak jauh, baik terhadap
mobilitas penyangga maupun penggalian, sehingga tidak diperlukan personil yang
bekerja di dalam tambang.

c. Sistem Roof-Fall Tolerant


Seperti halnya sistem backfilling, sistem roof-fall tolerant juga merupakan konsep
yang sasaran utamanya tidak memerlukan adanya karyawan yang bekerja didalam
tambang. Bahkan dalam sistem ini dirancang tidak memerlukan penyangga sama
sekali. Konsep sistem Roof-fall tolerant dibuat atas dasar hipotesis sisipan tipis,
yaitu akan terbentuknya rongga dibelakang alat pemotong secara bertahap dan
runtuhan atap terjadi pada toleransi jarak yang cukup aman.

Adanya toleransi jarak runtuhan tersebut merupakan keuntungan karena alat potong
dan alat angkut tidak akan terjepit oleh runtuhan atap. Konsep sisipan tipis ini
meliputi seluruh perangkat penambangan yang diperlukan antara lain rantai

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

pemotong

yang

panjang

dan

bergerak

memutar

(looping)

serta

sistem

pengangkutnya. Penggalian batubara bergerak dari satu arah sampai jarak tertentu,
kemudian berbalik ke arah yang berlawanan, begitu seterusnya sampai lapisan
batubaranya habis.

BAB 3
MINYAK BUMI

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

3.1 Pengertian Minyak Bumi


Menurut Institut of Petroleum (IP) minyak bumi adalah suatu zat yang terjadi dalam
bumi yang sebagian besar terdiri dari hidrokarbon padatan, cairan, dan gas.
Kebanyakan minyak bumi mengandung emulsi air, garam anorganik yang mungkin
terbentuk dalam pengeboran dan pengaliran atau pengangkutan.

Batasan secara tepat untuk minyak bumi sangat sulit diberikan. Secara fisik bahan
tersebut terlihat sebagai cairan berwarna cokelat kemerahan atau hitam tetapi seringkali
berwarna kehijauan atau flurosensi kebiruan dan dalam sinar transmisi berwarna
kekuning-kuningan, jingga dan merah. Pada suhu biasa minyak bumi berbentuk cairan
yang sangat kental, setangah padat dan padat. Hal ini disebabkan oleh adanya kadar
paraffin yang terkandung didalamnya.

Pengertian dari minyak bumi adalah bahan bakar fosil yang berbentuk cairan kental,
berwarna coklat, atau kehijauan yang mudah terbakar. Minyak bumi merupakan sumber
energi utama dalam kehidupan manusia. Sebagian besar penyusun minyak bumi adalah
senyawa alkana. Minyak bumi terbentuk dan bahan renik yang tertimbun jutaan tahun
yang lalu dengan tekanan dan suhu yang tinggi. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan
tertimbun dalam kerak bumi, tekanan yang hebat dari timbunan itu dan suhu yang
sangat ekstrem selama jutaan tahun membuat semuanya mencair dan terbentuklah
minyak bumi. Lamanya pembentukan minyak bumi inilah yang menjadikan minyak
bumi dikatakan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Minyak bumi merupakan campuran berbagai senyawa hidrokarbon, baik yang berikatan
jenuh maupun tak jenuh, baik yang alifatik (berantai lurus) maupun siklik (berantai
melingkar). Penyusun utama minyak bumi adalah alkana dan sikloalkana (siklopentana
dan sikloheksana). Selain itu, minyak bumi juga mengandung senyawa aromatik, lalu
sedikit senyawa nitrogen dan belerang.

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

3.2 Proses Pembentukkan Minyak Bumi


Dalam proses pembentukkan minyak bumi, ada beberapa teori dalam menafsirkan dan
menjelaskannya, antara lain:
1. Teori Biogenetik (Organik)
Teori ini menyebutkan bahwa Minyak Bumi dan Gas Alam terbentuk dari beraneka
jasad organik seperti hewan dan tumbuhan yang mati dan tertimbun endapan pasir dan
lumpur. Kemudian endapan lumpur ini menghanyutkan senyawa pembentuk minyak
bumi ini dari sungai menuju ke laut dan mengendap di dasar lautun selama jutaan
tahun. Akibat pengaruh waktu, temperatur dan tekanan lapisan batuan di atasnya
menyebabkan organisme itu menjadi bintik-bintik minyak ataupun gas
2. Teori Anorganik
Teori menyebutkan bahwa minyak bumi terbentuk karena aktivitas bakteri. Unsur
seperti oksigen, belerang dan nitrogen dari zat yang terkubur akibat aktivitas bakteri
berubah menjadi zat minyak yang berisi hidrokarbon
3. Teori Duplex
Teori ini merupakan teori yang banyak digunakan oleh kalangan luas karena
menggabungkan Teori Biogenetik dengan Anorganik yang menjelaskan bahwa minyak
bumi dan gas alam terbentuk dari berbagai jenis organisme laut baik hewan maupun
tumbuhan.
Akibat pengaruh waktu, temperatur, dan tekanan, maka endapan Lumpur berubah
menjadi batuan sedimen. Batuan lunak yang berasal dari Lumpur yang mengandung
bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk (Source Rock). Selanjutnya minyak
dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya
terakumulasi di tempat tertentu yang disebut dengan perangkap (Trap).
Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan air, (2) minyak
dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan minyak bumi disebut
dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat sendiri dalam suatu perangkap
disebut Non Associated Gas. Karena perbedaan berat jenis, maka gas selalu berada di
atas, minyak di tengah, dan air di bagian bawah. Karena proses pembentukan minyak
Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

bumi memerlukan waktu yang lama, maka minyak bumi digolongkan sebagai sumber
daya alam yang tidak dapat diperbarui (unrenewable).
Proses Pembentukan Minyak Bumi
A. Fotosintesa Ganggang

Minyak bumi dibuat secara alami, pertama tama dihasilkan oleh ganggang yang
berfotosintesa. Ganggang merupakan biota terpenting dalam menghasilkan minyak
bumi, sebenarnya tumbuhan tingkat tinggi bisa saja namun tumbuhan tersebut
cenderung lebih menghasilkan gas ketimbang minyak bumi.

B. Pembentukan Batuan Induk (Source Rock)

Proses terjadinya minyak bumi selanjutnya ialah pembentukan batuan induk. Batuan
induk ini terbentuk karena ganggang yang sudah mati terendapkan di cekungan
Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

sedimen lalu membentuk Batuan Induk, batuan induk merupakan batuan yang memiliki
kandungan Carbon yang tinggi (High Total Organic Carbon). Namun tidak sembarang
cekungan bisa menjadi Batuan Induk, makanya proses ini sangat spesifik

C. Pengendapan Batuan Induk

Kemudian batuan induk tertimbun oleh batuan lain selama jutaan tahun, salah satu
batuan yang menimbun Batuan Induk ini adalah batuan sarang. Batu Sarang merupakan
batu sarang ini umumnya terbentuk dari batu gamping, pasir maupun batu vulkanik
yang tertimbun bersama dan terdapat ruang berpori.
Semakin lama, batuan lain akan menumpuk dan dasarnya akan semakin tertekan
kedalam sehingga suhunya akan semakin bertambah. Minyak terbentuk pada suhu
antara 50 sampai 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan
tercapai bila suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah
karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan
penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
D. Proses Akhir

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon. Minyak
yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak mentah.
Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah
satunya yang terpenting adalah berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi
mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air.
Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi ke
atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok
terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.

3.3 Komposisi Minyak Bumi


Penampakan fisik minyak bumi sangat beragam, tergantung dari komposisinya. Pada
umumnya, minyak bumi yang baru dihasilkan dari sumur pengeboran berupa lumpur
berwarna hitam atau cokelat gelap, meskipun ada juga minyak bumi yang berwarna
kekuningan, kemerahan, atau kehijauan. Minyak hasil pengeboran ini disebut minyak
mentah (crude oil).
Minyak bumi tersusun dari senyawa hidrokarbon yang berbeda-beda. Perbedaan ini
tergantung dari faktor umur, suhu pembentukan, dan cara pembentukan. Minyak dari
Indonesia mengandung banyak senyawa aromatik seperti benzena, sedangkan minyak
bumi dari Rusia mengandung banyak senyawa sikloalkana seperti sikloheksana.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa dalam minyak bumi
terdiri atas bermacam-macam senyawa hidrokarbon. Senyawa-senyawa hidrokarbon
tersebut sebagai berikut.

a. Alkana
Golongan alkanan yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah
n-alkana dan isoalkana. n-alkana adalah alkana jenuh berantai lurus

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

dan tidak bercabang, contoh n-oktana. Isoalkana adalah alkana jenuh


yang rantai induknya mempunyai atom C tersier dan bercabang,
contoh isooktana. Alkana disebut juga parafin. Parafin adalah
senyawa hidrokarbon tersatuasi yang mengandung rantai lurus atau
bercabang yang molekulnya hanya terdiri atas atom karbon (C) dan
hidrogen (H).

b. Sikloalkana
Sikloalkana adalah senyawa hidrokarbon berantai tunggal dan
berbentuk cincin. Golongan sikloalkana yang terdapat dalam minyak
bumi

adalah

siklopentana

seperti

metil

siklopentana

dan

sikloheksana seperti etil sikloheksana. Sikloalkana juga dikenal


dengan

nama

naptena.

Naptena

adalah

senyawa

hidrokarbon

tersaturasi yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada


karbonnya. Naptena memiliki rumus umum C nH2n dan mempunyai
ciri-ciri mirip alkana tetapi mempunyai titik didih yang lebih tinggi.

c. Hidrokarbon Aromatik
Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon yang tidak tersaturasi, memiliki satu atau
lebih cincin planar karbon-6 atau cincin benzena. Pada struktur ini, atom hidrogen
berikatan dengan atom karbon dengan rumus umum CnHn. Jika hidrokarbon aromatik
dibakar, akan menimbulkan asap hitam pekat dan beberapa bersifat karsinogen
(menyebabkan kanker). Senyawa hidrokarbon aromatik yang terdapat dalam minyak
bumi adalah senyawa benzena, contoh etil benzena.

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Kandungan Unsur Kimia dalam Minyak Bumi


Secara umum, komponen minyak bumi terdiri atas lima unsur kimia, yaitu 83-87%
karbon, 10-14% hidrogen, 0,05-6% belerang, 0,05-1,5% oksigen, 0,1-2% nitrogen, dan
< 0,1% unsur-unsur logam.

a. Sulfur (Belerang)
Minyak mentah mempunyai kandungan belerang yang lebih tinggi. Keberadaan
belerang dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam
gasoline dapat menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau basah),
karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran
gasoline) dan air.

b. Oksigen
Oksigen dapat terbentuk karena kontak yang cukup lama antara minyak bumi dengan
atmosfer di udara. Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah antara 0,05
sampai 1,5 persen dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen
bisa menaik apabila produk itu terlalu lama berhubungan dengan udara. Senyawa yang
terbentuk dapat berupa: alkohol, keton, eter, dll, sehingga dapat menimbulkan sifat
asam pada minyak bumi. Oksigen dapat meningkatkan titik didih bahan bakar.

c. Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-2%.
Kandungan tertinggi terdapat pada tipe asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun
terhadap katalis dan dapat membentuk gum (getah) pada fuel oil. Kandungan nitrogen
terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi.

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

d. Unsur-Unsur Logam
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic
cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk gasoline,
menghasilkan banyak gas, dan pembentukkan coke. Pada power generator temperatur
tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama vanadium
dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel
yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory
furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga
merusakkan refractory itu.
Komposisi Molekul Hidrokarbon dalam Minyak Bumi
Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin, naptena, aspaltena, dan
aromatik. Komposisi molekul hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi
berdasarkan beratnya. Berdasarkan komponen terbanyak dalam minyak bumi, minyak
bumi dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu parafin, naftalena, dan campuran parafinnaftalena.

a. Minyak Bumi Golongan Parafin


Sebagian besar komponen dalam minyak bumi jenis parafin adalah senyawa
hidrokarbon rantai terbuka. Minyak bumi jenis ini dimanfaatkan untuk bahan bakar
karena merupakan sumber penghasil gasolin.

b. Minyak Bumi Golongan Naftalena

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Komponen terbesar dalam minyak bumi jenis naftalena berupa senyawa hidrokarbon
rantai siklis atau rantai tertutup. Minyak bumi jenis ini digunakan untuk pengeras jalan
dan pelumas.

c. Minyak Bumi Golongan Campuran Parafin-Naftalena


Minyak bumi golongan ini komponen penyusunnya berupa senyawa hidrokarbon rantai
terbuka dan rantai tertutup.
3.4 Klasifikasi Minyak Bumi
A. Klasifikasi Minyak Bumi Berdasarkan Kadar Sulfur
Minyak bumi selalu mengandung sulfur dengan jumlah yang kecil sampai relatip
tinggi.
Berdasarkan kadar sulfur, minyak bumi diklasifikasikan sebagai berikut :
Jenis Minyak Bumi
Non Sulfuris

Sulfur % WT
0,001 - 0,3 %

Sulfur Rendah

0,1 - 1 %

Sulfuris

2 - 3

Sulfur Tinggi

> 3

B. Klasifikasi Minyak Bumi Berdasarkan Specific Gravity


Specific gravity merupakan sifat utama minyak bumi. Besar specific gravity yang
berdasarkan harga API, minyak bumi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Klasifikasi

API

Minyak Ringan
(Light Gravity

40 - 50

Minyak Sedang
(Intermediate Gravity)

15 - 40

Minyak Berat
(Heavy Gravity)

9 - 15

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Makin kecil harga specific gravity berarti makin besar


mengandung bensin. Makin besar berarti API

API,

minyak banyak

makin kecil minyak banyak

mengandung wax atau residu aspal, atau fraksi berat makin besar.
C. Klasifikasi Minyak Bumi Berdasarkan Komposisi Hidrokarbon
Komposisi hydrocarbon akan menentukan besar harga specific gravity. Berdasarkan
komposisi hydrocarbon, oleh Lane And Garton ( 1934 ) dari US Bureau of Mines
dibuat klasifikasi minyak bumi secara umum berdasarkan specific gravity (SG 60 F /
60 F), klasifikasi ini dasarnya dari jenis fraksi ( 250 - 275 C ) pada tekanan 1 atm dan
fraksi ( 275 - 300 C ) pada tekanan 400 mm Hg.

A.

3.5 Produk Minyak Bumi


LPG ( Liquefied Petroleum Gas)

Secara harafiah LPG merupakan hasil pengolahan minyak bumi berupa gas yang telah
dicairkan, komponen utamanya berupa Hidrokarbon ringan seperti Propana (C 3H8),
Butana (C4H10) serta terdapat juga sejumlah kecil Etana (C2H6) dan Pentana (C5H12).
LPG digunakan sebagai bahan bakar industri dan rumah tangga, bahkan kita juga sering
menemui kendaraan bermotor yang menggunakan LPG sebagai bahan bakarnya.
Sebelum LPG dipasarkan, terlebih dulu ditambahkan zat pembau yaitu gas marcaptan
agar kita dapat mengetahui apabila terjadi kebocoran, karena seperti yang kita ketahui,
sifat dari fraksi ini apabila terlepas ke udara, sangat mudah menyebar dan tentunya
mudah terbakar. Untuk pengolahan lebih lanjut, LPG dapat dijadikan bahan baku
berbagai masam industri lainnya, misalnya saja industri petrokimia yang dapat
mengolah LPG menjadi beberapa produk seperti plastik, pupuk, dan bahan kosmetik.

B.

Avtur dan Avgas

Avtur (Aviation Turbine Fuel) atau disebut juga dengan Jet-A1 merupakan bahan bakar
untuk pesawat terbang dengan type mesin turbin gas. Bahan bakar ini dibuat dari fraksi
Kerosen (minyak tanah) sehingga sifat kedua produk ini sangat mirip, misalnya saja
memiliki rentang rantai carbon serta senyawa hidrokarbon yang sama (parafinik dan
naftenik). Keunggulan Avtur dibandingkan dengan bahan bakar lainnya yaitu memiliki
volalitas yang kecil, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan kehilangan bahan

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

bakar dalam jumlah yang besar karena penguapan pada ketinggian saat penerbangan.
Selain itu, keuggulan lainnya yang dimiliki oleh avtur ialah memiliki kandungan energi
per volumenya lebih tinggi sehingga dapat memberikan energi bagi pesawat untuk
penerbangan dengan jarak yang lebih jauh. Performa atau mutu dari bahan bakar avtur
dinilai dari karakteristik kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin dan
performanya pada temperatur yang rendah. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka
avtur harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu memiliki freeze point
(titik beku) maksimum -47C dan flash point (titik nyala) minimum 38C.
Avgas (Aviation Gasoline) adalah bahan bakar minyak yang dibuat khusus untuk
pesawat terbang dengan mesin yang memiliki ruang pembakaran internal dan mesin
piston (piston engine) serta digunakan juga sebagai pembakaran pada mobil balap.
Avgas merupakan fraksi gasoline (bensin) yang diolah dan disempurnakan lagi baik itu
dari segi freeze point, voalality dan flash pointnya. Performa avgas ditentukan oleh
karakteristik antiknock yang ditujukan oleh bilangan oktan untuk nilai dibawah 100 dan
juga pencapaian performa di atas 100 sehingga grade avgas ditentukan oleh nilai oktan
yang mengidikasikan tingkat kinerja bahan bakar. Bahan bakar ini memiliki sifat yang
sangat muda menguap serta mudah terbakar pada pemperatur normal. Sehingga, dalam
menangani produk ini segala prosedur dan peralatan harus mendapatkan perhatian
serius, titik beku dari avgas maksimum -58C. Avgas mengandung tetraetil timbal
(TEL) yaitu zat beracun (polusi), tetapi zat ini digunakan untuk mencegah mesin
mengalami ledakan (knocking).

C.

Bensin

Bensin merupakan salah satu hasil dari pengolahan minyak bumi,


komponen utama yang terdapat pada bensin ialah oktana dan nheptana. Sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, kualitas bensin
ditentukan oleh karakteristik jumlah oktan, bilangan oktan pada
bensin menunjukkan seberapa besar tenaga yang diberikan terhadap
mesin sebelum bensin tersebut terbakar habis serta mewakili
karakteristik anti knocking (ketukan) yang terjadi pada mesin, jadi

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

semakin tinggi jumlah oktan maka semakin tinggi juga kualitas


bensin tersebut.

Pemasaran bensin di Indonesia terdiri dari beberapa jenis, seperti Premium dengan
oktan 88 dan Pertamax 92, berarti bisa dikatakan kualitas pembakaran pada Pertamax
lebih tinggi jika dibandingkan dengan Premium, baik itu dari segi energi yang diberikan
dan anti ketukan pada mesin. Untuk menambah jumlah oktan pada bensin, bisa
dilakukan dengan menambahkan zat yang disebut dengan TEL (tetra ethyl lead) dan
MTBE (metyl tertiary butyl eter) namum kedua zat ini mengandung racun dan timbal
dan tentunya berbahaya bagi manusia maka senyawa tersebut telah diganti dengan
Etanol yang tentunya lebih ramah lingkungan.

D.

Kerosene (Minyak Tanah)

Minyak tanak ( kerosene atau Paraffin) merupakan cairan yang tidak berwarna dan
tentunya mudah terbakar, diperoleh dari proses Destilasi minyak bumi dengan suhu
150C-275C dengan rantai carbon C12-C15. Untuk mengurangi kadar belerang serta
pengaratannya, maka minyak bumi diolah lebih khusus pada sebuah unit Merox atau
Hidrotreater serta kualitasnya sebagai bahan bakar minyak akan ditingkatkan dengan
proses Hidrocracker.
Biasanya sebelum kerosene didistribusikan ke masyarakat, telah terlebih dahulu
ditambahkan zat pewarna (kuning) agar masyarakat awam dapat membedakan fraksi
minyak tanah dengan air. Selain digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, kerosen
juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pesawat (avtur) tetapi telah terlebih dahulu
ditingktatkan dari segi kualitas seperti titik beku dan titik uap.

E.

Solar (Diesel)

Solar pada umumnya digunakan pembakaran mesin diesel, fraksi ini diperoleh dari
proses Destilasi pada suhu 200C-300C. Sifat umum pada solar yaitu tidak berwarna
atau sediki kekuning-kuningan, tidak mudah menguap pada temperatur normal,

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

memiliki kandungan sulfur yang lebih tinggi jika dibanding dengan bensin dan
kerosene, selain itu solar juga memiliki titik nyala antara 40C-100C.
Kualitas solar ditentukan denan syarat seperti kinerja solar hanya menimbulkan sedikit
knocking, mudah terbakar, kekentalan, kandungan sulfur (sekecil mungkin) dan stabil
(tidak berubah dalam segi kualitas dan bentuk saat disimpan). Bahan bakar ini
dibedakan dari segi bilangan cetane, yaitu bilangan yang menunjukkan kemampuan
pembakaran bahan bakar diesel serta kemampuan mengontrol jumlah ketukan yang
terjadi pada mesin, semakin tinggi bilangan cetane pada solar maka semakin tinggi pula
kualitas solar tersebut.
F.

Aspal

Hasil olahan minyak bumi ternyata benar-benar berhubungan dengan


kendaraan bermotor, setelah berbagai jenis bahan bakar diatas, kali
ini saya akan membahas tentang aspal yang sejatinya digunakan
untuk membangun jalur transportasi berbagai jenis kendaraan
bermotor. Aspal adalah Hidrokarbon yang

bersifat kental dan

melekat (adhesive), berwarna cokelat hitam dan tahan terhadap air


serta mengandung sulfur,oksigen dan klor.

Aspal berasal dari fraksi berat minyak bumi (residu) yang diolah menjadi dua jenis
yaitu aspal padat dan aspal cair. Fungsi utama aspal pada pembangunan jalan raya yaitu
untuk mengikat batuan agar tidak terlepas dari permukaan jalan, sebagai bahan pelapis
dan perekat, sebagai pengisi ruang kosong antara agregat kasar, agregat halus dan
agregat filter.

Teknik Kimia Universitas Mulawarman | Petrokimia

50

Anda mungkin juga menyukai