Gambar 2.1. Logo PT.Pertamina (Persero) PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap merupakan salah satu dari 7 jajaran unit pengolahan di tanah air, yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348.000 barrel/hari, dan terlengkap fasilitasnya. Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa. VISI Menjadi Kilang Minyak yang kompetitif di Dunia MISI Mengolah Minyak Bumi menjadi produk BBM, Non BBM, dan Petrokimia untuk memberikan nilai tambah bagi Perusahaan TUJUAN Memuaskan Stakeholder melalui peningkatan kinerja Perusahaan secara Profesional, berstandar Internasional, dan berwawasan lingkungan 2.2 JENIS KILANG 2.2.1 Kilang Minyak I
Gambar 2.1.KilangMinyak 1 (sumber: Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap) Kilang Minyak I dibangun tahun 1974 dengan kapasitas semula 100.000 barrel/hari. Kilang Minyak I ini beroperasi sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976. Sejalan dengan peningkatan kebutuhankonsumen, tahun 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui Debottlenecking project sehingga menjadi 118.000 barrel/hari. Kilang ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain mendapatkan BBM sekaligus untuk mendapatkan produk NBM yaitu bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal. Mengolah minyak dari Timur tengah bertujuan agar dapat menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal, mengingat karakter minyak dari dalam negeri tidak cukup ekonomis untuk produksi dimaksud. Kilang Minyak I Pertamina meliputi : a. Fuel Oil Complex (FOC I), untuk memproduksi BBM. b. Lube Oil Complex (LOC I), untuk memproduksi lube base oil dan aspal. c. Utilities Complex I (UTL I), menyediakan semua kebutuhan utilities dari unit- unit proses seperti steam, listrik, angin instrumen, air pendingin serta fuel system.
2.2.2 Kilang Minyak II
Gambar 2.2.Kilang Minyak 2 (sumber: Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap, tahun: 2013) Pembangunan kilang minyak kedua dimulai tahun 1981 dan mulai beroperasi setelah diresmikan pada 4 Agustus 1983 dan merupakan perluasan dari kilang minyak pertama. Perluasan ini dilakukan mengingat peningkatan konsumsi BBM yang menjadi tidak seimbang lagi dengan produksi yang ada. Sementara untuk memenuhi kebutuhan tersebut terpaksa minyak mentah dalam negeri diolah di kilang luar negeri dan masuk ke Indonesia dalam jenis BBM tertentu. Pola pengadaan demikian merupakan suatu pemborosan yang dapat mengganggu kestabilan ekonomi nasional. Dengan alasan tersebut maka pemerintah memandang perlu mengadakan perluasan kilang. Kilang minyak kedua yang berkapasitas 200.000 barel/hari dirancang untuk mengolah minyak mentah dalam negeri yang memiliki kadar sulfur lebih rendah dari pada ALC. Minyak mentah ini merupakan campuran dengan komposisi 80 % Arjuna Crude dan 20 % Attaka Crude yang pada perkembangan selanjutnya menggunakan crude lain dengan komposisi yang menyerupai rancangan awal. Perluasan kilang dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) untuk Kompleks BBM, Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM) untuk Lube Oil Complex dan Fluor Eastern Inc. untuk Offsite Facilities. Sedangkan kontraktor utamanya adalah Fluor Eastern Inc. dengan sub kontraktor diutamakan dari perusahaan-perusahaan nasional.Perluasan yang dilaksanakan tersebut menjadikan kapasitas kilang minyak Cilacap menjadi 300.000 barel/hari. 2.2.3 Kilang Paraxylene
Gambar 2.3.Kilang Minyak Paraxlene (sumber: Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap, tahun: 2013) Kilang ini dibangun pada tahun 1988 dan sebagai kontraktor pelaksananya adalah Japan Gasoline Coorporation (JGC). Kilang ini mulai beroperasi pada 20 Desember 1990 dengan mengolah naptha 590.000 ton/tahun menjadi produk utama paraxylene, benzene, dan produk samping lainnya yaitu LPG, raffinate, heavy aromate dan fuel oil/excess. Dengan telah beroperasinya kilang paraxylene tersebut, maka keberadaan Pertamina UP IV semakin penting, karena disamping produk yang telah dihasilkan oleh Kilang Minyak I dan II, juga merupakan penghasil produk petrokimia. Produk paraxylene sebagian untuk memenuhi kebutuhsn ke pusat aromat di Plaju sebagai bahan baku Purified Terepthalic Acid (PTA) dan sebagian lagi diekspor. Sedangkan produk benzene keseluruhannya diekspor dan produk- produk lainnya untuk keperluan dalam negeri sendiri. 2.3. HASIL PRODUKSI 2.3.1 Produk Non- BBM LPG LPG (Liquefied Petroleum Gas) adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam . LPG dikenalkan oleh Pertamina dengan merk Elpiji. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C 3 H 8 ) dan butana (C 4 H 10 ). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C 2 H 6 ) dan pentana (C 5 H 12 ).
Naphthan Nafta atau naphtha adalah suatu kelompok yang terdiri dari beberapa jenis hidrokarbon cair produk antara kilang minyak yang digunakan terutama sebagai bahan baku produksi komponen bensin oktan tinggi melalui proses reformasi katalitik. Nafta juga digunakan dalam industri petrokimia untuk memproduksi olefin dalam perengkah uap (steam cracker) serta digunakan sebagai pelarut atau solven dalam industri kimia.
Aspal (Asphalt) Aspal diproduksi oleh Kilang LOC I/II/III, dihasilkan oleh jenis Crude Oil jenis Asphaltic berbentuk semisolid, bersifat Non Metalik, larut dalam CS2 (Carbon Disulphide), mempunyai sifat water proofing dan adhesive. Di Indonesia hanya Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap yang dapat menghasilkan Asphalt dari minyak bumi. Setelah selesainya proyek Debottlenecking maka produksi aspal meningkat dari 520 kiloton/tahun menjadi 720 kiloton/tahun. Jenis aspal yang diproduksi adalah Penetrasi 60/70 dan Penetrasi 80/100. Heavy Aromate Heavy Aromate adalah produk sampingan yang diproduksi oleh unit Naptha Hydro Treater. Heavy Aromate digunakan sebagai bahan solvent. Lube Base Oil Lube Base Oil adalah bahan baku pelumas atau disebut pelumas dasar, diproduksi oleh MEK Dewaxing Unit (MDU) I, II, dan III dalam bentuk cair. Lube Base oil digunakan sebagai bahan baku minyak pelumas berbagai jenis permesinan baik berat maupun ringan. Selain itu lube base oil juga digunakan untuk bahan kosmetika. Low Sulphur Waxy Residue (LSWR) Low Sulphur Waxy Residue (LSWR) merupakan bottom produk dari Crude Distilling Unit (FOC II). LSWR digunakan sebagai bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi berbagai produk BBM dan NBM, disamping dapat dimanfaatkan sebagai minyak bakar untuk pemanas di negara-negara bersuhu dingin.
Minarex (Pertamina Extract) Seperti telah diketahui bahwa crude oil (minyak mentah /minyak bumi), dapat menghasilkan bermacam jenis produk, tidak hanya produk BBM tetapi juga produk non BBM serta produk petrokimia. Proses ekstraksi dari LOC I,II&III tidak hanya menghasilkan base oil, parafinic, asphalt dan IFO (Industrial Fuel Oil), tetapi juga menghasilkan produk hasil ekstraksi yang diberi nama Minarex (Pertamina Extract). Minarex dapat digunakan untuk proses industri pada industri karet seperti ban dan tinta cetak, karena dapat memperbaiki proses pelunakan dan pemekaran karet. menurunkan kekentalan komponen karet. Parafinic Oil Paraffinic oil adalah proccessing oil dari jenis Paraffinic dengan komposisi Paraffinic Hydrocarbon, Nepthenic, dan sedikit Aromatic Hydrocarbon. Paraffinic oil pada umumnya digunakan sebagai proccessing oil pada produk karet yang berwarna terang yaitu sebagai bahan kimia pembantu pada industri penghasil barang karet seperti ban kendaraan bermotor, tali kipas, suku cadang kendaraan. proccessing oil dan extender untuk polymer karet alam dan karet sintesis. Toluene Toluene diproduksi dalam bentuk cair. Toluene digunakan sebagai bahan baku TNT, solvent, pewarna, pembuat resin. Juga untuk bahan parfum, pembuat plasticizer dan obat-obatan. 2.3.2 Produk BBM Bensin Premium Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan. Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor, motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol. Solar/Gasoil (HSD: High Speed Diesel) Minyak solar adalah bahan bakar jenis distilat berwarna kuning kecoklatan yang jernih. Penggunaan minyak solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1.000 RPM), yang juga dapat dipergunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur kecil, yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel. Avtur/Avgas Avtur adalah salah satu jenis bahan bakar berbasis minyak bumi yang berwarna bening hingga kekuning-kuningan, memiliki rentang titik didih antara 145 hingga 300 o C, dan digunakan sebagai bakar pesawat terbang. Secara umum, avtur memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan bahan bakar yang digunakan untuk pemakaian yang kurang genting seperti pemanasan atau transportasi darat. Avtur biasanya mengandung zat aditif tertentu untuk mengurangi resiko terjadinya pembekuan atau ledakan akibat temperatur tinggi serta sifat-sifat lainnya. Avtur memiliki sifat yang menyerupai kerosin karena memiliki rentang panjang rantai C yang sama. Komponen-komponen kerosin dan avtur terutama adalah senyawa-senyawa hidrokarbon parafinik (C n H 2n+2 ) dan monoolefinik (C n H 2n ) ataunaftenik (sikloalkan, C n H 2n ) dalamrentang C 10
C 15 . Sifat ini dipilih karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bahan bakarjenis lain. Contohnya adalah volatilitas ; dibandingkan dengan bensin, avtur memiliki volatilitas yang lebih kecil sehingga mengurangi kemungkinan kehilangan bahanbakar dalam jumlah besar akibat penguapan pada ketinggian penerbangan. Hal lain yang menguntungkan dari avtur adalah kandungan energy per volumnya lebih tinggi dibandingkan dengan bensin sehingga mampu memberikan energi bagi pesawat untuk penerbangan jarak yang lebih jauh. Kerosene Minyak tanah atau kerosene merupakan bagian dari minyak mentah yang memiliki titik didih antara 150 C dan 300 C dan tidak berwarna. Digunakan selama bertahun-tahun sebagai alat bantu penerangan, memasak, water heating, dan lain-lain yang umumnya merupakan pemakaian domestik (rumahan). IDF (Industrial Diesel Fuel) Minyak Diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang berbentuk cair pada temperature rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor industri. Oleh karena itulah, diesel oil disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine Diesel Fuel (MDF). IFO (Industrial Fuel Oil) Sebuah campuran bahan bakar minyak gasoil dan berat, dengan gasoil kurang dari minyak diesel laut. 2.4 PENANGANAN LIMBAH Di dalam eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi negara, PERTAMINA UP IV Cilacap tidak dapat lepas dari penanganan limbah yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan dalam pengolahannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : bahan buangan cair, gas dan sludge. 2.4.1 Pengolahan Limbah Buangan Cair Pada dasarnya prinsip dari pengolahan air limbah adalah menghilangkan unsur unsur yang tidak dikehendaki dalam air limbah secara fisik, kimia ataupun biologi. PERTAMINA UP IV Cilacap dalam mengolah limbah cairnya tidak dilakukan pada tiap tiap unit, namun limbah dari beberapa unit digabung menjadi satu baru kemudian diolah. Limbah cair pengolahannya dilakukan secara bertahap meliputi : Sour Water Stripper (SWS), Corrugated Plate Inceptor (CPI) dan Holding Basin. Sour Water Stripper (SWS) Unit ini dirancang untuk mengolah sour water dari Visbracking Unit, Naphta Hydrotreating Unit, High Vacum Unit, Crude Distillation Unit, AH Unibon, Destillate Hydrotreating Unit yang mengandung H 2 S, NH 3 , fenol, CO 2 , mercaptan, cyanida dan pada hydrocracking sour water terdapat fluorida. Unit ini dirancang untuk dapat membersihkan 97 % dari H 2 S yang kemudian dibakar diflare, sedang air bersih yang tersisa dapat digunakan kembali. Dalam sour water H 2 S dan NH 3 terdapat dalam bentuk NH 4 HS yang merupakan garam dari basa lemah dan asam lemah. Di dalam larutan ini, garam terhidrolisa menjadi H 2 S dan NH 3 . Corrugated Plate I nterceptor (CPI ) Corrugated Plate Interceptor (CPI) adalah jenis alat atau bangunan penangkap minyak yang berfungsi untuk memisahkan air dan minyak dengan menggunakan plate sejajar, dibuat dari fiber glass yang bergelombang yang dipasang dengan kemiringan tertentu, bekerja secara gravitasi. Holding Basin Holding basin adalah kolom untuk menahan genangan minyak bekas buangan pabrik supaya tidak lolos ke badan air penerima, dengan perantaraan skimmer (penghisap genangan minyak dipermukaan), floating skimmer (menghisap minyak di bagian tengah), dan baffle (untuk menahan agar minyak tidak terbawa ke badan air penerima). Selanjutnya genangan minyak ditampung pada sump pit kemudian dipompakan ke tangki slops untuk direcovery. Holding Basin dibuat dengan tujuan untuk mencegah pencemaran lingkungan, khususnya bila oil water sampai lolos ke badan air. 2.4.2 Pengolahan Buangan Gas Untuk menghindari pencemaran udara dari bahan bahan buangan gas maka dilakukan penanganan terhadap bahan buangan tersebut dengan cara : 1. Dibuat stack / cerobong asap dengan ketinggian tertentu sebagai alat untuk pembuangan asap. 2. Gas gas hasil proses yang tidak dapat dimanfaatkan dibakar dengan menggunakan flare.
Gambar 2.4. Hasil pembakaran gas buangan (sumber: Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap) 2.5 DISTRIBUSI PRODUK Produk BBM kilang RU IV Cilacap disalurkan melalui pipa oleh Upms IV ke wilayah Barat dari Cilacap ke Tasilmalaya Padalarang(Bandung), sedangkan ke wilayah Timur dari Cilacap-Maos Rewulu (Yogyakarta) menuju Teras (Boyolali). Dari depot-depot yang ada kemudian BBM disalurkan ke SPBU- SPBU yang tersebar diseluruh wilayah baik melalui transportasi kereta api, maupun tank cair. Sedangkan produk Non BBM dan petrokimia disalurkan dengan menggunakan kapal tanker dan sebagaian lagi melalui jalur transportasi darat. Produk BBM sepenuhnya dipergunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Sedangkan produk non BBM maupun petrokimia sebagian dipasarkan di dalam negeri, dan sebagian lagi di ekspor.
Gambar 2.5. Daerah Pipanisasi di Pulau Jawa (sumber: Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap, tahun: 2013)
2.6 JENIS ALAT UNTUK DISTRIBUSI 2.6.1 Pipa Minyak Pipa minyak yang dipasang digunakan untuk mendistribusikan BBM kedaerah diluar Cilacap.
Gambar 2.6 pipa minyak Pertamina Cilacap (sumber: Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap) 2.6.2 Mobil / Truck Pengangkut Mobil minyak digunakan untuk mendistribusikan BBM dan Non BBM serta petrokimia keluar daerah Cilacap.
Gambar 2.7 mobil Pertamina (sumber: Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap) 2.6.3 Kapal Tanker Kapal Tanker ini digunakan untuk mendistribusikan Non BBM dan petrokimia ke dalam negeri maupun ke luar negeri.
Gambar 2.8 Kapal Tanker milik Pertamina (sumber: pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap)