Anda di halaman 1dari 15

I Judul Kerja Praktek

Studi kegiatan Pengupasan Overburden pada penambangan batubara PT.


Megapura Prima Industri Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat.

II Latar Belakang

PT.Megapura Prima Industri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak


dibidang pertambangan dengan jenis bahan galian batubara. Batubara merupakan
jenis bahan galian dimana dalam proses penambangannya harus dilakukan kegiatan
pengupasan tanah penutupnya atau pengupasan Overburden.

Overburden merupakan material yang cocok untuk eksploitasi ekonomis,


seperti batu, tanah, dan ekosistem yang terletak di atas lapisan batubara
(Wikipedia). Pada tahap pengupasan Overburden harus dikerjakan, terutama pada
kegiatan penambangan yang menggunakan sistem tambang terbuka. Semakin baik
racangan pada pengupasan lapisan tanah penutup maka rencana target produksi
semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut diperlukan metode dan alat yang
mendukung dalam pengupasan lapisan tanah penutup.

Salah satu cara bentuk pengaplikasian ilmu pertambangan khususnya


pengetahuan tentang proses pengupasan Overburden adalah dengan melakukan
Kerja Praktek (KP). Kerja praktek ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk
menimba pengalaman kerja serta dapat terjun langsung ke lapangan dan melihat
bagaimana mekanisme kerja seorang ahli tambang dalam perusahaan.

III Permasalahan

1. Apa saja alat-alat yang digunakan dalam pengupasan Overburden?


2. Bagaimana cara pengupasan Overburden?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pengupasan Overburden?.

IV Tujuan

1. Mengetahui peralatan yang digunakan dalam pengupasan Overburden.


2. Menjelaskan cara pengupasan Overburden.
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pengupasan
Overburden.

1
V Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada PT. Megapura Prima


Industri, yaitu pada bulan Juni-Agustus. Dibawah ini adalah tabel rencana
penelitian.

Tabel 5.1 Matrix Rencana Pengambilan Data


N KEGIATAN 2018
o.
Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Studi
Literatur
2 Orientasi
Lapangan
3 Pengambilan
Data
4 Pengolahan
Data
5 Penyusunan
Draf

Keterangan: Pelaksanaan

VI Tinjauan Pustaka

6.1 Batubara
6.1.1 Pengertian Batubara
Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik. Utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen.
(Wikipedia).

6.1.2 Pembentukan Batubara


Batubara merupakan sumber energi yang selama ini banyak dimanfaatkan
dalam berbagai bidang kehidupan. Pada dasarnya batubara merupakan bahan bakar
fosil dan termasuk dalam kategori batuan sedimen.

2
Proses pembentukan batubara sendiri sangatlah kompleks dan membutuhkan
waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya dan terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan
purba yang kemudian mengendap dan mengalami proses pembatubaraan
(Coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun geologi.
Secara umum ada 2 tahap proses pembatubaraan, yaitu:
1. Tahap Diagenetik atau Biokimia (Penggambutan)
Dimulai pada saat tumbuhan yang telah mati mengalami pembusukan
(terdeposisi) dan menjadi humus. Humus ini kemudian akan diubah menjadi
gambut oleh bakteri anaerob dan fungi hingga Lignit (gambut) terbentuk. Yang
sangat berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi
dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik sehingga membentuk gambut.
2. Tahap Malihan atau Geokimia
Pada tahap ini terjadi perubahan yang mendasar pada sifat-sifat fisik dan
kimiawi dari bahan gambut menjadi batubara. Perubahan mendasar ini ditandai
dengan semakin menurunnya kandungan air, hidrogen, oksigen,` karbon
dioksida dan bahan-bahan lain yang mudah terbakar. Pada tahap ini bakteri tidak
lagi berperan, namun yang berperan adalah perubahan-perubahan dan aktifitas-
aktifitas yang terjadi di dalam bumi, seperti adanya perubahan tekanan dan
temperature, intrusi dan lain sebagainya.

6.1.3 Tempat Pembentukan Batubara


Berdasarkan tempat terjadinya, maka toeri pembentukan batubara dapat
dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Teori Insitu (Autochonous Coals)
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,
terbentuk di tempat tumbuh-tumbuhan asli itu berada. Setelah tumbuhan tersebut
mati dan belum mengalami proses transportasi namun segera tertutup oleh
lapisan sedimen sehingga mengalami proses Coalification. Jenis batubara yang
terbentuk melalui proses ini mempunyai penyebaran luas dan merata, dengan
kualitas lebih baik karena memiliki kadar abu relatif kecil.
2. Teori Drift (Allochthonous Coals)

3
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi di
tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang.
Tumbuhan yang telah mati terangkut oleh media air dan terakumulasi di suatu
tempat, tertutup oleh batuan sedimen, dan mengalami proses Coalification. Jenis
batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas, dan
mengandung material pengotor yang terangkut bersama selama proses
pengangkutan dari tempat asal tanaman ke lokasi sedimentasi.

(Sumber: Wikipedia)
Gambar 6.1 Terjadinya Batubara Insitu dan Drift
6.2 Overburden
6.2.1 Penggolongan Material Tanah Penutup (Overburden)
Pemindahan tanah merupakan suatu proses penggalian dan pemindahan tanah
dengan menggunakan alat-alat mekanis dari front menuju disposal. Volume tanah

4
yang akan dipindahkan biasanya dinyatakan dalam beberapa satuan volume yaitu
BCM (Bank cubic meter), LCM (Loose Cubic Meter), CCM (compact cubic meter).

6.2.2 Macam Volume Tanah


Berdasarkan kondisi volumenya, tanah dapat berubah-ubah. Secara umum
ada 3 macam volume tanah, yaitu:
1. Volume Asli (insitu/bank)
Adalah volume tanah dalam keadaan asalnya yang belum diganggu dengan
alat-alat berat. Biasanya volume ini dijadikan dasar bagi perhitungan pekerjaan
tanah. Satuan yang digunakan adalah Bank Cubic Meter (BCM).
2. Volume Lepas (Loose)
Adalah volume tanah setelah dibongkar atau dikeruk dari tempat asalnya.
Misalnya tanah yang sudah didorong dengan menggunakan Bulldozer, diangkut
Dump Truck atau di tempat penimbunan yang belum dipadatkan. Satuan yang
digunakan adalah loose cubic meter (LCM).
3. Volume Padat (Compacted)
Adalah volume tanah yang sudah ditimbun dan sudah didapatkan, misal
sebagai badan jalan, landasar Stockpile batubara dan sebagainya, satuan yang
digunakan adalah compact cubic meter (CCM).

6.2.3 Jenis Material


Dilokasi penambangan akan ditemui berbagai jenis material. Setiap material
memiliki tingkat kesulitan dalam melakukan penggalian. Ada beberapa jenis
material berdasarakan kesulitan dalam proses penggalian, yaitu:
1. Lunak (Soft) atau mudah digali (easy digging)
Misalnya tanah pucuk atau top soil, pasir (Sand), lempung pasiran (Sandy Clay).
2. Agak keras atau medium
Misalnya tanah liat yang basah dan lengket, batuan yang sudah lapuk
(wheathered rock).
3. Sukar digali atau keras (hard digging)

5
Misalnya batu sabak (slate), material yang kompak (compacted material), batuan
sedimen (sedimentary rock), konglomerat (conglomerat), breksi (breccia).
4. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan segar (fresh
rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum dapat digali.
Misalnya Batuan Beku Segar (fresh igneous rock ), Batuan Malihan Segar (fresh
metamorfic rock).

6.3 Jenis Peralatan


6.3.1 Backhoe
Backhoe termasuk alat berat penggali, pengangkat dan pemuat yang
menggunakan prime mover excator. Penggunaannya dikhususkan untuk penggalian
yang letaknya dibawah kedudukan backhoe itu sendiri.
Umumnya jenis backhoe dibedakan menurut kendalinya yakni dengan cable
controlled dan dengan hydraulic controlled.
Untuk Cable Controlled diciri-cirikan sebagai berikut:
1. Kesederhanaan dalam pemasangan
2. Kesederhanaan dalam perbaikan dan pemeliharaan alat
3. Biaya perawatan lebih murah
Sedangkan untuk backhoe dengan Hydraulic Controlled, diciri-cirikan
sebagai berikut:
1. Memungkinkan untuk lebih tepat menyetel posisi yang dikehendaki
2. Pemeliharaannya lebih berat dan harus lebih teliti
3. Penggantian dengan attachment lain terbatas sekali
Selain dibedakan menurut kendalinya, backhoe juga dibedakan menurut
undercarriage nya yakni backhoe roda rantai (crawler mounted), backhoe roda
karet (whell mounted).

6
(Sumber: Makalah Alat Berat Backhoe)
Gambar 6.2 Backhoe tipe roda rantai

(Sumber: Makalah Alat Berat Backhoe)


Gambar 6.3 Backhoe tipe roda karet
6.3.2 Bulldezer
Bulldozer adalah salah satu jenis alat mekanis/berat yang berfungsi sebagai
alat gali yang biasa digunakan pada kegiatan pembersihan tempat kerja, pengupasan
tanah penutup dan penambangan. Jenis alat ini dibedakan berdasarkan tipe blade
dan roda penggerak yang digunakan. Bentuk umum dari alat Bulldozer ini dapat
dilihat pada gambar 6.4 berikut ini.

7
(Sumber: Makalah Alat Berat Bulldozer)
Gambar 6.4 Bulldozer

1) Tipe Blade
Tipe blade yang akan dipakai harus disesuaikan dengan kondisi pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Ada beberapa tipe blade yang dapat dipilih untuk
digunakan dalam kondisi pekerjaan tertentu, tipe blade tersebut adalah :

 Universal Blade Type.


 Straight Blade Type.
 Bowldozer Blade Type.
 Light Material U Blade Type.
 Cushion Blade Type (C-Blade Type).
 Angling Bade Type (A-Blade Type).
Untuk lebih jelasnya tipe-tipe dari blade Bulldozer ini, dapat dilihat pada
gambar 6.5 berikut ini.

8
(Sumber: Makalah Alat Berat Bulldozer)
Gambar 6.5 Tipe Blade
2) Roda Penggerak
Berdasarkan pada penggeraknya, Bulldozer ini dapat dibedakan menjadi
2 (dua) jenis yaitu, “Crawler Mounted Type“dan “Wheel Mounted Type”.
Pemakaian jenis alat ini harus disesuaikan dengan kondisi lapangan.

3) Fungsi Kerja Bulldozer


1. Perintisan.
2. Pembersihan daerah/lokasi kerja (land clearing).

9
3. Mendorong alat Scraper.
4. Menimbun.
5. Pembuatan saluran.
6. Dengan bantuan Ripper dapat membongkar lapisan batuan yang keras.
7. Membuat kemiringan tertentu pada suatu tempat.
8. Membantu pengupasan tanah penutup (overburden).
9. Membuat konstruksi jalan tambang dan pemeliharaannya.
10. Pembuatan jenjang dan mempersiapkan “loading area”.
11. Meratakan material buangan atau overburden di lokasi “waste dump”.
12. Mendorong material ke dalam hopper.
13. Membantu menyebarkan tanah humus di lokasi reklamasi.
14. Membantu pemasangan pipa-pipa, kabel listrik, conveyor dan lain-lain.

6.4 Teknis Pengupasan Lapisan Overburden


Pengertian kegiatan pengupasan tanah penutup yaitu pemindahan suatu
lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan
galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan
pengupasan tanah penutup yang baik diperlukan alat yang mendukung dan
sistematika pengupasan yang baik.
Pekerjaan pengupasan tanah penutup merupakan kegiatan yang harus
dikerjakan pada pertambangan terutama kegiatan penambangan yang
menggunakan sistem tambang terbuka. Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup
ditentukan oleh rencana target produksi. Semakin serasi kerja alat dalam
pengupasan tanah penutup maka semakin cepat proses pembersihan lahan dan
pengupasan tanah penutup. Untuk mewujudkan kondisi tersebut diperlukan metode
dan alat pendukung pengupasan lapisan tanah penutup.
Adapun teknis dari pengupasan lapisan tanah penutup yaitu:
1. Benching system
Cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan sistem jenjang (benching) ini
yaitu pada saat pengupasan lapisan tanah penutup juga sekaligus membuat jenjang.
Sistem ini cocok untuk tanah penutup yang tebal.
2. Cara Konvensional

10
Cara ini menggunakan kombinasi alat-alat pemindahan tanah mekanis (alat
gali, alat muat, dan alat angkut). Bila tanah material penutup lunak bisa langsung
dengan menggunakan alat gali muat, sedangkan bila materialnya keras bisa
menggunakan Ripper atau pemboran dan peledakan untuk pembongkaran tanah
penutup, dan kemudian dimuat dengan alat muat ke alat angkut, dan selanjutnya
diangkut ke tempat pembuangan dengan alat angkut.
3. Drug Scraper System
Cara ini biasanya langsung diikuti dengan pengambilan bahan galian setelah
tanah penutupnya dibuang. Tetapi bisa juga tanah penutupnya dihabiskan terlebih
dahulu, kemudian baru bahan galiannya ditambang, sistem ini cocok untuk tanah
penutup yang materialnya lunak dan lepas (loose).
4. Back filling digging
Cara ini tanah penutup di buang ke tempat yang bahan galiannya sudah digali.
Cara Back Filling Digging cocok untuk tanah penutup yang bersifat:
a. tidak diselangi oleh berlapis-lapis endapan bijih ( hanya ada satu lapis)
b. material atau batuannya lunak.
c. letaknya mendatar (horizontal)
5. Multi Bucket Exavator System
Pada pengupasan cara ini tanah penutup dibuang ke tempat yang sudah digali
atau tempat pembuangan khusus. Pada umumnya alat yang digunakan Bucket
Wheel Excavator (BWE), sistem ini cocok untuk tanah penutup yang materialnya
lunak dan tidak lengket.

6.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pengupasan Overburden


1. Material
Setiap macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik dan
kimia yang berbeda-beda. Pada dasarnya pemindahan tanah itu merupakan suatu
pekerjaan untuk meratakan tanah atau penggalian suatu lahan. Beberapa jenis tanah
dianggap mudah untuk dimuat, jenis tanah yang dapat langsung digusur dalam
kondisi aslinya.
Tanah atau batuan yang keras akan lebih sukar dikoyak (ripped) digali (dug)
atau dikupas (stripped). Hal ini tentu akan menurunkan produksi alat mekanis yang
digunakan.

11
2. Alat Mekanis Yang Digunakan
Pemilihan dan penggunaan alat mekanis sangat penting, karena alat mekanis
merupakan alat yang digunakan dalam pengupasan konvensional, sehingga perlu
pemilihan alat untuk kegiatan pengupasan tepat dan cepat. Pemilihan alat mekanis
dapat menentukan cepat lambatnya kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup
terselesaikan.
3. Efisien Kerja
Hal ini sangat penting dalam hubungannya dengan produksi alat mekanis.
Karena dalam keadaan normal akan didapatkan effesiensi kerja yang maksimum.
Dari kondisi dan keadaan di lapangan dapat diketahui penilaian mengenai efesiensi
kerja, sering mengalami kesulitan. Karena sekali ada perubahan maka kondisi dan
keadaan akan berubah, sehingga akan mempengaruhi kondisi efesiensi kerja.
4. Operator
Operator adalah manusia yang menjalankan alat dimana sulit ditentukan
efisiensinya karena perubahan dari hari kehari dan tergantung oleh kondisi operator
itu sendiri, cuaca, alat dan suasana kerja.

12
VII DATA DAN HASIL YANG DIHARAPKAN

Dalam melakukan Kerja Praktek ini data dan hasil yang diharapkan yaitu
dapat mengetahui secara pasti tahapan, jenis peralatan yang digunakan serta faktor-
faktor yang mempengaruhi dalam kegiatan pengupasan Overburden yang ada pada
PT. Megapura Prima Industri dengan cara mengamati dan terjun ke front
penambangan pada kegiatan pengupasan Overburden berlangsung.

Setelah mengetahui secara pasti tujuan yang ingin dicapai penulis dapat
menjelaskan dan diharapkan dapat memberikan saran perbaikan apabila dalam
kenyataannya masih terdapat hal yang belum sesuia dengan yang di inginkan oleh
pihak perusahaan.

13
VIII PENUTUP

Demikian proposal permohonan Kerja Praktek ini, mohon dijadika sebagai


salah salah satu pertimbangan bagi PT. Megapura Prima Industri. Besar harap
Penulis kiranya proposal ini dapat di terima dan dapat diberikan kesempatan untuk
melakukan kegiatan Kerja Praktek disana.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Alat Berat Backhoe. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.


Malang.

Anonim. 2014. Alat Berat Bulldozer. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.


Malang.

Marindo Romeo. 2011 .Clearing and Striping Overburden. Tersedia:


http://tambgeophy-kov.blogspot.com/2011/12/kestabilan-lereng-dalam-
pertambangan .html. (Online: 29 Juli 2018).

Wikipedia. 2018 .Definisi Overburden. Tersedia:


https://en.wikipedia.org/wiki/Overburden. (Online: 13 Juli 2018).

Wikipedia. 2018 . Definisi Batubara. Tersedia:


https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara. (Online: 9 Juli 2018).

15

Anda mungkin juga menyukai