Anda di halaman 1dari 27

BAB III

DASAR TEORI

Endapan bahan galian merupakan salah satu jenis sumber daya


mineral.Endapan bahan galian pada umumnya tersebar tidak merata didalam
kulit bumi, baik jenis, jumlah maupun kadarnya. Sumber daya mineral
(endapan bahan galian) memiliki sifat khusus dibandingkan dengan sumber
daya yang lain, yaitu yang disebut wasting asset atau non renewable
resource yang artinya bila endapan bahan galian tersebut ditambang
disuatu tempat, maka bahan galian tersebut tidak akan diperbaharui
kembali. Atau dengan kata lain industry pertambangan merupakan industri
dasar tanpa daur, oleh karena itu didalam pengusahaan industri
pertambangan selalu berhadapan dengan sesuatu yang serba terbatas baik
lokasi, jenis, jumlah maupun mutu materialnya.
Keterbatasan

ini

ditambah

lagi

dengan

usaha

meningkatkan

keselamatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan hidup. Jadi didalam


mengelola sumber daya mineral diperlukan penerapan sistem penambangan
yang sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis agar
perolehannya dapat optimal. Maksud dan tujuan industri pertambangan
adalah untuk memanfaatkan sumber daya mineral yang terdapat didalam
kulit bumi demi kesejahteraan umat manusia.
3.1 Aspal / Bitumen
Definisi :
a. Menurut ASTM D8 ( Aspal )
Adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna
hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat yang akan melembek dan
meleleh bila dipanaskan, tersusun terutama dari sebagian besar
bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau

setengah padat dari alam atau dari hasil pemurnian minyak bumi,
atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi
atau derivatnya (turunan dari minyak bumi).
b. Menurut The Asphalt Institute ( Bitumen )
Adalah suatu campuran dari senyawa senyawa hidrokarbon yang
berasal dari alam atau dari suatu proses pemanasan, atau berasal dari
kedua proses tersebut. Kadang-kadang disertai dengan derivatnya
yang bersifat non logam yang dapat bersifat gas, cairan, setengah
padat

atau padat, yang

campuran

itu dapat larut dalam

karbondisulfida ( CS2 )
c. Aspal menurut American Society For Testing and Materials adalah
suatu material yang berwarna coklat tua sampai hitam, padat atau
semi-padat yang terdiri dari bitumen-bitumen yang terdapat di alam
atau diperoleh dari residu minyak bumi. Komposisi utama dari aspal
sendiri merupakan hidrokarbon dengan atom C>40. Di alam, aspal
dapat diperoleh secara alami maupun dari hasil pengolahan minyak
bumi. Aspal tidak larut dalam larutan asam encer dan alkali atau air,
tapi larut sebagian besar dalam ether, gasoline ,dan chloroform
(Saodang, 2005). Aspal sendiri dihasilkan dari minyak mentah yang
dipilih melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini
dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350oC dibawah tekanan
atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline
(bensin), kerosene (minyak tanah), dan gas oil. Secara kimia, Aspal
terdiri atas gugusan aromat, naphten dan alkan sebagai bagian
terpenting dan secara kimia fisika merupakan campuran koloid,
dimana butir-butir yang merupakan bagian yang padat (asphaltene)
berada dalam fase cairan yang disebut maltenes.

3.2 Sumber Aspal


Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah diperoleh melalui proses
destilasi minyak bumi. Proses destilasi ini dilakukan dengan pemanasan
hingga suhu 350oC di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksifraksi minyak seperti bensin, minyak tanah dan minyak. Proses pemisahan
dari bahan bakar minyak bumi dapat dilihat pada gambar 1 (Wignall,2003).

Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan


turunan dari proses penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan
nama aspal keras.

Aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal ini aspal alam

Aspal ini dibuat dengan menambahkan bahan tambah kedalam aspal


yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi sifat
rheologinya sehingga menghasilkan jenis aspal baru yang disebut
aspal modifikasi.

Gambar 3.2 Proses Pemisahan Aspal

3.3 Jenis Jenis Aspal


Secara umum aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses
pembentukannya sebagai berikut :
3.3.1 Aspal Alamiah
Aspal alamiah berasal dari berbagai sumber, seperti pulau Trinidad
dan Bermuda. Aspal dari Trinidad mengandung kira-kira 40% organik
dan zat-zat anorganik yang tidak dapat larut, sedangkan yang berasal
dari Bermuda mengandung kira-kira 6% zat-zat yang tidak dapat larut
(Oglesby, 1996).
3.3.2 Aspal Batuan
Aspal batuan adalah endapan alamiah batu kapur atau batu pasir
yang dipadatkan dengan bahan-bahan berbitumen. Aspal ini terjadi
diberbagai bagian di Amerika Serikat. Aspal ini umumnya membuat
permukaan jalan yang sangat tahan lama dan stabil tetapi kebutuhan
transportasi yang tinggi membuat aspal terbatas pada daerah-daerah
tertentu saja (Oglesby, 1996).
3.3.3 Aspal Minyak Bumi
Aspal minyak bumi pertama kali digunakan di Amerika Serikat
untuk perlakuan jalan pada tahun 1894. Bahan-bahan pengeras jalan
aspal sekarang berasal dari minyak mentah domestik bermula dari
ladang-ladang di Kentucky, Ohio, Michigan, Illinois, Mid-Continent,
Gulf-Coastal, Rocky Mountain, California, dan Alaska. Sumber-sumber
asing termasuk Meksiko, Venezuela, Colombia, dan Timur Tengah.
Sebesar 32 juta ton aspal minyak bumi telah digunakan pada tahun 1980
(Oglesby, 1996).

3.3.4 Aspal Beton


Aspal beton merupakan aspal yang paling umum digunakan dalam
proyek-proyek konstruksi seperti permukaan jalan, bandara, dan tempat
parkir. Aspal ini terbagi atas beberapa jenis yaitu :
a.

Aspal Beton Campuran Panas, diproduksi dengan memanaskan


aspal untuk mengurangi viskositas, dan pengeringan agregat untuk
menghilangkan uap air sebelum pencampuran. Pencampuran
dilakukan pada temperatur sekitar 300oF (150C) untuk aspal
polimer modifikasi dan aspal semen sekitar temperatur 200 oF
(95C). Pemadatan dilakukan pada saat aspal cukup panas. HMAC
(Hot Mix Asphalt Concrete) merupakan jenis aspal yang paling
umum dipakai pada jalan raya.

b.

Aspal Beton Campuran Hangat, diproduksi dengan penambahan


zeolit, lilin atau aspal emulsi untuk campuran. Penambahan zat aditif
dalam campuran tersebut dilakukan untuk mempermudah pemadatan
pada cuaca yang dingin.

c.

Aspal Beton Campuran Dingin, dipoduksi oleh bahan pengemulsi


aspal dalam air dan sabun sebelum pencampuran dengan agregat.

d.

Aspal Beton, diproduksi dengan melarutkan bahan pengikat dalam


minyak tanah atau fraksi yang lebih ringan dari minyak bumi
sebelum pencampuran dengan agregat.

e.

Aspal Beton Mastis, diproduksi dengan memanaskan aspal keras


dalam pencampuran panas sampai menjadi cairan yang lebih kental
kemudian menambahkan agregat (Oglesby, 1996).

3.4 Klasifikasi Aspal


Aspal keras dapat di klasifikasikan kedalam tingkatan ( grade ) atau
kelas berdasarkan dua sistem yang berbeda, yaitu:
3.4.1 Viskositas

Viskositas setelah penuaan dan penetrasi. Masing-masing sistem


mengelompokan aspal dalam tingkatan atau kelas yang berbeda pula.
Dalam pengklasifikasian aspal yang ada, yang paling banyak digunakan
adalah sistem pengklasifikasian berdasarkan viskositas dan penetrasi.
Dalam sistem viskositas, satuan poise adalah estndar pengukuran
viskositas absolut. Makin tinggi nilai poise status aspal makin kental
aspal tesebut. AC-25 ( aspal keras dengan viskositasn250 pose pada
temperature 60C) adalah jenis aspal keras yang bersifat lunak, AC-40
(aspal keras dengan 400 poise pada temperature 60C) adalah jenis aspal
keras yang bersifat keras.

Beberapa Negara mengelompokan aspal

berdasarkan

estela

viskositas

penuaan.

Ide

ini

untuk

mengidentifikasikan viskositas aspal estela penghamparan di lapangan.


Untuk mensimulasikan penuaan aspal selama pencampuran, aspal segar
yang akan digunakan dituangkan terlebihdahulu dalam oven melalui
pengujian Thin Film Oven Test (TFOT) dan Rolling Film Oven Test
(RTFOT). Sisa aspal yang tertinggal (residu) kemudian ditentukan
tingkatannya (grade) berdasarkan fiskositasnya dalam satuan poise.
3.4.2 Uji Penetrasi
Pada uji ini, sebuah jarum standar dengna beban 10 gram ( termasuk
berat jarum) ditusukan keatas permukaan aspal, panjang jarum yang
masuk kedalam contoh aspal dalam waktu lima detik diukur dalam
satuan persepuluh mili meter (0,1 mm) dan dinyatakan sebagai nilai
penetrasi aspal. Semakin kecil nilai penetrasi aspal, semakin keras aspal
tersebut.

3.5 Sifat-Sifat Kimia Aspal

Aspal keras dihasilkan melalui proses destilasi minyak bumi. Minyak


bumi yang digunakan terbentuk secara alami dari senyawa-senyawa organik
yang telah berumur ribuan tahun dibawah tekanan dan variasi temperatur
yang tinggi.Susunan struktur internal aspal sangat ditentukan oleh susunan
kimia molekul-molekul yang terdapat dalam aspal tersebut. Susunan
molekul aspal sangat kompleks dan dominasi ( 90 -95% dari berat aspal)
oleh unsur karbon dan hidrogen. Oleh sebab itu, senyawa aspal seringkali
disebut sebagai senyawa hidrokarbon. Sebagian kecil, sisanya (5-10%), dari
dua jenis atom, yaitu: heteroatom dan logam.
Unsur-unsur heteroatom seperti Nitrogen, Oksigen dan Sulfur. Dapat
menggantikan kedudukan atom karbon yang terdapat di dalam stuktur
molekul aspal. Hal inilah yang menyebabkan aspal memiliki rantai kimia
yang unik dan interaksi antar atom tom ini dapat menyebabkan perubahan
pada sifat fisik aspal. Jenis dan jumlah heteroatom yang terkandung didalam
aspal sangat ditentukan oleh sumber minyak tanah mentah yang digunakan
dan tingkat penuaannya. Heteroatom, terutama sulfur lebih reaktif daripada
karbon dan hidrogen untuk mengikat oksigen. Oleh sebab itu, aspal degna
kandungan sulfur yang tinggi akan mengalami penuaan yang lebih cepat
dari pada aspal yang mengandung sedikit sulfur.
Atom logam seperti vanadium, nikel, besi, magnasium dan kalsium
hanya terkandung di dalam aspal dalam jumlah yang sangat kecil, umumnya
aspal hanya mengandung satu persen atom logam dalam bentuk garam
organik dan hidroksidanya.
Karena susunan kimia aspal yang sangat kompleks, maka analisa
kimia aspal sangat sulit dilakukan dan memerlukan peralatan labolatorium
yang canggih, dan data yang dihasilkan pun belum tentu memiliki hubung
an dengan sifat rheologi aspal.Analisa kimia yang dihasilkan biasanya
hanya dapat memisahkan molekul aspal dalam dua grup, yaitu aspalten dan
malten.

Selanjutnya malten dapat dibagi menjadi saturated, aromatik dan resin.


Walaupun begitu pembagian ini tidak dapat didefinisikan secara jelas karena
adanya sifat saling tumpang tindih antara kelompok-kelompok tersebut.
3.5.1 Aspalten
Aspalten adalah unsur kimia aspla yng padat yang tidak larut dalam
n- penten. Aspalten berwarna cokelat sampai hitam yang mengandung
karbon dan hidrogen dengan perbandungan 1 : 1, dan kadang-kadang
juga mengandung nitrogen, sulfur, dan oksigen. Aspalten biasanya
deanggap sebagai material yang bersifat polar danmemiliki bau yang
khas dengan berat molekul yang cukup berat. Molekul aspalten ini
memiliki ukuran antara 5-30 nano meter. Besar kecilnya kandungan
aspalten dalam aspal sangat mempengaruhi sifat rheologi aspal tersebut.
Peningkatan kandungan aspalten dalam aspal menghasilkan aspal yang
lebih keras dengan nilai penetrasi yang rendah, titik lembek yang tinggi
dan tingkat kekentalan aspal yang tinggi pula.
3.5.2 Malten
Malten adalah unsur kimia lainnya yang terdapat di dalam aspal
selain aspalten. Unsur malten ini dapat dibagi lagi menjadi :
a. Resin
Resin secara dominan terdiri dari hidrogen dan karbon, dan sedikit
mengandung oksigen, sulfur dan nitrogen. Rasio kandungan unsur
hidrogen terhadap karbn di dalam resin berkisar antara 1,3 1,4.
Resin ini memiliki ukuran antara 1-5 nanometer, berwarna cokelat,
berbentuk semi padat, bersifar sangat polar dan memberikan sifat
adesif pada aspal. Didalam aspal, resin berperan sebagai zat
pendispersi aspaltene. Sifat aspal, SOL ( larutan ) atau GEL ( jeli)

sangat

ditentukan

oleh

proporsi

kandungan

resin

terhadap

kandungan aspalten yang terdapat pada aspal tersebut.


b. Aromatik
Aromatik adalah unsur pelaryt aspalten yang paling dominan di
dalam aspal. Aromatik berbentuk cairan kental yang berwarna
cokelat tua dan kandungan di dalam aspal bersifat antara 40% - 60%
terhadap berat aspal. Aromatik terdiri dari rantai karbon yang
bersifat non polar yang didominasi oleh unsur tak jenuh ( un
saturated) dan memiliki daya larut yang tinggi terhadap molekul
hidrokarbon.
c. Saturated
Saturated adalah bagian dalam molekul malten yang berupa minyak
kental yang berwarna putih atau kekuning-kuningan dan bersifat non
polar. Saturated terdiri dari parafin ( wax) dan non parafin,
kandungannya di dalam aspal berkisar antara 5% - 20% terhadap
berat aspal.
3.6 Sifat Sifat Fisik Aspal
Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi
dan kinerja campuran beraspal antara lain adalah:
3.6.1 Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah
diguakan sebagai bahan pengikat dalam campuran beraspal dan
dihampar dilapangan. Hal ini di sebabakan karena sifat-saifat aspat akan
berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan yang terjadi
pada saat pencampuran, pengankutan dan penghamparan campuran
beraspal di lapangan. Perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal
menjadi berdakhtilitas rendah atau dengna kata lain aspal telah

mngalami penuan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan


ini disebut durabilitas aspal. Pengujian bertujuan untuk mengetahui
seberapa baik aspal untuk mempertahankan sifat sifat awalnya akibat
proses penuaan. Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal
dengna durabilitas yang baik akan menghasilkan campuran dengna
kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif yang biasanya dilakukan untuk
mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi, titik lembek,
kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada benda uji
yang telah mengalami Presure Aging Vassel ( PAV), Thin Film Oven
Test ( TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua proses
penuaan terakhir merupakan proses penuaan yang paling banyak di
gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama
Viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami
pemanasan atau penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya
mengalami perubahan.
3.6.2 Adesi dan Kohesi
Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama
lainnya, dan kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan
mengikat agregat. Sifat adesi dan kohesi aspal sangat penting diketahui
dalam pembuatan campuran beraspal Karena sifat ini mempengaruhi
kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitas aspal adalah suatu ujian
kualitatif yang secara tidak langsung dapat dilakukan untuk mengetahui
tingkat adesifnes atau daktalitas aspal keras. Aspal keras dengna nilai
daktilitas yang rendah adalah aspal yang memiliki daya adesi yang
kurang baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai daktalitas
yang tinggi. Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji
kuantitatif lainnya yang digunakan untuk mengetahui daya lekat
( kohesi) aspal terhadap batuan. Pada pengujian ini, agregat yang telah

diselimuti oleh film aspal direndam dalam air dan dibiarkan selama 24
jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau kombinasi air
dengan gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti
pemukaan agregat akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi
yang kuat akan melekat erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu
pengelupasan yang tejadi sebagai akibat dari pengaruh air atau
kombinasi air dengan gaya mekanik sangat kecil atau bahkan tidak
terjadi sama sekali.
3.6.3 Kepekaan aspal terhadap temperature
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila
temperatur menurun dan melunak bila temperature meningkat.
Kepekaan aspal untuk berubah sifat akibat perubahan tempertur ini di
kenal sebagai kepekaan aspal terhadap temperatur.
3.6.4 Pengerasan dan penuaan aspal
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui
durabilitas campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor
utama, yaitu: penguapan fraksi minyak yang terkandung dalam aspal
dan oksidasi penuaan jangka pendek dan oksidasi yang progresif atau
penuaan jangka panjang. Oksidasi merupakan factor yang paling penting
yang menentukan kecepatan penuaan.
Asphalt Institute. 1989. Asphalt Cold Mix Manual, Manual Series
No.14 (MS-14), Third Edition, Lexington, KY 40512-4052, USA.
Cooper, K.E., Brown, S.F. and Pooley, G.R, 1985. The Design of
Agregate Gradings for Asphalt Basecourses, Journal of The Association
of Asphalt Paving Technologists.
3.7 Pengertian Sumber Daya Dan Cadangan

3.7.1 Sumber daya ( resources)


Merupakan akumulasi longgokan zat padat, cair atau gas yang
terdapat dialam, mengandung satu jenis atau lebih komoditas yang
diharapkan diperoleh nyata dan bernilai ekonomis.
a. Sumber daya teridentifikasi (identified resource)
endapan, mineral diketahui nyata, baik jenis, bentuk, kedudukan
atau kuantitas dan kualitasnya. Dasarnya : petunjuk geologi,
pengambilan contoh atau pengukuran tekniks bermetoda.
b. Sumber daya tak teridentifikasi (undiscovered resource)
Zona endapan mineral yang belum diketahui secara nyata, baik
bentuk, kedudukan maupun kuantitas dan kualitasnya. Terbentuknya
endapan mineral hanya diperkiran berdasarkan teori-teori secara
garis besar.
c. Sumber daya teridentifikasi sub ekonomi (indentified sub economic
resource)
Sumber daya (bukan cadangan) yang dapat menjadi cadangan
dengan perubahan ekonomi, harga, teknologi

serta

tidak

bertentangan dengan ketentuan hukum/kebijaksanaan saat itu.


3.7.2 Cadangan (Reserves)
Merupakan bagian dari sumber daya teridentifikasi dari suatu
komoditas mineral yang ekonomis dan tidak bertentangan dengan
ketentuan hukum dan kebijaksanaan pada saa titu.
Cadangan adalah sumber-sumber mineral atau lapisan yang
mengandung bahan berharga yang dapat ditambang secara ekonomis
sesuai tingkat teknologi, pada saat itu. Dapat juga berarti terbatas pada
cadangan yang asli atau yang telah diselidiki dan dipandang secara
teknologi, ekonomis, hukum serta lingkungan layak ditambang
a. Cadangan terunjuk ( demonstrated )

Sumber daya teridentifikasi, tonase dan kadarnya diketahui dari


pengukuran nyata, pengambilan conto, data produksi terperinci dan
proyeksi data geologi. Dibagi 2 yaitu : cadangan terukur ( measured )
dan cadangan teridentifikasi ( indicated ).

Cadangan terukur ( measured ) yaitu cadangan yang


kuantitasnya dihitung berdasarkan hasil pengukuran nyata.
Pengukuran singkapan, paritan, terowongan dan pemboran.
Kadar dan hasil pengambilan conto yang berpola jarak titiktitik pengambilan conto, pengukuran relative dekat dan
terperinci sehingga model geologi endapan mineral tersebut
diketahui dengan jelas. Begitu juga dengan struktur, jenis
dan komposisi, kadar, ketebalan, kedudukan dan kelanjutan
dari longgokan serta batas-batasnya dapat ditentukan dengan

tepat. Kesalahan perhitungan dibatasi tidak lebih 20 %.


Cadangan teridentifikasi ( indicated ) yaitu Cadangan atau
sumber daya mineral, tonase dan kadarnya sebagain
berdasrkan perhitungan dari pembanilan conto atau data
produksi. Sebagian lainnya berdasarkan proyeksi keadaan
geologi

setempat

dengan

jarak

tertentu.

Titik-titik

pengambilan conto dan pengukurannya relative tidak begitu


dekat sehingga struktur, kadar ketebalan, kedudukan dan
kelanjutan dari longgokan akumulasi mineral serta batasbatasnya belum dapat ditentukan secara tepat.
b. Cadangan tereka (infered)
Cadangan

atau

sumber

daya

mineral

yang

diperhitungkan

kualitasnya berdasarkan pengetahuan keadaan geologi. Begitu pula


kelanjutan longgokan ( akumulasi ) mineral serta batas-batas
endapan tersebut. Kadar diperhitungkan berdasarkan beberapa titik

pengambilan conto dan hasil pengukuran, tetapi sebagian besar


berdasarkan kesamaan cirri sub zone geologi endapan.
c. Para marginal
Sumber daya mineral sub ekonomi yang berbatasan langsung
dengan cadangan yang bernilai ekonomi menguntungkan. Akan
tetapi tidak menguntungkan saat ini oleh ketentuan hokum dan
kebijakan pemerintah yang tidak mengijinkan pengelolaannya.
d. Sub marginal
Sumber daya ekonomi yang dapat bernilai ekonomi/menguntungkan,
apabila keadaan harga komoditas tersebut pada tingkat yang
menguntungkan

atau

karena

kemajuan

teknologi

sehingga

mengakibatkan penekanan biaya penambangan dan pengolahannya.


e. Sumber daya hipotetik ( speculatife resources )
Sumber

daya

tak

teridentifikasi,

diharapkan

menjadi

zona

pengembangan endapan mineral teridentifikasi. Sebagian besar


berdasarkan keadaan geologi umum. Dan dapat mejadi sumber daya
f. Sumber daya spekulatif (speculatife resources)
Sumber daya tak teridentifikasi, masih mungkin ditemukan pada
zona geologi dari sumber daya yang telah diketahui. Sumber daya
ini belum diketahui jenis dan sifatnya hanya diperkirakan menjadi
sumberdaya. Dapat menjadi sumber daya teridentifikasi dengan
eksplorasi lanjutan.

3.8 Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan

3.8.1 Klasifikasi Cadangan Di Inggris


Klasifikasi Cadangan Di Inggris (Institution Of Mining And
Methallurgy, London, 1902), membagi menjadi :
a. Cadangan terukur (proved)
Disebut positivies and visible. Semula (1902) adalah endapan
mineral yang dieksplorasi dengan pengambil an conto 2, 3 atau 4 sisi
blok tambang. Kemudian (1912)mejnadi endapan mineral yang
dibagi bebrapa blok dibatasi 3 atau 4 sisi pengambilan conto.
Cadangan dapat diperkirakan dengan baik tanpa konstruksi.
b. Cadangan boleh jadi (probable)
Apabila endapan mineral tersebut dibatasi oleh 2 atau 1 sisi
pengambian conto dan peruasannya berdasarkan unsur-unsur yang
dapat diperkirakan.
c. Cadangan terduga (possible)
Dikategorikan berdasarkan unsur-unsur yang dapat diperkirakan.
3.8.2 Klasifikasi cadangan di Rusia
Untuk kategori :
A= 15-20%
B= 20-30%
C-1= 30-50%
C-2= 60-90%

3.8.3 Klasifikasi cadangan di amerika (USBM dan USGS)


a. Bijih terukur ( measure ore )

Tonase dihitung berdasarkan dimensi singkapan, parit, penelitian


dan lubang bor. Kadar dihitung berdasarkan pengambilan conto
secara detil. Kondisi geologi juga diperhitungkan ( struktur, ukuran,
bentuk dan mineral ). Kesalahan yang diperbolehkan tidak lebih dari
20%.
b. Sumber daya terukur dapat diidentifikasi dengan jarak 0250m
c. Bijih terindikasi ( indicated ore )
Tonase dan kadar dihitung sebagain berdasarkan pengukuran
spesifik, pengambilan conto dan data produksi lainnya dengan jarak
proyeksi data geologi.
d. Bijih tereka ( invered ore )
Tonase dan kadar dihitung berdasarkan perkiraan dan pengetahuan
tentang karaterisitik

geologi secara umum, sebagian kecil dari

pengambilan conto/hasil pengukuran.


3.8.4 Sedangkan criteria sumber daya menurut USGS:
a. Sumber daya terukur dapat di identifikasi dengan jarak 0250m
b. Sumber daya terkira dapat di identifikasi dengan jarak 250500m
c. Sumber daya terunjuk dapat di identifikasi dengan jarak 500750m
3.8.5 Klasifikasi Cadangan Mc Kelvey (1973)
IndonesiamenerapakanklasifikasicadanganMcKelvey,karena:dianggappa
lingdetil,pertimbangangeologidanekonomidanwawasannyaluastentangkl
asifikasicadangan.
Dasar klsifikasi cadangan yang diusulkan oleh Mc Kelvey adalah :
a. Kenaikan tingkat keyakinan geologi
b. Kenaikan tingkat pelaksanaan ekonomi
3.8.6 Perbandingan Kategori Dalam Klasifikasi Cadangan
a. JORC (Joint Ore Reserves Committee) merupakan standar Australia
yang diterapkan dalam eksplorasi.

b. Prinsipnya

JORC

menggunakan

code

sperti

transparansi,

materialitas dan kompetensi


c. data yang menjadi standart yang diambil dengan teknik yang benar
sebagai cara memenuhi standart JORC :
Koordinat lubang bor yang akurat
Deskripsi log bor yang detail
Deskripsi log bor secara geofisika yang lengkap
Sampling yang baik dan hati-hati
3.8.7 Klasifikasi Sumbedaya Berdasarkan JORC
klasifikasi sumbedaya berdasarkan JORC dapat dibedakan, menjadi :
a. Sumberdayatersirat(inferedrResources)merupakansumberdayayangd
ilihatdaritonase,kualitassertakuantitasdaribahantambangdengantingk
atkepercayaanyangrendah.Datadatageologidenganarahkemenerusandengantidakpastikarenapengum
pulandatadenganlokasisingkapanparituji.
b. Sumberdayaterindikasi(indicatedResources)merupakansumberdayad
engankajiantonase,kualitas,kuantitasdengantingkatgeologidankeprca
yaansedang.Halinidikarenakanpengumpulandataeksplorasidenganjar
akdanpengambilansampelyangjarangsehinggadatayangdigunakanbel
umtentuakurat.
c. Sumberdayaterukur(measuredresources)merupakansumberdayadeng
ankajiantonase,kualitas,kuantitassertakarakteristikdaribahantambang
dengantingkatkeyakinandankepercayaangeologiyangtinggi.Halinidis
ebabkanolehpengambilansampelyangbanyakdanrapatsehinggadataya
ngdidapatkanebihakurat

Gambar 3.7.6 klasifikasi sumber daya dan cadangan

3.9 Pertimbangan Dasar Rencana Penambangan


3.9.1 Pertimbangan Ekonomis
a. Cutt Off Grade (Kadar Batas)
Ada 2 (dua) pengertian tentang kadar batas ini, yaitu
1. Kadar endapan bahan galian terendah yang masih memberikan
keuntungan apabila ditambang.
2. Kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang masih
memberikan keuntungan apabila ditambang. Cutt of Grade inilah
yang akan menentukan batas-batas atau besarnya cadangan. Serta
menentukan perlu tidaknya dilakukan mixxing/blending.
b. Swell Factor (Faktor Pengembangan)
Material di alam (insitu) ditemukan dalam keadaan padat dan
terkonsolidasi dengan baik, tetapi bila digali atau diberai akan terjadi
pengembangan volume. Perbandingan antara volume alami (insitu)
dengan volume berai (loose volume) dikenal dengan istilah faktor

pengembangan/faktor pemuaian/faktor pemekaran (swell factor)


Bentuk rumus Swell Factor dan Persen Swell adalah:
= 100%
=

100%
3.9.2 Pertimbangan teknis
a. Ultimate Pit Limit (Penentuan Batas Akhir Tambang)
Untuk menentukan batas akhir tambang harus mempertimbangkan
bentuk, ukuran, posisi cadangan bahan galian, BESR yang sesuai dan
kemantapan lereng, batas akhir tambang ini harus tergambar pada
peta.
b. Pit Slope
Lereng (kemiringan) bukaan tambang yang dinyatakan dengan
besarnya sudut dinding bukaan tambang yang diukur dari garis tegak
dengan garis khayal yang merupakan garis yang menghubungkan
titik-titik teras tambang.
c. Push Back (Pentahapan Kemajuan Penambangan)
Membuat bentuk-bentuk penambangan (mineable geometries) agar
bisa menambang habis cadangan mulai dari titik awal penambangan
hingga ke batas akhir tambang. Pada perencanaan urutan tahap-tahap
kemajuan penambangan ini batas batas akhir tambang dibagi menjadi
unit-unit perencanaan yang lebih kecil agar lebih mudah dikelola hal
ini akan menyederhanakan masalah perencanaan tambang tiga
dimensi yang biasanya sangat kompleks.
d. Pembuatan Peta Kemajuan Tambang
Peta rencana kemajuan penambangan dibuat untuk setiap tahun yang
menunjukan dari bagian-bagian mana endapan bahan galian dan
lapisan penutup ditambang pada tahun yang bersangkutan. Dan dalam
proses pembuatan peta ini dapat dilakukan dengan menggunakan

software-software tambang yang berkaitan. Misalnya dengan


menggunakan ArchView GIS 3.3 dalam menggambar bentuk
topografi daerah yang akan dilakukan penambangan.
3.10 Penaksiran Cadangan, Perhitungan Cadangan serta Umur
Tambang
3.10.1 Penaksiran Cadangan
Dalam merencanakan kegiatan eksplorasi tak lepas dari pola dan
kerapatan titik informasi yang akan dilakukan atau lebih dikenal dengan
desain eksplorasi. Pelaksanaan dilapangan pada kenyataanya sulit
melaksanakan eksplorasi sesuai dengan desain yang telah direncanakan.
Hal ini bisa terjadi karena batasan kondisi alam dilapangan seperti
bentuk lahan (Gunung, Lembah, Lereng, dll), jenis tanah (gambut, tanah
lapuk, batuan keras, dll). Disamping itu juga terdapat batasan lain
seperti administrasi (batas konsensi, batas wilayah, dll), lingkungan,
sosial budaya (keberadaan situs purbakala, daerah larangan, dll), politik
dll.
Dengan kondisi seperti tersebut diatas maka sangat mungkin
beberapa titik informasi yang telah direncanakan tidak bisa diambil
sampelnya sehingga mendapat daerah yang tidak diketahui kisaran
besaran parameternya. Parameter yang dimaksud dalam hal ini adalah
kadar, ketebalan, densitas dan lain-lain. Dengan demikian perlu adanya
penaksiran parameter di suatu titik yang tidak diketahui. Penaksiran
tersebut didasarkan pada titik-titik disekitarnya dengan memperhatikan
kondisi geologi sebagai batasan yang dapat dipertimbangkan.
Disamping itu penaksiran parameter juga diperlukan jika akan
melakukan perhitungan cadangan dengan sistem blok. Daerah yang akan
dihitung terlebih dahulu dibagi menjadi blok-blok teratur dimana
parameter seluruh luasan dalam blok tersebut diwakili oleh parameter di

titik tertentu dalam blok tersebut (misalnya titik tengah). Untuk tujuan
ini maka harus dilakukan penaksiran titik-titik tengah setiap blok dengan
menggunakan titik informasi di sekitarnya. Dengan demikian akan
diperoleh sebaran titik informasi yang sesuai dimensi blok.
Beberapa metode penaksiran yang biasa digunakan antara lain
metode nearest point, inverse distance, segitiga dan krigging.
3.10.2 Perhitungan cadangan
a. Prosedur Perhitungan Cadangan
Dimulai dari data eksplorasi yang telah terkumpul sampai akhirnya
dapat diketahui besarnya cadangan. Besarnya cadangan dinyatakan:
Volume dan berat material
Volume dan berat mineral berharganya
Secara umum prosedurnya meliputi:
1) Analisa data eksplorasi
o Penilaian informasi geologi
o Penilaian data eksplorasi
o Metode pengambilan contoh
o Penggambaran endapan mineral (letak, ukuran, bentuk,

2)

3)

4)

5)
6)

penyebaran kadar).
o Ploting data eksplorasi ke peta penyebaran endapan Mineral
o Pemilihan metode perhitungan cadangan
o Penentuan dan perhitungan parameter cadangan
Kedalaman
o Lapisan tanah penutup
o Endapan batu aspal
Jarak sayatan
o Lapisan tanah penutup
o Endapan batu aspal
Luas
o Daerah pengaruh tiap titik/poligon
o Daerah penyebaran endapan
Kadar
o Batu Aspal
Volume

7) Tonage faktor
8) Berat
o Berat raw material
o Berat batu Aspal
b. Metode Perhitungan Cadangan
Beberapa metode perhitungan :

Metode Penampang
Metode Blok
Metode Poligon
Metode USGS (Unites States Geological Survey)
Namun dalam usaha penyelesaian masalah penelitian ini penulis

menggunakan metode penampang.


Metode ini lebih cocok digunakan untuk tipe endapan yang
mempunyai kontak tajam seperti bentuk tabular (perlapisan atau
vein). Pola eksplorasi (bor) umunya teratur yang terletak sepanjang
garis penampang. Metode ini dapat diaplikasikan baik secara
horisontal (isoline) untuk endapan yang penyebarannya vertikal
seperti tubuh intrusi, batu gamping terumbuh dan lainlain.
Disamping itu juga dapat diaplikasikan secara vertical (penampang)
untuk endapan yang penyebarannya cendrung horisontal seperti
tubuh sill, endapan berlapis dan lain-lain.
Keuntungan dari metode ini adalah proses perhitungannya tidak
rumit dan sekaligus dapat dipergunakan untuk menyajikan hasil
interpretasi model dalam sebuah penampang atau irisan horisontal.
Metode Penampang ada beberapa diantaranya penampang tegak dan
penampang mendatar (metode kontur).
Perumusan untuk metode penampang tegak adalah sebagai
berikut :

Gambar: 3.10.1 Penampang Tegak


Rumus luas rata-rata (mean area) untuk penampang tegak dipakai untuk
endapan yang mempunyai penampang yang uniform.
V = L (s+s)/2
Dimana :
S , S = Luas Penampang Endapan
L = Jarak Antar Penampang
V = Volume Cadangan
Rumus Prismoida
V = (S + S + 4M)
dimana:
S , S = Luas Penampang Ujung
M = Luas Penampang Tengah
L = Jarak Antara S dan S
V = Volume Cadangan
Sedangkan untuk menghitung tonase digunakan rumus :

T = V x Bj
Keterangan :
T = Tonase (Ton)
V = Volume (m3 )
Bj = Berat Jenis (Ton/m3)
Penampang mandatar dalam hal ini metode kontur harus selalu
mengikuti pedoman perubahan bertahap kontur (Rule of gradual change).
Metode perhitungan ini cocok diterapkan untuk menghitung cadangan raw
material dan cadangan mineral berharga pada endapan mineral berbentuk
quarry (mineral industri).

Gambar: 3.10.2 Penampang Mendatar

Gambar: 3.10.3 Model Sayatan Kontur


Idealnya setiap kontur diukur luasnya. Misalnya pada perubahan
kemiringan topografi yang mencolok. Volume dihitung dengan prosedur:
o Lihat bentuk kontur secara keseluruhan
o Ukur luas kontur yang mencolok kemiringannnya
o Hitung volume antar dua luas pengukuran kontur
o Pakai rumus volume yang sesuai dengan bentuknya
o Hitung berat raw material atau mineral berharga.
Perhitungan volume
Rumus prismoida :
V = (S1 + 4M + S2) L/6
Keterangan :
S1, S2 = Luas penampang ujung
M = Luas penampang tengah
L = Jarak antara S1 dan S2
V = Volume

Rumus kerucut terpancung :


V=L/(( S1 + S2 + S1S2 ))
Keterangan :
S1 = Luas penampang atas
S2 = Luas penampang alas
L = Jarak antar S1 dan S2
V = Volume
Rumus luas rata-rata (mean area) :
V=(S1 + S2)/L
Keterangan :
S1, S2 = Luas penampang
L = Jarak antar penampang
V = Volume cadangan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menentukan Jumlah Cadangan Ditempat (Geological Reserve) batu
gamping pada PT. Pentawira Agraha Sakti
a. Luasan perizinan penambangan
b. Sistem penambangan yang digunakan
c. Kondisi struktur endapan
d. Ketebalan endapan
e. Peruntukan bahan galian yang akan ditambang
f. Batas Akhir Penambangan
3.11 Umur Tambang
Umur Tambang
Sesudah kita mengetahui jumlah cadangan serta target produksi,
baik itu target produksi per hari, per bulan bahkan per tahun, maka hal yang
dilakukan yaitu menentukan umur tambang dimana umur tambang dapat

dihitung

dengan

menggunakan

cadangan

terukur,

agar

nantinya

menghindari kesalahan perhitungan maka didapat cadangan tertambang


dengan mengalikan 5% dari total cadangan terukur, untuk lebih jelasnya
dapat diuraikan dengan rumus sederhana sebagai berikut :
UT= CDM / RP
Dimana : UT

= Umur Tambang (Tahun)

CDM

= Cadangan Tertambang(Ton)

RP

= Produksi (Ton/tahun

3.12 Jumlah Produktivitas Batuan Yang Dihasilkan ( Volume )


Produktivitas batuan yang dihasilkan dihitung dari target produksi
pada geometri peledakan yang diterapkan. Jumlah produkstivitas batuan
yang direncanakan dalam satuan BCM, diperoleh dengan mengalikan
burden, spacing, Kedalaman lubang dan jumlah lubangnya. Untuk lubang
miring, kedalaman lubang harus dikalikan dengan kemiringannya
(kedalaman sebenarnya).
Jumlah batuan = Burden x Spacing x Depht hole x Jumlah lubang bor

Anda mungkin juga menyukai