Anda di halaman 1dari 6

ASPAL

Atika Yulandari
09018036
Material Technology
Civil Engineering
Tanri Abeng University
1. Pengertian Aspal
Aspal merupan bahan perkerasan yang sering di lakukan buat pembuatan jalan.

Pada suhu ruang, aspal adalah material yang berbentuk padat dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan
mencair jika dipanaskan sampai dengan temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur
turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.

Aspal dalam bahasa yang umum dikenal juga dengan “tar”. Untuk kata “tar” atau “aspal” sering digunakan
secara bergantian, mereka memiliki arti yang berbeda. Salah satu alasan untuk kebingungan ini
disebabkan oleh fakta bahwa, di antara negara-negara lain, ada perbedaan substansial dalam arti
dihubungkan dengan periode yang sama. Sebagai contoh, aspal minyak di Amerika Serikat disebut
dengan aspal, sedangkan di Eropa “aspal” adalah campuran agregat batu dan aspal yang digunakan untuk
pembangunan jalan. Di Eropa, istilah aspal menunjukkan residu dari penyulingan minyak bumi.

Aspal adalah campuran aspal dan bahan batu (kerikil, pasir, debu). Tar, yang sesuai dengan tar kata
Inggris, adalah bahan yang terlihat mirip dengan aspal, tapi benar-benar berbeda dalam asal dan
komposisi, dan, pada kenyataannya, yang diperoleh dari penyulingan batubara. Materi ini, dibandingkan
dengan aspal, menunjukkan kandungan lebih tinggi dari hidrokarbon aromatik polisiklik dan senyawa
lain yang banyak mengandung oksigen, nitrogen dan belerang.

Di banyak negara, di masa lalu, tar batubara sering diganti atau dicampur dengan aspal dalam industri.
Penggunaan tersebut, sekarang seluruhnya berhenti, telah menyebar kebiasaan baik menggunakan dua
istilah dalam tar umum digunakan dan aspal.

Aspal dikenal sebagai bahan/material yang bersifat viskos atau padat, berwarna hitam atau coklat, yang
mempunyai daya lekat (adhesif), mengandung bagian-bagian utama yaitu hidokarbon yang dihasilkan
dari minyak bumi atau kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida.

Aspal sendiri dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak bumi. Proses
penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350 oC dibawah tekanan atmosfir untuk
memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah), dan gas oil.

2. Sumber Aspal

Sumber aspal dari kilang minyak (refinery bitumen). Aspal yang dihasilkan dari industri kilang minyak
mentah (crude oil) dikenal sebagai residual bitumen, straight bitumen atau steam refined bitumen.
Istilah refinery bitumen merupakan nama yang tepat dan umum digunakan.

Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses destilasi minyak bumi. Proses
penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350 oC di bawah tekanan atmosfir untuk
memisahkan fraksi-fraksi minyak seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil.
3. Sifat – Sifat Senyawa Penyusun Dari Aspal

Aspal dipandang sebagai sebuah sistem koloidal yang terdiri dari komponen molekul berat yang
disebut aspaltene, dispersi/hamburan di dalam minyak perantara disebut maltene. Bagian
dari maltene terdiri dari molekul perantara disebut resin yang menjadi instrumen di dalam menjaga
dispersi asphaltene.
Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun oleh hidrokarbon dan atom-atom N,
S, dan O dalam jumlah yang kecil. Dimana unsur-unsur yang terkandung dalam bitumen, antara lain :
Karbon (82-88%), Hidrogen (8-11%), Sulfur (0-6%), Oksigen (0-1,5%), dan Nitrogen (0-1%).

Berikut sifat-sifat senyawa penyusun dari aspal :

Asphaltene

Asphaltene merupakan senyawa komplek aromatis yang berwarna hitam atau coklat amorf, bersifat
termoplatis dan sangat polar, dengan perbandingan komposisi untuk H/C yaitu 1 :1, memiliki berat
molekul besar antara 1000 – 100000, dan tidak larut dalam n-heptan.

Asphaltene juga sangat berpengaruh dalam menentukan sifat reologi bitumen, dimana semakin tinggi
asphaltene, maka bitumen akan semakin keras dan semakin kental, sehingga titik lembeknya akan
semakin tinggi, dan menyebabkan harga penetrasinya semakin rendah.

Maltene

Di dalam maltene terdapat tiga komponen penyusun yaitu saturate, aromatis, dan resin. Dimana masing-
masing komponen memiliki struktur dan komposisi kimia yang berbeda, dan sangat menentukan dalam
sifat rheologi bitumen.
1. Resin. Resin merupakan senyawa yang berwarna coklat tua, dan berbentuk solid atau semi solid dan
sangat polar, dimana tersusun oleh atom C dan H, dan sedikit atom O, S, dan N, untuk perbandingan
H/C yaitu 1.3 – 1.4, memiliki berat molekul antara 500 – 50000, serta larut dalam n-heptan.
2. Aromatis. Senyawa ini berwarna coklat tua, berbentuk cairan kental, bersifat non polar, dan di
dominasi oleh cincin tidak jenuh, dengan berat molekul antara 300 – 2000, terdiri dari senyawa
naften aromatis, komposisi 40-65% dari total bitumen.
3. Saturate. Senyawa ini berbentuk cairan kental, bersifat non polar, dan memiliki berat molekul
hampir sama dengan aromatis, serta tersusun dari campuran hidrokarbon lurus, bercabang, alkil
naften, dan aromatis, komposisinya 5-20% dari total bitumen.
Saturate

Dengan demikian maka aspal atau bitumen adalah suatu campuran cairan kental senyawa organik,
berwarna hitam, lengket, larut dalam karbon disulfida, dan struktur utamanya oleh ”polisiklik aromatis
hidrokarbon” yang sangat kompak.
4. Jenis – Jenis Aspal

Secara umum, jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses pembentukannya adalah
sebagai berikut :
1. Aspal Alamiah. Aspal ini berasal dari berbagai sumber, seperti pulau Trinidad dan Bermuda. Aspal
dari Trinidad mengandung kira-kira 40% organik dan zat-zat anorganik yang tidak dapat larut,
sedangkan yang berasal dari Bermuda mengandung kira-kira 6% zat-zat yang tidak dapat larut.
Dengan pengembangan aspal minyak bumi, aspal alamiah relatif menjadi tidak penting.
2. Aspal Batuan. Aspal ini merupakan endapan alamiah batu kapur atau batu pasir yang diperpadat
dengan bahan-bahan berbitumen. Aspal ini terjadi di berbagai bagian di Amerika Serikat. Aspal ini
umumnya membuat permukaan jalan yang sangat tahan lama dan stabil, tetapi kebutuhan
transportasi yang tinggi membuat aspal terbatas pada daerah-daerah tertentu saja.
3. Aspal Minyak Bumi. Aspal ini minyak bumi pertama kali digunakan di Amerika Serikat untuk
perlakuan jalan pada tahun 1894. Bahan-bahan pengeras jalan aspal sekarang berasal dari minyak
mentah domestik bermula dari ladang-ladang di beberapa negara bagian.
Aspal pabrik merupakan aspal yang terbentuk oleh proses yang terjadi dalam pabrik, sebagai hasil
samping dari proses penyulingan minyak bumi. Aspal pabrik ini, mempunyai kualitas standart. Aspal
pabrik terbagi kedalam tiga jenis, yaitu :

1. Aspal emulsi, yaitu campuran aspal (55%-65%), air (35%-45%) dan bahan emulsi 1% sampai 2%. Di
pasaran ada dua macam aspal emulsi, yaitu jenis aspal emulsi anionik (15%) dan jenis aspal emulsi
kationik (di pasaran lebih banyak, yaitu sebesar 85%).
2. Aspal cair, disebut juga aspal cut-back, yang dibagi-bagi menurut proses fraksinya. Misalnya Slow
Curing, Medium Curing dan Rapid Curing.
3. Aspal beton, disebut juga Asphalt Concrete (AC) yang dibagi-bagi menurut angka penetrasinya. Misal :
AC 40/60, AC 60/70, dan seterusnya.
Umumnya aspal beton yang digunakan dalam proyek-proyek konstruksi jalan terbagi atas beberapa jenis
yaitu jenis aspal beton campuran panas atau dikenal dengan Hot Mix Asphalt Concrete (HMAC)
merupakan aspal yang paling umum digunakan dalam jalan raya, sedangkan jenis lainnya seperti aspal
beton campuran hangat, aspal beton campuran dingin, dan aspal mastis.

A. Perkerasan Lentur ( Flexible Pavement) Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan aspal
sebagai bahan pengikat. Pada umumnya perkerasan lentur baik digunakan untuk jalan yang melayani
beban lalu lintas ringan sampai sedang, seperti jalan perkotaan, jalan dengan system ultilitas terletak di
bwah perkerasan jalan, perkerasan bahu jalan, atau perkerasan dengan konstruksi bertahap. Perkerasan
lentur memiliki beberapa karateristik sebagai berikut ini : a. Memakai bahan pengikat aspal b. Sifat dari
perkerasan ini adalah memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya ke tanah dasar c. Pengaruhnya
terhadap repitisi beban adalah timbulnya rutting (Lendutan pada jalur roda) d. Pengaruhnya terhadap
penurunan tanah dasar yaitu, jalan bergelombang (mengikuti tanah dasar). Keuntungan menggunakan
perkerasan lentur antara lain : 7 a. Dapat digunakan pada daerah dengan perbedaan penurunan
(differential settlement) terbatas b. Mudah diperbaiki c. Tambahan lapisan perkerasan dapat dilakukan
kapan saja d. Memiliki tahanan geser yang baik e. Warna perkerasan member kesan tidak silau bagi
pemakai jalan f. Dapat dilaksanakan bertahap, terutama pada kondisi biaya pembangunan terbatas atau
kurangnya data untuk perencanaan. Kerugian menggunakan perkerasan lentur antara lain : a. Tebal total
struktur perkerasan lebih tebal dibandingkan Perkerasan kaku b. Kelenturan dan sifat kohesi berkurang
selama masa pelayanan c. tidak baik digunakan jika sering digenangi air d. Menggunakan agregat lebih
banyak Struktur perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapis yang mana semakin ke bawah memiliki
daya dukung tanah yang jelek. Gambar 2.1 menunjukkan lapis perkerasan lentur , yaitu : a. Lapis
permukaan (surface course) b. Lapis pondasi (base course) c. Lapis pondasi bwah (subbase course) d.
Lapis tanah dasar (subgrade) 8 Gambar 2.1 Komponen struktur perkerasan lentur B. Lapis Permukaan
Lapis permukaan merupakan lapis paling atas dari struktur perkerasan jalan, yang fungsi utamanya
sebagai : a. Lapis penahan beban vertikal dari kendaraan, oleh karena itu lapisam harus memiliki
stabilitas tinggi selama pelayanan. b. Lapis aus (wearing course) karena menerima gesekan dan getaran
roda dari kendaraan yang mengerem. c. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atas lapis
permukaan tidak meresap ke lapis di bawahnya yang berakibat rusaknya struktur perkerasan jalan d.
Lapis yang menyebarkan beban ke lapis pondasi. Lapis permukaan perkerasn lentur menggunakan bahan
pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapis yang kedap air, berstabilitas tinggi, dan memiliki daya tahan
selama masa pelayanan. Namun demikian, akibat kontak langsung dengan roda 9 kendaraan, hujan,
dingin, dan panas, lapis paling atas cepat menjadi aus dan rusak, sehingga disebut lapis aus. Lapisan di
bawah lapis aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat disebut dengan lapis permukaan antara
(binder course), berfungsi memikul beban lalu lintas dan mendistribusikannya ke lapis pondasi. Dengan
demikian lapis permukaan dapat dibedakan menjadi : a. Lapis aus (wearing course), merupakan lapis
permukaan yang kontak dengan roda kendaraan dan perubahan cuaca b. Lapis permukaan antar (binder
course), merupakan lapis permukaan yang terletak di bawah lapis aus dan diatas lapis pondasi C. Lapis
pondasi (base course) Lapis perkerasan yang terletak di atara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan
dinamakan lapis pondasi (base course). Jika tidak digunakan lapis pondasi bawah, maka lapis pondasi
diletakkan langsung di atas permukaan tanah dasar. Lapis pondasi berfungsi sebagai : a. Bagian struktur
perkerasan yang menahan gaya vertikal dari beban kendaraan dan disebarkan ke lapis dibawahnya b.
Lapis peresap untuk lapis pondasi bawah c. Bantalan atau perletakkan lapis permukaan 10 Material yang
sering digunakan untuk lapis pondasi adalah material yang cukup kuat dan awet sesuai syarat teknik
dalama spesifikasi pekerjaan. Lapis pondasi dapat dipilih lapis berbutir tanpa pengikat atau lapis aspal
sebagai pengikat. D. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course) Lapis perkerasan yang terletak diantara lapis
pondasi dan tanah dasar dinamakan lapis pondasi bawah (subbase). Lapis pondasi bawah berfungsi
sebagai : a. Bagian dari struktur perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban kendaraan ke
lapis tanah dasar. Lapis ini harus cukup stabil dan mempunyai CBR sama atau lebih besar dari 20%, serta
Indeks Plastis sama atau lebih kecil dari 10%. b. Efesiensi penggunaan material yang relative murah, agar
lapis diatasnya daapt dikurangi tebalnnya. c. Lapis peresap, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi d.
Lapis pertama, agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan lancer sehubungan dengan kondisi lapangan
yang memaksa harus menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar
menahan roda alat berat e. Lapis filter untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke
lapisan pondasi. Untuk itu lapis pondasi bawah haruslah memenuhi syarat : 11 Dengan : D15 = diameter
butir pada persen lolos 15% D85 = diameter butir pada persen lolos 85% Jenis lapis pondasi bawah yang
umum digunakan di Indonesia adalah lapis pondasi agregat kelas. Lapis pondasi agregat kelas C ini dapat
pula digunakan sebagai lapis pondasi tanpa penutup aspal.

Anda mungkin juga menyukai