Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan adalah suatu prasarana transportasi yang meliputi segala


bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Jalan mempunyai
peranan penting terutama yang menyangkut perwujudan perkembangan
antar wilayah yang seimbang, pemerataan hasil pembangunan serta
pemantapan pertahanan dan keamanan nasional dalam rangka
mewujudkan pembangunan nasional (Undang-Undang Nomor 38 Tahun
2004).

Jalan merupakan salah satu sarana perhubungan yang sangat


penting bagi sektor ekonomi dan sosial. Sejalan dengan meningkatnya
status sosial masyarakat, maka terjadi kecenderungan meningkatnya
jumlah kendaraan secara global yang melewati suatu jalan. Oleh karena
itu dibutuhkan pembangunan suatu jalan yang dapat menunjang
kebutuhan masyarakat.

Kualitas jalan sebanding dengan tingkat kelancaran transportasi


jalan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas jalan raya adalah
material yang digunakan dalam pembuatan jalan. Material yang
digunakan dalam pembuatan jalan diantaranya adalah aspal dan agregat.
Penggunaan aspal murni seacara terus-menerus sangat mempengaruhi
ketersediaan aspal yang ada di dunia.Untuk meminimalisir penggunaan
aspal dalam pembuatan jalan maka digunakan aspal modifikasi. Aspal
modifikasi terdiri campuran material lain yang digunakan sebagai material
penyusun aspal.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

Penggunaan limbah Frumentum Cobs (Bonggol Jagung)


pengganti semen sebagai filler untuk perkuatan perkerasan aspal
merupakan suatu ide cemerlang, karena bisa mengurangi jumlah limbah
yang harus dibuang ke lingkungan.Berdasarkan data food and agriculture
organization (FAO) yang dipublikasikan kementrian pertanian (kementan),
rata-rata produksi jagung Indonesia pada tahun 2014-2018 sebesar 24,27
juta ton.Hal ini menempatkan Indonesia berada diposisi ke-8 dalam daftar
negara penghasil jagung terbesar di dunia.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung pada tahun


2022 di Indonesia sebanyak 55,670 juta ton.

1.2. Rumusan Masaalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah frumentum Cobs (bonggol jagung) efektif digunakan sebagai


filler?
2. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan frumentum Cobs
(bonggol jagung) sebagai filler?
1.3. Ruang Lingkup
Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada:
1. Penelitian ini dilakukan di laboratorium aspal Teknik sipil Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
2. Ketentuan bahan penelitian antara lain:
a) Aspal yang digunakan adalah aspal dengan penetrasi 60/70.
b) Agregat Kasar (Batu pecah) dan Agregat Halus (Pasir) berasal dari
c) frumentum Cobs (bonggol jagung) berasal dari Kabupaten
Soppeng.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini adalah:
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

1. Untuk mengetahui apakah frumentum Cobs (bonggol jagung) efektif


digunakan sebagai bahan filler.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan frumentum Cobs
(bonggol jagung) sebagai filler
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
perencanaan pada perkerasan lentur Asphalt Concrete Binder Course
(AC-BC) yang menggunakan frumentum Cobs (bonggol jagung) sebagai
filler.
1.6. Sistematika Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN:
Bab ini menyajikan pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penelitan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA:
Bab ini membahas tentang landasan teori yang mencangkup
pengertian keadaan social ekonomi, prestasi belajar, kerangka
berfikir, dan hipotesis.
BAB 3 METODE PENELITIAN:
Bab ini membahas mengenai kerangka penentuan obyek
penelitian, metode pengumpulan data, dan analisis data.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN:
Bab ini menyajikan tentang laporan hasil penelitian dan
pembahasan dari penelitian sehingga data yang ada mempunyai
arti.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN:
Bab ini menyajikan kesimpulan hasil penelitian yang ditarik dari
Analisa data, hipotesis dan pembahasan serta saran yang
memuat masukanmasukan dari penulis yang terkait dengan
penelitian dan diuraikan kelemahan penelitian.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agregat

Agregat merupakan material alami atau buatan yang berfungsi


sebagai bahan campuran beton. Agregat menempati +70% volume beton,
sehingga sangat berpengaruh terhadap sifat apapun kualitas beton,
sehingga pemilihan agregat merupakan bagian yang sangat penting untuk
pembuatan beton.

Agregat adalah salah satu dari bahan material beton yang berupa
sekumpulan batu pecah, kerikil, pasir baik berupa hasil alam atau lainnya.
Agregat merupakan suatu material yang digunakan dalam adukan beton
yang membentuk suatu semen hidrolis. Agregat yang digunakan dalam
campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan, secara
umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya.

2.1.1. Agregat Halus

Agregat Halus merupakan bahan pengisi diantara agregat


kasar sehingga menjadikan ikatan lebih kuat yang mempunyai Bj
1400 kg/m. Agregat halus yang baik tidak mengandung lumpur lebih
besar 5 % dari berat, tidak mengandung bahan organis lebih banyak,
terdiri dari butiran yang tajam dan keras, dan bervariasi.

Berdasarkan SNI 03-6820-2002, agregat halus adalah agregat


besar butir maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil alam,
sedangkan agregat halus olahan adalah agregat halus yang
dihasilkan dari pecahan dan pemisahan butiran dengan cara
penyaringan atau cara lainnya dari batuan atau terak tanur tinggi.

Berdasarkan ASTM C33 agregat halus umumnya berupa pasir


dengan partikel butir lebih kecil dari 5 mm atau lolos saringan No.4
dan tertahan pada saringan No.200.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

Tabel 2.3 Batasan gradasi untuk agregat halus

Ukuran Saringan Persentase berat yang


ASTM lolos pada tiap saringan

9,5 mm 100

4,76 mm 95 – 100

2,36 mm 80 – 100

1,19 mm 50 – 85

0,595 mm 25 – 60

0,300 mm 10 – 30

0,150 mm 2 – 10

Sumber : ASTM C-33

2.1.2 Agregat Kasar

Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah kerikil


sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No. 1½ inci).

Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri dari kerikil


atau batu pecah dengan partikel butir lebih besar dari 5 mm atau
antara 9,5 mm dan 37,5 mm.

Tabel 2.2 Batas-batas gradasi agregat kasar untuk maksimal


nominal 19 mm

Pemisahan ukuran
Ukuran ayakan
Persen (%) berat
(mm)
yang lewat masing-masing ayakan

25 100

19 90 – 100

9,5 20 – 55
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

4,75 0 – 10

2,36 0–5

Sumber : SNI 7656-2012

2.2. Bahan pengisi (Filler)

Filler merupakan material pengisi dalam lapisan aspal. Filler dalam


campuran beton aspal adalah bahan yang 100% lolos saringan No. #100
dan paling kurang 75% lolos saringan No. #200. Fungsi filler yaitu untuk
mengisi rongga antar agregat halus dan kasar yang dapat diperoleh dari
hasil pemecahan batuan secara alami maupun buatan. Macam bahan
pengisi yang dapat digunakan ialah abu batu, kapur padam, portland cement
(PC), debu dolomite, abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau
bahan mineral tidak plastis lainnya.

Bahan pengisi bertujuan untuk meningkatkan kekentalan bahan


bitumen dan untuk mengurangi sifat rentan terhadap temperatur.
Keuntungan lain dengan adanya bahan pengisi adalah karena banyak
terserap dalam bahan bitumen maka akan menaikkan volumenya. Selain itu
bahan pengisi (filler) dapat mengurangi volume pori-pori atau rongga
sehingga dapat meningkatkan kepadatan dan dapat menurunkan
permeabilitas campuran aspal.

2.3. Abu Bonggol Jagung (Frumentum Cobs)


Bonggol jagung merupakan limbah hasil pertanian/perkebunan yang
belum banyak dimanfaatkan dan biasanya hanya dibuang saja setelah
butirnya di konsumsi. Bonggol jagung merupakan salah satu limbah
pertanian/perkebunan yang mengandung serat, dengan adanya serat pada
bonggol jagung diduga abu pembakaran bonggol jagung ini mengandung
silika yang dapat memberi pengaruh positif pada campuran beton karena
dapat mengikat/memberi daya lekat pada campuran beton dan dapat pula
sebagai pengisi (filler) yang dapat mengurangi porositas beton. Sehingga
dapat digunakan sebagai bahan tambah dengan tujuan untuk meningkatkan
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

mutu beton. Salah satu limbah yang mengandung pozzolan dan belum
termanfaatkan adalah abu bonggol jagung. Bonggol jagung memiliki
kandungan selulosa 40 - 45%, hemiselulosa 30 - 35% dan lignin 10-20%,
sedangkan abu bonggol jagung mengandung silika lebih dari 60% dengan
sejumlah kecil unsur-unsur logam (Wardhani, 2017).
2.4. Aspal
Aspal adalah bahan hidro Karbon yang bersifat melekat (adhesive),
berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan
Viskoelastis. Aspal sering disebut bitumen, bitumen merupakan bahan
pengikat pada Campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis
perkerasan lentur..

2.4.1. Jenis Aspal


1. Berdasarkan cara mendapatkannya
a) Aspal alam,
yaitu aspal yang ditemui di alam, dapat berbentuk batuan.
Berikut jenis aspal alam antara lain:
 Rock asphalt (aspal batu).
 Lake asphalt (aspal danau).
b) Aspal buatan
merupakan residu destilasi minyak bumi. Minyak bumi
dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base rude oil yang
banyak mengandung aspal, paraffin base crude oil yang
mengandung parafin atau mixed base crude oil yang
mengandung campuran antara parafin dan aspal.
2. Berdasarkan bentuknya
a). Aspal padat
Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi
padat pada suhu ruang dan menjadi cair jika dipanaskan.
Aspal padat disebut juga dengan semen aspal, sebelum
digunakan sebagai bahan pengikat agregat semen aspal
harus dipanaskan terlebih dahuu.
b). Aspal cair
Aspal cair adalah aspal yang berbentuk cair pada suhu
ruangan. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan
dengan bahan pencair daari hasil penyulingan minyak bumi
seperti minyak tanah, bensin atau solar.

c). Aspal emulsi


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

Aspal emulsi adalah campuran dari aspal dan air (yang


tidak bisa bersatu) di mana aspal didispersikan ke dalam air
dengan bantuan emulgator (bahan pengemulsi) dalam bentuk
butiran yang sangat halus. Aspal emulsi ini lebih cair daripada
aspal cair. Di dalam aspal emulsi, butir – butir aspal larut
dalam air. Berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi
dapat dibedakan sebagai berikut:
 Rapid Setting (RS), yaitu aspal yang mengandung
sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatan yang
terjadi cepat, dan aspal cepat menjadi padat atau keras
kembali.
 Medium setting (MS), yaitu aspal yang proses
pengikatannya lebih lambat dari Rapid Setting (RS) dan
lebih cepat dari Slow Setting (SS).
 Slow Setting (SS), yaitu jenis aspal emulsi yang proses
pengikatannya paling lambat mengeras.
2.4.2. Fungsi Aspal
1. Aspal sebagai bahan pengikat, agar agregat tidak lepas dan tidak
mudah terkelupas akibat beban lalu lintas sehingga aspal dapat
memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat.
2. Aspal sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir
agregat dan pori-pori dari agregat.
3. Aspal membuat jalan kedap air untuk melindungi lapisan
perkerasan dibawahnya dari pengaruh air
2.4.3. Sifat Dan Karakteristik Aspal
1. Sifat Aspal
Berikut adalah sifat umum aspal :
a. Aspal bersifat mekanis => maksudnya adalah hubungan antara
tegangan dan juga regangan dipengaruhi oleh waktu. Jadi, jika
mengalami pembebanan dalam jangka waktu sangat cepat,
maka aspal ini akan menjadi elastis.
b. Aspal bersifat Thermoplastis => aspal memiliki konsistensi
sesuai dengan perubahan temperatur. Jika suhu semakin tinggi
maka viskositasnya akan semakin rendah, begitu juga
sebaliknya.
c. Aspal bersifat Thixotropy => jika aspal ini dibiarkan tanpa
adanya tegangan regangan maka aspal akan mengeras yang
sesuai dengan jalannya waktu. Inilah yang menghasilkan
tekstur aspal keras utuk konstruksi jalan.

2. Karakteristik Aspal
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

Agar aspal dapat berfungsi seperti yang diharapkan, maka


secara umum aspal harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Aspal homogen dan tidak terlalu bervariasi
b. Aspal tidak peka terhadap perubahan suhu di lapangan
c. Aspal harus memberikan lapisan yang elastis atau tidak getas
sehingga perkerasan tidak mudah retak.
d. Aspal aman saat pengerjaan terutama dari bahaya kebakaran
e. Aspal tidak cepat rapuh atau lapuk akibat penuaan
f. Aspal mempunyai adhesi (kelekatan) yang baik terhadap
agregat yang dilapisi
g. Aspal mudah dikerjakan
h. Aspal sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan
i. Aspal harus dapat melapisi agregat dan mengisi rongga antar
agregat sehingga perkerasan cukup kedap terhadap air
j. Aspal memberikan kinerja yang baik terhadap campuran
beraspal.
2.5. Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC)

AC-BC (Asphalt Concrete-Binder Course) adalah salah satu dari tiga


macam campuran Asphalt Concrete, yaitu AC-BC (Asphalt Concrete-Binder
Course), AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course), AC-Base, perbedaan
ketiga campuran ini terletak pada perbedaan ukuran bahan agregat yang
digunakan sesuai dengan Spesifikasi Umum. Ketiga jenis Laston tersebut
merupakan konsep spesifikasi campuran beraspal yang telah
disempurnakan oleh Bina Marga bersama- sama dengan Pusat Litbang
Jalan (Affandi, 2009).

Jenis beton aspal yang ada di Indonesia saai ini adalah Laston atau
dikenal dengan nama AC (Asphalt Concrete), yaitu beton aspal bergradasi
menerus yang umum digunakan untuk jalan dengan beban lalu lintas yang
cukup berat. Karakteristik beton aspal yang terpenting pada campuran ini
adalah stabilitas (Waani, 2013).

Berdasarkan spesifikasi Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat


Jendral Bina Marga, 2010 Revisi I, setiap jenis lapisan memiliki ketebalan
tersendiri yang ditunjukan pada Tabel berikut
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

Tabel 2.5.1 Tebal Nominal Minimum Campuran beraspal

Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal


Minimum (cm)

Lapis Aus AC-WC 4,0

Laston Lapis AC-BC 6,0


Antara

Lapis AC-Base 7,5


Pondasi

Selain itu, Bina Marga 2010 juga memberikan persyaratan laston dalam
lapis perkerasan yang dapat dilihat pada Tabel 2.5.2

Laston

Sifat-sifat Lapis Aus Lapis Pondasi


Campuran Antara

Halu Kasa Halu Kasa Halu Kasar


s r s r s

Kadar aspal efektif 5,1 4,3 4,3 4,0 4,0 3,5


(%)

Penyerapan aspal Maks 1,2


(%)

Jumlah tumbukan 75 112’ (1)


per bidang

Rongga dalam Min 3,5


campuran
Maks 5,0

Rongga dalam Min 15 14 13


agregat (VMA) (%)

Rongga terisi aspal 65 63 60

Min 800 1800’(1)


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

Stabilitas marshal Maks - -


(kg)

Pelelehan (mm) Min 3 4,5 ‘(1)

Marshal quotient Min 250 300


(kg/mm)

Stabilitas marshal
sisa (%) setelah
perendaman selama Min 90
24 jam, 60’ C

Rongga dalam
campuran (%) pada
kepadatan membal Min 2,5
(refusal)

2.6. Rancangan Campuran Aspal (Design Mix Formula)


Rancangan campuran dilaksanakan setelah pemeriksaan apakah agregat
dan aspal yang akan dipergunakan memenuhi spesifikasi material
campuran. Di Indonesia terdapat dua metode rancangan campuran, yaitu
metode Marshall yang dikembangkan oleh The Asphalt Institute dan metode
CQCMU yang dikembangkan di Indonesia mengacu pada British Standard
(Sukirman,2007).
2.6.1. Metode Marshall
Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan
oleh Bruce Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun
AASHTO melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau
AASHTO T-245-90. Prinsip dasar metode Marshall adalah
pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan
dan pori dari campuran padat yang terbentuk.
Secara garis besar pengujian Marshall meliputi: persiapan benda
uji, penentuan berat jenis bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai
stabilitas dan flow, dan perhitungan sifat volumetric benda uji. Pada
persiapan benda uji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain:
1. Jumlah benda uji yang disiapkan.
2. Persiapan agregat yang akan digunakan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

3. Penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan.


4. Persiapan campuran aspal beton.
5. Pemadatan benda uji.
6. Persiapan untuk pengujian Marshall.

Langkah-langkah kerja campuran metode Marshall (Sukirman,


2007) adalah :
1) Mempelajari spesifikasi gradasi agregat campuran yang
diinginkan dari spesifikasi campuran pekerjaan.
2) Merancang proporsi dari masing-masing agregat yang tersedia
untuk mendapatkan agregat campuran dengan gradasi sesuai
butir
3) Menentukan kadar aspal total dalam campuran
4) Membuat benda uji atau briket beton aspal
5) Melakukan uji Marshall untuk mendapatkan stabilitas dan
kelelehan (flow) benda uji. II-12
6) Menghitung parameter Marshall yaitu VIM, VMA, VFA, berat
volume campuran, dan parameter lain sesuai parameter yang
ada pada spesifikasi campuran.
7) Menggambarkan hubungan antara kadar aspal dan parameter
Marshall, setelah itu didapat nilai kadar aspal optimum.
8) Membuat Job Mix Formula.

2.6.2. Metode CQCMU


Perencanaan campuran awal di laboratirum berdasarkan metode
CQCMU dikembangkan dari BS 594 oleh CP Corne pada awal tahun
1980 di Indonesia. Metode ini kemudian dikembangkan oleh Central
Quality Control and Monitoring Unit (CQCMU), Bina Marga sehingga
lebih dikenal sebagai metode CQCMU. Langkah-langkah kerja
campuran metode CQCMU adalah sebagai berikut (Sukirman, 2007) :
1) Pemilihan agregat dan penentuan sifat yang harus sesuai
spesifikasi material.
2) Penentuan kadar aspal total.
3) Penentuan campuran nominal berdasarkan sifat dan kadar
aspal efektif yang ditentukan dalam spesifikasi.
4) Pembuatan benda uji
5) Pengujian Marshall
6) Perhitungan parameter Marshall
7) Penggambaran hubungan proporsi agregat kasar dan
parameter Marshall
8) Diperoleh proporsi agregat kasar dan ratio pasir/abu batu
terbaik lalu pembuatan benda uji lagi untuk untuk ratio
pasir/abu batu terbaik dengan kadar aspal a%, a ± 1% dan a ±
2%. Lalu dilanjutkan penguijian Marshall.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

9) Perhitungan parameter Marshall lalu digambar hubungan


antara kadar aspal optimum dan parameter Marshall sehingga
diperoleh kadar aspal optimum.
10) Pembuatan Job Mix Formula.

Perbedaan mendasar antara metode Marshall dan metode


CQCMU dapat dilihat pada tabel 2.6.1

No. Metode Marshall Metode CQCMU

1. Untuk beton aspal bergradasi Untuk beton aspal bergradasi


baik senjang

2. Dimulai dari gradasi yang Dimulai dari rancangna


dipilih campuran nominal

3. Kadar aspal ditentukan Menentukan porposi agregat


berdasarkan sifat campuran kasar dan ratio pasir dan abu
yang diinginkan. batu.

Anda mungkin juga menyukai