Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRATIKUM

BAHAN PERKERASAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Kegiatan Belajar Pada Program Studi Teknik Sipil
S1 Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Oleh :

SYACH REZA FACHLEVI 1100190058


ZULKAHHAR ARIGA 1100190067
KRISNA ANDREA SUGIARTO 1100200005
ANGGREINI C.L. RINGKUANGAN 1100190077

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penyusun untuk menyelesaikan Laporan Pratikum Bahan Perkerasan.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Bahan
Perkerasan ini tepat waktu.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas kuliah pada mata kuliah Bahan
Perkerasan di kampus Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. Selain itu, penulis juga
berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang mata kuliah
Mekanika Tanah
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

 Dosen Anggi Ani Tjitra Handayani selaku dosen mata kuliah Bahan Perkerasan
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis
 Teman-teman kelompok yang senantiasa bekerja sama dalam proses
pembuatan laporan ini
 Teman- teman seperjuangan yang selalu memberi dukungan dalam
penyempurnaan laporan ini
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan tulisan ini.

Yogyakarta Juni 2022


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lapisan permukaan jalan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
memberikan keamanaan dan keselamatan di jalan raya. Material yang di gunakan untuk
konstruksi jalan raya mempunyai pengaruh yang besar pada perkerasabn jalan raya.
Untuk mendapatkan hasil yang optimum dan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan, salah satunya perlu pengetahuan yang mendalam mengenai material yang
digunakan.
Konstruksi Pertenasan Jalan lentur (Flexible Pavment) tendiri dari lapisan.
Lapisan diatas tanah dasar, yaitu : Lapisan tanah dasar yang sudah stabil (subgrade),
Lapisan Pondasi bawah (sub-base course) , Lapisan Pondasi atas (Base Course) dan
Lapisan permukaan (Surface Course) Lapisan permukaan jalan mempunyai fungsi
yang sangat penting dalam memberikan keamanan dan keselamatan di jalan raya.
Material yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan raya mempunyai pengaruh
yang bear pada perkerasan jalan raya. Untuk mendapatkan hasil yang optimum dan
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, salah satunya perlu pengetahuan yang
mendalam mengenai material yang digunakan.
Buku pedoman Praktikum ini memberikan penjelasan secara rinci semua
tahapan kegiatan pemeriksaan dan pengujian terhadap bahan maupun campuran bahan
pembentuk lapisan - lapisan tersebut di atas, kecuali Lapisan Tanah Dasar. Khusus
untuk pengujian sifat-sifat fisik dan mekanis tanah dapat dilakukan di Laboratorium
Mekanika Tanah. Pemeriksaan dan pengujian dilakukan terhadap berbagai jenis bahan
dasar perkerasan jalan yaitu bahan aspal, bahan agregat dan campuran aspal-agregat.
Secara khusus buku pedoman ini disusun untuk dapat digunakan oleh
mahasiswa/praktikan tingkat Sarjana jenjang Strata 1, yang melakukan praktikum
maupun penelitian di Laboratorium FTSP ITNY, karena disesuaikan dengan
ketersediaan peralatan dan penunjangnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini meliputi :
1. Dapat menentukan/menghitung komposisi dari campuran aspal panas (meliputi
agregat dan aspal) yang optimal sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
2. Mengetahui perbandingan perbedaan hasil pemeriksaaan benda uji dengan alat
Marshall Test untuk berbagai variasi spesifikasi agregat, aspal dan metode
pengujian.
1.3 Definisi Dasar
1. Agregat
Agregat atau batu, atau granular material adalah material berbutir yang keras
dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu, dan
pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkerasan jalan, karena
agregat merupakan komponen utama dari lapis perkerasan jalan. Daya dukung
perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang digunakan.
Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat menentukan
dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan.
Agregat adalah partikel mineral yang berbentuk butiran-butiran yang
merupakan salah satu penggunaan dalam kombinasi dengan berbagai macam tipe mulai
dari sebagai bahan material di semen untuk membentuk beton, lapis pondasi jalan,
material pengisi, dan lain-lain. WOODS (1948) membuat definisi, agregat dari pasir,
gravel, batu pecah, slag atau material lain dari komposisi mineral, digunakan campuran
dengan bahan pengikat untuk membentuk beton aspal dan beton semen atau digunakan
secara khusus seperti bahan balas (ballast) jalan rel. Agregat dapat diperoleh secara
alamiah ataupun secara masinal (menggunakan mesin) seperti batu pecah dengan
berbagai ukuran. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa agregat
adalah suatu kumpulan butiran batuan yang berukuran tertentu yang diperoleh dari
hasil alam langsung maupun dari pemecahan batu besar ataupun agregat yang disengaja
dibuat untuk tujuan tertentu. Agregat dapat berupa berbagai jenis butiran atau pecahan
batuan, termasuk 10 didalamnya antara lain: pasir, kerikil, agregat pecah, abu/debu
agregat dan lain-lain.
2. Agregat Halus dan Kasar
a. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat pemecah batu. Agregat ini berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang
meliputi pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Untuk beton
penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai
agregat halus.
b. Agregat Kasar
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu, dengan butirannya berukuran antara 4,76 mm — 150 mm.
3. Sifat Agregat Sebagai Material Perkerasan Jalan
Sifat agregat merupakan faktor yang menentukan kemampuan sifat agregat
pada perkerasan jalan untuk memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap
cuaca/iklim. Oleh karena itu perlu adanya pemeriksaan yang teliti sebelum
memutuskan suatu agregat dapat dipergunakan sebagai material perkerasan jalan. Sifat
agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material jalan adalah gradasi,
kebersihan, kekerasan, dan ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan,
porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis dan daya lekat terhadap aspal.
Gradasi agregat merupakan sifat yang sangat luas pengaruhnya terhadap kualitas
perkerasan secara keseluruhan. Ukuran butir agregat menurut AASHTO T27-88 atau
SNI 03-1968-1990 disajikan pada Tabel 1 di bawah ini
Tabel 1.1. Ukuran Butir Agregat

Analsis saringan dapat dilakukan secara basah atau kering, analisis basah
digunakan untuk menentukan Jumlah bahan agregat yang lolos saringan No.200
mengikuti manual SNI-M-02-1994-2003 atau AASHTO T11-90. Persentase lolos
saringan ditentukan melalui pengujian analisis agregat halus dan kasar.
4. Aspal
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam
sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan meleleh
bila dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya
terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil pemurnian minyak
bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau
derivatnya (ASTM, 1994). Bitumen (The Asphalt Institute, 1993) adalah suatu
campuran dari senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses
pemanasan, atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan
derivatnya yang bersifat non logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat
atau padat,dan campuran tersebut dapat larut dalam Karbondisulfida (CS2). Aspal yang
dipakai dalam konstruksi jalan mempunyai sifat fisis yang penting, antara lain:
kepekatan (consistency), ketahanan lama atau ketahanan terhadap pelapukan oleh
karena cuaca, derajat pengerasan, dan ketahanan terhadap air.
Aspal yang digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan pada umumnya
berfungsi sebagai pengikat dan pengisi rongga udara antara agregat, oleh karena itu,
aspal yang digunakan harus bersifat (Sukirman, 1993)sebagai berikut :
a) Mempunyai Daya Tahan (durability)
b) Kohesi dan Adhesi
c) Kepekaan terhadap temperature
d) Kekerasan aspal
e) Viskoelastisitas Aspal
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan
pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal tampak padat
pada suhu ruang padahal adalah cairan yang sangat kental. Aspal merupakan bahan
yang sangat kompleks, dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh, dan tak jenuh, alifatik, dan
aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain
hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang,
dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon,
10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik
besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang
massa molekulnya kecil), dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal
mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa
polar.
5. Daya Lekat Aspal Terhadap Agregat
Daya lekat aspal terhadap agregat dipengaruhi oleh sifat agregat terhadap air.
Granit dan agregat yang mengandung silica merupakan agregat yang bersifat
hydrophilic, yaitu agregat yang mudah diresapi air, hal ini menyebabkan agregat
tersebut tidak mudah dilekati aspal, ikatan aspal dengan agregat mudah lepas.
Sebaliknya agregat seperti diorit, andesit, merupakan agregat hydrophobic, yaitu
agregat yang tidak mudah terikat dengan air, tetapi mudah terikat dengan aspal.
6. Berat Jenis Agregat
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
volume air. Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar atau berat
jenis ringan.
7. Hal-hal yang harus Diperhatikan di Laboratorium
Peralatan yang digunakan untuk memeriksa dan menguji bahan atau campuran
bahan, baik di Laboratorium maupun di lapangan, pada umumnya adalah alat mahal.
Beberapa jenis bahan pencampur atau pelarut atau additive dalam uji aspal maupun
campuran aspal juga relative mahal. Itulah sebabnya diperlukan kedisiplinan dan hati-
hati dalam menggunakan peralatan Laboratorium.
Peralatan Laboratorium dapat rusak atau tidak berfungsi secara normal oleh
karena kekurangan hati-hatian sehingga dapat mengakibatkan kesalahan fatal terhadap
hasil uji dan analisis. Beberapa alat mempunyai tingkat ketelitian dan sensitifitas alat
yang sangat tinggi. Timbangan adalah salah satu alat yang sensitive dan mudah rusak.
Oleh sebab itu, sebaiknya tidak memindahkan peralatan Laboratorium tersebut yang
pada umumnya ditempatkan secara tetap.
Timbangan jenis triple beam harus selalu pada posisi terkunci, setiap kali
timbangan akan di pakai, lakukan dulu pemeriksaan sehingga posisi awal terletak pada
titik setimbang (zero reading). Gunakan satu timbangan yang sama untuk rangkaian uji
yang dilakukan, untuk menghindari kesalahan akibat alat yang digunakan.
Oven merupakan alat Laboratorium yang sangat dibutuhkan untuk pemanasan
agregat. Pada umumnya, pemanasan dilakukan pada temperature tetap antara 105-
120°C. Termostat tidak boleh diganggu atau diubah tanpa persetujuan pengawas
Laboratorium. Khusus untuk bahan aspal, pemanasan yang dilakukan harus
memperhatikan batas-batas temperatur yang diijinkan pada setiap pemeriksaan.
Tingkat kehati-hatian dituntut lebih tinggi pada saat pemanasan aspal untuk
bahan campuran, terutama bila digunakan kompor gas. Pengawas Laboratorium berhak
untuk mematikan oven dan mengeluarkan benda uji yang disimpan dalam oven setelah
melewati waktu 24jam. Perlu juga memperhatikan suhu ruangan pada saat pemeriksaan
karena pada beberapa percobaan hal ini akan mempengaruhi hasil dan analisis.
Setelah pelaksanaan setiap jenis pemeriksaan, praktikan diwajibkan untuk
membersihkan peralatan dan areal kerja, terutama alat yang digunakan untuk
pemeriksaan aspal karena kelalaian membersihkan akan merugikan. Gunakan minyak
solar atau minyak tanah sebagai pembersih bahan beraspal
BAB II

PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL

2.1 Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau


lembek(solid atau semi solid) dengan memasukan jarum ukuran tertentu, beban dan
waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu tertentu.
2.2. Peralatan
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi dengan 0,1 mm.
b. Pemegang jarum seberat ( 47,5 ± 0,005 ) gram yang dapat dilepas dengan
mudah darialat penetrasi untuk pemeriksaan.
c. Pemberat dari ( 50 ± 0,05 ) gram yang digunakan untuk pengukuran penetrasi
denganbeban 100 gram.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 44℃ atau Hrc 54 – 60, ujung
jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata-
rata berukuran sebagi berikut :
Penetrasi Diameter Kedalaman
Dibawah 200 55 mm 35 mm
200 sampai 300 75 mm 45 mm
f. Bak peredam ( water bath ) terdiri dari isi bejana denga nisi tidak kurang dari
10 liter air dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian kurang lebih
0,1℃. Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm
diatas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm dibawah permukaan air
dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan alat penetrasi. Tempat tersebut
mempunyai isitidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk meredam
benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukur waktu untuk mengukur penetrasi dengan tangan diperlukan
stopwatch skala pembagian terlecil 0,1 detik atau kurang dari kesalahan
tertinggi 0,1 per detik.
i. Thermometer.
2.3. Benda uji: Aspal keras/Aspal modifikasi
2.4. Persiapan Benda Uji

Panaskan contoh perlahan-lahan dan aduklah hingga cukup cair dan dituangkan.
Pemanasan contoh untuk ter tidak boleh melebih 30 menit. Aduklah perlahan-lahan
agar udara tidak masuk dalam contoh. Setelah contoh cair merata tuangkan kedalam
contoh dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang
dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah 2 benda uji (duplo). Tutuplah benda uji
agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk
benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji yang besar.
2.5 Cara melakukan
a. Letakan benda uji dalam tempat air kecil dan masukan tempat air tersebut
kedalam bak peredam yang lebih berada pada suhu yang ditentukan, diamkan
dalam bak tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5
sampai 2 jam untuk benda uji besar.
b. Periksalah pemegang jarum agar dapat dipasang dengan baik, bersihkan jarum
dengantoluene atau minyak tanah kemudian keringkan jarum tersebut dengan
kain bersih dan pasangkanlah jarum pada pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 40gram diatas jarum untuk memperoleh beban sebesar
(100 ± 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚) detik.
d. Pindahkan tempat air dari bak peredam kebawah penetrasi.
e. Turunkan jarum penetrasi perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
benda uji. Kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer sehingga jarum
berimpit dengan angka tersebut.
f. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch jangka waktu (5
± 0,1) detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit dengan
jarum penunjuk. Hasil pengamatan dibulatkan hingga 0,01 mm terdekat.
h. Lepaskan jarum pemegang jarum siapkan alat penetrasi untuk pengerjaan
selanjutnya.
i. Lakukan pekerjaan (a) sampai dengan (g) tidak kurang dari 3 kali untuk benda
uji yangsama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dengan jarak satu
sama lain dari tepi dinding lebih dari 1 cm.
2.6 Catatan
a. Thermometer untuk bak peredam harus ditata teratur.
b. Bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat-alat dan cara
pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara 350 sampai 500
perlu dilakukan dengan alat-alat lain.
c. Apabila pembacaan stopwatch lebih dari (5 ± 0,1) detik, hasil tersebut tidak
berlaku (diabaikan).
2.7 Pelaporan

Laporkan angka penetrasi rata-rata dalam bilangan bulat sekurang-kurangnya


dari tiga pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil-hasil pembacaan tidak melampaui
ketentuan dibawah ini:
Hasil penetrasi 0-49 50-149 150-200 200
Toleransi 2 4 6 8
2.8 Data Pelaporan
Pembukaan Contoh dipanaskan Pembacaan Pembacaan suhu
contoh waktu open

Mulai jam 08.00 Temperatur 100℃


Selesai jam 08.35
Mendinginkan Diamkan pada suhu Standar suhu ruang
contoh ruang
Mulai jam 08.38 Temperatur 25℃
Selesai jam 09.38
Mencapai suhu Direndam pada Suhu waterbart
pemeriksaan suhu 25℃
Mulai jam 09.39 Temperatur 25℃
Selesai jam 10.39
Pemeriksaan Penetrasi pada suhu Pembacaan suhu
25℃ penetrometer
Mulai jam 10.40 Temperatur 25℃
Selesai jam 11.18

Hasil Penetrasi pada suhu 25℃, 100 gram, 5 detik


Pengamatan Cawan I Cawan II
Pengamatan ke-1 21 32
Pengamatan ke-2 30 32
Pengamatan ke-3 29 34
Pengamatan ke-4 22 31
Pengamatan ke-5 27 30
Rata-rata 25,8 31,8

Rata-rata penetrasi dari kedua cawan tersebut adalah sebesar 28,8


2.9 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan penetrasi dapat disimpulkan bahwa aspal yang diuji
hasil penetrasinya berada direntan 0-49 di mana nilai toleransinya adalah 2, karena
aspal yang digunakan adalah aspal modifikasi dengan penetrasi 60-79, maka aspal
tersebut seharusnya pada nilai penetrasi 60-79, maka ada beberapa factor yang
menyebabkan nilai penetrasinya tidak berada pada 60-79. Karena factor suhu atau
terdapat gelembung pada aspal maka memungkinkan hasil data yang tidak sesuai.
2.10 Saran
a. Digunakan aspal yang sudah dipanaskan hingga cair hingga tidak ada
gelembung didalamnya.
b. Kandungan dalam aspal dan suhu yang ada menentukan bagus tidaknya aspal
Yogyakarta, 16 Juni 2022
dari hasil rata2 dari kedua cawanDiperiksa
itu oleh,
diklasi
(Rizky Tri Astuti)

Anda mungkin juga menyukai