BAHAN PERKERASAN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Kegiatan Belajar Pada Program Studi Teknik Sipil
S1 Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penyusun untuk menyelesaikan Laporan Pratikum Bahan Perkerasan.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Bahan
Perkerasan ini tepat waktu.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas kuliah pada mata kuliah Bahan
Perkerasan di kampus Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. Selain itu, penulis juga
berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang mata kuliah
Mekanika Tanah
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Dosen Anggi Ani Tjitra Handayani selaku dosen mata kuliah Bahan Perkerasan
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis
Teman-teman kelompok yang senantiasa bekerja sama dalam proses
pembuatan laporan ini
Teman- teman seperjuangan yang selalu memberi dukungan dalam
penyempurnaan laporan ini
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan tulisan ini.
Analsis saringan dapat dilakukan secara basah atau kering, analisis basah
digunakan untuk menentukan Jumlah bahan agregat yang lolos saringan No.200
mengikuti manual SNI-M-02-1994-2003 atau AASHTO T11-90. Persentase lolos
saringan ditentukan melalui pengujian analisis agregat halus dan kasar.
4. Aspal
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam
sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan meleleh
bila dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya
terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil pemurnian minyak
bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau
derivatnya (ASTM, 1994). Bitumen (The Asphalt Institute, 1993) adalah suatu
campuran dari senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses
pemanasan, atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan
derivatnya yang bersifat non logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat
atau padat,dan campuran tersebut dapat larut dalam Karbondisulfida (CS2). Aspal yang
dipakai dalam konstruksi jalan mempunyai sifat fisis yang penting, antara lain:
kepekatan (consistency), ketahanan lama atau ketahanan terhadap pelapukan oleh
karena cuaca, derajat pengerasan, dan ketahanan terhadap air.
Aspal yang digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan pada umumnya
berfungsi sebagai pengikat dan pengisi rongga udara antara agregat, oleh karena itu,
aspal yang digunakan harus bersifat (Sukirman, 1993)sebagai berikut :
a) Mempunyai Daya Tahan (durability)
b) Kohesi dan Adhesi
c) Kepekaan terhadap temperature
d) Kekerasan aspal
e) Viskoelastisitas Aspal
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan
pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal tampak padat
pada suhu ruang padahal adalah cairan yang sangat kental. Aspal merupakan bahan
yang sangat kompleks, dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh, dan tak jenuh, alifatik, dan
aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain
hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang,
dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon,
10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik
besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang
massa molekulnya kecil), dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal
mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa
polar.
5. Daya Lekat Aspal Terhadap Agregat
Daya lekat aspal terhadap agregat dipengaruhi oleh sifat agregat terhadap air.
Granit dan agregat yang mengandung silica merupakan agregat yang bersifat
hydrophilic, yaitu agregat yang mudah diresapi air, hal ini menyebabkan agregat
tersebut tidak mudah dilekati aspal, ikatan aspal dengan agregat mudah lepas.
Sebaliknya agregat seperti diorit, andesit, merupakan agregat hydrophobic, yaitu
agregat yang tidak mudah terikat dengan air, tetapi mudah terikat dengan aspal.
6. Berat Jenis Agregat
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
volume air. Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar atau berat
jenis ringan.
7. Hal-hal yang harus Diperhatikan di Laboratorium
Peralatan yang digunakan untuk memeriksa dan menguji bahan atau campuran
bahan, baik di Laboratorium maupun di lapangan, pada umumnya adalah alat mahal.
Beberapa jenis bahan pencampur atau pelarut atau additive dalam uji aspal maupun
campuran aspal juga relative mahal. Itulah sebabnya diperlukan kedisiplinan dan hati-
hati dalam menggunakan peralatan Laboratorium.
Peralatan Laboratorium dapat rusak atau tidak berfungsi secara normal oleh
karena kekurangan hati-hatian sehingga dapat mengakibatkan kesalahan fatal terhadap
hasil uji dan analisis. Beberapa alat mempunyai tingkat ketelitian dan sensitifitas alat
yang sangat tinggi. Timbangan adalah salah satu alat yang sensitive dan mudah rusak.
Oleh sebab itu, sebaiknya tidak memindahkan peralatan Laboratorium tersebut yang
pada umumnya ditempatkan secara tetap.
Timbangan jenis triple beam harus selalu pada posisi terkunci, setiap kali
timbangan akan di pakai, lakukan dulu pemeriksaan sehingga posisi awal terletak pada
titik setimbang (zero reading). Gunakan satu timbangan yang sama untuk rangkaian uji
yang dilakukan, untuk menghindari kesalahan akibat alat yang digunakan.
Oven merupakan alat Laboratorium yang sangat dibutuhkan untuk pemanasan
agregat. Pada umumnya, pemanasan dilakukan pada temperature tetap antara 105-
120°C. Termostat tidak boleh diganggu atau diubah tanpa persetujuan pengawas
Laboratorium. Khusus untuk bahan aspal, pemanasan yang dilakukan harus
memperhatikan batas-batas temperatur yang diijinkan pada setiap pemeriksaan.
Tingkat kehati-hatian dituntut lebih tinggi pada saat pemanasan aspal untuk
bahan campuran, terutama bila digunakan kompor gas. Pengawas Laboratorium berhak
untuk mematikan oven dan mengeluarkan benda uji yang disimpan dalam oven setelah
melewati waktu 24jam. Perlu juga memperhatikan suhu ruangan pada saat pemeriksaan
karena pada beberapa percobaan hal ini akan mempengaruhi hasil dan analisis.
Setelah pelaksanaan setiap jenis pemeriksaan, praktikan diwajibkan untuk
membersihkan peralatan dan areal kerja, terutama alat yang digunakan untuk
pemeriksaan aspal karena kelalaian membersihkan akan merugikan. Gunakan minyak
solar atau minyak tanah sebagai pembersih bahan beraspal
BAB II
2.1 Maksud
Panaskan contoh perlahan-lahan dan aduklah hingga cukup cair dan dituangkan.
Pemanasan contoh untuk ter tidak boleh melebih 30 menit. Aduklah perlahan-lahan
agar udara tidak masuk dalam contoh. Setelah contoh cair merata tuangkan kedalam
contoh dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang
dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah 2 benda uji (duplo). Tutuplah benda uji
agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk
benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji yang besar.
2.5 Cara melakukan
a. Letakan benda uji dalam tempat air kecil dan masukan tempat air tersebut
kedalam bak peredam yang lebih berada pada suhu yang ditentukan, diamkan
dalam bak tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5
sampai 2 jam untuk benda uji besar.
b. Periksalah pemegang jarum agar dapat dipasang dengan baik, bersihkan jarum
dengantoluene atau minyak tanah kemudian keringkan jarum tersebut dengan
kain bersih dan pasangkanlah jarum pada pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 40gram diatas jarum untuk memperoleh beban sebesar
(100 ± 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚) detik.
d. Pindahkan tempat air dari bak peredam kebawah penetrasi.
e. Turunkan jarum penetrasi perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
benda uji. Kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer sehingga jarum
berimpit dengan angka tersebut.
f. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch jangka waktu (5
± 0,1) detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit dengan
jarum penunjuk. Hasil pengamatan dibulatkan hingga 0,01 mm terdekat.
h. Lepaskan jarum pemegang jarum siapkan alat penetrasi untuk pengerjaan
selanjutnya.
i. Lakukan pekerjaan (a) sampai dengan (g) tidak kurang dari 3 kali untuk benda
uji yangsama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dengan jarak satu
sama lain dari tepi dinding lebih dari 1 cm.
2.6 Catatan
a. Thermometer untuk bak peredam harus ditata teratur.
b. Bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat-alat dan cara
pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara 350 sampai 500
perlu dilakukan dengan alat-alat lain.
c. Apabila pembacaan stopwatch lebih dari (5 ± 0,1) detik, hasil tersebut tidak
berlaku (diabaikan).
2.7 Pelaporan