Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN PERKERASAN

Oleh :

REINILDIS CITRALIANA BANDU 1100190009


FRANSISKA WAHYU ENDANG NINGSIH 1100190049
AGNES SILVYANI NGAMBUT 1100190048
GAUDENSIUS FIRMIN DAKKA 1100190099

KELOMPOK 12

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN PERKERASAN

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Disusun Oleh

REINILDIS CITRALIANA BANDU 1100190009


FRANSISKA WAHYU ENDANG NINGSIH 1100190049
AGNES SILVYANI NGAMBUT 1100190048
GAUDENSIUS FIRMIN DAKKA 1100190099

Yogyakarta, 16 Juni 2022

Telah Diperiksa dan disetujui oleh

Dosen Pengampu Asisten Dosen

(Dr. Hj. Ani Tjitra Handayani, ST,MT) (Wahyu Kurniawan)


NIK. 19730078 NIM. 110018068

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penyusun untuk menyelesaikan Laporan Pratikum Bahan Perkerasan.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Bahan
Perkerasan ini tepat waktu.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas kuliah pada mata kuliah Bahan
Perkerasan di kampus Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. Selain itu, penulis juga
berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang mata kuliah
Bahan Perkerasan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

 Dosen Ani Tjitra Handayani selaku dosen mata kuliah Bahan Perkerasan Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis
 Teman-teman kelompok yang senantiasa bekerja sama dalam proses
pembuatan laporan ini
 Teman- teman seperjuangan yang selalu memberi dukungan dalam
penyempurnaan laporan ini
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan tulisan ini.

Yogyakarta, Juni 2022


Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
BAB II PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL ........................................................... 8
BAB III PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL ....................................................... 12
BAB IV PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ................................................................. 15
BAB V PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR ................................. 18
BAB VI PEMERIKSAAN DAKTILITAS ASPAL ........................................................ 20
BAB VII PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT HALUS ....................................................................................... 23
BAB VIII PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT KASAR ....................................................................................... 28
BAB IX ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR .......................... 32
BAB X PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN
MESIN LOS ANGELES ................................................................................ 38
BAB XI PEMERIKSAAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MASHSAL ........ 41
PENUTUP ..................................................................................................................... 47
LAMPIRAN .................................................................................................................. 48

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lapisan permukaan jalan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam memberikan
keamanaan dan keselamatan di jalan raya. Material yang di gunakan untukkonstruksi
jalan raya mempunyai pengaruh yang besar pada perkerasabn jalan raya. Untuk
mendapatkan hasil yang optimum dan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan, salah satunya perlu pengetahuan yang mendalam mengenai material yang
digunakan.
Konstruksi Pertenasan Jalan lentur (Flexible Pavment) tendiri dari lapisan.
Lapisan diatas tanah dasar, yaitu : Lapisan tanah dasar yang sudah stabil (subgrade),
Lapisan Pondasi bawah (sub-base course) , Lapisan Pondasi atas (Base Course) dan
Lapisan permukaan (Surface Course) Lapisan permukaan jalan mempunyai fungsi
yang sangat penting dalam memberikan keamanan dan keselamatan di jalan raya.
Material yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan raya mempunyai pengaruh
yang bear pada perkerasan jalan raya. Untuk mendapatkan hasil yang optimum dan
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, salah satunya perlu pengetahuan yang
mendalam mengenai material yang digunakan.
Buku pedoman Praktikum ini memberikan penjelasan secara rinci semua
tahapan kegiatan pemeriksaan dan pengujian terhadap bahan maupun campuran bahan
pembentuk lapisan - lapisan tersebut di atas, kecuali Lapisan Tanah Dasar. Khusus
untuk pengujian sifat-sifat fisik dan mekanis tanah dapat dilakukan di Laboratorium
Mekanika Tanah. Pemeriksaan dan pengujian dilakukan terhadap berbagai jenis bahan
dasar perkerasan jalan yaitu bahan aspal, bahan agregat dan campuran aspal-agregat.
Secara khusus buku pedoman ini disusun untuk dapat digunakan oleh
mahasiswa/praktikan tingkat Sarjana jenjang Strata 1, yang melakukan praktikum
maupun penelitian di Laboratorium FTSP ITNY, karena disesuaikan dengan
ketersediaan peralatan dan penunjangnya.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini meliputi :
1. Dapat menentukan/menghitung komposisi dari campuran aspal panas (meliputi
agregat dan aspal) yang optimal sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
2. Mengetahui perbandingan perbedaan hasil pemeriksaaan benda uji dengan alat
Marshall Test untuk berbagai variasi spesifikasi agregat, aspal dan metode
pengujian.
1.3 Definisi Dasar
1. Agregat
Agregat atau batu, atau granular material adalah material berbutir yang keras
dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu, dan
pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkerasan jalan, karena
agregat merupakan komponen utama dari lapis perkerasan jalan. Daya dukung
perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang digunakan.
Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat menentukan
dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan.
Agregat adalah partikel mineral yang berbentuk butiran-butiran yang
merupakan salah satu penggunaan dalam kombinasi dengan berbagai macam tipe mulai
dari sebagai bahan material di semen untuk membentuk beton, lapis pondasi jalan,
material pengisi, dan lain-lain. WOODS (1948) membuat definisi, agregat dari pasir,
gravel, batu pecah, slag atau material lain dari komposisi mineral, digunakan campuran
dengan bahan pengikat untuk membentuk beton aspal dan beton semen atau digunakan
secara khusus seperti bahan balas (ballast) jalan rel. Agregat dapat diperoleh secara
alamiah ataupun secara masinal (menggunakan mesin) seperti batu pecah dengan
berbagai ukuran. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa agregat
adalah suatu kumpulan butiran batuan yang berukuran tertentu yang diperoleh dari
hasil alam langsung maupun dari pemecahan batu besar ataupun agregat yang disengaja
dibuat untuk tujuan tertentu. Agregat dapat berupa berbagai jenis butiran atau pecahan
batuan, termasuk 10 didalamnya antara lain: pasir, kerikil, agregat pecah, abu/debu
agregat dan lain-lain.

2
2. Agregat Halus dan Kasar
a. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat pemecah batu. Agregat ini berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang
meliputi pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Untuk beton
penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai
agregat halus.
b. Agregat Kasar
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu, dengan butirannya berukuran antara 4,76 mm — 150 mm.
3. Sifat Agregat Sebagai Material Perkerasan Jalan
Sifat agregat merupakan faktor yang menentukan kemampuan sifat agregat
pada perkerasan jalan untuk memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap
cuaca/iklim. Oleh karena itu perlu adanya pemeriksaan yang teliti sebelum
memutuskan suatu agregat dapat dipergunakan sebagai material perkerasan jalan. Sifat
agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material jalan adalah gradasi,
kebersihan, kekerasan, dan ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan,
porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis dan daya lekat terhadap aspal.
Gradasi agregat merupakan sifat yang sangat luas pengaruhnya terhadap kualitas
perkerasan secara keseluruhan. Ukuran butir agregat menurut AASHTO T27-88 atau
SNI 03-1968-1990 disajikan pada Tabel 1 di bawah ini

3
Tabel 1.1. Ukuran Butir Agregat

Analsis saringan dapat dilakukan secara basah atau kering, analisis basah
digunakan untuk menentukan Jumlah bahan agregat yang lolos saringan No.200
mengikuti manual SNI-M-02-1994-2003 atau AASHTO T11-90. Persentase lolos
saringan ditentukan melalui pengujian analisis agregat halus dan kasar.
4. Aspal
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam
sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan meleleh
bila dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya
terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil pemurnian minyak
bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau
derivatnya (ASTM, 1994). Bitumen (The Asphalt Institute, 1993) adalah suatu
campuran dari senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses
pemanasan, atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan
derivatnya yang bersifat non logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat
atau padat,dan campuran tersebut dapat larut dalam Karbondisulfida (CS2). Aspal yang
dipakai dalam konstruksi jalan mempunyai sifat fisis yang penting, antara lain:
kepekatan (consistency), ketahanan lama atau ketahanan terhadap pelapukan oleh
karena cuaca, derajat pengerasan, dan ketahanan terhadap air.

4
Aspal yang digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan pada umumnya
berfungsi sebagai pengikat dan pengisi rongga udara antara agregat, oleh karena itu,
aspal yang digunakan harus bersifat (Sukirman, 1993)sebagai berikut :
a) Mempunyai Daya Tahan (durability)
b) Kohesi dan Adhesi
c) Kepekaan terhadap temperature
d) Kekerasan aspal
e) Viskoelastisitas Aspal
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan
pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal tampak padat
pada suhu ruang padahal adalah cairan yang sangat kental. Aspal merupakan bahan
yang sangat kompleks, dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh, dan tak jenuh, alifatik, dan
aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain
hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang,
dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon,
10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik
besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang
massa molekulnya kecil), dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal
mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa
polar.
5. Daya Lekat Aspal Terhadap Agregat
Daya lekat aspal terhadap agregat dipengaruhi oleh sifat agregat terhadap air.
Granit dan agregat yang mengandung silica merupakan agregat yang bersifat
hydrophilic, yaitu agregat yang mudah diresapi air, hal ini menyebabkan agregat
tersebut tidak mudah dilekati aspal, ikatan aspal dengan agregat mudah lepas.
Sebaliknya agregat seperti diorit, andesit, merupakan agregat hydrophobic, yaitu
agregat yang tidak mudah terikat dengan air, tetapi mudah terikat dengan aspal.

5
6. Berat Jenis Agregat
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
volume air. Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar atau berat
jenis ringan.
7. Hal-hal yang harus Diperhatikan di Laboratorium
Peralatan yang digunakan untuk memeriksa dan menguji bahan atau campuran
bahan, baik di Laboratorium maupun di lapangan, pada umumnya adalah alat mahal.
Beberapa jenis bahan pencampur atau pelarut atau additive dalam uji aspal maupun
campuran aspal juga relative mahal. Itulah sebabnya diperlukan kedisiplinan dan hati-
hati dalam menggunakan peralatan Laboratorium.
Peralatan Laboratorium dapat rusak atau tidak berfungsi secara normal oleh
karena kekurangan hati-hatian sehingga dapat mengakibatkan kesalahan fatal terhadap
hasil uji dan analisis. Beberapa alat mempunyai tingkat ketelitian dan sensitifitas alat
yang sangat tinggi. Timbangan adalah salah satu alat yang sensitive dan mudah rusak.
Oleh sebab itu, sebaiknya tidak memindahkan peralatan Laboratorium tersebut yang
pada umumnya ditempatkan secara tetap.
Timbangan jenis triple beam harus selalu pada posisi terkunci, setiap kali
timbangan akan di pakai, lakukan dulu pemeriksaan sehingga posisi awal terletak pada
titik setimbang (zero reading). Gunakan satu timbangan yang sama untuk rangkaian uji
yang dilakukan, untuk menghindari kesalahan akibat alat yang digunakan.
Oven merupakan alat Laboratorium yang sangat dibutuhkan untuk pemanasan
agregat. Pada umumnya, pemanasan dilakukan pada temperature tetap antara 105-
120°C. Termostat tidak boleh diganggu atau diubah tanpa persetujuan pengawas
Laboratorium. Khusus untuk bahan aspal, pemanasan yang dilakukan harus
memperhatikan batas-batas temperatur yang diijinkan pada setiap pemeriksaan.
Tingkat kehati-hatian dituntut lebih tinggi pada saat pemanasan aspal untuk
bahan campuran, terutama bila digunakan kompor gas. Pengawas Laboratorium berhak
untuk mematikan oven dan mengeluarkan benda uji yang disimpan dalam oven setelah
melewati waktu 24jam. Perlu juga memperhatikan suhu ruangan pada saat pemeriksaan
karena pada beberapa percobaan hal ini akan mempengaruhi hasil dan analisis.

6
Setelah pelaksanaan setiap jenis pemeriksaan, praktikan diwajibkan untuk
membersihkan peralatan dan areal kerja, terutama alat yang digunakan untuk
pemeriksaan aspal karena kelalaian membersihkan akan merugikan. Gunakan minyak
solar atau minyak tanah sebagai pembersih bahan beraspal.

Yogyakarta, 16 Juni 2022


Diperiksa oleh,

Wahyu Kurniawan
110018068

7
BAB II

PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL

2.1. Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau


lembek (solid atau semi solid) dengan memasukan jarum ukuran tertentu, beban dan
waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu tertentu.
2.2. Peralatan
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi dengan 0,1 mm.
b. Pemegang jarum seberat ( 47,5 ± 0,005 ) gram yang dapat dilepas dengan
mudah darialat penetrasi untuk pemeriksaan.
c. Pemberat dari ( 50 ± 0,05 ) gram yang digunakan untuk pengukuran penetrasi
denganbeban 100 gram.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 44℃ atau Hrc 54 – 60, ujung
jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata-
rata berukuran sebagi berikut :
Penetrasi Diameter Kedalaman
Dibawah 200 55 mm 35 mm
200 sampai 300 75 mm 45 mm
f. Bak peredam ( water bath ) terdiri dari isi bejana denga nisi tidak kurang dari
10 liter air dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian kurang lebih
0,1℃. Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm
diatas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm dibawah permukaan air
dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan alat penetrasi. Tempat tersebut
mempunyai isitidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk meredam
benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukur waktu untuk mengukur penetrasi dengan tangan diperlukan

8
stopwatch skala pembagian terlecil 0,1 detik atau kurang dari kesalahan
tertinggi 0,1 per detik.
i. Thermometer.
2.3. Benda uji: Aspal keras/Aspal modifikasi
2.4. Persiapan Benda Uji

Panaskan contoh perlahan-lahan dan aduklah hingga cukup cair dan dituangkan.
Pemanasan contoh untuk ter tidak boleh melebih 30 menit. Aduklah perlahan-lahan
agar udara tidak masuk dalam contoh. Setelah contoh cair merata tuangkan kedalam
contoh dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang
dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah 2 benda uji (duplo). Tutuplah benda uji
agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk
benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji yang besar.
2.5. Cara melakukan
a. Letakan benda uji dalam tempat air kecil dan masukan tempat air tersebut
kedalam bak peredam yang lebih berada pada suhu yang ditentukan, diamkan
dalam bak tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5
sampai 2 jam untuk benda uji besar.
b. Periksalah pemegang jarum agar dapat dipasang dengan baik, bersihkan jarum
dengantoluene atau minyak tanah kemudian keringkan jarum tersebut dengan
kain bersih dan pasangkanlah jarum pada pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 40gram diatas jarum untuk memperoleh beban sebesar
(100 ± 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚) detik.
d. Pindahkan tempat air dari bak peredam kebawah penetrasi.
e. Turunkan jarum penetrasi perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
benda uji. Kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer sehingga jarum
berimpit dengan angka tersebut.
f. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch jangka waktu (5
± 0,1) detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit dengan

9
jarum penunjuk. Hasil pengamatan dibulatkan hingga 0,01 mm terdekat.
h. Lepaskan jarum pemegang jarum siapkan alat penetrasi untuk pengerjaan
selanjutnya.
i. Lakukan pekerjaan (a) sampai dengan (g) tidak kurang dari 3 kali untuk benda
uji yangsama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dengan jarak satu
sama lain dari tepi dinding lebih dari 1 cm.
2.6. Catatan
a. Thermometer untuk bak peredam harus ditata teratur.
b. Bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat-alat dan cara
pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara 350 sampai 500
perlu dilakukan dengan alat-alat lain.
c. Apabila pembacaan stopwatch lebih dari (5 ± 0,1) detik, hasil tersebut tidak
berlaku (diabaikan).
2.7. Pelaporan

Laporkan angka penetrasi rata-rata dalam bilangan bulat sekurang-kurangnya


dari tiga pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil-hasil pembacaan tidak melampaui
ketentuan dibawah ini:
Hasil penetrasi 0-49 50-149 150-200 200
Toleransi 2 4 6 8
2.8. Data Pelaporan
Pembukaan Contoh dipanaskan Pembacaan Pembacaan suhu
contoh waktu open

Mulai jam 08.00 Temperatur 100℃


Selesai jam 08.35
Mendinginkan Diamkan pada suhu Standar suhu ruang
contoh ruang
Mulai jam 08.38 Temperatur 25℃
Selesai jam 09.38
Mencapai suhu Direndam pada Suhu waterbart
pemeriksaan suhu 25℃
Mulai jam 09.39 Temperatur 25℃

10
Selesai jam 10.39
Pemeriksaan Penetrasi pada suhu Pembacaan suhu
25℃ penetrometer
Mulai jam 10.40 Temperatur 25℃
Selesai jam 11.18

Hasil Penetrasi pada suhu 25℃, 100 gram, 5 detik


Pengamatan Cawan I Cawan II
Pengamatan ke-1 21 32
Pengamatan ke-2 30 32
Pengamatan ke-3 29 34
Pengamatan ke-4 22 31
Pengamatan ke-5 27 30
Rata-rata 25,8 31,8

Rata-rata penetrasi dari kedua cawan tersebut adalah sebesar 28,8


Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan penetrasi dapat disimpulkan bahwa aspal yang diuji
hasil penetrasinya berada direntan 0-49 di mana nilai toleransinya adalah 2, karena
aspal yang digunakan adalah aspal modifikasi dengan penetrasi 60-79, maka aspal
tersebut seharusnya pada nilai penetrasi 60-79, maka ada beberapa factor yang
menyebabkan nilai penetrasinya tidak berada pada 60-79. Karena factor suhu atau
terdapat gelembung pada aspal maka memungkinkan hasil data yang tidak sesuai.
Saran
a. Digunakan aspal yang sudah dipanaskan hingga cair hingga tidak ada
gelembung didalamnya.
b. Kandungan gliserin dalam aspal menentukan bagus tidaknya aspal.
Yogyakarta, 16 Juni 2022
Diperiksa oleh,

Wahyu Kurniawan
110018068
11
BAB III
PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL

3.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis bitumen dan ter
dengan Piknometer. Berat jenis bitumen atau ter adalah perbandingan antara berat
bitumen dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.

3.2. Peralatan
a. Termometer
b. Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25 + 0,1)

c. Piknometer
d. Air suling sebanyak 100 cm3
e. Bejana gelas
3.3. Benda Uji
a. Panaskan contoh bitumen keras sejumlah 50 gram, sampai menjadi cair
dan aduklah untuk mencegah pemanasan setempat. Pemanasan tidak
boleh lebih dari 30 menit pada suhu 56 ℃ di atas titik lembek.
b. Tuangkan contoh tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga
terisi 3⁄4 bagian.
3.4. Cara Melakukan
a. Isilah bejana dengan air suling sehingga terendam diperkirakan bagian
atas piknometer yang bak perendam sehingga terendam sekurang-
kurangnya 100 mm. Aturlah perendam pada suhu 25℃.
b. Bersihkan, keringkan dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg
(A).
c. Angkatlah bejana dari bak peredam dan isilah piknometer dengan air
suling, kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan.
d. Letakkan piknometer kedalam bejana dan tekanlah penutup hingga rapat,
kembalikan bejana tersebut ke dalam bak peredam selama kurang lebih

12
30 menit, kemudian angkat piknometer dan keringkan dengan lap,
timbanglah dengan ketelitian 1 mg (B).
e. Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga
terisi 3⁄4 bagian.
f. Biarkan piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah
tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar.
g. Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di
dalamnya dankemudian tekanlah penutup hingga rapat. Masukkan dan
diamkan bejana ke dalam bak perendam selama kurang lebih 30 menit
angkat, keringkan dan timbanglah piknometer (D).
3.5. Catatan
Menghitung berat jenis dengan rumus:

(𝐂 − 𝐀)
𝐁𝐉 =
(𝐁 − 𝐀) − (𝐃 − 𝐂)

A = Berat piknometer (dengan penutup) (gram)

B = Berat piknometer + air (gram)

C = Berat piknometer + aspal (gram)

D = Berat piknometer + air + aspal (gram)

Tinggi kenaikan muka air pada Piknometer adalah 3,60 cm.

13
3.6. Pelaporan
Uraian Hasil Pemeriksaan
Berat piknometer + air (B) 144 Gram
Piknometer (A) 40,32 Gram
Berat air/isi piknometer (B-A) 103,68 Gram
Berat piknometer + contoh (C) 120,08 Gram
Berat piknometer (A) 40,32 Gram
Berat contoh (C-A) 79,76 Gram
Berat piknometer + air + contoh (D) 140 Gram
Berat piknometer + contoh 120,08 Gram
Berat Air 103,68 Gram
Isi bitumen 0,95 Gram/Cc
3.7. Analisis Perhitungan
Dari data percobaan yang ada, dilakukan analisis perhitungan untuk menentukan nilai
berat jenis isi bitumen menggunakan rumus:
(C − A)
BJ =
(B − A) − (D − C)
79,76
=
(103,68)−(140−120,08)

= 0,95gram/cc
Dari hasil analisis perhitungan diperoleh nilai berat jenis bitumen sebesar 0,95 gram/cc.
Sampel bitumen tidak sesuai dengan SK SNI 06-2441-1991, jadi sampel tidak dapat
digunakan untuk campuran perkerasan jalan.
3.8. Kesimpulan
1. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai berat jenis bitumen adalah 0,95 gr/cc.
2. Sampel bitumen tidak dapat digunakan sebagai campuran perkerasan jalankarena tidak
memenuhi syarat minimal yaitu 1 gr/cc. SK SNI 06-2441- 1991.

Yogyakarta, 16 Juni 2022


Diperiksa oleh,

Wahyu Kurniawan
110018068

14
BAB IV
PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL
4.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal dan ter
yang berkisar antara 30℃ sampai 200℃. Yang dimaksud titik lembek adalah suhu
pada saat bola baja dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter
yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal dan ter tersebut dapat
menyentuh pelat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu, sebagai akibat
kecepatan pemanasan tertentu.
4.2. Peralatan
a. Thermometer
b. Cincin kuningan
c. Bola baja, diameter 9,53 mm, berat 3,45 sampai 3,55 gram.
d. Alat pengarah bola.
e. Bejana gelas, tahan pemanasan.
4.3. Benda uji
a. Panaskan benda uji perlahan-lahan sambil aduk terus menerus hingga cairan
menjadi rata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar
gelembung udara tidak masuk. Setelah merata, tuamgkan benda uji kedalam dua
buah cincin, suhu pemanasan tidak lebih dari 111℃ diatas titik lembeknya. Waktu
untuk pemenasan ≤ 30 menit.
b. Panaskan dua buah cincin sampai mencapai suhu tuang benda uji dan letakkan
kedua cincin diatas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan
sabun.
c. Tuangkan benda uji kedalam 2 buah cincin, diamkan pada suhu ruang sekurang-
kurangnya 8℃ dibawah titik lembeknya sekurang-kurangnya selama 30 menit.
d. Setelah dingin permukaan benda uji diratakan dalam cincin dengan pisau yang
dipanaskan

15
4.4. Cara Melakukannya
a. Pasang dan atur kedua cincin diatas tempat dudukannya, letakkan pengarah bola
diatasnya kemudian masukkan semua peralatan tersebut kedalam bejana gelas.
Bejana diisi dengan air suling dengan suhu (5 ± 1)℃ hingga tinggi permukaan
berkisar 101,6 sampai 108 mm. Letakkan thermometer yang sesuai untuk pekerjaan
ini diantara kedua benda uji (± 12,7 mm dari tiap cincin). Periksa dan atur jarak
antara permukaan plat dasar dengan benda uji sehingga menjadi 25,5 mm. Letakkan
bola-bola baja bersuhu 5℃ diatas dan ditengah permukaan masing-masing benda
uji dengan menggunakan penjepit dan memasang kembali pengarah bola.
b. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5℃ per menit. Kecepatan
pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata-rata dari akhir
pekerjaan ini. Untuk 3 menit pertama, perbedaan kecepatan pemanasan ≤ 0,5℃

Tabel Data Pengamatan dan Perhitungan


Pembukaaan Contoh dipanaskan Waktu Pembacaan suhu oven
Mulai Jam 14.18
Contoh Temperatur 100°C
Selesai Jam 15.06
mendinginkan Didinginkan pada suhu ruang
Mulai Jam 15.10 Satandart suhu ruang 25°C
contoh
Selesai Jam 15.20
mencapai suhu direndam pada suhu 25 drjd
Mulai Jam 15.23 Suhu water wath tempertarure 25°C
pemeriksaan
Selesai Jam 15.4
Tabel Pemeriksaan titik lembek
No Suhu yang diamati Waktu (detik) Titik Lembek ℃
1 5 0 30 ℃
2 10 27" 35 ℃

16
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kedua benda uji jatuh/meleleh pada waktu yang sama pada suhu 35°C.
2. Menurut bina marga titik lembek untuk campuran aspal pen 60 yang diisyaratkan
adalah 48°C-58°C. Aspal pen 40 adalah min 51° dan mak 65°C. Hasil pengujian
didapatkan aspal mulai melembek pada suhu 33° pada benda uji.
3. Dapat disimpulkan bahwa aspal yang diuji tiidak memiliki standart dan tidak dapat
digunakan sebagai bahan perkerasan jalan.

Yogyakarta, 16 Juni 2022

Diperiksa oleh,

Wahyu Kurniawan
110018068

17
BAB V
PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR

5.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari
aspal, dimana:
1. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan aspal.
2. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik
pada saat suatu titik diatas permukaan aspal.
5.2. Peralatan
1. Thermometer
2. Cawan kuningan
3. Pelat pemanas, terdiri dari logam untuk melekatkan cawan dan bagian atas
dilapisi seluruhnya oleh asbes setebal 0,8 cm.
4. Sumber pemanas, dipakai pembakaran gas yang tidak menimbulkan asap
5. Penahan angin, yaitu alat yang dapat menahan hembusan angina
6. Nyala penguji yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan diameter 3,2-
4,8 mm dengan Panjang tabung 7,5 cm
5.3. Benda Uji
Panaskan contoh aspal antara 130-140℃ sampai cukup cair, kemudian isi cawan
kuningan sampai garis dan hilangkan gelembung udara yang ada pada permukaan
cairan.
5.4. Cara Kerja dan Pelaksanaan
1. Letakkan cawan diatas pelat pemanas dan suhu diatur sumber pemanas hingga
terletak dibawah titik tengah cawan.
2. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah cawan
3. Tempatkan thermometer tegak lurus didalam benda uji dengan jarak 6,4 mm
diatas dasar cawan dan terletak pada satugaris yang menghubungkan titik poros

18
nyala penguji, kemudian diatur hingga poros thermometer terletak pada jarak 3
4 ⁄ diameter cawan dari tepi.
4. Tempatkan penahan angin didepan nyala penguji
5. Nyalakan sumber pemanas dan atur pemanasan sehingga kenaikan suhu 15℃
per meneit hingga benda uji mencapai suhu 56℃ dibawah titik nyala perkiraan.
6. Nyala penguji dinyalakan dan diatur agar diameter nyala penguji 3,2 sampai
4,8 mm
7. Putar nyala penguji hingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan)
dalam selang waktu 1 detik, ulangi pekerjaan setiap kenaikan 2℃
8. Lanjutkan pekerjaan 6 dan 7 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik
diatas permukaan benda uji, dibaca suhu pada thermometer dan di catat 9
9. Lanjutkan pekerjaan ini sampai terlihat nyala yang agak lama (5 detik) di atas
permukaaan benda uji.Bacalah suhu pada thermometer dan catat.
5.5.Pelaporan
1. Menentukan titik nyala dan titik bakar
2. Kesalahan apa yang mungkin terjadi
3. Memberikan kesimpulan dari hasil percobaan tersebut
5.6.Kesimpulan
Pada bab Ini pemeriksaan titik nyala dan titik bakar tidak dilakukan karena alat
dalam laboratorium Bahan Perkerasan sedang mengalami kerusakan.

Yogyakarta, 16 Juni 2022


Diperiksa oleh,

Wahyu Kurniawan

110018068

19
BAB VI

PEMERIKSAAN DAKTILITAS ASPAL

6.1 Umum
Daktilitas aspal adalah nilai ke elastisan aspal yang di ukur dari jarak terpanjang,
apabila antara 2 cetakkan berisi bitumen keras yang ditarik sebelum putus pada suhu
25℃ dan dengan kecepatan 50 mm/menit. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat
digunakan untuk mengetahui elastisitas aspal.
6.2 Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan pelaksanaan pengujian
daktilitas bahan aspal.
6.3 Peralatan
1. Thermometer.
2. Cetakkan daktilitas kuningan.
3. Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama pengujian
dengan ketelitian 0,1℃ dan benda uji dapat terendam sekurang-kurangnya 100
mm dibawah permukaan air.
4. Mesin dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap.
b. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran
selama pemeriksaan.
5. Bahan Glycerin teknik.
6.4 Persiapan Benda Uji
Benda uji aspal sebanyak 100 gram yang dipersiapkan sebagai berikut :
1. Lapisi semua bagian sisi-sisi cetakkan daktalitas dan atas pelat dasar dengan
campuran glycerine dan talk, kemudian pasanglah cetakkan daktalitas diatas
pelat dasar.
2. Panaskan contoh aspal sehingga cairan dapat dituang, pemanas dilakukan
sampai suhu antara 80℃ − 100℃ diatas titik lembek, kemudian contoh
disaring dengan saringan No. 50 dan setelah diaduk dituangkan penuh kedalam

20
cetakkan.
3. Pada waktu mengisi cetakkan, contoh dituangkan hati-hati dari ujung keujung
hingga penuh berlebihan.
4. Dinginkan cetakkan pada suhu ruang selama 30-40 menit lalu pindah kan
seluruhnya kedalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu
pemeriksaan selama 30 menit, kemudian ratakan contoh yang berlebihan
dengan pisau atau spatula yang sehingga terisi penuh dan rata.
6.5 Cara Kerja dan Pelaksanaan
1. Diamkan benda uji pada suhu 25℃ dalam bak perendam selama 85-95 menit,
kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-sisinya cetakan.
2. Pasanglah benda uji pada alat mesin uji dan tariklah benda uji secara teratur
dengankecepatan 50 mm/menit sampai benda uji putus, perbedaan kecepatan
± 5% masih diijinkan. Bacalah jarak antara pemegamg benda uji pada saat
benda uji putus (cm)selama ± 25 mm dalam air dan suhu pertahankan tetap
(25℃ ± 0,5℃).
3. Apabila benda uji menyentuh dasar mesin unit atau terapung pada permukaan
air, maka pengujian dianggap tidak normal, untuk menghindari hal semacam
ini maka berat jenis air harus disesuaikan dengan berat benda uji dengan
menambah glycerine, apabila pemeriksaan normal tidak berhasil setelah
dilakukan 3 kali, makadilaporkan bahwa pengujian daktalitas bitumen tersebut
gagal.
6.6 Pelaporan
1. Menghitung daktalitas rata-rata.
2. Kesalahan apa yang mungkin terjadi pada pelaksanaan pengujian.
3. Memberikan kesimpulan dari hasil pengujian tersebut.

21
DATA PEMERIKSAAN
DAKTILITAS

Hari / Tanggal : Selasa, 7 Juni 2022


Kegiatan : Daktilitas Aspal
Contoh :

Tabel Uji Daktilitas


Pembacaan Pembacaan suhu
Contoh dipanaskan
Pembukaan waktu (°C)
contoh Mulai 13.15 Suhu oven
Selesai 14.45
Didinginkan pada
Mendinginkan suhu 25 ◦ C
contoh Mulai 14.45
Selesai 14.15
Direndam pada suhu Suhu 25◦ C
Mencapai suhu 25 ◦ C waterbath
pemeriksaan Mulai 14.16
Selesai 14.46
Suhu
Daktilitas pada 25◦ C 25◦ C
pemeriksaan
Pemeriksaan
Mulai 15.46
Selesai 16.23

Kesimpulan:
Pada pengujian kali ini, batas penarikan aspal mencapai angka terbaca pada alat
158,1 cm dan tidak mengalami putus. Menurut persyaratan dari SNI 2432 : 2011, nilai
minimal untuk daktilitas adalah 100 cm dan hasil pemeriksaan daktilitas didapat lebih
dari 100 cm, sehingga aspal memenuhi syarat.
Yogyakarta, 16 Juni 2022
Diperiksa oleh,

Wahyu Kurniawan
110018068

22
BAB VII
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

7.1. Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat


jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu
(apparent) dan penyerapandari agregat halus.

1. Berat jenis (bulk specific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama denga nisi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu.
2. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara
berat kering permukaan jenuh dengan berat air suling yang isinya sama
denga isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
3. Berat jenis semu (apparent specific gravity) ialah perbandingan antara
agregat kering dengan berat air suling yang isinya sama dengan agregat
dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
4. Penyerapan adalah presentase berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering.
7.2. Peralatan
1. Timbangan kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
3. Kerucut terpancung (cone), diameter bagian bawah (90 ± 3) mm dan
tertinggi (75 ±3) mm, dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm.
4. Batang penumbuk yang mempunyai bidang tumbuk rata, berat (340 ± 1)
gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm.
5. Saringan No. 4.
6. Oven dilengkapi dengan pengaturan suhu untuk memanasi sampai (110 +
5)℃.
7. Termometer dengan ketelitian 1 ℃.

23
8. Talam.
9. Bejana tempat air.
10. Pompa hampa udara (vacum pump) atau tungku.
11. Air suling.
12. Desikator.
7.3. Benda Uji

Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No.4, diperoleh dari alat pemisah
contoh atau cara perempat, sebanyak kira-kira 100 gram.
7.4. Cara Melakukan

a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 + 5)℃, sampai berat
tetap. Berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses
penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam
berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih dari 0,1 %,
didinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam di dalam air selama (24 ±
4) jam.
b. Buang air perendam hati-hati, jangan ada butiran yang hilang tebarkan
agregat diatas talang keringkan di udara panas dengan cara membalik-
balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai terjadi kering
permukaan jenuh.
c. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji
dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak
25 kali, angkat kerucut terpancung dengan keadaan kering permukaan
jenuh tercapai apabila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan
tercetak.
d. Segera selesai tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukan 500
gram benda uji kedalam piknometer. Masukkan air suling sampai
mencapai 90 % isi piknometer, putarsambil guncang sampai tidak terlihat
gelembung udara di dalamnya. Untuk mempercepat proses ini dapat
digunakan pompa hampa udara, tetapi harus tetap diperhatikan jangan

24
sampai ada air yang ikut terhisap, dapat dilakukan dengan memanaskan
piknometer.
e. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk perhitungan kepada
suhu standar25 ℃.
f. Tambahkan air sampai tanda batas.
g. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 grm (Bt)
h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)℃
sampai berat tetap kemudian dinginkan benda uji dengan desikator.
i. Keluarkan setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk).
j. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu guna
penyesuaian dengan suhu standar.
7.5. Pelaporan

Hasil dilaporkan dalam bilangan desimal sampai dua angka di belakang koma.
7.6. Data Percobaaan dan Perhitungan
Tabel Uji Berat jenis dan Penyerapan Agregat Halus

Jenis Pengujian Percobaan Rata-rata


Benda uj direndam selama 24 jam I II
Berat benda uji kering permukaan jenuh 500 gram
Berat piknometer diisi air (25°C) Gram(B) 1543 1543 1543
Berat piknometer + benda uji SSD + air (25°C) Gram (Bt) 1824 1865 1844,5
Benda uji kering (oven) Gram (Bk) 478 484 481
Berat jenis (bulk spesific gravity) 𝐵𝐾
(𝐵 + 500 − 𝐵𝑡) 2,18 2,72 2,45

Berat jenis kering permukaan jenuh 500


(Saturated surface dry) = (SSD) (𝐵 + 500 − 𝐵𝑡) 2,28 2,81 2,55

Berat jenis semu (Apparent specific gravity) 𝐵𝐾


(𝐵 + 𝐵𝐾 − 𝐵𝑡) 2,43 2,99 2,71

Penyerapan 500−𝐵𝐾
= X 100% 4,60 3,31 3,95
(𝐵𝐾)

25
7.7. Analisis Perhitungan
Dari data percobaan yang ada, dilakukan analisis perhitungan:
a. Percobaan I
• Berat jenis (bulk specific gravity)
𝐵𝐾 478
= = = 2,18
(𝐵+500−𝐵𝑡) (1543+500−1824)

• Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD)


500 500
= = = 2,28
(𝐵+500−𝐵𝑡) (1543+500−1824)

• Berat jenis semu (apparent specific gravity)


𝐵𝐾 478
= = = 2,43
(𝐵+𝐵𝐾−𝐵𝑡) (1543+478−1824)

• Penyerapan
= 500−𝐵𝐾 x 100% = 500−478 x 100% = 4,60%
(𝐵𝐾) (478)

b. Percobaan II
• Berat jenis (bulk specific gravity)
𝐵𝐾 484
= = = 2,72
(𝐵+500−𝐵𝑡) (1543+500−1865)

• Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD)


500 500
= = = 2,81
(𝐵+500−𝐵𝑡) (1543+500−1865)

• Berat jenis semu (apparent specific gravity)


𝐵𝐾 484
= = = 2,99
(𝐵+𝐵𝐾−𝐵𝑡) (1543+484−1865)

• Penyerapan
= 500−𝐵𝐾 x 100% = 500−484 x 100% = 3,31%
(𝐵𝐾) (484)

Nilai Rata-rata:
• Berat jenis (bulk specific gravity) = (2,18+2,72) = 2,45
2

• Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) = (2,28+2,81) = 2,55
2

• Berat jenis semu (apparent specific gravity) = (2,43+2,99) = 2,71


2

• Penyerapan = (4,60+3,31) = 3,95%


2

26
7.8. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan data percobaan yang telah dilakukan pada benda uji
kering permukaan jenuh dengan berat 500 gram diperoleh:

1. Berat jenis (bulk specific gravity) = 2,45


2. Berat jenis kering permukaan (saturated surface dry = SSD) = 2,55
3. Berat jenis semu (Apparent specific gravity) = 2,71
4. Penyerapan agregat halus = 3,95%

Yogyakarta, 16 Juni 2022

Diperiksa oleh,

Wahyu Kurniawan
110018068

27
BAB VIII
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

8.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis
kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu (apparent)
dan penyerapan agregat halus.
1. Berat jenis (bulk specific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama denga nisi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu tertentu.
2. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat
kering permukaan jenuh dengan berat air suling yang isinya sama denga isi
agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
3. Berat jenis semu (apparent specific gravity) ialah perbandingan antara agregat
kering dengan berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan
kering pada suhu tertentu.
4. Penyerapan adalah presentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering.
8.2. Peralatan
1. Keranjang kawat ukuran 3,55 mm atau 2,36 mm (no 6 atau no 8) dengan
kapasitas kira-kira 5 kg
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan, tempat
ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap
3. Timbangan dengan kapasitas 5 jg dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang
4. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ±
5)℃
5. Alat pemisah contoh
6. Saringan No.4

28
8.3. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No.4 diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak kira-kira 2 kg.
8.4. Cara Melakukan
1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain, yang
melekat pada permukaan kemudian keringkan benda uji kedalam oven pada
suhu 105℃ sampai berat tetap
2. Dinginkan benda uji pada suhu ruang selama 1-3 jam, kemudian timbang 500
gram dengan ketelitian 0,5 gram (Bk)
3. Rendam benda uji dalam air pada suhu ruang selama 24 ± 4 jam.
4. Keluarkan benda uji dari dalam air, lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan menghilang (SSD) untuk butiran yang besar pengeringan
jarus satu per satu.
5. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj)
6. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya didalam air (Ba).
Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25℃)

8.5. Perhitungan
1. Berat jenis (bulk specific gravity) = BK
(Bj−Ba)

2. Berat jenis kering permukaan jenuh = Bj


(Bj−Ba)

3. Berat jenis semu = Bk


(Bk−Ba)

4. Penyerapan = Bj−Bk
𝑥 100 %
Bk

Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD),(gram)
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh didalam air,(gram)

29
8.6. Pelaporan
Jenis Pengujian Percobaan I Percobaan II Rata-rata
Benda uji direndam selama 24 jam I II
berat benda uji dalam air Gram (Ba) 1070.3 1140 1105.15
Berat benda uji (SSD) Gram (Bj) 1870.9 1976.9 1923.9
Benda uji kering oven Gram (Bk) 1865.6 1960.4 1913

Berat jenis (Bulk Specific Grafity)


2.3303 2.3425 2.3364

Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD)


2.3369 2.3622 2.3495

Berat jenis semu 2.3458 2.3896 2.3677

Penyerapan 100% 0.2841 0.8417 0.5629

Perhitungan
1. Berat Jenis (Bulk Specific Grafity)
BK 1913
= = 2.3364
(Bj−Ba) (1923.9−1105.15)

2. Berat Jenis kering permukaan jenuh (SSD)


Bj 1923.9
= = 2.3495
(Bj−Ba) (1923.9−1105.15)

3. Berat Jenis Semu (apparent specific gravity)


Bk 1913
= = 2.3677
(Bk−Ba) (1913−1105.15)

4. Penyerapan
Bj−Bk 1923.9 −1913
𝑥 100 % = 𝑥 100 % = 0.5629
Bk 1913

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan pada agregat kasar maka diperoleh nilai :
1. Berat jenis (bulk) = 2.3364 gram
2. Berat jenis kering permukaan jenuh = 2.3495gram
3. Berat jenis semu (apparent) =2.3677gram
4. Penyerapan = 0.5629 %

30
Dalam pengujian ini diisyaratkan berat jenis(bulk), berat jenis kering permukaan jenuh,
berat jenis semu (apparent) berkisar 2.5 – 2.7 gram. Sementara data yang diperoleh tidak
memenuhi syarat.

Menurut SN-M-10-1989-F, Agregat yang baik memiliki BJ ˃ 2.8 dan agregat ringan BJ ˂
2 dan penyerapan 3%. Sehingga agregat yang diujikan tidak memenuhi syarat karena nilai
penyerapan kurang dari 3%.

Yogyakarta, 16 Juni 2022

Diperiksa oleh,

Wahyu Kurniawan
110018068

31
BAB IX
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

9.1 Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat halus dan kasar dengan menggunakan saringan.
9.2 Peralatan
1. Timbangan neraca dengan ketelitian 0, 2 % dari berat benda uji.
2. Satu set saringan:
-75,0 mm (3”) -12,5 mm (1%”) -No.16
-63,0 mm (2%“) -10 mm (3/8”) -No.30
-50,0 mm (2“) -20 mm (3%”) -No.50
-37,5 mm (1,5”) -No.4 -No.100
-25 mm (1,60”) -No.6 -No.200
3. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ±5) ℃
4. Alat pemisah contoh.
5. Mesin pengguncang saringan.
6. Talam-talam.
7. Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainya.
9.3 Benda Uji
Benda uji digolongkan menjadi 3 fraksi, yaitu:
1. F1(kasar), Ukuran 1%2-2 berat contoh 5000 gram
2. F2(sedang) Ukuran%"-No.4 berat contoh 3000 gram
3. F3(halus) Ukuran No.4-No.200 berat contoh 2000 gram
Jika agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No.4 selanjutnya agregat halus
dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah yang tercantum diatas.Benda uji
disiapkan sesuai dengan PB- 0208-76 kecuali apabila butiran yang melalui saringan
No.200 tidak perlu jumlahnya dan syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki
pencucian.

32
9.4 Cara Melakukan
1. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 ± 5)℃ sampai berat
tetap.
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas.Saringan diguncang dengan menggunakan
mesin pengguncang selama 15 menit.
9.5 Perhitungan
Hitunglah prosentase benda uji yang tertahan diatas masing -masing saringan
terhadap berat total benda uji setelah disaring.
9.6 Pelaporan
1. Jumlah persentase melalui masing - masing saringan atau jumlah
persentase diatas masing -masing saringan dalam bilangan bulat.
2. Membuat Grafik komulatif

33
DATA PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN

Hari / Tanggal : Selasa, 7 Juni 2022


Kegiatan :
Contoh : Fraksi F1 (Agregat Kasar)
Berat Fraksi :

Tabel 9.1. Analisa Saringan Agregat Kasar

Lolos Ukuran Berat Berat Berat


No Cawan Agregat Total
Saringan (gram) (gram) (gram)
1 1,5" 217 - -
2 1" 217 - -
3 3/4" 217 64 281
4 3/8" 217 360 577
5 1/4" 217 159 376
6 No 12 217 73 290
7 No 30 217 205 421
8 No 30 217 75 291
9 No 50 217 21 236
10 Filler 217 43 260
1000 2732

34
DATA PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN

Hari / Tanggal : Selasa, 7 Juni 2022


Kegiatan :
Contoh : Fraksi F2 (Agregat Halus)
Berat Fraksi :

Tabel 9.2. Analisa Saringan Agregat Halus

Lolos Berat Berat Berat


No Ukuran Cawan Agregat Total
Saringan (gram) (gram) (gram)
1 1,5" 217 - -
2 1" 217 - -
3 3/4" 217 13 230
4 3/8" 217 8 225
5 1/4" 217 35 252
6 No 12 217 47 264
7 No 30 217 282 499
8 No 30 217 253 469
9 No 50 217 134 353
10 Filler 217 228 496
1000 2788

35
DATA PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN

Hari / Tanggal : Selasa, 7 Juni 2022


Kegiatan :
Contoh : Fraksi F3 (Agregat Kasar dan Halus)
Berat Fraksi :

Tabel 9.3. Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus

Berat Tertahan Jumlah Persen


No Nilai
(gram) Tertahan (%) Lewat (%) Spesifikasi i
Saringan Tengah
Kasar Halus Kasar Halus Kasar Halus
1,5" 0 0 100 100 100 100
1" 0 0 100 100 100 100
3/4" 64 13 6.4 1.3 93.6 98.7 90-100 95
3/8" 360 8 36 0.8 57.6 97.9 70-80 75
1/4" 159 35 15.9 3.5 41.7 94.4 60-70 65
No 12 73 47 7.3 4.7 34.4 89.7 60-70 65
No 30 205 282 20.5 28.2 13.9 61.5 30-40 35
No 30 75 253 7.5 25.3 6.4 36.2 20-30 25
No 50 21 134 2.1 13.4 4.3 22.8 10-20 15
Filler 43 228 4.3 22.8 0 0 0-4 2
Jumlah 1000 1000

Perhitungan
Presentase Agregat Kasar
1000
% Berat = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑥 100% = 𝑥100% = 36,6 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 2732

Presentase Agregat Halus


1000
% Berat =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 𝑥 100% = 𝑥100% = 35,9 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 2788

36
Gambar 9.1. Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus
9.7 Kesimpulan
Dari hasil presentasi agregat lolos saringan didapat gradasi kombinasi agregat
sesuai dengan benda uji
1. Agregat kasar = 36.6 %
2. Agregar halus =35.9 %

Yogyakarta, 16 Juni 2022


Diperiksa oleh,

Wahyu Kurniawan
110018068

37
BAB X
PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS ANGELES

10.1 Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap keausan dengan menggunakan mesin los angeles. Keausan tersebut
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan No.12 terhadap
berat semula dalam persen.
10.2 Peralatan
1. Mesin Los Angeles
Mesin terisi baja silinder tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm
(26″) Panjang dalam 50 cm (20″). Silinder bertumpu pada dua poros pendek
yang tak menerus berputar padaporos mendatar. Silinder berlubang untuk
memasukkan benda uji, penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan
dalam silinder tidak tergantung. Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja
melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56″).
2. Satu set saringan: 19,1 mm (¾″), 9,5 mm (⅜″), 4,75 mm (No.4), 2,38 mm
(No.8) dan 1,2 mm (No.12).
3. Timbangan dengan ketelitian 5 gram.
4. Bola-bola dengan diameter rata-rata 4,68 cm (17/18″) dan berat masing-
masing antara 390 gram sampai 445 gram.
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu antara memanasi sampai (100 ±
5)℃.
6. Talam/Wadah
10.3 Benda Uji
1. Berat dengan gradasi benda uji sesuai dengan daftar No. 1
2. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (100 ± 5) °𝐶

38
Tabel Gradasi dan Jumlah Agregat

Saringan Berat Cawan Berat Agregat Berat Total

A B C= D-B D

1,5 0 0 0

1 0 0 0

34 206 659 865

38 206 878 1084

14 206 670 876

4 206 275 481

12 206 914 1120

30 206 585 791

50 206 474 680

200 206 765 971

Filler 206 235 441

Total 5455 7309

10.4 Cara Melakukan


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Timbang agregat sebanyak 5000 gram.
3. Saring agregat dengan saringan 19,1 mm – 2,38 mm dan timbang agregat sesuai
dengangradasinya, kemudian hitung total beserta agregat (W1) dalam gram.
4. Benda uji dan bola baja dimasukan kedalam mesin los angeles.
5. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 putaran.
6. Setelah selesai putaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring
dengansaringan No.12.
7. Timbang agregat (W2) dalam gram.
8. Hitung % keausan = [(W1-W2)/(W1)]x100%

39
10.5 Perhitungan
Tabel perhitungan keausan agregat

Jumlah berat (W1) 5000 gram

Berat tertahan saringan No.12 sesudah percobaan (W2) 1859 gram

(W1-W2) 3141 gram

Keausan = [(W1-W2)/(W1)]x100% 62,82 %

Keausan rata – rata 62,82 %

10.6 Kesimpulan
Berdasarkan SK SNI 2417-1991, keausan agregat tergolong sebagai berikut :
Apabila nilai keausan yang diperoleh > 40%, maka agregat yang diuji tidak baik
digunakan dalam bahan perkerasan jalan. Apabila nilai keausan agregat yang diuji <
40%, maka agregat yang diuji baik untuk digunakan dalam pekerjaan jalan.
Jadi, hasil percobaan, pemeriksaan keausan agregat dengan menggunakan alat
mesin Los Angeles didapat keausan rata – rata = 62,82 % sehingga tidak baik untuk
digunakan dalam pekerjaan jalan.

Yogyakarta, 16 Juni 2022

Diperiksa oleh,

Wahyu Kurniawan
110018068

40
BAB XI
PEMERIKSAAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MASHSAL

11.1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal. Ketahanan (stabilitas) telah
kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan
plastis yang dinyatakan dalam kg atau pond. Kelebihan plastis ialah keadaan perubahan
bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuk
sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
11.2. Peralatan
1) 3 buah cetakan benda uji dengan berdiameter 10 cm (4”) dan tinggi 7,5 cm (3”)
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung
2) Alat pengeluaran benda uji. Untuk benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan benda uji dipakai sebuah ejector
3) Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk penumbuk
silinder dengan berat 4,563 kg (10 pond), tinggi jatuh bebas 45,7 cm (18”)
4) Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya) berukuran kira-
kira 20 x 20 x 45 cm (8” x 8” x 8”) yang dilapisi dengan pelat beja berukuran
30 x 30 x 3,5 cm (12” x 12” x 1) dan dikaitkan pada lantai beton dengan 4
bagian siku
5) Silinder cetakan
6) Mesin tekan lengkap dengan :
a) Kepala penekan berbentuk lengkung (breaking head)
b) Cincin penguji dengan kapasitas 2500 kg (500 pound) dengan ketelitian
12,5 kg (25 pound) dilengkapi arloji tekan dengan ketelitian 0,0023 cm
(0,001”)
c) Arloji kelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,001”) dengan
perlengkapannya.

41
7) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu suhu untuk memanasi sampai
(2000 ± 3) °𝐶
8) Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20°𝐶
9) Perlengkapan lain :
a) Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal
b) Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250°𝐶
dengan ketelitian 0,5 atau 1 dari kapasitas
c) Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 3 kg dengan
ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian
1 gram
d) Kompor
e) Sarung asbes dan karet
f) Sendok pengaduk dan perlengkapan lain
11.3. Benda Uji
1) Persiapan Benda Uji Keringkan agregat, sampai beratnya tetap pada suhu (105 ± 5)
°𝐶 pisah-pisahkan agregat dengan cara penyaringan kering kedalam fraksi-fraksi
yang dikehendaki atau seperti berikut ini :
a) 1 sampai ¾”, ¾” sampai 3/8”
b) ¾ “sampai No.4 (5,00 mm)
c) No.4 (5,00 mm) sampai N0.6 (3,33 mm)
d) Lewat No.5 (3,35 mm)
2) Suhu campuran dan pemadatan harus ditentukan sehingga bahan pengilkat yang
dipakai menghasilkan viscositas seperti daftar No. 1 3. Persiapan campuran
a) Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram, sehingga
menghasilkan tinggi benda uji yang kira-kira 6,25 cm ± 0,125 cm
(2,5”±0,5”)
b) Agregat dipanaskan panic pencampur beserta agregat kira-kira 28°𝐶 diatas
suhu pencampur untuk aspal panas dan ter dan aduk sampai merata, untuk
aspal dingin pemanasan sampai 14°𝐶 suhu pencampuran

42
c) Sementara itu panaskan aspal sampai suhu pencampuran tuangkan aspal
sebanyak yang dibutuhkan kedalam agregat yang telah dipanaskan tersebut.
Kemudian aduklah dengan cepat pada suhu, sesuai 3.b.
d) d. Pemadatan benda uji
a. Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3
dan 148,9°𝐶
b. Letakan selembar kertas saring atau kertas penglap yang sudah
digunting. Untuk uji aspal dingin masukan benda uji kedalam oven
selama minimum 2 jam dengan suhu tetap menurut ukuran cetakan
kedalam dasar cetakan
c. Masukanlah seluruh campuran kedalam cetakan dan tusuk-tusuk
campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan atau aduklah
dengan sendok semen 15 kali keliling pinggirnya dan 10 kali
dibagian dalamnya
d. Lepaskan lebarnya, dan ratakanlah permukaan campuran dengan
mempergunakan sendok semen menjadi bentuk yang cembung
e. Waktu dan dipadatkan suhu campuran dalam batas-batas suhu
pemadatan seperti yang disebut 3.b. Letakan cetakan diatas landasan
pemadat, dalam pemegang cetakan
f. Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75,50 atau 35
sesuai dengan pemadatan, tahanlah agar sumbu palu pemadat selalu
tegak lurus pada alas cetakan
g. Lepaskan keeping alas lehernya balikam alat cetakan berisi benda uji
dan pasanglah kembali perlengkapannya. Terhadap permukaan
benda uji yang sudah dibalik ini tumbuklah dengan jumlah tumbukan
yang sama
h. Sesudah pemadatan, lepaskan keeping alas dan pasamhlah alat
pengeluar benda uji pada permukaan ujung ini, dengan hati-hati

43
keluarkan dan letakkan benda uji diatas permukaan yang rata dan
halus, bilarkan selama kira-kira 24 jam suhu ruang
11.4. Cara Melakukan
1) Bersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel
2) Berilah tanda pengenal pada masing-masing benda uji
3) Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm
4) Timbang benda uji untuk mendapatkan berat kering
5) Rendam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruang, setelah itu benda uji
dikeluarkan dan dilap kemudian ditimbang untuk memperoleh berat SSD
6) Timbang dalam air untuk mendapatkan berat dalam air
7) Rendamlah benda uji panas atau benda uji ter bak perendam selama 30 sampai 40
menit atau dipanaskan didalam oven selama 2 jam dalam suhu tetap (6 ± 1) °𝐶,
sebelum melakukan pengujian bersihkan batang penuntun (guide rod) dan
permukaan sehingga kepala penekan (test head). Lumasi batang penuntun sehingga
kepala penekan yang diatas dapat meluncur bebas apabila dikehendaki, kepala
penekan direndam bersamasama benda uji pada suhu antara 21-38 °𝐶, keluarkan
benda uji dari bak perendam atau dari oven atau pemanas udara diletakan kedalam
segmen bawah kepala penekan. Pasang segmen atas diatas benda uji dan letakan
keseluruhannya dalam mesin penguji
8) Pasang arloji kelelehan (flow meter) pada kedudukannya diatas suhu batang
penuntun dan atur keduduran jarum penunjuk angka nol, sementara selubung tangka
arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan (breaking head)
9) Tekan selubung tengaki arloji kelelehan tersebut pada segmen atas dari kepala
penekan selama pembenahan berlangsung. Sebelum pembenahan diberikan kepala
penekan beserta benda uji dinaikan hingga menyentuh ais cincin penguji, atur
kedudukan jarum arloji pada angka nol
10) Berikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50 mm per
menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan menurun seperti
yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan meksimum yang
dicapai

44
11) Apabila pembebanan sudah mencapai maksimum, angka kelelehan dicatat yang
ditujukan oleh jarum arloji kelelehan. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelehan
(sleeve) pada saat pembebanan mencapai maksimum dan catat nilai kelelahan yang
ditunjuk oleh jarum arloji kelelehan
12) Waktu yang diperlukan dan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai
tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik
11.5. Data Pengamatan dan Analisa
Pada percobaan mix desain kali ini menggunakan 2 kg agregat yang yang
ditimbang menggunakan cawan seberat 206.4 gram kemudian diayak, dan memperoleh
data berikut :
Mix design
1 kg kasar dan 1 kg halus
2 kg – berat cawan
2000 – 206.4 = 1793.6

Setelah diayak didapatkan


a) CA (Agregat kasar) = 13.6 + 660.6 + 725.6 + 77.6 + 298.6 = 1776 gram
b) FA (Agregat halus) = 64.6 + 36.6 + 89.6 = 190.8 gram
c) FF (Filler) = 21.6gram
Perhitungan perkiraan kadar aspal optimum (konstanta 0.5 – 1)
Pb = 0.035(%CA) + 0.045(%FA) + 0.18(%FF) + konstanta
= 0.035 (88,8) + 0.045(9.54) + 0.18(1.08)
= 3,732

KESIMPULAN
Menurut SNI 06-2489-1991 untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200
sehingga menghasilkan tinggi benda uji 63,5 mm. Digunakan kadar aspal 4%
a. Agregat kasar
= 1200 x 85% = 1020 gram
b. Agregat halus + filler

45
= 1200 – 1020 = 180 gram
c. Berat total benda uji (agregat)
= 96% x 1200 = 1152 gram
d. Berat Aspal
= 4% x 1200 = 48 gram
Berat wajan 650, maka berat total ditimbangan
= 650 + 1200 = 1850 gram

Yogyakarta, 16 Juni 2022


Diperiksa oleh,

Wahyu Kurniawan
110018068

46
KATA PENUTUP

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan kuasa-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum
ini dalam mata kuliah Bahan Perkerasan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih perlu adanya penyempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapakan demi
kesempurnaan dalam penyelesaian laporan ini kedepannya. Akhir kata, tidak lupa kami
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ani Tjitra Handayani. ST., MT dan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi semuanya.

47
LAMPIRAN

Oven Sampel Bitumen Kompor, Wajan Piknometer Alat Penumbuk

Saringan Agregat Air Rendaman Alat Penetrasi Bejana Pelat

Silinder cetakan Mesin uji Glycerin, Cawan, Timbangan Mesin Los Angeles
benda uji daktilitas Air suling

48

Anda mungkin juga menyukai