Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENGAMATAN KEGIATAN

PROSES PENENTUAN JOB MIX FORMULA (JMF)

PT. KADI INTERNATIONAL

(Jl. PTP XVIII Ngobo, Wringinputih, Kec. Bergas Kab. Semarang, Jawa Tengah)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkerasan Jalan Raya

Disusun Oleh :

Kelompok A.2

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2017
i
DATA KELOMPOK

Kelompok : A.2

No. Nama Mahasiswa NIM Kode Dosen Wali


1. Afifah Kamila 21010115120038 2233
2. Danna Zoraya Pramono 21010115120039 2233
3. Carolina Damara Pavitasari 21010115120040 2233
4. Cynthia Hotma Fatmawati 21010115120041 2233
5. Adista Gita Clarisa 21010115120042 2233
6. Salu Gita Riskiana 21010115120043 2233
7. Wahid Ardi Nugroho 21010115120044 2233
8. Ratih Isnaeni 21010115120045 2233
9. Nisrina Nur Fadhila 21010115120046 2233
10. Muhammad Asgar Rizqy 21010115120047 2233
11. Hendra B Y C Simanjuntak 21010115120049 2233
12. Sindhy Ermita Rosida 21010115120050 2233
13. Sri Ganesa L 21010115120051 2233
14. Erick Pardamean A 21010115120052 2233
15. Teresa Dian A B P 21010115120053 2233
16. Fairuz Adibah 21010115120054 2233
17. Dinar Wicaksono 21010115120056 2233
18. Jimmy Anggia P 21010115120058 2233
19. Febi Satria Gumanta 21010115120088 2235
20. Diyana Kholida 21010115120090 2235
21. Anju Patuan S 21010115120091 2235

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami, selaku penyusun laporan ini dapat menyelesaikan
tugas Mata Kuliah Perkerasan Jalan Raya.
Laporan ini disusun sebagai syarat lulus dalam menempuh Mata Kuliah Perkerasan
Jalan Raya. Pada kesempatan ini, penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Bagus Hario Setiadji, ST. MT., Ir. Djoko Purwanto, MS., Ir. Supriyono, MT.,
Ir. Wahyudi Kushardjoko, MT. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Perkerasan
Jalan Raya di Departemen Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
2. Bapak Charmanto dan Bapak Aji sebagai narasumber selama pengamatan di PT.
KADI International.
3. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu
penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran membangun dari rekan mahasiswa khususnya dan para pembaca pada
umumnya, agar dalam penyusunan laporan selanjutnya akan menjadi lebih baik. Harapan
kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Semarang, Desember 2017

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. i

DATA KELOMPOK ...........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2
1.4 Metode Penelitian ........................................................................................................2
1.5 Lokasi dan Waktu Pengamatan ...................................................................................3
1.6 Objek Pengamatan .......................................................................................................3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Job Mix Formula (JMF) ............................................................................................... 4


2.2 Tahapan Pembuatan Job Mix Formula (JMF) ............................................................. 4

BAB III HASIL PENGAMATAN

3.1 Pengujian Agregat .......................................................................................................8


3.2 Pengujian Aspal ...........................................................................................................14
3.3 Pengujian Campuran ...................................................................................................15

BAB IV ANALISIS DATA

4.1 Parameter Penentuan JMF (Job Mix Formula) ........................................................... 2 2


4.2 Parameter Penentuan JMF (Job Mix Formula) yang Dilakukan oleh PT. KADI
International .................................................................................................................25
4.3 Proses Penentuan JMF (Job Mix Formula) yang Dilakukan oleh PT. KADI International
......................................................................................................................................26

iv
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................................31


5.2 Saran ............................................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lapis perkerasan jalan pada sistem perkerasan lentur menggunakan material
aspal dan material agregat. Material aspal digunakan sebagai bahan pengikat material
agregat, dimana agregat didistribusikan sesuai dengan ukuran diameter partikelnya.
Sebelum digunakan sebagai bahan campuran aspal, kedua material ini harus melewati
pemeriksaan propertis mengikuti persyaratan dalam buku spesifikasi.
Material aspal menjadi salah satu pilihan utama untuk dipergunakan sebagai
lapis permukaan. Material tersebut mempunyai sifat plastis dan berada dalam keadaan
baik dalam suhu normal, tetapi dalam suhu panas material tersebut akan melunak dan
berkurang kepadatannya. Proses pencampuran antara material aspal dengan agregat
kasar maupun halus dilakukan dalam suhu yang sangat tinggi. Ketika suhu menurun
maka campuran beraspal tersebut akan mengeras dan membentuk suatu lapisan
permukaan perkerasan. Pada sistem perkerasan lentur, jalan terdiri dari beberapa lapis
perkerasan. Lapis perkerasan ada 2 (dua) macam, yaitu lapis perkerasan tanpa bahan
pengikat dan lapis perkerasan dengan bahan pengikat (aspal). Lapis perkerasan tanpa
bahan pengikat difungsikan sebagai subbase course dan base course. Subbase course
ditempatkan di atas subgrade, dan base course ditempatkan di atas subbase. Lapis
perkerasan beraspal dapat difungsikan sebagai base course dan sebagai surface.
Agregat berperan penting dalam pembentukan lapis perkerasan, dimana daya
dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat. Sebelum
dilakukannya produksi campuran aspal panas (hotmix), perlu dilakukan penentuan
proporsi agregat dan komposisi material campuran aspal. Penentuan proporsi dari
beberapa fraksi agregat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kinerja
perkerasan yang memenuhi syarat. Penentuan tersebut disebut dengan pembuatan
Formula Campuran Kerja (Job Mix Formula).
Tujuan dari penentuan Job Mix Formula adalah untuk menentukan proporsi
dari beberapa fraksi agregat sedemikian rupa dan mengetahui mutu bahan dan
campuran sebelum dilakukan proses produksi hotmix, sehingga dapat memberikan
kinerja perkerasan yang memenuhi syarat dan spesifikasi.

1
Pembuatan campuran kerja dilakukan dengan beberapa tahapan dimulai dari
pengujian mutu bahan, penentuan gradasi agregat gabungan, membuat Formula
Campuran Rencana (Job Mix Design) yang selanjutnya disebut JMD yang dilakukan
di laboratorium. JMD dapat disetujui menjadi JMF apabila dari hasil percobaan
pecampuran dan pemadatan telah memenuhi persyaratan pada spesifikasi. Dengan
menggunakan proporsi yang telah diperoleh dari campuran rencana, untuk mengetahui
kinerja unit pencampur aspal (AMP), dilakukan percobaan pencampuran di AMP atau
biasa disebut dengan trial mix.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana parameter penentuan Job Mix Formula?
2) Bagaimana proses penentuan Job Mix Formula?

1.3 Tujuan
1) Mengetahui parameter penentuan Job Mix Formula.
2) Mengetahui proses penentuan Job Mix Formula.

1.4 Metode Penelitian


Metode yang dipakai dalam menyusun laporan adalah :

1) Kajian pustaka (library research) adalah metode yang dipakai untuk


mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan melalui bahan bacaan, seperti
buku-buku dan bahan kuliah sebagai bahan masukan atau ilmu yang sangat
bermanfaat dalam penyusunan laporan ini.
2) Pengambilan data (field research) adalah metode dimana data diperoleh dengan
terjun langsung di lapangan untuk mengamati objek penelitian dengan
mengumpulkan data aktual melalui pengamatan langsung.
3) Pengolahan data (deskriletive) adalah merupakan metode untuk menganalisis data
data yang didapatkan di lapangan dengan menjadikan kajian pustaka sebagai
referensi dalam menganalisa.

2
1.5 Lokasi dan Waktu Pengamatan
Lokasi : PT. KADI International
Jl. PTP XVIII Ngobo, Wringinputih, Kec. Bergas Kab. Semarang
Jawa Tengah
Hari, tanggal : Kamis, 30 November 2017

1.6 Objek Pengamatan


Objek yang diamati yaitu proses penentuan Job Mix Formula (JMF) yang dilakukan
oleh PT. KADI International.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Job Mix Formula (JMF)

1) Pengertian

Job Mix Formula (JMF) adalah percobaan campuran di AMP (Asphalt


Mixing Plant) dan penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan akan
menjadikan rancangan campuran rencana / Design Mix Formula (DMF) dapat
disetujui sebagai rancangan campuran kerja (JMF).

2) Tujuan dan Fungsi


Tujuan dan fungsi dari pekerjaan ini adalah untuk mengetahui mutu
campuran yang harus dikendalikan,terutama dalam toleransi yang diizinkan dalam
spesifikasi. Dalam hal ini pengujian harus dilakukan di laboratorium.

2.2 Tahapan Pembuatan Job Mix Formula (JMF)


Sebelum pekerjaan campuran beraspal dilakasanakan, perlu terlebih dahulu
dibuat Design Mix Formula (DMF). DMF dapat disetujui menjadi JMF apabila dari
hasil percobaan pencampuran di AMP dan percobaan pemadatan di lapangan telah
memenuhi persyaratan. Tahapan pembuatan JMF yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut :
1) Evaluasi jenis campuran beraspal yang digunakan.
2) Melakukan pengujian mutu aspal dan agregat dari tempat penyimpanan (stock
pile).
3) Melakukan penyiapan peralatan laboratorium
4) Pembuatan DMF berdasarkan material dari stock pile atau cold bin (bin dingin) ,
dengan kegiatan meliputi :
a) Melakukan pengujian gradasi agregat dan menentukan kombinasi beberapa
fraksi agregat sehingga memenuhi spesifikasi gradasi yang ditentukan.

4
b) Menentukan kadar aspal rencana perkiraan (Pb) yang dapat diperoleh dari
rumus :
Pb = 0,035 a + 0,045 b + F
Di mana :
Pb = Persentase kadar aspal rencana perkiraan
a = Persentase agregat tertahan No. 8 (% CA)
b = Persentase agregat lolos No. 8 tertahan No. 200 (% FA)
F = 0,15 C untuk lolos No. 200 (11 - 15%)
= 0,18 C untuk lolos No. 200 (6 - 10% )
= 0,20 C untuk lolos No. 200 (< 5% )
C = % agregat lolos No. 200
c) Melakukan pengujian Marshall dan volumetrik, rongga di antara agregat
(VMA), rongga dalam campuran (VIM) dan rongga terisi aspal (VFA)
dengan kadar aspal yang bervariasi.
d) Mengevaluasi hasil pengujian dan menentukan kadar aspal optimum dari
campuran.
5) Melakukan kalibrasi bukaan pintu cold bin dan menentukan besarnya bukaan
sesuai dengan proporsi yang telah diperoleh.
6) Melakukan pengambilan contoh agregat dari masing-masing hot bin (bin panas)
dan selanjutnya melakukan pengujian gradasi agregat.
7) Pembuatan DMF berdasarkan material dari hot bin, dengan kegiatan meliputi :
a) Melakukan pengujian gradasi agregat dan menentukan kombinasi beberapa
fraksi agregat yang diambil dari bin panas. Gradasi campuran yang
ditentukan harus sesuai / mirip dengan gradasi yang direncanakan
berdasarkan material dari cold bin.
b) Melakukan pengujian Marshall dan volumetrik (VMA, VIM dan VFA) untuk
mengetahui karakteristik dari campuran beraspal dengan kadar aspal yang
bervariasi.
c) Mengevaluasi hasil pengujian dan menentukan kadar aspal optimum dari
campuran, kadar aspal yang didapat akan sama / mendekati kadar aspal
optimum yang diperoleh dari campuran yang berasal dari material cold bin.
8) Melakukan percobaan pencampuran di unit pencampur aspal (AMP) dan
mengevaluasinya.

5
9) Melakukan percobaan pemadatan di lapangan dan membandingkannya dengan
kepadatan laboratorium serta mengevaluasinya.
10) Jika semua tahapan telah dilaksanakan dan telah memenuhi semua persyaratan,
maka formula akhir tersebut disebut Job Mix Formula (JMF). Jika ada salah
satu persyaratan yang tidak terpenuhi maka langkah-langkah tersebut harus
diulang.

6
BAB III
HASIL PENGAMATAN

Dalam penentuan Job Mix Formula perlu dilakukan pengujian laboratorium.


Pengujian tersebut berupa pengujian agregat, pengujian aspal, dan pengujian campuran.
Spesifikasi yang digunakan dalam pengujian agregat, aspal, dan campuran oleh PT. KADI
International adalah AASHTO, sebagai berikut :

Gambar 3.1 Spesifikasi JMF AC-Base Course oleh PT. KADI International

7
3.1 Pengujian Agregat
Dari beberapa macam pengujian agregat yang ada, pengujian yang dilakukan
oleh PT. KADI International yaitu :
1) Spesific Gravity Test (SPGR) / Pengujian Berat Jenis

Sampel direndam

Ditimbang dalam air


menggunakan keranjang
untuk contoh tertahan
saringan no. 4

Untuk material lolos


saringan no. 4
menggunakan picnometer
dengan cara sendiri

Material tertahan
saringan no. 4 ditimbang
dalam keadaan SSD

Material ditimbang
keadaan kering (oven)

Hitung hasil timbangan

Gambar 3.2 Prosedur Pengujian Berat Jenis Agregat

8
Gambar 3.3 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat untuk AC-
Base Course

9
2) Pengujian Gradasi

Material stock file /


hot bin

Timbang material
disesuaikan dengan
ukuran material

Siapkan saringan
sesuai dengan jenis
ukuran material

Diayak dari ukuran


saringan paling besar

Yang tertahan
ditimbang

Diayak sampai
material terkecil /
habis

Gambar 3.4 Prosedur Pengujian Gradasi Agregat

10
(a) (b)

(c)

Gambar 3.5 Alat-Alat untuk Pengujian Gradasi Agregat

(a) Saringan

(b) Vibrator

(c) Timbangan

11
(a)

12
(b)

Gambar 3.6 Spesifikasi Gradasi Agregat

(a) Gradasi Gabungan Agregat

(b) Analisa Pembagian Butiran

13
3.2 Pengujian Aspal
Dari beberapa macam pengujian aspal yang ada, pengujian yang dilakukan
oleh PT. KADI International yaitu :
1) Penetrasi

Gambar 3.7 Alat untuk Pengujian Penetrasi Aspal

14
3.3 Pengujian Campuran
Dari beberapa macam pengujian campuran yang ada, pengujian yang
dilakukan oleh PT. KADI International yaitu :
1) Pengujian Stabilitas

Siapkan benda uji Marshall

Panaskan water bath suhu


60°C

Biarkan suhu stabil

Masukan sampel Marshall


ke water bath

Rendam selama 30 menit

Angkat kemudian dites


dengan alat stabilitas test

Gambar 3.8 Prosedur Pengujian Stabilitas Aspal

Gambar 3.9 Alat untuk Pengujian Stabilitas Aspal

15
(a)

16
(b)

Gambar 3.10 Marshall Test


(a) Pemeriksaan Sifat-Sifat Campuran Aspal
(b) Analisis Data Marshall Test

17
Gambar 3.11 Alat Penumbuk / Hammer

2) Pengujian Ekstraksi

Ambil sampel ekstraksi

Timbang sampel 1000 gram

Timbang kertas filter

Masukan sampel ke keranjang


alat ekstrak

Masukan cairan TCE ke tabung

Pastikan sirkulasi air lancar dan


hidupkan hot plant

Gambar 3.12 Prosedur Pengujian Ekstraksi

18
Gambar 3.13 Ekstaktor Konvensional

(a) (b)

Gambar 3.14 (a) (b) Ekstaktor Sentrifugal

19
3) Pengujian Sampel Hot Mix

Ambil hot mix

Buat briket benda uji Marshall

Timbang sampel 1200 gram / benda uji

Goreng / benda uji (suhu sesuaikan


dengan jenis aspal)

Masukan ke dalam cetakan benda uji


Marshall

Dipadatkan dengan alat compact


sebanyak sesuai jenis hot mx

Gambar 3.15 Prosedur Pengujian Sampel Hot Mix

Gambar 3.16 Benida Uji Campuran Aspal

20
Gambar 3.17 Asphalt Mixing Plant (AMP)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3.18 (a) (b) (c) (d) Material Benda Uji

21
BAB IV

ANALISIS DATA

4.1 Parameter Penentuan JMF (Job Mix Formula)


Untuk penentuan JMF biasanya dilakukan pengujian terhadap agregat, aspal
dan campuran. Untuk mendapatkan agregat yang baik diperlukan pengujian agregat
sebagai berikut :
1) Pengujian Analisis Saringan (Gradasi)
Gradasi agregat adalah pembagian ukuran butiran yang dinyatakan
dalam persen dari berat total. Tujuan utama pengujian analisis ukuran butir
agregat adalah untuk pengontrolan gradasi agar diperoleh konstruksi
campuran yang bermutu tinggi. Suatu lapisan yang semuanya terdiri dari
agregat kasar dengan ukuran yang kira-kira sama mengandung rongga
udara sekitar 35%. Apabila lapisan tersebut terdiri atas agregat kasar,
sedang, dan halus dengan perbandingan yang benar akan dihasilkan
lapisan agregat yang lebih padat dan rongga udara yang kecil.

2) Berat Jenis dan Penyerapan


Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui berat jenis dan
penyerapan agregat.

3) Pengujian Daya Lekat Agregat terhadap Aspal


Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui kelekatan agregat
terhadap aspal.

4) Pengujian Setara Pasir


Agregat yang digunakan sebagai bahan jalan harus bersih, bebas
dari zat-zat asing, seperti tumbuhan, butiran lunak, gumpalan tanah liat
(lempung), atau lapisan tanah liat (lempung). Pengujian setara pasir (sand
equivalent test) dilakukan untuk menentukan perbandingan relatif dari
bagian yang dapat merugikan (seperti butiran lunak dan lempung)
terhadap bagian agregat yang lolos saringan no. 4.

22
Untuk mengetahui apakah aspal memenuhi spesifikasi, maka perlu dilakukan
beberapa pengujian, di antaranya adalah :

1) Uji Penetrasi
Pengujian tersebut bertujuan untuk menentukan angka penetrasi
aspal yang akan menjadi acuan spesifikasi pada karakteristik lainnya.

2) Uji Daktilitas
Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak
langsung dapat digunakan untuk mengetahui tingkat adhesiveness atau
daktilitas aspal keras. Aspal dengan nilai daktilitas yang rendah adalah
aspal yang memiliki gaya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan
aspal yang memiliki nilai daktilitas yang tinggi.

3) Uji Titik Lembek Aspal


Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat suhu di
mana aspal mulai lembek akibat suhu udara sehingga dalam perencanaan
jalan dapat diperkirakan bahwa aspal yang digunakan masih tahan dengan
suhu di lokasi perencanaan jalan tersebut.

4) Uji Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal


Pengujian titik nyala dilakukan untuk memperkirakan temperatur
maksimum dalam pemanasan aspal sehingga dalam praktik di lapangan
pemanasan aspal tidak boleh melebihi titik nyala dan titik bakarnya.
Dalam percampuran aspal diusahakan untuk tidak melebihi titik nyala
karena bila dipanaskan melebihi titik nyala, aspal dapat menjadi keras dan
getas.

5) Uji Kelarutan Aspal dengan CCl4


Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemurnian
aspal dengan menggunakan larutan CCl4.

23
6) Uji Berat Jenis Aspal
Pada pengujian tersebut dihasilkan berat jenis aspal yang akan
digunakan dalam analisis campuran, yaitu pada formula berat jenis
maksimum campuran dan persentase rongga terisi aspal.

Untuk mengetahui apakah campuran yang dihasilkan sudah sesuai dengan


fungsi penggunaan aspal sesuai permintaan, maka dilakukan beberapa pengujian
terhadap campuran. Pengujian yang dilakukan di antaranya :

1) Pengujian Marshall
Dari pengujian Marshall tersebut, diperoleh hasil berupa
stabilitas dan flow atau kelelehan plastisitas. Stabilitas adalah
kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai
terjadi kelelehan beban. Sedangkan kelelehan plastisitas adalah keadaan
perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi sampai mencapai
batas runtuh akibat suatu beban.

2) Pengukuran berat campuran di udara, di dalam air dan dalam kondisi


kering permukaan jenuh (SSD)
Cara pengukuran tersebut seperti pengukuran berat jenis agregat
kasar. Tujuan pengukuran untuk mengetahui hubungan antara berat dan
volume dari sampel, untuk keperluan perhitungan properti rongga
(VIM, VMA dan VFA) dari campuran beraspal, di mana :
a) VMA (Volume pori dalam agregat campuran) adalah banyaknya
rongga udara atau pori di antara agregat di dalam campuran
beraspal yang telah dipadatkan.
b) VIM (Volume pori di dalam campuran beraspal) adalah banyaknya
rongga udara atau pori di antara butiran agregat yang diselimuti
aspal.
c) VFA (Volume pori yang terisi aspal) adalah banyaknya rongga
udara atau pori di antara butiran agregat yang terisi oleh aspal. Jadi
VFA merupakan bagian dari VMA, tetapi tidak termasuk pori di
dalam agregat yang terisi aspal.

24
3) Pengujian Ekstraksi
Pengujian ekstraksi berkaitan dengan pengendalian mutu, di mana
pengujian bermaksud untuk memeriksa kadar aspal pada suatu campuran
dengan kadar aspal optimum pada JMF.

4.2 Parameter Penentuan JMF (Job Mix Formula) yang Dilakukan oleh PT. KADI
International
PT. KADI International dalam penentuan JMF (Job Mix Formula) melakukan
beberapa pengujian agar memperoleh agregat, aspal dan campuran sesuai dengan
spesifikasi. Spesifikasi yang digunakan adalah standar AASHTO. Pengujian untuk
penentuan JMF yang dilakukan meliputi :
1) Pengujian terhadap Agregat
a) Analisis saringan agregat halus dan kasar.
b) Berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
c) Berat jenis dan penyerapan agregat halus.
Hal ini dikarenakan agregat yang akan digunakan diuji kembali di Laboratorium
Teknik Sipil Undip.

2) Pengujian terhadap Aspal


PT. KADI International hanya melakukan pengujian penetrasi karena
aspal yang akan digunakan diuji kembali di Balai ITB Bandung.

3) Pengujian terhadap Campuran


PT. KADI International untuk pengujian campuran melakukan pengujian
di antaranya :
a) Pengujian Marshall.
b) Pengukuran berat campuran di udara, di dalam air dan dalam kondisi kering
permukaan jenuh (SSD).
c) Pengujian ekstraksi.

Proses pengujian material yang dilakukan oleh PT. KADI International akan
dijabarkan pada poin selanjutnya.

25
4.3 Proses Penentuan JMF (Job Mix Formula) yang Dilakukan oleh PT. KADI
International
1) Pengujian terhadap Agregat
Adapun pengujian terhadap agregat meliputi :
a) Berat Jenis dan Penyerapan
Material yang akan digunakan tersebut diuji di Laboratorium
Universitas Diponegoro, sebelumnya dari pihak PT. KADI International juga
melakukan pengujian. Tahapan pengujian berat jenis adalah sebagai berikut :
1. Mengambil material dari stop pile.
2. Pengujian berat jenis dengan menimbang agregat dalam tiga kondisi,
yaitu berat kering oven, berat di udara, dan berat dalam kondisi kering
permukaan (SSD).
3. Yang membedakan adalah waktu pengujian karena di laboratorium PT.
KADI International hanya membutuhkan durasi waktu kurang lebih 24
jam.
4. Untuk mencapai kondisi SSD, benda uji direndam kurang lebih 3-4 jam.
Untuk memaksimalkan penyerapan air oleh benda uji dilakukan dengan
menggoyangkan benda uji tersebut.
5. Sedangkan untuk mencapai kondisi kering oven, benda uji didiamkan
dalam oven kurang lebih 3 jam. Untuk memaksimalkan pemanasan, suhu
dalam oven diatur sedemikian sehingga pemanasan yang terjadi bisa
maksimal dan tidak membutuhkan durasi yang lama.

b) Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar


Dalam proses analisis saringan agregat, PT. KADI International
menggunakan alat berupa vibrator untuk menggerakan saringan sehingga
hasil yang diperoleh menjadi lebih akurat. Urutan saringan yang digunakan
kurang lebih sama dengan yang terdapat pada Laboratorium Transportasi
Teknik Sipil Undip.
Untuk mendapatkan proporsi agregat dilakukan secara analitis
menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Setelah didapatkan hasil
analisa saringan dilakukan plotting jumlah kumulatif persen lolos ke grafik
amplop gradasi (Gambar 3.6 (a)).

26
2) Pengujian terhadap Aspal
a) Penetrasi
PT. KADI International dalam produksi aspal membeli produk berupa
aspal cell yang nantinya harus dipastikan kembali nilai penetrasinya apakah
sesuai dengan spesifikasi atau tidak. Oleh karena itu, sebelum penerimaan
material dilakukan uji penetrasi terhadap aspal tersebut. Tahapan pengujian
penetrasi adalah sebagai berikut:

1) Meletakkan benda uji di dalam tempat air yang kecil yang telah berada
pada suhu yang ditentukan dan mendiamkannya.
2) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
memasangkannya pada pemegang jarum.
3) Meletakkan pemberat dan memindahkan tempat air ke bawah alat
penetrasi.
4) Memutar arloji penetrometer kemudian angka penetrasi yang berhimpit
dengan jarum petunjuk dibaca dan di catat dengan pembulatan hingga
angka 0,1 mm terdekat.
5) Menurunkan jarum perlahan-lahan hingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji, kemudian mengatur angka 0 di arloji penetrometer
sehingga jarum penunjuk berhimpit dengannya.
6) Melepaskan pemegang jarum dan stopwatch sehingga berjalan serentak
selama jangka waktu (5 ± 0,1) detik.
7) Mencatat hasil pengamatan.

3) Pengujian terhadap Campuran


Trial terhadap campuran dilakukan di dua tempat, yaitu di laboratorium
dan unit AMP (merupakan trial inti untuk membandingkan hasil pengujian yang
ada di laboratorium). Trial dilakukan maksimal 3 kali. Campuran yang digunakan
adalah campuran yang memiliki berat jenis dengan nilai paling tinggi atau
mendekati spesifikasi. Jika sudah didapatkan campuran dengan nilai kadar aspal
yang sesuai, maka ditentukan variasi yang akan digunakan untuk pengujian
Marshall sehingga mendapatkan nilai stabilitas. Trial yang dilakukan di unit AMP

27
biasanya terdiri dari 3 varian dengan masing-masing varian kurang lebih 6 sampel,
sedangkan untuk tiap variasi beratnya kurang lebih 800 kg.

a) Pengujian Ekstraksi
Pengujian ekstraksi yang dilakukan oleh PT. KADI International
menggunakan bantuan alat yaitu ekstraktor yang menggunakan uap (tabung
reflux gelas). Tahapan pengujian ekstraksi menggunakan tabung reflux gelas
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ada pemanas di bagian bawah (Gambar 3.14).
2. Memasukan cairan TCE ke dalam tabung.
3. Menghidupkan alat pemanas sehingga akan terbentuk uap dari cairan
TCE.
4. Terbentuk embun air yang berfungsi untuk pendingin agar tabung tidak
pecah karena dipanaskan, embun yang merupakan campuran uap air dan
uap TCE menjadi pembersih aspal yang berada di material.
5. Kemudian dihasilkan air yang menetes dan melarutkan aspal sehingga
aspal luntur ke bawah.
6. Aspal lolos dari kertas penyaring, akan tetapi agregat termasuk material
kecil tidak mungkin lolos.

b) Proses Pembuatan Benda Uji


Proses tahapan pembuatan benda uji yang dilakukan oleh PT. KADI
International dilakukan dengan prosedur yang hampir sama seperti yang
dilakukan saat pratikum Perkerasan Jalan Raya di Laboratorium Transportasi
Teknik Sipil Undip. Adapun tahapan proses pembuatan benda uji sebagai
berikut :
1. Panaskan semen aspal sampai suhu pencampuran. Lalu menuangkan
semen aspal sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah
dipanaskan tersebut. Kemudian mengaduk dengan cepat pada suhu yang
sudah ditentukan sampai agregat terlapis merata.
2. Selanjutnya yaitu proses pemadatan benda uji yaitu dimulai dengan
membersihkan perlengkapan cetakan benda uji beserta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan. Meletakkan selembar kertas

28
saring atau kertas penghisap yang sudah digunting menurut ukuran
cetakan ke dalam dasar cetakan, kemudian memasukkan seluruh
campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran keras-keras
dengan spatula yang dipanaskan atau diaduk dengan sendok semen 15
kali keliling pinggirnya dan 10 kali dalamnya. Lalu meratakan
permukaan campuran dengan mempergunakan sendok semen menjadi
bentuk sedikit cembung.
3. Ketika akan mulai memadatkan, suhu campuran harus tetap sesuai
dengan ketentuan atau stabil agar hasil yang dipadatkan juga baik. Yang
membedakan antara pelaksanaan saat pratikum di laboratorium dengan
PT. KADI International yaitu pemadatan dilakukan dengan cara manual
yaitu meletakkan cetakan di atas landasan pemadat, dalam pemegang
cetakan. Melakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75 kali
tumbukan sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm. Sedangkan untuk
pelaksanaan oleh PT. KADI International dilakukan dengan
menggunakan mesin otomatis. Mesin ini akan bekerja secara otomatis
untuk memadatkan campuran secara sempurna selama ± 2 menit. Hasil
akhir pun lebih baik jika dibandingkan dilakukan secara manual.
4. Sesudah pemadatan, melepaskan keping alas, tunggu hingga benda uji
dingin dan mengeras, kemudian memasang alat pengeluar benda uji pada
permukaan benda uji ini. Dengan hati-hati mengeluarkan benda uji dan
meletakkan di atas permukaan rata yang halus.

c) Pengujian Marshall
Pengujian Marshall yang dilakukan oleh PT. KADI International kurang
lebih sama dengan prosedur yang dilakukan pada saat praktikum Perkerasan
Jalan Raya dengan prosedur sebagai berikut :
1. Merendam benda uji dalam bak perendam (waterbath) selama 30 menit.
2. Sebelum mengadakan pengujian, membersihkan batang (guide rod) dan
permukaan dari kepala penekan (test head).
3. Mengeluarkan benda uji dari bak perendam, kemudian segmen atas
dipasang di atas benda uji dan letakkan ke semuanya dalam mesin
penguji.

29
4. Memasang arloji kelelehan (flow meter) pada kedudukan di atas salah
satu batang penuntun dan mengatur kedudukan jarum penunjuk angka
nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap
segmen kepala atas penekan (breaking shead).
5. Menekan selubung tangkai arloji kelelehan pada segmen atas dari kepala
penekan selama pembebanan berlangsung.
6. Sebelum pembebanan dilakukan, kepala penekan beserta benda uji
dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji.
7. Mengatur kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol.
8. Memberikan beban pada benda uji dengan kecepatan tetap 50 mm/menit
sampai beban maksimum tercapai atau beban menurun. Melepaskan
selubung tangkai arloji kelelehan (flow) pada saat pembebanan mencapai
maksimum dan nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh jarum arloji
kelelehan dicatat.
9. Waktu yang diperlukan dan saat diangkatnya benda uji dari rendaman
air sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik

30
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan analisis yang dilakukan, PT. KADI International
dalam penentuan JMF (Job Mix Formula) melakukan beberapa pengujian agar
memperoleh agregat, aspal, dan campuran sesuai dengan spesifikasi. Spesifikasi yang
digunakan oleh PT. KADI Internasional adalah standar AASHTO.
Proses penentuan JMF (Job Mix Formula) yang dilakukan oleh PT. KADI
International yaitu melakukan beberapa pengujian yaitu pengujian terhadap agregat
yang meliputi berat jenis dan penyerapan, analisis saringan agregat halus dan kasar,
kemudian pengujian terhadap aslpal yaitu penetrasi dan yang terakhir pengujian
terhadap campuran. Trial terhadap campuran dilakukan di dua tempat, yaitu di
laboratorium dan unit AMP (merupakan trial inti untuk membandingkan hasil
pengujian yang ada di laboratorium). Trial yang dilakukan di unit AMP biasanya
terdiri dari 3 varian dengan masing-masing varian kurang lebih 6 sampel, sedangkan
untuk tiap variasi beratnya kurang lebih 800 kg, yaitu pengujian ekstraksi, proses
pembuatan benda uji dan yang terakhir pengujian Marshall.

5.2 Saran
Dari hasil pengamatan yang dilakukan serta analisis terhadap penentuan JMF
(Job Mix Formula) yang dilakukan oleh PT. KADI International harus lebih
memperhatikan spesifikasi dan standar yang ada agar aspal yang diproduksi
mempunyai kualitas dan mutu yang baik supaya dapat memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi pengguna jalan.

31
DAFTAR PUSTAKA

http://kmppusatdjjwb.blogspot.co.id/2009/03/campuran-aspal-panas-jenis-concrete-
ac.html?m=1

https://nadyanmung.wordpress.com/2013/04/18/agregat-dan-istilah/

https://osf.io/preprints/inarxiv/hrnms/

www.summitama.com/JUKNIS%20SBMA(1).pdf

32

Anda mungkin juga menyukai