Asisten Dosen :
Dr. Bagus Hario Setiadji, ST, MT.
Disusun Oleh :
Kelompok 15
1. Salfarras Rafliandra Aqil 21010118120073
2. Sajiwo R Siti Haryanto 21010118130121
3. Muhammad Arkano Rabih 21010118130155
4. Athaya Fadhal Arrafi Y. 21010118140186
5. Maulidya Nur Sadya 21010118140194
6. Renesan Nusantara 21010118140204
7. Alfarizy Akbar 21010118130205
8. Helmi Mustiafif 21010118140214
9. Ivana Jessica 21010118140215
Mengetahui,
Kami Hari Basuki, ST., MT. Dr. Bagus Hario Setiadji, ST.MT
NIP. 197205312000031001 NIP. 197205102001121001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat karunia dan izin-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Pemeriksaan
dan Pengujian Bahan Perkerasan Jalan Raya.
Laporan ini berisi tentang proses penentuan DMF ( DesignMix Formula ),
melalui beberapa proses pengujian aspal dan agregat untuk mendapatkan nilai
kadar aspal optimum. Laporan ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa
bantuan dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Karena itu, tak lupa penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kami Hari Basuki, ST.MT., selaku Ketua Laboratorium Transportasi
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
2. Dr. Bagus Hario Setiadji, ST.MT., selaku dosen pembimbing tugas Praktikum
Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Perkerasan Jalan
3. Ir. Supriyono, MT., Dr. Bagus Haryo Setiadji, ST.MT., Ir.Wahyudi
Kushardjoko, MT., dan Ir.Djoko Purwanto, MS., selaku dosen pengampu mata
kuliah Perkerasan Jalan Raya
4. Para Laboran di Laboratorium Transportasi Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro yang telah membimbing dalam Praktikum
Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Perkerasan
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sebagai pembelajaran. Semoga laporan ini bermanfaat sebagai
pembelajaran berkelanjutan serta menjadi kontribusi untuk kemajuan almamater
kebanggan kita semua.
Semarang, Desember2020
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
3.4 Uji Kelekatan Agregat Terhadap Aspal ...................................................... 76
4.3 Resume Hasil Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Campuran .................. 104
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 3.3.5 Grafik Analisis Saringan Kombinasi Cara Grafis ........................ 71
Gambar 4.2.1 Proses Memasukkan Sampel dan Pelarut ke Dalam Alat Ekstraksi
............................................................................................................................. 103
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.4 Ketentuan Toleransi Nilai Penetrasi (Selisih Nilai Teringgi dan Nilai
Terendah) .............................................................................................................. 25
Tabel 2.2.2 Spesifikasi Semen Aspal untuk Campuran Beton Aspal AC ............ 31
Tabel 2.3.3 Spesifikasi Semen Aspal untuk Campuran Beton Aspal type AC .... 35
Tabel 3.1.1 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Batu Pecah 3/4” .......................... 53
Tabel 3.1.2 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Batu Pecah 1/2” .......................... 53
viii
Tabel 3.2.1 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Abu Batu ..................................... 59
Tabel 3.3.1 Analisis Pembagian Butiran SK SNI M-08-1989-F pada Batu Pecah
Maks 3/4” .............................................................................................................. 65
Tabel 3.3.2 Analisis Pembagian Butiran SK SNI M-08-1989-F pada Batu Pecah
Maks 1/2” .............................................................................................................. 66
Tabel 3.3.3 Analisis Pembagian Butiran SK SNI M-08-1989-F pada Abu Batu . 67
Tabel 3.5.1 Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Sand Equivalent Abu Batu ................ 81
Tabel 3.5.2 Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Sand Equivalent Pasir ........................ 82
Tabel 3.6.1 Hasil Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar ......... 84
Tabel 3.6.2 Hasil Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus ......... 84
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
8
Oleh karena itu lapisan AC-WC ini mempunyai fungsi sebagai
berikut :
1. Lapis perkerasan penahan beban roda, harus mempunyai stabilitas
tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.
2. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak
meresap ke lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan–lapisan
tersebut.
3. Lapis aus, lapisan yang langsung menerima gesekan akibat gaya rem
dari kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
4. Lapisan yang meyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat
dipikul oleh lapisan lain yang ada di bawahnya.
Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut di atas, pada umumnya
lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal
sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang
tinggi dan daya tahan yang lama. (Sukirman, 2012)
Design Mix Formula (DMF) adalah cara mendapatkan komposisi
campuran agregat dalam perencanaan campuran. Untuk mendapatkan
perencanaan campuran yang tepat dilakukan dengan perhitungan dengan
menggunakan metode grafis dan analisis.
dua paragraf ini tidak nyambung. gunakan kalimat penghubung untuk mengkaitkan keduanya
9
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pengujian ini yaitu :
1. Menguji bahan aspal dan bahan agregat yang tersedia di laboratorium
Transportasi Teknik Sipil Fakultas Teknik UNDIP dan menghasilkan
mengevaluasi apakah
kedua bahan tersebut memenuhi spesifikasi.
1.3 Aspal
Dalam perkerasan lentur, material aspal adalah material yang sangat
penting sebagai pengikat antar agregat. Aspal merupakan material
berwarna hitam atau coklat tua. Pada temperatur ruang berbentuk padat
sampai agak padat, jika dipanaskan sampai temperatur tertentu dapat
menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada
waktu pembuatan campuran aspal beton atau dapat masuk ke dalam pori-
pori yang ada pada penyemprotan/ penyiraman pada perkerasan macadam
atau pelaburan. Jika temperatur mulai turun. Aspal akan mengeras dan
ini 2 kalimat mohon dijadikan satu
mengikat agregat pada tempatnya, sifat ini disebut Termoplastis. (Mashur,
2010) ini tidak ada di daftar pustaka
Bahan dasar utama aspal adalah hidrocarbon yang umumnya disebut
anda dapat referensi dari mana utk peryataan ini. Hydrocarbon adalah penyusun bitumen
bitumen, sehingga aspal sering juga disebut bitumen. Aspal merupakan
salah satu material konstruksi perkerasan lentur yang pada umumnya 4 –
10 % dari berat campuran.
kalau anda sudah menyebut angka, berarti anda harus menyebutkan sumbernya
10
Aspal buatan merupakan hasil akhir dari penyulingan minyak
bumi, dapat dibedakan atas:
1. Aspal Minyak keras (atau semen aspal atau asphalt cement)
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu detikasi
minyak bumi. cari definisi dari aspal keras/semen aspal
2. Aspal Cair (Cutback Asphalt)
Aspal Cair (Cutback Asphalt) adalah aspal yang berbentuk cair
pada suhu ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang
dicairkan dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak
bumi seperti minyak tanah, bensin atau solar. aspal cair dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. RC (Rapid Curing Cut Back) berdasarkan bahan
pencairnya
2. MC (Medium Curing Cut Back) keras
3. SC (Slow curing Cut Back).
3. Aspal Emulsi
Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan
pengemulsi, dibedakan atas muatan listriknya, yaitu :
1. Kationik (aspal emulsi asam)
2. Anionik (aspal emulsi alkali)
3. Nonionik (tidak mengantarkan listrik.)
1.3.2 Pengujian pada Aspal
Untuk mengetahui spesifikasi dari aspal diperlukan beberapa
bisa lebih dilengkapi
deskripsi dari masing-
pengujian yaitu :,
masing pengujian? a. Uji Penetrasi
Menentukan angka penetrasi aspal yang akan menjadi acuan
spesifikasi pada karakteristik lainnya.
b. Uji Kelekatan
Menentukan angka kelekatan aagregat terhadap aspal
c. Uji Daktilitas
uji kualitatif yang secara tidak langsung dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat adhesiveness atau daktilitas aspal keras.
11
d. Uji Titik Lembek Aspal
Mengetahui tingkat suhu di mana aspal mulai lembek akibat suhu
udara
e. Uji Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal
Memperkirakan temperatur maksimum dalam pemanasan aspal
f. Uji Kelarutan Aspal dengan CCl4
Mengetahui tingkat kemurnian aspal dengan menggunakan
larutan CCl4.
g. Uji Berat Jenis Aspal
Dihasilkan berat jenis aspal yang akan digunakan dalam analisis
campuran, yaitu pada formula berat jenis maksimum campuran dan
presentase rongga terisi aspal.
1.3.3 Spesifikasi Aspal
Aspal merupakan salah satu material yang penting dalam campuran
beraspal. Untuk mengetahui apakah material aspal tersebut dapat
digunakan dalam campuran beraspal, maka karakteristik aspal tersebut
perlu dievaluasi apakah memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan.
Jenis aspal yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Aspal Pen
60/70. Material yang digunakan saat praktikum berasal dari PT.
Pertamina disediakan oleh Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik
– Departemen Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Adapun
spesifikasi yang digunakan dalam pengujian ini adalah spesifikasi
umum Direktorat Jenderal Bina Marga (2018), sebagai berikut :
Tabel 1.3.1 Hasil Resume Pemeriksaan Pengujian Aspal
1.1
Jenis Standar Aspal pen 60/70
satuan
pengujian pengujian min Max
Penetrasi
(25°C; 100 SNI 06-
60 70 0,1mm
g; 5 detik; 2456-2011
0.1 mm
Viskositas ASTM
300 - -
135°C D2170-10
12
uapayakan tabel tidak terputus
Titik
SNI 06-
Lembek 48 - °C
2434-2011
(Ring & Ball
Titik Nyala
SNI 06-
(Clev. 232 - °C
2433-2011
OpenCup
Daktilitas
SNI 06-
(25 °C; 5 100 - Cm
2432-2011
cm/menit)
Penurunan SNI 06-
100 - Cm
berat 2440-2011
Berat Jenis SNI 06-
1 - -
(25 °C) 2441-2011
Kelekatan
SNI 06-
Aspal pada 95 - -
2439-2011
Agregat
Uji
Kelarutan SNI 06-
99 - %berat
Aspal dalam 2438-2011
(CCl4)
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Divisi 6 Perkerasan
Aspal Tabel 6.3.2.5 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2018)
1.4 Agregat
1.4.1 Spesifikasi Agregat
sifat agregat yang harus diperiksa antara lain:
a. Ukuran butir
Ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi
dari yang berukuran besar sampai yang kecil. bagaimana menentukan ini? apakah ini tidak
merujuk ke ukuran saringan yang digunakan
b. Gradasi dalam analisis gradasi?
Gradasi agregat ditentukan oleh analisis saringan, dimana
contoh agregat harus memenuhi satu set saringan. Menurut SNI
03-1968:2010, gradasi agregat dapat dibedakan atas beberapa
jenis, di antaranya:
a) Gradasi seragam (uniform graded)
berikan penjelasannya sedikit
b) Gradasi rapat (dense graded)
13
c) Gradasi senjang (gap graded)
Spesifikasi gradasi agregat yang dilakukan pada
praktikum mengacu seperti pada table dibawah
Tabel 1.4.1 Hasil Resume Pemeriksaan Pengujian Aspal
1.2
seharusnya ada
penjelasan apa yang
anda maksud dengan
kotak warna merah
pada tabel
14
e.Bentuk butir agregat
Bentuk partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara
agregat (agregat interlocking) yang baik yang dapat menahan
perpindahan (displacement) agregat yang mungkin terjadi.
f. Tekstur permukaan agregat
Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada
campuran beraspal karena kekerasan permukaan agregat dapat
menahan agregat tersebut dari pergeseran atau perpindahan.
g. Daya serap agregat
Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus
menyerap aspal baik pada saat maupun setelah proses
pencampuran agregat dengan aspal di unit pencampur aspal
(AMP). Hal ini akan menyebabkan aspal yang berada pada
permukaan agregat yang berguna untuk mengikat partikel agregat
menjadi lebih sedikit sehingga akan menghasilkan film aspal yang
tipis. Oleh karena itu, agar campuran yang dihasilkan tetap baik
agregat yang porus memerlukan aspal yang lebih banyak
dibandingkan dengan yang kurang porus. ini kesimpulannya menjadi tidak jelas! agregat
yang seperti apa yang diinginkan: yang porous
1.4.2 Jenis-jenis Agregat atau yang tidak porous?
Jenis agregat menurut ukuran butirnya diklasifikasikan sebagi
berikut: Sumber? karena ada yang mengklasifikasikan agregat kasar adalah agregat yang tertahan
ukuran saringan no. 4
a) Agregat kasar, batuan yang tertahan saringan Nomor 8 (2,36 mm)
b) Agregat halus, batuan yang lolos saringan Nomor 8 (2,36 mm) dan
agregat yang lolos no. 30 dan tertahan saringan no.
tertahan saringan Nomor 30 (0,6 mm) 200 disebut agregat apa?
c) Bahan pengisi (filler), batuan lolos saringan Nomor 200 (0,075
mm). Bahan pengisi (filler) adalah kumpulan mineral agregat yang
lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) digunakan untuk mengisi
rongga di antarapartikel bahan susun lapis keras. Menurut
Direktorat Jenderal Bina Marga (1987), filler adalah bahan berbutir
ini tidak ada di daftar pustaka, dan silakan mengacu pada referensi yang paling baru (ada spek yg thn 2018)
halus yang lolos saringan Nomor 30 (0,6 mm) dimana prosentase
berat butir yang lolos saringan Nomor 200 minimum 65%.
15
1) Agregat Kasar kenapa tiba2 muncul agregat kasar? pembagian ini berdasarkan apalagi?
Tabel 1.4.2 Hasil Resume Pemeriksaan Pengujian Aspal
sesuaikan no tabel aspal atau agregat?
16
Tabel 1.4.3 Hasil Resume Pemeriksaan Pengujian Aspal
sesuikan no tabel
17
2) Berat jenis dan Penyerapan berikan penjelasan untuk pengujian2 ini
18
3) Hot Roller Sheet (HRS)/Lataston dengan tebal penggelaran minimun 3 s/d
4 cm, digunakan sebagai lapis permukaan konstruksi jalan dengan lalu
lintas sedang, maksimum ukuran agregat ¾”. Ada beberapa jenis lapis
permukaan yang masih banyak dipakai oleh pemilik jalan di antaranya
AC Laston dan HRS, kedua jenis ini digunakan pada konstruksi lapis
permukaan dengan beban lalu lintas sedang.
4) Fine Grade (FG) dengan ketebalan minimum 2,8 cm maksimun 3 cm
biasanya digunakan untuk jalan perumahan dengan beban lalu lintas
rendah.
5) Sand Sheet dengan ketebalan maksimum 2,8 cm. Biasanya digunakan
untuk jalan perumahan dan perparkiran., maksimum ukuran agregat
¼”, digunakan untuk lapisan non struktur, misalnya tempat parkir,
lapangan tenis.
AC-WC (Asphalt Concrete - Wearing Course) adalah lapisan
perkerasan yang berhubungan langsung dengan ban kendaraan,
merupakan lapisan yang kedap air, tahan terhadap cuaca, dan mempunyai
kekesatan yang disyaratkan dengan tebal nominal minimum 4 cm.
Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan
ini lapisan2 yang mana? karena anda sedang membahas AC-WC
menyebarkannya kelapisan dibawahnya berupa muatan kendaraan (gaya
vertikal), gaya rem (Horizontal) dan pukulan Roda kendaraan (getaran).
Karena sifat penyebaran beban, maka beban yang diterima oleh masing–
masing lapisan berbeda dan semakin kebawah semakin besar. Lapisan
yang paling atas disebut lapisan permukaan dimana lapisan permukaan
ini harus mampu menerima seluruh jenis beban yang bekerja. Oleh
karena itu lapisan permukaan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Lapis perkerasan penahan beban roda, harus mempunyai
stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa
pelayanan.
2. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak
meresap ke lapisan dibawahnya dan melemahkan lapisan–
lapisan tersebut.
19
3. Lapis aus, lapisan yang langsung menerima gesekan akibat gaya
rem dari kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
4. Lapisan yang meyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga
dapat dipikul oleh lapisan lain yang ada di bawahnya.
20
BAB 2
PENGUJIAN BAHAN ASPAL
21
3. Pemberat dari (50 ± 0,05) gram dipergunakan untuk pengukuran
penetrasi dengan beban 100 gram.
4. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 44oC atau HRC
54 sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
22
dari angka penetrasi ditambah 100 mm. Buat dua benda uji. Benda uji
ditutup agar bebas dari debu dan didiamkan pada suhu ruang selama 1
sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji
besar.
23
Tabel 2.1.2 Pemeriksaan Penetrasi
2.2
Pembukaan Contoh dipanaskan Pembacaan suhu oven
Contoh temperatur 110o C
Mulai Jam : 10.00
Selesai Jam : 10.40
Mendinginkan Didiamkan pada suhu ruang
Contoh
Mulai Jam : 10.40
Selesai Jam : 11.10
Mencapai Suhu Direndam pada suhu 25o C Pembacaan suhu
Pemeriksaan water bath bath
Mulai Jam : 11.10 temperatur 25o C
Selesai Jam : 11.30
Pemeriksaan Penetrasi pada suhu 25o C Pembacaan suhu
penetrometer 25o C
Mulai Jam : 11.30
Selesai Jam : 11.30 (hari
setelahnya)
2.1.6 Perhitungan
Rerata 65,6
Toleransi 2 2
Jenis Aspal Pen 60/70
yaitu data yang diluar spesifikasi aspal Pen 60/70 dan rentang
24
Pada Percobaan 1, Data Pengamatan 2 eror karena diluar rentang
data error karena data diluar spesifikasi aspal Pen 60/70. Data error ini
Tabel 2.1.4 Ketentuan Toleransi Nilai Penetrasi (Selisih Nilai Teringgi dan Nilai Terendah)
2.4
Penetrasi (mm) 0 - 49 50 - 149 150 - 249 250 - 500
Maksimum perbedaan nilai
penetrasi antara yang tertinggi 2 4 12 20
dengan yang terendah (mm)
Sumber : SNI 2456:2011
sesuaikan cara penulisan seperti komentar saya sebelumnya
25
Tabel 2.1.5 Spesifikasi Campuran Beton Aspal AC
2.1.8 Lampiran
sumber:...
26
2.2
Gambar 2.1.2 Pengujian Penetrasi Bahan Aspal
Sumber: ...
28
d. Menuangkan sampel ke dalam 2 buah cincin dan mendiamkan pada
suhu sekurang-kurangnya 8 ° C di bawah titik lembeknya dengan
apakah ada perbedaan dengan poin b?
waktu sekurang-kurangnya 30 menit.
e. Setelah dingin, meratakan permukaan sampel dalam cincin dengan
pisau yang telah dipanaskan.
29
tabel sebaiknya tidak terpotong
2.2.6 Perhitungan
Rata-rata nilai titik lembek dari percobaan di atas dihitung sebagai
berikut :
55+53
Nilai titik lembek rata-rata =
2
= 54°𝐶𝐶
2.2.7 Kesimpulan
Dari percobaan ini diperoleh titik lembek pada suhu 54°C, sesuai
dengan spesifikasi nilai titik lembek yaitu minimal 48°C.
30
Tabel 2.2.2 Spesifikasi Semen Aspal untuk Campuran Beton Aspal AC
2.2.8 Lampiran
31
Gambar 2.2.2 Pengujian Titik Lembek Bahan Aspal
Sumber:
32
2.3.2 Bahan dan Peralatan
Bahan :
1. Aspal Keras
Peralatan :
1. Termometer kapasitas 250℃
2. Cleveland open up (cawan kuningan)
3. Pelat pemanas yang terdiri dari logam, untuk
melekatkan cawan Cleveland dan bagian atas melapisi
seluruh asbes setebal 0,6 cm (1/4”)
4. Sumber pemanasan, pembakaran gas atau tungku listrik,
atau pembakaran alcohol yang tidak menimbulkan asap
atau nyala di sekitar cawan
5. Nyala penguji, yang dapat diatur dan memberikan nyala
dengan Ø3.2 sampai 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5
cm.
33
e. Mengamati aspal sampai terlihat percikan api diatas permukaan
aspal, kemudian mencatat suhunya.
2.3.6 Perhitungan
Tabel 2.3.2 Data Hasil Percobaan Titik Nyala
oC Dibawah oC
Waktu Titik Nyala
Titik Nyala
56 240 -
51 1’00” 245 -
46 2’00” 250 -
41 3’00” 255 -
36 4’00” 260 -
31 5’00” 265 -
26 6’00” 270 -
21 7’00” 275 -
16 8’00” 280 Titik Nyala
11 9’00” 288 Titik Bakar
6 10’00” 296 -
1 11’00” 304 -
34
titik bakar terjadi pada suhu 288⁰C.
2.3.8 Kesimpulan
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa titik nyala terjadi
pada suhu 280⁰C, sehingga sesuai dengan spesifikasi titik nyala yaitu
minimum 232⁰C. Sedangkan pada titik bakar terjadi pada 288⁰C.
Tabel 2.3.3 Spesifikasi Semen Aspal untuk Campuran Beton Aspal type AC
2.3.9 Lampiran
35
2.4 Pemeriksaan Daktilitas
Standar Spesifikasi :
• AASHTO T51-89
• ASTM 113-99
36
2.4.3 Persiapan Benda Uji
a. Melapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas
plat dasar dengan campuran glycerin.
b. Memanaskan contoh aspal, kira-kira 100 gram sehingga menjadi
cair dan dapat dituang. Untuk menghindarkan pemanasan
setempat, dilakukan dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan
sampai suhu antara 80°C sampai 100°C di atas titik lembek,
kemudian menuangkan contoh ke dalam cetakan dari ujung ke
ujung hingga penuh.
c. Pada waktu mengisi cetakan, menuang contoh dengan hati-hati
dari ujung ke ujung hingga penuh berlebihan.
d. Mendinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40
menit, lalu memindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam
yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan selama 30 menit,
kemudian meratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau
spatula yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.
37
2.4.5 Data Hasil Pengujian
Tabel 2.4.1 Pemeriksaan Daktilitas
2.4.6 Perhitungan
Tabel 2.4.2 Data Hasil Pemeriksaan Daktilitas
Rata-Rata 105,95 cm
2.4.7 Kesimpulan
hasil uji pemeriksaan daktilitas terhadap kedua benda uji aspal di atas
aspal 38
60/70.
2.4.8 Lampiran
Sumber:
39
2.5 Pemeriksaan Kelarutan Aspal dengan Karbon Tetra Klorida (CCl4)
Standar Spesifikasi :
• AASHTO T44-90
• SNI 06-2438-1991
40
2.5.3 Persiapan Benda Uji
Bitumen sudah disiapkan di Laboratorium dalam bentuk aspal cair 2
gram.
Pembacaan
Sampel dipanaskan
Pemanasan Waktu
Sampel Mulai Jam :
12.15
Selesai Jam : 12.30
Didiamkan pada Suhu
Pemeriksaan, Ruangan
Penimbangan Pembacaan
dan Pelarutan Mulai Jam : 12.30 suhu oven
Selesai Jam : 12.50 temperatur
Mulai Jam : 12.50 110o C
Penyaringan
Selesai Jam : 13.05
Mulai Jam : 13.05
Pengeringan
Selesai Jam : 13.20
41
tabel jangan terpotong
2.5.6 Perhitungan
Berat aspal = (berat erlenmeyer + aspal) – (berat Erlenmeyer kosong)
= 3 gram
= 0,02 gram
0,02
Presentae endapan = × 100%
2
= 0,01%
Presentase aspal larut = 100% - 0,01%
= 99,99%
2.5.7 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan kelarutan aspal diperoleh nilai kelarutan
sebesar 99,99%, sedangkan menurut spesifikasi nilai kelarutan aspal
minimum 99%.Karena nilai kelarutan aspal sudah sesuai spesifikasi,
maka dapat disimpulkan bahwa aspal tersebut masih murni.
2.5.8 Lampiran
42
Gambar 2.5.1 Penyaringan Bitumen
Sumber:
43
Gambar 2.5.3 Penyarigan Kelarutan Aspal
Sumber:
44
a. Sampel bitumen keras yang telah dipanaskan, sampai menjadi
cair dan pada saat pemanasan diaduk untuk mencegah
pemanasan setempat.
b. Air Suling
Peralatan :
a. Termometer
b. Picnometer
c. Gelas Beaker 600 ml
d. Timbangan
45
f. Mengisi picnometer + aspal dengan air hingga penuh dan
menutupnya rapat. Lalu menimbang dan mencatat berat
picnometer + aspal + air (D).
g. Setelah itu picnometer dibersihkan dengan bensin dan
dikembalikan ke tempatnya semula.
Pembacaan Suhu
Pembukaan Oven Temperatur
Contoh Dipanaskan Pembacaan Waktu
Contoh 110oC
Mulai Jam : 13.00
Selesai Jam : 13.30
Mendinginkan
Didiamkan pada Suhu Ruang
Contoh
Mulai Jam : 13.30
Selesai Jam : 14.00
Pembacaan Suhu
Mencapai Suhu
Direndam pada Suhu 25oC water bath
Pemeriksaan
temperatur 25oC
Mulai Jam : 14.00
Selesai Jam : 14.25
Pemeriksaan Berat Jenis pada Suhu 25oC
Mulai Jam : 14.25
Selesai Jam : 15.05
Percobaan
Sampel
I II
Berat picnometer + contoh (C) 44.90 24.64
Berat picnometer kosong(A) 23.08 15.93
Berat picnometer + air (B) 48.65 48.82
Berat picnometer + air + contoh (D) 50.14 49.04
2.6.6 Perhitungan
(C−A)
BJ =
(B−A)−(D−C)
46
D = Berat picnometer berisi aspal dan air (gram)
Sample I
Berat Contoh (1) =C–A
= 44.90 – 23.08
= 21.82 gram
Berat Air (2) =B–A
= 48.65 – 23.08
= 25.57 gram
Isi Air (3) =D–C
= 50.14 – 44.90
= 5.24 gram
Isi Contoh (4) = (2) – (3)
= 25.57 – 5.24
= 20.33 gram
21,82
Berat Jenis =
25,57−5,24
= 1,073 gr/cc
Sample II
Berat Contoh (1) =C–A
= 24,64 – 15,93
= 8,71 gram
Berat Air (2) =B–A
= 48.82 – 15,93
= 32,89 gram
Isi Air (3) =D–C
47
= 49,04 – 24,64
= 24,4 gram
Isi Contoh (4) = (2) – (3)
= 32,89 – 24,4
= 8,49 gram
8,71
Berat Jenis =
32,89−24,4
Sehingga,
1,073+1,026
Berat Jenis Rata-Rata =
2
= 1,0495 gr/cc berat jenis tidak punya satuan
2.6.7 Kesimpulan
Menurut SNI 2441-2011, persyaratan yang ditentukan untuk berat
jenis aspal penetrasi 60/70 adalah minimal 1,0. Dari hasil pemeriksaan
diperoleh hasil 1,0249. Sehingga aspal tersebut memenuhi spesifikasi
aspal penetrasi 60/70.
2.6.8 Lampiran
48
Gambar 2.6.2 Pengujian Berat Jenis Bitumen
Sumber:
jenis aspal sudah sesuai dengan spesifikasi yang berlaku untuk aspal penetrasi
60/70. Dari pemeriksaan dan pengujian aspal, didapat data sebagai berikut:
49
tabel jangan terpotong
Kelarutan
5 Aspal dalam 99,99 99 - % Memenuhi
CCl4
gram /
6 Berat Jenis 1,026 1 - Memenuhi
pada 25 °C cc
50
BAB 3
PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
• ASTM G – 128 – 84
51
3. Timbangan dengan kapasitas 20.000 gram dengan ketelitian
0,2% dari berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan
alat penggantung keranjang.
4. Oven yang dilengkapi pengatur suhu pemanas (160±5)˚C.
5. Cawan.
6. Saringan ¾” dan ½ ”.
7. Kain lap dan kipas angin.
52
3.1.4 Data Hasil Pengujian
(4,069−3,982)
Penyerapan = 𝑥𝑥 100% = 2,185 %
3,982
53
2. Batu Pecah 1�2”
3,025
Berat Jenis = = 2,553
(3,072−1,887)
3,072
BJ SSD = = 2,592
(3,072−1,887)
3,025
BJ Semu = = 2,658
(3,025−1,887)
(3,072−3,025)
Penyerapan = 𝑥𝑥 100% = 1,554 %
3,025
3.1.6 Kesimpulan
Pada pemeriksaan berat jenis agregat kasar didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
54
Kenapa gambar yang diambil sama persis seperti Kelompok V, walaupun anda
meng-capture dari video, apakah tidak bisa diambil yang sedikit berbeda?
3.1.7 Lampiran
55
3.2 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Standar Spesifikasi :
• AASHTO – C – 1265 - 84
56
Alat :
1. Timbangan dengan kapasitas 2610 gr dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Erlenmeyer dengan kapasitas 500 ml.
3. Kerucut terpancung (cone) yang terbuat dari logam tebal
4. Batang penumbuk dengan mempunyai bidang penumbuk rata.
5. Saringan no. 4.
6. Oven yang dilengkapi pengatur suhu pemanas ± 160°C.
7. Kipas angin.
8. Triplek.
9. Nampan.
10. Kompor
57
3. Menimbang berat erlenmeyer dan berat erlenmeyer yang telah
diisi air sampai dengan 500ml dengan suhu untuk penyesuaian
dengan suhu standar 25ºC (B). Kemudian air tersebut dibuang.
4. Setelah agregat mercapai keadaan kering permukaan jenuh,
memasukkan 500 gram benda uji kering permukaan ke dalam
labu erlenmeyer.
5. Memasukkan air suling sampai 450ml. Memutar erlenmeyer
sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di
dalamnya. Untuk mempercepat proses ini dapat digunakan
pompa hampa udara.
6. Erlenmeyer didiamkan hingga mencapai suhu untuk
penyesuaian perhitungan yaitu pada suhu standar 25ºC.
7. Lalu ditambahkan air sampai mencapai 500ml.
8. Menimbang erlenmayer berisi air dan benda uji sampai
ketelitian 0,1 gram (Bt).
9. Mengeluarkan benda uji, lalu mengeringkannya di dalam oven
dengan suhu (110 ± 5)ºC sampai berat tetap. Kemudian
mendinginkan benda uji.
10. Sesudah benda uji dingin, kemudian menimbang benda uji
dalam kondisi kering oven (BK).
11. Kemudian mengulangi percobaan di atas untuk abu batu.
58
3.2.4 Data Hasil Pengujian
Percobaan Hasil
Percobaan Hasil
59
3.2.5 Perhitungan dan Analisis Data
𝐵𝐵𝐵𝐵
Berat jenis Curah (Bulk Specific Gravity) =
𝐵𝐵+500−𝐵𝐵𝐵𝐵
500
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) =
𝐵𝐵+500−𝐵𝐵𝐵𝐵
𝐵𝐵𝐵𝐵
Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) =
𝐵𝐵+𝐵𝐵𝐵𝐵−𝐵𝐵𝐵𝐵
(500−𝐵𝐵𝐵𝐵)
Penyerapan (Absorbtion) = 𝑥𝑥 100 %
𝐵𝐵𝐵𝐵
1. Abu Batu
489,1
Berat Jenis = = 2,566
691,6 + 500− 1001,0
500
BJ SSD = = 2,623
691,6 + 500− 1001,0
489,1
BJ Semu = = 2,722
691,6 + 489,1− 1001,0
(500−489,1)
Penyerapan = 𝑥𝑥 100 % = 2,229 %
489,1
2. Pasir
488,5
Berat Jenis = = 2,662
689,2 + 500 – 1005,7
500
BJ SSD = = 2,725
689,2 + 500 – 1005,7
488,5
BJ Semu = = 2,840
689,2 + 488,5 – 1005,7
(500−488,5)
Penyerapan = 𝑥𝑥 100 % = 2,354 %
488,5
60
3.2.6 Kesimpulan
Pada pemeriksaan beraat jenis agregat halus didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
61
3.2.7 Lampiran Kenapa gambar yang diambil sama persis seperti Kelompok V, walaupun anda
meng-capture dari video, apakah tidak bisa diambil yang sedikit berbeda?
62
3.3 Analisis Saringan Agregat Kasar dan Agregat Halus
Standar Spesifikasi :
• SK SNI M – 08 – 1989 - F
• AASHTO T 27 – 88
63
3.3.3 Prosedur Pengujian
1. Menyaring bahan uji dengan saringan (1”) dan bahan uji yang
lolos minimum 5000 g (agregat kasar) ditimbang.
2. Menyaring bahan uji dengan saringan (½”) dan bahan uji yang
lolos minimum 2500 g (agregat kasar) ditimbang.
3. Menyaring bahan uji dengan saringan No. 4 dan bahan uji yang
lolos masing-masing minimum 500 g pasir dan 500 g abu batu
ditimbang.
4. Menyaring bahan uji yang telah disiapkan menggunakan saringan
dengan ukuran paling besar ditempatkan di atas.
5. Menimbang bahan uji yang tertahan di masing-masing saringan
dan dihitung presentase terhadap berat total awal.
6. Menghitung kumulatif berat tertahan agregat.
7. Menghitung presentase agregat tertahan pada masing-masing
saringan terhadap berat total uji benda.
8. Menghitung presentase lolos dengan rumus = (100% - presentase
tertahan).
9. Pekerjaan tersebut dilaksanakan untuk semua agregat, baik
agregat kasar maupun agregat halus.
64
Tabel 3.3.1 Analisis Pembagian Butiran SK SNI M-08-1989-F pada Batu Pecah Maks
3/4”
Komulatif Spesifikasi
Berat
tertahan
Saringan No. masing- Berat
Tertahan Lolos Bawah Atas
masing tertahan
saringan
65
2. Batu Pecah ½ ” (2500 gram)
Analisis pembagian butiran batu pecah ½ ” dapat dilihat pada
Tabel 3.3.2.
Tabel 3.3.2 Analisis Pembagian Butiran SK SNI M-08-1989-F pada Batu Pecah Maks 1/2”
66
Gambar 3.3.2 Grafik Analisis Saringan Agregat Batu Pecah ½”
Tabel 3.3.3 Analisis Pembagian Butiran SK SNI M-08-1989-F pada Abu Batu
67
Gambar 3.3.3 Grafik Analisis Saringan Abu Batu
68
Gambar 3.3.4 Grafik Analisis Saringan Pasir
69
3) Lalu dari perpotongan itu ditarik garis vertical sampai
sumbu x, maka itulah letak posisi saringan nomor 1”
4) Lakukan hal yang sama untuk saringan nomor 1”, ½”, #4,
#8, #30, #50, #100, #200
fraksi
70
ini
diperoleh
dari
mana?
71
Gambar 3.3.6 Grafik Analisis Saringan Kombinasi Cara Grafis
72
Tabel 3.3.6 Kombinasi Agregat AC-WC (Cara Analitis)
73
gambar agak kabur
3.3.6 Kesimpulan
3.3.7 Saran
74
agregat tidak valid.
3.3.8 Lampiran
(Sumber : Buku Panduan Praktikum Perkerasan Jalan Raya Teksnik Sipil UNDIP 2020)
Laboratorium Transportasi Universitas Diponegoro, 2020)
Gambar 3.3.8 Satu Set Saringan
(Sumber : Buku Panduan Praktikum Perkerasan Jalan Raya Teksnik Sipil UNDIP 2020)
75
3.4 Uji Kelekatan Agregat Terhadap Aspal
Standar Spesifikasi :
• SNI 2439 – 2011
76
3.4.3 Prosedur Pengujian
1. 100 gram benda uji dimasukkan kedalam wadah, wadah benda uji
dipanaskan selama 1 jam dalam oven pada suhu tetap antara 135o -
149oC. Sementara itu, aspal dipanaskan secara terpisah pada suhu
135o - 149oC.
77
3.4.5 Kesimpulan
3.4.6 Saran
Hasil pengujian yang diasumsikan secara visual (subjektif), maka
hasil yang diperoleh kurang tepat. Akan lebih baik jika dilakukan revisi
prosedur pengujian untuk agregat, seperti pengujian secara objektif
dengan membandingkan berat aspal yang tidak melekat dengan agregat
terhadap berat aspal keseluruhan agar dapat memastikan data secara
pasti dan tepat
78
3.5 Uji Setara Pasir (Sand Equivalent)
Standar Spesifikasi :
• ASTM D 75 - 2001
• SNI 2018
apa yang anda sebutkan pada maksud merupakan kegiatan pengukuran, tapi maksud dari pengujian ini
3.5.1 Maksud dan Tujuan seharusnya tidak seperti ini.
Maksud dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan
perbandingan relatif skala pasir terhadap skala lumpur.
Tujuan dari pengujian ini adalah mengetahui apakah agregat
tersebut telah memenuhi spesifikasi dengan parameter persen nilai SE.
berikan pernyataan tujuan yang lebih jelas! agregat yang mana?
79
12. Pengguncang mekanis dengan kemampuan lemar 8 ± 0,04 in dan
beroperasi 175 ± 2 cpm atau dapat dengan manual tangan
dengan memberikan gerasan osilasi pada kecepatan 100
lingkaran penuh dalam waktu 45 ± 5 detik.
80
sementara larutan terus mengalir dari ujung tabung irrigator sampai
ketinggian 15 in (381 mm).
9. Angkat tabung irigator secara perlahan tanpa mematikan aliran dan
tetap pertahankan ketinggian larutan 15 in ( 381 mm ).
10. Diamkan silinder tampa terganggu selama 20 meni ± 15 detik.
Mulai perhitungan waktu ketika tabung irrigator telah dikeluarkan.
11. Pada akhir menit ke-20, baca permukaan atas sebagai skala
lumpur. Jika tidak ada batas garis yang jelas, maka biarkan
beberapa waktu lagi sampai terbaca skala lumpur dan catat
bacaan waktu terakhir. Jika waktu ini ternyata melebihi 30 menit,
maka pengujian harus diulangi lagi dengan ketiga benda uji lainnya
yang ada.
12. Setelah pembacaan skala lumpur, masukkan beban/kaki pemberat
ke dalam silinder dengan hati – hati, jangan sampai terbentur mulut
silinder ketika diturunkan sampai menapak pada pasir tanpa
ditekan.
13. Setelah beban/kaki pemberat menyentuh pasir, lepaskan, dan baca
skala pada batas atas indikator, kemudian dikurangi 10 in ( 254 mm
). Catat nilai ini sebagai skala pasir.
14. Hitung nilai SE ( Sand Equivalent) dan kadar lumpur.
Tabel 3.5.1 Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Sand Equivalent Abu Batu
Nomor Pemeriksaan I
Mulai 14.40
Waktu
Selesai 08.38
Pengendapan (20+1) menit 17 jam
Pembacaan skala lumpur (A) 4,19
Pembacaan skala pasir (B) 4,1
Sand Equivalen=(B/A)100% 97,852
81
Kadar Lumpur = 100% - SE
= 100% - 97,852%
= 2,148%
Nomor Pemeriksaan I
Mulai 15.40
Waktu
Selesai 09.38
Pengendapan (20+1) menit 17 jam
Pembacaan skala lumpur (A) 4,35
Pembacaan skala pasir (B) 4,20
Sand Equivalen=(B/A)100% 96,552
= 100% - 96,552%
= 3,448%
3.5.6 Saran
Sebaiknya labu ukur ditutup dengan rapat supaya saat labu
dikocok, agregat tidak ada yang tumpah. Sehingga hasil pembacaan
kadar lumpur lebih akurat.
82
3.5.7 Lampiran
fraksi
- pasir = 29 %
fraksi
83
2. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil berat jenis agregat kasar dan
agregat halus sebagai berikut :
Tabel 3.6.1 Hasil Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Tabel 3.6.2 Hasil Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
3. Kelekatan aspal pada agregat yang diamati secara visual dinyatakan angka
99 %
4. Kedua sampel memiliki nilai setara pasir dengan sampel abu batu sebesar
dari
97,825 % dan pasir sebesar 96,552 % sehingga memenuhi spesifikasi nilai
setara pasir minimum menurut SNI 2018 yaitu sebesar 50 %.
keduanya
84
BAB 4
PEMERIKSAAN BAHAN CAMPURAN
• ASTMD 1559 – 62
85
4. Landasan pemadat terdiri dari sebuah balok kayu (jati atau
sejenis) berukuran 20 cm x 20 cm x 45 cm (8” x 8” x 18”) yang
dilapisi dengan sebuah plat baja berukuran 30 cm x 30 cm x 35
cm (12” x 12” x 1”) yang diikatkan pada lantai beton dengan 4
bagian siku.
5. Mesin tekan lengkap dengan :
a. Kepala penekan berbentuk lengkung (breaking head).
b. Silinder cetak yang berkapasitas 2500 kg (5000 pounds)
dengan ketelitian 12,5 kg (25 pounds) dilengkapi arloji
tekan dengan ketelitian 0,0025 (0,0001“).
c. Arloji kelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,01”) dengan
perlengkapannya. Oven yang dilengkapi dengan pengatur
suhu untuk memanasi sampai 200ºC.
6. Bak perendam (waterbath) yang dilengkapi dengan pengatur
suhu minimum 20º C.
7. Perlengkapan lain :
a. Wajan untuk memanaskan campuran agregat dan aspal.
b. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer)
berkapasitas 250ºC dengan ketelitian 0,5 atau 1% dari
kapasitas.
c. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji
berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gr dan timbangan
berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gr.
d. Kompor.
e. Sendok pengaduk dan perlengkapan lainnya.
86
4.1.3 Persiapan Benda Pengujian
1. Memisahkan agregat dengan cara analisis saringan. Kemudian
mengeringkan agregat sampai beratnya tetap pada suhu 105oC.
Agregat yang dipergunakan antara lain :
a. Ukuran saringan maksimum 3/4”.
b. Ukuran saringan maksimum 1/2”.
c. Ukuran saringan maksimum No.4 (abu batu).
d. Ukuran saringan maksimum No.4 (pasir).
2. Penentuan suhu pencampuran dan pemadatan .Menentukan suhu
pencampuran dan pemadatan sehingga bahan pengikat yang
dipakai menghasilkan viskositas seperti Tabel 4.1.
Campuran Pemadatan
Bahan Saybolt Saybolt
Kinematik Engler Kinematik Engler
Pengikat Furrol Furrol
C.St Det.S F - C.St Det.S F -
Semen
170 ± 20 85±10 280 ± 30 140 ± 15 -
aspal panas
Semen
aspal 170 ± 20 85±10 280 ± 30 140 ± 15 -
dingin
87
3. Persiapan campuran
a. Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gr,
sehingga akan menghasilkan tinggi benda uji 6,25 cm (2,5”).
Wajan pencampur beserta agregat dipanaskan 28º C di atas
suhu pencampur untuk semen aspal panas dan aduk sampai
rata, untuk semen aspal dingin pemanasan sampai 14º C di atas
suhu pencampuran. Contoh perhitungan kadar aspal 4,5 %
Ag ¾ = ((12/100)*1146) = 136,80 gr
Ag ½ = ((49/100)*1146) = 558,60 gr
Abu Batu = ((10/100)*1146) = 114,00 gr
Pasir = ((29/100)*1146) = 330,60 gr
b. Memanaskan agregat sampai mencapai suhu pencampuran.
Menuangkan aspal sesuai perhitungan ke dalam agregat yang
sudah dipanaskan, kemudian mengaduk campuran hingga
seluruh agregat tercampur dan terselimuti oleh aspal.
4. Pemadatan benda uji
a. Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji beserta bagian
muka penumbuk dengan seksama dan panaskan. Meletakkan
selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan,
kemudian memasukkan seluruh campuran ke dalam cetakan
dan tusuk-tusuk campuran keras-keras dengan spatula yang
dipanaskan atau diaduk dengan sendok semen 15x keliling
pinggirnya dan 10x dalamnya. Lalu meratakan permukaan
campuran dengan menggunakan sendok semen menjadi bentuk
sedikit cembung.
b. Ketika akan mulai memadatkan, suhu campuran dalam batas-
batas suhu pemadatan seperti yang disebutkan pada Tabel 4.1.
Meletakkan cetakan di atas landasan pemadat, dalam
pemegang cetakan. Melakukan Pemadatan dengan alat
penumbuk sebanyak 2x75 kali tumbukan sesuai kebutuhan
88
dengan tinggi jatuh 45 cm (18”), selama pemadatan, sumbu
palu pemadat ditahan agar selalu tegak lurus pada alas cetakan.
c. Melepaskan keping atas dari lehernya, lalu membalikkan alat
cetak berisi benda uji dan memasang kembali
perlengkapannya. Sesudah pemadatan, melepaskan keping
alas, tunggu hingga benda uji dingin dan mengeras, kemudian
memasang alat pengeluar benda uji pada permukaan benda uji
ini.
d. Dengan hati-hati mengeluarkan benda uji dan meletakkan di
atas permukaan rata yang halus.
89
13. Selubung tangkai arloji kelelehan tersebut ditekan pada segmen
atas dari kepala penekan selama pembebanan berlangsung.
14. Sebelum pembebanan dilakukan, menaikkan kepala penekan
beserta benda ujinya hingga menyentuh alas cincin penguji.
15. Mengatur kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol.
16. Memberi pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap 50
mm/menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau
pembebanan menurun seperti yang dicapai. Melepaskan selubung
tangkai arloji kelelehan (sleeve) pada saat pembebanan mencapai
maksimum dan mencatat nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh
jarum arloji kelelehan.
17. Waktu yang diperlukan dan saat diangkatnya benda uji dari
rendaman air sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh
melebihi 30 detik.
No Berat Stabilitas
Kadar Tebal
Benda Dibaca Flow
Aspal Di Udara Dalam Air SSD Sampel
Uji Strip
1 4.5 1165.0 674.1 1179.0 102 190 62
2 5 1179.2 681.1 1184.7 101 278 63.5
3 5.5 1164.1 678.8 1175.5 100 288 61.0
4 6 1162.4 677.1 1183.6 98 268 65.0
5 6.5 1167.9 678.4 1187.7 97 258 64.0
90
4.1.6 Perhitungan dan Analisis Data
1. Perkiraan Kadar Aspal Minimum
P = 0,035 x CA + 0,045 x FA + F
menurut tabel 4.3.3 hal. 73,
Dimana : yang lolos no. 8 adalah 43,8%,
sehingga yang tertahan no. 8 =
P = % kadar aspal minimum 100 - 43,8 = 56,2%
Dimana :
91
Maka,
Abs aspal = 0,5 x % (12 x 2,189 + 49 x 1,554 + 10 x 2,229 +
= 29 x 2,354) = 0,965 %
= 4,741 % + 0,965%
= 5,701 %
100
= 12% 49% 10% 29%
+ + +
2,569 2,553 2,566 2,662
= 2,587
100
b. Gsa = %𝐵𝐵𝐵𝐵 ¾ %𝐵𝐵𝐵𝐵 ½ %𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 %𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
+ + +
𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
100
= 12% 49% 10% 29%
+ + +
2,722 2,658 2,722 2,840
= 2,723
𝐺𝐺𝑠𝑠𝑠𝑠 +𝐺𝐺𝑠𝑠𝑠𝑠
c. Gse = = 2,655
2
92
5. Perhitungan Semen Aspal Kadar 4,5%
Berat di udara
a. BJ bulk campuran =
SSD - Berat dalam air
1164,9
=
1178,9 −674,126
= 2,307
BJ Max camp - BJ Bulk camp
b. Rongga udara = 𝑥𝑥100%
BJ Max camp
2,478 - 2,307
= 𝑥𝑥100%
2,478
= 6,875%
Kadar Aspal × BJ Bulk Camp
Berat Jenis Aspal
c. Rongga terisi aspal = Kadar Aspal × BJ Bulk Camp ×100%
Berat Jenis Aspal
+Rongga Udara
4,5 × 2,307
1,026
= 4,5 × 2,307 ×100%
+ 6,875
1,026
= 14,818%
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
d. Hasil bagi marshall =
1,02 × (flow strip × 0,01)
952,421
=
1,02 × 1,9
= 491,445
93
Tabel 4.1.4 Data Pengujian Pekerasan Jalan Raya
BERAT (Gram)
NOMOR BJ ISI BJ RONGGA
KADAR
BENDA MAKS BENDA DI DALAM BULK UDARA
ASPAL SSD
UJI CAMP UJI UDARA AIR CAMP %
A B C D E F G H
1 4.5 2.478 504.863 1164.954 674.126 1178.988 2.307 6.875
2 5 2.460 503.655 1179.168 681.095 1184.750 2.341 4.812
3 5.5 2.442 496.703 1164.064 678.774 1175.477 2.344 4.016
4 6 2.424 506.571 1162.360 677.056 1183.627 2.295 5.337
5 6.5 2.406 509.385 1167.923 678.364 1187.749 2.293 4.724
STABILITAS
RONGGA
RONGGA KELELEHAN
DALAM HASIL BAGI
TERISI DIBACA DISESUAIKAN PLASTIS FLOW
MIN MARSHALL
ASPAL % STRIP (kg) (mm)
AGG %
I J K L M N O
14.818 59.549 102 952.421 1.9 491.445 190
14.024 70.334 101 968.215 2.78 341.450 278
14.390 75.778 100 933.777 2.88 317.871 288
16.625 71.543 98 956.113 2.68 349.763 268
17.132 75.459 97 926.650 2.58 352.124 258
Dari tabel perhitungan marshall untuk tiap kadar aspal di atas dapat
digunakan untuk membuat grafik hubungan antara parameter Marshall
dengan kadar aspal sebagai berikut :
94
Gambar 4.1.1 Grafik Stabilitas Vs Kadar Aspal
95
Gambar 4.1.3 Grafik BJ Bulk Vs Kadar Aspal
96
Gambar 4.1.5 VFA Vs Kadar Aspal
97
Tabel 4.1.6 Data Hasil Uji Coba Marshall
Memenuhi
Memenuhi/Tidak
Uraian Spesifikasi Hasil pada Kadar
Memenuhi
Aspal
Min. 2 mm
Kelelehan (Flow) 2 – 2,88 Memenuhi 4.5 - 6.5
Max. 4 mm
Rongga dalam
Mineral
Agregat/Void in min 15% 15% - 17.132% Tidak Memenuhi 5.6 - 6.5
Mineral Aggregate ini memenuhi atau
(VMA) tidak memenuhi?
Rongga Terisi
Aspal / Void Filled min 65% 65% - 75,778% Memenuhi 4.8 - 6.5
with Asphalt (VFA)
Kadar Rongga
Udara / Void in The 3,0 – 5,0% 4,016% - 5% Memenuhi 5.1 - 6.5
Mix (VIM)
Hasil Bagi
Marshall /
250 kg/mm 317,871 – 491,445 Memenuhi 4.5 - 6.5
Marshall Quotient
(MQ)
98
Gambar 4.1.8 Grafik Hubungan Parameter Campuran Aspal Metode Marshall
4.1.7 Kesimpulan
Dari Grafik Metode Marshall pada Gambar 4.1.8, bedasarkan
parameter yang memenuhi diperoleh kadar aspal optimum (KAO)
sebesar 6,05%. Perhitungan nilai perkiraan kadar aspal (Pb) awal
sebesar 5,701%, sehingga diperoleh selisih dari nilai KAO dengan Pb
sebesar 0.35%. Dapat disimpulkan nilai KAO masih mendekati dengan
nilai Pb
kenapa tidak memenuhi? Dari tujuh parameter hanya satu parameter yang tidak memenuhi,
kalau tidak memenuhi
tidak mungkin anda bisa yaitu parameter VMA. Adapun terdapat tiga parameter, yaitu VIM, Bj
mendapatkan nilai KAO!
Bulk, dan kelelehan yang tidak memenuhi trendline optimum dari
masing – masing parameter. Hal tersebut dikarenakan data yang diolah
bersifat tidak riil atau hanya data buatan saja.
99
4.1.8 Lampiran
100
4.2 Kadar Aspal dengan Cara Ekstraksi
Standar Spesifikasi :
• Direktorat Jendra Bina Marga Tahun 2010 revisi 3
ini spek, bukan standar
4.2.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengujian ekstrasi untuk menentukan kadar aspal
dalam campuran aspal ACWC dengan cara melarutkan bagian-bagian
yang dapat larut.
Tujuan dari pengujian ekstrasi adalah untuk mengetahui kadar
kadar agregat
agregat yang terdapat pada campuran aspal. atau kadar aspal?
4.2.2 Bahan dan Alat
Bahan :
1. Campuran aspal ACWC sebanyak 1000 gram.
Alat :
1. Alat ekstraksi berkapasitas 1000 ml yang dilengkapi dengan
ekstraktor 1000 ml..
2. Kertas saring (Whatmen No. 1).
3. Timbangan.
4. Oven dengan temperatur (100) ºC.
5. Bensin sebagai pelarut.
101
5. Kertas saring yang berisi mineral dipanaskan di dalam oven pada
temperatur (110+5)ºC sampai kering dan berat tetap, kemudian
benda uji ditimbang.
Berat sample setelah diekstraksi (E) = (B) – (C) – (D) 957,3 gram
Selisih antara kadar aspal setelah ekstraksi dan kadar aspal awal yaitu :
4,5% – 4,27 = 0,23 %
4.2.6 Kesimpulan
Setelah diadakan ekstraksi diperoleh kadar semen aspal sebesar
4,27 %.Kadar semen aspal hasil ekstraksi memenuhi syarat, karena
masuk dalam batas toleransi 0,3 %. Terdapat selisih kadar aspal
dikarena ada bagian agregat yang hancur akibat tumbukan 150 kali
ketika pembuatan sampel.
102
4.2.7 Lampiran
Gambar 4.2.1 Proses Memasukkan Sampel dan Pelarut ke Dalam Alat Ekstraksi
103
4.3 Resume Hasil Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Campuran
1. Dari pemeriksaan campuran dengan uji Marshall didapat data sebagai
berikut :
Memenuhi
Memenuhi/Tidak
Uraian Spesifikasi Hasil pada Kadar
Memenuhi
Aspal
Min. 2 mm
Kelelehan (Flow) 2 – 2,88 Memenuhi 4.5 - 6.5
Max. 4 mm
Rongga dalam
Mineral Agregat/Void
min 15% 15% - 17.132% Tidak Memenuhi 5.6 - 6.5
in Mineral Aggregate
(VMA)
Dari data di atas, diketahui bahwa bahwa terdapat satu parameter yang
tidak memenuhi spesifikasi, yaitu rongga dalam mineral agregat.
2. Dari pemeriksaan kadar aspal dengan cara ekstraksi, didapat selisih kadar
aspal sebelum dan sesudah diekstraksi sebesar 0,23%. Kadar semen aspal
hasil ekstraksi memenuhi syarat, karena masuk dalam batas toleransi 0,3
%.
104
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian penetrasi didapatkan hasil :
Sampel 1 : selisih nilai penetrasi adalah 3 mm
Sampel 2 : selisih nilai penetrasi adalah 4 mm
Maka hasil pengujian penetrasi memenuhi syarat dalam pembuatan
Desain Mix Formula yaitu spesifikasi aspal penetrasi 60/70. Dari hasil
pengujian bahan aspal, pengujian bahan agregat, dan pengujian campuran
untuk Design Mix Formula (Rancangan Campuran Rencana) beton aspal
jenis AC-WC, dapat disimpilkan bahwa. Perhitungan kombinasi agregat AC-
WC dengan cara analitis, agregat dapat digunakan sebagai bahan campuran
lapisan AC-WC, Dengan komposisi agregat yang digunakan yaitu:
a. Agregat kasar maks 3/4 = 12%
b. Agregat halus maks 1/2 = 49%
c. Abu Batu = 10%
d. Pasir = 29%
Dari data praktikum pemeriksaan dengan marshall test, diperoleh nilai
rata rata Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 6,05%. Nilai tersebut tidak
jauh berbeda jika dibandingkan dengan perkiraan awal (Pb) sebesar 5,701%.
Selisih dari nilai KAO dan nilai Pb sebesar 0,35%. Pada grafik Rongga
Dalam Campuran (VIM), Bj Bulk, dan Kelelehan menunjukan hasil yang
tidak sesuai dengan trendline. Hal ini dikarenakan data yang digunakan
adalah data yang tidak riil.
Dari data praktikum pemeriksaan kadar aspal dengan cara ekstraksi,
didapatkan selisih nilai antara kadar aspal setelah diekstraksi dan kadar aspal
awal sebesar (4,500 – 4,27)% = 0,23%. Batas toleransi yang diizinkan adalah
sebesar
0,3%. Sehingga kadar aspal hasil ekstraksi memenuhi syarat, karena masuk
dalam batas toleransi.
105
5.2 Saran
Dalam pengujian material aspal, agregat , dan campuran agar diperoleh
hasil yang maksimal dan sesuai spesifikasi, ada baiknya dalam pelaksanaan
pengujian perlu memperhatikan hal – hal berikut :
1. Alat uji sebaiknya selalu dikalibrasi dan sesuai spesifikasi sehingga hasil
yang didapatkan akurat.
2. Perlukan ketelitian dalam pemeriksaan dan pengujian agar didapat data
yang valid.
3. Pelaksanaan pengujian dilakukan sesuai dengan tata cara dan prosedur
praktikum.
106
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Bina Marga. 2018, Spesifikasi Umum Bina Marga untuk Pekerjaan Konstruksi
Jalan dan Jembatan Divisi VI untuk Perkerasan Aspal, Direktorat Jenderal
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.
107