Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

PEMILU PRESIDEN 2019 DALAM PERSPEKTIF HAK DAN KEWAJIBAN


WARGA NEGARA

Oleh :

Bayu Prasetyo Adjie (2101018140147)

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya peran


serta warga negara dalam proses pemilu presiden sebagai pemenuhan hak dan
kewajiban warga negara yang telah tertuang pada Undang-Undang Republik
Indonesia No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. Adapun yang menjadi
latar belakang penulisan makalah ini karena negara Indonesia adalah negara yang
memiliki sistem kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Hal ini dilaksanakan
dengan cara yang demokratis dalam setiap pemilihan wakil rakyat yang nantinya
akan menjadi pemimpin rakyat.

Peran serta masyarakat dalam pemilihan umum sebagai pemenuhan hak


dan kewajiban warga negara disini menjadi sangat penting karena suara rakyat
dan pemngamalan rakyat mengenai asas-asas pemilu tersebut lah yang nantinya
akan menentukan kemana masa depan bangsa akan dibawa. Dengan adanya peran
serta masyarakat, maka akan terbentuklah suatu sistem pemerintahan yang dipilih
secara demokratis dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya serta memberikan penulis kemudahan dalam penulisan makalah yang
berjudul “Pemilu Presiden Dalam Perspektif Hak dan Kewajiban Sebagai Warga
Negara” sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Tak lupa juga
sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW .

Penulis ingin menyampaikan pula rasa terimakasih saya kepada bapak


Djoko Wasisto, S.Sos selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila di kelas C
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro tahun 2019
yang telah membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
semaksimal mungkin.

Penulis berharap dengan adanya makalah yang berjudul “Pemilu Presiden


Dalam Perspektif Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara” ini dapat
menambah ilmu dan wawasan khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
hak dan kewajiban warga negara dalam sebuah Pemilihan umum. Dengan begitu
akan terbentuk kesadaran masyarakat mengenai pemahaman hal tersebut yang
nantinya akan membawa negara ini kearah yang lebih baik. Selain itu, kami juga
menyadari bahwa makalah yang saya tulis masih memiliki banyak sekali
kekurangan dan tergolong jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk penulisan yang lebih baik
kedepannya.

Demikianlah yang dapat penulis haturkan, apabila ada lebih dan


kurangnya, penulis mohon maaf. Terimakasih.

Tembalang, Juni 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 4

1.1 Latar belakang ..................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 4

1.3 Tujuan Pembahasan ............................................................................. 4

BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................. 6

BAB 3 PENUTUP ........................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 12

3.2 Saran ................................................................................................... 12

3.3 Penutup ............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemilu presiden tahun 2019 merupakan peristiwa penting bagi negara


Indonesia dimana pemilu presiden ini akan menentukan siapa yang nantinya akan
menjadi pemimpin bagi negara Indonesia selama lima tahun kedepan. Hal ini
tentu menjadi sangat menarik untuk dibahas ketika kita meninjau beberapa aspek
yang berkaitan dengan hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam proses
pemilu presiden ini. Sangatlah banyak kaitannya antara hak dan kewajiban warga
negara dalam proses pemilu presiden dengan adanya asas-asas pemilu yang telah
diatur dalam undang-undang yaitu asas luber dan jurdil.

Dalam pelaksanaan pemilu presiden tahun 2019 ini bisa dilihat bahwa
banyak sekali pelanggaran-pelanggaran mengenai asas-asas pemilu yang terjadi.
Entah apa yang menyebabkan banyaknya pelanggaran yang terjadi, maka hal ini
akan dibahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Pada makalah ini akan membahas masalah hak dan kewajiban warga
negara dalam pemilihan umum. Poin yang akan ditekankan dalam penulisan
makalah ini adalah sangat pentingnya hak dan kewajiban ikut peran serta
masyarakat dalam memberikan suara serta mematuhi asas-asas pemilu yang telah
ditetapkan pada pasal 22 E ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia tahun
1945 dimana saat ini asas-asas pemilu yang telah tertuang dalam UU RI ini telah
banyak dilanggar oleh banyak masyarakat.

1.3 Tujuan Pembahasan

Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan akan meningkatkan kesadaran


masyarakat akan hak dan kewajiban warga negara dalam pemilu dan juga
pentingnya pengamalan asas pemilu yaitu luber jurdil. Karena dengan adanya
kesadaran masyarakat, dimulai dengan hal yang kecil, nantinya akan bisa

4
membawa masa depan negara Indonesia kearah yang lebih baik. Ikut peran serta
masyarakat dalam proses pemilu presiden ini menunjukan sikap nasionalis kita
yang mendukung penuh akan kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Semoga
dengan adanya makalah ini juga diharapkan akan meningkatkan ilmu dan
wawasan bagi pembaca dan masyarakat sekitar.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

Pemilu presiden tahun 2019 yang telah dilaksanakan pada tanggal 17


April 2019 memiliki banyak aspek yang sangat menarik untuk dibahas.
Dalam tema kali ini yang akan membahas tentang hak dan kewajiban warga
negara dalam pemilu sangat erat kaitannya dengan golput dan pelanggaran
asas-asas pemilu yaitu luber dan jurdil. Golput sendiri mempunyai arti
bahwa seseorang tidak menggunakan hak dan kewajiban untuk
menyumbangkan suara dalam voting pemilihan pemimpin kususnya
presiden pada saat pemilu.
Poin pertama yang sanagt menarik adalah tingginya persentase golput
dalam proses pemilu presiden tahun 2019. Tentu sangat menarik jika kita
mengetahui prosentase golput pada pemilu presiden tahun 2019 ini yang
tergolong cukup tinggi yaitu mencapai angka 22,5% (sumber:
www.katakata.co.id). Hal ini menimbulkan tanda tanya sebenarnya apa saja
yang menjadi alasan masyarakat untuk tidak menggunakan suaranya
dengan bijak. Beberapa alasan yang mungkin terjadi diantaranya yaitu
kurang puasnya masyarakat terhadap calon presiden yang ada, kurangnya
kesadaran masyarkat dalam sumbangan suara dalam pemilu, dan masih
banyak lagi.
Jika kita mengacu pada UU RI No.3 Tahun 1999 tentang pemilu,
disana telah dijelakan bahwa negara Indonesia adalah negara yang
berkedaulatan rakyat. Pemilu ini sendiri merupakan wujud konkrit dari
pelaksanaan teori tersebut dimana dalam pemilu ini masyarakat akan ikut
serta dalam memilih pemimpin yang nantinya akan menjadi pemimpin
bangsa Indonesia. Jika kita menelaah tentang voting pemilu, siapa yang
nantinya akan jadi pemimpin itu berdasarkan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Dimana pemimpin itu ditentukan berdasarkan persetujuan
rakyat melalui pilihan suara.
Oleh karena itu, rakyatlah yang nantinya juga akan bertanggung jawab
akan semua resiko yang akan ditanggung jika persentase golput tersebut

6
tinggi. Tidak bisa disalahkan jika pemimpin yang terpilih tidak sesuai
dengan apa yang kita pilih jikalau kita tidak menyumbangkan suara.
Namun bukan berarti jika kita sudah memilih namun ternyata pilihan kita
tidak terpilih menjadi pemimpin itu juga merupakan hal yang tidak bisa
diterima. Karena yang sudah terpilih merupakan pilihan terbanyak yang
menandakan anggapan positif mayoritas dari bangsa Indonesia. Oleh
karena itu alangkah baiknya kita menggunakan hak dan kewajiban kita
sebagai warga negara dalam menyumbangkan suara ketika proses pemilu
presiden.
Hal kedua yang sangat menarik untuk dibahas yaitu kurang adanya
kesadaran akan pengamalan asas pemilu yaitu langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dana adil. Dalam pemilu presiden tahun 2019 ini memiliki
banyak sekali penyimpangan mengenasi asas-sa pemilu. Asas-asas yang
telah tercantum dalam pasal 22 E Ayat (1) UU RI tahun 1945 ini tentu
sangat fatal jika mengalami penyimpangan dalam masyarakat.
Yang pertama adalah asas langsung. Dalam pemilu presiden tahun
2019 ini, kita menemukan banyak sekali desas desus mengenai isu adanya
pelanggaran asas pemilu yaitu langsung. Dimana dalam artian langsung
yaitu rakyat memberikan suaranya terhadap pemimpin yang akan dipilih
secara langsung tanpa perantara. Namun banyak kita dengar berita
bahwasanya ada beberapa oknum yang dengan sengaja melanggar asas
langsung tersebut. Dilansir dalam berita yang berjudul “KPU Telusuri
Kebenaran Kabar Surat Suara Tercoblos Jokowi” pada situs web
www.cnnindonesia.com dinyatakan bahwa telah terjadi adanya suatu
pelanggaran yaitu surat suara yang telah tercoblos dengan memilihan
pasangan calon Jokowi-Amin. Dimana dalam kasus ini, berdasarkan dari
olah TKP yang dilakukan oleh KPU dan bawaslu ditemukan kasus ini benar
terjadi. Namun setelah ditindak lanjuti akhirnya surat suara ini dianggap
rusak.
Melihat dari kasus yang terjadi diatas, kasus tersebut tergolong
menyimpang dari asas langsung dimana rakyat seharusnya memilih sendiri
tanpa perantara. Adanya kasus surat suara yang sudah tercoblos tersebut

7
akan menjadikan beberapa orang tidak bisa menyumbangkan suaranya
secara langsung dalam pemilu presiden tahun 2019 ini dengan langsung.
Dengan adanya kasus ini tentu sangat merugikan karena akan menimbulkan
kurangnya partisipasi dan ikut serta masyarakat dalam menyalurkan
suaranya. Namun perlu kita apresiasi tindak tegas dari KPU dan bawaslu
untuk menganggap surat suara tersebut sebagai surat suara yang rusak.
Tentu kasus ini juga menjadi hak dan kewajiban bagi masyarakat untuk
menindak tegas adanya penyimpangan hal tersebut.
Asas yang kedua adalah umum. Dalam asas umum ini negara
menjamin dan memberikan hak kepada setiap warga negaranya tanpa
memandang jenis kelamin, pekerjaan, suku, ras, agama, maupun sosial.
Seperti yang dilansir dalam berita yang berjudul “Menyingkap Kecurangan
Pemilu 2019” pada situs web www.indopos.co.id, ternyata masih
ditemukan adanya kecurangan mengenai asas pemilu yaitu umum. Pada
berita tersebut dikatakan adanya temuan kurangnya surat suara yang
diberikan oleh KPU kepada daerah meskipun daerah tersebut sudah
memiliki jumlah DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang diberikan kepada KPU.
Kasus ini ditemukan oleh seroang Ketua Relawan Partai yang ikut serta
dalam mengawasi jalannya proses pemilu tahun 2019 ini.
Kasus yang dilansir dalam berita tersebut tentu menyimpang asas
umum dari pemilihan umum yang telah diatur dalam UU RI. Dengan
kurangnya surat suara yang diberikan KPU kepada daerah, hal ini akan
mempengaruhi adanya batasan masyarakat yang dapat ikut
menyumbangkan suaranya dalam pilpres tahun 2019 ini sehingga jaminan
dalam pemberian hak atas pemilihan umum kepada rakyat menjadi
berkurang. Selain itu kasus ini juga akan mempengaruhi rekapitulasi data
pemilih yang terdaftar. Sudah menjadi kewajiban kita untuk ikut serta
mengawal jalannya proses pemilu yang sedang berlangsung, hak dan
kewajiban masyarakat dalam ikut serta dalam menindak tegas adanya kasus
penyimpangan seperti hal tersebut juga sangatlah penting.
Yang ketiga adalah asas bebas. Dalam asas bebas ini berarti rakyat
diberi hak bebas untuk memilih tanpa ada tekanan dan paksaan dari

8
siapapun sehingga rakyat hanya memilih sesuai dengan hati nuraninya
sendiri. Jika kita melihat banyak sekali realita di lapngan yang sangat jelas
menyimpang terhadap asas bebas ini. Bisa kita lihat secara langsung dalam
pilpres kali ini banyak sekali individu maupun kelompok yang menjadi
fanatik akan pemimpin yang nanti akan dipilihnya. Sikap pendukung
fanatik ini kemudian akan memprovokasi dan menekan suatu individu atau
kelompok lain untuk berpindah haluan dalam memilih. Entah iming-iming
yang akan diberikan yaitu uang, ataupun sebagainya, hal ini merupakan
suatu tekanan atau paksaan yang tentu saja menyimpang dalam pengamalan
asas pemilu yaitu umum.
Selain menyimpang asas pemilu, hal ini juga akan menimbulkan
sebuah masalah perselisihan anatar pendukung pasangan calon dalam
pemilu. Sebagai contoh konkrit yang terjadi di masyarakat adalah
terjadinya perselisihan antar kubu yang dikarenakan oleh sikap fanatik
masing-masing kubu politik. Hal ini tentu sangat merugikan dalam
kehidupan masyarakat. Karena negara salah satu sila dalam Pancasila
berbunyi Persatuan Indonesia. Alangkah tidak terpuji adanya perpecahan
hanya dikarenakan sebuah masalah politik yang fanatik. Hal ini tentu perlu
kesadaran masyarakat akan kewajiban setiap individu maupun kelompok
untuk mematuhi asas bebas dalam pemilu sehingga tidak terjadi
perselisihan antar kubu politik.
Asas yang ke empat yaitu rahasia. Salah satu hal yang menjadi gugatan
pasangan Prabowo Sandi di Mahkamah Konstitusi adalah hal yang dinilai
kurang baik dalam pengamalan asas pemilu yang keempat oleh tim
Prabowo Sandi. Seperti dilansir pada berita yang berjudul “Tim Hukum 02:
Ajakan Jokowi Agar Nyoblos Pakai Baju Putih Pelanggaran Serius” pada
situs web www.kompas.com menyatakan bahwa adanya ajakan untuk
nyoblos menggunakan baju putih yang merupakan pertanda bahwasanya
individu ataupun kelompok yang mencoblos pasangan calon Jokowi-Amin.
Hal ini dianggap serius oleh pasangan Prabowo-Sandi yang beranggapan
hal tersebut merupakan sebuah ajakan untuk memilih paslon Jokowi-Amin
juga.

9
Meskipun gugatan yang dilakukan oleh Prabowo-Sandi ini tidak
diterima oleh Mahkamah Konstitusi (MK), alangkah baiknya jika kita
datang ke TPS untuk berpenampilah netral untuk menjaga kerahasiaan kita
dalam memilih pasangan calon yang kita pilih. Sehingga tidak akan timbul
adanya persepsi negatif dari individu atau kelompok lain.
Kemudian asas yang selanjutnya adalah jujur. Asas ini merupakan
salah satu asas yang tergolong sulit untuk dipatuhi. Dalam asas jujur ini
berarti bahwa semua panitia maupun pemilih atau pihak terkait lainnya
harus bersikap jujur dengan tidak melanggar peraturan yang berlaku.
Banyaknya faktor yang terjadi di kehidupan membuat asas ini menjadi asa
yang sangat sulit dipatuhi. Dalam pemilu presiden tahun 2019 ini banyak
sekali terdengar berita akan kecurangan yang TSM (Terstruktur, Sistematis,
dan Massif) yang telah dilakukan oleh pasangan Jokowi-Amin.
Namun dalam gugatannya, pasangan Prabowo-Sandi tidak cukup bukti
untuk mengatakan bahwasanya pasangan Jokowi-Amin melakukan
kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan massif sehingga gugatan
tersebut ditolak oleh Mahkamah Agung (MK). Meskipun demikian, hal ini
bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa seluruh masyarakat
Indonesia termasuk aparat ataupun pihak yang mengurusi jalannya pemilu
presiden ini juga merupakan rakyat Indonesia yang mempunyai kewajiban
dan hak untuk berlaku jujur dalam mengawal proses jalannya pemilu
presiden.
Asas pemilu yang terakhir adalah adil. Dalam asas adil ini berarti
setiap pemilih diberikan hak dan perlakuan yang sama sehingga terhindar
dari kecurangan pihak manapun. Dalam praktiknya, pengamalan asas adil
dalam pemilu presiden ini cukup bisa dikategorikan baik dalam
pelaksanaannya. Karena yang terjadi di lapangan sejauh ini tidak ada
tinjauan akan terjadinya suatau penyimpangan dalam asas adil ini.
Dalam pelaksanaan di lapangan sudah sesuai dengan apa yang
dimaksud dalam artian asas adil dimana setiap pemilih diberikan hak dan
perlakuan yang sama sehingga terhindar dari kecurangan pihak manapun.
Bahkan telah ada peraturan yang menetapkan bagi suatu individu yang

10
tidak bisa datang ke TPS untuk menyumbangkan suaranya, maka beliau
berhak mendapatkan pelayanan dari pihak panitia pemilu untuk mencoblos
di rumah dengan syarat pihak individu yang bersangkutan proaktif untuk
menginformasikan akan tidak bisa hadirnya ke TPS dalam rangka
pencoblosan. Hal tersebut diatur dalam Pasal 221 PKPU Nomor 3 Tahun
2019. Pemungutan suara jenis ini juga harus menjunjung kerahasiaan
pemilih. Peraturan tersebut sesuai berita yang dilansir dalam berita yang
berjudul “Pemilih yang Sakit Bisa Mencoblos di Rumah” pada situs web
www.cnnindonesia.com.

11
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kita peroleh dari penjabaran yang telah tertulis
yaitu demi kebaikan masa depan negara Indonesia, alangkah baiknya kita
meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya menggunakan hak dan kewajiban
kita dalam pemilu yaitu menggunakan pilihan suara kita secara bijak dan
pengamalan asas-asas pemilu sehingga tidak terjadi perselisihan akibat beda
pilihan pemimpin maupun adanya peristiwa saling mencurangi.

3.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan yaitu alangkah baiknya jika kita bisa
membawa diri dimanapun kita berada. Kita adalah generasi penerus bangsa yang
harus bisa membawa bangsa Indonesia kearah yang lebih baik.

3.3 Penutup

Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan ilmu dan wawasan
lebih bagi pembaca dan masyarakat sekitar dan meningkatkan kesadaran kita
mengenai hak dan kewajiban kita sebagai warga negara khususnya dalam pemilu
presiden.

12
DAFTAR PUSTAKA

UU RI No.3 Tahun 1999

www.katakatak.co.id

Asas-asas dalam pemilihan umum (www.siswapedia.com)

KPU Telusuri Kebenaran Kabar Surat Suara Tercoblos Jokowi


(www.cnnindonesia.com)

Menyingkap Kecurangan Pemilu 2019 (www.indopos.co.id)

UU RI Tahun 1945 Pasal 22 E tentang Asas-asas Pemilu

13

Anda mungkin juga menyukai