Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR

PENELITAN TENTANG KEWENANGAN BAWASLU KABUPATEN


MERANGIN DALAM PENGAWASAN PEMILU LEGSLATIF

Peneliti:

LINA FARDA

2020150009

UNVERSTAS MERANGIN

YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya dan
meningkatkan derajat orang-orang yang beriman serta berilmu pengetahuan, atas
berkat rahmat dan karunanya, penulis dapat menyelesakan karya ilmah tentang
“Kewenangan Bawaslu Kabupaten Merangin Dalam Pengawasan Pemilu
Legslatif”

Tidak lupa juga penulis meengucapkan terima kash kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak. Sebagai penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmah ini.
Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis menerima saran dan kritik dari
pembaca agar dapat memperbaiki karya ilmah ini, penulis berharap semoga karya
ilmah yang penulis susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.

Merangin,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3

C. Tujuan.............................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

A. Sejarah Panwaslu ............................................................................. 5

B. Hak dan Kewajiban Calon DPR,DPD, dan DPRD ............................ 6

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 9

A. Metode Penelitian ............................................................................ 9

BAB V HASIL YANG DI CAPAI .............................................................. 12

A. Hasil .............................................................................................. 12

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 23

A. KESIMPULAN .............................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ialah satu ciri Negara demokrasi adalah diselenggarakannya Pemilhan Umum
(Pemilu) yang terjadi wal dan berkala. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara
Republik IIndonesia Tahun 1945 yaknii Pasal 1 ayat (2), menyatakan bahwa
“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar”. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa kedaulatan rakyat tidak lagi
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), tetapi
dilaksanakan menurut ketentuan Undang-Undang Dasar. Ialah satu wujud kedaulatan
rakyat adalah penyelenggaraan pemilu untuk memlih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) atau yang sering disebut dengan pemlihan umum legslatif. Tanpa
terselenggaranya pemilu maka hilanglah sifat demokratis suatu negara. Demikan pula,
agar sifat negara demokratis tersebut dapat terjamin oleh adanya pemilu, maka
penyelenggaraan pemilu harus dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil. Makna dari kedaulatan ditangan rakyat ini iialah rakyat memliki
kedaulatan, tanggung jawab, hak, dan kewajiban untuk secara demokratis memlih
pemimpin yang akan membentuk pemerintahan, guna mengurus dan melayan seluruh
lapisan masyarakat, serta memlih wakil-wakil rakyat untuk mengawas jalannya
pemerintahan. 1

Pemilu merupakan langkah awal dalam menentukan pemimpin negara. Karena


pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat, maka pemilu hendaknya dilaksanakan di
seluruh penjuru wilayah Negara. Di dalam demokrasii modern, pemilu selalu dikaitkan

1
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

1
dengan konsep demokrasii perwakilan atau demokrasii tidak langsung yang berarti
keikutsertaan rakyat di dalam pemerintahan dilakukan oleh wakil-wakil rakyat yang
dipilih sendirii oleh rakyat secara langsung dan bebas sehingga hasil pemilu harus
mencerminkan konfigurasi aliran-aliran dan aspirasi politik yang hidup ditengah-
tengah masyarakat.

Paham negara hukum harus dibuat jaminan bahwa hukum itu dibangun dan
ditegakkan sesuaii dengan prinsip-prinsip demokrasii. Hukum tidak boleh dibuat,
ditetapkan, ditafsirkan dan ditegakan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan
belaka. Prinsip negara hukum tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan prinsip-
prinsip demokrasii yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
IIndonesia Tahun 1945.

Penyederhanaan Partai politik merupakan sesuaitu hal yang harus dilakukan


karena dengan jumlah Partai politik yang terlalu besar, pelaksanaan pemerintahan akan
sulit berjalan dengan lancar sebab ada banyak kepentingan yang terlibat didalamnya.
Penyederhanaan Partaii politik merupakan tugas dan wewenang dari Komisi Pemlihan
Umum yang mana diatur dalam Pasal 58 ayat (1) UndangUndang Nomor 8 tahun 2012
. Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggara Pemlihan Umum, KPU adalah lemBagia penyelenggara pemilu yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan pemilu. Komisi
Pemilihan Umum melakukan penyederhanaan Partaii politi yatitu dengan cara
verifkasi. Verfikasi adalah penelitian mengenai kebenaran dan keabisahan terhadap
syarat dukungan yang diberkan oleh penduduk yang memiliki hak pilih kepada bakal
pasangan calon pemilu bak secara administratif maupun faktual. 2

Sebelum penyelenggaraan pemilu dilaksanakan, KPU berhak membentuk


Pantia Pemlihan Kecamatan (PPK) dan Panitiai Pemungutan Suara (PPS). PPK

2
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

2
dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota paling lambat 6 (enam) bulan sebelum
penyelenggaraan pemilu dan dibubarkan paling lambat 2 (dua) bulan setelah
pemungutan suara, sama halnya dengan PPS. Selian KPU berperan penting dalam
pemilu, KPU juga berwenang dalam mengangkat dan memberhentikan anggota PPK
dan PPS.

Siapapun dapat menjadi calon wakil rakyat. Namun, untuk mendapatkan calon
wakil rakyat yang baik diperlukan proses seleksi yang teratur dan terencana sehingga
calon yang ditawarkan melalui pemlihan umum adalah calon yang memang layak
dipilih. Selain itu ketika seorang calon telah terpilih ia hanya dapat melaksanakan
janjinya sesuai dengan asprasi rakyat apabila ia memiliki kekuatan politik.

Partaii politik memegang peranan yang cukup penting dalam penyelenggaraan


pemerintahan suatu negara. Sejarah IIndonesia pun tidak terlepas dari adanya Partaii
politik. Dalam sistem politik Indonesia, Partaii politik ditempatkan sebagaii pilar utama
penyangga demokrasii. Begitu pentingnya Partaii politik, maka diaturlah Partaii
politik-Partaii politik tersebut dalam suatu Undang-Undang.3

Berdasarkan uraian datas, penulis tertarik untuk membahas dan menelaah lebih
jauh dan rinci lagi dengan mengangkatnya dalam karya ilmah berbentuk sekripsi
dengan judul “KEWENANGAN BAWASLU DALAM PENGAWASAN
PEMILU LEGSLATIF“

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang masalah maka penulis
merumuskan masalah dalam penulisan dan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagiaimana pelaksanaan tugas dan wewenang Panwaslu dalam mengawas


pemilu pada pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD berdasarkan
Pasal 77 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 di Kabupaten Merangin ?

3
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

3
2. Apa hambatan yang dihadap oleh Panwaslu dalam pelaksanaan pengawasan
pada pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD berdasarkan Pasal 77
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Kabupaten Merangin ?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagaii berikut yaitu:

1. Untuk mengetahui i pelaksanaan tugas dan wewenang Panwaslu dalam


mengawasi pemilu pada bakal calon legislative berdasarkan Pasal 77 Udang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011 di Kabupaten Merangin
2. Untuk mengetahui i hambatan dan kendala yang dihadap oleh panwaslu dalam
pelaksanaan pengawasan pemilihan legeslatif berdasarkan Pasal 77 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011 di Kabupaten Merangin

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Panwaslu
Membicarakan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) di IIndonesia tidak
lengkap kalau tidak membahas Pengawas Pemilu, atau Panitia Pengawas Pemilihan
Umum (Panwas Pemilu ) atau dalam bahasa sehari-hari biasa cukup disebut Panwas.
Menurut undang-undang pemilu, Panwas Pemilu sebetulnya adalah nama lemBagia
pengawas pemilu tingkat nasonal atau pusat. Sedang di provinsi disebut Panwas Pemilu
Provinsi, di kabupaten/kota disebut Panwas Pemilu Kabupaten/Kota, dan di kecamatan
disebut Panwas Pemilu Kecamatan.

Pengawas Pemilu adalah lemBagia ad hoc yang dibentuk sebelum tahapan


pertama pemilu (pendaftaran pemilih) dimulai dan dibubarkan setelah calon yang
terpilih dalam pemilu dilantik. LemBagia pengawas pemilu adalah khas Indonesia.

Pengawas Pemilu dibentuk untuk mengawas pelaksanaan tahapan


pemilu,menerima pengaduan, serta menangan kasus-kasus pelanggaran administrasi
dan pelanggaran pidana pemilu. Proses pelaksanaan Pemilu 1971 sama sekali tidak
mengenail lemBagia pengawas pemilu. LemBagia pengawas pemilu baru muncul pada
Pemilu 1982.4

Pembentukan Panwaslak Pemilu pada Pemilu 1982 dilatar oleh protes-protes


atas banyakniya pelanggaran dan manipulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh
para petugas pemilu pada Pemilu 1971.

Karena pelanggaran dan kecurangan pemilu yang terjadi pada Pemilu 1971
jauh lebih masif. Protes-protes ini lantas direspons pemerintah dan DPR yang

4
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

5
didominasi Golkar dan ABR. Akhirnya muncullah gagasan memperbaiki undang-
undang yang bertujuan meningkatkan ‘kualitas’ Pemilu 1982.

Perubahan terhadap pengawas Pemilu baru dilakukan lewat UU No. 12/2003.


yang menegaskan, untuk melakukan pengawasan Pemilu , dibentuk Panitia Pengawas
Pemilu , Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten/Kota, dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan.

B. Hak dan Kewajiban Calon DPR,DPD, dan DPRD


Proses pengajuan calon legislatif mulai dari DPR, DPD, dan DPRD diajukan
oleh masing-masing Partai Politik peserta Pemilu kepada Komisi Pemilihan Umum
sesuai dengan tingkatannya masing-masing.

Bakal calon anggota dewan yang diajukan oleh masing-masing Partai Politik
selanjutnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan verifikasi terhadap data-data
bakal calon yang diajukan tersebut. Kemudian tahap selanjutnya adalah penetapan
calon tetap anggota dewan yang telah lolos verifikasi yang dilakukan oleh KPU.

Setelah dilakukan penetapan terhadap calon legislatif tersebut sebagai calon


tetap, maka secara hukum calon anggota legislatif tersebut berhak untuk mengikuti
Pemilihan umum. Kemudian juga berhak untuk menjadi juru kampanye pada masa
kampanye yang ditentukan oleh KPU.5

Di samping hak yang dimiliki oleh calon anggota legislatif , juga memiliki
Kewajiban, yaitu seluruh calon anggota legislatif mulai dari tingkat Kabupaten/ Kota,
Provinsi dan DPR RI wajib mengikuti dan mentaati peraturan dan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh KPU.

Di antara Kewajiban yang harus ditaati adalah, bahwa semua calon anggota
legislatif harus mengikuti tahap-tahap Pemilihan umum yang telah ditentukan oleh

5
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

6
KPU. Di antaranya adalah harus mengikuti ketentuan masa kampanye, apabila belum
waktunya maka semua calon anggota legislatif tidak dibolehkan melakukan
kampanye.

Kepada semua calon anggota legislatif juga tidak dibenarkan melakukan


kampanye di tempat-tempat ibadah, lemBagia-lemBagia pemerintah , lemBagia
pendidikan dan tempat-tempat yang tidak dibenarkan berdasarkan ketentuan yang telah
dibuat oleh KPU.

Bagi calon anggota legislatif mempunyaii hak untuk mengikuti semua tahapan
Pemilihan sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Bagi setiap warga
negara berhak untuk dipilih sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yakni sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan oleh undang- undang.

Di samping itu Bagi calon anggota legislatif juga mempunyai hak untuk
diperlakukan sama oleh penyelenggara Pemilihan umum dalam hal mengikuti tahapan
Pemilihan umum yang telah ditentukan. Oleh karena tu setiap calon anggota legislatif
harus bisa menggunakan haknya dalam Pemilihan umum, karena hak dipilih adalah
merupakan hak Bagi setiap warga negara yang memenuhi persyaratan.

Tentunya persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon anggota legislatif adalah
diatur melalui Partai Politik yang akan mengusulkannya sebagai calon anggota
legislatif sesuai dengan tingkatannya. Dengan demikian semua tahapan Pemilihan
umum sudah ditentukan oleh undang-undang dan disampai kan kepada Partai Politik
perserta Pemilu .6

Kemudian Bagi calon anggota legislatif juga mempunyai Kewajiban, yakni


mengikuti semua tahapan Pemilihan mulai dari kelengkapan persyaratan sampai
kepada tahapanan kampanye dan penghitungan suara. Persyaratan administrasi
sebagaimana yang telah ditentukan oleh undang-undang merupakan Kewajiban yang

7
harus dipenuhi oleh setiap calon, tanpa ada data yang dimanipulasi atau dipalsukan,
karena apabila ketahuan dapat didiskualifikasi atau tidak dapat ikut serta sebagai calon
anggota legislatif .

Kemudian Kewajiban dari calon anggota legislatif adalah tidak dibenarkan


melakukan pelanggaran terhadap tahapan-tahapan Pemilu sebagaimana yang telah
ditentukan oleh undang-undang.

Oleh karena itu yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan Pemilu
adalah proses dari Pemilu itu sendiri, yaitu mekanisme yang harus dijalankan dalam
Pemilu , seperti penentuan calon, kepanitiaan, saksi-saksi, cara kampanye dan
sebagainya. Sehingga dalam pelaksanaan Pemilu tersebut dapat mendekati kejujuran
dan keadilan. 7

Sedangkan yang terpenting dalam suatu negara hukum ialah Bagiamana upaya
untuk mempertahankan konsep demokrasi dan kedaulatan rakyat. Untuk itu semua
pihak harus saling bekerja sama untuk memantau jalannya tahapan Pemilihan umum.

Panitia pengawas yang dibentuk khusus untuk melakukan pengawasan terhadap


penyelenggaraan Pemilihan umum juga harus menggunakan wewenangnya dalam
memantau semua pelanggaran yang terjadi di lapangan. Pelanggaran yang dilakukan
dapat berupa pelanggaran administrasi dan dapat pula pelanggaran pidana Pemilu ,
yakni dalam bentuk pemalsuan, penipuan dan sebagainya. 8

Apabila tugas dan wewenang dari panwaslu dapat dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan undang-undang, maka diharapkan setiap tahapan penyelenggaran Pemilihan
umum tersebut dapat terlaksanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

7
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.
8
Morrison, Hukum Tata Negara RI Era Reformasi, Ramdina Prakarsa, Jakarta, 2005.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Suatu metode yang dgunakan dalam penelitian ini adalah metode sosologs atau
emprs yang mana metode penelitian sangatlah menentukan keberhasilan dalam suatu
penelitian sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah tergolong kepada Field Research. Sedangkan sifat penelitian
adalah bersifat deskriptif. Menurut Soerjano Soekanto maksud dari Deskriptif ialah
penelitian yang di maksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin dan dalam
hal ini tentunya akan memberikan gambaran tentang fungsi dan kewenangan Panitia
pengawas Pemilihan dalam pelaksanaan Pemilihan dewan perwakilan di Kabupaten
Merangin

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah Panitia pengawas Pemilu di
Kabupaten Merangin . Sedangkan objeknya adalah tugas dan wewenang pengawas
Pemilu .

3. Populasi Dan Sampel


a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah Ketua Panwaslu, Kemudian
ditambah dengan Ketua KPU, dan 5 orang perwakilan dari masing Partai
politik yang ada di Kabupaten Merangin
b. Sampel Secara sederhana sampel dapat diartikan sebagai Bagian dari
Populasi . Sedangkan Sampel dalam penelitian ilmah merupakan suatu hal
yang penting, karena kesimpulan penelitian pada hakikatnya adalah
merupakan generalsasi dari sampel yang dipilih 15 .

9
Dalam penelitian ini sampel yang dipilih dengan menggunakan metode
Purposve Sampling, dari 12 perwakilan Partai, maka yang diambil 20% yaitu sebanyak
5 orang, yakni ditunjuk langsung oleh peneliti sesuai dengan data yang hendak
dperoleh.

4. Jenis dan Sumber Data

Adapun Jenis sumber data dalam penelitian di Bagi kedalam 2 Bagian yaitu
sebagai berikut:

a. Data primer, yaitu: adapun data primer dalam penelitian adalah data yang penulis
peroleh secara langsung dengan mengajukan wawancara dan angket terhadap
sample dalam penelitian.
b. Data skunder, yaitu: merupakan data yang sudah jadi atau merupakan data yang
sudah ada sebelumnya. Data sekunder merupakan data yang penulis peroleh
dengan mengumpulkannya melalui buku-buku, peraturan perundang- undangan,
serta sumber lain yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

5. Alat pengumpul data

Untuk memperoleh data yang dapat dipercaya dan bisa dipertanggung


jawabkan Sehingga bisa memberikan gambaran tentang permasalahan secara
menyeluruh maka penulis menggunakan alat pengumpul data yang penulis gunakan
adalah, wawancara, yaitu: penulis melakukan tanya jawab secara langsung dengan
Panwaslu di Kabupaten Merangin . Untuk mempelancar proses wawancara tersebut
penulis berpedoman kepada pertanyaan-pertanyaan yang telah penulis persiapkan
sebelumnya, Sehingga diharapkan tidak ada data yang terlewatkan.

6. Analisa Data

Adapun analisa yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini terhadap data
yang ada berupa dokumen yang didapat dari Panitia pengawas Pemilihan di Kabupaten

10
Merangin yang dikumpul serta hasil wawancara, Kemudian untuk selanjutnya diolah
dan disajikan serta dibahas berdasarkan permasalahan yang diteliti dalam hal bentuk
uraian kalmat yang rinci, yang dihubungkan dengan ketentuan perundang-undangan
dan peraturan pemerintah yang berlaku dan pendapat para ahli hukum.

Terakhr penulis mengambil kesimpulan secara induktif yaitu suatu cara


menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus yaitu data yang penulis dapat
dari Panitia pengawas Pemilihan kepada dalil-dalil umum yang terdapat dalam
ketentuan perundang-undangan dan peraturan pemerintah yang berlaku

11
BAB V
HASIL YANG DI CAPAI

A. Hasil
1. Peran Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten
Merangin Dalam Menyelesakan Pelanggaran Pemilihan Umum Serentak
Tahun 2019.

Peran merupakan tindakan atau perlaku yang dilakukan oleh seseorang yang
menempati suatu posisi didalam status sosial, syarat-syarat peran mencakup 3 (tiga)
hal, yaitu:

1. Peran meliput norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat


seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
2. Peran merupakan suatu konsep perlaku apa yang dapat dilaksanakan oleh
individu-individu dalam masyarakat sebagai organsasi. Peran juga dapat
dikatakan sebagai perlaku individu, yang penting Bagi struktur sosial
masyarakat.9
3. Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu
jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup
berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara
anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya.
Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam
kehidupan bermasyarakat tu muncul yang dinamakan peran (role). Dalam
penelitian yang penulis dapatkan dilapangan, Bawaslu Kabupaten Merangin

9
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.

12
menjelaskan bahwa bentuk tindak lanjut dari peran yang dilakukan oleh
Bawaslu yang dalam menangan Pelanggaran yang terjadi berbeda sesuai
dengan bentuk Pelanggaran yang terjadi , berikut bentuk tindak lanjut
penanganan Pelanggaran yang dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten Merangin
berdasarkan Jenis Pelanggaran.
2. Pelanggaran Administrasi.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan bawaslu Kabupaten Merangin


total menangan 4 Pelanggaran administrasi. Berikut ini merupakan Data Pelanggaran
administrasi beserta penangannannya pada tahun 2019 d Kabupaten Merangin :

13
Tabel Data Penanganan Pelanggaran Administrasi

14
Melalui tabel datas diperlhatkan bahwa 4 kasus Pelanggaran administrasi datas
memenuhi syarat dalam kritera penanganan Pelanggaran adminitrasi dan telah di
identifikasi oleh Bawaslu Kabupaten Merangin Berikut bentuk tindak lanjut
penanganan Pelanggaran yang dilakukan oleh bawaslu Kabupaten Merangin lebih
jelas dilanjutkan oleh Bapak Yasrl, MA, POL dalam wawancara berikut:

“Dalam proses penanganan Pelanggaran Administrasi Pemilu Bawaslu


melakukan beberapa tahapan penanganan, rincian singkatnya Kami penerima
dokumen laporan memeriksa kelengkapan administrasi laporan beserta lampirannya
dan materi laporan pelapor, Kemudian jika dokumen laporan sudah lengkap, petugas
penerima mengeluarkan tanda terima berkas, Apabila laporan sudah lengkap,
petugas penerima memberikan nomor laporan dan mencatatkan pada buku register
laporan, Apabila laporan belum lengkap dan terdapat perbakan materi laporan,
pelapor melengkap dan memperbaiki paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak dokumen
laporan disampai kan kepada kami, berikutnya apabila tidak melengkap laporan
dalam jangka waktu yang ditentukan, Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
tidak meregister laporan tersebut dan menuangkan dalam status laporan, Laporan
yang tidak dregister tidak dapat dilanjutkan ke tagap pemeriksaan, di papan
pengumuman dan/atau laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota”.

Melalui wawancara yang disampaikan oleh Bawaslu Kemudian penulis


sesuaikan dengan Peraturan Bawaslu RI Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penyelesaian
Pelanggaran Administrasi Pemilu Pasal 39. 10

1. Majelis pemeriksa melakukan pemeriksaan atas dokumen temuan atau laporan


untuk memutuskan keterpenuhan persyaratan laporan.

10
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.

15
2. Dalam melakukan pemeriksaan pendahuluan, majelis pemeriksa dapat
mengundang pelapor untuk hadir dalam pemeriksaan pendahuluan.
3. Hasil pemeriksaan pendahuluan temuan atau laporan dugaan Pelanggaran
administrasi Pemilu dputuskan dalam rapat pleno majelis pemeriksa .
4. Rapat pleno majelis pemeriksa menetapkan putusan hasil pemeriksaan
pendahuluan temuan atau laporan dugaan Pelanggaran administrasi Pemilu
atau Pelanggaran administrasi Pemilu TSM terdiri atas:
a. Temuan atau dugaan laporan dugaan Pelanggaran administrasi Pemilu atau
Pelanggaran administrasi Pemilu TSM tidak dapat diterima dan tidak
ditindak lanjut karena tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2); atau
b. Temuan atau laporan dugaan Pelanggaran administrasi Pemilu atau
Pelanggaran administrasi Pemilu TSM diterima dan ditindak lanjut
dengan sidang pemeriksaan.11

3. Penanganan Pelanggaran Kode Etik

Pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu merupakan Pelanggaran terhadap


etika penyelenggara Pemilu yang berdasarkan sumpah dan/atau janji sebelum
menjalankan tugas sebagai penyelenggara Pemilu . Berikut ini data Pelanggaran kode
etik penyelenggara Pemilu pada Pemilihan umum serentak tahun 2019 d Kabupaten
Merangin :

11
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.

16
Tabel. Data Penanganan Pelanggaran Kode Etik

Melalui tabel datas Pelanggaran yang ditangani oleh Bawaslu Kabupaten


Merangin menunjukkan Bahwa tidak memenuhi Pelanggaran sebagai mana tercantum
pada dugaan sementara. Untuk itu penulis melanjutkan wawancara kepada Bawaslu
untuk mengetahui mengapa kasus tersebut tidak memenuhi unsur Pelanggaran dengan
Bapak Yasrl dan lebih lanjut disampaikan pada wawancara berikut ini:

17
“Jad dalam kasus yang terjadi pada Pelanggaran kode etik pada Pemilihan
umum serentak tahun 2019 kemarn Kasus yang dlaporkan oleh masyarakat seperti
yang pertama yaitu adanya laporan dari warga wahyud dan ed wdodo yang dmana
dalam laporanya mereka sampai akan menyatakan adanya Pelanggaran kode etik ,
namun setelah dilakukan pemeriksaan tidak dtemukan Pelanggaran kode etik sesuai
dengan undang-undang DKPP nomor 2 tahun 2017. Sehingga kasus tersebut tidak
dapat dproses karena tidak mengandung unsur Pelanggaran dan tidak dapat dproses
lebih lanjut dan dberhentkan”

Kemudian berdasarkan fenoma Pelanggaran kode etik yang terjadi penulis


melakukan wawancara dengan pihak pelapor yang dmana laporannya tidak dtindak
lanjut lebih dalam oleh Bawaslu Kabupaten Merangin , dan dalam kesempatan n
penulis melakukan wawancara dengan saudara wahyud untuk melhat Bagiamana
tanggapan belau terhadap penanganan yang dilakukan oleh pihak Bawaslu. Lebih jelas
akan disampai kan dalam wawancara berikut n :

“sebagai masyarakat kta kut serta dalam menjaga atau kut serta mengawal
berjalan nya proses Pemilihan umum saya melhat adanya Pelanggaran kode etik
Sehingga saya melaporkannya kepada Bawaslu, namun setelah dilakukan
pemeriksaan Bawaslu mengeluarkan putusan bahwa laporan yang saya sampkan
bukan terima suk Pelanggaran, mesk demikian saya rasa tu dapat dijadikan sebagai
wawasan untuk kedepannya dan laingkah yang diambil oleh Bawaslu saya rasa sudah
cukup tanggap namun perlu melakukan edukas kepada masyarakat agar lebih paham
mengenail Pelanggaran yang terjadi pada Pemilu yang akan datang”

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Pihak Bawaslu dan
masyrakat (pelapor) penulis dapat menympulkan bahwa dalam hal n Pelanggaran yang
terjadi dan telah dlaporkan oleh masyarakat kepada Bawaslu tidak dapat d lainjutkan
karena kasus yang dlaporkan bukan merupakan suatu Pelanggaran, dan dalam hal n
penulis menla bahwa hal n terjadi karena masyarakat kurang paham mengenail Jenis

18
Pelanggaran dkarenakan kurangnya edukas (pengetahuan) tentang Pelanggaran Pemilu
dar Bawaslu.

Pelanggaran Pidana Pemilu

Tindak pidana Pemilu adalah tindak pidana Pelanggaran dan/atau kejahatan


terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam UU Pemilu ,
dalam pelaksanaan Pemilihan umum serentak tahun 2019 d Kabupaten Merangin
terdapat 7 kasus Pelanggaran tindak pidana keseluruhan hanya 3 yang lolos tahap
regstras dan d lainjutkan ke tahap penydkan oleh Bawaslu Kabupaten Merangin
sebagai berikut :

Tabel Data Pelanggaran Pidana Pemilu

19
Berdasarkan data Pelanggaran datas Pelanggaran pidana Pemilihan umum
semuanya dberhentkan dtahap ke 2 (dua) yang membuat ngn mengetahui Bagiamana
tindak lanjut penanganan yang dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten Merangin padahal
dtahap sebelumnya terima suk pada kategor Pelanggaran. Selanjutnya untuk
memperjelas penanganan yang dilakukan oleh Bawaslu dalam menangan kasus
Pelanggaran tersebut penulis melakukan wawancara dengan Bapak Yasrl belau
menjelaskan:

20
“Bahwa dalam melaksanakan tindak lanjut penanganan Pelanggaran pidana
Pemilu Bawaslu bekerja sama dengan Sentra Gakkumdu, jad dalam proses
penanganan kasus nya selalu berdasarkan tahapan yang mana tahap pertama kasus
yang d temukan atau disampai kan kepada bawaslu akan d identifikasi terlebih dahulu
oleh Bawaslu Kemudian setelah drasa kasus tersebut cukup bukt maka akan
dlmpahkan ke sentra gakkumdu untuk dibahas bersama, namun setelah dibahas
bersama kasus yang d identifikasi tad akan dilakukan kembal penyeldkan oleh pihak
kepolsan namun dengan cara yang bebeda Sehingga kasus yang telah d identifikasi
tad oleh Bawaslu bisa jad tidak menjadi kasus Pelanggaran karena cara dan metode
penyeldkan yang dilakukan oleh kepolsan dengan cara penyeldkan yang berbeda”

Kemudian penulis melakukan wawancara dari ialah seorang Calon Legislatif


dari Partai PDP (Partai demokrasi Indonesia perjuangan) yaitu Bapak Sumarsen puurba
yang dmana belau juga sempat dlaporkan telah melakukan Pelanggaran pada Pemilihan
umum serenak tahun 2019 Kabupaten Merangin yang lalu. Penulis ngn mengetahui
Bagiamana laingkah yang dilakukan oleh Bawaslu Sehingga pada tahap pertama
terima suk dalam kategor pelaku Pelanggaran tindak pidana dengan mengadakan
kampanye d tempat pendidikan berupa penyebaran bahan kampanye Belau
menjelaskan lebih lanjut dalam wawancara berikut:

“memang betul nama saya sempat terseret bahkan sampai d mnta hadir ke
kantor Bawaslu pada tahap 1 penyeldkan terkat kasus Pelanggaran Pemilu yang
mereka blaing saya melakukan Pelanggaran padahal setahu saya tidak berialah
dkarenakan kampanye yang dsebutkan tersebut tidak benar adanya karena kejadan
sebenarnya yaitu bahwa kebetulain memang SDN 18 yang dimaksud tersebut
bersampingan dengan rumah saya dan sebagai Caleg yang kut bertarung dkontestas
Politik saya memasang baliho dsektar rumah saya dan Kemudian tidak taunya ada
orang yang melaporkan ke Bawaslu bahwa saya melakukan kampanye dtempat
pendidikan padahal tu hanya sepanduk yang terpasang d sektar pekarangan saya yang

21
kebetulain bersebelahan dengan sekolah tersebut, selain tu tidak mungkinlah saya
melakukan kampanye kapada anak-anak yang belum memiliki hak suara”

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan bahwa penulis menla bahwa


terjadi nya pemberhentan kasus Pelanggaran pidana Pemilu pada Pemilu serentak
tahun 2019 Kabupaten Merangin dkarenakan tidak adanya kemutlakan atau dari
Bawaslu untuk menangan, mengkaj serta menndak Pelanggaran pidana Sehingga
terjadi keialah pahaman penyeldkan antara kepolsan dan Bawaslu yang mana kepolsan
juga memiliki psau bedah atau pedoman dalam menagan kasus Pelanggaran pidana
Pemilu serta kurangnya pengetahuan dari masyarakat dalam hal n pelapor dalam
mengkategorkan Pelanggaran.

22
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan di atas, penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut:

1. Pelaksanaan tugas dan wewenang Panwaslu dalam Pemilu legislatif yang akan
dilaksanakan telah berjalan dimulai dari pemantauan dan pengawasan terhadap
pemutakhran data pemlh, persyaratan dan tata cara pencalonan anggota DPR, DPD,
dan DPRD, dan proses penetapan calon anggota DPR,DPD, dan DPRD. Dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya panwaslu Kabupaten Merangin telah
bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ada beberapa temuan dan laporan
dari masyarakat yang berhubungan dengan persyaratan pencalonan anggota DPRD
tetap sifatnya hanya administrasi dan tidak sampai kepada Pelanggaran pidana,
Sehingga hanya perbakan saja terhadap kekurangan administrasi yang dperlukan
oleh calon anggota DPR, DPD, dan DPRD.
2. Hambatan atau kendala yang dihadapi oleh anggota Panwaslu Kabupaten Merangin
dalam melaksanakan tugasnya antara lain, adalah mengenai sulitnya untuk
menertibkan baliho, stiker dan gambar yang telah dipasang oleh para caleg di
sepanjang jalan di Kabupaten Merangin , sedangkan waktu kampanye baru akan
dilaksanakan beberapa bulan ke depan. Kemudian juga masalah kekurangan biaya
atau anggaran yang diperuntukkan Bagi Panwaslu, pemerintah kota sering
terlambat dalam melakukan pencaran anggaran, dengan demikian pelaksanaan
pengawasan sampai ke tingkat kecamatan mengalam kendala, karena para anggota
panwas sudah pasti memerlukan anggaran dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Rozal Abdullah, Pelaksanaan Otonom Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung, PT. Raja Grafndo Persada, Jakarta, 2005.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan,


Pengesahan, Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil
Kepala Daerah.

Morrson, Hukum Tata Negara RI Era Reformas, Ramdna Prakarsa, Jakarta, 2005.

Ganjar Razun, Sebuah Koreksi Konstruksi Reformasi Hasil Pemilu 1999, Unas Press,
Jakarta, 2001

24

Anda mungkin juga menyukai