Peneliti:
LINA FARDA
2020150009
UNVERSTAS MERANGIN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya dan
meningkatkan derajat orang-orang yang beriman serta berilmu pengetahuan, atas
berkat rahmat dan karunanya, penulis dapat menyelesakan karya ilmah tentang
“Kewenangan Bawaslu Kabupaten Merangin Dalam Pengawasan Pemilu
Legslatif”
Tidak lupa juga penulis meengucapkan terima kash kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak. Sebagai penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmah ini.
Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis menerima saran dan kritik dari
pembaca agar dapat memperbaiki karya ilmah ini, penulis berharap semoga karya
ilmah yang penulis susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.
Merangin,
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
C. Tujuan.............................................................................................. 4
A. Hasil .............................................................................................. 12
A. KESIMPULAN .............................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ialah satu ciri Negara demokrasi adalah diselenggarakannya Pemilhan Umum
(Pemilu) yang terjadi wal dan berkala. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara
Republik IIndonesia Tahun 1945 yaknii Pasal 1 ayat (2), menyatakan bahwa
“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar”. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa kedaulatan rakyat tidak lagi
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), tetapi
dilaksanakan menurut ketentuan Undang-Undang Dasar. Ialah satu wujud kedaulatan
rakyat adalah penyelenggaraan pemilu untuk memlih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) atau yang sering disebut dengan pemlihan umum legslatif. Tanpa
terselenggaranya pemilu maka hilanglah sifat demokratis suatu negara. Demikan pula,
agar sifat negara demokratis tersebut dapat terjamin oleh adanya pemilu, maka
penyelenggaraan pemilu harus dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil. Makna dari kedaulatan ditangan rakyat ini iialah rakyat memliki
kedaulatan, tanggung jawab, hak, dan kewajiban untuk secara demokratis memlih
pemimpin yang akan membentuk pemerintahan, guna mengurus dan melayan seluruh
lapisan masyarakat, serta memlih wakil-wakil rakyat untuk mengawas jalannya
pemerintahan. 1
1
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
1
dengan konsep demokrasii perwakilan atau demokrasii tidak langsung yang berarti
keikutsertaan rakyat di dalam pemerintahan dilakukan oleh wakil-wakil rakyat yang
dipilih sendirii oleh rakyat secara langsung dan bebas sehingga hasil pemilu harus
mencerminkan konfigurasi aliran-aliran dan aspirasi politik yang hidup ditengah-
tengah masyarakat.
Paham negara hukum harus dibuat jaminan bahwa hukum itu dibangun dan
ditegakkan sesuaii dengan prinsip-prinsip demokrasii. Hukum tidak boleh dibuat,
ditetapkan, ditafsirkan dan ditegakan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan
belaka. Prinsip negara hukum tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan prinsip-
prinsip demokrasii yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
IIndonesia Tahun 1945.
2
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
2
dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota paling lambat 6 (enam) bulan sebelum
penyelenggaraan pemilu dan dibubarkan paling lambat 2 (dua) bulan setelah
pemungutan suara, sama halnya dengan PPS. Selian KPU berperan penting dalam
pemilu, KPU juga berwenang dalam mengangkat dan memberhentikan anggota PPK
dan PPS.
Siapapun dapat menjadi calon wakil rakyat. Namun, untuk mendapatkan calon
wakil rakyat yang baik diperlukan proses seleksi yang teratur dan terencana sehingga
calon yang ditawarkan melalui pemlihan umum adalah calon yang memang layak
dipilih. Selain itu ketika seorang calon telah terpilih ia hanya dapat melaksanakan
janjinya sesuai dengan asprasi rakyat apabila ia memiliki kekuatan politik.
Berdasarkan uraian datas, penulis tertarik untuk membahas dan menelaah lebih
jauh dan rinci lagi dengan mengangkatnya dalam karya ilmah berbentuk sekripsi
dengan judul “KEWENANGAN BAWASLU DALAM PENGAWASAN
PEMILU LEGSLATIF“
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang masalah maka penulis
merumuskan masalah dalam penulisan dan penelitian adalah sebagai berikut :
3
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
3
2. Apa hambatan yang dihadap oleh Panwaslu dalam pelaksanaan pengawasan
pada pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD berdasarkan Pasal 77
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Kabupaten Merangin ?
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagaii berikut yaitu:
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Panwaslu
Membicarakan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) di IIndonesia tidak
lengkap kalau tidak membahas Pengawas Pemilu, atau Panitia Pengawas Pemilihan
Umum (Panwas Pemilu ) atau dalam bahasa sehari-hari biasa cukup disebut Panwas.
Menurut undang-undang pemilu, Panwas Pemilu sebetulnya adalah nama lemBagia
pengawas pemilu tingkat nasonal atau pusat. Sedang di provinsi disebut Panwas Pemilu
Provinsi, di kabupaten/kota disebut Panwas Pemilu Kabupaten/Kota, dan di kecamatan
disebut Panwas Pemilu Kecamatan.
Karena pelanggaran dan kecurangan pemilu yang terjadi pada Pemilu 1971
jauh lebih masif. Protes-protes ini lantas direspons pemerintah dan DPR yang
4
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
5
didominasi Golkar dan ABR. Akhirnya muncullah gagasan memperbaiki undang-
undang yang bertujuan meningkatkan ‘kualitas’ Pemilu 1982.
Bakal calon anggota dewan yang diajukan oleh masing-masing Partai Politik
selanjutnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan verifikasi terhadap data-data
bakal calon yang diajukan tersebut. Kemudian tahap selanjutnya adalah penetapan
calon tetap anggota dewan yang telah lolos verifikasi yang dilakukan oleh KPU.
Di samping hak yang dimiliki oleh calon anggota legislatif , juga memiliki
Kewajiban, yaitu seluruh calon anggota legislatif mulai dari tingkat Kabupaten/ Kota,
Provinsi dan DPR RI wajib mengikuti dan mentaati peraturan dan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh KPU.
Di antara Kewajiban yang harus ditaati adalah, bahwa semua calon anggota
legislatif harus mengikuti tahap-tahap Pemilihan umum yang telah ditentukan oleh
5
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
6
KPU. Di antaranya adalah harus mengikuti ketentuan masa kampanye, apabila belum
waktunya maka semua calon anggota legislatif tidak dibolehkan melakukan
kampanye.
Bagi calon anggota legislatif mempunyaii hak untuk mengikuti semua tahapan
Pemilihan sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Bagi setiap warga
negara berhak untuk dipilih sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yakni sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan oleh undang- undang.
Di samping itu Bagi calon anggota legislatif juga mempunyai hak untuk
diperlakukan sama oleh penyelenggara Pemilihan umum dalam hal mengikuti tahapan
Pemilihan umum yang telah ditentukan. Oleh karena tu setiap calon anggota legislatif
harus bisa menggunakan haknya dalam Pemilihan umum, karena hak dipilih adalah
merupakan hak Bagi setiap warga negara yang memenuhi persyaratan.
Tentunya persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon anggota legislatif adalah
diatur melalui Partai Politik yang akan mengusulkannya sebagai calon anggota
legislatif sesuai dengan tingkatannya. Dengan demikian semua tahapan Pemilihan
umum sudah ditentukan oleh undang-undang dan disampai kan kepada Partai Politik
perserta Pemilu .6
7
harus dipenuhi oleh setiap calon, tanpa ada data yang dimanipulasi atau dipalsukan,
karena apabila ketahuan dapat didiskualifikasi atau tidak dapat ikut serta sebagai calon
anggota legislatif .
Oleh karena itu yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan Pemilu
adalah proses dari Pemilu itu sendiri, yaitu mekanisme yang harus dijalankan dalam
Pemilu , seperti penentuan calon, kepanitiaan, saksi-saksi, cara kampanye dan
sebagainya. Sehingga dalam pelaksanaan Pemilu tersebut dapat mendekati kejujuran
dan keadilan. 7
Sedangkan yang terpenting dalam suatu negara hukum ialah Bagiamana upaya
untuk mempertahankan konsep demokrasi dan kedaulatan rakyat. Untuk itu semua
pihak harus saling bekerja sama untuk memantau jalannya tahapan Pemilihan umum.
Apabila tugas dan wewenang dari panwaslu dapat dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan undang-undang, maka diharapkan setiap tahapan penyelenggaran Pemilihan
umum tersebut dapat terlaksanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.
8
Morrison, Hukum Tata Negara RI Era Reformasi, Ramdina Prakarsa, Jakarta, 2005.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Suatu metode yang dgunakan dalam penelitian ini adalah metode sosologs atau
emprs yang mana metode penelitian sangatlah menentukan keberhasilan dalam suatu
penelitian sebagai berikut :
Jenis penelitian ini adalah tergolong kepada Field Research. Sedangkan sifat penelitian
adalah bersifat deskriptif. Menurut Soerjano Soekanto maksud dari Deskriptif ialah
penelitian yang di maksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin dan dalam
hal ini tentunya akan memberikan gambaran tentang fungsi dan kewenangan Panitia
pengawas Pemilihan dalam pelaksanaan Pemilihan dewan perwakilan di Kabupaten
Merangin
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah Panitia pengawas Pemilu di
Kabupaten Merangin . Sedangkan objeknya adalah tugas dan wewenang pengawas
Pemilu .
9
Dalam penelitian ini sampel yang dipilih dengan menggunakan metode
Purposve Sampling, dari 12 perwakilan Partai, maka yang diambil 20% yaitu sebanyak
5 orang, yakni ditunjuk langsung oleh peneliti sesuai dengan data yang hendak
dperoleh.
Adapun Jenis sumber data dalam penelitian di Bagi kedalam 2 Bagian yaitu
sebagai berikut:
a. Data primer, yaitu: adapun data primer dalam penelitian adalah data yang penulis
peroleh secara langsung dengan mengajukan wawancara dan angket terhadap
sample dalam penelitian.
b. Data skunder, yaitu: merupakan data yang sudah jadi atau merupakan data yang
sudah ada sebelumnya. Data sekunder merupakan data yang penulis peroleh
dengan mengumpulkannya melalui buku-buku, peraturan perundang- undangan,
serta sumber lain yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.
6. Analisa Data
Adapun analisa yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini terhadap data
yang ada berupa dokumen yang didapat dari Panitia pengawas Pemilihan di Kabupaten
10
Merangin yang dikumpul serta hasil wawancara, Kemudian untuk selanjutnya diolah
dan disajikan serta dibahas berdasarkan permasalahan yang diteliti dalam hal bentuk
uraian kalmat yang rinci, yang dihubungkan dengan ketentuan perundang-undangan
dan peraturan pemerintah yang berlaku dan pendapat para ahli hukum.
11
BAB V
HASIL YANG DI CAPAI
A. Hasil
1. Peran Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten
Merangin Dalam Menyelesakan Pelanggaran Pemilihan Umum Serentak
Tahun 2019.
Peran merupakan tindakan atau perlaku yang dilakukan oleh seseorang yang
menempati suatu posisi didalam status sosial, syarat-syarat peran mencakup 3 (tiga)
hal, yaitu:
9
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.
12
menjelaskan bahwa bentuk tindak lanjut dari peran yang dilakukan oleh
Bawaslu yang dalam menangan Pelanggaran yang terjadi berbeda sesuai
dengan bentuk Pelanggaran yang terjadi , berikut bentuk tindak lanjut
penanganan Pelanggaran yang dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten Merangin
berdasarkan Jenis Pelanggaran.
2. Pelanggaran Administrasi.
13
Tabel Data Penanganan Pelanggaran Administrasi
14
Melalui tabel datas diperlhatkan bahwa 4 kasus Pelanggaran administrasi datas
memenuhi syarat dalam kritera penanganan Pelanggaran adminitrasi dan telah di
identifikasi oleh Bawaslu Kabupaten Merangin Berikut bentuk tindak lanjut
penanganan Pelanggaran yang dilakukan oleh bawaslu Kabupaten Merangin lebih
jelas dilanjutkan oleh Bapak Yasrl, MA, POL dalam wawancara berikut:
10
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.
15
2. Dalam melakukan pemeriksaan pendahuluan, majelis pemeriksa dapat
mengundang pelapor untuk hadir dalam pemeriksaan pendahuluan.
3. Hasil pemeriksaan pendahuluan temuan atau laporan dugaan Pelanggaran
administrasi Pemilu dputuskan dalam rapat pleno majelis pemeriksa .
4. Rapat pleno majelis pemeriksa menetapkan putusan hasil pemeriksaan
pendahuluan temuan atau laporan dugaan Pelanggaran administrasi Pemilu
atau Pelanggaran administrasi Pemilu TSM terdiri atas:
a. Temuan atau dugaan laporan dugaan Pelanggaran administrasi Pemilu atau
Pelanggaran administrasi Pemilu TSM tidak dapat diterima dan tidak
ditindak lanjut karena tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2); atau
b. Temuan atau laporan dugaan Pelanggaran administrasi Pemilu atau
Pelanggaran administrasi Pemilu TSM diterima dan ditindak lanjut
dengan sidang pemeriksaan.11
11
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.
16
Tabel. Data Penanganan Pelanggaran Kode Etik
17
“Jad dalam kasus yang terjadi pada Pelanggaran kode etik pada Pemilihan
umum serentak tahun 2019 kemarn Kasus yang dlaporkan oleh masyarakat seperti
yang pertama yaitu adanya laporan dari warga wahyud dan ed wdodo yang dmana
dalam laporanya mereka sampai akan menyatakan adanya Pelanggaran kode etik ,
namun setelah dilakukan pemeriksaan tidak dtemukan Pelanggaran kode etik sesuai
dengan undang-undang DKPP nomor 2 tahun 2017. Sehingga kasus tersebut tidak
dapat dproses karena tidak mengandung unsur Pelanggaran dan tidak dapat dproses
lebih lanjut dan dberhentkan”
“sebagai masyarakat kta kut serta dalam menjaga atau kut serta mengawal
berjalan nya proses Pemilihan umum saya melhat adanya Pelanggaran kode etik
Sehingga saya melaporkannya kepada Bawaslu, namun setelah dilakukan
pemeriksaan Bawaslu mengeluarkan putusan bahwa laporan yang saya sampkan
bukan terima suk Pelanggaran, mesk demikian saya rasa tu dapat dijadikan sebagai
wawasan untuk kedepannya dan laingkah yang diambil oleh Bawaslu saya rasa sudah
cukup tanggap namun perlu melakukan edukas kepada masyarakat agar lebih paham
mengenail Pelanggaran yang terjadi pada Pemilu yang akan datang”
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Pihak Bawaslu dan
masyrakat (pelapor) penulis dapat menympulkan bahwa dalam hal n Pelanggaran yang
terjadi dan telah dlaporkan oleh masyarakat kepada Bawaslu tidak dapat d lainjutkan
karena kasus yang dlaporkan bukan merupakan suatu Pelanggaran, dan dalam hal n
penulis menla bahwa hal n terjadi karena masyarakat kurang paham mengenail Jenis
18
Pelanggaran dkarenakan kurangnya edukas (pengetahuan) tentang Pelanggaran Pemilu
dar Bawaslu.
19
Berdasarkan data Pelanggaran datas Pelanggaran pidana Pemilihan umum
semuanya dberhentkan dtahap ke 2 (dua) yang membuat ngn mengetahui Bagiamana
tindak lanjut penanganan yang dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten Merangin padahal
dtahap sebelumnya terima suk pada kategor Pelanggaran. Selanjutnya untuk
memperjelas penanganan yang dilakukan oleh Bawaslu dalam menangan kasus
Pelanggaran tersebut penulis melakukan wawancara dengan Bapak Yasrl belau
menjelaskan:
20
“Bahwa dalam melaksanakan tindak lanjut penanganan Pelanggaran pidana
Pemilu Bawaslu bekerja sama dengan Sentra Gakkumdu, jad dalam proses
penanganan kasus nya selalu berdasarkan tahapan yang mana tahap pertama kasus
yang d temukan atau disampai kan kepada bawaslu akan d identifikasi terlebih dahulu
oleh Bawaslu Kemudian setelah drasa kasus tersebut cukup bukt maka akan
dlmpahkan ke sentra gakkumdu untuk dibahas bersama, namun setelah dibahas
bersama kasus yang d identifikasi tad akan dilakukan kembal penyeldkan oleh pihak
kepolsan namun dengan cara yang bebeda Sehingga kasus yang telah d identifikasi
tad oleh Bawaslu bisa jad tidak menjadi kasus Pelanggaran karena cara dan metode
penyeldkan yang dilakukan oleh kepolsan dengan cara penyeldkan yang berbeda”
“memang betul nama saya sempat terseret bahkan sampai d mnta hadir ke
kantor Bawaslu pada tahap 1 penyeldkan terkat kasus Pelanggaran Pemilu yang
mereka blaing saya melakukan Pelanggaran padahal setahu saya tidak berialah
dkarenakan kampanye yang dsebutkan tersebut tidak benar adanya karena kejadan
sebenarnya yaitu bahwa kebetulain memang SDN 18 yang dimaksud tersebut
bersampingan dengan rumah saya dan sebagai Caleg yang kut bertarung dkontestas
Politik saya memasang baliho dsektar rumah saya dan Kemudian tidak taunya ada
orang yang melaporkan ke Bawaslu bahwa saya melakukan kampanye dtempat
pendidikan padahal tu hanya sepanduk yang terpasang d sektar pekarangan saya yang
21
kebetulain bersebelahan dengan sekolah tersebut, selain tu tidak mungkinlah saya
melakukan kampanye kapada anak-anak yang belum memiliki hak suara”
22
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan di atas, penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan tugas dan wewenang Panwaslu dalam Pemilu legislatif yang akan
dilaksanakan telah berjalan dimulai dari pemantauan dan pengawasan terhadap
pemutakhran data pemlh, persyaratan dan tata cara pencalonan anggota DPR, DPD,
dan DPRD, dan proses penetapan calon anggota DPR,DPD, dan DPRD. Dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya panwaslu Kabupaten Merangin telah
bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ada beberapa temuan dan laporan
dari masyarakat yang berhubungan dengan persyaratan pencalonan anggota DPRD
tetap sifatnya hanya administrasi dan tidak sampai kepada Pelanggaran pidana,
Sehingga hanya perbakan saja terhadap kekurangan administrasi yang dperlukan
oleh calon anggota DPR, DPD, dan DPRD.
2. Hambatan atau kendala yang dihadapi oleh anggota Panwaslu Kabupaten Merangin
dalam melaksanakan tugasnya antara lain, adalah mengenai sulitnya untuk
menertibkan baliho, stiker dan gambar yang telah dipasang oleh para caleg di
sepanjang jalan di Kabupaten Merangin , sedangkan waktu kampanye baru akan
dilaksanakan beberapa bulan ke depan. Kemudian juga masalah kekurangan biaya
atau anggaran yang diperuntukkan Bagi Panwaslu, pemerintah kota sering
terlambat dalam melakukan pencaran anggaran, dengan demikian pelaksanaan
pengawasan sampai ke tingkat kecamatan mengalam kendala, karena para anggota
panwas sudah pasti memerlukan anggaran dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Rozal Abdullah, Pelaksanaan Otonom Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung, PT. Raja Grafndo Persada, Jakarta, 2005.
Morrson, Hukum Tata Negara RI Era Reformas, Ramdna Prakarsa, Jakarta, 2005.
Ganjar Razun, Sebuah Koreksi Konstruksi Reformasi Hasil Pemilu 1999, Unas Press,
Jakarta, 2001
24