Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dengan menyebut nama Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang Serta RidhaNya,  Saya panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah Memberikan/melimpahkan rahmat,
hidayah serta inayah-Nya yang tidak terhingga kepada saya , sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah mengenai Pilkada DKI JAKARTA dan manfaatnya untuk
masyarakat .
Makalah ini telah Saya susun dengan maksimal dengan ditambah pengalaman
saya sebagai Pengawas Pemilu dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada dosen mata Kuliah ini Drs. Dadi J Iskandar S.Sos,M.A.P
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini .
Terlepas dari semua itu, Saya sangat menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya  berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

   

                        Bandung, 20 November 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

  LATAR BELAKANG
Indonesia  adalah  negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi pada suatu Negara-negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk
atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara di Indonesia adalah sebagai
perwujutan upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan  warga  negara) atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah  negara tersebut . Dalam prakteknya secara
teknis yang dapat menjalankan kedaulatan rakyat indonesia adalah pemerintahan
eksekutif yang dipilih secara  langsung oleh rakyat dan wakil-wakil rakyat di lembaga
perwakilan rakyat atau  parlemen. Perwakilan rakyat tersebut yang bertindak untuk
dan atas nama rakyat, yang secara politik menentukan corak dan cara bekerjanya
pemerintahan, serta tujuan yang hendak dicapai baik dalam jangka panjang maupun
jangka pendek. Agar para wakil rakyat tersebut dapat bertindak atas nama rakyat,
maka wakil-wakil rakyat harus ditentukan sendiri oleh rakyat.
Pemilihan umum adalah sebuah alat untuk melakukan pendidikan politik bagi
warga negara agar mereka memahami hak dan kewajibannya. Dengan adanya 
pemilihan umum maka masyarakat dapat mewujudkan aspirasinya yang disalurkan
melalui partai politik. Secara umum tujuan pemilihan umum adalah untuk
memungkinkan peralihan pemerintahan secara tertib dan aman, untuk melaksanakan
kedaulatan rakyat, dan dalam rangka melaksanakan hak azasi warga negara.
Dalam pemilihan umum diperlukan partisipasi politik. Dimana pengertian
partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara
aktif dalam kehidupan politik dengan jalan memilih pemimpin negara dan kebijakan
pemerintah. Menurut Mc Closky dalam dalam International Encyclopedia of The
Social Science  adalah partisipasi  politik  adalah kegiatan-kegiatan yang sukarela
dari warga negara untuk mereka mengambil bagian-bagian dalam proses pemilihan
penguasa dan secara langsung  atau tidak langsung dalam proses pembuatan
kebijakan umum. Akan tetapi dalam konteks pemilihan umum, terdapat sejumlah 
persoalan mengenai data pemilih yang tidak tepat dan ganda. Padahal, data pemilih
menjadi hal terpenting dalam Pemilukada dikarenakan acara 5 tahun tersebut menjadi
ajang pesta rakyat yang dari, diolah dan diperuntukkan oleh rakyat.
TINJAUAN PUSTAKA

Fenomena  adalah  suatu  kejadian  atau  peristiwa  yang  tidak  biasa  akan 
tetapi  nyata ada dan terjadi. Fenomenologi berusaha untuk menyingkapkan fungsi-
fungsi laten  yang  tersembunyi  dalam  setiap  tindakan-tindakan sosial  atau  fakta 
sosial  ( Bachtiar,  2006:152  ). Di Indonesia, data pemilih atau daftar pemilih tetap
( DPT ) menjadi masalah yang selalu berlarut-larut pada saat Pemilu maupun
Pemilukada.  Menurut sumber berita yang dikutip dari pemberitaan yang penulis baca
(http://nasional.news.viva.co.id/news/read/332144-kisruh-daftar-pemilih-ancam
pilkada-dki), Berita ini menyebutkan bahwa daftar pemilih tetap masih menjadi
kendala Pemilukada di tanah air ini terutama DKI Jakarta. Banyaknya data pemilih
ganda, atau belum terdaftarnya pemilih sebagai pemilih tetap menjadikan batu
sandungan untuk menciptakan azas Pemilu yang LuBerJurDil. Denga begitu,
dibutuhkan kelugasan, ketepatan, kecermatan dan koordinasi antar instansi terkait
yang dalam hal ini KPU dan Kementrian Dalam Negeri menjadikan Pemilukada
khususnya DKI Jakarta yang tidak terdapat kisruh tentang data pemilih atau Daftar
Pemilih Tetap (DPT) agar menghasilkan Pemilukada yang LuBerJurDil.     

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
·    Apa itu Pemilukada ?
·    Bagaimana Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017?
·    Apa yang menjadikan Dasar Hukum Pemilukada?
·    Apa itu Daftar Pemilih Tetap ?
·    Apa yang menjadikan dasar kisruh Daftar Pemilih Tetap dalam Pemilukada DKI
Jakarta ?
·   Apa solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah kisruh Daftar Pemilih
Tetap?
·     Bagaimana Pelaksanaan Pemilukada?
·     Bagaimana Kelebihan dan Kelemahan Pemilukada?

BAB II 
ISI

PENGERTIAN PEMILUKADA
Setiap Daerah di Indonesia pasti mempunyai Pemimpin diantaranya adalah
Gubernur dan wakil Gubernur, Bupati
/wakil Bupati dan Walikota dan wakil Walikota . Nah untuk memilih pemimpin
tersebut maka pemerintah pusat melaksanakan pemilihan langsung yang dilakukan
oleh rakyat dalam satu daerah. Pemilihan ini biasa disebut sebagai PILKADA. 
Pemilihan kepala daerah atau yang biasa disebut PILKADA atau Pemilukada
dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang
memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan
wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang antara lain
Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi di Indonesia, Bupati dan wakil bupati
untuk kabupaten, serta Wali kota dan wakil wali kota untuk kota.
Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan
KPU Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum
(Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota. Sedangkan Khusus untuk daerah
Aceh, Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) dengan
diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Aceh (Panwaslih Aceh).
Pengertian Lain tentang Pilkada adalah Pemilihan Gubernur dan pemilihan
Bupati/Walikota yang merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di provinsi
dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur dan Bupati/Walikota berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga dapat disebut konstituen, dan
kepada merekalah para peserta Pemilihan Umum yang menawarkan janji-janji politik
dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu
yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.
Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang
Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang pemilihan
umum yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan
disosialisasikan ke para pemilih.
Azas pemilu.
Pemilu diselenggarakan secara demokratis, Jujur dan transparan, jujur dan adil
dengan mengadakan suatu pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum,
bebas, dan rahasia .
Jadi berdasarkan Undang-undang tersebut Pemilu menggunakan azas sebagai
berikut :
·       Jujur      
Penyelenggara atau pelaksana pemilihan umum, pemerintah dan partai politik peserta
Pemilu, pengawas, dan pemantau Pemilu, termasuk pemilih serta semua pihak yang
terlibat secara tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
·       Adil
Berarti dalam penyelenggaraan Pemilihan umum setiap pemilih dan Partai politik
peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak
manapun.
·       Langsung  
Yaitu rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya
sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.
·       Umum
Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia,
yaitu sudah berumur 17 tahun atau telah pernah kawin, berhak ikut memilih dalam
Pemilu. Warga negara yang sudah berumur 21 tahun berhak dipilih.
·       Bebas        
Setiap warga negara yang memilih menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan
dari siapapun. Dalam melaksanakan setiap Hak-haknya setiap warga negara dijamin
keamanannya, sehingga kita semua dapat memilih sesuai dengan apa yang kehendak
hati nurani dan kepentingannya.
·       Rahasia      
Yang berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya  tidak
akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Azas rahasia ini tidak
berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat pemungutan suara yang secara
suka rela bersedia mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun.

A.    Pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta tahun 2017


Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub Jakarta 2017 atau
Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada 15 Februari 2017 dan 19 April 2017 untuk
menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022. Ini
merupakan pemilihan kepala daerah ketiga bagi Jakarta yang dilakukan secara
langsung menggunakan sistem pencoblosan. Jadwal pemilihan periode ini dimajukan
dari jadwal pemilihan periode sebelumnya, yaitu 11 Juli karena mengikuti jadwal
Pilkada Serentak gelombang kedua pada 2017.
Berdasarkan peraturan, hanya partai politik yang memiliki 22 kursi atau lebih di
DPRD Jakarta yang dapat mengajukan kandidat. Partai politik yang memiliki kursi
kurang dapat mengajukan calon hanya jika mereka telah memperoleh dukungan dari
partai politik

B.    Calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017


    No urut           : 1
-   Calon Gubernur                      : Agus Harimurti Yudhoyono
- Calon Wakil Gubernur           : Sylviana Murni

Partai Politik Pendukung       :


  Partai Demokrat
Partai Persatuan Pembangunan
Partai Kebangkitan Bangsa
Partai Amanat Nasional

     No Urut          : 2


- Calon Gubernur                      : Basuki Tjahaja Purnama
-   Calon Wakil Gubernur           : Djarot Saiful Hidayat
Partai Politik Pendukung       :
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
  Partai Hati Nurani Rakyat
  Partai Golongan Karya
  Partai Nasional Demokrat

No Urut          : 3
- Calon Gubernur                      : Anis Rasyid Baswesdan
-  Calon Wakil Gubernur           : Sandiaga Salahuddin Uno
Partai Politik Pendukung       :
Partai Gerakan Indonesia Raya
Partai Keadilan Sejahtera

C.    Hasil Pemilihan Umum Resmi

Cagub-Cawagub Putaran 1 Putaran 2


Pemilih  % Pemilih  %
Ahok – Djarot 2.364.57 42,99% 2.350.366 42,04%
7
Anies – Sandi 2.197.33 39,95% 3.240.987 57,96%
3
Agus – Sylvi 937.955 17,06% N/A
Jumlah suara sah 5,499,86 100,00% 5.591.353 100,00%
5

Dasar Hukum Pemilukada


Pelaksanaan Pemilu di Indonesia didasarkan pada landasan berikut :
a.      Landasan Ideal, yaitu Pancasila terutama sila Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.
b.     Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945 yang termuat di dalam :
·      Pembukaan alinea keempat.
·      Batang tubuh pasal 1 ayat 2.
·      Penjelasan umum tentang sistem pemerintahan negara.
c.      Landasan Operasional, yaitu GBHN yang berupa ketetapan-ketetapan MPR
serta peraturan perundang-undangan lainnya.
Dalam penyelenggaraan PILKADA telah diatur dalam Undang-Undang berikut
adalah Dasar Hukum Penyelenggaraan PILKADA yang antara lain adalah :
1.     Undang-undang (UU) Nomor: 32 tentang Pemerintah Daerah
2.     Undang-undang (UU) Nomor: 32 tentang Penjelasan Pemerintahan Daerah
3.     Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 17 tentang PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN,
PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA
DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH
4.     PP Pengganti UU Nomor: 3 tentang PERPU NO 3 TAHUN 2005
A.  Pengertian Daftar Pemilih Tetap (DPT)
Daftar Pemilih Tetap (DPT) adalah data kependudukan milik pemerintah dan
pemerintah daerah yang telah dimutakhirkan oleh KPU untuk keperluan pemilu. DPT
ditetapkan oleh KPU kabupaten/kota. Data kependudukan sendiri terdiri dari data
penduduk dan data penduduk potensial Pemilih Pemilu (DP4). Jadi, dalam
menetapkan DPT KPUD menggunakan data-data kependudukan yang diberikan
pemerintah dan pemerintah daerah melalui Dinas Kependudukan melalui Direktorat
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementraian Dalam Negeri. Mereka akan
memilih masyarakat sesuai kriteria untuk menjadi daftar pemilih tetap yang akan
memilih calon pemimpin mereka masing-masing.
B.  Keakuratan DPT
Penetapan daftar pemilih tetap (DPT) dalam Pemilukada merupakan salah satu
tahapan yang paling krusial dalam menjamin terlaksananya pemilu yang berkualitas,
demokratis, serta jujur dan adil.
Akurasi data pemilih merupakan prasyarat mutlak yang harus dipenuhi oleh Komisi
Pemilihan Umum Daerah (KPUD) dalam melaksanakan demokrasi elektoral. Akurasi
daftar pemilih akan menentukan legitimasi dari Pemilukada DKI Jakarta. Disana
terdapat hak konstitusional warga negara yang dijamin oleh undang-undang untuk
ikut memilih dan dipilih (rights to vote and rights to be candidate).
Kisruh tentang DPT bukan merupakan hal baru dalam pemilu di Indonesia. Sejak
pemilu tahun 1999 sampai 2014, DPT memang selalu menjadi catatan tersendiri.
Sebagai contoh, Tahun 2004 menurut survei Jaringan Universitas dan Lembaga
Swadaya Masyarakat tercatat sebanyak 9% pemilih tidak terdaftar. Sedangkan tahun
2009 merupakan pemilu dengan DPT paling amburadul, jutaan warga tidak dapat
memilih karena tidak terdaftar dalam DPT.
Contoh lain pemilu tahun 2014 yang lalu, KPU menyebutkan bahwa rekapitulasi DPT
33 Provinsi menghasilkan 545.362 TPS, serta dari 80.801 desa / kelurahan, 496
kabupaten / kota, total pemilih dalam DPT berjumlah 186,8 juta orang. Sedangkan
daftar pemilih versi DP4 Kemendagri berjumlah 190 juta orang. Terdapat selisih
sekitar 4 juta daftar pemilih antara data KPU dan Kemendagri.
Data DPT yang disajikan oleh KPU dan KPUD ternyata masih belum valid, karena
berdasarkan Meskipun KPU dan KPUD menyatakan data yang valid adalah data yang
terdapat dalam Sidalih, akan tetapi secara legal formal, yang harus dijadikan dasar
penetapan DPT nasional adalah data yang ditetapkan oleh KPU kabupaten/kota.
Disamping data yang belum sinkron, Bawaslu juga masih menemukan sekitar 11.000
data pemilih yang bermasalah, diantaranya karena NIK ganda, NIK kosong, status
perkawinan tidak terisi bahkan hingga pemilih fiktif.
Persoalan krusial dari tahapan pemilu–berkaca dari pemilihan sebelumnya–selalu
berkutat pada masalah daftar pemilih. Seharusnya semua pihak, baik KPU dan Badan
Pengawas Pemilu Serta KPUD, pemerintah, maupun DPR, atau partai-partai peserta
pemilu, memberi perhatian serius kepada akurasi daftar pemilu. Akurasi daftar
pemilih harus betul-betul terjamin.

C.  DPT dan Partisipasi Politik


KPU dan KPUD telah bergerak selangkah menuju Pemilukada pada tahun 2017
khusus DKI Jakarta. Setiap tahun daftar pemilih tetap semakin bertambah jumlahnya
dikarenakan semakin banyaknya para pemilih pemula yang terdaftar sebagai DPT
baru. Namun, sayangnya tren kenaikan jumlah pemilih tidak sebanding dengan
partisipasi politik pemilih tetap . Partisipasi politik justru dapat menurun bahkan
anjlok. Penurunan tersebut menurut data mengalami penurunan partisipasi politik
hingga rata-rata 20%-40%.
Hal ini dikarenakan bahwa para pemilih pemula ataupun pemilih lama merasa bahwa
suara mereka untuk Pemilukada tidak besar memengaruhi hasil Pemilukada itu
sendiri. Pada situasi psikologis-politis seperti ini yang akan dilangsungkan serentak
pada tahun 2017 untuk Pemilukada DKI Jakarta, kita mendorong KPU membersihkan
daftar pemilih tetap (DPT) bermasalah. Bermasalah dalam arti DPT tidak terdapat
nomor induk kependudukan (NIK) yang tidak standar. Padahal kehadiran KTP
elektronik dengan satu nomor identitas seharusnya bisa mencegah manipulasi data
diri.
Semangat rakyat Indonesia khususnya DKI Jakarat untuk berpartisipasi dalam dunia
politik harus digairahkan pada Pemilukada serentak nanti. Di Indonesia, memilih
adalah hak bukan kewajiban. KPU dan partai politik harus ikut mendorong pemilih
apatis menjadi pemilih partisipatif dengan menghadirkan caleg dan pemimpin yang
memberikan harapan baru, bukan sekedar janji-janji manis belaka.
D. Potensi Golput
Permasalahan DPT akan berdampak pada meningkatnya masyarakat Golongan Putih
(Golput). Sikap masyarakat yang seperti itu wajar saja terjadi mengingat
semrawutnya DPT yang tak kunjung terselesaikan. Sikap apatis masyarakat itulah
yang pada akhirnya membuat pemilu terancam gagal.  Sebab, ketika apatisme
masyarakat semakin tinggi dan luas terhadap pelaksanaan pemilu mengingat DPT-
nya yang bermasalah, dengan sendirinya angka golput akan tinggi pula. Apa yang
diharapkan dari pemilu yang DPT-nya belum jelas.
Jika kondisi itu tidak disikapi secara serius dan diimbangi dengan pembenahan,
bukan tidak mungkin potensi golput pada pemilukada nanti akan meningkat drastis.
Meski masyarakat apatis terhadap perilaku politisi sebagai calon gubernur dan wakil
gubernur dan parpol, golput bukan solusi. Pada akhirnya hal itu akan membuat
politisi-politisi jadi teralienasi dan hanya asyik dengan diri sendiri. “Jika itu yang
terjadi, negara dan bangsa amat dirugikan”. Jika penyelenggaraan pemilu dianggap
baik, masyarakat akan menyalurkan haknya dengan baik pula.
Ada berbagai faktor yang berdampak munculnya DPT bermasalah. Karenanya,
masalah ini memang tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada KPU dan KPUD.
Pengawasan terhadap pemilukada merupakan kewajiban dan kewenangan seluruh
pemangku kepentingan, termasuk parpol dan pasanagan calon. Kisruh soal jumlah
DPT ini sekaligus menjadi sinyalemen bahwa parpol ikut terlibat untuk menjamin hak
politik masyarakat.
E.  Solusi untuk Permasalahan DPT
Masalah DPT ini menjadi maslah yang selalu berlarut-larut setiap penyelenggaraan
Pemilu dan Pemilukada. Hal ini seperti berlarut-larut tanpa adanya solusi yang
kongkret. Maka dari itu, dibutuhkan pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementrian Dalam Negeri untuk menghasilkan
data kependudukan yang baik, benar dan akurat berupa data e-KTP yang sedang
dibuat. Hal ini dibutuhkan untuk membantu KPU dan KPUD dalam hal ini dalam
menentukan DPT yang akurat dan yang terpenting benar tanpa ada permasalahan
seperti data ganda dan lain-lain. Dengan begitu, tidak ada lagi masalah DPT yang
menjadi penyakit Pemilukada khususnya DKI Jakarta agar tidak ada lagi sengketa
hasil Pemilukada dan dapat diselesaikan tepat waktu.
Untuk masalah DPT mengenai angka golput yang tinggi pada setiap Pemilukada,
diperlukan solusi tepat sasaran untuk mengurangi angka golput. Solusi tepat sasaran
untuk mengurangi angka DPT yang golput yaitu adalah sosialisasi-sosialisasi tentang
Pemilukada yang sangat gencar melalui media apa saja seperti media sosial, cetak dan
digital. KPU dan KPUD harus membuat sosialisasi yang menarik terutama DPT
pemula atau pemilih pemula yang baru pertama kali mendapatkan hak pilih untuk
menggunakan hak pilih mereka dalam Pemilukada di daerah mereka terutama
Pemilukada DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan pemilih pemula adalah suara terbanyak
dan penentu untuk menjadikan Pemilukada sukses. Dengan kedua solusi diatas,
semoga Pemilu dan Pemilukada yang menjadi sarana demokrasi masyarakat
Indonesia untuk memilih pemimpin dan wakil mereka menjadi sukses dan tanpa ada
permasaslahan sehingga para pempih (DPT) mendapatkan hasil pilihan mereka yang
terbaik tanpa ada kisruh dalam pelaksanaan dan hasil akhirnya.

Pelaksanaan Pilkada
A.  Tahap-tahap dalam Pemilukada
Kegiatan pilkada langsung dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu masa persiapan
dan tahap pelaksanaan. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 65 Undang-Undang No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pilkada dilaksanakan dengan melalui
dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap proses pelaksanaan. Masing-masing tahap
dilakukan berbagai kegiatan yang merupakan proses pilkada langsung. Pelaksanaan
tahap kegiatan haruslah berurutan.
1.   Tahap Persiapan 
Pada Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah disebutkan tahap persiapan terbagi menjadi lima pelaksanaan, yaitu:
a.      Pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah mengenai berakhirnya masa jabatan.
b.     Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan
Kepala Daerah.
c.      Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan
pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah.
d.     Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS, dan KPPS.
e.      Pembentukan dan pendaftaran pemantau

2.   Tahap Pelaksanaan 


Pada Pasal 65 ayat (3) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, tahap pelaksanaan yang terdiri dari enam buah kegiatan, yang masing-masing
merupakan rangkaian yang saling terkait, yaitu:
a.      Penetapan daftar pemilih.
b.     Pendaftaran dan penetapan calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah. 
c.      Kampanye.
d.     Pemungutan suara.
e.      Perhitungan suara.
f.      Penetapan pasangan calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah terpilih.
Kelebihan dan Kelemahan PILKADA
a.     Kelebihan
1.   Rakyat dapat memilih langsung calon pemimpin sesuai penilaian pribadi
masyarakatnya
2.   Tokoh bisa terpilih walaupun dukungan partai minim
3.   Masyarakat menjadi tergerak untuk turut serta aktif dalam proses pemilu
4.   Calon pemimpin terpilih mempunyai legitimasi tinggi karena dihasilkan oleh
proses demokrasi
5.   Pemimpin terpilih telah mempresentasikan atau keterwakilan dari rakyat
mayoritas
b.     Kelemahan
1.   Biaya yang dikeluarkan cukup besar.
2.   Sering terjadi konflik horizontal selama dilaksanakannya
3.   Sering terjadi partisipasi yang rendah dari masyarakat
4.   Konflik yang terjadi menimbulkan ketegangan di masyarakat
5.   Sering terjadi money politic
6.   Banyak terjadi korupsi yang dilakukan oleh calon terpilih
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pemilu atau Pemilukada adalah acara dan pesta demokrasi 5 tahun sekali yang
diselenggarakan oleh KPU dan KPUD pada setiap daerah maupun pusat untuk
mencari wakil maupun pemimpin di setiap daerah maupun pusat. Karena acara ini
diselenggarakan 5 tahun sekali, maka dibutuhkan kinerja antar lini, alat, kesiapan
yang matag, dan lin-lain utnuk mensukseskan penyelenggaraan acara demokrasi ini.
Namun, setiap penyelenggaraan Pemilu dan Pemilukada, banyak kendala yang
menjadikan acara ini tidak berhasil seratus persen. Mulai dari kampanye, kisruh antar
kubu calon, dan yang terbanyak adalah Daftar Pemilih Tetap (DPT).
DPT adalah suatu aspek vital pada Pemilu dan Pemilukada. DPT adalah
sekumpulan orang atau masyarakat yang mempunyai hak memilih pada
penyelenggaraan Pemilu atau Pemilukada. Namun, kisruh DPT seakan terlalu
berlarut-larut. Dari DPT ganda, angka partisipasi politik, dan angka golput menjadi
permaslaahan DPT. Padahal DPT menjadi aspek penentu hasil Pemilu atau
Pemilukada tersebut. Maka dari itu persoalan ini seperti dibuat berlarut-larut tanpa
ada solusi. Dengan begitu dibutuhkan solusi untuk menyelesaikan persoalan ini.
Solusi tersebut yaitu saling terintegrasiny data DPT dengan data
kependudukan yang dimiliki oleh pemerintah melalui Direktorat Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kementrian Dalam Negeri. Maka dari itu, dibutuhkan data
kependudukan yang akurat tanpa adanya data penduduk ganda yang mengakibatkan
DPT bermasalah yang sering bermunculan. Selain itu, dibutuhkan sosialisasi dan
ajakan yang sangat menarik untuk para DPT terutama kepada pemilih pemula untuk
menggunakan hak pilih mereka dalam Pemilu atau Pemilukada. Semoga pada
akhirnya, permasalahan mengenai DPT menjadi terminimalisir bahkan hilang dan
menciptakan Pemilu dan Pemilukada yang sukses dengan hasil yang sangat baik
untuk semua elemen masyarakat yang merayakannya.
Saran
KPU dan semua elemen yang bertanggungjawab terhadap pemilu harus segera
menyelesaikan permasalahan DPT (daftar Pemilih Tetap ). Jangan sampai ada rakyat
yang tidak bisa memberikan suaranya hanya karena namanya tidak tercantum dalam
DPT. Selain itu, KPU harus juga terus tingkatkan kinerja terutama dalam bidang DPT
dengan semakin dekatnya Pemilukada serentak pada tahun 2017 mendatang.
Masyarakat juga jangan selalu menyalahkan KPU karena untuk mengurus
DPT seluruh Indonesia bukanlah hal yang mudah. Selain itu, masyarakat harusnya
lebih bijak untuk menggunakan hak pilihnya dengan tidak golput dan iikut membantu
mensosialisasikan Pemilukada agar acara demokrasi 5 tahun itu berjalan sukses
sesuiai azas Pemilu yang Luberjurdil.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kemitraan.or.id/sites/default/files/Buku_09_Meningkatkan%20Akurasi
%20Daftar%20Pemilih.pdf
https://data.kpu.go.id/dpt2015.php
http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-
ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2015/06/JURNAL2.pdf
https://www.scribd.com/doc/83432290/1-Daftar-Himawan-Estu-Bagijo-Oktober-
2010
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=281415&val=7175&title=EKSISTENSI%20PEMILUKADA%20DALAM
%20RANGKA%20MEWUJUDKAN%20PEMERINTAHAN%20DAERAH
%20YANG%20DEMOKRATIS
http://tutiyuniatun.blogspot.co.id/2014/02/makalah-permasalahan-dpt-pada-
pemilu.html
Muhammad Zulfan Hakim, Universitas Hasanuddin, 2012, Demokrasi Dalam Pilkada
Indonesia
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4068/DEMOKRASI
%20DALAM%20PILKADA%20DI%20INDONESIA%20%28Jurnal%20Humanis
%20UNM%29.pdf?sequence=1

Anda mungkin juga menyukai