MAKALAH
Disusun Oleh :
TAHUN 2023
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda alam ya’ni Nabi Muhammad
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu menyelesaikan
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekukarangan di dalamnya. Oleh sebab itu, saran dan
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................(i)
DAFTAR ISI..............................................................................................................(ii)
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
PEMBAHASAN............................................................................................................7
A. Pengertian Pemilu.................................................................................................7
B. Sejarah Pemilu di Indonesia..................................................................................9
C. Fungsi dan Tujuan Pemilu...................................................................................13
D. Asas-asas Pemilu.................................................................................................19
E. Pentingnya Pemilu...............................................................................................21
F. Sistem Pemilu di Indonesia.................................................................................21
BAB III........................................................................................................................26
PENUTUP...................................................................................................................26
A. Kesimpulan.........................................................................................................26
B. Saran....................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bernegara sudah pasti tidak asing dengan pemilihan umum
atau yang biasa disingkat dengan PEMILU. Pemilu ini merupakan suatu hal yang
wajib ada dalam negara yang menganut sistem demokratis kerakyatan seperti
Indonesia ini. Ajang pemilu ini menjadi puncak demokrasi bagi setiap warga
negara demokrasi, karena mayoritas atau bahkan semua petinggi negara dapat
dipilih secara langsung oleh rakyat yang tentunya terdapat beberapa prosedur dalam
pemilu. Badan negara yang biasa dipilih langsung oleh rakyat di Indonesia adalah
badan Legislatif dan Eksekutif.1 Legislatif dalam hal ini adalah DPR, DPRD,
dari penerapan sila keempat Pancasila dan pasal 1 (2) UUD Negara Republik
daerah.Pemilihan umum di Indonesia sejak 1955 hingga saat ini yang terakhir di
Pemilu serentak 2019 mengalami banyak sekali perubahan dari aspek kerangka
1
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Gramedia Widya Sarana,Jakarta: 1992,hal.181
5
pemberian hak suara oleh masyarakat yang telah mempunyai hak pilih. Boleh
itu lebih baik. Sebaliknya, tingkat partispasi yang rendah pada umumnya dianggap
sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga
tidak menaruh perhatian terhadap negara. Pemilihan umum tidak lahir tanpa tujuan
tetapi untuk memilih para wakil rakyat dalam rangka mewujudkan pemerintah dari,
oleh, dan untuk rakyat. Untuk itu partisipasi masyarakat jelas di perlukan agar dapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemilu
2017. Pasal 1 angka 1 UU itu memuat tentang pengertian Pemilu, yang berbunyi
sebagai berikut:
"Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat
Daerah,Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
demokrasi dimana sebagai penentu wakil-wakil rakyat yang akan duduk pada suatu
2
Tim Redaksi BIP, Undang-Undang Pemilu 2019 Berdasarkan Undang-Undang NO 7 Tahun 2007
Tentang Pemilihan Umum, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2018), hlm, 3.
8
lembaga perwakilan rakyat yang juga memilih presiden dan wakil presiden termasuk
1. Moh. Kusnardi & Harmaily Ibrahim - Pemilihan umum merupakan sebuah cara
untuk memilih wakil-wakil rakyat. oleh karenanya bagi sebuah negara yang
2. Bagir Manan - Pemilhan umum yang diselenggarakan dalam periode lima 5 tahun
sekali adalah saat ataupun momentum memperlihatkan secara langsung dan nyata
pemerintahan oleh rakyat. Ketika pemilihan umum itulah semua calon yang bermimpi
3. Ali Moertopo - Pemilihan umum adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk
Secara teoritis pemilihan umum dianggap merupakan tahapan paling awal dari
3
Muhamad Erwin, Pendidikan Kewarganegaraan Republik indonesia, (Bandung: PT Refika
Aditama,cetakan ketiga 2012), hal. 141.
4
Kusnardi dan Ibrahim, op. cit., hal. 328.
5
Martha Eri Safira, Hukum Tata Negara, (Ponorogo: CV.Senyum Indonesia), hal.156
6
Ali Murtopo, Strategi Politik Nasional, CSIS, Jakarta: 1974, hlm.61
9
oleh beberapa sebab. Pertama, pendapat atau aspirasi rakyat mengenai berbagai aspek
kehidupan bersama dalam masyarakat bersifat dinamis, dan berkembang dari waktu
ke waktu.7
selanjutnya kata pemilu begitu akrab dengan masalah politik dan pergantian
Sehingga pemilu yang diselenggarakan tidak jauh dari masalah politik yang berkaitan
kemerdekaan. Semua pemilihan umum itu tidak diselenggarakan dalam kondisi yang
pemilihan umum tersebut. Dari pemilu yang telah diselenggarakan juga dapat
diketahui adanya usaha untuk menemukan sistem pemilihan umum yang sesuai untuk
sekarang:
7
Jimly Asshiddiqie, 2016. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. hlm.
415.
10
(tahun 1955). Pada pemilu ini pemungutan suara dilaksanakan 2 kali yaitu yang
pertama untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan September
dan yang kedua untuk memilih anggota Konstituante pada bulan Desember. Sistem
Tidak ada pembatasan partai politik dan tidak ada upaya dari pemerintah mengadakan
intervensi atau campur tangan terhadap partai politik dan kampanye berjalan menarik.
Akan tetapi stabilitas politik yang begitu diharapkan dari pemilu tidak
tercapai. Kabinet Ali (I dan II) yang terdiri atas koalisi tiga besar: NU, PNI dan
Masyumi terbukti tidak sejalan dalam menghadapi beberapa masalah terutama yang
berakhir.9
8
Sardiman, sejarah 3, (Jakarta: Yudhistira Ghalia,2006), hlm.128.
9
Sardiman, sejarah 3, (Jakarta: Yudhistira Ghalia,2006), hlm.129
11
berharap bisa merasakan sebuah sistem politik yang demokratis & stabil. Upaya yang
diskusi yang membicarakan tentang sistem distrik yang terdengar baru di telinga
bangsa Indonesia.
Pendapat yang dihasilkan dari forum diskusi ini menyatakan bahwa sistem
distrik dapat menekan jumlah partai politik secara alamiah tanpa paksaan, dengan
upaya meraih kursi dalam sebuah distrik. Berkurangnya jumlah partai politik
diharapkan akan menciptakan stabilitas politik dan pemerintah akan lebih kuat dalam
golongan yakni Golongan Karya (Golkar), Golongan Nasional (PDI), dan Golongan
12
Spiritual (PPP). Pemilu tahun1977 diadakan dengan menyertakan tiga partai, dan
memiliki hak mendirikan partai politik. Banyak sekali parpol yang berdiri di era awal
reformasi. Pada pemilu 1999 partai politik yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti
pemilu ada 48 partai. Jumlah ini tentu sangat jauh berbeda dengan era orba.
Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja. Ini
3/1999 tentang PEMILU yang mengatur bahwa partai politik yang berhak mengikuti
kursi DPR. Partai politik yang tidak mencapai ambang batas boleh mengikuti pemilu
selanjutnya dengan cara bergabung dengan partai lainnya dan mendirikan parpol
baru.
Untuk partai politik baru. Persentase threshold dapat dinaikkan jika dirasa
10
Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum, … hlm, 27
13
pemilu 2004 hanya 2%. Begitu juga selanjutnya pemilu 2014 ambang batas bisa juga
Sedangkan sistem Pemilu pada tahun 2019 masih sama dengan pemilu
yaitu dilakukan serentak pada tanggal 17 April 2019, yaitu dengan pemilihan DPRD,
DPD, DPR sekaligus pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Aturan tentang Pemilu
terbaru adalah UU No. 07 Tahun 2017 yang mengatur tentang pelaksanaan Pemilu
ditahun 2019.11
Adapun fungsi-fungsi dari pemilihan umum menurut Rose dan Mossawir12 antara
lain:
(2) sebagai wahana umpan balik antara pemilik suara dan pemerintah.
11
Martha Eri Safira, Hukum Tata Negara, (Ponorogo: CV.Senyum Indonesia), hal.161
12
Rose, R. dan Mossawir, Konsep-Konsep Politik, hlm.289.
14
Sejarah telah membuktikan bahwa kekuasaan selain memiliki daya tarik dan
pesona yang sangat besar bagi setiap orang ternyata juga mempunyai daya rusak yang
besar. Daya rusak kekuasaan telah lama diungkap dalam suatu adagium ilmu politik,
power tends to corrupt, absolute power tends to corrupt absolutely. Siapa pun tidak
hanya akan mudah tergoda untuk merebut kekuasaan, tetapi juga untuk
Daya rusak kekuasaan bersumber dari watak kekuasaan yang menggoda serta
memesona. Oleh sebab itu, para pemegang dan pemburu kekuasaan selalu cenderung
dengan kekuatan yang sama besarnya agar tidak menghancurkan pranata sosial dan
politik.14
sebagai suatu jalan dalam pergantian dan perebutan kekuasaan yang dilakukan
dengan regulasi, norma, dan etika sehingga penentuan pemerintahan yang akan
berkuasa dapat dilakukan secara damai dan beradab. Pemilihan tersebut dapat
13
Sunarso dan Anis Kusumawardani, Pendidikan kewarganegaraan, hlm.23-24.
14
J. Kristiadi, Mendayung di antara Dua Karang dalam Abun Sanda,(]akarta: Gramedia, 2011 ) hlm.
309.
15
dilakukan secara langsung (rakyat ikut memberikan suara) ataupun tidak langsung
Pemilu yang digunakan sebagai ajang untuk memilih para pejabat publik
dapat juga dimanfaatkan sebagai sarana umpan balik dari masyarakat terhadap
pemerintah yang sedang berkuasa. Ketika pemerintah yang sedang berkuasa dianggap
tidak menunjukkan kinerja yang baik selama memerinrah maka dalam ajang pemilu
ini para pemilih akan menghukumnya dengan cara tidak memilih calon atau partai
politik yang sedang berkuasa saat ini. Begitu juga sebaliknya, ketika selama
menjalankan roda pemerintahan mereka menunjukkan kinerja yang bagus maka besar
kemungkinan para pemilih akan memilih kembali calon atau partai yang sedang
pemilu usai maka kita bisa mengukur seberapa besar dukungan rakyat terhadap
mereka yang telah terpilih tersebut. Pengukuran tersebut dapat kita lakukan dengan
melihat perolehan suara, apakah mereka menang secara mutlak atau menang dengan
selisih suara yang tipis dengan calon lain. Semakin besar persentase perolehan suara
dari suatu calon maka semakin tinggi tingkat dukungan rakyat kepada calon tersebut.
15
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Konpress, Jakarta, 2005.
16
seseorang atau kelompok untuk melaksanakan sejumlah peran dalam sistem politik
peranan yang sangat penring dalam sistem politik suatu negara. Dalam proses
rekrutmen politik inilah akan ditentukan siapa-siapa saja yang akan menjalankan
pemerintahan melalui lembaga-lembaga yang ada. Oleh karena itu, fungsi rekrutmen
politik ini memegang peranan yang sangat penting dalam suatu sistem politik.17
politiknya. Dalam masa kampanye tersebut para calon akan menyampaikan visi, misi
serta program yang akan dilaksanakan jika terpilih. Selain itu, pada masa ini rakyat
yang sedang berkuasa. Pada saat ini dilakukanlah "evaluasi" besar-besaran terhadap
16
Cholisin, dkk., Dasar-Dasar llmuPolitik, (Yogyakana: UNY Press, 2007), hlm. 113.
17
Jimly Asshiddiqie, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen dalam Sejarah, (Jakarta: UI-Press,
1996)
18
Ramlan Surbakti dan Muhammad Aziz Hakim, Politik Hukum Sistem Pemilihan Umum di lndonesia
pada Era Reformasi. (Jakarta: Tesis. UI. 2012), hlm. 15.
17
dan alternatif kebijakan umum (public policy) dalam demokrasi. Sesuai dengan
kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai. Untuk menentukan alternatif
kebijakan yang harus ditempuh oleh pemerintah biasanya yang menyangkut hal yang
disebut referendum.
wakil rakyat yang terpilih atau melalui partai-partai yang memenangkan kursi
sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin. Hal ini didasarkan atas anggapan di
dalam masyarakat terdapat berbagai kepentingan yang tidak hanya berbeda, tetapi
19
Djokosoetono, Hukum Tata Negara, kuliah dihimpun oleh Harun Alrasid pada tahun 1959, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1982), hal. 117
18
dukungan rakyat terhadap negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta ddam
proses politik. Hal yang ketiga ini tidak hanya berlaku di negara-negara berkembang,
4 (empat), yaitu:
D. Asas-asas Pemilu
enam asas pemilu, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Termasuk
20
Ramlan Surbakti dan Muhammad Aziz Hakim, Politik Hukum Sistem Pemilihan Umum di lndonesia
pada Era Reformasi. (Jakarta: Tesis. UI. 2012), hlm. 17.
21
Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Hukum Tata Negara jilid II, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan MK RI, Juli 2006) , cet.1 hal.175
19
dalam pasal 1 angka 1 pasal 2 menetapkan hal yang sama frasa langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil tanpa ditambah dan dikurangi. Hal ini menunjukkan
asas-asas pemilu:
1. Langsung
secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri sendiri tanpa
ada perantara.
2. Umum
memenuhi persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis Hukum Tata
Negara |163 kelamin, golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.
3. Bebas
pemilih pada pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang akan dicoblos
untuk membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun.
4. Rahasia
pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat
5. Jujur
Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan
6. Adil
Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilihan
umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.23
E. Pentingnya Pemilu
Pemilu dianggap sebagai bentuk paling riil dari demokrasi serta wujud paling
itu, sistem & penyelenggaraan pemilu hampir selalu menjadi pusat perhatian utama
karena melalui penataan, sistem & kualitas penyelenggaraan pemilu diharapkan dapat
3. Pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam proses politik.
23
Martha Eri Safira, Hukum Tata Negara, (Ponorogo: CV.Senyum Indonesia), hal.163
24
Kusnardi dan Ibrahim, op. cit., hal. 328.
21
konstitusional.25
Oleh karena pemilihan umum adalah salah satu cara untuk menentukan wakil-
wakil rakyat yang akan duduk dalam Badan Perwakilan Rakyat, maka dengan
berbeda satu sama lain, tergantung dari sudut mana hal itu dilihat. Dari sudut
kepentingan rakyat, apakah rakyat dipandang sebagai individu yang bebas untuk
rakyat, atau apakah rakyat hanya dipandang sebagai anggota kelompok yang sama
sekali tidak berhak menentukan siapa yang akan menjadi wakilnya di lembaga
perwakilan rakyat, atau juga tidak berhak untuk mencalonkan diri sebagai wakil
rakyat. Berdasarkan hal tersebut, sistem pemilihan umum dapat dibedakan dalam dua
macam, yaitu:
25
Martha Eri Safitri ,Op, Cit, hal.162
22
yang melihat rakyat sebagai massa individu-individu yang sama. Baik aliran
individu tetap dilihat sebagai penyandang hak pilih yang bersifat aktif dan
memiliki satu suara dalam setiap pemilihan, yaitu suaranya masing-masing secara
sendiri-sendiri.
masyarakat dilihat sebagai suatu organisme yang terdiri atas organ-organ yang
26
Ismail Suny, Mekanisme Demokrasi Pancasila, (Jakarta: Aksara Baru, 1987), hal. 14.
27
Soegondo Soemodiredjo, Sistim Pemilihan Umum, (Jakarta : Nasional, 1952), Cit.1 hal.124
23
perwakilan masyarakat.
atas, pemilihan organis ini dapat dihubungkan dengan sistem perwakilan fungsional
(function representation) yang biasa dikenal dalam sistem parlemen dua kamar,
seperti di Inggris dan Irlandia. Pemilihan anggota Senat Irlandia dan juga para Lords
yang akan duduk di House of Lords Inggris, didasarkan atas pandangan yang bersifat
partai atau pun multi-partai menurut paham liberalisme dan sosialisme, ataupun
diselenggarakan dan dipimpin oleh tiap-tiap persekutuan hidup itu sendiri, yaitu
Dalam bentuknya yang paling ekstrim, sistem yang pertama (mekanis) menghasilkan
(korporatif). Kedua sistem ini sering dikombinasikan dalam struktur parlemen dua-
bikameral.28
Irlandia yang bersifat bikameral mencerminkan hal itu, yaitu pada sifat perwakilan
majelis tingginya. Di Inggris hal itu terlihat pada House of Lords, dan di Irlandia pada
Senatnya yang para anggotanya semua dipilih tidak melalui sistem yang mekanis,
sendiri-sendiri. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Bahkan, negara-negara yang
proporsional, tetapi negara-negara yang biasa dengan sistim proporsional dan banyak
menerapkan sistim distrik yang dianggapnya lebih baik. Semua pilihan itu tergantung
tingkat kebutuhan riel yang dihadapi setiap masyarakat yang ingin memperke-
28
Jimly Asshiddiqqie, Op, Cit, hal.180
29
Jimly Asshiddiqqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara jilid II, (Jakarta:Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,2006) Cet.1 hal.185
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
demokrasi dimana sebagai penentu wakil-wakil rakyat yang akan duduk pada suatu
lembaga perwakilan rakyat yang juga memilih presiden dan wakil presiden termasuk
berikut:
(2) sebagai wahana umpan balik antara pemilik suara dan pemerintah.
negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik.
menetapkan secara konsisten enam asas pemilu, yakni langsung, umum, bebas,
legitimasi.
politik.
konstitusional
individu yang hidup bersama dalam berbagai macam persekutuan hidup berdasarkan
individu yang sama. Baik aliran liberalisme, sosialisme, dan komunisme sama-sama
dibagikan kepada tiap-tiap partai politik, sesuai dengan persentase jumlah suara yang
Sedangkan sistem distrik adalah wilayah negara dibagi dalam distrik- distrik
pemilihan atau daerah-daerah pemilihan (dapil) yang jumlahnya sama dengan jumlah
B. Saran
Demikian pula penyempurnaan dari segala aspek perlu dilakukan demi kesempurnaan
tulisan ini.
29
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Jakarta: Sekretariat
Eri Safira, Martha. Hukum Tata Negara Dalam Bingkai Sejarah dan Perkembangan
Mujiburohman, Dian Aris. Pengantar Hukum Tata Negara. Yogyakarta: STPN Press,
2017.
Muhadam, Labolo. Ilham, Teguh. Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di
http://repository.unissula.ac.id/16063/5/bab%20I.pdf
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/4063/Alboin
%20Manihuruk.pdf?sequence=1&isAllowed=y