KATA SAMBUTAN
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangnya
kepada kita semua sehingga buku Modul Bimbingan Teknis Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa
untuk pelaksanaan Pengawasan Pemilu Tahun 2024 dapat dikerjakan dengan baik. Pembuatan
buku modul bimbingan teknis ini ditujukan guna menjadi pedoman bagi para pengawas pemilu
kelurahan/desa terpilih dalam menjalankan kinerja pengawasan untuk pemilu 2024.
Rahmat Bagja
2
KATA PENGANTAR
Guna mewujudkan pemilu yang demokratis tentu diperlukan fungsi pengawasan dalam
penyelenggaraan pemilu. Sejalan dengan semangat tersebut, maka dibentuknya Badan
Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) menjadi sebuah keniscayaan. Undang-Undang Nomor
7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum mengamanatkan pembentukan lembaga pengawasan
pemilu mulai dari tingkat pusat hingga tingkat masyarakat.
Materi-materi dalam modul ini sangat penting untuk dipahami oleh para Panitia Panwaslu
Kelurahan/Desa karena membahas perihal yang menyangkut tugas dan kewajiban utama
sebagai seorang pengawas pemilu. Modul ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para
Panitia Panwaslu Kelurahan/Desa dalam memahami teknis pengawasan pemilu di lapangan
sehingga dapat menjalankan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang telah diamanatkan
dalam undang-undang.
3
PENGANTAR MODUL
Pemilihan umum adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik
tertentu. Pemilu adalah sarana untuk menentukan orang-orang yang akan mewakili rakyat
dalam menjalankan pemerintahan dalam berbagai macam tingkatan misalnya presiden, wakil
rakyat di berbagai tingkatan hingga kepala desa/kelurahan.
Kata kunci dari pemilihan umum adalah kedaulatan rakyat sebagai pemilik sah
kekuasaan dalam demokrasi. Secara fondasional, tidak ada Pemilu tanpa kedaulatan rakyat,
karena hakikat dilaksanakannya pemilu adalah menjunjung tinggi hak-hak dan kedaulatan
rakyat untuk memilih calon pemimpinnya. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang 7 Tahun 2017
menyatakan pemilihan umum adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Jenis-jenis pemilihan umum terdiri dari pemilihan umum anggota DPR, anggota DPD,
dan anggota DPRD, pemilihan umum presiden dan wakil presiden, pemilihan langsung kepala
daerah dan pemilihan langsung kepala desa. Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara tahun
1945 memberikan penegasan bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi
pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. Istilah komisi pemilihan umum
tidak merujuk pada nama lembaga tertentu, tetapi merujuk pada sifat dan fungsi yang diemban
oleh lembaga tersebut. Terjemahan dari frasa ini adalah Komisi Pemilihan Umum, Badan
Pengawas Pemilu dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat
nasional, tetap dan mandiri dalam melaksanakan tahapan Pemilu. Di bawahnya disebut KPU
Provinsi yang bertugas melaksanakan tahapan pemilu di provinsi. Di bawahnya lagi disebut
KPU Kabupaten/Kota yang melaksanakan tahapan Pemilu di tingkat kabupaten/kota. Di
bawahnya lagi terdapat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) yaitu panitia yang dibentuk oleh
KPU Kabupaten/Kota untuk melaksanakan tahapan Pemilu di Kecamatan hingga Panitia
4
Pemungutan Suara (PPS) di tingkat Kelurahan/Desa dan Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (KPPS) untuk tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Penetapan hasil pemilu oleh KPU secara nasional dan hasil perolehan suara pasangan
calon, perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPR, dan perolehan suara untuk calon
anggota DPD paling lambat 35 hari setelah hari pemungutan suara. Sementara rekapitulasi hasil
di tingkat provinsi paling lambat 25 hari di provinsi dan 20 hari di tingkat Kabupaten/Kota.
Partai politik peserta pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara paling
sedikit 4 (empat) persen dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan
perolehan kursi anggota DPR. Seluruh partai politik peserta pemilu diikutkan dalam penentuan
kursi anggota DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Penghitungan perolehan kursi di DPR suara sah setiap partai politik yang memenuhi
ambang batas dan DPRD Provinsi Kabupaten/Kota suara sah setiap partai politik, dibagi
dengan bilangan pembagi 1 dan diikuti secara berurutan oleh bilangan ganjil 3, 5, 7 dan
seterusnya.
5
administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di luar tindak
pidana Pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu.
Apabila terdapat bukti permulaan yang cukup tentang dugaan pelanggaran administratif
oleh pelaksana dan peserta kampanye Pemilu, pengawas Pemilu menyampaikan temuan dan
laporan kepada KPU. Jika KPU menerima laporan dan temuan yang mengandung bukti
permulaan yang cukup tentang dugaan adanya pelanggaran administratif oleh pelaksana dan
peserta kampanye Pemilu, maka KPU langsung menetapkan penyelesaian pada hari yang sama
dengan diterimanya laporan.
Pengertian dari perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum. Larangan tersebut yang mana disertai dengan ancaman atau sanksi yang berupa pidana
tertentu bagi yang melanggar. Laporan dugaan tindak pidana pemilu disampaikan secara
tertulis dan paling sedikit memuat nama dan alamat terlapor, pihak terlapor, waktu dan tempat
kejadian perkara dan uraian kejadian.
Pemilihan kepala daerah adalah sarana pelaksanaan demokrasi di tingkat lokal untuk
menyeleksi pemimpin di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Pemilihan gubernur, bupati dan
wali kota yang biasanya disebut pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di provinsi
dan kabupaten/kota untuk memilih kepada daerah secara langsung dan demokratis.
Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa sangat memiliki peran besar dalam proses tahapan
pelaksanaan Pemilu dan Pemilihan. Keberadaannya sangat menentukan kualitas proses dan
hasil Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah. Diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan tahapan penyelenggaraan sekaligus pengawasannya untuk mewujudkan proses
pemilu yang jurdil dan berintegritas.
Tim Penyusun
6
LEMBAR PERSETUJUAN
PANWASLU KELURAHAN/DESA
KETUA
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
RAHMAT BAGJA
7
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN 2
KATA PENGANTAR 3
PENGANTAR MODUL 4
LEMBAR PERSETUJUAN 7
DAFTAR ISI 8
BAGIAN I :
TUGAS, KEWENANGAN DAN KEWAJIBAN PANWASLU KELURAHAN/DESA 9
BAGIAN II :
PERKENALAN, HARAPAN DAN MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR 14
BAGIAN III :
NILAI-NILAI DASAR PENGAWAS PEMILU 19
BAGIAN IV:
PELAKSANAAN PENGAWASAN PEMILU 27
BAGIAN V :
PROSEDUR PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU 31
BAGIAN VI :
MENJAGA KODE ETIK PENGAWAS PEMILU KELURAHAN/DESA 41
BAGIAN VII :
POTENSI PELANGGARAN PANWASKEL DAN MEKANISME MENDAPATKAN 45
BANTUAN HUKUM
BAGIAN VIII :
TEKNIK PELAPORAN HASIL KINERJA 50
BAGIAN IX :
PENCEGAHAN PELANGGARAN DAN SENGKETA PROSES PEMILU 54
8
A. KEDUDUKAN PANWASLU KELURAHAN / DESA
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum mengatur bahwa
pengawasan penyelenggaraan pemilu dilakukan oleh Bawaslu. Dalam hal ini Bawaslu
memiliki struktur organisasi secara hirarkis yang terdiri dari Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Bawaslu Kabupaten/Kota yang bersifat tetap dan Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, Panwaslu Luar Negeri (LN) dan Pengawas TPS yang bersifat ad hoc.
Pembentukan Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Panwaslu Luar Negeri
(LN) dibentuk paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahapan pertama penyelenggaraan pemilu
dimulai dan berakhir paling lambat 2 (dua) bulan setelah seluruh tahapan penyelenggaraan
pemilu selesai. Kemudian untuk kedudukan dari setiap struktur Bawaslu diantaranya:
Terhadap keanggotaan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota terdiri atas
individu yang memiliki tugas pengawasan Penyelenggaraan Pemilu dengan jumlah anggota
sebagai berikut:
1. Bawaslu sebanyak 5 (lima) orang;
2. Bawaslu Provinsi sebanyak 5 (lima) atau 7 (tujuh) orang;
9
3. Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) atau 5 (lima) orang; dan
4. Panwaslu Kecamatan sebanyak 3 (tiga) orang
5. Jumlah anggota Panwaslu Kelurahan/Desa di setiap kelurahan/desa sebanyak 1 (satu)
orang.
6. Jumlah anggota Panwaslu LN berjumlah 3 (tiga) orang.
7. Pengawas TPS berjumlah 1 (satu) orang setiap TPS.
Berdasarkan hal tersebut, maka secara khusus Panwaslu Kelurahan/Desa merupakan pengawas
pemilu yang bersifat sementara (ad hoc) dan berkedudukan di kelurahan/ desa dengan jumlah
anggota sebanyak 1 (satu) orang yang dibentuk paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahapan
pertama penyelenggaraan pemilu dimulai dan berakhir paling lambat 2 (dua) bulan setelah
seluruh tahapan penyelenggaraan pemilu selesai.
Berdasarkan Pasal 108 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
mengatur bahwa Panwaslu Kelurahan/ Desa bertugas:
a. mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kelurahan/desa,
yang terdiri atas:
a. pelaksanaan pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar pemilih sementara,
daftar pemilih hasil perbaikan, dan daftar pemilih tetap;
b. pelaksanaan kampanye;
c. pendistribusian logistik Pemilu;
d. pelaksanaan pemungutan suara dan proses penghitungan suara di setiap TPS;
e. pengumuman hasil penghihrngan suara di setiap TPS;
f. pengumuman hasil penghitungan suara dari TPS yang ditempelkan di sekretariat
PPS;
g. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat hasil
penghitungan suara dari TPS sampai ke PPK;
h. pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari tingkat TPS dan PPK; dan
i. pelaksanaan penghitungan dan pemungu.tan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan
Pemilu susulan;
10
2. mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah kelurahan/desa;
3. mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini di wilayah kelurahan/desa;
4. mengelola, memelihara, dan merawat arsip berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan pemilu di wilayah kelurahan/desa;
dan
6. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Pasal 109 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu mengatur bahwa
Panwaslu Kelurahan / Desa berwenang:
a. menerima dan menyampaikan laporan mengenai dugaan pelanggaran terhadap
pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Pemilu kepada
Panwaslu Kecamatan;
b. membantu meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait ddam
rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran Pemilu; dan
c. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya, berdasarkan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu
mengatur bahwa Panwaslu Kelurahan/ Desa berkewajiban:
1. menjalankan tugas dan wewenangnya dengan adil
2. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pengawas TPS;
3. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Panwaslu Kecamatan sesuai dengan
tahapan Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan ;
4. menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwaslu Kecamatan mengenai dugaan
pelanggaran yang dilakukan oleh PPS dan KPPS yang mengakibatkan terganggunya
penyelenggaraan tahapan Pemilu di wilayah kelurahan/desa; dan
5. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11
C. TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN PANWASLU KELURAHAN / DESA
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan dan kewajiban yang dimiliki oleh Panwaslu
Kelurahan/ Desa sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, terdapat tata kerja
dan pola hubungan Bawaslu yang diatur dalam Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tata
Kerja dan Pola Hubungan Bawaslu. Dalam hal ini beberapa ketentuan yang berkaitan dengan
Panwaslu Kelurahan/Desa adalah sebagai berikut:
12
3. Tindakan lain yang dibutuhkan dalam Pelaksanaan Tugas, Wewenang dan
Kewajiban Panwaslu Kelurahan/ Desa
Untuk kepentingan pelaksanaan tugas, wewenang, dan kewajiban, Panwaslu
Kelurahan/Desa dapat melakukan:
a. konsultasi kepada Panwaslu Kecamatan;
b. konsultasi kepada Bawaslu Kabupaten/Kota melalui Panwaslu Kecamatan;
c. koordinasi dengan Panwaslu Kelurahan/Desa lain yang masih dalam 1 (satu)
wilayah kecamatan; dan/atau
d. koordinasi dengan Panwaslu Kelurahan/Desa di luar kecamatan wilayah kerjanya.
13
Bimbingan teknis atau sering disingkat sebagai bimtek merupakan sebuah pelatihan,
layanan bimbingan, atau penyuluhan yang diadakan guna meningkatkan kemampuan tertentu,
kualitas sumber daya manusia, atau melatih tenaga kerja menjadi lebih kompeten. Bimtek juga
digunakan untuk menyelesaikan masalah tertentu dalam sebuah lembaga. Bimbingan teknis
memiliki tujuan penting dan dipahami oleh Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa dalam
membahas perihal menyangkut tugas dan tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab sebagai
Bimbingan teknis ini menggunakan model pendidikan orang dewasa dan didamping oleh
fasilitator. Fasilitator dalam hal ini memiliki kemampuan untuk menfasilitasi kegiatan,
menjadi teladan. Fasilitator juga menciptakan suasana belajar di antara sesama peserta dan
mampu memotivasi peserta agar berperan aktif dalam/selama proses belajar untuk
meningkatkan pengalaman terhadap suatu materi yang dibahas dan pencapaian target dalam
setiap materi yang disampaikan. Untuk mencapai target dan tujuan dalam bimbingan teknis
dibutuhkan ketepatan dalam membangun komitmen dan metode belajar yang tepat agar tujuan
14
A. Tujuan
Tujuan perkenalan, harapan, komitmen dan metode belajar pada bimbingan teknis Panitia
1. Peserta dapat saling mengenal antar sesama peserta, panitia, fasilitator serta
narasumber.
2. Tercipta suasana akrab dan pelaksanaan berjalan dengan baik selama bimbingan teknis
berlangsung
B. Metode
Metode belajar yang digunakan dalam bimbingan teknis ini antara lain:
1. Pemanasan: Berfungsi agar suasana forum yang hangat dan gembira untuk menarik
2. Ceramah dan tanya jawab: Suatu cara memberikan informasi kepada peserta yang
berfungsi untuk menjelaskan sesuatu. Tanya jawab merupakan suatu cara untuk
3. Bermain peran (role play): Berfungsi sebagai penumbuh spontanitas dan ekspresi serta
bersama
5. Studi kasus: Berfungsi sebagai arena saling tukar informasi dan memecahkan masalah
bersama
15
6. Curah pendapat/sharing: Berfungsi membangkitnya keberanian peserta untuk
Alat dan media yang dapat digunakan untuk kelancaran proses perkenalan dan bimbingan
1. Bahan atau materi yang berhubungan (bahan ajar, naskah power point)
2. Lembar peraga
3. Poster/gambar
4. Lembar tugas
6. Alat permainan/game
D. Proses
Proses bimbingan teknis dalam perkenalan, membangun komitmen dan pelaksanaan metode
belajar yang baik dapat mencairkan suasana selama bimbingan teknis. Sesi perkenalan dan
Berikut beberapa cara perkenalan yang dapat digunakan pada bimbingan teknis.
1. Fasilitator membuka sesi ini dengan menanyakan hal-hal ringan yang dapat membuka
2. Fasilitator mengajak perseta untuk berkenalan satu sama lain dengan melakukan beberapa
16
a. Perkenalan langsung
Perkenalan ini menunjuk peserta secara bergantian untuk berkenalan secara langsung
b. Lempar bola
Lempar bola dimulai dari fasilitator yang terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada
peserta dengan menyebut nama dan asal. Kemudian bola dilemparkan kepada salah
satu peserta secara random. Penerima bola mengucapkan terima kasih (dengan
yang sudah dilakukan fasilitator sebelumnya. Bola yang digunakan dapat digantikan
c. Game perkenalan
Ini adalah cara peserta memperkenalkan diri dengan cepat dan dengan cara yang
berbeda
dan sifat yang dimulai dengan huruf awal nama. Misalnya: “SI A CERDAS”
menggunakan gerakan
3) Minta peserta lain untuk tidak mengulang sifat yang sudah disebutkan
4) Setelah semua peserta menyebutkan, maka diulangi lagi dari awal. Peserta diminta
menyebutkan nama dan sifat yang disebutkan oleh peserta dari awal.
d. Evaluasi perkenalan
Dapat dilakukan dengan meminta pada peserta yang mampu menyebutkan beberapa
orang peserta lain meliputi nama dan asal guna meningkatkan keakraban tiap peserta.
3. Fasilitator menutup sesi perkenalan dengan mengajak peserta membiasakan diri untuk
menyebut nama bila menyapa, tidak hanya bapak atau ibu untuk membuat lebih akrab
17
Harapan - Pohon Harapan
Sesi Pohon Harapan bertujuan untuk mengetahui motivasi dan harapan peserta terhadap
kegiatan yang diikuti. Peserta diminta menuliskan motivasi atau harapan dalam mengikuti
kegiatan. Harapan dan motivasi dapat dituliskan ke dalam lembaran kertas post-it warna warni.
Beri waktu kepada peserta untuk menuliskannya dan kemudian menempelkannya di Pohon
Harapan yang tertempel di salah satu dinding bagian ruangan/flip chart. Fasilitator kemudian
dapat membacakan secara acak harapan-harapan peserta yang tertempel dan menegaskan
Kelurahan/Desa tahun 2024 perlu berjalan dengan tertib. Fasilitator mengajak peserta untuk
terwujud. Kontrak belajar menyepakati apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan selama bimbingan teknis berlangsung. Kontrak belajar dapat dilakukan dengan
membuat kategori aturan agar mempermudah, misalnya peraturan apa yang disepakati
berkaitan waktu dan jadwal, penggunaan hp, perilaku diruangan selama bimtek berlangsung.
Peserta juga diajak untuk melihat alur pelatihan dalam bentuk peta perjalanan. Peta perjalanan
ini menunjukkan penjelasan singkat dan keterangan waktu pada setiap materi atau rangkaian
18
“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji: Bahwa saya akan memenuhi tugas dan
kewajiban saya sebagai Panwaslu Kelurahan/Desa dengan sebaikbaiknya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bahwa saya dalam menjalankan tugas
dan wewenang akan bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, adil, dan cermat demi suksesnya
Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah/Pemilu Presiden dan Wakil Presiden/pemilihan gubernur, bupati,
dan wali kota, tegaknya demokrasi dan keadilan, serta mengutamakan kepentingan Negara
Kesatuan Republik Indonesia daripada kepentingan pribadi atau golongan” (Peraturan DKPP
Nomor 2 tahun 2017). Sumpah janji yang telah diucapkan oleh Panwaslu Kelurahan adalah
prinsip dasar untuk bekerja sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
kelak dipertanggung jawabkan baik didunia maupun diakhirat.
19
Panwaslu Kelurahan/Desa wajib menjalankan tugas, fungsi, dan wewenang sebagai pengawas
penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
sumpah/janji jabatan serta kode etik. Penanganan dugaan pelanggaran kode etik bertujuan
menjaga integritas, kehormatan, kemandirian, dan kredibilitas anggota Panwaslu
Kelurahan/Desa. Penanganan dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota terhadap Panwaslu
Kecamatan, dan Panwaslu Kelurahan/Desa termasuk Pengawas TPS. Penanganan dilakukan
berdasarkan temuan Pengawas Pemilu atau aduan Penyelenggara Pemilu, Peserta Pemilu, tim
kampanye, masyarakat, dan/atau pemilih yang dilengkapi identitas yang jelas.
20
d. terbuka maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memberikan akses informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat sesuai kaidah
keterbukaan informasi publik;
e. proporsional maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum untuk
mewujudkan keadilan;
f. profesional maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memahami tugas, wewenang dan kewajiban dengan didukung keahlian atas dasar
pengetahuan, keterampilan, dan wawasan luas;
g. efektif bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan sesuai rencana tahapan dengan tepat waktu;
h. efisien bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memanfaatkan sumberdaya, sarana, dan prasarana dalam penyelenggaraan Pemilu
sesuai prosedur dan tepat sasaran;
i. kepentingan umum bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara
Pemilu mendahulukan kepentingan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
dan selektif
21
g. tidak menerima pemberian dalam bentuk apapun dari peserta Pemilu, calon peserta
Pemilu, perusahaan atau individu yang dapat menimbulkan keuntungan dari
keputusan lembaga Penyelenggara Pemilu;
h. menolak untuk menerima uang, barang, dan/atau jasa, janji atau pemberian lainnya
dalam kegiatan tertentu secara langsung maupun tidak langsung dari peserta
Pemilu, calon anggota DPR, DPD, DPRD, dan tim kampanye kecuali dari
sumberAPBN/APBD sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan;
i. menolak untuk menerima uang, barang, dan/atau jasa atau pemberian lainnya secara
langsung maupun tidak langsung dari perseorangan atau lembaga yang bukan
peserta Pemilu dan tim kampanye yang bertentangan dengan asas kepatutan dan
melebihi batas maksimum yang diperbolehkan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan;
j. tidak akan menggunakan pengaruh atau kewenangan bersangkutan untuk meminta
atau menerima janji, hadiah, hibah, pemberian, penghargaan, dan pinjaman atau
bantuan apapun dari pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan Pemilu;
k. menyatakan secara terbuka dalam rapat apabila memiliki hubungan keluarga atau
sanak saudara dengan calon, peserta Pemilu, dan tim kampanye;
l. menghindari pertemuan yang dapat menimbulkan kesan publik adanya pemihakan
dengan peserta Pemilu tertentu.
22
d. mendengarkan semua pihak yang berkepentingan dengan kasus yang terjadi dan
mempertimbangkan semua alasan yang diajukan secara adil.
23
c. tidak terlibat dalam setiap bentuk kegiatan resmi maupun tidak resmi yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan; dan
d. menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil rapat yang
dinyatakan sebagai rahasia sampai batas waktu yang telah ditentukan atau sampai
masalah tersebut sudah dinyatakan untuk umum sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundangundangan
11. Dalam melaksanakan prinsip akuntabel, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:
a. menjelaskan keputusan yang diambil berdasarkan peraturan perundang- undangan,
tata tertib, dan prosedur yangditetapkan;
b. menjelaskan kepada publik apabila terjadi penyimpangan dalam proses kerja
lembaga Penyelenggara Pemilu serta upaya perbaikannya;
c. menjelaskan alasan setiap penggunaan kewenangan publik;
d. memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai keputusan
yang telah diambil terkait proses Pemilu;
24
e. bekerja dengan tanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan.
12. Dalam melaksanakan prinsip efektif, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:
a. menggunakan waktu secara efektif sesuai dengan tahapan dan jadwal
penyelenggaraan Pemilu yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-
undangan; dan
b. melakukan segala upaya yang dibenarkan menurutetika dan peraturan perundang-
undangan untuk menjamin pelaksanaan hak konstitusional setiap penduduk untuk
memilih dan/atau dipilih.
13. Dalam melaksanakan prinsip efisien, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:
a. kehati-hatian dalam melakukan perencanaan dan penggunaan anggaran agar tidak
berakibat pemborosan dan penyimpangan; dan
b. menggunakan keuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang diselenggarakan
atas tanggungjawab Pemerintah dalam melaksanakan seluruh kegiatan
penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan prosedur dan tepat sasaran.
14. Dalam melaksanakan prinsip kepentingan umum, Penyelenggara Pemilu bersikap dan
bertindak:
a. menjunjung tinggi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dan peraturan perundangundangan;
b. menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. menunjukkan penghargaan dan kerjasama dengan seluruh lembaga dan aparatur
negara untuk kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. menjaga dan memelihara nama baik Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. menghargai dan menghormati sesame lembaga Penyelenggara Pemilu dan
pemangku kepentingan Pemilu;
f. tidak mengikut sertakan atau melibatkan kepentingan pribadi maupun keluarga
dalam seluruh pelaksanaan tugas, wewenang, dan kewajibannya;
g. memberikan informasi dan pendidikan pemilih yang mencerahkan pikiran dan
kesadaran pemilih;
h. memastikan pemilih memahami secara tepat mengenai proses Pemilu;
25
i. membuka akses yang luas bagi pemilih dan media untuk berpartisipasi dalam proses
penyelenggaraan Pemilu;
j. menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemilih untuk menggunakan hak pilihnya
atau memberikan suaranya; dan
k. memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung bagi pemilih yang
membutuhkan perlakuan khusus dalam menggunakan dan menyampaikan hak
pilihnya
26
A. PENGAWASAN PEMILU PANWASLU KELURAHAN / DESA
Panwaslu Kelurahan/ Desa adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan untuk
mengawasi penyelenggaraan pemilu di wilayah kelurahan/desa atau nama lain. Sebagaimana
yang telah diuraikan pada bagian awal bahwa berdasarakan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilu dan Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tata Kerja dan Pola
Hubungan Bawaslu mengatur bahwa Panwaslu Kelurahan/Desa memiliki tugas untuk
melakukan pengawasan pemilu. Dalam hal ini, secara spesifik pelaksanaan pengawasan pemilu
lebih lanjut diatur dalam Perbawaslu Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pengawasan
Penyelenggaraan Pemilu.
Pengawasan penyelenggaraan Pemilu menjadi tanggung jawab bersama Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota dibantu oleh Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, dan Pengawas TPS serta Panwaslu LN. Bawaslu RI mendorong jajarannya
dalam melakukan pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan Pemilu dilakukan dengan
berbasis ramah lingkungan. Dalam hal ini pengawasan pemilu yang dilakukan dengan berbasis
ramah lingkungan adalah dengan memperhatikan pelindungan fungsi lingkungan hidup dan
prinsip pelindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Selain pelaksanaan pengawasan pemilu yang ramah lingkungan,
Bawaslu RI juga mendorong agar pelaksanaan pengawasan dapat didukung dengan
menggunakan sistem teknologi informasi dan komunikasi.
27
b. pelaksanaan kampanye dan juga mencakup masa tenang.
c. pendistribusian logistik Pemilu;
d. pelaksanaan pemungutan suara dan proses penghitungan suara di setiap TPS;
e. pengumuman hasil penghitungan suara di setiap TPS;
f. pengumuman hasil penghitungan suara dari TPS yang ditempelkan di sekretariat
PPS;
g. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat hasil
penghitungan suara dari TPS sampai ke PPK;
h. pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari tingkat TPS dan PPK; dan
i. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan
Pemilu susulan;
2. pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Pengawas Pemilu;
3. netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang mengenai Pemilu di wilayah kelurahan/desa; dan
4. pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah kelurahan/desa.
28
6. melakukan penyelesaian sengketa proses Pemilu.
Kemudian terhadap evaluasi dan laporan sebagaimana dimaksud dilakukan dalam pengawasan
penyelenggaraan pemilu dilakukan terhadap pelaksanaan Pengawasan.
Dalam melakukan pengawasan pemilu perlu dilengkapi ddengan surat tugas, tanda pengenal,
dan alat perlengkapan Pengawasan. Dalam hal ini alat perlengkapan Pengawasan sebagaimana
dimaksud paling sedikit berupa:
1. panduan Pengawasan;
2. alat kerja; dan
3. alat dokumentasi.
Selanjutnya dalam melakukan Pengawasan setiap tahapan Pemilu, Pengawas Pemilu wajib
menuangkan setiap kegiatan pengawasan dalam Formulir Model A yang tercantum dalam
lampiran Perbawaslu Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu.
Dalam hal hasil Pengawasan yang dilakukan oleh pengawas pemilu terdapat dugaan
pelanggaran, Pengawas Pemilu melakukan:
Dalam hal ini saran perbaikan harus dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari
sejak saran perbaikan disampaikan atau sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan oleh
Pengawas Pemilu. Apabila saran perbaikan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud, Pengawas Pemilu mencatat dugaan pelanggaran Pemilu sebagai
Temuan. Selain itu, dalam hal hasil pengawasan terdapat potensi sengketa proses Pemilu,
Pengawas Pemilu melakukan pencatatan sebagai potensi sengketa proses Pemilu.
1. uraian kejadian;
2. uraian hasil pengawasan
3. surat atau dokumen;
4. foto dan/atau video;
5. dokumen elektronik; dan/atau
6. bukti lainnya.
29
Kemudian dalam hal berdasarkan hasil rapat pleno ditemukan unsur pelanggaran, rapat pleno
memutuskan hasil Pengawasan sebagai Temuan. Hasil rapat pleno sebagaimana dimaksud
dituangkan dalam berita acara. Selanjutnya Pengawas Pemilu menindaklanjuti hasil rapat pleno
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Bawaslu mengenai penanganan Temuan
dan Laporan pelanggaran Pemilu yang dalam hal ini adalah Perbawaslu Nomor 7 Tahun 2022
tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilu.
1. laporan periodik yang merupakan laporan yang disampaikan secara berkala pada setiap
tahapan penyelenggaraan Pemilu.
2. laporan akhir yang merupakan merupakan laporan yang disampaikan setiap akhir
tahun.
Selain membuat laporan periodik dan laporan akhir, Pengawas Pemilu juga memberikan
laporan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan secara berjenjang. bukti lainnya.
Kemudian dalam hal berdasarkan hasil rapat pleno ditemukan unsur pelanggaran, rapat pleno
memutuskan hasil Pengawasan sebagai Temuan. Hasil rapat pleno sebagaimana dimaksud
dituangkan dalam berita acara. Selanjutnya Pengawas Pemilu menindaklanjuti hasil rapat pleno
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Bawaslu mengenai penanganan Temuan
dan Laporan pelanggaran Pemilu yang dalam hal ini adalah Perbawaslu Nomor 7 Tahun 2022
tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilu.
Pengawas Pemilu melaporkan hasil Pengawasan penyelenggaraan Pemilu secara berjenjang
sesuai dengan tingkatannya. Laporan sebagaimana dimaksud terdiri atas:
3. laporan periodik yang merupakan laporan yang disampaikan secara berkala pada setiap
tahapan penyelenggaraan Pemilu.
4. laporan akhir yang merupakan merupakan laporan yang disampaikan setiap akhir
tahun.
Selain membuat laporan periodik dan laporan akhir, Pengawas Pemilu juga memberikan
laporan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan secara berjenjang.
30
Pelanggaran Pemilu adalah perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang Pemilu
terhadap penyelenggaraan Pemilu yang berakibat pada penjatuhan sanksi pada pelanggarnya.
Sementara kejahatan Pemilu adalah merupakan tindak pidana yang diancam dengan hukum
tertentu berdasarkan sistem peradilan pidana. Undang-Undang Pemilu membagi pelanggaran
dan sengketa Pemilu ke dalam enam jenis, yaitu; pelanggaran administrasi Pemilu, tindak
pidana Pemilu, pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu, sengketa proses, sengketa tata
usaha negara Pemilu dan perselisihan hasil Pemilu.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang, pelanggaran administrasi Pemilu adalah
pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di luar tindak
pidana Pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu. Dengan demikian,
pelanggaran administrasi adalah pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan administrasi yang
menyangkut kriteria dan persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-
undangan Pemilu. Pelanggaran administrasi ini ditangani oleh pengawas Pemilu dan
diserahkan kepada KPU untuk dijatuhi sanksi. Sanksinya sendiri berupa lisan, teguran tertulis,
larangan melakukan kegiatan tertentu, sampai dengan pencoretan dari daftar peserta Pemilu
atau daftar calon.
31
2. Tindak Pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap
ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Pemilihan umum dan Undang- Undang tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
3. Pelanggaran administratif Pemilu merupakan pelanggaran terhadap tata cara, prosedur,
atau mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap
tahapan Penyelenggaraan Pemilu, (tidak termasuk pelanggaran kode etik dan tindak pidana
pemilu).
4. Pelanggaran Peraturan undang-undang lainnya adalah Pelanggaran yang diatur di luar
undang-undang pemilu/pemilihan seperti netralitas ASN yang diatur dalam undang-undang
ASN.
Dalam menangani Dugaan Pelanggaran Pemilu Pengawas Pemilu merujuk pada Perbawaslu
Nomor 7 Tahun 2022 tentang penanganan temuan dan laporan pelanggaran Pemilu.
Penanganan Temuan dilakukan oleh Panwaslu Kelurahan/Desa berdasarkan laporan hasil
pengawasan Pengawas Pemilu dan/atau hasil Investigasi.
Laporan hasil pengawasan Pengawas Pemilu bersumber dari pengawasan Pengawas Pemilu;
dan/atau hasil penelusuran informasi awal.
Informasi awal berupa:
1. informasi lisan yang disampaikan secara langsung atau melalui saluran telepon Sekretariat
Panwaslu Kecamatan, atau Sekretariat Panwaslu LN;
2. informasi tulisan yang disampaikan melalui surat elektronik resmi atau melalui jasa
ekspedisi ke Sekretariat Panwaslu Kecamatan.
3. informasi dugaan Pelanggaran Pemilu yang berasal dari Laporan yang tidak diregistrasi
karena dinyatakan tidak memenuhi syarat formal tetapi memenuhi syarat materiel; atau
4. informasi dugaan Pelanggaran Pemilu yang berasal dari Laporan yang dicabut oleh
Pelapor.
Informasi awal dapat ditindaklanjuti dengan mekanisme penelusuran dalam hal diputuskan
dalam rapat pleno. Laporan hasil Investigasi bersumber dari informasi dugaan Pelanggaran
Pemilu yang diperoleh Panwaslu Kelurahan/Desa dalam proses penanganan pelanggaran.
Selanjutnya informasi dugaan Pelanggaran Pemilu dicatatkan dalam formulir informasi awal.
Informasi dugaan Pelanggaran Pemilu ditindaklanjuti dengan mekanisme Investigasi dalam hal
diputuskan dalam rapat pleno. Laporan hasil pengawasan, Pengawas Pemilu dan/atau hasil
32
Investigasi diputuskan dalam rapat pleno Panwaslu Kelurahan/Desa sebagai Temuan dalam
hal, minimal telah memenuhi persyaratan berikut:
1. identitas Penemu dugaan Pelanggaran Pemilu;
2. waktu penetapan Temuan tidak melebihi ketentuan batas waktu paling lama 7 (tujuh) hari
sejak laporan hasil pengawasan dan hasil Investigasi dibuat;
3. identitas pelaku;
4. uraian kejadian; dan
5. bukti.
Temuan dituangkan dalam Formulir Temuan. Dalam hal Temuan dalam buku register, Temuan
tersebut diberikan nomor register Temuan paling lama 2 (dua) Hari setelah Panwaslu
Kelurahan/Desa menetapkan laporan hasil pengawasan menjadi Temuan.
Dalam hal laporan hasil pengawasan Panwaslu Kelurahan/Desa terdapat dugaan Pelanggaran
Pemilu, Panwaslu Kelurahan/Desa menyampaikan hasil pengawasan kepada Panwaslu
Kecamatan. Selanjutnya dalam hal laporan hasil pengawasan Panwaslu Kelurahan/Desa
terdapat dugaan Tindak Pidana Pemilu dan/atau pelanggaran kode etik Pengawas TPS,
Panwaslu Kelurahan/Desa menyampaikan hasil pengawasan kepada Bawaslu Kabupaten/Kota
melalui Panwaslu Kecamatan.
Selanjutnya dalam hal laporan hasil pengawasan Pengawas TPS terdapat dugaan Pelanggaran
Pemilu, Pengawas TPS menyampaikan hasil pengawasan kepada Panwaslu Kecamatan melalui
Panwaslu Kelurahan/Desa. Dalam hal laporan hasil pengawasan Pengawas TPS terdapat
dugaan Tindak Pidana Pemilu, Pengawas TPS menyampaikan hasil pengawasan kepada
Bawaslu Kabupaten/Kota melalui Panwaslu Kelurahan/Desa dan Panwaslu Kecamatan secara
berjenjang. Selanjutnya Panwaslu Kecamatan dapat menetapkan laporan hasil pengawasan
menjadi Temuan melalui rapat pleno. Kemudian Laporan disampaikan oleh Pelapor pada setiap
tahapan penyelenggaraan Pemilu. Pelapor dalam hal ini terdiri atas:
1. WNI yang mempunyai hak pilih;
2. Peserta Pemilu; atau
3. Pemantau Pemilu.
Laporan disampaikan paling lama 7 (tujuh) Hari sejak diketahui terjadinya dugaan Pelanggaran
Pemilu.
33
Dalam hal Laporan merupakan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi secara
terstruktur, sistematis, dan masif, Laporan disampaikan sejak tahapan penetapan daftar calon
tetap anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota atau penetapan Pasangan
Calon sampai dengan hari pemungutan dan penghitungan suara.
Dalam menyampaikan Laporan Pelapor dapat diwakili oleh pihak yang ditunjuk berdasarkan
surat kuasa khusus. Selanjutnya dalam hal Laporan disampaikan kepada Panwaslu
Kelurahan/Desa, Laporan diteruskan ke Panwaslu Kecamatan paling lama 1 (satu) Hari setelah
Laporan diterima untuk diproses dan ditindaklanjuti.
Dalam hal Laporan disampaikan kepada Pengawas TPS, Laporan diteruskan ke Panwaslu
Kecamatan melalui Panwaslu Kelurahan/Desa paling lama 1 (satu) Hari setelah Laporan
diterima untuk diproses dan ditindaklanjuti. Penyampaian dapat dilakukan melalui media
elektronik. Laporan disampaikan dengan cara:
1. menyampaikan Laporan Sekretariat Panwaslu Kecamatan, sesuai dengan tempat terjadinya
dugaan pelanggaran; atau
2. menyampaikan Laporan melalui SigapLapor.
Ketentuan waktu penyampaian Laporan dikecualikan untuk tahapan masa tenang serta hari
pemungutan dan penghitungan suara. Tahapan masa tenang serta hari pemungutan dan
penghitungan suara mengacu pada Peraturan KPU yang mengatur mengenai tahapan dan
jadwal penyelenggaraan Pemilu. Penyampaian Laporan pada tahapan masa tenang serta
pemungutan dan penghitungan suara dapat dilaksanakan dalam waktu 1x24 (satu kali dua
puluh empat) jam. Penyampaian dilakukan dengan cara:
1. Pelapor menyampaikan Laporan kepada petugas penerima Laporan;
2. Petugas penerima Laporan menuangkan Laporan yang disampaikan oleh Pelapor ke dalam
SigapLapor atau Formulir Laporan yang tercantum dalam Lampiran
3. Pelapor atau kuasanya dan petugas penerima Laporan menandatangani formulir Laporan
dan
4. Pelapor atau kuasanya menyerahkan dokumen berupa: fotokopi kartu tanda penduduk
elektronik atau surat keterangan kependudukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan milik Pelapor; dan bukti.
Penyampaian Laporan dilakukan dengan cara:
1. Pelapor mengisi data pendaftaran akun pada laman SigapLapor untuk mendapatkan akses
penyampaian Laporan;
34
2. Pelapor menyampaikan Laporan melalui laman SigapLapor dengan menggunakan akses
yang telah dikirimkan melalui surat elektronik Pelapor yang didaftarkan dalam laman
SigapLapor; dan
3. Pelapor menyerahkan bukti penyampaian Laporan dan dokumen identitas diri dan bukti
secara langsung ke kantor Sekretariat Panwaslu paling lama 2 (dua) Hari setelah Pelapor
menyampaikan Laporan
35
Dalam hal hasil kajian awal berupa dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu, Laporan
diregistrasi dan ditangani sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bawaslu yang mengatur
mengenai penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu, kecuali Laporan yang diterima oleh
Panwaslu Kecamatan. Laporan yang diterima oleh Panwaslu Kecamatan diregister dan
ditangani.
Dalam hal hasil kajian awal berupa dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi
secara terstruktur, sistematis, dan masif, Laporan diregistrasi dan ditangani. Selanjutnya dalam
hal hasil kajian awal berupa dugaan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu yang
dilakukan oleh Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Pengawas TPS, Laporan
diregistrasi dan ditangani oleh Bawaslu Kabupaten/Kota. Kemudian dalam hal hasil kajian
awal berasal dari Panwaslu Kecamatan, dilakukan pengambilalihan oleh Bawaslu
Kabupaten/Kota.
Dalam hal hasil kajian awal berupa dugaan Tindak Pidana Pemilu, Laporan diregistrasi
dan ditangani. Dalam hal hasil kajian awal berupa Laporan dugaan pelanggaran peraturan
perundang-undangan lain, Laporan diteruskan kepada instansi yang berwenang. Dalam hal
hasil kajian awal berupa dugaan Pelanggaran Pemilu yang telah ditangani dan diselesaikan oleh
Pengawas Pemilu pada tingkatan tertentu atau Laporan dicabut oleh Pelapor, Laporan tidak
diregistrasi.
Penanganan dilakukan untuk memutuskan Temuan atau Laporan dapat ditindaklanjuti
atau tidak ditindaklanjuti. Dalam hal Panwaslu Kecamatan, memerlukan keterangan tambahan
mengenai tindak lanjut, keterangan tambahan dan kajian dilakukan paling lama 14 (empat
belas) Hari setelah Temuan dan Laporan diterima dan diregistrasi.
Dalam melakukan penanganan atas Temuan dan Laporan Panwaslu Kecamatan,
melakukan kajian. Dalam melakukan kajian Panwaslu Kecamatan, atau dapat melakukan
klarifikasi. Dalam melakukan klarifikasi Panwaslu Kecamatan, atau membentuk tim
klarifikasi. Selanjutnya klarifikasi dilakukan untuk memperoleh keterangan dengan meminta
kehadiran Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli. Klarifikasi dilakukan melalui: tatap muka;
atau media daring.
Klarifikasi dilakukan dalam hal terdapat masalah geografis diantaranya masalah
keamanan, ketersediaan sarana dan prasarana, serta bencana alam atau bencana nonalam.
Panwaslu dapat menugaskan Pengawas Pemilu di tingkat bawah untuk melakukan klarifikasi.
Panwaslu Kecamatan membuat surat undangan klarifikasi sesuai dengan Formulir Klarifikasi
yang tercantum dalam Lampiran. Surat undangan disampaikan secara langsung, melalui
SigapLapor, atau media telekomunikasi kepada Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli paling
36
lambat 1 (satu) Hari sebelum klarifikasi. Panwaslu Kecamatan, memastikan undangan
klarifikasi telah diterima oleh pihak yang akan diklarifikasi.
Dalam hal klarifikasi akan dilakukan melalui media daring, surat memuat ketentuan
klarifikasi dilakukan secara daring dan dilakukan perekaman secara audio visual. Dalam hal
Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli tidak menghadiri klarifikasi, Panwaslu Kecamatan,
dapat membuat dan menyampaikan surat undangan klarifikasi untuk yang kedua kalinya.
Dalam hal Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli tidak menghadiri klarifikasi setelah
disampaikan undangan klarifikasi, Panwaslu Kecamatan, melanjutkan kajian tanpa klarifikasi
Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli.
Panwaslu Kecamatan, melakukan klarifikasi secara tatap muka dengan ketentuan:
1. memastikan identitas Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli;
2. meminta kesediaan Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli untuk diambil sumpah/janji
sebelum proses klarifikasi;
3. melakukan tanya jawab kepada Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli;
4. mencatat proses klarifikasi dalam berita acara sesuai dengan Formulir Berita Acara
Klarifikasi.
5. membacakan hasil berita acara dan meminta konfirmasi Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau
ahli; dan
6. menandatangani berita acara klarifikasi.
Dalam hal Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli bersedia untuk diambil sumpah/janji,
Pelapor, Terlapor, atau saksi menandatangani berita acara sumpah/janji sesuai dengan Formulir
Berita Acara Sumpah/Janji yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini dan ahli menandatangani berita acara sumpah/janji sesuai
dengan Formulir Berita Acara Sumpah/Janji yang tercantum dalam Lampiran. Dalam hal
Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli tidak bersedia untuk diambil sumpah/janji, klarifikasi
tetap dilaksanakan tanpa pengambilan sumpah/janji.
Panwaslu Kecamatan, melakukan klarifikasi melalui media daring dengan ketentuan:
1. merekam pelaksanaan klarifikasi terhadap Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli;
2. memastikan identitas Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli;
3. meminta kesediaan Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli untuk diambil sumpah/janji
sebelum proses klarifikasi;
4. melakukan tanya jawab kepada Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli;
5. mencatat proses klarifikasi dalam berita acara sesuai dengan Formulir Berita Acara
Klarifikasi yang tercantum dalam Lampiran;
37
6. membacakan atau meminta Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli membaca hasil berita
acara sebagaimana dimaksud dalam huruf e dan meminta konfirmasi kepada Pelapor,
Terlapor, saksi, dan/atau ahli; dan
7. menandatangani berita acara klarifikasi.
Dalam hal Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli bersedia untuk diambil sumpah/janji,
Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli mengikuti lafaz sumpah/janji yang dibacakan oleh
Panwaslu Kecamatan. Dalam hal Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli tidak bersedia untuk
diambil sumpah/janji, klarifikasi tetap dilaksanakan tanpa pengambilan sumpah/janji. Pelapor,
Terlapor, dan saksi dalam hal klarifikasi dapat didampingi oleh pihak yang ditunjuk
berdasarkan surat kuasa khusus.
Berita acara dalam hal klarifikasi dibubuhi paraf pada setiap halaman oleh Pelapor,
Terlapor, saksi, dan/atau ahli bersama pihak yang melakukan klarifikasi serta ditandatangani.
Dalam hal Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli tidak bersedia untuk menandatangani berita
acara klarifikasi, Panwaslu Kecamatan, atau menyatakan ketidakbersediaan dalam berita acara
klarifikasi dan ditandatangani oleh pihak yang melakukan klarifikasi. Dalam hal klarifikasi
dilakukan melalui media daring, berita acara klarifikasi dibubuhi paraf pada setiap halaman
oleh pihak yang melakukan klarifikasi dan ditandatangani.
Berita acara klarifikasi dibuat 1 (satu) rangkap untuk menjadi bahan pemberkasan
Panwaslu Kecamatan. Salinan berita acara klarifikasi dapat diberikan kepada Pelapor,
Terlapor, saksi, dan/atau ahli setelah status penanganan Pelanggaran Pemilu diumumkan.
Panwaslu Kecamatan, melakukan klarifikasi melalui media daring, Pelapor, Terlapor,
saksi, dan/atau ahli dapat diklarifikasi di Sekretariat Panwaslu Kecamatan, atau terdekat.
Dalam hal klarifikasi melalui media daring tidak dilakukan di Sekretariat Panwaslu
Kecamatan, terdekat maka Panwaslu Kecamatan, dapat mendampingi Pelapor, Terlapor, saksi,
dan/atau ahli.
Tim klarifikasi Panwaslu Kecamatan, terdiri atas:
1. Ketua dan/atau Anggota Panwaslu Kecamatan, dan
2. pejabat dan/atau pegawai pada Sekretariat Panwaslu Kecamatan.
Tim klarifikasi ditetapkan dengan keputusan Ketua Ketua Panwaslu Kecamatan, sesuai dengan
tingkatannya.
Kajian dugaan pelanggaran memuat:
1. kasus posisi;
2. identitas Penemu/Pelapor dan Terlapor;
38
3. daftar bukti;
4. fakta dan analisis;
5. kesimpulan; dan
6. rekomendasi.
Kajian dituangkan dalam Formulir Kajian Dugaan Pelanggaran yang tercantum dalam
Lampiran. Kajian diputuskan dalam rapat pleno Panwaslu Kecamatan. Kajian bersifat rahasia
selama belum diputuskan dalam rapat pleno Panwaslu Kecamatan. Kajian ditandatangani oleh
Ketua Panwaslu Kecamatan. Penomoran Formulir Kajian Dugaan Pelanggaran menggunakan
penomoran yang sama dengan nomor dalam Formulir Laporan untuk Laporan atau Formulir
Temuan.
Hasil kajian terhadap dugaan Pelanggaran Pemilu dikategorikan sebagai:
1. Pelanggaran Pemilu; atau
2. bukan Pelanggaran Pemilu.
Pelanggaran Pemilu meliputi:
1. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu;
2. Pelanggaran Administratif Pemilu; dan/atau
3. Tindak Pidana Pemilu.
4. Bukan Pelanggaran Pemilu meliputi: Temuan atau Laporan tidak terbukti sebagai
Pelanggaran Pemilu; atau Temuan atau Laporan merupakan dugaan pelanggaran peraturan
perundang-undangan lainnya.
39
40
Etika merupakan ilmu dan termasuk cabang dari filsafat yang paling tua sejak zaman
Yunani Kuno. Etika adalah refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia
yang berkaitan dengan norma- 5 norma atau tentang tingkah laku manusia dari sudut
kebaikannya. Hal yang dibicarakan dan dianalisis dalam etika, adalah tema-tema sentral
mengenai hati nurani, kebebasan, tanggung jawab, norma, hak dan kewajiban, serta nilai-nilai
kebaikan. Lazimnya pengertian etika dirumuskan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral
yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat untuk mengatur
tingkah lakunya, yang bertujuan untuk menciptakan hubungan antar manusia dalam
masyarakat secara harmonis, dan oleh sebab itu “etika” selalu menuntun orang agar
bersungguh-sungguh menjadi baik, agar memiliki sikap etis.
Terkait dengan Kode Etik Penyelenggara Pemilu, maka terhadap istilah “Kode Etik”,
diartikan sebagai satu kesatuan landasan norma moral, etis dan filosofis yang menjadi pedoman
bagi perilaku penyelenggara pemilihan umum yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut
dilakukan dalam semua tindakan dan ucapan. Adapun tujuan kode etik ini adalah untuk
menjaga kemandirian, integritas, dan kredibilitas Penyelenggara Pemilu, yang sesuai dengan
asas Penyelenggaraan Pemilu, yaitu: (1) mandiri; (2) jujur; (3) adil; (4) kepastian hukum; (5)
tertib; (6) kepentingan umum; (7) keterbukaan; (8) proporsionalitas; (9) profesionalitas; (10)
akuntabilitas; (11) efisiensi; dan (12) efektivitas.
Dalam Peraturan Kode Etik Pemilu, disebutkan ada 21 prinsip dasar yang merupakan
kewajiban Penyelenggara Pemilu, yaitu:
1. Menjunjung tinggi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dan peraturan perundang-undangan;
2. Menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
41
3. Menunjukkan penghargaan dan kerjasama dengan seluruh lembaga dan aparatur negara
untuk kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. Menjaga dan memelihara nama baik Negara Kesatuan Republik Indonesia;
5. Memelihara dan menjaga kehormatan lembaga Penyelenggara Pemilu;
6. Menjalankan tugas sesuai visi, misi, tujuan, dan program lembaga Penyelenggara Pemilu;
7. Menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil rapat yang dinyatakan
sebagai rahasia sampai batas waktu yang telah 7 ditentukan atau sampai masalah tersebut
sudah dinyatakan untuk umum sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangundangan;
8. Menghargai dan menghormati sesama lembaga Penyelenggara Pemilu dan pemangku
kepentingan Pemilu;
9. melakukan segala upaya yang dibenarkan etika sepanjang tidak bertentangan dengan
perundang-undangan sehingga memungkinkan bagi setiap penduduk yang berhak memilih
terdaftar sebagai pemilih dan dapat menggunakan hak memilihnya;
10. Menjaga dan memelihara tertib sosial dalam penyelenggaraan Pemilu;
11. Mengindahkan norma dalam penyelenggaraan Pemilu;
12. Menghormati kebhinnekaan masyarakat Indonesia.
13. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
14. Menjunjung tinggi sumpah/janji jabatan dalam melaksanakan tugas, wewenang,
kewajiban, dan tanggungjawabnya;
15. Menjaga dan memelihara netralitas, imparsialitas, dan asas-asas penyelenggaraan Pemilu
yang jujur, adil, dan demokratis;
16. Tidak mengikutsertakan atau melibatkan kepentingan pribadi maupun keluarga dalam
seluruh pelaksanaan tugas, wewenang, kewajibannya;
17. Melaksanakan tugas-tugas sesuai jabatan dan kewenangan yang didasarkan pada Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, undang-undang, peraturan
perundang-undangan, dan keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu; 8
18. Mencegah segala bentuk dan jenis penyalahgunaan tugas, wewenang, dan jabatan, baik
langsung maupun tidak langsung;
19. Menolak untuk menerima uang, barang, dan/atau jasa atau pemberian lainnya yang apabila
dikonversi melebihi standar biaya umum dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) jam,
dalam kegiatan tertentu secara langsung maupun tidak langsung dari calon peserta Pemilu,
peserta Pemilu, calon anggota DPR dan DPRD, dan tim kampanye;
42
20. Mencegah atau melarang suami/istri, anak, dan setiap individu yang memiliki pertalian
darah/semenda sampai derajat ketiga atau hubungan suami/istri yang sudah bercerai di
bawah pengaruh, petunjuk, atau kewenangan yang bersangkutan, untuk meminta atau
menerima janji, hadiah, hibah, pemberian, penghargaan, dan pinjaman atau bantuan apapun
dari pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan Pemilu;
21. Menyatakan secara terbuka dalam rapat apabila memiliki hubungan keluarga atau sanak
saudara dengan calon, peserta Pemilu, atau tim kampanye.
43
Penyelenggara Pemilu memahami tugas, wewenang dan kewajiban dengan didukung
keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan, dan wawasan luas;
6. efektif bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan sesuai rencana tahapan dengan tepat waktu;
7. efisien bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memanfaatkan sumberdaya, sarana, dan prasarana dalam penyelenggaraan Pemilu
sesuai prosedur dan tepat sasaran;
8. kepentingan umum bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
mendahulukan kepentingan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
44
A. POTENSI PELANGGARAN
Terdapat potensi pelanggaran pemilu yang terjadi apabila Panwaslu Kelurahan/ Desa tidak
menjalankan tugas, kewenangan dan kewajiban dengan baik dan benar. Dalam hal ini
berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, terdapat
beberapa ancaman tindak pidana pemilu yang terjadi apabila Panwaslu Kelurahan/Desa tidak
menjalankan tugasnya, diantaranya:
45
2. Seluruh Tahapan 1. Tidak memahami alur
Pasal 543 penanganan pelanggaran
yang dilakukan oleh
Setiap anggota Bawaslu, Bawaslu Panwaslu Kelurahan
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, 2. Pelapor merasa tidak
Panwaslu Kecamatan, dan/atau puas terhadap pelayanan
Panwaslu Kelurahan/Desa/Panwaslu penerimaan laporan yang
LN/Pengawas TPS yang dengan sengaja dilakukan oleh anggota
tidak menindaklanjuti temuan dan/atau Panwaslu Kelurahan/
laporan pelanggaran Pemilu yang Desa.
dilakukan oleh anggota KPU, KPU 3. Dan faktor lainnya.
Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK,
PPS/PPLN, dan/atau KPPS/KPPSLN
dalam setiap tahapan Penyelenggaraan
Pemilu dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp24.000.000,00 (dua
puluh empat juta rupiah).
(Sumber: Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu)
Selain potensi pelanggaran tindak pidana pemilu sebagaimana yang dimaksud dalam tabel
diatas, Panwaslu Kelurahan/ Desa juga berpotensi melakukan pelanggaran terhadap
pelanggaran pemilu lainnya yang berkaitan dengan pelanggaran pedoman kode etik
penyelenggara pemilu yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya dengan berpedoman pada
peraturan DKPP Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pedoman Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
Adapun terhadap potensi pelanggaran administrasi, pengawas pemilu atau panwaslu
Kelurahan/ Desa tidak terancam melanggar administrasi pemilu yang disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya: 1.) Pengawas Pemilu bukan pelaksana teknis, namun bertugas
mengawasi pelaksanaan teknis pemilu yang dilakukan oleh KPU dan jajarannya. Sehingga
KPU dan jajarannya yang melaksanakan teknis tahapan pemilu terikat pada mekanisme, tata
cara dan prosedur pelaksanaan pemilu yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
terkait dengan pelaksanaan pemilu, 2.) Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun
2022 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilu tidak mengatur bahwa pengawas
46
pemilu merupakan pihak terlapor dalam pelanggaran administrasi pemilu dan 3) Jika pengawas
pemilu keliru dalam menjalankan tugas, kewenangan dan kewajibannya seperti keliru dalam
melakukan penanganan pelanggaran, maka potensi pelanggaran yang akan terjadi adalah
melanggar kode etik penyelenggara pemilu.
Kemudian dalam menjalankan tugas, kewenangan dan kewajiban sebagai pengawas pemilu
atau secara khsuus sebagai anggota Panwaslu Kelurahan/Desa dapat juga berpotensi terjadi
persoalan hukum. Dalam hal ini, permasalah hukum sebagaimana dimaksud adalah masalah
yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan tugas dan wewenang pengawasan pemilu selama
bekerja di Bawaslu. Dalam hal ini, terhadap permasalahan hukum yang timbul akibat anggota
Panwaslu Kelurahan/ Desa melaksanakan tugas pengawasannya, maka Bawaslu dapat
memberikan Bantuan Hukum sebagaimana yang diatur dalam Perbawaslu Nomor 26 Tahun
2018 tentang Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum di Lingkungan Badan Pengawas Pemilu.
Sebagaimana yang telah diuraikan, bahwa Bawaslu dapat memberikan bantuan hukum kepada
jajaran pengawas pemilu yang mendapatkan permasalahan hukum saat menjalankan tugas. Hal
tersebut diatur dalam Perbawaslu Nomor 26 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Bantuan
Hukum di Lingkungan Badan Pengawas Pemilu. Dalam hal ini Bantuan Hukum adalah
pemberian layanan hukum oleh unit kerja Bawaslu kepada Pejabat dan/atau Pegawai Bawaslu
dalam menangani masalah hukum yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Bawaslu.
Pemberi Bantuan Hukum adalah unit kerja yang membidangi Hukum pada Bawaslu atau
Bawaslu Provinsi. Kemudian untuk penerima bantuan hukum adalah Pejabat dan/atau Pegawai
Bawaslu. Dalam hal ini pemberian Bantuan Hukum oleh Bawaslu diberikan kepada Pengawas
Pemilu, Pejabat dan Pegawai yang mendapatkan Permasalahan Hukum. Pemberian Bantuan
Hukum sebagaimana dimaksud pada dapat diberikan kepada mantan Pengawas Pemilu,
Mantan Pegawai, dan pensiunan Pegawai sepanjang berkaitan dengan tugas dan kewajiban
selama bekerja di lingkungan Bawaslu. Artinya mantan pengawas pemilu juga dapat
mengajukan permohonan bantuan hukum, selama permasalahan hukum yang dihadapi terjadi
karena menjalankan tugas saat bekerja di Bawaslu.
47
Bantuan Hukum paling sedikit meliputi: a. perkara perdata; b. perkara pidana; dan c. perkara
Tata Usaha Negara. Selain Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud juga diberikan paling
sedikit terhadap: a. perkara kode etik; b. uji materiil Undang-Undang terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. uji materiil peraturan perundang-
undangan di bawah Undang-Undang; d. pengaduan hukum; e. konsultasi hukum; f. alternatif
penyelesaian sengketa; dan g. permasalahan hukum lain yang melibatkan Bawaslu. Pemberian
Bantuan Hukum di lingkungan Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, dan Pengawas TPS dilaksanakan oleh bagian yang membidangi bantuan
hukum pada Bawaslu Provinsi. Dalam hal Bawaslu Provinsi sebagaimana dimaksud tidak
dapat memberikan bantuan hukum, Bawaslu Kabupaten/Kota Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, dan Pengawas TPS dapat mengajukan permohonan bantuan hukum kepada
Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi.
48
pimpinan Bawaslu atau Bawaslu Provinsi, Pemberi Bantuan Hukum memberikan penjelasan
kepada Pemohon Bantuan Hukum.
Namun, jika permohonan bantuan hukum diterima, terdapat hak dan kewajiban penerima
bantuan hukum dengan ketentuan sebagai berikut:
Pemberi Bantuan Hukum dilarang menerima atau meminta pembayaran dari Penerima Bantuan
Hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang ditangani Pemberi
Bantuan Hukum. Biaya yang diperlukan untuk Bantuan Hukum dibebankan pada alokasi
anggaran Bawaslu atau anggaran Bawaslu Provinsi dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian, Panwaslu Kelurahan dapat memperoleh bantuan hukum ketika saat
melaksanakan tugas sebagai pengawas pemilu mendapatkan permasalahan hukum baik perkara
pidana, perdata maupun tata usaha negara. Dalam mengajukan permohonan, Panwaslu
Kelurahan/ Desa membuat permohonan secara tertulis dengan disertai alat bukti yang berkaitan
dengan perkara yang dihadapi dengan surat permohonan secara tertulis yang diajukan kepada
ketua Bawaslu Provinsi.
49
Pelaporan merupakan salah satu fase penting dalam siklus manajemen. Dalam
manajemen modern pelaporan merupakan fase terakhir yang dijadikan alat evaluasi diri sendiri
guna perbaikan manajemen itu sendiri, demikian pula laporan hasil kinerja. Laporan Kinerja
merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada
setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam
penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan
(disclosure)secara memadai hasil analisis terhadappengukuran kinerja. Laporan Hasil Kinerja
dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
serta pengelolaan sumber daya pelaksanaan kebijakan dan program yang dipercayakan kepada
setiap instansi badan Adhoc, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai. Dalam hal
ini, setiap instansi badan Adhoc secara periodik wajib mengkomunikasikan pencapaian tujuan
dan sasaran strategis organisasi kepada badan diatasnya, yang dituangkan melalui Laporan
Hasil Kinerja Tahunan ataupun pada setiap tahapan Pemilu. Penyusunan Laporan Hasil Kinerja
dilakukan melalui proses penyusunan rencana strategis, penyusunan rencana kinerja, serta
pengukuran dan evaluasi kinerja. Keseluruhan proses tersebut merupakan suatu siklus yang
berkesinambungan dan terintegrasi satu sama lain. Laporan Hasil Kinerja dalam kerangka
sistem ini sebagai perwujudan salah satu kewajiban untuk menjawab tentang apa yang sudah
diamanahkan kepada setiap Anggota Panwaslu Kelurahan/Desa.
50
Fungsi Laporan
1. Untuk Mengevaluasi
Yakni untuk mengevaluasi seberapa baik suatu pengawas pemilu berkinerja. Proses
evaluasi ini terdiri dari dua variabel: data kinerja organisasi dan patokan yang menciptakan
suatu kerangka untuk menganalisis data kinerja tersebut.
2. Untuk Mengendalikan
Pengawas Pemilu memiliki kebutuhan untuk memastikan bahwa jajaran telah melakukan
pekerjaan mereka secara benar. Organisasi pun menciptakan sistem pengukuran yang
menentuan tindakan tertentu apa yang harus dilakukan oleh jajaran. Setelah itu, mereka pun
mengevaluasi apakah sang jajaran betul-betul telah melakukan apa yang telah ditugaskan
kepada mereka dan membandingkannya dengan standar kinerja.
3. Untuk Menganggarkan
Anggaran adalah perangkat mentah untuk meningkatkan kinerja. Kinerja yang buruk tidak
selalu berubah menjadi baik ketika dilakukan pemotong an anggaran sebagai tindakan
disipliner. Terkadang penaikan anggaranlah yang menjadi jawaban untuk peningkatan
kinerja.
4. Untuk Memotivasi
Para jajaran perlu diberikan target yang signifikan untuk mereka raih dan lalu
menggunakan ukuran kinerja -termasuk target antara- untuk memfokuskan ernergi para
jajaran dan memberikan perasaan telah mencapai sesuatu. Target kinerja juga bisa
mendorong munculnya kreativitas dalam mengembangkan cara-cara yang lebih baik untuk
mencapai suatu tujuan dalam pengawasan pemilu.
5. Untuk Merayakan
Pengawas pemilu perlu memperingati prestasi-prestasi yang mereka raih, karena ritual
semacam peringatan ini bisa mengikat orang- orang yang ada di dalam tim, memberikan
mereka perasaan terikat. Perayaan merupakan aktivitas yang mengeksplisitkan pengakuan
atas prestasi dan pencapaian.
6. Untuk Bisa Belajar
Pembelajaran merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh organisasi untuk bisa terus
berkembang. Pembelajaran ini bisa didapat dengan mengevaluasi kinerja sendiri, semisal
dengan mengidentifikasi apa-apa saja yang berhasil dan yang tidak. Dengan mengevaluasi
hal ini, pengawas pemilu akan bisa pelajari alasan di balik kinerja baik dan buruk.
7. Untuk Mengembangkan
51
Pengawas Pemilu harus belajar tentang apa-apa yang harus dilakukan secara berbeda untuk
memperbaiki kinerja. Oleh karenanya pengawas pemilu membutuhkan umpan balik untuk
menilai kesesuaian rencana dan arahan serta target sehingga bisa didapatkan pengertian
mana-mana saja perihal yang perlu diperbaiki dan dikembangkan.
SISTEMATIKA LAPORAN
• KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
peyusunan Laporan Akhir Komprehensif Hasil Pengawasan 2024 Pengawas Keluraan/Desa ini
dapat diselesaikan. Kami juga berterimakasih kepada setiap pihak yang telah terlibat dan
membantu kami dalam Pengawasan Pemilu 2024. Dalam proses penyusunan tugas Laporan
Akhir Komprehensif Hasil Pengawasan 2024 Pengawas Kelurahan/Desa kami menjumpai
hambatan, namun berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan
tugas Laporan Akhir Komprehensif Hasil Pengawasan 2024 Pengawas Kelurahan/Desa
dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih
dan penghargaan setinggitingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu
terselesaikannya tugas Laporan Akhir Komprehensif Hasil Pengawasan 2024 Pengawas
Kelurahan/Desa. Penyusun menyadari bahwa Laporan Akhir Komprehensif Hasil Pengawasan
2024 ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik yang membangun dari semua
pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan Laporan ini. Penulis berharap Laporan Akhir
Komprehensif Hasil Pengawasan 2024 ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
• Daftar Isi
Sesuai namanya, daftar isi merupakan halaman yang di dalamnya memuat pemetaan halaman
untuk setiap bagian, mulai dari kata pengantar sampai halaman terakhir. Untuk membuat daftar
isi dapat menggunakan memanfaatkan fitur table of content yang ada pada Microsoft Word
atau aplikasi sejenis.
• Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian awal dari laporan yang berisi beberapa subbab seperti latar
belakang dan tujuan kegiatan. Secara umum pendahuluan terdiri dari :
1. Latar Belakang Kegiatan
2. Dasar Hukum Kegiatan
3. Maksud dan Tujuan Kegiatan
4. Ruang Lingkup
52
• Isi Laporan
Pembahasan atau juga bisa disebut sebagai isi, merupakan bagian inti dari laporan yang dibuat.
Di bagian ini, sebisa mungkin jelaskan secara detail dan mencakup unsur 5W + 1H.
Misalnya, jika laporan yang dibuat adalah laporan kegiatan, maka bisa mengisinya dengan
menguraikan hal hal berikut ini:
1. Kegiatan apa yang kamu lakukan?
2. Siapa saja yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut?
3. Di mana kegiatan tersebut dilaksanakan?
Secara Umum Isi Laporan terdiri dari:
1. Jenis Kegiatan
2. Tempat dan Waktu Kegiatan
3. Peserta Kegiatan
4. Rekaman Proses Kegiatan
• Temuan
Catatan penting selama berlangsungnya proses kegiatan
• Penutup
Penutup biasanya berisi kesimpulan tentang kegiatan dan laporan yang telah dibuat. Penutup
biasanya terdiri dari
1. Kesimpulan yang didalamnya memuat hasil yang dicapai dan hambatan/kendala;
dan
2. Rekomendasi.
• Lampiran
Bagian terakhir merupakan lampiran. Lampiran adalah halaman yang memuat berbagai
dokumentasi tentang kegiatan yang telah dilakukan. Dokumentasi tersebut dapat berupa
foto/gambar, tabel, surat, dan sebagainya. Lampiran tersebut nantinya akan mewakili
kelengkapan laporan yang dibuat.
53
A. LATAR BELAKANG
Agenda Pemilu tahun 2024 memiliki kompleksitas baik dalam persiapan dan pelaksanaanya
oleh seluruh elemen yang terkait. Dari sudut pandang Badan Pengawas Pemilihan Umum
(Bawaslu), pemilu secara ideal diterjemahkan untuk melakukan pencegahan terhadap
terjadinya pelanggaran dan penyelesaian sengketa proses pemilu hingga tataran teknis sesuai
kebutuhan substansi pelaksanaan Pemilu tahun 2024. Berdasarkan kompleksitas itu pula logis
jikamenyatakan bahwa mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Maka dari itu pentingnya
mencegah hal-hal yang akan bertentangan dengan asas dan aturan mengenai pelaksanaan
pemilu, lebih diutamakan daripada mengobati. Sebab mengobati bagian-bagian yang telah
mengalami kerusakan mengakibatkan perubahan pada fungsi-fungsi organ, sehingga
mencegah lebih diprioritaskan daripada mengobati. Terhadap konteks tersebut, Bawaslu
memiliki peran yang strategis dalam melakukan pencegahan terhadap potensi pelanggaran dan
sengketa proses pemilihan umum.
Dalam menjalankan peran pencegahan pelanggaran dan sengketa proses pemilu, Bawaslu
memerlukan partisipasi aktif seluruh elemen. Fungsi pencegahan yang luas memberikan ruang
untuk melibatkan semua pihak, mulai dari masyarakat, penyelenggara pemilu, peserta pemilu,
pemerintah, dan pihak terkaitlainnya. Peran aktif dari seluruh pihak dalam upaya pencegahan
membuat pemiluyang berkesesuaian dengan asas menjadi hal yang mungkin untuk wujudkan.
Di sisi lain Bawaslu memiliki kewajiban dalam meningkatkan partisipasi masyarakatyang
dimaknai bahwa partisipasi masyarakat lebih dari sekadar menggunakan hak pilihnya saja,
melainkan menjadi subjek melakukan pencegahan pelanggaran mewujudkan pemilu yang
demokratis.
Desain pencegahan pelanggaran dan sengketa proses pemilu yang terus mengalami
perkembangan kemudian diejawantahkan dalam beberapa bentuk, diantaranya identifikasi
kerawanan pemilu, edukasi kepada masyarakat, penguatan partisipasi masyarakat, kolaborasi
dengan stakeholders, serta supervisi Bawaslu di seluruh tingkatan. Adapun bentuk pencegahan
tersebut perlu dilaksanakan dengan sinergis dan efektif oleh Bawaslu sebagai implementasi
upaya pencegahan penanganan pelanggaran dan sengketa proses pemilihan umum
sebagaimana telah diatur dalam pasal 93 huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum mengenai
54
“Bawaslu bertugas melakukan pencegahan dan penindakan terhadap:
B. SASARAN
1. Penyelenggara Pemilu;
2. Peserta Pemilu;
3. Pelaksana atau tim kampanye;
4. Pemerintah kelurahan/desa;
5. Masyarakat;
6. Pemilih; dan
7. Pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
Pemilu.
C. RUANG LINGKUP
1. Bentuk Pencegahan Pelanggaran dan Sengketa Proses Pemilu; dan
2. Tata Cara Pelaksanaan PencegahanPelanggaran dan Sengketa Proses Pemilu
D. PELAKSANA PENCEGAHAN
1. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu Kecamatan
bertugas melakukan pencegahan terhadap: a. pelanggaran Pemilu; dan b. sengketa
proses Pemilu.
2. Panwaslu LN, Panwaslu Desa/Kelurahan, dan Pengawas TPS bertugas melakukan
pencegahan terhadap terjadinya praktik Politik Uang.
E. BENTUK PENCEGAHAN
1. identifikasi kerawanan;
2. pendidikan;
3. partisipasi masyarakat;
4. kerja sama;
5. publikasi;
6. himbauan; dan/atau
7. kegiatan lain
55
F. JENIS KEGIATAN PENCEGAHAN
1. Konsolidasi data;
2. Mengoordinasi dan Menyupervisi;
3. Forum koordinasi bersama Pemangku Kebijakan;
4. Sosialisasi;
5. Pojok Pengawasan;
6. Forum Warga;
7. Kampung/Desa Pengawasan Partisipatif;
8. Literasi Pegawasan Partisipatif Media Sosial;
9. Konsultasi;
10. Konsolidasi dengan Pemantau Pemilu;
11. Apel Siaga;
12. Patroli Pengawasan;
13. Pemanfaatan Sistem Informasi;
14. Imbauan;
15. Instrumen Hukum dalam Pencegahan (Saran Perbaikan); dan
16. Kegiatan lainnyaPencegahan Sengketa Proses Pemilu
56
57