Anda di halaman 1dari 57

1

KATA SAMBUTAN

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangnya
kepada kita semua sehingga buku Modul Bimbingan Teknis Pengawas TPS untuk pelaksanaan
Pengawasan Pemilu Tahun 2024 dapat dikerjakan dengan baik. Pembuatan buku modul
bimbingan teknis ini ditujukan guna menjadi pedoman bagi Pengawas TPS terpilih dalam
menjalankan kinerja pengawasan untuk pemilu 2024.

Proses rekrutmen Pengawas TPS untuk pelaksanaan Pengawasan Pemilu Tahun 2024 telah
berlangsung secara demokratis. Proses rekrutmen dilakukan secara transparan dan sesuai dengan
prosedur yang berlaku. Dalam rangka mendorong kinerja pengawasan pemilu tahun 2024 di
tingkat TPS, maka diperlukan sebuah bimbingan teknis bagi para Pengawas Pemilu di tingkat
TPS. Hal ini sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum.

Pengawas TPS terpilih diharapkan memiliki kompetensi yang mumpuni. Pengawas Pemilu
TPS harus memahami tugas, wewenang dan kewajiban sebagai bagian dari pengawas pemilu
khususnya di tingkat TPS sebagaimana yang diatur dalam undang-undang nomor 7 tahun 2017.
Pengawas TPS perannya dalam mengawasi pelaksanaan tahapan pemungutan dan penghitungan
suara di TPS..

Pengawas TPS juga diharapkan memahami isu-isu terkait kepemiluan. Hal ini menjadi
penting agar para Pengawas TPS terpilih dapat memahami kondisi dilapangan saat melakukan
pengawasan. Tak hanya itu, Pengawas TPS terpilih juga perlu memahami dan mempraktikkan
kode etik dan pedoman perilaku penyelenggara Pemilu.

Dengan memahami dan menguasai kompetensi teknis dan non-teknis tersebut, Pengawas
Pemilu dapat berintegritas dalam menjalankan tugasnya serta menegakkan keadilan pemilu di
Indonesia melalui penyelenggaraan pemilu yang demokratis. Akhir kata, selamat mengikuti
bimbingan teknis bagi Pengawas TPS untuk Pengawasan Pemilu tahun 2024. Semoga Allah SWT
senantiasa memberkahi dan menguatkan langkah kita semua dalam menjalankan amanat.

“Bersama Rakyat Awasi Pemilu, Bersama Bawaslu Tegakkan Keadilan Pemilu”

Ketua Badan Pengawas Pemilu

Rahmat Bagja

2
KATA PENGANTAR

Guna mewujudkan pemilu yang demokratis tentu diperlukan fungsi pengawasan dalam
penyelenggaraan pemilu. Sejalan dengan semangat tersebut, maka dibentuknya Badan Pengawas
Pemilihan Umum (Bawaslu) menjadi sebuah keniscayaan. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017
tentang Pemilihan Umum mengamanatkan pembentukan lembaga pengawasan pemilu mulai dari
tingkat pusat hingga tingkat TPS.

Pembentukan Pengawas TPS telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017
tentang Pemilihan Umum. Tujuannya agar fungsi pengawasan dalam pemilu dilakukan dalam
setiap lapisan sendi di masyarakat sehingga upaya untuk menyelenggarakan pemilu yang selaras
dengan nilai-nilai demokrasi dapat terwujud dengan baik. Mewujudkan cita-cita besar tersebut
tentu membutuhkan dukungan dari berbagai aspek.

Pengawas TPS sebagai bagian dari lembaga pengawasan pemilu yang bersifat ad hoc turut
mengemban tugas penting dalam memastikan kelancaran penyelenggaraan pemilu di tingkat TPS.
Hasil pengawasan pemilu di tingkat TPS dapat berpnegaruh terhadap pengawasan di tingkat
lainnya. Oleh karenanya, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni agar kinerja
fungsi pengawasan di tingkat TPS ini dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang telah diatur
dalam undang-undang.

Bawaslu sebagai lembaga pengawasan di tingkat pusat perlu melakukan bimbingan teknis
kepada para Pengawas TPS yang terpilih untuk Pemilu 2024. Selain meningkatkan kompetensi
SDM, bimbingan teknis untuk para pengawas di tingkat TPS ini juga ditujukan untuk memberikan
pemahaman dan pengetahuan terkait kepemiluan. Bimbingan teknis untuk Pengawas TPS ini
diharapkan dapat menghasilkan pengawas pemilu yang tidak hanya memahami teknis terkait tugas
dan fungsinya dalam pelaksanaan pemilu saja, melainkan juga memahami kode etiknya sebagai
bagian dari penyelenggara pemilu.

Materi-materi dalam modul ini sangat penting untuk dipahami oleh para Pengawas TPS karena
membahas perihal yang menyangkut tugas dan kewajiban utama sebagai seorang pengawas
pemilu. Modul ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para Pengawas TPS dalam memahami
teknis pengawasan pemilu di lapangan sehingga dapat menjalankan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang telah diamanatkan dalam undang-undang.

“Bersama Rakyat Awasi Pemilu, Bersama Bawaslu Tegakkan Keadilan Pemilu”

Koordinator Divisi SDM, Organisasi, dan Diklat

Herwyn J.H. Malonda

3
PENGANTAR MODUL

Pemilihan umum adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik
tertentu. Pemilu adalah sarana untuk menentukan orang-orang yang akan mewakili rakyat dalam
menjalankan pemerintahan dalam berbagai macam tingkatan. Fungsi Pemilu adalah sarana
memilih pejabat publik, sarana pertanggungjawaban pejabat publik, sarana pendidikan politik
rakyat, mengubah kebijakan, mengganti pemerintahan, menyalurkan aspirasi daerah dan
masyarakat pemilih. Tujuan pemilu adalah melaksanakan kedaulatan rakyat, perwujudan hak asasi
politik rakyat, merawat Bhinneka Tunggal Ika dan menjamin kesinambungan pembangunan
nasional.

Kata kunci dari pemilihan umum adalah kedaulatan rakyat sebagai pemilik sah kekuasaan
dalam demokrasi. Secara fondasional, tidak ada Pemilu tanpa kedaulatan rakyat, karena hakikat
dilaksanakannya pemilu adalah menjunjung tinggi hak-hak dan kedaulatan rakyat untuk memilih
calon pemimpinnya. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang 7 Tahun 2017 menyatakan pemilihan umum
adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota
Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 1 angka 7 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum menyatakan,


penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi
Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat.

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) adalah lembaga penyelenggara pemilu yang


mengawasi pelaksanaan pemilu di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia.
Pengawasan penyelenggaraan pemilu dilakukan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Pengawas TPS dan Panwaslu
Luar Negeri. Dengan demikian Bawaslu memiliki jajaran pengawas dari pusat hingga pengawas
di tempat pemungutan suara.

Oleh karena itu, dalam mensukseskan proses pemilu tersebut, Pengawas TPS yang
merupakan bagian dari penyelenggara pemilu sangat memiliki peran besar dalam proses tahapan
pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suara di TPS. Keberadaannya Pengawas TPS sangat
menentukan kualitas proses dan hasil Pemilu. Diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan tahapan penyelenggaraan sekaligus pengawasannya untuk mewujudkan proses
pemilu yang jurdil dan berintegritas.

Tim Penyusun

4
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ............................................................................................................. 2

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 3

PENGANTAR MODUL ....................................................................................................... 4

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 5

BAGIAN I :
TUGAS, KEWENANGAN DAN KEWAJIBAN PENGAWAS TPS .................................... 6

BAGIAN II :
PERKENALAN, HARAPAN DAN MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR ................... 10

BAGIAN III :
NILAI-NILAI DASAR PENGAWAS PEMILU ..................................................................... 15

BAGIAN IV:
OBJEK PENGAWASAN PENGAWAS TPS ......................................................................... 23

BAGIAN V :
PELAKSANAAN PENGAWASAN PEMILU ....................................................................... 49

BAGIAN VII :
POTENSI PELANGGARAN PEMILU PENGAWAS TPS DAN
MEKANISME MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM ..................................................... 51

BAGIAN VIII :
SIWASLU DAN PELAPORAN HASIL PENGAWASAN ................................................... 55

5
BAGIAN I

TUGAS, KEWENANGAN DAN KEWAJIBAN PENGAWAS TPS

A. KEDUDUKAN PENGAWAS TPS

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum mengatur bahwa
pengawasan penyelenggaraan pemilu dilakukan oleh Bawaslu. Dalam hal ini Bawaslu memiliki
struktur organisasi secara hirarkis yang terdiri dari Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota yang bersifat tetap dan Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa,
Panwaslu Luar Negeri (LN) dan Pengawas TPS yang bersifat ad hoc (sementara). Kemudian untuk
kedudukan dari setiap struktur Bawaslu tersebut diantaranya:

1. Bawaslu berkedudukan di ibu kota negara.


2. Bawaslu Provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi.
3. Bawaslu Kabupaten/Kota berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota.
4. Panwaslu Kecamatan berkedudukan di kecamatan.
5. Panwaslu Kelurahan/Desa berkedudukan di kelurahan/desa.
6. Panwaslu LN berkedudukan di kantor perwakilan Republik Indonesia.
7. Pengawas TPS berkedudukan di setiap TPS
Terhadap keanggotaan Bawaslu di setiap tingkatan terdiri atas individu yang memiliki tugas
pengawasan Penyelenggaraan Pemilu dengan jumlah anggota sebagai berikut:
1. Bawaslu sebanyak 5 (lima) orang;
2. Bawaslu Provinsi sebanyak 5 (lima) atau 7 (tujuh) orang;
3. Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) atau 5 (lima) orang; dan
4. Panwaslu Kecamatan sebanyak 3 (tiga) orang
5. Panwaslu Kelurahan/Desa di setiap kelurahan/desa sebanyak 1 (satu) orang.
6. Panwaslu LN berjumlah 3 (tiga) orang.
7. Pengawas TPS berjumlah 1 (satu) orang setiap TPS.
Berdasarkan hal tersebut, maka secara khusus Pengawas TPS merupakan pengawas pemilu yang
bersifat sementara (ad hoc) dan berkedudukan di setiap TPS dengan jumlah anggota sebanyak 1
(satu) orang yang dibentuk paling lambat 23 (dua puluh tiga) hari sebelum hari pemungutan suara
dan dibubarkan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah hari pemungutan suara.

6
B. TUGAS, KEWENANGAN DAN KEWAJIBAN PENGAWAS TPS

Berdasarkan Pasal 114 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum mengatur
bahwa Pengawas TPS bertugas mengawasi:
a. persiapan pemungutan suara;
b. pelaksanaan pemungutan suara;
c. persiapan penghitungan suara;
d. pelaksanaan penghitungan suara; dan
e. pergerakan hasil penghitungan suara dari TPS ke PPS.

Kemudian berdasarkan Pasal 115 Undang-Undang Nomro 7 Tahun 2017 tentang Pemilu mengatur
bahwa Pengawas TPS berwenang:
a. menyampaikan keberatan dalam hal ditemukannya dugaan pelanggaran, kesalahan dan/atau
penyimpangan administrasi pemungutan dan penghitungan suara;
b. menerima salinan berita acara dan sertifikat pemungutan dan penghitungan suara; dan
c. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 116 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu
mengatur bahwa Pengawas TPS berkewajiban:
a. menyampaikan laporan hasil pengawasan pemungutan dan penghitungan suara kepada
Panwaslu Kecamatan melalui Panwaslu Kelurahan/ Desa; dan
b. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Panwaslu, Kecamatan melalui Panwaslu
Kelurahan/Desa.
.
C. TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN PENGAWAS TPS

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan dan kewajiban yang dimiliki oleh Pengawas TPS
sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, terdapat tata kerja dan pola hubungan
Bawaslu dan jajarannya yang diatur dalam Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tata Kerja
dan Pola Hubungan Bawaslu. Dalam hal ini beberapa ketentuan yang berkaitan dengan Pengawas
TPS adalah sebagai berikut:

7
1. Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu/Pemilihan
Pengawas TPS dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan dengan jumlah 1 (satu) orang setiap TPS.
Dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban penyelenggaraan Pengawasan
Pemilu dan Pemilihan, Pengawas TPS melaksanakan tugas:
a. Pengawasan persiapan pemungutan suara, pelaksanaan pemungutan suara, persiapan
penghitungan suara, pelaksanaan penghitungan suara, pergerakan hasil penghitungan
suara dari TPS ke PPS;
b. Pencegahan dugaan pelanggaran Pemilu dan Pemilihan;
c. penerimaan laporan dan/atau temuan dugaan pelanggaran Pemilu dan Pemilihan; dan
d. penyampaian laporan dan/atau temuan dugaan pelanggaran Pemilu dan Pemilihan kepada
Panwaslu Kecamatan melalui Panwaslu Kelurahan/Desa.

2. Tindakan lain yang dibutuhkan dalam Pelaksanaan Tugas, Wewenang dan Kewajiban
Pengawas TPS
Untuk kepentingan pelaksanaan tugas, wewenang, dan kewajiban, Pengawas TPS dapat
melakukan:
a. konsultasi kepada Panwaslu Kelurahan/Desa;
b. konsultasi kepada Panwaslu Kecamatan dengan persetujuan Panwaslu Kelurahan/Desa;
c. koordinasi dengan Pengawas TPS yang masih dalam 1 (satu) wilayah kelurahan/desa
atau nama lain; dan/atau
d. koordinasi dengan Pengawas TPS di luar wilayah kelurahan/desa atau nama lain.

Koordinasi dan konsultasi sebagaimana dimaksud dilakukan untuk kepentingan


penyelenggaraan dan/atau penyelesaian permasalahan dalam tugas Pengawas Pemilu dan
Pemilihan. Dalam hal Pengawas TPS melakukan koordinasi sebagaimana dimaksud,
koordinasi dilakukan setelah mendapatkan izin dari Panwaslu Kelurahan/Desa.

3. Pengawas TPS Berhalangan Sementara

Dalam hal Pengawas TPS berhalangan sementara akibat dikenai sanksi atau akibat lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga tidak dapat melaksanakan tugas,
wewenang, dan kewajibannya, Panwaslu Kecamatan dengan berdasarkan rekomendasi dari
Panwaslu Kelurahan/Desa mengambil keputusan dan/atau tindakan yang bersifat strategis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Penyampaian Laporan Pengawas TPS

8
Pangawas TPS menyampaikan laporan kinerja dan tugas Pengawas Pemilu secara berjenjang
kepada Pengawas Keluarahan/Desa. Laporan sebagaimana dimaksud disampaikan sesuai
dengan kebutuhan.

9
BAGIAN II

PERKENALAN, HARAPAN DAN MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR

Bimbingan teknis atau sering disingkat sebagai bimtek merupakan sebuah pelatihan,

layanan bimbingan, atau penyuluhan yang diadakan guna meningkatkan kemampuan tertentu,

kualitas sumber daya manusia, atau melatih tenaga kerja menjadi lebih kompeten. Bimtek juga

digunakan untuk menyelesaikan masalah tertentu dalam sebuah lembaga. Bimbingan teknis

memiliki tujuan penting dan dipahami oleh Pengawas TPS dalam membahas perihal

menyangkut tugas dan tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab sebagai Pengawas TPS

tahun 2024.

Bimbingan teknis ini menggunakan model pendidikan orang dewasa dan didamping oleh

fasilitator. Fasilitator dalam hal ini memiliki kemampuan untuk menfasilitasi kegiatan,

mengkodifikasi masalah, dan mampu memotivasi untuk membangkitkan semangat serta

menjadi teladan. Fasilitator juga menciptakan suasana belajar di antara sesama peserta dan

mampu memotivasi peserta agar berperan aktif dalam/selama proses belajar untuk

meningkatkan pengalaman terhadap suatu materi yang dibahas dan pencapaian target dalam

setiap materi yang disampaikan. Untuk mencapai target dan tujuan dalam bimbingan teknis

dibutuhkan ketepatan dalam membangun komitmen dan metode belajar yang tepat agar tujuan

bimbingan teknis dapat tercapai dengan baik.

A. TUJUAN

Tujuan perkenalan, harapan, komitmen dan metode belajar pada bimbingan teknis Pengawas

TPS tahun 2024 adalah sebagai berikut :

1. Peserta dapat saling mengenal antar sesama peserta, panitia, fasilitator serta

narasumber.

10
2. Tercipta suasana akrab dan pelaksanaan berjalan dengan baik selama bimbingan teknis

berlangsung

3. Mengetahui dan mengidentifikasi harapan peserta selama bimbingan teknis

4. Membangun komitmen dan kedisiplinan serta selama bimbingan teknis.

B. METODE

Metode belajar yang digunakan dalam bimbingan teknis ini antara lain :

1. Pemanasan: Berfungsi agar suasana forum yang hangat dan gembira untuk menarik

perhatian peserta terhadap topik yang dibahas.

2. Ceramah dan tanya jawab: Suatu cara memberikan informasi kepada peserta yang

berfungsi untuk menjelaskan sesuatu. Tanya jawab merupakan suatu cara untuk

mengetahui apakah penjelasan sudah jelas.

3. Bermain peran (role play): Berfungsi sebagai penumbuh spontanitas dan ekspresi serta

mengembangkan daya analisa dan pengamatan peserta

4. Diskusi: Berfungsi sebagai arena saling pemantapan pengalaman, saling tukar

pengalaman dan analisa hasil karya pribadi/kelompok serta terwujudnya kesimpulan

bersama

5. Studi kasus: Berfungsi sebagai arena saling tukar informasi dan memecahkan masalah

bersama

6. Curah pendapat/sharing: Berfungsi membangkitnya keberanian peserta untuk

mengungkapkan pendapat dan pengalaman.

7. Ice Breaker : Memecahkan kejenuhan pada saat bimbingan teknis berlangsung.

11
C. ALAT DAN MEDIA

Alat dan media yang dapat digunakan untuk kelancaran proses perkenalan dan bimbingan

teknis antara lain :

1. Bahan atau materi yang berhubungan (bahan ajar, naskah power point)

2. Lembar peraga

3. Poster/gambar

4. Lembar tugas

5. Buku atau bahan pegangan

6. Alat permainan/game

7. Alat tulis menulis

8. Laptop dan LCD Proyektor

D. PROSES

Proses bimbingan teknis dalam perkenalan, membangun komitmen dan pelaksanaan metode

belajar yang baik dapat mencairkan suasana selama bimbingan teknis. Sesi perkenalan dan

membangun komitmen dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan yang menyenangkan.

Berikut beberapa cara perkenalan yang dapat digunakan pada bimbingan teknis.

1. Fasilitator membuka sesi ini dengan menanyakan hal-hal ringan yang dapat membuka

kebekuan pada waktu ketemu pertama kali di kelas.

2. Fasilitator mengajak perseta untuk berkenalan satu sama lain dengan melakukan beberapa

permainan yang dapat dipilih sebagai berikut :

a. Perkenalan langsung

Perkenalan ini menunjuk peserta secara bergantian untuk berkenalan secara langsung

kepada peserta lain dan dimulai dari perkenalan fasilitator.

b. Lempar bola

12
Lempar bola dimulai dari fasilitator yang terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada

peserta dengan menyebut nama dan asal. Kemudian bola dilemparkan kepada salah

satu peserta secara random. Penerima bola mengucapkan terima kasih (dengan

menyebut namapelempar bola) dan kemudian memperkenalkan diri sebagaimana

yang sudah dilakukan fasilitator sebelumnya. Bola yang digunakan dapat digantikan

dengan barang lain.

c. Game perkenalan

Ini adalah cara peserta memperkenalkan diri dengan cepat dan dengan cara yang

berbeda:

1) Minta seluruh peserta berdiri membentuk lingkaran;

2) Mulai dari Fasilitator/trainer memperkenalkan diri dengan menyebutkan “nama”

dan sifat yang dimulai dengan huruf awal nama. Misalnya: “SI A CERDAS”

menggunakan gerakan;

3) Minta peserta lain untuk tidak mengulang sifat yang sudah disebutkan; dan

4) Setelah semua peserta menyebutkan, maka diulangi lagi dari awal. Peserta diminta

menyebutkan nama dan sifat yang disebutkan oleh peserta dari awal.

d. Evaluasi perkenalan

Dapat dilakukan dengan meminta pada peserta yang mampu menyebutkan beberapa

orang peserta lain meliputi nama dan asal guna meningkatkan keakraban tiap peserta.

3. Fasilitator menutup sesi perkenalan dengan mengajak peserta membiasakan diri untuk

menyebut nama bila menyapa, tidak hanya bapak atau ibu untuk membuat lebih akrab.

Selain itu, kegiatan sesi penutup dapat dilakukan dengan sesi Pohon Harapan. Dalam hal

ini sesi Pohon Harapan bertujuan untuk mengetahui motivasi dan harapan peserta terhadap

kegiatan yang diikuti. Peserta diminta menuliskan motivasi atau harapan dalam mengikuti

kegiatan. Harapan dan motivasi dapat dituliskan ke dalam lembaran kertas post-it warna

13
warni. Beri waktu kepada peserta untuk menuliskannya dan kemudian menempelkannya

di Pohon Harapan yang tertempel di salah satu dinding bagian ruangan/flip chart.

Fasilitator kemudian dapat membacakan secara acak harapan-harapan peserta yang

tertempel dan menegaskan bahwa semua peserta memiliki harapan pada bimbingan teknis

ini.

Fasilitator juga dapat menyampaikan bahwa bimbingan teknis Pengawas TPS tahun 2024 perlu

berjalan dengan tertib. Fasilitator mengajak peserta untuk menyepakati aturan-aturan selama

bimtek berlangsung agar harapan-harapan peserta dapat terwujud melalui kontrak belajar.

Dalam hal ini kontrak belajar dilakukan untuk menyepakati apa yang boleh dilakukan dan apa

yang tidak boleh dilakukan selama bimbingan teknis berlangsung. Kontrak belajar dapat

dilakukan dengan membuat kategori aturan agar mempermudah, misalnya peraturan apa yang

disepakati berkaitan waktu dan jadwal, penggunaan Hp, perilaku diruangan selama bimtek

berlangsung. Peserta juga diajak untuk melihat alur pelatihan dalam bentuk peta perjalanan.

Peta perjalanan ini menunjukkan penjelasan singkat dan keterangan waktu pada setiap materi

atau rangkaian kegiatan bimbingan teknis.

14
BAGIAN III
NILAI-NILAI DASAR PENGAWAS PEMILU

“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji: Bahwa saya akan memenuhi tugas dan
kewajiban saya sebagai Pengawas Tempat Pemungutan Suara dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan berpedoman pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bahwa saya dalam
menjalankan tugas dan wewenang akan bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, adil, dan
cermat demi suksesnya Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden/pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota, tegaknya demokrasi dan keadilan, serta
mengutamakan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia daripada kepentingan
pribadi atau golongan”
(Peraturan DKPP Nomor 2 tahun 2017)

Sumpah janji yang telah diucapkan oleh Pengawas TPS adalah prinsip dasar untuk bekerja
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang kelak dipertanggung
jawabkan baik didunia maupun diakhirat.

A. NILAI DASAR YANG HARUS DIJUNJUNG TINGGI OLEH PENGAWAS PEMILU


Berdasarkan Perbawaslu Nomor 6 Tahun 2017 tentang Kode Etik Pegawai Badan Pengawas
Pemilu, nilai dasar yang harus dijunjung tinggi pegawai Bawaslu disetiap tingkatan meliputi:
a. mandiri, tidak terpengaruh dan bersikap netral dalam melaksanakan tugas;
b. integritas, perilaku yang bermartabat dan bertanggung jawab;
c. transparansi, keterbukaan dalam batas normatif;
d. professional, menjaga dan menjalankan keahlian profesi dan mencegah benturan
kepentingan dalam menjalankan tugas;
e. akuntabilitas, kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban kepada pihak yang
meminta pertanggungjawaban; dan
f. kebersamaan, saling mendukung dalam menjalankan tugas dan tidak egois.
Pengawas TPS wajib menjalankan tugas, fungsi, dan wewenang sebagai pengawas
penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
sumpah/janji jabatan serta berpedoman pada kode etik penyelenggara pemilu. Dalam hal ini

15
pedoman kode etik penyelenggara pemilu bertujuan menjaga integritas, kehormatan,
kemandirian, dan kredibilitas Pengawas TPS. Penanganan pelanggaran kode etik
penyelenggara pemilu dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota terhadap pelanggaran kode
etik yang dilakukan oleh Panwaslu Kecamatan, dan Panwaslu Kelurahan/Desa termasuk
Pengawas TPS berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penanganan dilakukan
berdasarkan temuan Pengawas Pemilu atau aduan Penyelenggara Pemilu, Peserta Pemilu, tim
kampanye, masyarakat, dan/atau pemilih yang dilengkapi identitas yang jelas.

B. MAKNA DAN PRINSIP PENYELENGGARAAN PEMILU


Untuk menjaga integritas dan profesionalitas, Penyelenggara Pemilu wajib menerapkan prinsip
Penyelenggara Pemilu.
1. Integritas Penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud berpedoman pada prinsip:
a. jujur maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu didasari
niat untuk semata-mata terselenggaranya Pemilu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tanpa adanya kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan;
b. mandiri maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu bebas
atau menolak campur tangan dan pengaruh siapapun yang mempunyai kepentingan
atas perbuatan, tindakan, keputusan dan/atau putusan yang diambil;
c. adil maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
menempatkan segala sesuatu sesuai hak dan kewajibannya;
d. akuntabel bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Profesionalitas Penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud berpedoman pada


prinsip:
a. berkepastian hukum maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara
Pemilu melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. aksesibilitas bermakna kemudahan yang disediakan Penyelenggara Pemilu bagi
penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan;

16
c. tertib maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, keteraturan, keserasian, dan keseimbangan;
d. terbuka maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memberikan akses informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat sesuai kaidah
keterbukaan informasi publik;
e. proporsional maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum untuk
mewujudkan keadilan;
f. profesional maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memahami tugas, wewenang dan kewajiban dengan didukung keahlian atas dasar
pengetahuan, keterampilan, dan wawasan luas;
g. efektif bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan sesuai rencana tahapan dengan tepat waktu;
h. efisien bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memanfaatkan sumberdaya, sarana, dan prasarana dalam penyelenggaraan Pemilu
sesuai prosedur dan tepat sasaran;
i. kepentingan umum bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara
Pemilu mendahulukan kepentingan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
dan selektif.
C. PRINSIP DAN PEDOMAN PRILAKU PENYELENGGARA PEMILU
1. Dalam melaksanakan prinsip mandiri, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:
a. netral atau tidak memihak terhadap partai politik, calon, pasangan calon, dan/atau
peserta Pemilu;
b. menolak segala sesuatu yang dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap
pelaksanaan tugas dan menghindari intervensi pihak lain;
c. tidak mengeluarkan pendapat atau pernyataan yang bersifat partisan atas masalah
atau isu yang sedang terjadi dalam proses Pemilu;
d. tidak mempengaruhi atau melakukan komunikasi yang bersifat partisan dengan
peserta Pemilu, tim kampanye dan pemilih;
e. tidak memakai, membawa, atau mengenakan simbol, lambang atau atribut yang
secara jelas menunjukkan sikap partisan pada partai politik atau peserta Pemilu
tertentu;

17
f. tidak memberitahukan pilihan politiknya secara terbuka dan tidak menanyakan
pilihan politik kepada orang lain;
g. tidak menerima pemberian dalam bentuk apapun dari peserta Pemilu, calon peserta
Pemilu, perusahaan atau individu yang dapat menimbulkan keuntungan dari
keputusan lembaga Penyelenggara Pemilu;
h. menolak untuk menerima uang, barang, dan/atau jasa, janji atau pemberian lainnya
dalam kegiatan tertentu secara langsung maupun tidak langsung dari peserta
Pemilu, calon anggota DPR, DPD, DPRD, dan tim kampanye kecuali dari sumber
APBN/APBD sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan;
i. menolak untuk menerima uang, barang, dan/atau jasa atau pemberian lainnya
secara langsung maupun tidak langsung dari perseorangan atau lembaga yang
bukan peserta Pemilu dan tim kampanye yang bertentangan dengan asas kepatutan
dan melebihi batas maksimum yang diperbolehkan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan;
j. tidak akan menggunakan pengaruh atau kewenangan bersangkutan untuk meminta
atau menerima janji, hadiah, hibah, pemberian, penghargaan, dan pinjaman atau
bantuan apapun dari pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan Pemilu;
k. menyatakan secara terbuka dalam rapat apabila memiliki hubungan keluarga atau
anak saudara dengan calon, peserta Pemilu, dan tim kampanye;
l. menghindari pertemuan yang dapat menimbulkan kesan publik adanya pemihakan
dengan peserta Pemilu tertentu.

2. Dalam melaksanakan prinsip jujur, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. menyampaikan seluruh informasi yang disampaikan kepada publik dengan benar
berdasarkan data dan/atau fakta; dan
b. memberitahu kepada publik mengenai bagian tertentu dari informasi yang belum
sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan berupa informasi sementara

3. Dalam melaksanakan prinsip adil, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. memperlakukan secara sama setiap calon, peserta Pemilu, calon pemilih, dan pihak
lain yang terlibat dalam proses Pemilu;
b. memberitahukan kepada seseorang atau peserta Pemilu selengkap dan secermat
mungkin akan dugaan yang diajukan atau keputusan yang dikenakannya;

18
c. menjamin kesempatan yang sama bagi pelapor atau terlapor dalam rangka
penyelesaian pelanggaran atau sengketa yang dihadapinya sebelum diterbitkan
putusan atau keputusan; dan
d. mendengarkan semua pihak yang berkepentingan dengan kasus yang terjadi dan
mempertimbangkan semua alasan yang diajukan secara adil.

4. Dalam melaksanakan prinsip berkepastian hukum, Penyelenggara Pemilu bersikap dan


bertindak;
a. melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu yang secara tegas
diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan;
b. melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu yang sesuai dengan
yurisdiksinya;

5. Dalam melaksanakan prinsip tertib, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. menjaga dan memelihara tertib sosial dalam penyelenggaraan Pemilu;
b. mengindahkan norma dalam penyelenggaraan Pemilu;
c. menghormati kebhinnekaan masyarakat Indonesia;
d. memastikan informasiyang dikumpulkan, disusun, dan disebarluaskan dengan cara
sistematis, jelas, dan akurat; dan
e. memberikan informasi mengenai Pemilu kepada publik secara lengkap, periodik
dan dapat dipertanggungjawabkan

6. Dalam melaksanakan prinsip terbuka, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. memberikan akses dan pelayanan yang mudah kepada publik untuk mendapatkan
informasi dan data yang berkaitan dengan keputusan yang telah diambil sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. menata data dan dokumen untuk memberi pelayanan informasi publik secara
efektif;
c. memberikan respon secara arif dan bijaksana terhadap kritik dan pertanyaan publik.

7. Dalam melaksanakan prinsip proporsional, Penyelenggara Pemilu bersikap dan


bertindak:
a. mengumumkan adanya hubungan atau keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan
situasi konflik kepentingan dalam pelaksanaan tugas Penyelenggara Pemilu;

19
b. menjamin tidak adanya penyelenggara Pemilu yang menjadi penentu keputusan
yang menyangkut kepentingan sendiri secara langsung maupun tidak langsung;
c. tidak terlibat dalam setiap bentuk kegiatan resmi maupun tidak resmi yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan; dan
d. menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil rapat yang
dinyatakan sebagai rahasia sampai batas waktu yang telah ditentukan atau sampai
masalah tersebut sudah dinyatakan untuk umum sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan

8. Dalam melaksanakan prinsip profesional, Penyelenggara Pemilu bersikap dan


bertindak:
a. memelihara dan menjaga kehormatan lembaga Penyelenggara Pemilu;
b. menjalankan tugas sesuai visi, misi, tujuan, dan program lembaga Penyelenggara
Pemilu;
c. melaksanakan tugas sesuai jabatan dan kewenangan yang didasarkan pada Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang, peraturan
perundang- undangan, dan keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
Pemilu;
d. mencegah segala bentuk dan jenis penyalahgunaan tugas, wewenang, dan jabatan,
baik langsung maupun tidak langsung;
e. menjamin kualitas pelayanan kepada pemilih dan peserta sesuai dengan standar
profesional administrasi penyelenggaraan Pemilu;
f. bertindak berdasarkan standar perasional prosedur dan substansi profesi
administrasi Pemilu;
g. melaksanakan tugas sebagai penyelenggara Pemilu dengan komitmen tinggi; dan
h. tidak melalaikan pelaksanaan tugas yang diatur dalam organisasi Penyelenggara
Pemilu.

9. Dalam melaksanakan prinsip akuntabel, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. menjelaskan keputusan yang diambil berdasarkan peraturan perundang- undangan,
tata tertib, dan prosedur yang ditetapkan;
b. menjelaskan kepada publik apabila terjadi penyimpangan dalam proses kerja
lembaga Penyelenggara Pemilu serta upaya perbaikannya;
c. menjelaskan alasan setiap penggunaan kewenangan publik;

20
d. memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai keputusan
yang telah diambil terkait proses Pemilu;
e. bekerja dengan tanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan.

10. Dalam melaksanakan prinsip efektif, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:
a. menggunakan waktu secara efektif sesuai dengan tahapan dan jadwal
penyelenggaraan Pemilu yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-
undangan; dan
b. melakukan segala upaya yang dibenarkan menurut etika dan peraturan perundang-
undangan untuk menjamin pelaksanaan hak konstitusional setiap penduduk untuk
memilih dan/atau dipilih.

11. Dalam melaksanakan prinsip efisien, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:
a. kehati-hatian dalam melakukan perencanaan dan penggunaan anggaran agar tidak
berakibat pemborosan dan penyimpangan; dan
b. menggunakan keuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang diselenggarakan
atas tanggungjawab Pemerintah dalam melaksanakan seluruh kegiatan
penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan prosedur dan tepat sasaran.

12. Dalam melaksanakan prinsip kepentingan umum, Penyelenggara Pemilu bersikap dan
bertindak:
a. menjunjung tinggi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dan peraturan perundang-undangan;
b. menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. menunjukkan penghargaan dan kerjasama dengan seluruh lembaga dan aparatur
negara untuk kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. menjaga dan memelihara nama baik Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. menghargai dan menghormati sesama lembaga Penyelenggara Pemilu dan
pemangku kepentingan Pemilu;
f. tidak mengikut sertakan atau melibatkan kepentingan pribadi maupun keluarga
dalam seluruh pelaksanaan tugas, wewenang, dan kewajibannya;
g. memberikan informasi dan pendidikan pemilih yang mencerahkan pikiran dan
kesadaran pemilih;

21
h. memastikan pemilih memahami secara tepat mengenai proses Pemilu;
i. membuka akses yang luas bagi pemilih dan media untuk berpartisipasi dalam proses
penyelenggaraan Pemilu;
j. menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemilih untuk menggunakan hak pilihnya
atau memberikan suaranya; dan
k. memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung bagi pemilih yang
membutuhkan perlakuan khusus dalam menggunakan dan menyampaikan hak
pilihnya

13. Dalam melaksanakan prinsip aksesibilitas, Penyelenggara Pemilu bersikap dan


bertindak:
a. menyampaikan informasi Pemilu kepada penyandang disabilitas sesuai kebutuhan;
b. memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung bagi penyandang
disabilitas untuk menggunakan hak pilihnya;
c. memastikan penyandang disabilitas yang memenuhi syarat mempunyai kesempatan
yang sama sebagai Pemilih, sebagai calon anggota DPR, sebagai calon anggota
DPD, sebagai calon Presiden/Wakil Presiden, sebagai calon anggota DPRD,dan
sebagai Penyelenggara Pemilu.

22
BAGIAN IV
OBJEK PENGAWASAN PENGAWAS TPS

A. PELANGGARAN PEMILU
Pelanggaran Pemilu adalah perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang Pemilu terhadap
penyelenggaraan Pemilu yang berakibat pada penjatuhan sanksi pada pelanggarnya. Sementara
kejahatan Pemilu adalah merupakan tindak pidana yang diancam dengan hukum tertentu
berdasarkan sistem peradilan pidana. Undang-Undang Pemilu membagi pelanggaran Pemilu
kedalam empat jenis, yaitu; pelanggaran administrasi Pemilu, tindak pidana Pemilu,
pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu, dan pelanggaran peraturan perundang-undangan
lainnya.

Jenis-Jenis Pelanggaran Pemilu dan Pemilihan sebagaimana dimaksud, diantaranya:


1. Kode Etik Penyelenggara Pemilu adalah suatu kesatuan asas moral, etika, dan filosofi
yang menjadi pedoman perilaku bagi Penyelenggara Pemilu berupa kewajiban atau
larangan, tindakan dan/atau ucapan yang patut atau tidak patut dilakukan oleh
Penyelenggara Pemilu.
2. Tindak Pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap
ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Pemilihan umum dan Undang- Undang tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
3. Pelanggaran administratif Pemilu merupakan pelanggaran terhadap tata cara, prosedur,
atau mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap
tahapan Penyelenggaraan Pemilu, (tidak termasuk pelanggaran kode etik dan tindak pidana
pemilu).
4. Pelanggaran Peraturan undang-undang lainnya adalah Pelanggaran yang diatur di luar
undang-undang pemilu/pemilihan seperti netralitas ASN yang diatur dalam undang-undang
ASN yang tindakannya atau perbuatannya dilakukan berkaitan dengan penyelenggaraan
pemilu.

Pemahaman pelanggaran pemilu bagi Pengawas TPS merupakan hal yang sangat penting.
Seorang Pengawas TPS harus mampu mengenal jenis dan bentuk pelanggaran pemilu,
khususnya yang terjadi pada pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS. Maka
dari itu untuk membantu Pengawas TPS dalam memahami jenis dan bentuk pelanggaran

23
pemilu, Pengawas TPS perlu mengetahui objek pengawasan pemilu, khususnya pelaksanaan
pengawasan pada tahapan pemungutan dan penghitungan suara di TPS sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, yakni Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,
Peraturan KPU Nomor 25 Tahun 2023 Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam
Pemilihan Umum dan peraturan terkait lainnya.

B. PENGAWASAN MASA TENANG DAN PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA


Masa Tenang adalah masa yang tidak dapat digunakan untuk melakukan aktivitas kampanye.
Dalam tahapan Pemilu 2024, masa tenang berlangsung pada 11-13 Februari 2024. Dalam masa
tenang tersebut, peserta Pemilu dilarang melakukan aktivitas kampanye yaitu melakukan
kegiatan peserta pemilu atau pihak lain yang ditunjuk untuk meyakinkan pemilih dengan
menawarkan visi, misi, program dan/atau citra diri Peserta Pemilu. Maka dari itu terdapat
beberapa hal yang dapat dilakukan Pengawas TPS dalam melakukan pengawasan masa tenang
dan persiapan pemungutan suara, diantaranya:
1. Berkeliling di wilayah TPS memeriksa apakah terdapat kegiatan kampanye yang
dilakukan oleh peserta Pemilu.
2. Berkeliling di wilayah TPS mengawasi apakah terdapat praktik pemberian uang/barang
untuk mempengaruhi pilihan pemilih.
3. Mengidentifikasi situasi lingkungan TPS yang dapat menggangu persiapan pemungutan
suara.
Dalam masa tenang dilarang melakukan politik uang yaitu menjanjikan atau memberikan uang
atau materi lainnya kepada pemilih untuk mempengaruhi pilihan pemilih. Pengawas TPS
melakukan pengawasan di masa tenang dengan fokus pada praktik kampanye yang dilakukan
di masa tenang dan praktik politik uang. Apabila PTPS menemukan adanya kegiatan
kampanye yang dilakukan Peserta Pemilu, pelaksana kampanye atau tim kampanye. Maka
Pengawas TPS:
1. PTPS segera mengisi Formulir Model A dengan bukti foto atau video
2. melaporkan adanya kegiatan tersebut kepada Pengawas Pemilu Kelurahan dan dituangkan
kedalam Formulir Model A hasil Pengawasan Pemilu.
Kemudian terhadap pelaksanaan pengawasan ketersediaan perlengkapan pemungutan suara
dapat dilakukan Pengawas TPS dengan cara:
1. Mencari informasi dengan bertanya kepada KPPS atau pihak yang bertanggungjawab
terkait dengan jumlah Surat yang sudah dan belum didistribusikan dengan alasannya.

24
2. Mengawasi dan memastikan langsung penyiapan dan pembuatan TPS satu hari sebelum
pemungutan suara tanpa kendala dan gangguan.
3. Mengawasi dan memastikan pembuatan TPS ramah dan akses bagi pemilih penyandang
disabilitas dengan memperhatikan jalan masuk dan keluar, meja kotak, bilik dan tinta serta
kondisi jalan menuju TPS.
4. Pengecekan ke lokasi tempat penyimpanan Kotak Suara, perlengkapan pemungutan dan
penghitungan suara serta dukugan perlengkapan lainnya.
5. Memeriksa Kotak Suara untuk memastikan kotak suara masih dalam kondisi tersegel dan
tidak rusak.
6. Jika ditemukan Kotak Suara tidak terkunci/tidak disegel/segel rusak, maka Pengawas TPS:
a. Meminta penjelasan Ketua KPPS
b. Catat hasil dalam Form Model A Melampirkan bukti berupa Foto/Video
c. Laporkan kepada Panwaslu Kelurahan/Desa

C. OBJEK PENGAWASAN PEMUNGUTAN SUARA


Pengawasan pemungutan suara dilaksanakan oleh Pengawas TPS dengan tertib dan
bertanggung jawab. Dalam hal terjadi penyimpangan pelaksanaan pemungutan suara oleh
KPPS, pengawas TPS melakukan pencegahan dengan memberikan saran perbaikan secara
lisan atau tulisan yang disaksikan oleh saksi yang hadir dan petugas ketertiban dan keamanan
TPS. Pengawas TPS memastikan KPPS menindaklanjuti saran perbaikan yang disampaikan
oleh pengawas Pemilu. Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) huruf a dan b Peraturan KPU Nomor 25
Tahun 2023 Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum mengatur
bahwa tahapan pemungutan suara terdiri dari persiapan pemungutan suara dan pelaksanaan
pemungutan suara yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan KPU. Oleh karena
itu, Pengawas TPS wajib hadir 10 menit sebelum pelaksanaan pemungutan saura dimulai.

Dalam melakukan pengawasan terhadap persiapan pemungutan suara, Pengawas TPS


memastikan bahwa KPPS melakukan:
1. penyiapan TPS dengan ketentuan:
a. dibuat di ruang terbuka dan/atau ruang tertutup;
b. tidak dibuat di dalam ruangan tempat ibadah;
c. dibuat dengan ukuran paling kurang panjang 10 (sepuluh) meter dan lebar 8
(delapan) meter atau dapat disesuaikan dengan kondisi setempat;

25
d. harus sudah selesai paling lambat 1 (satu) Hari sebelum Hari dan tanggal
pemungutan suara; dan
e. menyusun tata letak TPS dengan mempertimbangkan kemudahan Pemilih dalam
memberikan suara serta memperhatikan alur pemberian suara oleh Pemilih.
2. pengumuman dengan menempelkan DPT, DPTb, daftar Pasangan Calon, dan DCT
anggota DPR, DCT anggota DPD, DCT anggota DPRD Provinsi, dan DCT anggota
DPRD Kabupaten/Kota di TPS;
3. penyerahan salinan DPT dan DPTb kepada Saksi yang hadir dan Pengawas TPS;

Kemudian dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan suara, Pengawas


TPS memastikan:
1. Pemeriksaan Persiapan Akhir Pemungutan Suara dengan cara memastikan KPPS
melakukan beberapa hal, diantaranya:
a. memeriksa TPS dan perlengkapannya
b. menempatkan kotak suara yang berisi surat suara untuk masing-masing jenis
Pemilu beserta kelengkapan administrasinya di depan meja ketua KPPS
c. mempersilakan dan mengatur Pemilih untuk menempati tempat duduk yang
telah disediakan; dan
d. menerima surat mandat dari Saksi yang hadir di TPS.
2. Rapat Pemungutan Suara yang dilakukan dengan cara:
a. pengucapan sumpah atau janji anggota KPPS dan Petugas Ketertiban TPS sesuai
dengan ketentuan Peraturan KPU;
b. penjelasan kepada Pemilih tentang tata cara pemungutan suara yang meliputi:
1) Pemilih perlu memastikan surat suara yang diterima telah ditandatangani oleh
ketua KPPS;
2) pemberian suara dilakukan dengan cara mencoblos menggunakan alat untuk
mencoblos pilihan yang telah disediakan;
3) pemberian suara pada Surat Suara Presiden dan Wakil Presiden dilakukan
dengan cara mencoblos pada nomor, nama, foto Pasangan Calon, atau tanda
gambar Partai Politik pengusul dalam satu kotak;
4) pemberian suara pada Surat Suara DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota dilakukan dengan cara mencoblos pada nomor atau tanda
gambar Partai Politik, dan/atau nama calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota dalam Partai Politik yang sama; dan

26
5) pemberian suara pada Surat Suara DPD dilakukan dengan cara mencoblos pada
nomor, nama, atau foto calon dalam satu kolom calon yang sama
c. pelaksanaan pemberian suara dengan cara:
1) Pemberian Suara di dalam negeri dilaksanakan untuk memilih Pasangan Calon,
calon anggota DPR, calon anggota DPD, calon anggota DPRD Provinsi, dan
calon anggota DPRD Kabupaten/Kota
2) Pemilih yang berhak memberikan suara di TPS meliputi: pemilik KTP-el yang
terdaftar dalam DPT di TPS yang bersangkutan, pemilik KTP-el yang terdaftar
dalam DPTb, pemilik KTP-el yang tidak terdaftar pada DPT dan DPTb dan
penduduk yang telah memiliki hak pilih. Dalam hal Pemilih belum memiliki
KTP-el pada Hari pemungutan suara, Pemilih dapat menggunakan Suket.
3) Sebelum Pemilih melakukan pemberian suara, ketua KPPS: menandatangani
surat suara masing-masing jenis Pemilu pada tempat yang telah ditentukan
untuk diberikan kepada Pemilih, memanggil Pemilih yang telah mengisi daftar
hadir untuk memberikan suara berdasarkan prinsip urutan kehadiran Pemilih,
memberikan 5 (lima) jenis surat suara yang telah ditandatangani yang terdiri
dari Surat Suara Presiden dan Wakil Presiden, Surat Suara DPR, Surat Suara
DPD, Surat Suara DPRD Provinsi, serta Surat Suara DPRD Kabupaten/Kota,
dalam keadaan baik/tidak rusak serta dalam keadaan terlipat kepada Pemilih,
kecuali untuk wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, hanya diberikan
4 (empat) jenis surat suara, yang terdiri dari Surat Suara Presiden dan Wakil
Presiden, Surat Suara DPR, Surat Suara DPD, dan Surat Suara DPRD provinsi,
mengingatkan Pemilih untuk memeriksa dan meneliti surat suara tersebut dalam
keadaan tidak rusak dan mengingatkan dan melarang Pemilih membawa telepon
genggam dan/atau alat perekam gambar lainnya ke bilik suara.
4) Ketua KPPS dapat mendahulukan Pemilih penyandang disabilitas, ibu hamil,
atau lanjut usia untuk memberikan suara atas persetujuan Pemilih yang
seharusnya mendapat giliran sesuai dengan nomor urut kehadiran Pemilih
tersebut.
5) Ketua KPPS memberikan surat suara kepada Pemilih yang terdaftar dalam
DPTb yang menggunakan hak pilihnya di TPS, meliputi: Surat Suara Presiden
dan Wakil Presiden, Surat Suara DPR, jika pindah memilih ke kabupaten/kota
lain dalam satu provinsi dan dalam satu Dapil angota DPR, Surat Suara DPD,
jika pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam satu provinsi, Surat Suara

27
DPRD provinsi, jika pindah memilih ke kabupaten/kota lain dalam satu provinsi
dan dalam satu Dapil anggota DPRD Provinsi; dan Surat Suara DPRD
kabupaten/kota, jika pindah memilih ke kecamatan lain dalam satu
kabupaten/kota dan dalam satu Dapil anggota DPRD Kabupaten/Kota
6) Memastikan ketua KPPS memberikan jumlah surat suara yang tercantum dalam
surat pemberitahuan pindah memilih kepada Pemilih luar negeri yang terdaftar
dalam DPTLN pindah memilih ke TPS.
7) Memastikan Pemilih dapat meminta surat suara pengganti kepada ketua KPPS
jika Pemilih: menerima surat suara dalam keadaan rusak dan/atau keliru dalam
mencoblos surat suara. Dalam hal ini penggantian surat suara sebagaimana
dimaksud hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali. Surat suara pengganti tersebut
diambil dari surat suara cadangan.
8) Memastikan surat suara cadangan selain sebagai pengganti di setiap TPS
digunakan untuk: Pemilih pemilik KTP-el yang terdaftar dalam DPTb dan
Pemilih pemilik KTP-el yang tidak terdaftar dalam DPT atau DPTb yang
memiliki hak pilih. Dalam hal surat suara cadangan tidak mencukupi dapat
menggunakan surat suara yang masih tersedia. Penggunaan surat suara
pengganti dan surat suara cadangan sebagaimana dimaksud dicatat dalam berita
acara.
9) Memastikan Pemilih diberikan tanda khusus pada salah satu jari dengan
menggunakan tinta yang telah disediakan sebelum ke luar TPS.
10) Memastikan Pemilih disabilitas netra, disabilitas fisik, dan yang mempunyai
halangan fisik lainnyadapat dibantu oleh pendamping. Dalam hal ini
pendamping sebagaimana dimaksud dapat berasal dari anggota KPPS atau
orang lain atas permintaan Pemilih yang bersangkutan. Pemilih disabilitas netra
dalam pemberian suara Pemilu Pasangan Calon dan Pemilu anggota DPD dapat
menggunakan alat bantu tunanetra yang disediakan. Pemberian bantuan
terhadap Pemilih sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara sebagai
berikut: bagi Pemilih yang dapat memberikan suara secara mandiri,
pendamping yang ditunjuk membantu Pemilih menuju bilik suara, dan
pencoblosan surat suara dilakukan oleh Pemilih sendiri; dan bagi Pemilih yang
tidak dapat memberikan suara secara mandiri, pendamping yang ditunjuk
membantu mencoblos surat suara sesuai kehendak Pemilih. Dalam hal ini
pendamping yang ditunjuk membantu Pemilih sebagaimana dimaksud wajib

28
merahasiakan pilihan Pemilih yang bersangkutan, dan menandatangani surat
pernyataan.
11) Memastikan 1 (satu) jam sebelum pemungutan suara selesai, ketua KPPS
mengumumkan bahwa Pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dan DPTb
diberi kesempatan untuk memberikan suara di TPS dan didaftarkan ke dalam
DPK, dengan memberi kesempatan terlebih dahulu kepada Pemilih yang
terdaftar dalam DPT dan DPTb
12) Memastikan pada saat waktu pemberian suara selesai, ketua KPPS
mengumumkan bahwa yang diperbolehkan memberikan suara hanya Pemilih
yang sedang menunggu giliran untuk memberikan suara dan telah dicatat
kehadirannya dalam daftar hadir atau telah hadir dan sedang dalam antrean
untuk mencatatkan kehadirannya dalam daftar hadir.
13) Memastikan setelah seluruh Pemilih selesai memberikan suara, ketua KPPS
mengumumkan kepada yang hadir di TPS bahwa pemungutan suara telah
selesai dan dilanjutkan rapat penghitungan suara di TPS
Selain itu, dalam rapat pemungutan suara, Pengawas TPS memastikan KPPS untuk:
1. membuka perlengkapan pemungutan suara dengan ketentuan:
a. membuka kotak suara, mengeluarkan seluruh isi kotak suara di atas meja secara
tertib dan teratur, mengidentifikasi dan menghitung jumlah setiap jenis
dokumen dan peralatan, serta memeriksa sampul yang berisi surat suara untuk
masing-masing jenis Pemilu yang masih dalam keadaan disegel;
b. memperlihatkan kepada Pengawas TPS yang hadir bahwa kotak suara benar-
benar telah kosong, menutup kembali, mengunci kotak suara dan
meletakkannya di tempat yang telah ditentukan; dan
c. menghitung dan memeriksa kondisi seluruh surat suara termasuk surat suara
cadangan sebanyak 2% (dua persen) dari jumlah Pemilih yang tercantum dalam
DPT untuk masing-masing jenis Pemilu dan memastikan kesesuaian dengan
Dapil.
2. Memberikan penjelasan kepada Pemilih, Saksi, dan Pengawas TPS mengenai:
a. jumlah surat suara yang di terima;
b. tata cara pemberian suara;
c. tata cara penyampaian keberatan oleh Saksi, Pengawas TPS, pemantau Pemilu,
atau warga masyarakat/Pemilih;
d. tata cara pemantauan oleh pemantau Pemilu;

29
e. pembagian tugas anggota KPPS; dan
f. hal-hal lain yang diperlukan.
3. Memastikan KPPS mengumumkan:
a. Keputusan KPU jika terdapat salah satu calon atau Pasangan Calon yang
berhalangan tetap atau dibatalkan sebagai peserta Pemilu sebelum Hari
pemungutan suara bahwa calon atau Pasangan Calon yang berhalangan tetap
atau dibatalkan tersebut diumumkan melalui papan pengumuman di TPS
dan/atau secara lisan menyampaikan kepada Pemilih sebelum pemungutan
suara dan pada saat pelaksanaan pemungutan suara.
b. Keputusan KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota terdapat calon
anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota yang
meninggal dunia, atau tidak lagi memenuhi syarat sejak ditetapkan sebagai
calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota melalui
papan pengumuman di TPS dan/atau secara lisan disampaikan kepada Pemilih
sebelum pemungutan suara dan pada saat pelaksanaan pemungutan suara.
c. Keputusan KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota terdapat Partai
Politik Peserta Pemilu yang dibatalkan sebagai peserta Pemilu karena tidak
menyampaikan laporan awal dana kampanye sampai dengan tenggat waktu
yang ditentukan melalui papan pengumuman di TPS dan/atau secara lisan
disampaikan kepada Pemilih sebelum pemungutan suara dan pada saat
pelaksanaan pemungutan suara
Dalam hal pada waktu rapat pemungutan suara sebagaimana dimaksud belum ada
Saksi, Pemilih, atau Pengawas TPS yang hadir, rapat ditunda sampai dengan
adanya Saksi, Pemilih, dan Pengawas TPS yang hadir, paling lama 30 (tiga puluh)
menit. Dalam hal sampai dengan waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud,
Saksi, Pemilih, dan Pengawas TPS belum juga hadir, rapat pemungutan suara
dibuka dan dilanjutkan dengan pemungutan suara.

30
Denah Pemungutan Suara di TPS

31
D. OBJEK PENGAWASAN PENGHITUNGAN SUARA
Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) huruf c dan d Peraturan KPU Nomor 25 Tahun 2023
Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum mengatur
bahwa tahapan penghitungan suara terdiri dari persiapan penghitungan suara dan
pelaksanaan penghitungan suara yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan KPU.

Dalam melakukan pengawasan terhadap persiapan penghitungan suara, Pengawas TPS


memastikan bahwa:
1. Waktu penghitungan suara di TPS dimulai setelah pemungutan suara selesai, dan
berakhir pada Hari yang sama dengan Hari pemungutan suara. Dalam hal
penghitungan suara belum selesai pada waktu sebagaimana dimaksud,
penghitungan suara dapat diperpanjang tanpa jeda paling lama 12 (dua belas) jam
sejak berakhirnya Hari pemungutan suara.
2. Rapat penghitungan suara dipimpin oleh Ketua KPPS.
3. Rapat penghitungan suara dapat dihadiri oleh Saksi dan/atau Pengawas TPS.
4. Sebelum rapat penghitungan suara di TPS, anggota KPPS mengatur sarana dan
prasarana yang diperlukan dalam penghitungan suara. Dalam hal ini sarana dan
prasarana sebagaimana dimaksud meliputi:
a. pengaturan tempat rapat penghitungan suara di TPS, termasuk pangaturan
papan atau tempat untuk memasang formulir:
1) Model C.HASIL-PPWP;
2) Model C.HASIL-DPR;
3) Model C.HASIL-DPD;
4) Model C.HASIL-DPRD-PROV, Model C.HASILDPRA, Model
C.HASIL-DPRP, Model C.HASILDPRPB, Model C.HASIL-DPRPT,
Model C.HASILDPRPS, Model C.HASIL-DPRPP, atau Model
C.HASIL-DPRPBD; dan
5) Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.HASIL-DPRK;
b. tempat duduk KPPS, Saksi, dan Pengawas TPS
c. alat keperluan administrasi
d. formulir penghitungan suara di TPS
e. sampul kertas/kantong plastik pembungkus
f. segel

32
g. kotak suara serta menyiapkan kuncinya; dan
h. peralatan TPS lainnya.
i. Penempatan Pemilih, pemantau Pemilu, dan masyarakat ditempatkan di luar
TPS
Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud diatur dengan baik agar mudah
digunakan dan rapat penghitungan suara dapat diikuti oleh semua pihak yang
hadir dengan jelas.

5. Setelah menyiapkan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud, Pengawas TPS


memastikan KPPS menghitung:
a. jumlah Pemilih terdaftar dalam salinan DPT yang tercantum dalam formulir
Model A-Kabko Daftar Pemilih yang memberikan suara untuk masing-
masing jenis Pemilu
b. jumlah Pemilih terdaftar dalam DPTb yang tercantum dalam formulir
Model A-Daftar Pemilih Pindahan yang memberikan suara untuk masing-
masing jenis Pemilu
c. jumlah surat suara yang diterima termasuk surat suara cadangan untuk
masing-masing jenis Pemilu
d. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh Pemilih karena rusak atau keliru
dicoblos untuk masingmasing jenis Pemilu dan
e. jumlah surat suara yang tidak digunakan termasuk sisa surat suara cadangan
untuk masing-masing jenis Pemilu.

Kemudian dalam melakukan pengawasan penghitungan suara, Pengawas TPS


memastikan bahwa:
1. Ketua KPPS mengumumkan bahwa pelaksanaan pemungutan suara telah
selesai dan penghitungan suara dimulai.
2. Penghitungan suara dapat dilakukan secara berurutan dimulai dari Surat
Suara:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. DPR;
c. DPD;
d. DPRD Provinsi; dan
e. DPRD Kabupaten/Kota.

33
3. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS melakukan penghitungan suara
untuk setiap jenis Pemilu dengan cara:
a. membuka kunci dan tutup kotak suara dengan disaksikan oleh semua
pihak yang hadir;
b. mengeluarkan surat suara dari kotak suara dan diletakkan di meja ketua
KPPS;
c. menghitung jumlah surat suara dan memberitahukan jumlah tersebut
kepada yang hadir serta mencatat jumlahnya;
d. mencocokkan jumlah surat suara yang terdapat di dalam kotak suara
dengan jumlah Pemilih yang hadir dalam formulir Model C.DAFTAR
HADIR PEMILIH TETAP-KPU, Model C.DAFTAR HADIR
PEMILIH TAMBAHAN-KPU, dan Model C.DAFTAR HADIR
PEMILIH KHUSUS-KPU;
e. dalam hal ketua KPPS menemukan surat suara yang dikeluarkan ada
yang tidak berada pada kotak suara sesuai jenis Pemilu, ketua KPPS
menunjukan surat suara tersebut kepada Saksi, Pengawas TPS, anggota
KPPS, pemantau Pemilu atau masyarakat/Pemilihyang hadir. Dalam
hal penghitungan suara terhadap surat suara sebagaimana dimaksud
belum dilaksanakan, KPPS memasukkan surat suara tersebut ke dalam
kotak suara sesuai dengan jenis Pemilu. Namun, dalam hal
penghitungan suara terhadap surat suara telah dilaksanakan, KPPS
membuka surat suara dan memeriksa pemberian tanda coblos pada
surat suara sesuai dengan jenis Pemilu, dan mencatat ke dalam
formulir:
1) Model C.HASIL-PPWP;
2) Model C.HASIL-DPR;
3) Model C.HASIL-DPD;
4) Model C.HASIL-DPRD-PROV, Model C.HASILDPRA, Model
C.HASIL-DPRP, Model C.HASILDPRPB, Model C.HASIL-
DPRPT, Model C.HASILDPRPS, Model C.HASIL-DPRPP, atau
Model C.HASIL-DPRPBD; dan
5) Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.HASIL-
DPRK, sesuai jenis Pemilu dalam bentuk tally; dan

34
f. mencatat hasil penghitungan jumlah surat suara masing-masing Pemilu
yang diumumkan dengan menggunakan formulir:
1) Model C.HASIL-PPWP;
2) Model C.HASIL-DPR;
3) Model C.HASIL-DPD;
4) Model C.HASIL-DPRD-PROV, Model C.HASILDPRA, Model
C.HASIL-DPRP, Model C.HASILDPRPB, Model C.HASIL-
DPRPT, Model C.HASILDPRPS, Model C.HASIL-DPRPP, atau
Model C.HASIL-DPRPBD; dan
5) Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.HASIL-
DPRK
4. Anggota KPPS membuka surat suara lembar demi lembar dan
memberikan surat suara tersebut kepada ketua KPPS.
5. Ketua KPPS:
a. meneliti pemberian tanda coblos pada surat suara;
b. menunjukkan surat suara kepada Saksi, Pengawas TPS dan anggota
KPPS, serta dapat dipantau oleh pemantau Pemilu atau
masyarakat/Pemilih yang hadir dengan ketentuan 1 (satu) surat suara
dihitung 1 (satu) suara dan dinyatakan sah atau tidak sah;
c. menyampaikan hasil penelitiannya dengan suara yang jelas; dan
d. mengumumkan hasil perolehan suara Pasangan Calon, Partai Politik
dan calon anggota DPR, calon anggota DPD, Partai Politik dan calon
anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dengan suara
yang terdengar jelas.
6. Penghitungan perolehan suara dilakukan secara terbuka di tempat yang
terang atau yang mendapat penerangan cahaya cukup.
7. Anggota KPPS mencatat perolehan suara dengan tulisan yang jelas dan
terbaca ke dalam formulir:
a. Model C.HASIL-PPWP;
b. Model C.HASIL-DPR;
c. Model C.HASIL-DPD;
d. Model C.HASIL-DPRD-PROV, Model C.HASIL-DPRA, Model
C.HASIL-DPRP, Model C.HASIL-DPRPB, Model C.HASIL-

35
DPRPT, Model C.HASIL-DPRPS, Model C.HASIL-DPRPP, atau
Model C.HASIL-DPRPBD; dan
e. Model C.HASIL-DPRD-KAB/KOTA atau Model C.HASIL-
DPRK,
yang ditempel pada papan atau tempat tertentu

Dalam proses penghitungan suara, Pengawas TPS memastikan surat suara


sah dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Suara untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dinyatakan sah jika:
a. surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS; dan
b. tanda coblos pada nomor urut, foto, nama salah satu Pasangan Calon,
tanda gambar Partai Politik, dan/atau Gabungan Partai Politik dalam
surat suara. Dalam hal ini, tanda coblos sebagaimana dimaksud
sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
1) tanda coblos pada 1 (satu) kolom Pasangan Calon yang memuat
nomor urut, foto Pasangan Calon, nama Pasangan Calon, atau
tanda gambar Partai Politik, dinyatakan sah untuk Pasangan Calon
yang bersangkutan;
2) tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada 1 (satu) kolom Pasangan
Calon yang memuat nomor urut, foto Pasangan Calon, nama
Pasangan Calon, atau tanda gambar Partai Politik, dinyatakan sah
untuk Pasangan Calon yang bersangkutan;
3) tanda coblos tepat pada garis 1 (satu) kolom Pasangan Calon yang
nomor urut, foto Pasangan Calon, nama Pasangan Calon, atau
tanda gambar Partai Politik, dinyatakan sah untuk Pasangan Calon
yang bersangkutan; atau
4) dalam hal terdapat tanda coblos pada 1 (satu) kolom Pasangan
Calon yang tembus secara garis lurus sehingga terdapat dua atau
lebih hasil pencoblosan yang simetris dari lipatan surat suara, dan
tidak mengenai kolom Pasangan Calon lain, dinyatakan sah untuk
Pasangan Calon yang bersangkutan.
2. Suara untuk Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota dinyatakan sah jika:
a. surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS; dan

36
b. tanda coblos pada nomor atau tanda gambar Partai Politik
dan/atau nama calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota berada pada kolom yang disediakan. Dalam hal
ini, tanda coblos sebagaimana dimaksud sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai
Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik,
dinyatakan sah untuk Partai Politik;
2) tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut calon, atau
nama calon, dinyatakan sah untuk nama calon yang
bersangkutan dari Partai Politik yang mencalonkan;
3) tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai
Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik,
serta tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut calon,
atau nama calon dari Partai Politik yang bersangkutan,
dinyatakan sah untuk nama calon yang bersangkutan dari
Partai Politik yang mencalonkan;
4) tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai
Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik,
serta tanda coblos lebih dari 1 (satu) calon pada kolom yang
memuat nomor urut calon, atau nama calon dari Partai Politik
yang sama, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
5) tanda coblos lebih dari 1 (satu) calon pada kolom yang
memuat nomor urut calon, atau nama calon dari Partai Politik
yang sama, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
6) tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolomyang memuat
nomor urut Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, atau
nama Partai Politik, tanpa mencoblos salah satu calon pada
kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama calon dari
Partai Politik yang sama, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
7) tanda coblos pada kolom di bawah nomor urut calon, atau
nama calon terakhir yang masih di dalam satu kotak partai
politik, dinyatakan sah untuk Partai Politik;

37
8) tanda coblos tepat pada garis kolom yang memuat nomor urut
Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai
Politik tanpa mencoblos salah satu calon pada kolom yang
memuat nomor urut calon, atau nama calon dari Partai Politik
yang sama, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
9) tanda coblos tepat pada garis kolom yang memuat 1 (satu)
nomor urut calon, atau nama calon, dinyatakan sah untuk
nama calon yangbersangkutan;
10) tanda coblos tepat pada garis yang memisahkan antara nomor
urut calon, atau nama calon dengan nomor urut calon, atau
nama calon lain dari Partai Politik yang sama, sehingga tidak
dapat dipastikan tanda coblos tersebut mengarah pada 1 (satu)
nomor urut dan nama calon, dinyatakan sah untuk Partai
Politik;
11) tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut
calon, nama calon atau tanpa nama calon disebabkan calon
tersebut meninggal dunia atau tidak lagi memenuhi syarat
sebagai calon, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
12) tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut
Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai
Politik, serta tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat
nomor urut calon, nama calon atau tanpa nama calon
disebabkan calon tersebut meninggal dunia atau tidak lagi
memenuhi syarat sebagai calon, dinyatakan sah untuk Partai
Politik;
13) tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut
calon, atau nama calon, atau tanpa nama calon yang
disebabkan calon tersebut meninggal dunia atau tidak lagi
memenuhi syarat serta tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang
memuat nomor urut calon, atau nama calon dari Partai Politik
yang sama, dinyatakan sah untuk calon yang masih memenuhi
syarat;

38
14) tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolom yang memuat
nomor urut calon, atau nama calon, dinyatakan sah untuk
calon yang bersangkutan;
15) tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut
calon, atau nama calon serta tanda coblos pada kolom di
bawah nomor urut calon, atau nama calon terakhir yang masih
di dalam satu kotak partai politik, dinyatakan sah untuk 1
(satu) calon yang memenuhi syarat; atau
16) tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai
Politik, nama Partai Politik, atau gambar Partai Politik yang
tidak mempunyai daftar calon, dinyatakan sah untuk Partai
Politik
3. Suara untuk Pemilu anggota DPD dinyatakan sah jika:
a. surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS; dan
c. tanda coblos terdapat pada kolom 1 (satu) calon perseorangan.
Dalam hal ini, tanda coblos sebagaimana dimaksud sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) tanda coblos pada kolom 1 (satu) calon yang memuat nomor
urut calon, nama calon, atau foto calon anggota DPD,
dinyatakan sah untuk calon anggota DPD yang bersangkutan;
2) tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolom 1 (satu) calon
yang memuat nomor urut calon, nama calon, atau foto calon
anggota DPD, dinyatakan sah untuk Calon anggota DPD yang
bersangkutan; atau
3) tanda coblos tepat pada garis kolom 1 (satu) calon yang
memuat nomor urut calon, nama calon, atau foto calon
anggota DPD, dinyatakan sah untuk Calon anggota DPD yang
bersangkutan
Kemudian dalam pengawasan pencatatan penghitungan suara, Pengawas
TPS memastikan:
1. Hasil penghitungan perolehan suara dicatat ke dalam formulir Model
C.HasilPPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD Kab/Kota;
2. Setelah dicatat dalam formulir Model C.Hasil-PPWP/DPR/DPD/DPRD
Prov/DPRD Kab/Kota, KPPS menandatangani formular tersebut;

39
3. Dalam hal terdapat Saksi yang hadir tidak bersedia menandatangani
formulir sebagaimana dimaksud, KPPS wajib dicatat sebagai catatan
kejadian khusus dengan mencantumkan alasan dalam formulir Model
C.KEJADIAN KHUSUS DAN/ATAU KEBERATAN SAKSI-KPU;
4. Formulir Model C.Hasil-PPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD
Kab/Kota yang telah ditandatangani dibuat dalam bentuk Dokumen
Elektronik dengan menggunakan Sirekap;
5. Saksi, Pengawas TPS, pemantau Pemilu, atau masyarakat yang hadir
pada rapat penghitungan suara diberi kesempatan untuk
mendokumentasikan berupa foto atau video terhadap formulir Model
C.HasilPPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD Kab/Kota .
Selain itu, dalam pembuatan C.HASIL-SALINAN, Pengawas TPS
memastikan:
1. Setelah formulIr Model C.Hasil-PPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD
Kab/Kota selesai dilakukan penandatanganan, Ketua KPPS dibantu
anggota KPPS mengisi formulir Model C.Hasil-SALINAN-
PPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD Kab/Kota berdasarkan formulir
Model C.Hasil-PPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD Kab/Kota.
2. KPPS menggandakan formulir Model C.Hasil-SALINAN-
PPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD Kab/Kota menggunakan alat
penggandaan yang disediakan di TPS.
3. Ketua KPPS dan anggota KPPS menandatangani formulir Model
C.HasilSALINAN-PPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD Kab/Kota dan
hasil penggandaan terhadap dokumen tersebut serta ditandatangani oleh
Saksi yang hadir.
4. KPPS wajib menyampaikan hasil penggandaan formulir Model C.Hasil-
SALINANPPWP/DPR/DPD/DPRD Prov/DPRD Kab/Kota kepada
setiap saksi, pengawas TPS, dan PPK melalui PPS yang hadir pada hari
yang sama.
5. Dalam hal KPPS tidak dapat melakukan penggandaan KPPS dapat
menggunakan Dokumen Elektronik melalui Sirekap.

40
Denah Penghitungan Suara di TPS

41
E. MEKANISME KEBERATAN PENGAWAS TPS DI TPS

Pengawas TPS melakukan pengawasan di TPS secara tertib dan bertanggungjawab dengan
menjaga kondusifitas pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara. Berikut adalah alur
penanganan keberatan di TPS:

1. Keberatan Terhadap Proses Pelaksanaan Pemungitan Suara


Dalam hal terjadi penyimpangan pelaksanaan pemungutan suara oleh KPPS, pengawas
TPS melakukan pencegahan dengan memberikan saran perbaikan secara lisan atau tulisan
yang disaksikan oleh saksi yang hadir dan petugas ketertiban dan keamanan TPS.
Pengawas TPS memastikan KPPS menindaklanjuti saran perbaikan yang disampaikan
oleh pengawas Pemilu. Apabila KPPS tidak menindaklanjuti saran perbaikan yang telah
disampaikan oleh Pengawas TPS di TPS, maka Pengawas TPS melakukan:
a. Berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Panwaslu Kelurahan/Desa.
b. Menuangkan kedalam Formulir Model A Pengawasan dengan menguraikan secara
jelas dan lengkap penyimpangan apa yang dilakukan KPPS terhadap tata cara,
mekanisme dan prosedur pelaksanaan pemungutan suara.
c. Melampirkan alat bukti berupa foto/video, saksi dan dokumen pendukung lainnya
yang relevan dengan kejadian.
d. Menyampaikan Formulir Model A Pengawasan (Laporan Hasil Pengawasan)
sebagaimana dimaksud kepada Panwaslu Kelurahan/Desa.

2. Keberatan Terhadap Proses Pelaksanaan Penghitungan Suara


Pengawas TPS mengajukan keberatan terhadap prosedur penghitungan suara dan/atau
selisih penghitungan perolehan suara kepada KPPS dalam hal terdapat hal yang tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain mengajukan keberatan,
Pengawas TPS:
a. memastikan Saksi mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan keberatan dalam
proses penghitungan suara;
b. melakukan pencatatan terhadap keberatan yang disampaikan oleh Saksi dari masing-
masing Peserta Pemilu;
c. memastikan KPPS menjelaskan prosedur dan/atau mencocokkan selisih perolehan
suara dalam formulir Model C.Hasil Salinan-PPWP, Model C.Hasil Salinan-DPR,
Model C.Hasil Salinan-DPD, Model C.Hasil Salinan-DPRD Provinsi atau Model

42
C.Hasil Salinan-DPRD Kab/Kota dengan formulir Model C.Hasil-PPWP, Model
C.Hasil-DPR, Model C.Hasil-DPD, Model C.Hasil-DPRD Provinsi atau Model
C.Hasil-DPRD Kab/Kota dalam hal terdapat keberatan Saksi, dan/atau Pengawas
TPS; dan
d. memastikan KPPS menindaklanjuti keberatan yang disampaikan oleh Saksi dan/atau
melakukan pembetulan terhadap kesalahan dan/atau kekeliruan atas keberatan Saksi
dan/atau Pengawas TPS
Dalam hal KPPS tidak menindaklanjuti keberatan yang disampaikan oleh Saksi dan/atau
melakukan pembetulan, Pengawas Pemilu memberikan saran perbaikan dan/atau
berkonsultasi kepada Panwaslu Kecamatan melalui Panwaslu Kelurahan/Desa untuk
menindaklanjuti hasil pengawasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Selain itu pengawas TPS juga melakukan:
a. Menuangkan kedalam Formulir Model A Pengawasan dengan menguraikan secara
jelas dan lengkap keberatan apa yang disampaikan oleh saksi/pengawas TPS yang
tidak ditindaklanjuti oleh KPPS saat proses pelaksanaan penghitungan suara.
b. Melampirkan alat bukti berupa foto/video, saksi dan dokumen pendukung lainnya
yang relevan dengan kejadian.
c. Menyampaikan Formulir Model A Pengawasan (Laporan Hasil Pengawasan)
sebagaimana dimaksud kepada Panwaslu Kelurahan/Desa.

F. PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA ULANG


Dalam melakukan pengawasan di TPS terhadap proses pelaksanaan pemungutan dan
penghitungan suara, Pengawas TPS melakukan pencegahan terhadap proses pelaksanaan
pemungutan yang dapat menjadi alasan dilakukannya pemungutan suara ulang, diantaranya:
1. pembukaan kotak suara dan/atau berkas pemungutan dan penghitungan suara tidak
dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2. petugas KPPS meminta Pemilih memberikan tanda khusus, menandatangani, atau
menuliskan nama atau alamat pada surat suara yang sudah digunakan;
3. petugas KPPS merusak lebih dari satu surat suara yang sudah digunakan oleh Pemilih
sehingga surat suara tersebut menjadi tidak sah; dan/atau
4. Pemilih yang tidak memiliki KTP-el atau Suket, dan tidak terdaftar di DPT dan DPTb
memberikan suara di TPS.

43
Dalam hal pencegahan yang telah dilakukan tidak ditindaklanjuti oleh KPPS, maka Pengawas
TPS:
1. Berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Panwaslu Kelurahan/Desa.
2. Menuangkan dan mencatatkan kedalam Formulir Model A Pengawasan dengan
menguraikan secara jelas dan lengkap kondisi apa yang dilakukan KPPS sehingga dapat
dijadikan alasan untuk dilakukan pemungutan suara ulang.
3. Melampirkan alat bukti berupa foto/video, saksi dan dokumen pendukung lainnya yang
relevan dengan kejadian.
4. Menyampaikan Formulir Model A Pengawasan (Laporan Hasil Pengawasan) sebagaimana
dimaksud kepada Panwaslu Kelurahan/Desa
Selain kondisi sebagaimana dimaksud, pemungutan suara ulang dapat dilakukan apabila terjadi
keadaan bencana alam dan/atau kerusuhan yang mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak
dapat digunakan atau penghitungan suara tidak dapat dilakukan.

Dalam pelaksanaan pengawasan tindaklanjut pemungutan suara ulang, Pengawas TPS


memastikan:
1. Pemungutan suara ulang di TPS dilaksanakan paling lama 10 (sepuluh) Hari setelah hari
pemungutan suara berdasarkan Keputusan KPU Kabupaten/Kota dan hanya dilakukan
untuk 1 (satu) kali pemungutan suara ulang.
2. KPPS menyampaikan pemberitahuan sesuai dengan mekanisme kepada Pemilih yang
terdaftar dalam DPT, DPTb dan yang tercatat dalam DPK paling lambat 1 (satu) hari
sebelum pemungutan suara ulang di TPS.

Selain pemungutan suara ulang, Pengawas TPS juga melakukan pencegahan terhadap potensi
penghitungan suara ulang di TPS yang dapat terjadi karena:
1. Penghitungan suara dilakukan secara tertutup;
2. Penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang terang atau yang kurang mendapat
penerangan cahaya;
3. Penghitungan suara dilakukan dengan suara yang kurang jelas;
4. Penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas;
5. Saksi, Pengawas TPS, dan warga masyarakat tidak dapat menyaksikan proses
Penghitungan Suara secara jelas;
6. Penghitungan suara dilakukan di tempat lain di luar tempat dan waktu yang telah
ditentukan; dan/atau

44
7. ketidaksesuaian jumlah hasil penghitungan surat suara yang sah dan surat suara yang tidak
sah dengan jumlah Pemilih yang menggunakan hak pilih.
Selain kondisi sebagaimana dimaksud, penghitungan suara ulang dapat dilakukan karena
kondisi adanya kerusuhan yang mengakibatkan penghitungan suara tidak dapat dilanjutkan.
Jika terjadi kondisi sebagaimana dimaksud dalam proses penghitungan suara, maka Pengawas
TPS:
1. Berkoordinasi dan melaporkan kepada Panwaslu Kelurahan/Desa untuk dilaksanakan
penghitungan suara ulang.
2. Mencatatkan kondisi penghitungan suara ulang kedalam Formulir Model A Pengawasan
dengan melampirkan alat bukti berupa foto/video, saksi dan dokumen pendukung lainnya
yang relevan dengan kejadian.
3. Pengawas TPS memastikan bahwa penghitungan suara ulang di TPS dilaksanakan dan
selesai dengan hari yang sama dengan hari dan tanggal pemungutan suara.

G. PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA SUSULAN ATAU LANJUTAN


Pemungutan dan penghitungan suara susulan dan lanjutan dapat terjadi apabila:
1. Dalam hal sebagian atau seluruh Dapil terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana
alam atau gangguan lainnya yang mengakibatkan sebagian tahapan pemungutan suara atau
penghitungan suara di TPS tidak dapat dilaksanakan, dilakukan pemungutan suara atau
penghitungan suara lanjutan di TPS.
2. Pelaksanaan Pemungutan Suara atau penghitungan suara lanjutan di TPS dimulai dari
tahapan pemungutan suara atau penghitungan suara di TPS yang terhenti.
3. Dalam hal di sebagian atau seluruh Dapil terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana
alam, atau gangguan lainnya yang mengakibatkan seluruh tahapan pemungutan suara
dan/atau penghitungan suara tidak dapat dilaksanakan, dilakukan Pemungutan Suara
dan/atau penghitungan suara susulan.
4. Pelaksanaan pemungutan suara dan/atau penghitungan suara susulan dilakukan untuk
seluruh tahapan pemungutan suara dan/atau penghitungan suara.
5. Pemungutan suara dan/atau penghitungan suara lanjutan atau susulan dilaksanakan setelah
dilakukan penetapan penundaan.
Dalam hal ini penetapan penundaan pemungutan suara dan/atau penghitungan suara dilakukan
oleh:

45
1. KPU Kabupaten/Kota atas usul PPK, apabila penundaan pemungutan suara dan/atau
penghitungan suara meliputi 1 (satu) atau lebih dari 1 (satu) kelurahan/desa atau yang
disebut dengan nama lain;
2. KPU Kabupaten/Kota atas usul PPK, apabila penundaan pemungutan suara dan/atau
penghitungan suara meliputi 1 (satu) atau lebih dari 1 (satu) kecamatan atau yang disebut
dengan nama lain; atau
3. KPU Provinsi atas usul KPU Kabupaten/Kota apabila penundaan pemungutan suara
dan/atau penghitungan suara meliputi 1 (satu) atau lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota.
Dalam melakukan pengawasan terhadap kondisi pemungutan dan penghitungan suara lanjutan
atau susulan, Pengawas TPS:
1. Memastikan kebenaran adanya kondisi yang dapat dijadikan alasan pemungutan dan
penghitungan suara ulang.
2. Adanya Keputusan KPU Kabupaten/Kota jika penundaan tersebut terjadi di 1 (satu) atau
lebih dari 1 (satu) kelurahan/desa.
3. Adanya Keputusan KPU Kabupaten/Kota jika penundaan tersebut terjadi di 1 (satu) atau
lebih dari 1 (satu) kecamatan.
4. Adanya Keputusan KPU Provinsi jika penundaan tersebut terjadi di 1 (satu) atau lebih dari
1 (satu) kabupaten/kota.
5. Pemungutan suara dan/atau penghitungan suara lanjutan atau susulan dilaksanakan paling
lambat 10 (sepuluh)Hari setelah hari pemungutan suara.
6. Mencatatkan hasil pengawasan pemungutan dan penghitungan suara lanjutan atau susulan
kedalam Formulir Model A Pengawasan
7. Melaporkan laporan hasil pengawasan kepada Panwaslu Kelurahan/Desa.

H. BEBERAPA KETENTUAN TINDAK PIDANA PEMILU DI TPS


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, mengatur
beberapa ketentuan tindak pidana pemilu yang dapat terjadi di TPS sebagai berikut:
1. Pasal 506:
“Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang dengan sengaja tidak memberikan salinan 1 (satu)
eksemplar berita acara pemungutan dan penghitungan suara, serta sertifikat hasil
penghitungan suara kepada saksi Peserta Pemilu, Pengawas TPS/ Panwaslu LN,
PPS/PPLN, dan PPK melalui PPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 390 ayat (2) dan
ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp 2.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”

46
2. Pasal 503:
“Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang dengan sengaja tidak membuat dan menandatangani
berita acara kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 354 ayat (3) dan Pasal 362 ayat
(3) dan/atau tidak menandatangani berita acara pemungutan dan penghitungan suara serta
sertifrkat hasil penghitungan suara sebaimana dimaksud dalam Pasal 389 ayat (3) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”
3. Pasal 504:
“Setiap orang yang karena kelalaiannya menyebabkan rusak atau hilangnya berita acara
pemungutan dan penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil penghitungan suara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 389 ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).”
4. Pasal 515:
“Setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara menjanjikan atau
memberikan uang atau materi lainnya kepada Pemilih supaya tidak menggunakan hak
pilihnya atau memilih Peserta Pemilu tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan cara
tertentu sehingga surat suaranya tidak sah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)”
5. Pasal 516:
“Setiap orang yang dengan sengaja pada waktu pemungutan suara memberikan suaranya
lebih dari satu kali di satu TPS/TPSLN atau lebih, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 18 (delapan belas) bulan dan denda paling banyak Rp18.000.000,00 (delapan belas
juta rupiah)”
6. Pasal 533:
“Setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara mengaku dirinya sebagai
orang lain dan/atau memberikan suaranya lebih dari 1 (satu) kali di 1 (satu) TPS atau lebih
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan denda
paling banyak Rp18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah)”
7. Pasal 517:
“Setiap orang yang dengan sengaja menggagalkan pemungutan suara, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp60.00O.OOO,OO
(enam puluh juta rupiah)”
8. Pasal 523 ayat (3):

47
“Setiap orang yang dengan sensaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau
memberikan uang atau materi lainnya kepada Pemilih untuk tidak menggunakan hak
pilihnya atau memilih Peserta Pemilu tertentu dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)”
9. Pasal 531:
“Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan, dan/atau menghalangi
seseorang yang akan melakukan haknya untuk memilih, melalnrkan kegiatan yang
menimbulkan gangguan ketertiban dan ketenteraman pelaksanaan pemungutan suara, atau
menggagalkan pemungutan suara dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan denda paling banyak Rp24.0OO.OO0,0O (dua puluh empat juta rupiah)”
10. Pasal 534:
“Setiap orang yang dengan sengaja memsak atau menghilangkan hasil pemungutan suara
yang sudah disegel dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)”
11. Pasal 535:
“Setiap orang yang dengan sengaja mengubah, merusak, dan/atau menghilangkan berita
acara pemungutan dan penghitungan suara dan/atau sertilikat hasil penghitungan suara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 398 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
rupiah)”
12. Pasal 537:
“Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang tidak menjaga, mengamankan keutuhan kotak suara,
dan menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara, berita acara pemungutan
suara, dan sertifikat hasil penghitungan suara kepada PPS atau kepada PPLN bagi
KPPSLN pada hari yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 390 ayat (4) dan ayat
(5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan denda
paling banyak RpI8.OOO.OOO,OO (delapan belas juta rupiah)”

48
BAGIAN V

PELAKSANAAN PENGAWASAN PEMILU

A. PENGAWASAN PEMILU PENGAWAS TPS


Pengawas Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut Pengawas TPS adalah
petugas yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan untuk membantu Panwaslu Kelurahan/Desa
yang berada di setiap TPS. Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian awal bahwa
berdasarakan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu dan Perbawaslu Nomor 3
Tahun 2022 tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Bawaslu mengatur bahwa Pengawas TPS
memiliki tugas untuk melakukan pengawasan pemilu. Dalam hal ini, secara spesifik
pelaksanaan pengawasan pemilu lebih lanjut diatur dalam Perbawaslu Nomor 5 Tahun 2022
tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu.
Pengawasan penyelenggaraan Pemilu menjadi tanggung jawab bersama Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota dibantu oleh Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, dan Pengawas TPS serta Panwaslu LN. Bawaslu RI mendorong jajarannya
dalam melakukan pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan Pemilu dilakukan dengan
berbasis ramah lingkungan. Dalam hal ini pengawasan pemilu yang dilakukan dengan berbasis
ramah lingkungan adalah dengan memperhatikan pelindungan fungsi lingkungan hidup dan
prinsip pelindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Selain pelaksanaan pengawasan pemilu yang ramah lingkungan,
Bawaslu RI juga mendorong agar pelaksanaan pengawasan dapat didukung dengan
menggunakan sistem teknologi informasi dan komunikasi.

Lebih lanjut secara khusus Pengawas TPS melakukan pengawasan terhadap:

a. persiapan pemungutan suara;


b. pelaksanaan pemungutan suara;
c. persiapan penghitungan suara;
d. pelaksanaan penghitungan suara; dan
e. pergerakan hasil penghitungan suara dari TPS ke PPS.

B. PELAKSANAAN PENGAWASAN PEMILU

Dalam melakukan pengawasan Pemilu, Pengawas TPS dapat melakukan kegiatan


pengawasan secara langsung untuk memastikan tahapan pemilu dilakukan sesuai dengan

49
ketentuan peraturan perundang-undangan dan memastikan kelengkapan, kebenaran,
keakuratan serta keabsahan dokumen yang menjadi obyek Pengawasan pada tahapan
penyelenggaraan Pemilu yang diawasi, yakni tahapan pemungutan dan penghitungan suara.
Dalam melakukan pengawasan, Pengawas TPS harus mengedepankan upaya
pencegahan pelangggaran pemilu yang dapat dilakukan secara lisan saat proses pengawasan
dilakukan. Setelah melakukan pengawasan, Pengawas TPS membuat analisa hasil pengawasan
yang dituangkan dalam laporan hasil pengawasan melalui Formulir Model A yang tercantum
dalam lampiran Perbawaslu Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pengawasan Penyelenggaraan
Pemilu. Kemudian dalam melakukan pengawasan pemilu, Pengawas TPS perlu dilengkapi
dengan surat tugas, tanda pengenal, dan alat perlengkapan Pengawasan. Dalam hal ini alat
perlengkapan Pengawasan sebagaimana dimaksud paling sedikit berupa:
1. panduan pengawasan;
2. alat kerja; dan
3. alat dokumentasi.
C. TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN PENGAWAS TPS
Berdasarkan Perbawaslu Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penanganan Temuan dan Laporan
Pelanggaran Pemilu mengatur terkait dengan laporan hasil pengawasan Pengawas TPS sebagai
berikut:
1. Dalam hal laporan hasil pengawasan Pengawas TPS terdapat dugaan Pelanggaran Pemilu,
Pengawas TPS menyampaikan hasil pengawasan kepada Panwaslu Kecamatan melalui
Panwaslu Kelurahan/Desa.
2. Dalam hal laporan hasil pengawasan Pengawas TPS terdapat dugaan Tindak Pidana
Pemilu, Pengawas TPS menyampaikan hasil pengawasan kepada Bawaslu
Kabupaten/Kota melalui Panwaslu Kelurahan/Desa dan Panwaslu Kecamatan secara
berjenjang.
Artinya setelah melakukan aktifitas pengawasan dan ditemukan adanya dugaan pelanggaran
pemilu, maka Pengawas TPS menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Panwaslu
Kelurahan/Desa yang dituangkan dalam Formulir Model A yang tercantum dalam lampiran
Perbawaslu Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu. Dalam hal ini
laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud tidak hanya dibuat Ketika adanya dugaan
pelanggaran, namun juga dilakukan setelah melakukan aktifitas pengawasan meskipun tidak
ada dugaan pelanggaran dan disampaikan secara berjenjang, yakni kepada Panwaslu
Kelurahan/Desa.

50
BAGIAN VI
POTENSI PELANGGARAN PENGAWAS TPS DAN MEKANISME
MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM

A. POTENSI PELANGGARAN

Terdapat potensi pelanggaran pemilu yang terjadi apabila Pengawas TPS tidak menjalankan
tugas, kewenangan dan kewajiban dengan baik dan benar. Dalam hal ini berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, terdapat beberapa ancaman tindak
pidana pemilu yang terjadi apabila Pengawas TPS tidak menjalankan tugasnya sebagai berikut:

Tabel. Tindak Pidana Pemilu Pengawas TPS Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7


Tahun 2017 tentang Pemilu

Pasal Pidana Pemilu Tahapan Faktor Penyebab

Pasal 543 Tahapan Pungut Hitung Tidak menindaklanjuti


Setiap anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu temuan atau laporan
(kabupaten/ Kota, Panwaslu Kecamatan, dan/ atau yang dilakukan oleh
Panwaslu Kelurahan/Desa/Panwaslu LN/Pengawas KPPS
TPS yang dengan sengaja tidak menindaklanjuti
temuan dan/ atau laporan pelanggaran Pemilu yang
dilakukan oleh anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS/PPLN, dan/atau
KPPS/KPPSLN dalam setiap tahapan
Penyelenggaraan Pemilu dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp24.000.000,O0 (dua puluh empat juta
rupiah).
(Sumber: Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu)

51
Selain potensi pelanggaran tindak pidana pemilu sebagaimana yang dimaksud dalam table
diatas, Pengawas TPS juga berpotensi melakukan pelanggaran terhadap pelanggaran pemilu
lainnya yang berkaitan dengan pelanggaran pedoman kode etik penyelenggara pemilu yang
telah diuraikan pada bagian sebelumnya dengan berpedoman pada peraturan DKPP Nomor 2
Tahun 2017 tentang Pedoman Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Adapun terhadap potensi
pelanggaran administrasi, pengawas pemilu atau Pengawas TPS tidak terancam melanggar
administrasi pemilu yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: 1.) Pengawas Pemilu
bukan pelaksana teknis, namun bertugas mengawasi pelaksanaan teknis pemilu yang dilakukan
oleh KPU dan jajarannya. Sehingga KPU dan jajarannya yang melaksanakan teknis tahapan
pemilu terikat pada mekanisme, tata cara dan prosedur pelaksanaan pemilu yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaksanaan pemilu, 2.) Berdasarkan Pasal 8
Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi
Pemilu tidak mengatur bahwa pengawas pemilu merupakan pihak terlapor dalam pelanggaran
administrasi pemilu dan 3) Jika pengawas pemilu keliru dalam menjalankan tugas, kewenangan
dan kewajibannya seperti keliru dalam melakukan penanganan pelanggaran, maka potensi
pelanggaran yang akan terjadi adalah melanggar kode etik penyelenggara pemilu.

Kemudian dalam menjalankan tugas, kewenangan dan kewajiban sebagai pengawas pemilu
atau secara khsuus sebagai Pengawas TPS dapat juga berpotensi terjadi persoalan hukum.
Dalam hal ini, permasalah hukum sebagaimana dimaksud adalah masalah yang timbul sebagai
akibat dari pelaksanaan tugas dan wewenang pengawasan pemilu selama bekerja di Bawaslu.
Terhadap permasalahan hukum yang timbul akibat Pengawas TPS melaksanakan tugas
pengawasannya, maka Bawaslu dapat memberikan Bantuan Hukum sebagaimana yang diatur
dalam Perbawaslu Nomor 6 Tahun 2023 tentang Layanan Advokasi Hukum.

B. TATA CARA PENGAWAS TPS MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM

Sebagaimana yang telah diuraikan, bahwa Bawaslu dapat memberikan bantuan hukum kepada
jajaran pengawas pemilu yang mendapatkan permasalahan hukum saat menjalankan tugas. Hal
tersebut diatur dalam Perbawaslu Nomor 6 Tahun 2023 tentang Layanan Advokasi Hukum.
Dalam hal ini Layanan Advokasi Hukum yang selanjutnya disebut Advokasi Hukum adalah
rangkaian kegiatan pemberian layanan hukum untuk menghadapi permasalahan hukum yang
merupakan masalah yang timbul sebagai akibat pelaksanaan fungsi, tugas, wewenang, dan
kewajiban pengawasan Pemilu dan/atau Pemilihan. Penerima Advokasi Hukum adalah

52
Pimpinan, Pejabat, Pegawai, Mantan Pimpinan, Mantan Pejabat, Pensiunan/Mantan Pegawai
dan Pihak Lain yang membutuhkan Advokasi Hukum. Artinya mantan pengawas pemilu juga
dapat mengajukan permohonan advokasi hukum, selama permasalahan hukum yang dihadapi
terjadi karena menjalankan tugas saat bekerja di Bawaslu. Advokasi Hukum sebagaimana
dimaksud meliputi Advokasi Hukum Litigasi dan Advokasi Hukum Nonlitigasi.
Pemberian Advokasi Hukum Litigasi kepada Pengawas TPS dilakukan oleh Unit Kerja di
Sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota. Advokasi Hukum sebagaimana dimaksud diberikan
untuk menghadapi Permasalahan Hukum dalam:
2. praperadilan;
3. perkara pidana;
4. perkara perdata;
5. perkara tata usaha negara;
6. pengujian peraturan perundang-undangan;
7. perselisihan hasil Pemilu dan Pemilihan;
8. perkara kode etik penyelenggara Pemilu; dan
9. perkara lain yang melibatkan Pengawas Pemilu

Tata cara permohonan layanan advokasi hukum khususnya oleh Pengawas TPS adalah sebagai
berikut:
1. Pengawas TPS mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada Ketua Bawaslu
Kabupaten/Kota jika terdapat permasalahan hukum
2. Permohonan sebagaimana dimaksud minimal memuat:
10. identitas pemohon yang meliputi:
1) nama lengkap;
2) nomor induk kependudukan;
3) tempat dan tanggal lahir;
4) instansi/jabatan;
5) alamat korespondensi; dan
6) nomor telepon; dan
11. uraian singkat permasalahan yang meliputi:
1) waktu dan tempat kejadian;
2) kronologis; dan
3) jenis perkara.

53
3. Permohonan sebagaimana dimaksud disampaikan dengan melampirkan dokumen yang
berkaitan dengan Permasalahan Hukum.
4. Permohonan dan lampiran dokumen sebagaimana dimaksud dapat disampaikan secara
langsung, melalui jasa pengiriman, atau teknologi informasi.
5. Format permohonan Advokasi Hukum tercantum dalam Lampiran I Perbawaslu Nomor
6 Tahun 2023 tentang Layanan Advokasi Hukum.

54
BAGIAN VII
SIWASLU DAN PELAPORAN HASIL PENGAWASAN

A. SIWASLU
SIWASLU adalah Sistem Pengawasan Pemilihan Umum yaitu perangkat yang digunakan
sebagai sarana informasi dalam pengawasan proses dan hasil pemungutan dan penghitungan
suara serta penetapan hasil Pemilu. Pengawasan melalui Sistem Pengawasan Pemilu
(SIWASLU) adalah menyampaikan informasi hasil pemungutan dan penghitungan suara serta
hasil pengawasan rekapitulasi suara berjenjang melalui sistem daring yang cepat terkonsolidasi
secara nasional. Secara umum, tujuan dari SIWASLU adalah memaksimalkan penyajian data
dan informasi serta mempermudah pengambilan keputusan oleh Pimpinan juga untuk
meningkatkan kinerja Badan Pengawas Pemilihan Umum RI. Sedangkan secara khusus, tujuan
dari SIWASLU adalah memenuhi kebutuhan proses pelaporan dan pelayanan informasi terkini
dalam proses PEMILU 2024 beserta hasilnya pada divisi Pengawasan.
Sasaran dari SIWASLU diantaranya:
1. Meningkatnya kinerja pengawasan pemungutan, penghitungan suara dan rekap perolehan
hasil penghitungan suara dengan sistem terkini serta kualitas penyajian data dan informasi
oleh BAWASLU RI.
2. Digitalisasi data, lebih efektif dan efisien, mudah dimutakhirkan, diolah dan dianalisis.
3. Keamanan data laporan pengawasan yang menggunakan jalur data online yang aman
terenkripsi standar terkini.
4. Hasil pelaporan yang lebih akurat, singkat dan disertai dengan bukti gambar sebagai alat
bukti.
5. Terpenuhinya kebutuhan proses pelaporan yang cepat, aman dan akurat dengan sistem
online.
Kemudian tugas dan fungsi penggunaan SIWASLU bagi Pengawas TPS diantaranya:
1. Mendapatkan pelatihan tentang penggunaan SIWASLU dalam kegiatan Bimbingan Teknis
PTPS.
2. Membaca buku saku, buku panduan dan petunjuk penggunaan SIWASLU.
3. Mempelajari Peraturan KPU dan Peraturan Bawaslu terkait pemungutan dan penghitungan
suara.
4. Mengunduh aplikasi SIWASLU dan melaporkan hasil pengawasan di HP/Perangkat.
5. Melaporkan hasil pengawasan, pemungutan dan penghitungan suara mulai masa tenang
hingga proses rekapitulasi.

55
B. PELAPORAN HASIL PENGAWASAN DI SIWASLU
Selain membuat Formulir Model A Pengawasan sebagaimana yang terlampir dalam Peraturan
Bawaslu Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan
menyampaikan kepada Panwaslu Kelurahan/Desa, Pengawas TPS juga mengisi formulir
pelaporan yang ada dalam aplikasi SIWASLU. Dalam hal ini, cara membuat pelaporan di
aplikasi SIWASLU oleh Pengawas TPS adalah sebagai berikut:
6. Instal dan Memasang Aplikasi SIWASLU 2024 dengan cara:
a. Gunakan HP Android, buka Playstore, lalu cari Aplikasi SIWASLU 2024
b. Setelah itu klik tombol Install/Pasang agar aplikasi dapat digunakan di HP, lalu setelah
berhasil terinstall klik Open/Buka aplikasi.
7. Pengawas TPS Registrasi dan Masuk Aplikasi dengan cara:
a. Pilih lokasi pengawasan berdasarkan Provinsi, lalu pilih tingkat/level pengawasan yaitu
Pengawas TPS
b. Daftar dengan mengisi data pengawas dan lokasi pengawasan
c. Masuk/Login ke dalam aplikasi dengan memasukan username atau no hp dan password
yang sudah dibuat saat mendaftar sebelumnya
d. Berhasil masuk ke HOME di aplikasi SIWASLU.
8. Mengisi Formulir Pelaporan dengan cara:
a. Formulir pengawasan proses di TPS adalah A.1, A.2, A.3 dan A.4, diisi dengan
menjawab Ya atau Tidak. Jawab Ya apabila terjadi dugaan pelanggaran yang harus
dilaporkan sesuai pertanyaan. Jika jawab Tidak, sertakan alat bukti foto
b. Formulir A5-PPWP mengisi hasil rekapitulasi C.HASIL dalam bentuk angka dan
mengunggah foto formulir C.HASIL. Formulir A5- DPR RI, A5-DPD, A5-DPRD
Provinsi, dan A5-DPRD Kab/Kota mengunggah foto formulir C.HASIL. Cara
mengunggah foto, klik kolom kamera, lalu pilih Kamera jika mau mengambil foto atau
pilih galeri jika foto sudah tersedia di perangkat.
c. Cek Riwayat Kirim Laporan untuk melihat status pengiriman laporan, terkirim atau
belum terkirim.

56
57

Anda mungkin juga menyukai