Anda di halaman 1dari 4

WL ESSAI

1. Dengan mengacu pada Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Tata Kerja dan Pola
Hubungan Pengawas Pemilihan Umum maka dapatkah saudara mengidentifikasi bentuk
tugas dan wewenang Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota terkait dengan upaya mewujudkan
soliditas kerja pengawas pemilu?
Jawaban:
Dalam konteks mewujudkan soliditas kerja pengawas pemilu maka landasan tugas dan
wewenang Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota diatur didalam Pasal 34 Perbawaslu Nomor 3
Tahun 2022 Tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Pengawas Pemilihan Umum
diantaranya meliputi:
- mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tata kerja dan pola hubungan
antardivisi dan antarwilayah;
- memastikan pelaksanaan tugas, wewenang, dan kewajiban diputuskan dalam Rapat
Pleno sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
- mengoordinasikan penyiapan dan penyusunan rencana kebijakan program dan
anggaran Bawaslu Kabupaten/Kota;
- melakukan pengendalian, supervisi, dan evaluasi terhadap pelaksanaan program serta
penggunaan anggaran Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Pengawas
TPS;
- melakukan pengendalian dan supervisi terhadap pelaksanaan tugas, wewenang, dan
kewajiban Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, dan Pengawas TPS.

2. Seorang Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota dituntut mampu mengoptimalisasi kinerja


lembaga yang dipimpinnya. Evaluasi kinerja merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan oleh Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota. Jelaskan landasan hukum dari hal ini.
Jawaban:
- Sebagaimana tertuang pada Pasal 34 huruf O Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2022
Tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Pengawas Pemilihan Umum maka Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan evaluasi
terhadap Kepala Sekretariat/Koordinator Sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota
dan/atau jajaran Sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan berdasarkan hasil Rapat Pleno dengan memperhatikan
pertimbangan dari divisi yang membidangi sumber daya manusia dan organisasi serta
meneruskan hasilnya kepada Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi.

3. Sebutkan tujuan dilakukannya pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas


pengawas pemilu!
Jawaban:
Mengacu pada Pasal 3 Perbawaslu Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Tata Cara Pembinaan
dan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Tugas Pengawas Pemilihan Umum maka tujuan
dilakukannya pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pengawas pemilu
yaitu sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan kapasitas pengawas Pemilu;
b. Untuk mengawasi kinerja pengawas Pemilu; dan
c. Untuk menyelesaikan Pelanggaran Kinerja pengawas Pemilu

4. Sebutkan dan jelaskan 4 (empat) bentuk pengawasan kinerja pengawas pemilu!


Jawaban:
Pengawasan kinerja Pengawas Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b
Perbawaslu Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan
Terhadap Pelaksanaan Tugas Pengawas Pemilihan Umum meliputi:
a. supervisi;
b. pemantauan;
c. evaluasi; dan
d. inspeksi mendadak.
Terkait dengan supervisi, maka hal ini dilaksanakan untuk menilai kinerja kepada
pengawas Pemilu pada tingkatan di bawahnya dalam pelaksanaan tugas pengawas Pemilu
pada penyelenggaraan Pengawasan.
Terkait dengan pemantauan, maka hal ini dilaksanakan untuk: pertama, menjaga kualitas
pelaksanaan tugas pengawas Pemilu pada penyelenggaraan Pengawasan. Kedua,
mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas pengawas Pemilu pada penyelenggaraan
Pengawasan. Ketiga, mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan tugas
pengawas Pemilu pada penyelenggaraan Pengawasan.
Terkait dengan evaluasi, maka hal ini dilaksanakan untuk menilai kinerja pengawas Pemilu
terhadap sebagian atau seluruh proses pelaksanaan tugas pengawas Pemilu pada
penyelenggaraan Pengawasan.
Terkait dengan inspeksi mendadak, maka hal ini dilaksanakan untuk: pertama,
menemukan fakta mengenai pelaksanaan tugas pengawas Pemilu pada penyelenggaraan
Pengawasan melalui proses pengamatan atau pemeriksaaan secara langsung yang
diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Kedua,
mengetahui perkembangan kinerja pengawas Pemilu dalam pelaksanaan tugas pengawas
Pemilu pada penyelenggaraan Pengawasan.

5. Sebutkan menurut saudara terkait bahaya politik identitas!


Jawaban:
Bahaya dari politik identitas yakni sebagai berikut:
a. Politik identitas mengancam Persatuan dan Kesatuan NKRI
b. Politik identitas mengancam sikap nasionalisme dan pluralisme
c. Politik identitas menimbulkan adu domba
d. Politik identitas membawa perselisihan
e. Politik identitas mengancam menutupi perdebatan program kerja berkualitas
f. Politik identitas berpotensi mengecilkan bahkan menghilangkan identitas lain yang
hidup di masyarakat
6. Syafii Ma’arif dalam bukunya “Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Indonesia”,
menjelaskan bahwa khususnya di Indonesia, Politik Identitas lebih terkait dengan
etnisitas, agama, ideologi dan kepentingan-kepentingan lokal yang diwakili umumnya
oleh para elit politik dengan artikulasinya masing-masing. Jika kemudian politik identitas
ini digunakan dalam pelaksanaan kampanye maka hal ini sesungguhnya cukup berbahaya.
Olehnya dalam pelaksanaan kampanye maka terdapat sejumlah hal yang dilarang.
Sebutkan dan beberapa hal-hal yang dilarang tersebut terutama yang memiliki
keterkaitan dengan penggunaan isu-isu politik identitas dalam kampanye!
Jawaban:
Sesuai dengan ketentuan Pasal 280 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu
maka Pelaksana, peserta, dan tim Kampanye Pemilu dilarang:
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau Peserta Pemilu
yang lain;
d. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat;

7. Di Kabupaten A, polisi melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap seorang calon
anggota legislatif DPRD Kabupaten dari suatu Partai. Orang tersebut diduga melakukan
politik uang menjelang masa tenang bersama tiga rekannya. Sebutkan dan jelaskan
ancaman sanksi pidana bagi pelaku politik uang dan ancaman sanksi ketika terjadi pada
masa tenang!
Jawaban:
Terkait dengan politik uang diatur dalam Pasal 515 UU No. 7 Tahun 2017 Tentang
Pemilihan Umum yang menyebut bahwa “Setiap orang yang dengan sengaja pada saat
pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada
Pemilih supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu tertentu
atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).”

Sementara khusus pada masa tenang maka hal ini diatur dalam Pasal 523 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum dimana disebutkan bahwa:
“Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim Kampanye Pemilu yang dengan sengaja pada
Masa Tenang menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materi lainnya kepada
Pemilih secara langsung ataupun tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
banyak Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah).”

8. Meliputi hal-hal apakah yang dimaksud dengan terstruktur, sistematis, dan masif dalam
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM!
Jawaban:
Terstruktur, sistematis, dan masif dalam Pelanggaran Administratif Pemilu TSM meliputi:
a. Kecurangan yang dilakukan oleh aparat struktural, baik aparat pemerintah atau
penyelenggara Pemilu secara kolektif atau secara bersama-sama;
b. pelanggaran yang direncanakan secara matang, tersusun, dan sangat rapi; dan
c. dampak pelanggaran yang sangat luas pengaruhnya terhadap hasil Pemilu bukan
hanya sebagian.

9. Sebutkan sejumlah tahapan dalam penyelesaian sengketa antar-Peserta Pemilu!


Jawaban:
Mengacu pada Pasal 8 Perbawaslu Nomor 9 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu maka penyelesaian sengketa antar peserta pemilu dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. menerima permohonan;
b. melakukan pemeriksaan permohonan;
c. mempertemukan para pihak yang bersengketa;
d. memeriksa bukti; dan
e. memutus.

10. Sebutkan pihak yang dapat menjadi pemohon penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu!
Jawaban:
Mengacu pada Pasal 16 Perbawaslu Nomor 9 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu maka Pemohon penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu terdiri atas:
a. pihak yang dinyatakan belum atau tidak memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai
Peserta Pemilu, yakni:
1. partai politik calon Peserta Pemilu yang mendaftar ke KPU atau KPU Provinsi
sesuai kewenangannya sebagai Peserta Pemilu;
2. bakal calon anggota DPD yang mendaftar ke KPU; atau
3. bakal Pasangan Calon yang mendaftar ke KPU.
b. Partai Politik Peserta Pemilu yang mendaftarkan bakal calon anggota DPR, anggota
DPRD provinsi, atau anggota DPRD kabupaten/kota yang dinyatakan belum atau tidak
memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, atau anggota
DPRD kabupaten/kota oleh KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya.
c. Pihak yang telah ditetapkan sebagai Peserta Pemilu, yakni:
1. Partai Politik Peserta Pemilu;
2. calon anggota DPD; dan/atau
3. Pasangan Calon; dan
d. Partai Politik Peserta Pemilu yang mendaftarkan bakal calon anggota DPR, anggota
DPRD provinsi, atau anggota DPRD kabupaten/kota dan telah ditetapkan sebagai calon
anggota DPR, DPRD provinsi, atau DPRD kabupaten/kota oleh oleh KPU, KPU Provinsi,
atau KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.

Anda mungkin juga menyukai