1. Dengan mengacu pada Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Tata Kerja dan Pola
Hubungan Pengawas Pemilihan Umum maka dapatkah saudara mengidentifikasi bentuk
tugas dan wewenang Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota terkait dengan upaya mewujudkan
soliditas kerja pengawas pemilu?
Jawaban:
Dalam konteks mewujudkan soliditas kerja pengawas pemilu maka landasan tugas dan
wewenang Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota diatur didalam Pasal 34 Perbawaslu Nomor 3
Tahun 2022 Tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Pengawas Pemilihan Umum
diantaranya meliputi:
- mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tata kerja dan pola hubungan
antardivisi dan antarwilayah;
- memastikan pelaksanaan tugas, wewenang, dan kewajiban diputuskan dalam Rapat
Pleno sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
- mengoordinasikan penyiapan dan penyusunan rencana kebijakan program dan
anggaran Bawaslu Kabupaten/Kota;
- melakukan pengendalian, supervisi, dan evaluasi terhadap pelaksanaan program serta
penggunaan anggaran Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Pengawas
TPS;
- melakukan pengendalian dan supervisi terhadap pelaksanaan tugas, wewenang, dan
kewajiban Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, dan Pengawas TPS.
7. Di Kabupaten A, polisi melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap seorang calon
anggota legislatif DPRD Kabupaten dari suatu Partai. Orang tersebut diduga melakukan
politik uang menjelang masa tenang bersama tiga rekannya. Sebutkan dan jelaskan
ancaman sanksi pidana bagi pelaku politik uang dan ancaman sanksi ketika terjadi pada
masa tenang!
Jawaban:
Terkait dengan politik uang diatur dalam Pasal 515 UU No. 7 Tahun 2017 Tentang
Pemilihan Umum yang menyebut bahwa “Setiap orang yang dengan sengaja pada saat
pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada
Pemilih supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu tertentu
atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).”
Sementara khusus pada masa tenang maka hal ini diatur dalam Pasal 523 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum dimana disebutkan bahwa:
“Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim Kampanye Pemilu yang dengan sengaja pada
Masa Tenang menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materi lainnya kepada
Pemilih secara langsung ataupun tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
banyak Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah).”
8. Meliputi hal-hal apakah yang dimaksud dengan terstruktur, sistematis, dan masif dalam
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM!
Jawaban:
Terstruktur, sistematis, dan masif dalam Pelanggaran Administratif Pemilu TSM meliputi:
a. Kecurangan yang dilakukan oleh aparat struktural, baik aparat pemerintah atau
penyelenggara Pemilu secara kolektif atau secara bersama-sama;
b. pelanggaran yang direncanakan secara matang, tersusun, dan sangat rapi; dan
c. dampak pelanggaran yang sangat luas pengaruhnya terhadap hasil Pemilu bukan
hanya sebagian.
10. Sebutkan pihak yang dapat menjadi pemohon penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu!
Jawaban:
Mengacu pada Pasal 16 Perbawaslu Nomor 9 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu maka Pemohon penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu terdiri atas:
a. pihak yang dinyatakan belum atau tidak memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai
Peserta Pemilu, yakni:
1. partai politik calon Peserta Pemilu yang mendaftar ke KPU atau KPU Provinsi
sesuai kewenangannya sebagai Peserta Pemilu;
2. bakal calon anggota DPD yang mendaftar ke KPU; atau
3. bakal Pasangan Calon yang mendaftar ke KPU.
b. Partai Politik Peserta Pemilu yang mendaftarkan bakal calon anggota DPR, anggota
DPRD provinsi, atau anggota DPRD kabupaten/kota yang dinyatakan belum atau tidak
memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, atau anggota
DPRD kabupaten/kota oleh KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya.
c. Pihak yang telah ditetapkan sebagai Peserta Pemilu, yakni:
1. Partai Politik Peserta Pemilu;
2. calon anggota DPD; dan/atau
3. Pasangan Calon; dan
d. Partai Politik Peserta Pemilu yang mendaftarkan bakal calon anggota DPR, anggota
DPRD provinsi, atau anggota DPRD kabupaten/kota dan telah ditetapkan sebagai calon
anggota DPR, DPRD provinsi, atau DPRD kabupaten/kota oleh oleh KPU, KPU Provinsi,
atau KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.