Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MAGANG INSTANSI BAWASLU KOTA

GORONTALO

Aditya Eka Prasetya Hasan

Moh. Rhava Kavriandi Musa

Muhamad Akbar

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN HASIL MAGANG

OLEH :

ADITYA EKA PRASETYA HASAN


MOH. RHAVA KAVRIANDI MUSA
MUHAMAD AKBAR

Disetujui oleh :

Ketua Bidang Studi Penanggung jawab

Novendri M. Nggilu, SH. MH Vidya Gumanti, SH,I


KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Tuhan yang maha Esa, yang telah memberikan nikmat
hidup, nikmat sehat, serta kemudahan kepada kami, sehingga Alhamdulillah kami
dapat menyelesaikan laporan hasil magang kami selama tiga bulan lamanya
berada di Lembaga Bawaslu. Banyak hal yang tentunya kami bisa pelajari lewat
pengalaman ini, baik yang bersifat umum maupun yang khusus berada di daerah
Kota Gorontalo.

Ada sedikit kekecewaan bagi kami secara pribadi sebenarnya. Sebab, tidak
dapat secara langsung terlibat dalam praktik pengawasan pemilu. Ini karena pada
tahun ini tidak ada penyelenggaraan pemilu yang dilaksanakan di Kota Gorontalo.
Untuk itu kami hanya bisa melihat dan mempelajari apa yang menjadi hak dan
tanggung jawab Bawaslu lewat dokumen dan laporan-laporan yang sudah
dibukukan maupun dipajang. Sehingga informasi yang kami sajikan tidak
mencapai hasil yang maksimal.

Informasi yang kami peroleh adalah terkait tentang bagaimana kondisi


Bawaslu yang ada di Kota Gorontalo, mulai dari kekurangan dan kelebihan,
proses pengawasan dalam pelaksanaan Pemilu terakhir, apa saja pengembangan
yang sedang dilakukan serta berbagai hal tentang hak dan tanggung jawab
bawaslu sampai pada proses penyelesaian sengketa pemilu.

Proses dalam pengumpulan informasi ini kami peroleh melalui diskusi


dengan para staf dan komisioner Bawaslu serta meminta file terkait laporan
pengawasan Pemilu terakhir untuk dianalisis dan didiskusikan bersama. Sehingga,
mempu meberikan informasi yang insya Allah bisa bermanfaat bagi kami dan
banyak orang. Akan tetapi, kami juga sedikit memasukan pendapat kami terkait
situsi dan kondisi Bawaslu Kota Gorontalo. Untuk itu, jika kemudian dalam
pembahasan terdapat perbedaan pendapat dengan apa yang pembaca pahami, itu
karena pendapat yang kami berikan tidak secara umum melaikan penarikan
kesimpulan dari realitas yang kami dapat selama belajar di Bawaslu Kota
Gorontalo.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Badan Pengawas Pemilihan Umum atau di sebut BAWASLU, merupakan
Lembaga Pengawas Pemilu yang dibentuk untuk mengawasi tahapan
penyelenggaraan Pemilu, Menerima Pengaduan Serta Menangani Kasus
Pelanggaran Administratif pemilu serta pelanggaran pidana Pemilu Berdasarkan
tingkatan Sesuai dengan pertaturan Perundang-undangan.

Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu dibentuk berdasarkan perintah


Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu. Pengawas
Pemilu merupakan lembaga adhoc yaitu Panitia Pengawas Pemilu atau Panwaslu.
Tepatnya tahun 1982 Undang-Undang memerintahkan pembentukan Panitia
Pengawas Pelaksanaan Pemilu atau Panwaslak Pemilu, yang melekat pada
Lembaga Pemilihan Umum atau LPU. Pembentukan Panwaslak Pemilu pada
Pemilu 1982 dilatar belakangi oleh keluhan atas banyaknya pelanggaran dan
manipulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh para petugas pemilu pada
Pemilu 1971. Karena palanggaran dan kecurangan pemilu yang terjadi pada
Pemilu 1977 jauh lebih masif, protes-protes ini lantas direspon pemerintah dan
DPR. Akhirnya muncullah gagasan memperbaiki undang-undang yang bertujuan
meningkatkan 'kualitas' Pemilu.

Dinamika dalam kelembagaan pengawasan Pemilu ini terus berkembang


dengan terbitnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,
dengan mengamanatkan Pembentukan Bawaslu Kabupaten/Kota Permanen paling
lambat setahun sejak tanggal disahkan Undang-undang ini pada 16 Agustus 2017,
ditambah dengan kewenangan baru untuk menindak serta memutuskan
pelanggaran dan proses sengketa Pemilu. Bawaslu RI mengeluarkan Perbawaslu
Nomor 19 tahun 2017 kemudian di rubah Perbawaslu Nomor 10 Tahun 2018,
untuk menugaskan kepada Bawaslu Provinsi untuk mengusulkan dan
membentuk Tim Seleksi Anggota Bawaslu Kabupaten/Kota dimasing-masing
wilayah kerjanya yang terbagi lagi dari beberapa region serta ditetapkan dengan
Keputusan Bawaslu Provinsi masing-masing.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Pemilu, Bawaslu Kota
Gorontalo semakin kuat dengan dibentuknya lembaga tetap Pengawas Pemilu.
Yang Pada prinsipnya kehadiran lembaga Pengawas Pemilu bertujuan untuk
memastikan terjaminnya penyelenggaraan Pemilu yang demokratis, berkualitas
dan taat pada asas mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib, kepentingan
umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efesien dan
efektifitas sebagaimana harapan dan cita-cita negara dari segenap Warga Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Bawaslu Kota Gorontalo untuk saat ini beralamat di Jl. Arief Rahman
Hakim yang sebelumnya sempat bertempat di Limba U Dua, kota selatan Kota
Gorontalo. Instansi ini memiliki wilayah hukum yang mencakup beberapa
kecamatan, antara lain Kec. Kota Barat, Kec. Kota Tengah, Kec. Kota Selatan,
Kec. Kota Timur, Kec. Kota Utara, Kec. Dungingi, Kec. Sipatanah, Kec.
Hulonthalangi serta kecamatan Dumbo Raya yang totalnya terdapat 9 kecamatan
di Kota Gorontalo yang menjadi wilayah hukumnya.

Untuk menjalankan tugasnya, Bawaslu Kab/Kota khusunya Bawaslu Kota


Gorontalo berdasarkan pada sebuah peraturan Undang-Undang No. 7 tahun 2017
tentang Pemilihan Umum. Bawaslu Kota Gorontalo memiliki tugas pokok, fungsi
serta wewenang sebagai berikut :

1. Melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah kabupaten/kota


terhadap pelanggaran pemilu dan sengketa proses pemilu.
2. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu di wilayah
kabupaten/kota,
3. Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah kabupaten/kota;
4. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan
kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini;
5. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di wilayah kabupaten/kota,
6. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksankan penyusutan
berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
7. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah
kabupaten/kota;
8. Mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah kabupaten/kota; dan
9. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Dalam melakukan pencegahan pelanggaran Pemilu dan pencegahan sengketa


proses Pemilu, Bawaslu Kabupaten/Kota bertugas :

1. Mengidentifikasi dan memetakan potensi pelanggaran pemilu di wilayah


kabupaten/kota;
2. Mengkoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau, dan
mengevaluasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
3. Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dan pemerintah daerah
terkait; dan
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu di
Wilayah kabupaten/kota.

Dalam melakukan penindakan pelanggaran Pemilu, Bawaslu Kabupaten/Kota


bertugas:

1. Menyampaikan hasil pengawasan di wilayah kabupaten/kota kepada


Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi atas dugaan pelanggaran kode etik
Penyelenggara Pemilu dan/atau dugaan tindak pidana Pemilu di wilayah
kabupaten/kota;
2. Menginvestigasi informasi awal atas dugaan pelanggaran Pemilu di
wilayah kabupaten/kota;
3. Memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah
kabupaten/kota;
4. Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran administrasi Pemilu; dan
5. Merekomendasikan tindak lanjut pengawasan atas pelanggaran Pemilu di
wilayah kabupaten/kota kepada Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi.
Dalam melakukan penindakan sengketa proses Pemilu, Bawaslu
Kabupaten/Kota bertugas :
1. Menerima permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah
kabupaten/Kota;
2. Memverivikasi secara formal dan materiel permohonan sengketa proses
pemilu di wilayah kabupaten/kota;
3. Melakukan mediasi antar pihak yang bersengketa di wilayah
kabupaten/kota;
4. Melakukan proses adjudikasi sengketa proses Pemilu di wilayah
kabupaten/kota apabila mediasi belum menyelesaikan sengketa proses
Pemilu; dan
5. Memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota.

Dalam menjalankan tugas pokoknya Bawaslu Kabupaten/Kota memiliki


kewenangan :

1. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan


pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai Pemilu

2. Memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di wilayah kebupaten/kota


serta merekomendasikan hasil pemeriksaan dan pengkajianya kepada
pihak-pihak yang diatur dalam Undang-Undang ini;

3. Menerima, memeriksa memediasi atau mengajudikasi dan memutus


penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota;

4. Merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan mengenai hasil


pengawasan di wilayah kabupaten/kota terhadap netralitas semua pihak
yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini;

5. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dankewajiban Panwaslu


Kecamatan setelah mendapatkan pertimbangan Bawaslu Provinsi apabila
Panwaslu Kecamatan berhalangan sementara akibat dikenai sanksi atau
akibat lainya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6. Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam


rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran Pemilu dan sengketa
proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota;

7. Membentuk Panwaslu Kecamatan dan mengangkat serta memberhentikan


anggota Panwaslu Kecamatan dengan memperhatikan masukan Bawaslu
Provinsi; dan

8. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan
Bawaslu Kota Gorontalo terdiri dari 3 divisi. Dimana divisi adalah
pembagian tugas, wewenang, dan kewajiban diantara para anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota berdasarkan tugas pokok dan fungsi.

Bahwa ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan badan Pengawas


Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 1 tahun 2020 Tentang Tata Kerja Dan Pola
Hubungan Badan Pengawas Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan
Umum Provinsi, Badan pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia
pengawas Pemilihan Umum Kecamatan, Panitia Pengawas Pemilihan Umum
Kelurahan/Desa, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Luar Negeri, Dan Pengawas
Tempat Pemungutan Suara Pasal 22 ayat (1) bahwa dalam melaksanakan tugas,
wewenang, dan kewajibannya, melakukan pembagian tugas dalam bentuk Divisi
dan Korwil. Pembagian Divisi untuk anggota Bawaslu Kabupaten/Kotayang
memiliki jumlah anggota sebanyak 3 (tiga) orang terdiri atas :

a. Divisi Pengawasan, Hubungan Masyarakat, dan Hubungan Antarlembaga;

b. Divisi Hukum, Penanganan Pelanggaran, dan Penyelesaian Sengketa; dan

c. Divisi Sumber Daya Manusia, Organisasi, dan Data Informasi;


Selanjutnya dijelaskan pada Pasal 24Peraturan badan Pengawas Pemilihan
Umum Nomor 3 Tahun 2020, sebagai berikut:

1. Divisi Pengawasan, Hubungan Masyarakat, dan Hubungan Lembaga


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a angka 1
mengoordinasikan fungsi:
a) Pencegahan pelanggaran Pemilu dan Pemilihan serta pencegahan
sengketa proses Pemilu dan sengketa Pemilihan;
b) Pengawasan tahapan Pemilu dan Pemilihan;
c) Sosialisasi dan peningkatan kapasitas di bidang pengawasan
tahapan Pemilu dan Pemilihan, hubungan masyarakat,
pengelolaan dan pelayanan informasi publik, dan/atau kerja sama
dan hubungan antarlembaga;
d) Pengadministrasian dan pengolahan hasil pengawasan Pemilu dan
Pemilihan;
e) Koordinasi dengan Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi dalam
pelaksanaan:
 Program, strategi, dan teknis pengawasan Pemilu dan
Pemilihan;
 Akreditasi dan penguatan pemantau Pemilu di wilayah
kabupaten/kota;
 Penelitian dan pengembangan di bidang demokrasi,
kepemiluan, pengawasan Pemilu, dan pengawasan
Pemilihan; dan
 Pengawasan partisipatif Pemilu dan Pemilihan;
f) Hubungan masyarakat;
g) Kerja sama dan hubungan antarlembaga;
h) Pengelolaan dan pelayanan informasi publik Bawaslu
Kabupaten/Kota;
i) Pemantauan dan evaluasi; dan
j) Penyiapan laporan hasil pengawasan tahapan Pemilu dan
Pemilihan, laporan tahunan, dan laporan akhir Divisi
Pengawasan, Hubungan Masyarakat, dan Hubungan
Antarlembaga.
2. Divisi Hukum, Penanganan Pelanggaran, dan Penyelesaian Sengketa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a angka 2
mengoordinasikan fungsi:
a) Penyiapan analisis dan kajian hukum;
b) Pendokumentasian dan sosialisasi produk hukum;
c) Koordinasi internal dan koordinasi dengan Bawaslu melalui Bawaslu
Provinsi pelaksanaan pendampingan hukum dalam perselisihan hasil
Pemilu dan perselisihan hasil Pemilihan;
d) Penyelesaian penanganan dugaan pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh Panwaslu Kecamatan/Panwas Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa/PPL, dan Pengawas TPS;
e) Penerimaan laporan dan/atau temuan dugaan pelanggaran Pemilu
dan Pemilihan serta tindak pidana Pemilu dan tindak pidana
Pemilihan;
f) Penanganan tindak pidana Pemilu dan tindak pidana Pemilihan;
g) Pengadministrasian dan fasilitasi Gakkumdu Kabupaten/Kota;
h) Pengkajian dan tindak lanjut laporan dan/atau temuan dugaan
pelanggaran Pemilu dan Pemilihan;
i) Penanganan pelanggaran administratif Pemilu;
j) Pengadministrasian dan pengolahan basis data terkait dengan laporan
dan/atau temuan dugaan pelanggaran Pemilu dan Pemilihan serta
tindak pidana Pemilu dan Pemilihan;
k) Pemantauan dan pengolahan basis data tindak lanjut laporan
dan/atau temuan dugaan pelanggaran Pemilu dan Pemilihan serta
tindak pidana Pemilu dan tindak pidana Pemilihan;
l) Penyelesaian sengketa proses Pemilu dan sengketa Pemilihan;
m) Pengolahan basis data permohonan dan putusan sengketa proses
Pemilu dan sengketa Pemilihan;
n) Sosialisasi dan peningkatan kapasitas di bidang:
 Hukum
 Pencegahan dan penanganan dugaan pelanggaran Pemilu dan
Pemilihan serta tata cara penanganan tindak pidana Pemilu
dan tindak pidana Pemilihan; dan/atau
 Pencegahan dan penyelesaian sengketa proses Pemilu dan
sengketa Pemilihan;
o) Pemantauan dan evaluasi
p) Penyiapan laporan hasil pengawasan tahapan Pemilu dan
Pemilihan, laporan tahunan dan laporan akhir Divisi Hukum,
Penanganan Pelanggaran, dan Penyelesaian Sengketa.
3. Divisi Sumber Daya Manusia, Organisasi, dan Data dan Informasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a angka 3
mengoordinasikan fungsi:
a) Perencanaan dan penyusunan kebijakan serta penyusunan
anggaran dalam penyelenggaraan pengawasan Pemilu dan
penyelenggaraan pengawasan Pemilihan;
b) Pelaksanaan seleksi Anggota Panwaslu Kecamatan/Panwas
Kecamatan;
c) Koordinasi dengan Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi terkait
dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Pengawas Pemilu
dan Pengawas Pemilihan, masyarakat, serta pegawai
kesekretariatan;
d) Pembinaan Panwaslu Kecamatan/Panwas Kecamatan sampai
dengan Pengawas TPS;
e) Tata laksana dan kesekretariatan;
f) Pengolahan dan pengelolaan basis data Pengawas Pemilu dan
Pengawas Pemilihan;
g) Koordinasi internal dalam pengelolaan basis data Bawaslu
Kabupaten/Kota;
h) Sosialisasi dan peningkatan kapasitas di bidang:
 Sumber daya manusia dan organisasi Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan/Panwas
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa/PPL, dan
Pengawas TPS; dan/atau
 Data informasi;
i) Pemantauan dan evaluasi; dan
j) Penyiapan laporan tahapan Pemilu dan Pemilihan, laporan
tahunan, dan laporan akhir Divisi Sumber Daya Manusia,
Organisasi, dan Data Informasi.

Anggota Bawaslu Kabupaten/kota terdiri dari 3 orang. Untuk ketua


bawaslu dipilih dari dan oleh anggota bawaslu kabupaten/kota. Dengan masa
keanggotaan selama 5 tahun terhitung sejak pengucapan sumpah/janji
keanggotaan bawaslu kabupaten/kota.

Adapun anggota Bawaslu Kota Gorontalo periode 2018-2023 berdasarkan


keputusan Bawaslu Nomor 065/K.Bawaslu/HK.01.01/VIII/2018 tentang
Pengangkatan :

1. Lismawy Ibrahim, S,Pd, M.Pd berdasarkan rapat pleno penentuan


pimpinan dan divisi pada tanggal 17 agustus 2018 ditetapkan sebagai
Ketua Bawaslu Kota Gorontalo dan Koordinator Divisi Pengawasan,
Hubungan Masyarakat dan hubungan antarlembaga.
2. Alvian Mato M.Pd.I berdaarkan rapat pleno penenuan pimpinan dan Divisi
pada tanggal 17 agustus 2018 ditetapkan sebagai anggota Bawaslu Kota
Gorontalo dan Koordinator Divisi hukum, penanganan pelanggaran dan
penyelesaian sengketa.
3. Lukman A. Rahman S.Pd, M.Pd berdasarkan rapat pleno penentuan
pimpinan dan Divisi pada tanggal 17 agustus 2018 ditetapkan sebagai
Anggota Bawaslu Kota Gorontalo dan Koordinatir Divisi Sumber Daya
Manusia, Organisasi, dan Data Informasi.

Dalam mengkoordinasikan fungsi bawaslu kota gorontalo di bantu oleh unit


organisasi pada sekretariat bawaslu kota gorontalo yang di pimpin oleh
coordinator secretariat yang secara administrasi bertanggung jawab kepada
sekretaris jenderal bawaslu dan secara fungsional bertanggung jawab kepada
ketua bawaslu kota gorontalo. Dalam hal ini, yang dipercaya sebagai Korsek
bawaslu kota gorontalo adalah Berny pakaja, SH.

Adapun beberapa kegiatan rutin yang dikembangkan di instansi ini terkait


dengan tugas dan fungsi bawaslu dibidang pengawasan antara lain melakukan
pemutakhiran data pemilih berkelanjutan yang dilakukan tiap bulan sekali. Hal ini
dilakukan guna memelihara data pemilih. Sebagaimana yang di ungkapkan salah
satu staf sekretariat bawaslu kota gorontalo di bidang pengawasan, Moh. Fahmi
Kasim, S.PI,” kendala yang sering ditemukan dilapangan ketika melakukan
pemutakhiran data pemilih ini adalah adanya orang-orang yang telah meninggal
dunia tetapi masih terdaftar dalam data pemilih tetap, sedangkan orang yang telah
meninggal dunia secara tidak langsung hak demokrasinya sudah dicabut. Juga
masih ada beberapa orang yang telah memasuki usia remaja yang seharusnya
sudah masuk dalam daftar pemilih tetapi belum memiliki KTP-el. Sehingga
bawaslu kota gorontalo ikut mendorong Dinas Capil untuk segera melakukan
sosialisasi kepada masyarakat akan kesadaran tersebut”.

Juga terdapat beberapa kegiatan rutin mingguan yang sering dilakukan


instansi Bawaslu Kota, seperti halnya kegiatan Podcast terkait dengan isu-isu
yang berkembang seputar pemilu yang dilakukan setiap hari kamis. Selain itu,
juga terdapat beberapa program dari bawaslu kota gorontalo seperti halnya
pengajian rutin bersama yang dilakukan setap hari jumat pagi sebelum
pelaksanaan sholat jumat.

Secara umum, permasalahan yang sering di hadapi oleh Bawaslu baik di


tingkat danional maupun daerah memiliki kesamaan. Adapaun Bawaslu Kota
Gorontalo memiliki beberapa potensi serta permasalahan yang turut
mempengaruhi dinamika politik terhadap program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan.

Potensi
Bawaslu Kota Gorontalo memiliki potensi atau kekuatan yang cukup
penting dalam menghadapi persoalan-persoalan dinamika politik nasional maupun
local, diantaranya adalah :

1. Komitmen bersama dalam pengawasan, pencegahan dan penindakan


terhadap berbagai bentuk pelanggaran pemilu yang dpat menimbulkan
konflik, keberpihakan penyelenggara pemilu, dan mobilisasi politik
melalui itimidasi dengan iming-iming jabatan, barang maupun uang.
2. Adanya sumber daya pengawas pemilu yang memiliki kapasitas dan
kapabilitas
3. Adanya kewenangan menyelesaikan sengketa
4. Adanya kewenangan melibatkan masyarakat dalam mengawasi pemilu
secara partisipatif
5. Sebagai satu-satunya lembaga yang menjadi pintu dalam proses awal
dalam penegakan hukum pemilu.
6. Kemandirian dalam rekrutmen pegawai negeri sipil (PNS) dan
pegawai pemerintah non PNS.
7. Kerjasama dengan stakeholder dalam pelaksanaan pengawasan pemilu.

Permasalahan

Selain potensi diatas, dalam pelaksanaan pengawasan bawaslu juga


menghadapi berbagai masalah maupun tantangan, diantaranya :

1. Belum tercukupinya dukungan sarana dan prasarana yang memadai


2. Ekspektasi publik yang tinggi terhadap pelaksanaan pemilu yang
berkualitas
3. Masih rendahnya komitmen peserta pemilu dalam menolak praktek politik
uang, penyalahgunaan jabatan dan kewenangan, serta pencegahan konflik
yang dicerminkan oleh belum memadainya pengaturan pelaksanaan
pemilihan gubernur-wakil gubernur, Bupati-Wakil Bupati dan Walikota-
Wakil Walikota
4. Masih kurangnya dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi-
fungsi pengawasan Pemilu, baik dalam pencegahan dan penindakan
maupun dalam penyelesaian sengketa
5. Komitmen penegakan hukum yang belum memadai, hal yang tercermin
dari belum tersedianya sistem penegakan hukum yang lebih khusus terkait
penegakan tindak pidana Pemilu
6. Masih rendahnya komitmen peserta Pemilu dalam mematuhi aturan
hukum Pemilu
7. Masih lemahnya perlindungan hukum terhadap pengawas Pemilu dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya
8. Kurangnya jumlah Aparatur Sipil Negara Bawaslu
9. Tidak tercukupinya dukungan sarana, prasarana, dan anggaran dari Negara

Fakta yang dapat dijadikan sebagai sumber dan model dalam


pengembangan kapasitas diri

Salah satu fakta menarik terkait apa yang bisa kami jadikan sebgai
pengembangan kapasitas diri adalah fakta bahwa tingkat partisipasi masyarakat
dalam proses pemilu itu tidak hanya diukur dari banyaknya jumlah pemilih, tapi
juga diukur dari tingkat kesedaran masyarakat ikut serta dalam proses
pengawasan. Di mana, masyarakat harus ikut serta dalam mengawasi dan
mencegah adanya pelamggaran dan kecurangan dalam pemilu. Sehingga ini bisa
kita jadikan sebagai pengembangan kpasitas diri terlepas sebagai mahasiswa
untuk terlibat dalam sosialisasi maupun dalam hal mencegah agar tidak terlibat
dalam Money Politic yang sering dianggap lumrah oleh masyarakat ketika pemilu
dilaksanakan.
BAB II

PELAKSANAAN DAN KENDALA DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN


MAGANG

Pelaksanaan Kegiatan :

Untuk pelaksanaan kegiatan di instansi ini, kami dibagi kedalam beberapa


Divisi yang kemudian menjalankan tugas dan fungsi dari masing-masisng divisi
tersebut. Divisi ini antara lain Divisi SDM, organisasi dan data informasi, Divisi
pengawasan, hubungan masyarakat dan hubungan antar lembaga, serta Divisi
hukum, Penanganan Pelanggaran dan Penyelesaian sengketa. Tetapi, berhubung
belum adanya tahapan pemilu pada saat kami diturunkan di instansi ini, juga
berdampak pada tidak banyaknya kegiatan maupun aktivitas yang di lakukan di
instansi ini. Maka kami mendapat arahan untuk bisa menggali informasi dari
instansi ini terutama di tiap-tiap divisi untuk mengisi waktu-waktu sela dengan
cara sharing dengan para staf sekretariat bawaslu kota. Nah dengan itu, kami
menerima beberapa informasi dari tiap divisi ini yang akan kami uraikan sebagai
berikut.

Divisi SDM, organisasi dan data informasi pada umumnya memiliki tugas
untuk menyusun RENSTRA Bawalu Kota Gorontalo. Rentsra yakni perencanaan
strategis yang dijadikan dasar acuan dari Bawaslu Kota untuk melaksanakan
kegiatan kedepannya. Juga sebagai dasar dalam mengambil keputusan dan
mengalokasikan sumber daya termasuk modal dan sumber daya manusia dalam
mencapai tujuan yang di inginkan. Tetapi, dalam hal ini bukan hanya Divisi SDM,
tetapi Divisi lainnya juga terlibat dalam penyusunan renstra serta pembahasan
akhir. Tidak hanya itu, beberapa informasi yang saya dapat setelah sharing dengan
salah satu staf sekretariat bawaslu kota gorontalo di Divisi SDM, Rofi’uddin JR,
Tilome, SE bahwa mereka juga melakukan tugas dalam melakukan seleksi
PANWASCAM (Panitia Pengawas Kecamatan) di 9 kecamatan yang terdapat di
kota gorontalo. Pada pelaksanaan pemilu tahun 2019, tercatat ada sejumlah
anggota panwascam yang terdaftar di kota gorontalo dengan total 27 orang yang
terbagi di 9 kecamatan. Yang rincian detailnya yakni untuk kec. Kota utara (3
orang), kota barat (3 orang), kota selatan (3 orang), kota tengah (3 orang), kota
timur (3 orang), sipatanah (3 orang), dumbo raya (3 orang), dungingi (3 orang),
dan kec. Hulontahlangi sebanyak (3 orang). Adapun dari informasi yang penulis
terima, terdapat beberapa persyaratan dalam perekrutan panwascam antara lain
memiliki batas usia minimal saat pendaftaran. Usia minimal yakni 25 tahun
sedangkan untuk usia maksimal bisa fleksibel tergantung dengan kondisi orang
tersebut. Untuk pendidikian minimal lulusan SMA juga syarat lainnya harus
berdomisili di kabupaten/kota bersangkutan yang dibuktikan dengan KTP
elektronik. Adapun klasifikasi lainnya anggota panwascam sedang tidak
tergabung dalam salah satu PARPOL ataupun telah mengundurkan diri. Juga
dalam jangka waktu 5 tahun terakhir tidak mengikuti kampanye dari salah satu
paslon yang bertarung dalam perhelatan pemilu. Untuk perencanaan dan
penyusunan kebijakan serta penyusunan anggaran dalam penyelenggaraan
pengawasan pemilu juga merupakan tugas dari divisi SDM, akan tetapi untuk
informasi terkait dengan anggaran dalam penyelenggaraan pemilu kami tidak
mendapatkan informasi untuk itu sebab dalam instansi ini ada terdapat beberapa
informasi yang bersifat privasi atau tidak untuk di publish ke masyarakat umum
termasuk juga untuk kita mahasiswa yang salah satunya adalah info terkait dengan
penganggaran dalam pengawasan tahapan pemilu ini.

Divisi Pengawasan, Hubungan Masyarakat, dan Hubungan antar Lembaga


pada umumnya bertugas mencegah pelanggaran pemilu dan pemilihan, melakukan
pengawasan tahapan pemilu dan pemilihan,dan kemarin sempat melakukan
pemutakhiran data pemilih berkelanjutan. Mengenai pemutakhiran data pemilih
berkelanjutan, kemarin saya sempat berbincang bincang dengan salah satu staf
dari secretariat bawaslu kota gorontalo di bidang divisi pengawasan, yaitu pak
Moh. Fahmi Kasim, S.PI, yang katanya “Pemutakhiran Data Pemilih
Berkelanjutan ini dilakukan guna untuk memelihara data pemilih yang berada di
lingkup wilayah kota Gorontalo. Alasan mengapa di lakukan pemutakhiran data
pemilih berkelanjutan ini agar ketika adanya pemilu di tahun 2024 nanti bawaslu
kota gorontalo sudah siap atau sudah tidak akan kelabakan mengenai data pemilih
yang ada di kota gorontalo.Adapun kendala yang sering ditemukan dilapangan
ketika melakukan pemutakhiran data pemilih ini adalah adanya orang-orang yang
telah meninggal dunia tetapi masih terdaftar dalam data pemilih tetap, sedangkan
orang yang telah meninggal dunia secara tidak langsung hak demokrasinya sudah
dicabut. Juga masih ada beberapa orang yang telah memasuki usia remaja yang
seharusnya sudah masuk dalam daftar pemilih tetapi belum memiliki KTP-el.
Sehingga bawaslu kota gorontalo ikut mendorong Dinas Capil kota Gorontalo
untuk segera melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan kesadaran tersebut.

Untuk divisi hukum, penanganan pelanggaran dan penyelesaian sengketa,


kami mendapatkan beberapa informasi terkait dengan temuan dugaan pelanggaran
maupun sengketa pada proses tahapan pemilu tahun 2019. Dari sekian banyak
temuan pelanggaran, kami akan coba untuk menguraikan beberapa dari temuan
pelanggaran tersebut. Diantaranya adalah temuan pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh salah satu anggota KPU. Dugaan pelanggaran kode etik yang
dimaksud ialah berupa tindakan kekerasan kepada sdr. Sukrin saleh thaib yang
dilakukan oleh sdr. La Aba. Hal ini terjadi pada tanggal 23 juni 2018 yang kala itu
KPU kota gorontalo sedang melakukan rapat pleno terbuka rekapitulasi daftar
pemilih hasil pemutakhiran dan penetapan daftar pemilih sementara pemilu tahun
2019 yang diadakan di ballroom hotel maqna kota gorontalo. Pada saat rapat
sedang berlangsung, tiba-tiba sdr. La aba datang ke atas panggung kemudian
melakukan tindak kekerasan dengan menendang bagian dari pinggul sdr sukrin
saleh taib. Setelah melalui beberapa pemeriksaan, sdr la aba terbukti melanggar
pasal 2 poin a dan b serta pasal 15 pada poin a peraturan DKPP No 2 tahun 2017
tentang kode etik dan pedoman perilaku penyelenggara pemilu. Adapun
penemu/pelapor dari kasus ini adlaah Lismawy Ibrahim dan Lukman A. Rahman
selaku ketua dan anggota bawaslu kota gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai