Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SISTEM POLITIK INDONESIA


“ MEWUJUDKAN DPR DAN DPD YANG BERKUALITAS ”

Disusun Oleh:
Meidho Satriawan
B2A017044
M I H (Semeseter I)

UNIVERSITAS BENGKULU
PASCA SARJANA FAKULTAS HUKUM
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum,Wr.Wb
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala

berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat membuat makalah yang berjudul :

“Mewujudkan DPR dan DPD Yang Berkualitas” Dan juga penulis berterima kasih pada

Bapak Prof.Dr. Juanda, S.H.,M.Hum. selaku dosen mata kuliah Sistem Politik Indonesia

yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. penulis sangat berharap makalah ini dapat

berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Sistem Politik

indonesia. penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik,

saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang,

mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna.

Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang

berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan

makalah ini di waktu yang akan datang.

Bengkulu, 24 April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 15

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

A. Mewujudkan DPR Yang Berkualitas ................................................... 16

B. Mewujudkan DPD Yang Berkualitas................................................... 20

C. Kesimpulan .......................................................................................... 24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Indonesia sebagai suatu negara telah menegaskan dirinya dalam konstitusi negara

sebagai sebuah Negara kesatuan yang berbentuk republik, konsekuensi dari diambilnya

konsepsi tersebut adalah pengakuan sekaligus penataan dirinya sebagai sebuah negara

kesatuan eenheidsstaat sekaligus juga sebagai sebuah negara hukum rechtsstaat. Negara

Kesatuan mengacu pada konsep negara yang tata pemerintahannya dikelola satu sistem

pemerintahan secara hierarkhis tanpa mengenal adanya negara dalam negara. Adapun konsep

negara hukum merujuk pada satu bentuk penyelenggaraan kekuasaan negara yang didasarkan

pada dasar konstitusional dan tertib hukum dengan menempatkan hukum sebagai satu-

satunya koridor penyelenggaraan kekuasaan dan kepentingan dalam kehidupan bernegara.

Dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah kesatuan yang berbentuk republik”

dimana di dalam negara unitaris (kesatuan) tidak ada satupun negara lain di dalam negara,

yang berarti tidak ada kedaulatan lain dalam wilayah negara indonesia selain daripada

wilayah kesatuan NKRI itu sendiri. Dengan paham negara kesatuan tersebut Indonesia

cenderung bersatu, yang mengatasi segala paham ataupun golongan yang menjamin seluruh

warga negaranya sama dihadapan hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali. Dalam negara

kesatuan juga diakui corak kemajemukan bangsa, yang tetap dipertahankan tanpa

menimbulkan “sparatis” atau keretakan bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Lahirnya

demokrasi menuntut adanya partisipasi rakyat yang luas. Partisipasi rakyat akan terwadahi

dengan adanya lembaga pemerintah yang khusus untuk dijadikan media penyampaian

aspirasi rakyat. Di Indonesia, lembaga itu adalah DPR dan DPD. Keduanya merupakan
lembaga tinggi negara di mana representasi aspirasi dan kepentingan rakyat diakomodasi di

situ. Untuk mewujudkan hal itu sangat dibutuhkan suatu instrumen demokrasi yaitu lembaga

perwakilan salah satunya adalah DPR (dewan perwakilan rakyat), sebagai perwujudan

kehendak rakyat dalam menentukan kebijakan-kebijakan negara melalui peraturan

perundang-undangan1.

DPR adalah kepanjangan dari Dewan Perwakilan Rakyat salah satu lembaga tinggi

negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan

rakyat. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih

berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di

tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD

kabupaten/kota. Berdasarkan UU pemilu No.10 tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut :

jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang ; jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-

kurangnya 35 orang dan sebanyak-banyaknya 100 orang, jumlah anggota DPRD

kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak-banyaknya 50 orang. Keanggotaan residen

diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili di Ibu kota Negara. Masa

jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru

mengucapkan sumpah/janji. Sebelum memangku jabatannya, anngota DPR mengucapkan

sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh ketua Mahkamah Agung dalam sidang

paripurna DPR. Kedudukan DPR diperkuat dengan adanya perubahan UUD 1945 yang

tercantum dalam pasal 7C yang menyebutkan “Presiden tidak dapat membekukan atau

memebubarkan DPR”. Presiden dan DPR dipilih langsung oleh rakyat sehingga keduanya

memiliki legitimasi yang sama dan kuat sehingga masing-masing tidak bisa saling

menjatuhkan. Fungsi DPR adalah sebagai berikut:

1
https://oviefendi.wordpress.com/makalah/dpd-dewan-perwakilan-daerah/diunduh pada tanggal 24
April 2018 pukul 19.56 wib.
1. Fungsi DPR dibidang pembuatan Undang-Undang “legislasi”.

Salah satu pilar pemerintah yang demokratis adalah menjunjung tinggi supermasi

hukum. Supermasi hukum dapat terwujud apabila di dukung oleh perangkat peraturan

Perundang-undangan yang dihasilkan melalui proses legislasi. Oleh karena itu, fungsi

legislasi DPR dalam proses demokrasi sangatlah penting. Menurut ketentuan konstitusi

rancangan Undang-Undang (RUU) yang akan dibahas di DPR dapat berasal dari pemerintah

dan dapat pula berasal dari DPR sebagai RUU usul inisiatif. Untuk masa yang akan datang

jumlah RUU yang berasal dari inisiatif DPR diharapkan akan semakin banyak. Hal ini

merupakan bagian penting dari komitmen reformasi hukum nasional dan pemberian peran

yang lebih besar kepada DPR secara konstitusional dalam pembuatan undang-undang.

Peningkatan peran tersebut merupakan hasil dari perubahan UUD 1945. dalam naskah asli

UUD 1945 hak membuat undang-undang berada pada Presiden “Presiden memegang

kekuasaan membentuk undang-undang” (Pasal 5 ayat 1). Dari hasil perubahan hak tersebut

bergeser dari Presiden kepada DPR dan rumusan tersebut dituangkan dalam perubahan UUD

1945 dalam Pasal 20 ayat (1) menyebutkan “DPR memegang kekuasaan membentuk undang-

undang”. Namun demikian kinerja dan produktifitas DPR dalam pembuatan undang-undang

dirasakan masih kurang. Tercatat rancangan undang-undang yang dibahas di DPR Sebagian

besar berasal dari pemerintah, sedangkan RUU usul inisiatif DPR sangat lah minim sekali.

Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja dalam bidang legislasi sebaiknya DPR tidak

terjebak pada fungsi pengawasan saja yang pada akhirnya menelantarkan fungsi legislasi2.

2. Fungsi DPR dibidang anggaran (budgeter)

Untuk menjalankan fungsi pokok Dewan Perwakilan Rakyat di bidang anggaran

diatur dalam Pasal 23 perubahan UUD 1945. Ditegaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan

2
https://silvianasyavitri.wordpress.com/2014/05/16/makalah-tentang-dpr/.diunduh pada tanggal 24
April 2018 pukul 19.34 wib.
Belanja Negara (APBN) ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang. Kedudukan DPR

dalam APBN sangatlah kuat, karena apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui

anggaran yang diusulkan oleh pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun

lalu

3. Fungsi DPR dibidang pengawasan.

Dengan diadakan perubahan terhadap UUD 1945 kini peran presiden mulai bergeser

dan berubah. Meskipun Presiden masih memegang kekuasaan pemerintah, tetapi dengan

adanya pergeseran ini, Presiden tidak lagi mempunyai kekuasaan di bidang legislasi, sebab

kekuasan tersebut sekarang ada pada tangan DPR. Pasal 20 ayat (1) menyebutkan “Dewan

Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang”. Sedangkan Presiden

hanya mempunyai hak mengajukan rancangan undang-undang saja. Dalam kontek

pengawasan, perubahan dan pergeseran tersebut terlihat dengan dicantumkanya fungsi

pengawasan sebagi the orginal power DPR dalam perubahan UUD 1945 dan melalui berbagi

perturan Perundang-undangan yang dihasilkan. Pasal 20A ayat (1) DPR memiliki fungsi

legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Kemudian untuk melaksanakan fungsinya,

sebagi mana dijelaskan pada Pasal 20A ayat (2), DPR memiliki hak anggket, hak interpelasi,

dan hak menyatakan pendapat Serta pada ayat (3) pasal yang sama setiap anggota DPR

mempunyai hak mengajukan pertanyaan, hak menyatakan usul dan berpendapat sekaligus

hak imunitas. Perubahan UUD 1945 telah memberikan peran yang kuat kepada DPR dalam

melaksanakan fungsi pengawasan.

Pengawasan yang dilakukan DPR dalam menjalankan pemerintahan, merupakan

bagian dari sistem dalam kehidupan ketatanegaraan dan kebangsaan yang mencerminkan

prinsip-prinsip demokrasi. Disaat yang bersamaan situasi masyarakat yang berkembang

demikin cepat dan kepercayaan yang demikian besar untuk menggantungkan harapan serta
kepentingan-kepentingannya kepada lembaga perwakilan, kemudian gejala demikian

disambut oleh DPR sebagai salah satu lembaga perwakilan dengan meningkatkan kinerjanya

dalam pelaksanan fungsi kontrol atau pengawasan kepada pemerintah. Pelaksanaan fungsi

pengawasan dilakukan melalui mekanisme penggunaan beberapa hak yang pada sebelumnya

tidak digunakan seperti hak interpelasi ataupun hak angket. Melalui hak interpelasi, Presiden

diminta untuk memberikan keterangan atau klarifikasi atas kebijakannya. Sedangakan

melalui hak angket, DPR melakukan penyelidikan terhadap peryeimpangan penggunaan

dana-dana yang digunakan oleh Persiden. Pengawasan DPR juga dilakukan melalui

keterlibatan DPR dalam proses pemilihan pejabat-pejabat publik yang ditetapkan oleh

pemerintah berdasarkan Perubahan UUD 1945 dan Undang-Undang lainya.3 Dalam hal

pengangkatan duta, penempatan duta negara lain, pemberian amenesti, abolisi, Presiden harus

mendengarkan pertimbangan DPR. Kemudian dalam hal pengangkatan Dewan Gubernur

Bank Indonesia (UU No.23 Tahun 1999), pengangkatan dan pemberhentian panglima TNI

(Tap MPR No. IV/MPR/2000), pengankatan dan pemberhentian Kapolri. Adapun Tugas dan

Wewenang DPR, tugas dan wewenang DPR antara lain sebagai berikut:

1. Bersama-sama dengan presiden membuat Undang-undang.


2. Bersama-sama dengan presiden menetapkan APBN.
3. Melaksanakan pengawasan terhadap.
a. Pelaksanaan Undang-undang.
b. Pelaksanaan APBN.
c. Kebijakan pemerintah sesuai dengan jiwa UUD 1945 dan 1945 dan ketetapan
MPR.
4. Membahas hasil pemeriksaan atas pertanggung jawaban keuangan negara yang
diberitahukan Badan Pemeriksa Keuangan, yang disampaikan dalam rapat
paripurna DPR, untuk dipergunakan sebagai pengawasan.

3
https://silvianasyavitri.wordpress.com/2014/05/16/makalah-tentang-dpr/diunduh pada tanggal 24
April 2018 pukul 20.03 wib.
5. Membahas untuk meratifikasi dan/atau memberi persetujuan atas pernyataan
perang serta pembuatan perdamaian dan perjanjian dengan negara lain yang
dilakukan oleh presiden.
6. Menampung dan menindak lanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat.
7. Melaksanakan hal-hal yang ditegaskan oleh ketetapan MPR dan/atau undang-
undang kepada DPR.

Adapaun Hak DPR dIantaranya adalah sebagai berikut:

1. Hak petisi (hak untk mengajukan pertanyaan bagi setiap anggota).


2. Hak budget (untuk mentapkan anggaran pndapatan dan belanja negara atau
daerah).
3. Hak interprestasi (untuk meminta keterangan terutama pada ksekutif).
4. Hak amademen (untuk mngadakan perubahan peraturan).
5. Hak angket (untuk mengadakan penyelidikan karena didga terlibat kasus).
6. Hak inisiatif (untuk mengajukan rancangan undang-undang).
7. Hak prakarsa.
8. Hak untuk mengajukan pernyataan pendapat.

Kewajiban DPR sebagai berikut:


1. Mempertahankan pancasila dan UUD 1945.
2. Menyusun anggaran pendapatan dan belanja negara/daerah.
3. Memperhatikan aspirasi masyarakat.

Reformasi yang digulirkan tahun 1998 yang dipelopori oleh mahasiswa telah berhasil

merubah UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai ketatanegaraan yang

lebih menjamin kedaulatan rakyat dan perkembangan demokrasi modern. Salah satu

perubahan yang cukup signifikan adalah dibentuknya Lembaga Dewan Perwakilan Daerah

Republik Indonesia “DPD RI”. Dibentuknya DPD RI itu dimaksudkan untuk memperkuat

ikatan daerah-daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia “NKRI” dan

memperteguh persatuan kebangsaan seluruh daerah-daerah. Juga untuk meningkatkan

agregasi dan akomodasi aspirasi dan kepentingan daerah-daerah dalam perumusan kebijakan
nasional berkaitan dengan negara dan daerah-daerah. Disamping itu untuk mendorong

percepatan demokrasi, pembangunan dan kemajuan daerah-daerah secara serasi dan

seimbang untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sementara dasar pertimbangan teoritis

dibentuknya DPD antara lain adalah untuk membangun mekanisme kontrol dan

keseimbangan check and balances antar cabang kekuasaan negara dan antar lembaga

legislatif sendiri4.

Pembentukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dilakukan melalui perubahan ketiga

UUD 1945 pada bulan November 2001. Dengan dibentuknya satu lagi lembaga tinggi negara

ini “DPD”, berarti sistem perwakilan dan parlemen berubah dari sistem satu kamar

unikameral menjadi dua kamar bikameral. Juga dengan dibentuknya lembaga ini, berarti

Indonesia mengawali babak baru demokratisasi. Sejalan dengan tuntutan demokrasi guna

memenuhi rasa keadilan masyarakat di daerah, memperluas serta meningkatkan semangat

dan kapasitas partisipasi daerah dalam kehidupan nasional; serta untuk memperkuat Negara

Kesatuan Republik Indonesia, maka dalam rangka pembaharuan konstitusi, MPR RI

membentuk sebuah lembaga perwakilan baru, yakni Dewan Perwakilan Daerah Republik

Indonesia “DPD RI”. Pembentukan DPD RI ini dilakukan melalui perubahan ketiga Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “UUD 1945” pada bulan November

2001. Adapun fungsi dari lembaga DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang

berkedudukan sebagai lembaga Negara dan mempunyai fungsi: Pengajuan usul, ikut dalam

pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu,

Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu (UU No.22 Tahun 2003 Pasal 41).

Konsensus politik bangsa Indonesia melalui reformasi 1998 telah menghasilkan perubahan

struktur ketatanegaraan Indonesia yang dituangkan dalam konstitusi. Perubahan tersebut

antara lain menghadirkan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia DPD RI sebagai

4
http://anonymousdx.blogspot.co.id/2016/05/makalah-dewan-perwakilan-daerah-dpd-
ri.html.diunduh pada tanggal 24 April 2018 pukul 20.10 wib.
lembaga perwakilan selain Dewan Perwakilan Rakyat “DPR RI”. Lembaga DPD RI dibentuk

melalui Perubahan Ketiga UUD 1945 tahun 2001 dalam rangka penguatan kelembagaan dari

semula hanya setingkat Fraksi Utusan Daerah di MPR RI untuk mengatasi masalah hubungan

pusat-daerah dan memperkuat ikatan daerah-daerah dalam NKRI serta membangun

mekanisme check and balances antar cabang kekuasaan negara dan dalam cabang kekuasaan

legislatif itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka visi DPD RI adalah sebagai berikut :

Menjadikan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia sebagai lembaga

perwakilan yang mampu secara optimal dan akuntabel memperjuangkan aspirasi daerah

untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan negara kesatuan Republik

Indonesia. Berdasarkan visi tersebut, rumusan misi DPD RI disepakati sebagai berikut:

1. Memperkuat kewenangan DPD RI melalui amandemen UUD 1945;

2. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi legislasi, pengawasan dan penganggaran


sesuai kewenangan yang ditetapkan oleh UUD 1945 dan Undang-Undang;

3. Memperkuat kapasitas pelaksanaan fungsi representasi yang mencakup


penampungan dan penindaklanjutan aspirasi daerah dan pengaduan masyarakat serta
peningkatan pemahaman masyarakat tentang kelembagaan DPD RI dalam rangka
akuntabilitas publik;

4. Meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga


negara/pemerintah dan non pemerintah di dalam negeri dan lembaga perwakilan
negara-negara sahabat termasuk masyarakat parlemen internasional;

5. Meningkatkan kinerja dan kapasitas kelembagaan baik yang menyangkut tampilan


perorangan para anggota DPD RI maupun pelaksanaan fungsi kesekretariatan jenderal
termasuk tunjangan fungsional/keahlian.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 22D dan UU No.22 Tahun 2003 Pasal

42,43 dan 45 DPD RI memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:


1. Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelelolaan sumber daya alam dan suimber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2. Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas
rancangan undang-undang anggaraan pendapatan dan belanja negara dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan , dan agama.
3. Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasan itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan
untuk ditindaklanjuti.
4. Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang
syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.

Berbagai hal tentang tugas dan wewenang DPD ini kemudian diatur lebih

lanjut dalam UU No 22 Tahun 2003 Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 46, Pasal

47 yakni sebagai berikut:

Pasal 42:
1. DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah.
2. DPD mengusulkan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksudkan pada
ayat (1) kepada DPR dan DPR mengundang DPD untuk membahas sesuai tata
tertib DPR.
3. Pembahasan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan sebelum DPR membahas rancangan undang-undang dimaksud pada
ayat (1) dengan pemerintah.

Pasal 43:
1. DPD ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah; hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah, yang diajukan
baik oleh DPR maupun oleh pemerintah.
2. DPD diundang oleh DPR untuk melakukan pembahasan rancangan undang-
undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersama dengan pemerintah pada
awal Pembicaraan Tingkat I sesuai peraturan tata tertib DPR.
3. Pembicaraan Tingkat I sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan bersama
antara DPR, DPD, dan pemerintah dalam hal penyampaian pandangan dan
pendapat DPD atas rancangan undang-undang, serta tanggapan atas pandangan
dan pendapat dari masing-masing lembaga.
4. Pandangan, pendapat, dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dijadikan sebagai bahan masukan untuk pembahasan lebih lanjut antara DPR dan
pemerintah.

Pasal 44:
1. DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang
APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan,
dan agama.
2. Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
tertulis sebelum memasuki tahapan pembahasan antara DPR dan pemerintah.
3. Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan bagi DPR
dalam melakukan pembahasan dengan pemerintah.

Pasal 45:
1. DPD memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan
Pemeriksa Keuangan.
2. Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis
sebelum pemilihan anggota BPK.

Pasal 46:
1. DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang.
3. Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pasa ayat (1) disampaikan kepada DPR
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

Pasal 47:
DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk dijadikan bahan

membuat pertimbagan bagi DPR tentang rancangan undang-undang yang berkaitan

dengan APBN.

Atau tugas dan kewenangan DPD antara lain :


1. DPD dapat mengajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah.
2. DPD ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah.
3. DPD memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan
Pemeriksa Keuangan.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan deskripsi diatas maka penulis perlu memberikan rumusan masalah

sebagai objek pembahasan dan batasan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimana mewujudkan DPR dan DPD yang berkualitas ?

C. Tujuan Penulisan.

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan dan

menjelaskan bagaimana mewujudkan DPR dan DPD yang berkualitas.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Mewujudkan DPR Yang Berkualitas.

Sudah tertulis secara jelas didalam undang-undang yang mengatur DPR tentang

susunan ,tugas, wewenang, hak, kewajiban yang dimiliki oleh DPR. Undang-undang sudah

memberikan batas-batas kewenangan yang dimiliki DPR. Dari yang dijelaskan didalam UUD

1945, bisa jelas tergambar bahwa dalam rangka fungsi legislatif dan pengawasan, lembaga

yang utama adalah DPR. Dimana pada pasal 20 ayat 1 UUD 1945 menegaskan

Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Pada UU

MD3, diperjelas lagi mengenai apa saja tugas, susunan, wewenang, hak dan kewajiban DPR

dalam proses kenegaraan. Jadi apabila dilihat dari sisi undang-undang yang mengatur tentang

DPR, undang-undang sudah mengatur dengan benar walaupun terkadang ada beberapa

kalimat atau kata didalam undang-undang yang belum jelas, namun secara garis besar

undang-undang sudah mengatur dengan baik.Pasal 20A ayat (1) UUD 1945 menegaskan

bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Fungsi legislasi adalah

fungsi untuk membentuk undang-undang bersama presiden. Kemudian fungsi anggaran

dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan

persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden5.

Terakhir adalah fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas

pelaksanaan undang-undang dan APBN. Fungsi-fungsi yang dimiliki DPR inimenurut saya

sangat besar dan sangat memungkinkan terjadinya penyalahgunaan wewenang.Sering timbul

anggapan bahwa sekarang sering terjadi gejala yang berkebalikan dari keadaan sebelum

5
https://www.academia.edu/12900699/_Meninjau_Permasalahan_DPR_Dalam_Menjalankan_Tugasn
ya_.diunduh pada tanggal 24 April 2018 pukul 21.00 wib.
Perubahan UUD 1945. Dulu sebelum UUD 1945 diubah yang terjadi adalah gejala executive

heavy, sedangkan sekarang setelah UUD 1945 berubah menjadi legislative heavy. Hal ini

membuktikan bahwa di masa sekarang ini DPR memiliki kekuasaan dan kewenanganyang

sangat besar dan menurut saya, dibutuhkan suatu lembaga yang mengawasi DPR dalam

menjalankan fungsi-fungsinya secara khusus untuk menjamin tidak ada penyalah gunaan

kewenangan ini.Menurut saya, masalah yang terjadi di DPR baik itu korupsi atau

penyelewengan wewenangitu salah satunya dimulai dari pemilihan anggota DPR tersebut.

DPR adalah lembaga yang memiliki kewenangan yang sangat besar yang berarti memiliki

pengaruh yang besar juga, maka dari itu orang-orang yang duduk di DPR haruslah benar-

benar orang yang layak dan berkompeten. Kenyataanya sekarang ini orang-orang yang duduk

di DPR ini banyak orang-orangyang tidak berkompeten, bahkan jauh dari kata layak.

Menurut saya harus ada standar atau tes terlebih dahulu untuk mengajukan diri untuk maju

menjadi calon legislative terlebih dahulu, kemudian partai politik pun harus menyaring lagi

siapa-siapa yang akan maju menjadi calonl egislatif. Syarat-syarat menjadi calon legislatif

harus dituliskan secara tegas dan syarat-syarat itupun harus berhubungan dengan tugas apa

yang akan didapat nanti ketika terpilih menjadi anggota DPR. Misalnya: Untuk menjadi

anggota DPR harus benar-benar orang yang mengertidan ahli dalam bidangnya. Misal,

pendidikan minimal sarjana dalam bidang ilmu hukum atau ilmu pemerintahan dengan

minimal IPK sekian.

Untuk sarjana diluar bidang hukum dan ilmu pemerintahan dapat menjadi anggota

DPR namun hanya pada bagian yang berhubungan dengan ilmu yang dia kuasai, misalnya,

untuk lulusan sarjana ekonomi ditempatkan pada komisi VI yang membahas tentang hal-

hal yang berhubungan dengan perekonomian. Kemudan adanya tes jasmani dan rohani,

karena tidak bisa dipungkiri jasmani dan rohani seseorang akan berpengaruh dengan

keputusan atau perlakuan yang akan dilakukan nantinya. Penghitungan harta kekayaan, dan
pekerjaan dari calon legislatif tersebut sebelum terpilih atau mencalonkan menjadi anggota

DPR agar nantinya akan terlihat perkembangan atau perubahan harta yang iamiliki sebelum

dan setelah menjadi anggota DPR.

Pada nyatanya sekarang ini, orang-orangyang duduk menjadi anggota DPR ini tidak

jarang berlatar belakang orang yang tidak mengertiilmu hukum,ilmu pemerintahan, atau

bahkan sama sekali tidak punya keahlian untuk menjadianggota DPR. Entertainer, tukang

ojek dan tukang pijit pun pada nyatanya terpilih menjadi anggota DPR. Hanya bermodalkan

terkenal atau dikenal oleh masyarakat, dia bisa terpilih menjadi anggota DPR. Maka dari itu,

daerah pemilihan untuk calon legislatif pun harus dipertimbangkan. Jadi permasalahan awal

dari penyalah gunaan wewenang dari DPR adalah kelayakan orang-orang yang duduk di kursi

DPR ini.Selain tentang kelayakan dari anggota DPR itu untuk duduk di kursi DPR, menurut

saya adahal lain yang menyebabkan terjadinya korupsi di DPR, yaitu hubungan timbal balik

dari anggota DPR dengan partai pengusung/partai yang mengajukan. Korupsi ini biasanya

tidak sepenuhnya dilakukan untuk kepentingan pribadi, namun untuk menambah kas dari

partai tersebut6.

Seharusnya orang yang independen atau tidak memiliki latar belakang partai bisa

maju menjadi calon legislatif walaupun pasal 67 UU MD3 tahun 2014 menyebutkan bahwa

DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui

pemilihan umum. yang berarti hanya orang yang berasal dari partai politik saja yang bisa

maju menjadi anggota legislatif. Mungkin maksud dari pasal ini yang menyebutkan berasal

dari partai politik berarti orang yang berasal dari partai politik ini sudah benar-benar

berkompeten dalam bidang politik, namun pada kenyataanya orang-orang yang memiliki

uang banyak dan tidak mengerti politik pun bisa maju dan terpilih menjadi calon legislatif.

6
https://vdocuments.mx/education/ragam-islam-nusantara-559c0b648a918.html.diunduh pada
tanggal 24 April pukul 21.20 wib.
Melihat konsep kampanye dari paracalon legislatif pun patut disalahkan dimana kampanye di

masa sekarang ini bukanlah kampanye yang memberi tahu visi misi tujuan dan membuktikan

dia layak untuk dipilih menjadi anggota legislatif melainkan memberikan janji-janji palsu dan

uang kepada masyarakat bawah yang dimaksudkan agar masyarakat memilih dia pada

pemilihan umum.Jadi menurut saya jika melihat dari proses terbentuknya dari pencalonan

sampai terpilihnyapun apabila seperti ini sangat wajar apabila terjadi korupsi atau

penyalahgunaan wewenang di DPR. Saya berpendapat, disamping permaslahan diatas

sebenarnya ada faktor yang lebih mendasar yaitu akar permasalahan dari masalah ini bahkan

semua masalah yang terjadi dipemerintahan sekarang adalah kembali ke dasar setiap

manusianya itu sendiri yaitu kekuatan moral setiap orang-orangnya. Di Indonesia di zaman

sekarang ini, segala sesuatunya bisa dibeli dengan uang, hal tersebut yang menyebabkan

jatuhnya moral bangsa indoneisa ini, sebaik apapun prosesnya, sebaik apapun aturanya,

sehebat apapun pemimpinya sebaik apapun Undang-Undang no.17 tahun 2014 tentang

Majelis Permusyawaratan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. sistemnya apabila tidak didasari dengan moral yang kuat

pada bangsa/masyarakat dan juga pejabat-pejabatnya, hal itu akan percuma karena menurut

saya moral adalah hal yang utama.

Cara mendidik para penerus bangsa mungkin bisa disalahkan, dimana pendidikan di

Indonesia lebih mengutamakan nilai yang didapat dibanding dengan cara dia

mendapatkanya,sehingga demi mendapatkan nilai yang tinggi kebanyakan siswa

menghalalkan segala cara demi mendapatkan nilai yang baik tersebut, secara otomatis orang

tersebut mengenyampingkan pendidikan moral. Selain itu, dalam penerimaan siswa di tingkat

SMP SMA bahkan Universitas diterima atau tidaknya bisa ditentukan oleh uang. Kadang

karena hal tersebut, orang yangbenar-benar layak untuk diterima dikesampinggkan dan

mengutamakan orang yang bayar. Dari hal-hal seperti ini yang menimbulkan jiwa moral yang
buruk yang menyebabkan permasalahan-permasalahan besar nantinya. Jadi, menurut saya

yang harus dilakukan sekarangini adalah merubah metode pendidikan ke arah yang lebih

mengutamakan moral dibanding nilai dan orang tua dan pengajarnya pun harus menekan

pendidikan moral terlebih dahulu.

B. Mewujudkan DPD Yang Berkualitas.

Dalam sistem ketatanegaraan di negara-negara demokrasi modern yang berdasarkan

konstitusi, lazimnya memberikan peran, fungsi, dan kewenangan yang memadai pada

lembaga-lembaga perwakilan sebagai wujud kedaulatan rakyat, yang diwujudkan dalam

mekanisme saling mengawasi dan mengimbangi (check and balances). Fungsi legislatif yang

dimiliki DPD masih terbatas yaitu mengajukan dan membahas rancangan undang-undang

tertentu saja dan itupun tidak ikut dalam pengambilan keputusan. Demikian juga dalam

fungsi penganggaran, dan fungsi pengawasan. Dalam UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (UUD 1945) yang sudah diamandemen, dinyatakan dalam pasal 22 D bahwa

DPD memiliki fungsi bidang legeslasi, pengawasan, dan pertimbangan, yaitu:

1. Dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan


dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
2. Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta
memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang
pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan, dan agama.
3. Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak,
pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada
DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditidak lanjuti.

Namun, bukan berarti dengan adanya keterbatasannya selama ini DPD tidak berbuat

apa-apa. Banyak hal yang telah dilakukan oleh DPD sebagaimana diamanatkan oleh

konstitusi. Salah satu contoh adalah telah banyak mengajukan rencana undang-undang

(RUU). Namun tidak memperoleh respon yang memadai dari DPR dan hanya dimasukkan ke

dalam daftar tunggu di program legislasi nasionl (Prolegnas). Hal ini menimbulkan kesan

seoleh-olah RUU yang diusulkan oleh DPD RI itu disamakan dengan RUU yang diajukan

oleh masyarakat di luar lembaga negara, misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat yang

terkadang juga berkualitas. Apa yang disebutkan dalam pasal 22D UUD 1945 di atas

menunjukkan bahwa fungsi dan kewenangan DPD sangat terbatas jika dikaitkan bahwa DPD

adalah sebagai lembaga perwakilan yang ditetapkan oleh UUD 1945. Hal itu merupakan

kendala yang dihadapi DPD. Kendala itu secara ringkas bisa disebutkan antara lain:

kewenangannya di bidang legislasi hanya sebatas mengusulkan dan membahas tetapi tidak

ikut dalam pengambilan keputusan; dalam bidang pengawasan hanya sebatas memberikan

masukan kepada DPR sebagai bahan pertimbangan; tidak ada ketentuan yang mengatur hak

DPD untuk meminta keterangan dari pejabat negara, pejabat pemerintah dan lainnya seperti

yang diberikan kepada DPR7. Padahal anggota DPD berkewajiban menyerap, menghimpun,

menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah. Sementara harapan kepada

DPD besar sekali karena diharapkan dapat menjadi solusi atas praktik sentralisme pada masa

lalu yang dialami oleh masyarakat di daerah dengan adanya ketimpangan dan ketidakadilan.

Bahkan, pernah timbul gejolak di daerah yang dikenal dengan pemberontakan daerah yang

mengarah pada indikasi ancaman terhadap keutuhan wilayah negara dan persatuan nasional.

7
https://www.kompasiana.com/amfatwa/peran-dpd-dalam-sistem-ketatanegaraan-
indonesia_55122f4ba33311c456ba7fac.diunduh pada tanggal 24 April 2018 pukul 21.45 wib
Pada hal keberadaan DPD juga dimaksudkan untuk memperkuat integrasi nasional dan

mengembangkan demokrasi khususnya yang berkaitan dengan daerah.

Di samping DPD RI ta’at konstitusi dengan melaksanakan tugas sesuai amanat yang

sudah ada dalam konstitusi, secara berlanjut berjuang agar memiliki peran, fungsi dan

kewenangan yang lebih kuat sebagai lembaga parlemen dalam memperjuangkan kepentingan

masyarakat dan daerah serta dalam rangka penguatan demokrasi di Indonesia. Untuk itu DPD

telah berupaya mengusulkan perubahan UUD khususnya pasal 22 D. Ini artinya diperlukan

mengamandemen lagi UUD 1945. Hal ini dimungkinkan sebagaimana ketentuan pasal 37

ayat 1 UUD 1945. Usul itu tersebut dilandasi pertimbangan: Bahwa DPD RI memiliki

legitimasi yang kuat karena dipilih secara langsung oleh rakyat, karena itu seharusnya

memiliki kewenangan formal yang tinggi. Usul pemberian kewenangan yang memadai itu

karena DPD sebagai lembaga negara kedudukannya sama dengan lembaga negara lainnya.

Dengan kewenangan yang sangat terbatas, mustahil bagi DPD untuk memenuhi harapan

masyarakat dan daerah serta mewujudkan maksud dan tujuan pembentukan DPD RI.

Penerapan prinsip check ang balances antar lembaga legislatif harus diwujudkan. Namun,

usul perubahan konstitusi tersebut belum berhasil.

Upaya lain yang telah membuahkan hasil antara lain adalah dengan ditetapkannya

Undang-Undang Nomor: 27 Tahun 2009 tentang MPR RI, DPR RI, DPD RI dan DPRD.

Dalam UU itu antara lain telah membuka ruang peran DPD RI untuk ikut membahas RUU

tertentu dalam pembahasan tingkat I meskipun tidak ikut dalam pengambilan keputusan;

adanya kantor di setiap ibukota provinsi untuk memperkuat otonomi daerah dan penguatan

sistem negara kesatuan dengan prinsip desentralisasi; dan adanya “hak bertanya.” walaupun

tidak sama dengan hak ”mengajukan pertanyaaan” anggota DPR. Meskipun sudah ada

kemajuan, namun perkembangan itu masih dirasakan tidak memberikan peran dan

kewenangan kepada DPD RI secara optimal. Dalam rangka penguatan kapasitas DPD RI
yang memadai dan lebih mantap, diperlukan penyempurnaan tatanan negara yang lebih

menjamin kedaulatan rakyat dan prinsip chek and balances antar lembaga negara. Dalam

kekuasaan legislatif, perlu ditata kembali prinsip kesetaraan, saling mengontrol dan

mengimbagi antara DPR RI dengan DPD RI. Tujuan ke arah tersebut akan berujung perlunya

melakukan perubahan UUD 1945 secara komprehensif, dan dalam konteks DPD RI perlu

penyempurnaan pasal 22 D.

Dalam kondisi keterbatasannya, DPD telah memberikan penguatan kehidupan

demokrasi, khususnya yang berkaitan dengan daerah dengan menyerap aspirasi dan

kepentingan daerah, serta memperjuangkan kepentingan masyarakat dan daerah kepada

Pemerintah atau di tingkat nasional. Hal ini juga akan mendekatkan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah, dan antara masyarakat dengan pemerintah. Pada kelanjutannya akan dapat

memupuk dan memperkuat perasaan akan manfaat pemerintah serta memperkokoh persatuan

dan kesatuan nasional. Bahwa DPD RI juga menunjukkan perkuatan demokrasi dapat dilihat

dari beberapa segi, antara lain: Sistem pemilihan anggota DPD dilakukan secara langsung

oleh rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Selain itu, DPD sebagai perwakilan daerah

menunjukkan akomodasi dan representasi wilayah artinya ada penyebaran perwakilan dari

seluruh wilayah/provinsi di Indonesia.

Penguatan DPD RI tidak perlu dikaitkan dengan bentuk federalisme dengan sistem

perwakilan bikameral. Memang benar bahwa banyak negara yang menganut federalisme

menggunakan sistem perwakilan bikameral, tetapi juga banyak negara yang berbentuk negara

kesatuan menganut sistem perwakilan bikameral. Penelitian yang dilakukan oleh IDEA

hasilnya menunjukkan bahwa dari 54 negara demokratis yang diteliti terdapat 22 negara yang

menganut sistem perwakilan unikameral, sedangkan sebanyak 32 negara memilih sistem

bikameral. Banyak juga negara dengan bentuk negara kesatuan memilih sistem bikameral di

samping juga ada yang memilih unikameral. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
semua negara demokratis yang memiliki wilayah luas memiliki dua majelis (bikameral)

kecuali Muzambique.

Dalam konteks Indonesia, yang memiliki wilayah sangat luas, terdiri dari ribuan pulau

dengan tingkat heteroginitas tinggi, penduduknya banyak (empat besar di dunia), kiranya

tidak salah jika Indonesia memilih sistem bikameral. Eksistensi DPD RI yang kuat ke depan

harus dipertahankan, dan pilihan sistem perwakilan bikameral tidak perlu dikhawatirkan akan

menuju federalisme. Tentu saja harus secara berlanjut dilakukan sosialisasi aturaan sistem

ketatanegaraan yang disepakati dan menjaga dan memperkokoh jati di bangsa yaitu

Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika8.

C. Kesimpulan.

1. Mewujudkan DPR yang berkualitas.

Terkait korupsi atau penyalahgunaan wewenang yang terjadi didalam Dewan

Perwakilan Rakyat dipicu oleh beberapa hal. Yang pertama adalah adanya orang-orang yang

tidak layak atau tidak berkompeten untuk menduduki kursi jabatan di Dewan Perwakilan

Rakyat. Untuk mengantisipasi masalah ini adalah dengan memberikan syarat atau prosedur

yang ketat kepada mereka-mereka yang akan mencalonkan diri menjadi Anggota Legislatif.

Prosedur ini ditujukan tercapainya standar yang layak bagi mereka yang menduduki jabatan

Anggota DPR nantinya. Permasalahan kedua yang mungkin menyebabkan korupsi dan

penyalahgunaan wewenang oleh anggota-anggota DPR adalah hubungan timbal balik antara

anggota terpilih dengan partaiyang mengusung atau mencalonkan anggota DPR tersebut.

Tidak bisa dipungkiri hal ini menjad isalah satu faktor terjadinya korupsi. Korupsi

yang dilakukan anggota DPR itu biasanya bukanhanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk

mengisi kas partai yang mencalonkanya. Menurutsaya, ada baiknya bahwa calon

8
https://www.academia.edu/5982548/Peran_DPD_Dalam_Sistem_Ketatanegaraan_Indonesia.diundu
h pada tanggal 24 April pukul 22.00 wib.
legislatif tidak harus berasal dari partai politik melainkan berasal dari orang atau kaum yang

independen. Namun orang independen itu harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

untuk menjadi Pejabat Dewan Perwakilan Rakyat .Yang terakhir masalah yang sangat

mendasar menurut saya adalah krisis moral bangsa Indonesia. Menurut saya, ilmu setinggi

apapun sepintar apapun apabila tidak diikuti dengan moral yang kuat, tetaplah percuma. Jadi

harus dilakukan revolusi moral kepada penerus-penerus bangsa ini. Sebaik apapun aturanya,

sehebat apapun pemimpinya tanpa adanya moralyang kuat dari masyarakat atau bangsanya,

aturan dan kepemimpinan yang hebat itu tetap sajatidak akan berjalan dengan baik.

2. Mewujudkan DPD yang berkualitas.

Kehadiran DPD RI yang anggotanya dipilih secara langsung oleh rakyat diharapkan

dapat menjadi perwakilan masyarakat dan daerah yang dapat secara optimal mencerminkan

kedaulatan rakyat dan efektif dapat menghubungkan antara daerah dengan pemerintah serta

membawa kepentingan daerah pada tingkat nasional. Namun, DPD masih banyak mengalami

kendala yang diakibatkan adanya keterbatasan fungsi dan kewenangan untuk mewujudkan

harapan masyarakat dan daerah. Keterbatasan kewenangan DPD juga tidak sesuai dengan

semangat dan jiwa yang terkandung maksud dan tujuan diadakannya DPD sebagai lembaga

perwakilan daerah serta perwujudan prinsip check and balances. Berbagai upaya yang

dilakukan, telah menunjukkan perkembangan dengan sinyal positif hubungan DPR dan DPD.

Hubungan yang baik itu diharapkan akan wujud dalam kesederajatan dan kebersamaan DPR

dan DPD dalam lembaga legislatif atas dasar prinsip check and balances dalam kerangka

melaksanakan Pancasila, UUD 1945, koridor kokohnya NKRI yang berbhineka Tunggal Ika

untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Atas dasar hal tersebut di atas dan dengan niat yang

kuat untuk mengembangkan demokrasi modern berdasarkan konstitusi dalam tata

kenegaraan, maka eksistensi DPD RI harus dipertahankan dan diperkuat kapasitas

kelembagaannya sebagai badan legislatif.

Anda mungkin juga menyukai