Disusun Oleh:
Meidho Satriawan
B2A017044
M I H (Semeseter I)
UNIVERSITAS BENGKULU
PASCA SARJANA FAKULTAS HUKUM
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum,Wr.Wb
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat membuat makalah yang berjudul :
“Mewujudkan DPR dan DPD Yang Berkualitas” Dan juga penulis berterima kasih pada
Bapak Prof.Dr. Juanda, S.H.,M.Hum. selaku dosen mata kuliah Sistem Politik Indonesia
yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. penulis sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Sistem Politik
indonesia. penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang,
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
Penulis
DAFTAR ISI
C. Kesimpulan .......................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Indonesia sebagai suatu negara telah menegaskan dirinya dalam konstitusi negara
sebagai sebuah Negara kesatuan yang berbentuk republik, konsekuensi dari diambilnya
konsepsi tersebut adalah pengakuan sekaligus penataan dirinya sebagai sebuah negara
kesatuan eenheidsstaat sekaligus juga sebagai sebuah negara hukum rechtsstaat. Negara
Kesatuan mengacu pada konsep negara yang tata pemerintahannya dikelola satu sistem
pemerintahan secara hierarkhis tanpa mengenal adanya negara dalam negara. Adapun konsep
negara hukum merujuk pada satu bentuk penyelenggaraan kekuasaan negara yang didasarkan
pada dasar konstitusional dan tertib hukum dengan menempatkan hukum sebagai satu-
1945 menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah kesatuan yang berbentuk republik”
dimana di dalam negara unitaris (kesatuan) tidak ada satupun negara lain di dalam negara,
yang berarti tidak ada kedaulatan lain dalam wilayah negara indonesia selain daripada
wilayah kesatuan NKRI itu sendiri. Dengan paham negara kesatuan tersebut Indonesia
cenderung bersatu, yang mengatasi segala paham ataupun golongan yang menjamin seluruh
warga negaranya sama dihadapan hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali. Dalam negara
kesatuan juga diakui corak kemajemukan bangsa, yang tetap dipertahankan tanpa
menimbulkan “sparatis” atau keretakan bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Lahirnya
demokrasi menuntut adanya partisipasi rakyat yang luas. Partisipasi rakyat akan terwadahi
dengan adanya lembaga pemerintah yang khusus untuk dijadikan media penyampaian
aspirasi rakyat. Di Indonesia, lembaga itu adalah DPR dan DPD. Keduanya merupakan
lembaga tinggi negara di mana representasi aspirasi dan kepentingan rakyat diakomodasi di
situ. Untuk mewujudkan hal itu sangat dibutuhkan suatu instrumen demokrasi yaitu lembaga
perwakilan salah satunya adalah DPR (dewan perwakilan rakyat), sebagai perwujudan
perundang-undangan1.
DPR adalah kepanjangan dari Dewan Perwakilan Rakyat salah satu lembaga tinggi
rakyat. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di
tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang ; jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-
diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili di Ibu kota Negara. Masa
jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru
sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh ketua Mahkamah Agung dalam sidang
paripurna DPR. Kedudukan DPR diperkuat dengan adanya perubahan UUD 1945 yang
tercantum dalam pasal 7C yang menyebutkan “Presiden tidak dapat membekukan atau
memebubarkan DPR”. Presiden dan DPR dipilih langsung oleh rakyat sehingga keduanya
memiliki legitimasi yang sama dan kuat sehingga masing-masing tidak bisa saling
1
https://oviefendi.wordpress.com/makalah/dpd-dewan-perwakilan-daerah/diunduh pada tanggal 24
April 2018 pukul 19.56 wib.
1. Fungsi DPR dibidang pembuatan Undang-Undang “legislasi”.
Salah satu pilar pemerintah yang demokratis adalah menjunjung tinggi supermasi
hukum. Supermasi hukum dapat terwujud apabila di dukung oleh perangkat peraturan
Perundang-undangan yang dihasilkan melalui proses legislasi. Oleh karena itu, fungsi
legislasi DPR dalam proses demokrasi sangatlah penting. Menurut ketentuan konstitusi
rancangan Undang-Undang (RUU) yang akan dibahas di DPR dapat berasal dari pemerintah
dan dapat pula berasal dari DPR sebagai RUU usul inisiatif. Untuk masa yang akan datang
jumlah RUU yang berasal dari inisiatif DPR diharapkan akan semakin banyak. Hal ini
merupakan bagian penting dari komitmen reformasi hukum nasional dan pemberian peran
yang lebih besar kepada DPR secara konstitusional dalam pembuatan undang-undang.
Peningkatan peran tersebut merupakan hasil dari perubahan UUD 1945. dalam naskah asli
UUD 1945 hak membuat undang-undang berada pada Presiden “Presiden memegang
kekuasaan membentuk undang-undang” (Pasal 5 ayat 1). Dari hasil perubahan hak tersebut
bergeser dari Presiden kepada DPR dan rumusan tersebut dituangkan dalam perubahan UUD
1945 dalam Pasal 20 ayat (1) menyebutkan “DPR memegang kekuasaan membentuk undang-
undang”. Namun demikian kinerja dan produktifitas DPR dalam pembuatan undang-undang
dirasakan masih kurang. Tercatat rancangan undang-undang yang dibahas di DPR Sebagian
besar berasal dari pemerintah, sedangkan RUU usul inisiatif DPR sangat lah minim sekali.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja dalam bidang legislasi sebaiknya DPR tidak
terjebak pada fungsi pengawasan saja yang pada akhirnya menelantarkan fungsi legislasi2.
diatur dalam Pasal 23 perubahan UUD 1945. Ditegaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan
2
https://silvianasyavitri.wordpress.com/2014/05/16/makalah-tentang-dpr/.diunduh pada tanggal 24
April 2018 pukul 19.34 wib.
Belanja Negara (APBN) ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang. Kedudukan DPR
dalam APBN sangatlah kuat, karena apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui
anggaran yang diusulkan oleh pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun
lalu
Dengan diadakan perubahan terhadap UUD 1945 kini peran presiden mulai bergeser
dan berubah. Meskipun Presiden masih memegang kekuasaan pemerintah, tetapi dengan
adanya pergeseran ini, Presiden tidak lagi mempunyai kekuasaan di bidang legislasi, sebab
kekuasan tersebut sekarang ada pada tangan DPR. Pasal 20 ayat (1) menyebutkan “Dewan
pengawasan sebagi the orginal power DPR dalam perubahan UUD 1945 dan melalui berbagi
perturan Perundang-undangan yang dihasilkan. Pasal 20A ayat (1) DPR memiliki fungsi
legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Kemudian untuk melaksanakan fungsinya,
sebagi mana dijelaskan pada Pasal 20A ayat (2), DPR memiliki hak anggket, hak interpelasi,
dan hak menyatakan pendapat Serta pada ayat (3) pasal yang sama setiap anggota DPR
mempunyai hak mengajukan pertanyaan, hak menyatakan usul dan berpendapat sekaligus
hak imunitas. Perubahan UUD 1945 telah memberikan peran yang kuat kepada DPR dalam
bagian dari sistem dalam kehidupan ketatanegaraan dan kebangsaan yang mencerminkan
demikin cepat dan kepercayaan yang demikian besar untuk menggantungkan harapan serta
kepentingan-kepentingannya kepada lembaga perwakilan, kemudian gejala demikian
disambut oleh DPR sebagai salah satu lembaga perwakilan dengan meningkatkan kinerjanya
dalam pelaksanan fungsi kontrol atau pengawasan kepada pemerintah. Pelaksanaan fungsi
pengawasan dilakukan melalui mekanisme penggunaan beberapa hak yang pada sebelumnya
tidak digunakan seperti hak interpelasi ataupun hak angket. Melalui hak interpelasi, Presiden
dana-dana yang digunakan oleh Persiden. Pengawasan DPR juga dilakukan melalui
keterlibatan DPR dalam proses pemilihan pejabat-pejabat publik yang ditetapkan oleh
pemerintah berdasarkan Perubahan UUD 1945 dan Undang-Undang lainya.3 Dalam hal
pengangkatan duta, penempatan duta negara lain, pemberian amenesti, abolisi, Presiden harus
Bank Indonesia (UU No.23 Tahun 1999), pengangkatan dan pemberhentian panglima TNI
(Tap MPR No. IV/MPR/2000), pengankatan dan pemberhentian Kapolri. Adapun Tugas dan
Wewenang DPR, tugas dan wewenang DPR antara lain sebagai berikut:
3
https://silvianasyavitri.wordpress.com/2014/05/16/makalah-tentang-dpr/diunduh pada tanggal 24
April 2018 pukul 20.03 wib.
5. Membahas untuk meratifikasi dan/atau memberi persetujuan atas pernyataan
perang serta pembuatan perdamaian dan perjanjian dengan negara lain yang
dilakukan oleh presiden.
6. Menampung dan menindak lanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat.
7. Melaksanakan hal-hal yang ditegaskan oleh ketetapan MPR dan/atau undang-
undang kepada DPR.
Reformasi yang digulirkan tahun 1998 yang dipelopori oleh mahasiswa telah berhasil
merubah UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai ketatanegaraan yang
lebih menjamin kedaulatan rakyat dan perkembangan demokrasi modern. Salah satu
perubahan yang cukup signifikan adalah dibentuknya Lembaga Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia “DPD RI”. Dibentuknya DPD RI itu dimaksudkan untuk memperkuat
ikatan daerah-daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia “NKRI” dan
agregasi dan akomodasi aspirasi dan kepentingan daerah-daerah dalam perumusan kebijakan
nasional berkaitan dengan negara dan daerah-daerah. Disamping itu untuk mendorong
dibentuknya DPD antara lain adalah untuk membangun mekanisme kontrol dan
keseimbangan check and balances antar cabang kekuasaan negara dan antar lembaga
legislatif sendiri4.
UUD 1945 pada bulan November 2001. Dengan dibentuknya satu lagi lembaga tinggi negara
ini “DPD”, berarti sistem perwakilan dan parlemen berubah dari sistem satu kamar
unikameral menjadi dua kamar bikameral. Juga dengan dibentuknya lembaga ini, berarti
Indonesia mengawali babak baru demokratisasi. Sejalan dengan tuntutan demokrasi guna
dan kapasitas partisipasi daerah dalam kehidupan nasional; serta untuk memperkuat Negara
membentuk sebuah lembaga perwakilan baru, yakni Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia “DPD RI”. Pembentukan DPD RI ini dilakukan melalui perubahan ketiga Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “UUD 1945” pada bulan November
2001. Adapun fungsi dari lembaga DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang
berkedudukan sebagai lembaga Negara dan mempunyai fungsi: Pengajuan usul, ikut dalam
pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu,
Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu (UU No.22 Tahun 2003 Pasal 41).
Konsensus politik bangsa Indonesia melalui reformasi 1998 telah menghasilkan perubahan
antara lain menghadirkan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia DPD RI sebagai
4
http://anonymousdx.blogspot.co.id/2016/05/makalah-dewan-perwakilan-daerah-dpd-
ri.html.diunduh pada tanggal 24 April 2018 pukul 20.10 wib.
lembaga perwakilan selain Dewan Perwakilan Rakyat “DPR RI”. Lembaga DPD RI dibentuk
melalui Perubahan Ketiga UUD 1945 tahun 2001 dalam rangka penguatan kelembagaan dari
semula hanya setingkat Fraksi Utusan Daerah di MPR RI untuk mengatasi masalah hubungan
mekanisme check and balances antar cabang kekuasaan negara dan dalam cabang kekuasaan
legislatif itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka visi DPD RI adalah sebagai berikut :
perwakilan yang mampu secara optimal dan akuntabel memperjuangkan aspirasi daerah
untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan negara kesatuan Republik
Indonesia. Berdasarkan visi tersebut, rumusan misi DPD RI disepakati sebagai berikut:
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 22D dan UU No.22 Tahun 2003 Pasal
Berbagai hal tentang tugas dan wewenang DPD ini kemudian diatur lebih
lanjut dalam UU No 22 Tahun 2003 Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 46, Pasal
Pasal 42:
1. DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah.
2. DPD mengusulkan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksudkan pada
ayat (1) kepada DPR dan DPR mengundang DPD untuk membahas sesuai tata
tertib DPR.
3. Pembahasan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan sebelum DPR membahas rancangan undang-undang dimaksud pada
ayat (1) dengan pemerintah.
Pasal 43:
1. DPD ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah; hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah, yang diajukan
baik oleh DPR maupun oleh pemerintah.
2. DPD diundang oleh DPR untuk melakukan pembahasan rancangan undang-
undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersama dengan pemerintah pada
awal Pembicaraan Tingkat I sesuai peraturan tata tertib DPR.
3. Pembicaraan Tingkat I sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan bersama
antara DPR, DPD, dan pemerintah dalam hal penyampaian pandangan dan
pendapat DPD atas rancangan undang-undang, serta tanggapan atas pandangan
dan pendapat dari masing-masing lembaga.
4. Pandangan, pendapat, dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dijadikan sebagai bahan masukan untuk pembahasan lebih lanjut antara DPR dan
pemerintah.
Pasal 44:
1. DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang
APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan,
dan agama.
2. Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
tertulis sebelum memasuki tahapan pembahasan antara DPR dan pemerintah.
3. Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan bagi DPR
dalam melakukan pembahasan dengan pemerintah.
Pasal 45:
1. DPD memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan
Pemeriksa Keuangan.
2. Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis
sebelum pemilihan anggota BPK.
Pasal 46:
1. DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang.
3. Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pasa ayat (1) disampaikan kepada DPR
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
Pasal 47:
DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk dijadikan bahan
dengan APBN.
sebagai objek pembahasan dan batasan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai
berikut:
C. Tujuan Penulisan.
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan dan
Sudah tertulis secara jelas didalam undang-undang yang mengatur DPR tentang
susunan ,tugas, wewenang, hak, kewajiban yang dimiliki oleh DPR. Undang-undang sudah
memberikan batas-batas kewenangan yang dimiliki DPR. Dari yang dijelaskan didalam UUD
1945, bisa jelas tergambar bahwa dalam rangka fungsi legislatif dan pengawasan, lembaga
yang utama adalah DPR. Dimana pada pasal 20 ayat 1 UUD 1945 menegaskan
MD3, diperjelas lagi mengenai apa saja tugas, susunan, wewenang, hak dan kewajiban DPR
dalam proses kenegaraan. Jadi apabila dilihat dari sisi undang-undang yang mengatur tentang
DPR, undang-undang sudah mengatur dengan benar walaupun terkadang ada beberapa
kalimat atau kata didalam undang-undang yang belum jelas, namun secara garis besar
undang-undang sudah mengatur dengan baik.Pasal 20A ayat (1) UUD 1945 menegaskan
bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Fungsi legislasi adalah
persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden5.
pelaksanaan undang-undang dan APBN. Fungsi-fungsi yang dimiliki DPR inimenurut saya
anggapan bahwa sekarang sering terjadi gejala yang berkebalikan dari keadaan sebelum
5
https://www.academia.edu/12900699/_Meninjau_Permasalahan_DPR_Dalam_Menjalankan_Tugasn
ya_.diunduh pada tanggal 24 April 2018 pukul 21.00 wib.
Perubahan UUD 1945. Dulu sebelum UUD 1945 diubah yang terjadi adalah gejala executive
heavy, sedangkan sekarang setelah UUD 1945 berubah menjadi legislative heavy. Hal ini
membuktikan bahwa di masa sekarang ini DPR memiliki kekuasaan dan kewenanganyang
sangat besar dan menurut saya, dibutuhkan suatu lembaga yang mengawasi DPR dalam
menjalankan fungsi-fungsinya secara khusus untuk menjamin tidak ada penyalah gunaan
kewenangan ini.Menurut saya, masalah yang terjadi di DPR baik itu korupsi atau
penyelewengan wewenangitu salah satunya dimulai dari pemilihan anggota DPR tersebut.
DPR adalah lembaga yang memiliki kewenangan yang sangat besar yang berarti memiliki
pengaruh yang besar juga, maka dari itu orang-orang yang duduk di DPR haruslah benar-
benar orang yang layak dan berkompeten. Kenyataanya sekarang ini orang-orang yang duduk
di DPR ini banyak orang-orangyang tidak berkompeten, bahkan jauh dari kata layak.
Menurut saya harus ada standar atau tes terlebih dahulu untuk mengajukan diri untuk maju
menjadi calon legislative terlebih dahulu, kemudian partai politik pun harus menyaring lagi
siapa-siapa yang akan maju menjadi calonl egislatif. Syarat-syarat menjadi calon legislatif
harus dituliskan secara tegas dan syarat-syarat itupun harus berhubungan dengan tugas apa
yang akan didapat nanti ketika terpilih menjadi anggota DPR. Misalnya: Untuk menjadi
anggota DPR harus benar-benar orang yang mengertidan ahli dalam bidangnya. Misal,
pendidikan minimal sarjana dalam bidang ilmu hukum atau ilmu pemerintahan dengan
Untuk sarjana diluar bidang hukum dan ilmu pemerintahan dapat menjadi anggota
DPR namun hanya pada bagian yang berhubungan dengan ilmu yang dia kuasai, misalnya,
untuk lulusan sarjana ekonomi ditempatkan pada komisi VI yang membahas tentang hal-
hal yang berhubungan dengan perekonomian. Kemudan adanya tes jasmani dan rohani,
karena tidak bisa dipungkiri jasmani dan rohani seseorang akan berpengaruh dengan
keputusan atau perlakuan yang akan dilakukan nantinya. Penghitungan harta kekayaan, dan
pekerjaan dari calon legislatif tersebut sebelum terpilih atau mencalonkan menjadi anggota
DPR agar nantinya akan terlihat perkembangan atau perubahan harta yang iamiliki sebelum
Pada nyatanya sekarang ini, orang-orangyang duduk menjadi anggota DPR ini tidak
jarang berlatar belakang orang yang tidak mengertiilmu hukum,ilmu pemerintahan, atau
bahkan sama sekali tidak punya keahlian untuk menjadianggota DPR. Entertainer, tukang
ojek dan tukang pijit pun pada nyatanya terpilih menjadi anggota DPR. Hanya bermodalkan
terkenal atau dikenal oleh masyarakat, dia bisa terpilih menjadi anggota DPR. Maka dari itu,
daerah pemilihan untuk calon legislatif pun harus dipertimbangkan. Jadi permasalahan awal
dari penyalah gunaan wewenang dari DPR adalah kelayakan orang-orang yang duduk di kursi
DPR ini.Selain tentang kelayakan dari anggota DPR itu untuk duduk di kursi DPR, menurut
saya adahal lain yang menyebabkan terjadinya korupsi di DPR, yaitu hubungan timbal balik
dari anggota DPR dengan partai pengusung/partai yang mengajukan. Korupsi ini biasanya
tidak sepenuhnya dilakukan untuk kepentingan pribadi, namun untuk menambah kas dari
partai tersebut6.
Seharusnya orang yang independen atau tidak memiliki latar belakang partai bisa
maju menjadi calon legislatif walaupun pasal 67 UU MD3 tahun 2014 menyebutkan bahwa
DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui
pemilihan umum. yang berarti hanya orang yang berasal dari partai politik saja yang bisa
maju menjadi anggota legislatif. Mungkin maksud dari pasal ini yang menyebutkan berasal
dari partai politik berarti orang yang berasal dari partai politik ini sudah benar-benar
berkompeten dalam bidang politik, namun pada kenyataanya orang-orang yang memiliki
uang banyak dan tidak mengerti politik pun bisa maju dan terpilih menjadi calon legislatif.
6
https://vdocuments.mx/education/ragam-islam-nusantara-559c0b648a918.html.diunduh pada
tanggal 24 April pukul 21.20 wib.
Melihat konsep kampanye dari paracalon legislatif pun patut disalahkan dimana kampanye di
masa sekarang ini bukanlah kampanye yang memberi tahu visi misi tujuan dan membuktikan
dia layak untuk dipilih menjadi anggota legislatif melainkan memberikan janji-janji palsu dan
uang kepada masyarakat bawah yang dimaksudkan agar masyarakat memilih dia pada
pemilihan umum.Jadi menurut saya jika melihat dari proses terbentuknya dari pencalonan
sampai terpilihnyapun apabila seperti ini sangat wajar apabila terjadi korupsi atau
sebenarnya ada faktor yang lebih mendasar yaitu akar permasalahan dari masalah ini bahkan
semua masalah yang terjadi dipemerintahan sekarang adalah kembali ke dasar setiap
manusianya itu sendiri yaitu kekuatan moral setiap orang-orangnya. Di Indonesia di zaman
sekarang ini, segala sesuatunya bisa dibeli dengan uang, hal tersebut yang menyebabkan
jatuhnya moral bangsa indoneisa ini, sebaik apapun prosesnya, sebaik apapun aturanya,
sehebat apapun pemimpinya sebaik apapun Undang-Undang no.17 tahun 2014 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. sistemnya apabila tidak didasari dengan moral yang kuat
pada bangsa/masyarakat dan juga pejabat-pejabatnya, hal itu akan percuma karena menurut
Cara mendidik para penerus bangsa mungkin bisa disalahkan, dimana pendidikan di
Indonesia lebih mengutamakan nilai yang didapat dibanding dengan cara dia
menghalalkan segala cara demi mendapatkan nilai yang baik tersebut, secara otomatis orang
tersebut mengenyampingkan pendidikan moral. Selain itu, dalam penerimaan siswa di tingkat
SMP SMA bahkan Universitas diterima atau tidaknya bisa ditentukan oleh uang. Kadang
karena hal tersebut, orang yangbenar-benar layak untuk diterima dikesampinggkan dan
mengutamakan orang yang bayar. Dari hal-hal seperti ini yang menimbulkan jiwa moral yang
buruk yang menyebabkan permasalahan-permasalahan besar nantinya. Jadi, menurut saya
yang harus dilakukan sekarangini adalah merubah metode pendidikan ke arah yang lebih
mengutamakan moral dibanding nilai dan orang tua dan pengajarnya pun harus menekan
konstitusi, lazimnya memberikan peran, fungsi, dan kewenangan yang memadai pada
mekanisme saling mengawasi dan mengimbangi (check and balances). Fungsi legislatif yang
dimiliki DPD masih terbatas yaitu mengajukan dan membahas rancangan undang-undang
tertentu saja dan itupun tidak ikut dalam pengambilan keputusan. Demikian juga dalam
fungsi penganggaran, dan fungsi pengawasan. Dalam UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945) yang sudah diamandemen, dinyatakan dalam pasal 22 D bahwa
Namun, bukan berarti dengan adanya keterbatasannya selama ini DPD tidak berbuat
apa-apa. Banyak hal yang telah dilakukan oleh DPD sebagaimana diamanatkan oleh
konstitusi. Salah satu contoh adalah telah banyak mengajukan rencana undang-undang
(RUU). Namun tidak memperoleh respon yang memadai dari DPR dan hanya dimasukkan ke
dalam daftar tunggu di program legislasi nasionl (Prolegnas). Hal ini menimbulkan kesan
seoleh-olah RUU yang diusulkan oleh DPD RI itu disamakan dengan RUU yang diajukan
oleh masyarakat di luar lembaga negara, misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat yang
terkadang juga berkualitas. Apa yang disebutkan dalam pasal 22D UUD 1945 di atas
menunjukkan bahwa fungsi dan kewenangan DPD sangat terbatas jika dikaitkan bahwa DPD
adalah sebagai lembaga perwakilan yang ditetapkan oleh UUD 1945. Hal itu merupakan
kendala yang dihadapi DPD. Kendala itu secara ringkas bisa disebutkan antara lain:
kewenangannya di bidang legislasi hanya sebatas mengusulkan dan membahas tetapi tidak
ikut dalam pengambilan keputusan; dalam bidang pengawasan hanya sebatas memberikan
masukan kepada DPR sebagai bahan pertimbangan; tidak ada ketentuan yang mengatur hak
DPD untuk meminta keterangan dari pejabat negara, pejabat pemerintah dan lainnya seperti
yang diberikan kepada DPR7. Padahal anggota DPD berkewajiban menyerap, menghimpun,
menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah. Sementara harapan kepada
DPD besar sekali karena diharapkan dapat menjadi solusi atas praktik sentralisme pada masa
lalu yang dialami oleh masyarakat di daerah dengan adanya ketimpangan dan ketidakadilan.
Bahkan, pernah timbul gejolak di daerah yang dikenal dengan pemberontakan daerah yang
mengarah pada indikasi ancaman terhadap keutuhan wilayah negara dan persatuan nasional.
7
https://www.kompasiana.com/amfatwa/peran-dpd-dalam-sistem-ketatanegaraan-
indonesia_55122f4ba33311c456ba7fac.diunduh pada tanggal 24 April 2018 pukul 21.45 wib
Pada hal keberadaan DPD juga dimaksudkan untuk memperkuat integrasi nasional dan
Di samping DPD RI ta’at konstitusi dengan melaksanakan tugas sesuai amanat yang
sudah ada dalam konstitusi, secara berlanjut berjuang agar memiliki peran, fungsi dan
kewenangan yang lebih kuat sebagai lembaga parlemen dalam memperjuangkan kepentingan
masyarakat dan daerah serta dalam rangka penguatan demokrasi di Indonesia. Untuk itu DPD
telah berupaya mengusulkan perubahan UUD khususnya pasal 22 D. Ini artinya diperlukan
mengamandemen lagi UUD 1945. Hal ini dimungkinkan sebagaimana ketentuan pasal 37
ayat 1 UUD 1945. Usul itu tersebut dilandasi pertimbangan: Bahwa DPD RI memiliki
legitimasi yang kuat karena dipilih secara langsung oleh rakyat, karena itu seharusnya
memiliki kewenangan formal yang tinggi. Usul pemberian kewenangan yang memadai itu
karena DPD sebagai lembaga negara kedudukannya sama dengan lembaga negara lainnya.
Dengan kewenangan yang sangat terbatas, mustahil bagi DPD untuk memenuhi harapan
masyarakat dan daerah serta mewujudkan maksud dan tujuan pembentukan DPD RI.
Penerapan prinsip check ang balances antar lembaga legislatif harus diwujudkan. Namun,
Upaya lain yang telah membuahkan hasil antara lain adalah dengan ditetapkannya
Undang-Undang Nomor: 27 Tahun 2009 tentang MPR RI, DPR RI, DPD RI dan DPRD.
Dalam UU itu antara lain telah membuka ruang peran DPD RI untuk ikut membahas RUU
tertentu dalam pembahasan tingkat I meskipun tidak ikut dalam pengambilan keputusan;
adanya kantor di setiap ibukota provinsi untuk memperkuat otonomi daerah dan penguatan
sistem negara kesatuan dengan prinsip desentralisasi; dan adanya “hak bertanya.” walaupun
tidak sama dengan hak ”mengajukan pertanyaaan” anggota DPR. Meskipun sudah ada
kemajuan, namun perkembangan itu masih dirasakan tidak memberikan peran dan
kewenangan kepada DPD RI secara optimal. Dalam rangka penguatan kapasitas DPD RI
yang memadai dan lebih mantap, diperlukan penyempurnaan tatanan negara yang lebih
menjamin kedaulatan rakyat dan prinsip chek and balances antar lembaga negara. Dalam
kekuasaan legislatif, perlu ditata kembali prinsip kesetaraan, saling mengontrol dan
mengimbagi antara DPR RI dengan DPD RI. Tujuan ke arah tersebut akan berujung perlunya
melakukan perubahan UUD 1945 secara komprehensif, dan dalam konteks DPD RI perlu
penyempurnaan pasal 22 D.
demokrasi, khususnya yang berkaitan dengan daerah dengan menyerap aspirasi dan
Pemerintah atau di tingkat nasional. Hal ini juga akan mendekatkan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, dan antara masyarakat dengan pemerintah. Pada kelanjutannya akan dapat
memupuk dan memperkuat perasaan akan manfaat pemerintah serta memperkokoh persatuan
dan kesatuan nasional. Bahwa DPD RI juga menunjukkan perkuatan demokrasi dapat dilihat
dari beberapa segi, antara lain: Sistem pemilihan anggota DPD dilakukan secara langsung
oleh rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Selain itu, DPD sebagai perwakilan daerah
menunjukkan akomodasi dan representasi wilayah artinya ada penyebaran perwakilan dari
Penguatan DPD RI tidak perlu dikaitkan dengan bentuk federalisme dengan sistem
perwakilan bikameral. Memang benar bahwa banyak negara yang menganut federalisme
menggunakan sistem perwakilan bikameral, tetapi juga banyak negara yang berbentuk negara
kesatuan menganut sistem perwakilan bikameral. Penelitian yang dilakukan oleh IDEA
hasilnya menunjukkan bahwa dari 54 negara demokratis yang diteliti terdapat 22 negara yang
bikameral. Banyak juga negara dengan bentuk negara kesatuan memilih sistem bikameral di
samping juga ada yang memilih unikameral. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
semua negara demokratis yang memiliki wilayah luas memiliki dua majelis (bikameral)
kecuali Muzambique.
Dalam konteks Indonesia, yang memiliki wilayah sangat luas, terdiri dari ribuan pulau
dengan tingkat heteroginitas tinggi, penduduknya banyak (empat besar di dunia), kiranya
tidak salah jika Indonesia memilih sistem bikameral. Eksistensi DPD RI yang kuat ke depan
harus dipertahankan, dan pilihan sistem perwakilan bikameral tidak perlu dikhawatirkan akan
menuju federalisme. Tentu saja harus secara berlanjut dilakukan sosialisasi aturaan sistem
ketatanegaraan yang disepakati dan menjaga dan memperkokoh jati di bangsa yaitu
Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika8.
C. Kesimpulan.
Perwakilan Rakyat dipicu oleh beberapa hal. Yang pertama adalah adanya orang-orang yang
tidak layak atau tidak berkompeten untuk menduduki kursi jabatan di Dewan Perwakilan
Rakyat. Untuk mengantisipasi masalah ini adalah dengan memberikan syarat atau prosedur
yang ketat kepada mereka-mereka yang akan mencalonkan diri menjadi Anggota Legislatif.
Prosedur ini ditujukan tercapainya standar yang layak bagi mereka yang menduduki jabatan
Anggota DPR nantinya. Permasalahan kedua yang mungkin menyebabkan korupsi dan
penyalahgunaan wewenang oleh anggota-anggota DPR adalah hubungan timbal balik antara
anggota terpilih dengan partaiyang mengusung atau mencalonkan anggota DPR tersebut.
Tidak bisa dipungkiri hal ini menjad isalah satu faktor terjadinya korupsi. Korupsi
yang dilakukan anggota DPR itu biasanya bukanhanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk
mengisi kas partai yang mencalonkanya. Menurutsaya, ada baiknya bahwa calon
8
https://www.academia.edu/5982548/Peran_DPD_Dalam_Sistem_Ketatanegaraan_Indonesia.diundu
h pada tanggal 24 April pukul 22.00 wib.
legislatif tidak harus berasal dari partai politik melainkan berasal dari orang atau kaum yang
independen. Namun orang independen itu harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
untuk menjadi Pejabat Dewan Perwakilan Rakyat .Yang terakhir masalah yang sangat
mendasar menurut saya adalah krisis moral bangsa Indonesia. Menurut saya, ilmu setinggi
apapun sepintar apapun apabila tidak diikuti dengan moral yang kuat, tetaplah percuma. Jadi
harus dilakukan revolusi moral kepada penerus-penerus bangsa ini. Sebaik apapun aturanya,
sehebat apapun pemimpinya tanpa adanya moralyang kuat dari masyarakat atau bangsanya,
aturan dan kepemimpinan yang hebat itu tetap sajatidak akan berjalan dengan baik.
Kehadiran DPD RI yang anggotanya dipilih secara langsung oleh rakyat diharapkan
dapat menjadi perwakilan masyarakat dan daerah yang dapat secara optimal mencerminkan
kedaulatan rakyat dan efektif dapat menghubungkan antara daerah dengan pemerintah serta
membawa kepentingan daerah pada tingkat nasional. Namun, DPD masih banyak mengalami
kendala yang diakibatkan adanya keterbatasan fungsi dan kewenangan untuk mewujudkan
harapan masyarakat dan daerah. Keterbatasan kewenangan DPD juga tidak sesuai dengan
semangat dan jiwa yang terkandung maksud dan tujuan diadakannya DPD sebagai lembaga
perwakilan daerah serta perwujudan prinsip check and balances. Berbagai upaya yang
dilakukan, telah menunjukkan perkembangan dengan sinyal positif hubungan DPR dan DPD.
Hubungan yang baik itu diharapkan akan wujud dalam kesederajatan dan kebersamaan DPR
dan DPD dalam lembaga legislatif atas dasar prinsip check and balances dalam kerangka
melaksanakan Pancasila, UUD 1945, koridor kokohnya NKRI yang berbhineka Tunggal Ika
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Atas dasar hal tersebut di atas dan dengan niat yang