makalah
ini
menggunakan
metode
study
pustaka,
yaitu
Penulis
i
Daftar Isi
Kata
Pengantar
.. i
Daftar
Isi
. ii
BAB I
PENDAHULUAN
..... 1
1.1
Latar
Belakang
..... 1
BAB II
PEMBAHASAN
.... 2
2.1
Pemilihan
Umum
. 2
A. Pengertian
Pemilihan
Umum.
2
B. Sistem
Pemilihan
Umum
.. 4
C. Sistem
Pemilihan
Umum
Terbagi
Jenis... 6
D. Pelaksanaan
pemilihan
Umum
Indonesia 7
E. Pemilih
di
Umum
2009
. 9
F. Pemilu
Masa
Transisi.
10
G. System
Pemilu...
.. 11
H. Syarat
Pemilu
Demokrasi
15
BAB III
KESIMPULAN
.. 16
3.1
Kesimpulan
................ 17
DAFTAR
PUSTAKA
18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemilu dalam negara demokrasi Indonesia merupakan suatu proses
rakyat.
Pemerintah
telah
membuat
sebuah
perjanjian
dengan
rakyatnya yang ia sebut dengan istilah kontrak sosial. Dalam sebuah republik
demokrasi, kontrak sosial atau perjanjian masyarakat ini diwujudkan dalam
sebuah pemilihan umum. Melalui pemilihan umum, rakyat dapat memilih
1
BAB II
PEMBAHASAN
ditangan
Permusyawaratan
rakyat,
dan
Rakyat. Mana
dilakukan
sepenuhnya
kedaulatan
sama
oleh
Majelis
dengan
makna
kekuasaan tertinggi, yaitu kekuasaan yang dalam taraf terakhir dan tertinggi
wewenang membuat keputusan. Tidak ada satu pasalpun yang menentukan
bahwa negara Republik Indonesia adalah suatu negara demokrasi. Namun,
karena implementasi kedaulatan rakyat itu tidak lain adalah demokrasi,
maka secara implesit dapatlah dikatakan bahwa negara Republik Indonesia
adalah negara demokrasi.
Hal
yang
demikian
wujudnya
adalah,
manakala
negara
atau
memberikan
suaranya
secara
langsung
dan
tidak
boleh
diwakilkan.
2. Umum artinya semua warga negara yang memenuhi persyaratan yang
sesuai, berhak mengikuti Pemilu. Selain itu, umum juga memiliki
pengertian memberi jaminan (kesempatan) secara menyeluruh bagi
semua warga negara, tanpa memandang suku, agama, ras, golongan,
jenis kelamin, daerah, pekerjaan, maupun status sosial.
3. Bebas berarti setiap warga negara yang telah mempunyai hak pilih,
bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan.
4. Rahasia artinya dalam memberikan suaranya, pemilih
dijamin
3
B. Sistem Pemilihan Umum
Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum,
akan tetapi umumnya berkisar pada 2 prinsip pokok, yaitu :
a. Single-member constituency (satu daerah memilih atau wakil; biasanya
disebut Sistem Distrik). Sistem yang mendasarkan pada kesatuan
geografis. Jadi setiap kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik
karena kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam dewan
perwakilan rakyat.
1. Sistem ini mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya :
Kurang memperhitungkan adanya partai kecil dan
golongan
distrik.
Kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam
4
1. Sistem ini ada beberapa kelemahan:
Mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-partai baru
Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan
lebih.
2. Keuntungan system Propotional:
System propotional di anggap representative, karena jumlah kursi
partai dalm parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang
Di Indonesia pada pemilu kali ini, tidak memakai salah satu dari kedua
macam sistem pemilihan diatas, tetapi merupakan kombinasi dari keduanya.
Hal ini terlihat pada satu sisi menggunakan sistem distrik, antara lain pada
Bab VII pasal 65 tentang tata cara Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dimana setiap partai Politik peserta
pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan
jawab
penuh
atas
penyelenggaraan
pemilu,
dan
dalam
pemilu.
Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua
rakyat
Permusyawaratan
dipegang
Rakyat
oleh
(MPR),
suatu
sebagai
badan,
bernama
penjelmaan
seluruh
Majelis
rakyat
Uni
Eropa
untuk
Indonesia,
The
Carter
Center
pun
memuji
3.
4.
5.
6.
Pemilu;
Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan
7.
pada
untuk
masa
berkiprah
transisi
kembali
berlangsung
dalam
ketika
pentas
menunggu
politik.
Setelah
sarana
untuk
membersihkan
elemen
otoriterisme
dalam
10
keberhasilan
dalam
dimenangkan
pemilihan
dalam
diterjemahkan
parlemen
oleh
menjadi
partai-partai
dan
kursi-kursi
para
yang
kandidat.
kepentingan
spesifik
warganegara.
Kepentingan-kepentingan
pemilihan
umum
adalah
cara
dengan
mana
pemilih
dapat
pemilihan
umum
sebagai
lembaga
penting
dalam
demokrasi
perwakilan. Melalui dua definisi sistem pemilihan umum yang ada, dapat
ditarik konsep-konsep dasar sistem pemilihan umum seperti : transformasi
suara menjadi kursi parlemen atau pejabat publik, memetakan kepentingan
masyarakat, dan keberadaan partai politik. Sistem pemilihan umum yang
baik harus mempertimbangkan konsep-konsep dasar tersebut.
Donald L. Horowitz menyatakan pemilihan sistem pemilihan umum
harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
dari suatu pemilihan umum. Hal yang menarik adalah, sistem pemilu yang
baik mampu membuat koalisi antaretnis dan antaragama serta minoritas
dapat duduk di jabatan publik. Ini sangat penting di negara-negara multi
etnis dan multi agama.
Pertimbangan lain dalam memilih sistem pemilihan umum juga
diajukan Andrew Reynold, et.al. Menurut mereka, hal-hal yang patut
dipertimbangkan dalam memilih sistem pemilihan umum adalah:
12
pemilih
punya
latar
belakang
yang
berbeda,
dan
pemilu
harus
bisa
dipakai
secara
berkelanjutan
dan
13
Secara umum, Andrew Reynolds, et.al. mengklasifikasikan adanya 4
sistem pemilu yang umum dipakai oleh negara-negara di dunia, yaitu:
a. Proporsianal
Dasar pemikiran Proporsional adalah kesadaran untuk menerjemahkan
penyebaran suara pemilih bagi setiap partai menurut proporsi kursi yang
ada di legislatif. Dalam sistem ini ada kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan secara konsisten mengubah setiap suara menjadi kursi yang
dimenangkan, dan sebab itu menghilangkan ketidakadilan seperti
sistem Mayoritas/Pluralitas yang membuang suara kalah.sedangkan
kekurangannya : Mampu menyebabkan fragmentasi partai-partai politik,
di mana partai minoritas mampu memainkan peran besar dalam tiap
koalisi yang dibuat.
b. Mixed/Campuran
Sistem Campuran bertujuan memadukan ciri-ciri positif yang berasal
dari Mayoritas/Pluralitas ataupun Proporsional. Suara diberikan oleh
pemilih yang sama dan dikontribusikan pada pemilihan wakil rakyat di
bawah kedua sistem tersebut.
c. Mayoritas/Pluralitas
Mayoritas/Pluralitas
(Mayoritas)
dan
berarti
mayoritas
penekanan
tersebut
pada
berasal
dari
suara
aneka
terbanyak
kekuatan
(Pluralitas).
d. Other/Lainnya
Sebagai tambahan bagi Mayoritas/Pluralitas, Proporsional, dan Sistem
Campuran, adalah pula terdapat sejumlah sistem lain yang tidak
termasuk ke dalam kategori ini. Kategori itu antaranya :
Single Non Transferable Vote, yaitu setiap pemilih memiliki satu suara
14
H. Syarat Pemilu Demokrasi
Disepakati
bahwa
pemilu
merupakan
sarana
demokrasi
untuk
sarana
demokrasi,
tetapi
belum
tentu
mekanisme
tekanan,
dan
akses
memperoleh
informasi
yang
luas.
3.1 Kesimpulan
Dari materi diatas setidaknya ada beberapa poin yang dapat disarikan
dalam tema singkat tentang pemilu ini:
a. Pemilihan
umum
pelaksanaan
yang
kedaulatan
selanjutnya
rakyat
disebut
dalam
Pemilu
Negara
adalah
Kesatuan
sarana
Republik
proses
pendidikan
politik,
khususnya
demokrasi
di
16
DAFTAR PUSTAKA
Tata
Negara
Perkembangan
Pengaturan
dan
17
PEMILIHAN UMUM
KELOMPOK: 1
1. Askar .T
(14.501.)
2. Risnawati
(14.501.)
(14.501.)
(14.501.)
3. Achmad Syafei
(14.501.)
(14.501.)
4. Melita
(14.501.119)
(14.501.)
7. Muhammad Akbar
8. Syeid Muh Nurhaq
9. Markurius
10. Budiarjo
5. Asmi
(14.501.)
6. Novita Angraini
(14.501.)
(14.501.)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR 2015