Anda di halaman 1dari 23

Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang


telah memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan Makalah Pemilihan Umum ditinjau dari tata hukum yang
sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami buat dalam
rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Tata Negara. Yang
meliputi nilai tugas, nilai individu, dan nilai keaktifan.
Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang
sudah tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada study banding atau
membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi.
Pembuatan

makalah

ini

menggunakan

metode

study

pustaka,

yaitu

mengumpulkan dan mengkaji materi Pengantar Hukum IndonTata Negara


dari berbagai referensi. Saya gunakan metode pengumpulan data ini, agar
makalah yang saya susun dapat memberikan informasi yang akurat dan bisa
dibuktikan. Penyampaian pembandingan materi dari referensi yang satu
dengan yang lainnya akan menyatu dalam satu makalah saya. Sehingga
tidak ada perombakan total dari buku aslinya. Saya sebagai penyusun
pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam penyusunan
makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mohon maaf atas segala kekurangannya kami ucapkan terima kasih.

Selasa, 5 Mei 2015

Penulis

i
Daftar Isi

Kata
Pengantar
.. i
Daftar
Isi
. ii
BAB I
PENDAHULUAN
..... 1
1.1

Latar

Belakang
..... 1
BAB II
PEMBAHASAN
.... 2
2.1

Pemilihan

Umum
. 2

A. Pengertian

Pemilihan

Umum.
2
B. Sistem

Pemilihan

Umum
.. 4
C. Sistem

Pemilihan

Umum

Terbagi

Jenis... 6
D. Pelaksanaan
pemilihan
Umum
Indonesia 7
E. Pemilih

di
Umum

2009
. 9
F. Pemilu

Masa

Transisi.
10
G. System

Pemilu...

.. 11
H. Syarat

Pemilu

Demokrasi
15
BAB III
KESIMPULAN
.. 16
3.1

Kesimpulan

................ 17
DAFTAR
PUSTAKA
18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pemilu dalam negara demokrasi Indonesia merupakan suatu proses

pergantian kekuasaan secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai


dengan prinsip-prinsip yang digariskan konstitusi. Prinsip-prinsip dalam
pemilihan umum yang sesuai dengan konstitusi antara lain prinsip kehidupan
ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat (demokrasi) ditandai bahwa
setiap warga negara berhak ikut aktif dalam setiap proses pengambilan
keputusan kenegaraan
Sebuah negara berbentuk republik memiliki sistem pemerintahan yang
tidak pernah lepas dari pengawasan rakyatnya. Adalah demokrasi, sebuah
bentuk pemerintahan yang terbentuk karena kemauan rakyat dan bertujuan
untuk memenuhi kepentingan rakyat itu sendiri. Demokrasi merupakan
sebuah proses, artinya sebuah republik tidak akan berhenti di satu bentuk
pemerintahan selama rakyat negara tersebut memiliki kemauan yang terus
berubah. Ada kalanya rakyat menginginkan pengawasan yang superketat
terhadap pemerintah, tetapi ada pula saatnya rakyat bosan dengan para
wakilnya yang terus bertingkah karena kekuasaan yang seakan-akan tak ada
batasnya. Berbeda dengan monarki yang menjadikan garis keturunan
sebagai landasan untuk memilih pemimpin, pada republik demokrasi
diterapkan azas kesamaan di mana setiap orang yang memiliki kemampuan
untuk memimpin dapat menjadi pemimpin apabila ia disukai oleh sebagian
besar

rakyat.

Pemerintah

telah

membuat

sebuah

perjanjian

dengan

rakyatnya yang ia sebut dengan istilah kontrak sosial. Dalam sebuah republik
demokrasi, kontrak sosial atau perjanjian masyarakat ini diwujudkan dalam
sebuah pemilihan umum. Melalui pemilihan umum, rakyat dapat memilih

siapa yang menjadi wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang


selanjutnya menentukan masa depan sebuah negara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemilhan Umum


A. Pengertian Pemilihan Umum
Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang dasar negara
Republik Indonesia tahun 1945 (UUD RI 1945) menentukan : Kedaulatan
adalah

ditangan

Permusyawaratan

rakyat,

dan

Rakyat. Mana

dilakukan

sepenuhnya

kedaulatan

sama

oleh

Majelis

dengan

makna

kekuasaan tertinggi, yaitu kekuasaan yang dalam taraf terakhir dan tertinggi
wewenang membuat keputusan. Tidak ada satu pasalpun yang menentukan
bahwa negara Republik Indonesia adalah suatu negara demokrasi. Namun,
karena implementasi kedaulatan rakyat itu tidak lain adalah demokrasi,
maka secara implesit dapatlah dikatakan bahwa negara Republik Indonesia
adalah negara demokrasi.
Hal

yang

demikian

wujudnya

adalah,

manakala

negara

atau

pemerintah menghadapi masalah besar, yang bersifat nasional, baik di


bidang kenegaraan, hukum, politik, ekonomi, sosial-budaya ekonomi, agama
semua orang warga negara diundang untuk berkumpul disuatu tempat
guna membicarakan, merembuk, serta membuat suatu keputusan. ini
adalah prinsipnya. Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah

sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik


Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
1. Tujuan Pemilu
Tujuan Pemilu adalah untuk memilih para wakil yang duduk dalam
pemerintahan atau DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPD (Dewan Perwakilan
Daerah). Pemilu juga bertujuan memilih Presiden/Wakil Presiden, dan DPRD
(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah). Dengan penyelenggaraan Pemilu
menandakan, bahwa sistem pemerintahan kita menganut sistem demokrasi.
2
2. Jenis-jenis Pemilu
Sebagaimana ketentuan UUD 1945 hasil amendemen, ada dua jenis
Pemilu. Dua jenis yang dimaksud meliputi :
a. Pemilu Legislatif, yakni untuk memilih para wakil rakyat (DPR, DPD,
dan DPRD provinsi dan kabupaten/kota).
b. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, untuk memilih presiden dan wakil
presiden.
3. Asas Pelaksanaan Pemilu
Dalam asas pelaksanaannya, Pemilu dilakukan dengan langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Penjelasan dari asas pelaksanaan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Langsung artinya para warga negara yang telah memiliki hak pilih
harus

memberikan

suaranya

secara

langsung

dan

tidak

boleh

diwakilkan.
2. Umum artinya semua warga negara yang memenuhi persyaratan yang
sesuai, berhak mengikuti Pemilu. Selain itu, umum juga memiliki
pengertian memberi jaminan (kesempatan) secara menyeluruh bagi
semua warga negara, tanpa memandang suku, agama, ras, golongan,
jenis kelamin, daerah, pekerjaan, maupun status sosial.

3. Bebas berarti setiap warga negara yang telah mempunyai hak pilih,
bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan.
4. Rahasia artinya dalam memberikan suaranya, pemilih

dijamin

kerahasiaannya, tidak ada pihak lain yang mengetahui.


5. Jujur berarti semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu
(aparat, pemerintah, pasangan calon (presiden dan wakil presiden)
partai politik, tim kampanye, para pengawas, pemantau, dan lain-lain)
harus bertindak jujur sesuai peraturan.
6. Adil artinya dalam penyelenggaraannya Pemilu harus terhindar dari
berbagai bentuk kecurangan.

3
B. Sistem Pemilihan Umum
Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum,
akan tetapi umumnya berkisar pada 2 prinsip pokok, yaitu :
a. Single-member constituency (satu daerah memilih atau wakil; biasanya
disebut Sistem Distrik). Sistem yang mendasarkan pada kesatuan
geografis. Jadi setiap kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik
karena kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam dewan
perwakilan rakyat.
1. Sistem ini mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya :
Kurang memperhitungkan adanya partai kecil dan

golongan

minoritas, apalagi jika golongan ini terpencar dalam beberapa

distrik.
Kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam

suatu distrik, kehilangan suara-suara yang telah mendukungnya.


2. Disamping itu sistem ini juga mempunyai kelebihan, antara lain :
Wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk distrik, sehingga

hubungannya dengan penduduk distrik lebih erat.


Lebih mendorong kearah integrasi partai-partai politik karena kursi
yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu.

Mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan

yang ada dan mengadakan kerjasama.


Berkurangnya partai dan meningkatnya kerjasama antara partaipartai yang mempermudah terbentuknya pemerintah yang stabil

dan meningkatkan stabilitas nasional


Sederhana dan mudah untuk diselenggarakan
b. Multi-member constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa
wakil; biasanya dinamakan Proportional Representation atau Sistem
Perwakilan Berimbang). Gagasan pokok dari sistem ini adalah bahwa
jumlah kursi yang diperoleh oleh sesuatu golongan atau partai adalah
sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya.

4
1. Sistem ini ada beberapa kelemahan:
Mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-partai baru
Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan

kurang merasakan loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya


Mempersukar terbentuknya pemerintah yang stabil, oleh karena
umumnya harus mendasarkan diri atas koalisi dari dua-partai atau

lebih.
2. Keuntungan system Propotional:
System propotional di anggap representative, karena jumlah kursi
partai dalm parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang

di peroleh dalam pemilu.


System ini di anggap lebih demokatis dalam arti lebih egalitarian,
karena praktis tanpa ada distorsi.

Di Indonesia pada pemilu kali ini, tidak memakai salah satu dari kedua
macam sistem pemilihan diatas, tetapi merupakan kombinasi dari keduanya.
Hal ini terlihat pada satu sisi menggunakan sistem distrik, antara lain pada
Bab VII pasal 65 tentang tata cara Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dimana setiap partai Politik peserta
pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan

DPRD Kabupaten/ Kota dengan memperhatikan keterwakilan perempuan


sekurang-kurangnya 30%.
Disamping itu juga menggunakan sistem berimbang, hal ini terdapat
pada Bab V pasal 49 tentang Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi Anggota
DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dimana : Jumlah kursi
anggota DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan
pada jumlah penduduk provinsi yang bersangkutan dengan ketentuan :
a. Provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 1000.000 (satu juta)
jiwa mendapat 35 (tiga puluh lima) kursi
b. Provinsi dengan julam penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) sampai
dengan 3.000.000 (tiga juta) jiwa mendapat 45 (empat puluh lima)
kursi;
c. Provinsi dengan jumlah penduduk 3.000.000 (tiga juta) sampai dengan
5.000.000 (lima juta) jiwa mendapat 55 (lima puluh lima) kursi;
d. Provinsi dengan jumlah penduduk 5.000.000 (lima juta) sampai dengan
7.000.000 (tujuh juta) jiwa mendapat 65 (enam puluh lima) kursi;
5
e. Provinsi dengan jumlah penduduk 7.000.000 (tujuh juta) sampai dengan
9.000.000 (sembilan juta) jiwa mendapat 75 (tujuh puluh lima) kursi;
f. Provinsi dengan jumlah penduduk 9.000.000 (sembilan juta) sampai
dengan 12.000.000 (dua belas juta) jiwa mendapat 85 (delapan puluh
lima) kursi;
g. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000 (dua belas juta)
jiwa mendapat 100 (seratus) kursi.
C. Sistem Pemilihan Umum Terbagi 3 Jenis
1. sistem distrik (plurality system), yaitu perhitungan sederhana yaitu
calon peserta politik mengumpulkan dalam jumlah suara terbanyak.
Jenis sistemnya:
a. Mayoritas multak (First Past The Post/FPTP)
b. Suara alternatif (Alternative Vote/AV)
c. Suara blok (Block Vote/BV)
d. Sistem putaran dua (Two Round System/TRS)
2. sistem semi proporsional (semi proportional system), yaitu perhitungan
sistem distrik yang menjembatani proporsional. Jenis sistemnya:

a. Suara non dipindahtangankan tunggal (Single Non Transferable


Vote/SNTV)
b. Sistem paralel (Parallel system)
c. Suara terbatas (Limited vote)
d. Suara kumulatif (Cumulative vote)
3. sistem proporsional (proportional system), yaitu perhitungan rumit
yaitu calon peserta politik mengumpulkan dengan menggunakan
bilangan pembagi pemilih. Jenis sistemnya:
a. Suara dipindahtangankan tunggal (Single Transferable Vote/STV)
b. Perwakilan proporsional (Proportional Representative/PR)
c. Daftar partai (Party-list) :
Daftar terbuka (Open-list)
Daftar tertutup (Close-list) dan Daftar lokal (Local-list)
d. Anggota proporsional campuran (Mixed Member Proportional/MMP)
6
D. Pelaksanaan pemilihan Umum di Indonesia
Sejak kemerdekaan hingga tahun 2004 bangsa Indonesia telah
menyelenggarakan Sembilan kali pemilhan uum, yaitu pemilihan umum
1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, dan 2004. Dari
pengalaman sebanyak itu, pemilihan umum 1955 dan 2004 mempunyai
kekhususan di banding dengan yag lain. Semua pemilihan umum tersebut
tidak diselenggarakan dalam situasi yang vacuum, melainkan berlangsung di
dalam lingkungan yang turut menentuka hasil pemilhan umum yang cocok
untuk Indonesia. Pemilu diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum
(KPU) yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Komisi ini memiliki
tanggung

jawab

penuh

atas

penyelenggaraan

pemilu,

dan

dalam

menjalankan tugasnya, KPU menyampaikan laporan kepada Presiden dan


DPR.
Menurut Pasal 25 UU No. 12 Tahun 2003, tugas dan wewenang KPU adalah:
a. Merencanakan penyelenggaraan KPU.
b. Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan
c.

pemilu.
Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua

tahapan pelaksanaan pemilu.


d. Menetapkan peserta pemilu.

e. Menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi, dan calon anggota


DPR,DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
f. menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye, dan
pemungutan suara.
g. menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih anggota
DPR,DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
h. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilu.
i. melaksanakan tugas dan kewenangan lain yang diatur undang-undang.
Dalam Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) dijelaskan bahwa
kedaulatan

rakyat

Permusyawaratan

dipegang
Rakyat

oleh

(MPR),

suatu

sebagai

badan,

bernama

penjelmaan

seluruh

Majelis
rakyat

Indonesia (Vertretungsorgan des Willens des Staatsvolkes). Majelis ini


bertugas mempersiapkan Undang-undang Dasar dan menetapkan garis-garis
besar haluan negara. MPR juga mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan
wakilnya (Wakil Presiden).
7
MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara, sedangkan
Presiden bertugas menjalankan haluan Negara menurut garis-garis besar
yang telah ditetapkan oleh MPR. Di sini, peran Presiden adalah sebagai
mandataris MPR, maksudnya Presiden harus tunduk dan bertanggung jawab
kepada MPR. Menurut Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen keempat
tahun 2002, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) terdiri atas anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum. Hal ini juga tercantum dalam
Pasal 19 ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen kedua tahun 2000 yang
berbunyi: Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan
umum. serta Pasal 22C UUD 1945 hasil Amandemen ketiga tahun 2001
yang berbunyi: Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap
provinsi melalui pemilihan umum.
Dalam Pasal 6A UUD 1945 yang merupakan hasil Amandemen ketiga
tahun 2001 dijelaskan mengenai pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang
lengkapnya berbunyi:

a. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara


langsung oleh rakyat.
b. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan pemilihan umum.
c. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara
lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum
dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang
tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik
menjadi Presiden dan Wakil Presiden
UUD 1945 yang merupakan Konstitusi Negara Republik Indonesia
mengatur masalah pemilihan umum dalam Bab VIIB tentang Pemilihan
Umum Pasal 22E sebagai hasil Amandemen ketiga UUD 1945 tahun 2001.
Secara lengkap, bunyi Pasal 22E tersebut adalah:
a. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
b. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
c. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai
politik.
8
d. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah adalah perseorangan.
e. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
f. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undangundang.
E. Pemilih Umum 2009
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan
kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan programprogramnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang
telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan

suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan


oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah
ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para
pemilih. Pemilihan Umum 2009 di Indonesia itu membuka mata dunia bahwa
demokrasi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di Indonesia. Selain
sebagai negara Muslim terbesar di dunia dan negara demokrasi terbesar
ketiga di dunia, Pemilu di Indonesia juga harus melakukan pemilihan
terhadap ribuan calon legislatif dan menyelenggarakan pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden secara langsung.
Pelaksanaan Pemilihan Umum 2009 di Indonesia itu membuka mata
dunia bahwa Islam dan demokrasi dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik di Indonesia. Seperti halnya pemerintah Amerika Serikat dan pemantau
Pemilu

Uni

Eropa

untuk

Indonesia,

The

Carter

Center

pun

memuji

pelaksanaan Pemilu di Indonesia yang jujur, bersih, demokratis dan tenang,


Pemilu dilaksanakan secara transparan dan jujur. Meskipun Pemilu 2009
yang dilaksanakan oleh KPU ini masih banyak kekurangan di sana-sini,
sebagaimana dilaporkan dalam temuan-temuan para pemantau Pemilu dari
dalam dan luar negeri, namun sejauh kekurangan tersebut tidak signifikan
dan tidak terlalu prinsipil maka pujian dan ucapan selamat dari berbagai
pihak kepada bangsa Indonesia merupakan cermin dari keberhasilan KPU
dan bangsa Indonesia secara umum.
9
Dalam pemilu 2009 akan berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya,
karena dalam pemilu ini lebih akurat dan terprogram. Ada 7 (tujuh) tugas
berat Pemilu 2009 menanti anggota KPU yaitu :
1.
2.

Merencanakan program, anggaran serta menetapkan jadwal Pemilu;


Penyesuaian struktur organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal KPU

3.

paling lambat 3 bulan sejak pelantikan anggota KPU;


Mempersiapkan pembentukan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) paling

4.

lambat 5 (lima) bulan setelah pelantikan anggota KPU;


Bersama-sama Bawaslu menyiapkan kode etik, paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah Bawaslu terbentuk;

5.

Memverifikasi secara administratif dan faktual serta menetapkan peserta

6.

Pemilu;
Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan

7.

menetapkannya sebagai daftar pemilih tetap;


Menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian
perlengkapan barang dan jasa Pemilu.

F. Pemilu Masa Transisi


Pemilu
kesempatan

pada

untuk

masa

berkiprah

transisi
kembali

berlangsung
dalam

ketika

pentas

menunggu

politik.

Setelah

berakhirnya secara formal kekuasaan Orde Baru, Indonesia memasuki


periode peralihan dari situasi otoriter ke transisi demokrasi. Pengalaman
banyak negara menunjukkan bahwa periode transisi demokrasi umumnya
memakan waktu lama, sampai satu atau dua dekade tergantung dari
intensitas transisi yang berakibat pada perubahan mendasar dalam sistem
politik dan juga sistem ekonomi. Tak terkecuali bagi Indonesia.
Perubahan itu diawali dengan penyelenggaraan pemilu sebagai
mekanisme demokratis untuk melakukan sirkulasi elit. Pejabat lama yang
tidak dipercaya perlu diganti dengan pejabat baru yang dapat lebih
dipercaya dan accountable melalui pemilu yang demokratis. Pemilu yang
dilaksanakan pada masa transisi adalah pemilu yang strategis karena
merupakan

sarana

untuk

kekuasaan secara evolutif.

membersihkan

elemen

otoriterisme

dalam

10

Pemilu masa transisi juga menjadi sarana bagi pemikiran pemikiran,


gagasan gagasan atau kader kader baru yang segar dan tidak koruptif ke
dalam lingkar kekuasaan. Jika pemilu masa transisi berhasil melembagakan
proses sirkulasi elit secara demokratis, maka situasi transisi akan berubah
menuju konsolidasi demokrasi. Sementara jika tidak berhasil, maka ada
peluang besar bagi elemen otoriterisme untuk menkonsolidasi diri.
Oleh karena itu, mengingat arti penting pemilu pada masa transisi,
terutama pemilu 2004 yang lalu, maka semua penggerak demokrasi serta

warga yang peduli akan tercapainya konsolidasi demokrasi di Indonesia,


perlu meneguhkan komitmen untuk menjaga Pemilu 2004 agar dapat
menjadi batu loncatan ke arah pemilu selanjutnya yang diharapkan lebih
demokratis. Walaupun diakui pula bahwa perangkat UU Pemilu, Partai Politik
dan aturan pemilu lainnya yang dihasilkan DPR masih belum sempurna dan
mengandung sejumlah

permasalahan. Sebaliknya, tanpa

keberhasilan

mengawal Pemilu 2004, maka sulit mengharapkan pemilu selanjutnya dapat


memberikan hasil yang lebih baik bagi terjadinya sirkulasi elit dan
pelembagaan demokrasi.
G. System Pemilu
Dieter Nohlen mendefinisikan sistem pemilihan umum dalam 2
pengertian, dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, sistem
pemilihan umum adalah .segala proses yang berhubungan dengan hak
pilih, administrasi pemilihan dan perilaku pemilih." Lebih lanjut NonPemilihan Umum adalah metode yang di dalamnya suara-suara yang
diperoleh

dalam

dimenangkan

pemilihan

dalam

diterjemahkan

parlemen

oleh

menjadi

partai-partai

dan

kursi-kursi
para

yang

kandidat.

Pemilihan umum merupakan sarana penting untuk memilih wakil-wakil


rakyat yang benar-benar akan bekerja mewakili mereka dalam proses
pembuatan kebijakan negara.
Pemilihan umum diikuti oleh partai-partai politik. Partai-partai politik
mewakili

kepentingan

spesifik

warganegara.

Kepentingan-kepentingan

seperti nilai-nilai agama, keadilan, kesejahteraan, nasionalisme, antikorupsi,


dan sejenisnya kerap dibawakan partai politik tatkala mereka berkampanye.
Sebab itu, sistem pemilihan umum yang baik adalah at masyarakat, agar
terwakili dalam proses pembuatan kebijakan neglen menyebutkan sistem
yang mampu
11
mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang berbeda di tingk pengertian
sempit sistem

pemilihan

umum

adalah

cara

dengan

mana

pemilih

dapat

mengekspresikan pilihan politiknya melalui pemberian suara, di mana suara


tersebut ditransformasikan menjadi kursi di parlemen atau pejabat publik.
Definisi lain diberikan oleh Matias Iaryczower and Andrea Mattozzi dari
California Institute of Technology. Menurut mereka, yang dimaksud dengan
sistem pemilihan umum adalah menerjemahkan suara yang diberikan
saat Pemilu menjadi sejumlah kursi yang dimenangkan oleh setiap partai di
dewan legislatif nasional. Dengan memastikan bagaimana pilihan pemilih
terpetakan secara baik dalam tiap kebijakan yang dihasilkan, menjadikan
sistem

pemilihan

umum

sebagai

lembaga

penting

dalam

demokrasi

perwakilan. Melalui dua definisi sistem pemilihan umum yang ada, dapat
ditarik konsep-konsep dasar sistem pemilihan umum seperti : transformasi
suara menjadi kursi parlemen atau pejabat publik, memetakan kepentingan
masyarakat, dan keberadaan partai politik. Sistem pemilihan umum yang
baik harus mempertimbangkan konsep-konsep dasar tersebut.
Donald L. Horowitz menyatakan pemilihan sistem pemilihan umum
harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Perbandingan Kursi dengan Jumlah Suara


Akuntabilitasnya bagi Konstituen (Pemilih)
Memungkinkan pemerintah dapat bertahan
Menghasilkan pemenang mayoritas
Membuat koalisi antaretnis dan antaragama
Minoritas dapat duduk di jabatan publik
Pertimbangan yang diberikan Horowitz menekankan pada aspek hasil

dari suatu pemilihan umum. Hal yang menarik adalah, sistem pemilu yang
baik mampu membuat koalisi antaretnis dan antaragama serta minoritas
dapat duduk di jabatan publik. Ini sangat penting di negara-negara multi
etnis dan multi agama.
Pertimbangan lain dalam memilih sistem pemilihan umum juga
diajukan Andrew Reynold, et.al. Menurut mereka, hal-hal yang patut
dipertimbangkan dalam memilih sistem pemilihan umum adalah:
12

1. Perhatian pada Representasi


Representasi (keterwakilan) yang harus diperhatikan adalah kondisi
geografis, faktor ideologis, situasi partai politik (sistem kepartaian), dan
wakil rakyat terpilih benar-benar mewakili pemilih mereka.
2. Memungkinkan Perdamaian
Masyarakat

pemilih

punya

latar

belakang

yang

berbeda,

dan

perbedaan ini bisa diperdamaikan melalui hasil pemilihan umum yang


memungkinkan untuk itu.
3. Memfasilitasi Pemerintahan yang Efektif dan Stabil
Sistem pemilu mampu menciptakan pemerintahan yang diterima
semua pihak, efektif dalam membuat kebijakan.
4. Pemilih Mampu Mengawasi Wakil Terpilih
Sistem pemilu yang baik memungkinkan pemilih mengetahui siapa
wakil yang ia pilih dalam pemilu, dan si pemilih dapat mengawasi
kinerjanya.
5.

Mendorong Partai Politik Bekerja Lebih Baik


Sistem pemilu yang baik mendorong partai politik untuk memperbaiki
organisasi internalnya, lebih memperhatikan isu-isu masyarakat, dan
bekerja untuk para pemilihnya.

6. Mempromosikan Oposisi Legislatif


Sistem pemilu yang baik mendorong terjadinya oposisi di tingkat
legislatif, sebagai bentuk pengawasan DPR atas pemerintah.
7. Mampu Membuat Proses Pemilu Berkesinambungan
Sistem

pemilu

harus

bisa

dipakai

secara

berkelanjutan

dan

memungkinkan pemilu sebagai proses demokratis yang terus dipakai


untuk memilih para pemimpin.
8. Memperhatikan Standar Internasional
Standar internasional ini misalnya isu HAM, lingkungan, demokratisasi,
dan globalisasi ekonomi.

13
Secara umum, Andrew Reynolds, et.al. mengklasifikasikan adanya 4
sistem pemilu yang umum dipakai oleh negara-negara di dunia, yaitu:
a. Proporsianal
Dasar pemikiran Proporsional adalah kesadaran untuk menerjemahkan
penyebaran suara pemilih bagi setiap partai menurut proporsi kursi yang
ada di legislatif. Dalam sistem ini ada kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan secara konsisten mengubah setiap suara menjadi kursi yang
dimenangkan, dan sebab itu menghilangkan ketidakadilan seperti
sistem Mayoritas/Pluralitas yang membuang suara kalah.sedangkan
kekurangannya : Mampu menyebabkan fragmentasi partai-partai politik,
di mana partai minoritas mampu memainkan peran besar dalam tiap
koalisi yang dibuat.
b. Mixed/Campuran
Sistem Campuran bertujuan memadukan ciri-ciri positif yang berasal
dari Mayoritas/Pluralitas ataupun Proporsional. Suara diberikan oleh
pemilih yang sama dan dikontribusikan pada pemilihan wakil rakyat di
bawah kedua sistem tersebut.
c. Mayoritas/Pluralitas
Mayoritas/Pluralitas
(Mayoritas)

dan

berarti

mayoritas

penekanan

tersebut

pada

berasal

dari

suara
aneka

terbanyak
kekuatan

(Pluralitas).
d. Other/Lainnya
Sebagai tambahan bagi Mayoritas/Pluralitas, Proporsional, dan Sistem
Campuran, adalah pula terdapat sejumlah sistem lain yang tidak
termasuk ke dalam kategori ini. Kategori itu antaranya :

Single Non Transferable Vote, yaitu setiap pemilih memiliki satu suara

bagi tiap calon.


Limited Vote, yaitu sistem Mayoritas/Pluralitas yang digunakan untuk
distrik-distrik dengan lebih dari satu wakil.

14
H. Syarat Pemilu Demokrasi
Disepakati

bahwa

pemilu

merupakan

sarana

demokrasi

untuk

membentuk kepemimpinan negara. Dua cabang kekuasaan negara yang


penting, yaitu lembaga perwakilan rakyat ( badan legislatif) dan pemerintah
(badan eksekutif), umumnya dibentuk melalui pemilu. Walau pemilu
merupakan

sarana

demokrasi,

tetapi

belum

tentu

mekanisme

penyelenggaraannya pun demokratis. Sebuah pemilu yang demokratis


memiliki beberapa persyaratan, yaitu:
Pertama, pemilu harus bersifat kompetitif, artinya peserta pemilu baik
partai politik maupun calon perseorangan harus bebas dan otonom. Baik
partai politik yang sedang berkuasa, maupun partai-partai oposisi
memperoleh hak -hak politik yang sama dan dijamin oleh undang
undang (UU), seperti kebebasan berbicara, mengeluarkan pendapat,
berkumpul dan berserikat.
Kedua, pemilu harus diselenggarakan secara berkala. Artinya pemilihan
harus diselenggarakan secara teratur dengan jarak waktu yang jelas.
Misalnya setiap empat, lima, atau tujuh tahun sekali. Pemilihan berkala
merupakan mekanisme sirkulasi elit, dimana pejabat yang terpilih
bertanggung jawab pada pemilihnya dan memperbaharui mandat yang
diterimanya pada pemilu sebelumnya.
Ketiga, pemilu haruslah inklusif. Artinya semua kelompok masyarakat baik
kelompok ras, suku, jenis kelamin, penyandang cacat, lokalisasi, aliran
ideologis, pengungsi dan sebagainya harus memiliki peluang yang sama
untuk berpartisipasi dalam pemilu. Tidak ada satu kelompok pun yang
didiskriminasi oleh proses maupun hasil pemilu.
Keempat, pemilih harus diberi keleluasaan untuk mempertimbangkan dan
mendiskusikan alternatif pilihannya dalam suasana yang bebas, tidak
dibawah

tekanan,

dan

akses

memperoleh

informasi

yang

luas.

Keterbatasan memperoleh informasi membuat pemilih tidak memiliki


dasar pertimbangan yang cukup dalam menetukan pilihannya.
Kelima, penyelenggara pemilu yang tidak memihak dan independen.
Penyelenggaraan pemilu sebagian besar adalah kerja teknis. Seperti
penentuan peserta pemilu, Pembuatan kertas suara, kotak suara,
pengiriman hasilpemungutan suara pada panitia nasional, penghitungan
suara, pembagian cursi dan sebagainya.
15
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dari materi diatas setidaknya ada beberapa poin yang dapat disarikan
dalam tema singkat tentang pemilu ini:
a. Pemilihan

umum

pelaksanaan

yang

kedaulatan

selanjutnya
rakyat

disebut

dalam

Pemilu

Negara

adalah

Kesatuan

sarana
Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia tahun 1945.
b. Dalam pembagian tipe demokrasi modern, saat ini Negara Republik
Indonesia sedang berada dalam tahap demokrasi dengan pengawasan
langsung oleh rakyat. Pengawasan oleh rakyat dalam hal ini, diwujudkan
dalam sebuah penyelenggaraan pemilu yang demokratis.
c. Disusunnya undang-undang tentang pemilu, partai politik, serta susunan
dan kedudukan lembaga legislatif yang baru menjadikan masyarakat kita
lebih mudah untuk memulai belajar berdemokrasi.
d. Cepat atau lambat, rakyat Indonesia akan dapat memahami bagaimana
caranya berdemokrasi yang benar di dalam sebuah republik.
e. Pemahaman ini akan timbul secara bertahap seiring dengan terus
dijalankannya

proses

pendidikan

Indonesia, secara konsisten.

politik,

khususnya

demokrasi

di

16
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo,Miriam,2007,Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta:Ikrar Mandidrabadi


______________,2008,edisi revisi Dasar-dasar Ilmu Politik,Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama,
Soehino,2010,Hukum

Tata

Negara

Perkembangan

Pengaturan

dan

Pelaksanaan Pemilihan umum di Indonesia, Yogyakarta:UGM


Tim Eska Media. 2002, Edisi Lengkap UUD 1945. Jakarta: Eska Media.
Undang-undang Politik 2003, UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilihan
Umum
UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD

17

PEMILIHAN UMUM

KELOMPOK: 1
1. Askar .T
(14.501.)
2. Risnawati

(14.501.)
(14.501.)

(14.501.)
3. Achmad Syafei

(14.501.)

(14.501.)
4. Melita

(14.501.119)

(14.501.)

7. Muhammad Akbar
8. Syeid Muh Nurhaq
9. Markurius
10. Budiarjo

5. Asmi
(14.501.)
6. Novita Angraini

(14.501.)

11. Herul Hamid

(14.501.)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR 2015

Anda mungkin juga menyukai