Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah negara demokrasi, Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan
salah satu pilar utama dari sebuah proses akumulasi kehendak masyarakat. Pemilu
sekaligus merupakan prosedur demokrasi untuk memilih pemimpin. Diyakini
pada sebagian besar masyarakat beradab di muka bumi ini, Pemilu adalah
mekanisme pergantian kekuasaan (suksesi) yang paling aman, bila dibanding
dengan cara-cara lain. Sudah barang pasti bila dikatakan, Pemilu merupakan pilar
utama dari sebuah demokrasi.

Sentralitas Pemilu sebagai cara paling demokratis untuk mengatur


sirkulasi kepemimpinan, akhirnya yang membedakan Pemilu dengan cara-cara
lain yang selama ini dikenal. Dekatnya pengertian antara Pemilu dengan
demokrasi, terlihat dari sejumlah definisi demokrasi itu sendiri, sebagaimana
konsepnya diajukan Joseph Schumpetermazhabnya dikenal sebagai
Schumpeterian. Dia menempatkan penyelenggaraan Pemilu yang bebas dan.
berkala sebagai kriteria utama bagi kualifikasi apakah sebuah sistem politik di
sebuah negara sebagai sebuah negara demokrasi.

Bagi Indonesia, yang telah menetapkan dirinya sebagai negara demokrasi,


Pemilu adalah keniscayaan. Dalam Pemilu, aspirasi rakyat dimungkinkan berjalan
secara ajeg. Pada Pemilu pula, rakyat pemilih akan bisa menilai, para kontestan
Pemilu dapat menawarkan visi, misi, dan program kandidat, sehingga mereka
akan tahu ke mana arah perjalanan negaranya. Lepas dari kelemahan yang masih
melekat dalam praktiknya, Pemilu di Indonesia sudah mencapai taraf yang jauh
lebih baik daripada Pemilu-Pemilu sebelumnya. Bahkan sering dikatakan,
terutama sejak Pemilu di era reformasi, prestasi Pemilu kita dalam aras demokrasi
global mendapat tempat, paling tidak pengakuan bahwa kita negara demokrasi
terbesar setelah Amerika Serikat dan India. Apalagi format Pemilu di Indonesia
pada masa reformasi, tentu saja setelah melewati proses yang panjang, sebagai

1
bagian dari gerakan reformasi atau alat koreksi atas pelaksanaan Pemilu di era
Orde Baru sebelumnya1.

Indonesia sebagai sebuah demokrasi sebuah negara demokrasi terbesar se


Asia Tenggara, nomor tiga sedunia senantiasa melakukan perubahan untuk
memajukan kualitas demokrasinya, Salah satu ikhtiar yang di wujudkan adalah
menyelenggarakan pemilihan kepala daerah (pilkada) di seluruh Indonesia secara
serentak. Di era orde baru, kepala daerah tidak di pilih secara lansung oleh rakyat,
melainkan oleh DPRD. Intervensi pemerintah pusat sangat terasa dalam
pegambilan putusan.

Setelah reformasi bergulir, pilkada menjadi salah satu pembaruan yang


telah di sepekati oleh pengambil kebijakan. Pasca orde baru, tuntutan penggiat
demokrasi tentang pembentukan penyelenggaraan pemilu yang bersifat mandiri
menguat. Tuntutan ini muncul didasari oleh pengalaman bahwa pada
pemilupemilu di orde baru terjadi kecurangan sistematis yang dilakukan
penyelenggara sehingga diorde baru tersebut kehilangan kepercayaan publik.
Pengawasan pemilih nomoan umum BAWASLU berdasarkan undang-undang no
7 tahun 2017 saat ini memiliki kewenangan besar, tidak hanya sebagai pengawas,
sekaligus sebagai eksekutor hakim pengurus perkara.

Saat ini dan kedepan,terbentang tantangan historis bagi BAWASLU untuk


membuktikan peran dan eksitensi strategisnya mengawal pemilu yang
berintegritas bagi kemajuan bangsa. Reformasi politik paska reformasi gerakan
rakyat (people power) mei 1998 berhasil menumbangkan orde baru. Lari dari 2
kenyataan, bahwa selama rezim orde baru. Lahir dari kenyataan, bahwa selama ini
rezim orde baru rakyat indonesia merasakan kekecewaan akibat praktik demokrasi
prosedural2.

1
Nur Hidayat Sardini, Restorasi Penyelenggaraan Pemilu Di Indonesia Cet. 1, (Yogyakarta:
Fajar Media Press, 2015), hal. 1-2.
2
Alif Abdillah, Skripsi: Peran Bawaslu Dalam Menyelenggarakan Pemilu Yang Jujur Dan Adil
Di Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng, (Makasar: Universitas Muhammadiyah
Makassar, 2019), hal. 1-2

2
Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), berdasarkan Undang-
Undang Nomor 7 tahun 2017 saat ini memiliki kewenangan besar, tidak hanya
sebagai pengawas, sekaligus sebagai eksekutor hakim pemutus perkara. Saat ini
dan ke depan, terbentang tantangan historis bagi Bawaslu untuk membuktikan
peran dan eksistensi strategisnya mengawal pemilu yang berintegritas bagi
kemajuan bangsa3.

Salah satu fungsi Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) adalah


melakukan pengawasan tahapan dan pencegahan pelanggaran pemilu. Wewenang
pengawasan penyelenggara Pemilu diberikan kepada Badan Pengawasan Pemilu
(Bawaslu) dan jajaran dibawahnya dalam hal ini Badan Pengawas Pemilihan
Umum di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi. Terdapat fungsi Bawaslu yang
strategis dan signifikan, yakni menghindari potensi pelanggaran pemilu muncul
dengan menjalankan strategi pencegahan yang optimal. Bawaslu memiliki fungsi
dan peran strategis dalam upaya menciptakan penyelenggaraan pemilu yang
demokratis4.
Dalam hal ini dapat dilihat juga pada saat pelaksanaan Pemilihan Kepala
Daerah (pilkada) di Kabupaten Labuhanbatu yang telah berlangsung pada 9
Desember 2020. Permasalahan dalam tulisan ini bagaimana peran Bawaslu pada
pelaksanaan pemilihan kepala daerah Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2020 dalam
upaya mewujudkan pemilihan yang Demokratis serta faktor-faktor apa sajakah
yang berpengaruh terhadap kinerja Bawaslu pada Pelaksanaan pemilihan kepala
daerah Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2020 dalam upaya mewujudkan pemilihan
kepala daerah yang demokratis.

3
Ibid.
4
Ali Abdul Wahid, Abd. Qohar, Peran Bawaslu Pada Pelaksanaan Pemilihan Gubernur
Lampung Tahun 2018 Dalam Upaya Mewujudkan Pemilihann Yang Demokratis. UIN Raden Intan
Lampung: Jurnal Academica Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung Vol. 12, No. 01 Juli
2020

3
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah peran BAWASLU dalam melaksanakan pengawasan pada


pemilihan kepala daerah di Kabupaten labuhanbatu tahun 2020 ?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya pemungutan suara ulang pada
PILKADA di Kabupaten Labuhanbatu ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimanakah peran BAWASLU dalam melaksanakan


pengawasan pada pemilihan kepala daerah di Kabupaten labuhanbatu tahun
2020 ?
2. Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya
pemungutan suara ulang pada PILKADA di Kabupaten Labuhanbatu tahun
2020?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis :


1) Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
yang kemudian dapat dijadikan tambahan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan hukum khususnya di bidang Hukum Tata Negara.
2) Bagi mahasiswa dapat dijadikan acuan atau referensi untuk
penelitian berikutnya dan bermanfaat dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan mengenai Peran Badan Pengawas Pemilihan Umum
Pada Pemilihan kepala daerah Kabupaten Labuhanbatu Tahun
2020 dan juga diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan
dan gambaran bagi Instansi Pemerintah Negara.

4
2. Manfaat secara praktis :
1) Bagi penulis, Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap Peran Badan Pengawas Pemilihan
Umum Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Labuhanbatu
Tahun 2020 dan diharapkan penelitian ini dapat memberikan
masukan dan gambaran bagi Pemerintahan Negara.
2) Bagi pihak jurusan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
masukan sekaligus menambah pengetahuan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan peran badan pengawas pemilihan umum.
3) Bagi para mahasiswa/i, sebagai upaya untuk dapat meningkatkan
motivasi dan menambah rasa ketertarikan untuk melakukan dan
mengembangkan penelitian dimasa yang akan datang dan Penelitian
ini sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan Peran
Badan Pengawas Pemilihan Umum Pada Pemilihan Kepala
Daerah Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2020

E. Definisi Operasional
Untuk memudahkan gambaran yang jelas dan memudahkan pengertian judul
proposal ini, serta menghindarkan kesalahan pemahaman dan perbedaan
penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah terhadap makna judul dalam
penelitian ini. Sesuai dengan judul penelitian yaitu Peran Badan Pengawas
Pemilihan Umum Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Labuhanbatu
Tahun 2020 “Studi Kasus Kecamatan Rantau Selatan Kab. Labuhanbatu”
maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang digunakan. Istilah-istilah ini
merupakan pengertian dasar yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Peran merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia
menjalankan suatu peranan.Perbedaan antara kedudukan dengan peranan
adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-
pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Istilah

5
peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Peran
yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi atau
tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Peran lebih banyak menunjukkan
pada fungsi, intinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam
masyarakat dan menjalankan suatu peran5.

2. Badan Pengawas Pemilihan Umum adalah lembaga penyelenggara pemilu yang


mengawasi penyelenggaraan pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Secara jelas dikatakan bahwa tugas dari pengawasaan
penyelenggaraan pemilu dilakukan oleh Bawaslu. Dalam melaksanakan
tugasnya Bawaslu dibantu oleh Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota,
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, Pengawas TPS
bersifat hierarkis, termasuk Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota
pada satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur
dengan undang-undang di bawahnya6.

3. Pemilihan Kepala Daerah merupakan instrumen yang dijalankan Negara dalam


upaya penegakan proses demokratisasi di Indonesia. Warga secara langsung
memilih dan menentukan siapa yang berhak menduduki jabatan Kepala Daerah
di wilayahnya. Pilkada mendominasi peran penentuan sukses atau gagalnya
proses otonomi di suatu daerah karena pelaksanaannya merupakan konsekuensi
pelaksanaan desentralisasi kekuasaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah
Daerah. Logika desentralisasi membangun komitmen bahwa setiap
pelaksanaan pilkada, kekuasaan politik bergerak mendekat dengan warganya
karena kalangan inilah yang bertindak sebagai pemilih langsung atas pemimpin
daerahnya. Hasil akhir pilkada adalah terpilihnya Kepala Daerah yang
5
Diah nurhidayah, Skripsi: Peran Badan Pengawas Pemilihan Umum Kota Pekanbaru Dalam
Pengawasan Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pada Pemilu Legislatif 2019, (Pekanbaru: Uin
Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, 2020), hal. 15
6
Nabila Amrie Afina, Skripsi: Peran Bawaslu Kabupaten Kebumen Mencegah Politik Uang Di
Desa Anti Politik Uang Kabupaten Kebumen Perspektif Teori Al-Hisbah, (Puworketo: Institut
Agama Islam Negeri Purwokerto, 2020), hal 9-10

6
keberadaannya bersinergi dengan lembaga dewan guna menghasilkan ragam
kebijakan yang berangkat dari kebutuhan rakyat sekaligus melibatkannya
sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas pemerintahan. Berangkat dari
kondisi ini, patut kiranya masyarakat pemilih mengenali lebih dekat calon
pemimpin yang dianggap memiliki kesesuaian dengan preferensi
kebutuhannya7.

F. Kajian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian-penelitian yang telah dilakukan


mengenai topik yang hampir sama dengan penelitian ini, penelitian terdahulu yang
telah dilakukan antara lain :

1. Dhimas Satrio Hutomo dalam skripsinya yang berjudul “Peranan Badan


Pengawas Pemilu (Bawaslu) Dalam Pengawasan Penyelenggaraan Pilkada
Serentak Di Jawa Tengah”, terbit pada tahun 2020 oleh Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta, Penelitian ini menggunakan jenis penelitian metode,
sistematika, dan pemikiran tertentu, untuk menganalisis satu atau beberapa gejala
hukum dan masyarakat, dengan jalan menganalisisnya. Agar suatu penelitian
dapat berjalan dengan baik maka perlu menggunakan suatu metode penelitian
yang baik dan tepat. Metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak yang harus
ada di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini
menggunakan yuridis Empiris, yaitu dengan pendekatan dari sudut pandang
hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sumber data sebagai rujukan penelitian
ini menggunakan studi kepustakaan. Hasil penelitian, banyak nya Bentuk-bentuk
pelanggaran yang terjadi dalam penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur tahun 2018 di Provinsi Jawa Tengah, selain itu adanya Tindak lanjut
Pelanggaran yang terjadi dalam Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur tahun 2018 di Provinsi Jawa Tengah, dan Hambatan yang dihadapi oleh

7
Tedi Erviantono, Budaya Politik, Uang, dan Pilkada, (Jurnal Transformative, Vol. 3, Nomor 2,
September 2017), hal. 61

7
Bawaslu dalam Penyelesaian Pelanggaran yang Terjadi pada Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur 2018 Provinsi Jawa Tengah8.

2. Devi Layalin Rahmawati dalam skripsinya yang berjudul “Pelaksanaan


Pilkada Serentak Tahun 2020 Ditinjau Dari Konsep Maslahat”, terbit pada tahun
2021 oleh Universtas Islam Negeri Prof. Kh. Saifuddin Zuhri Purwokerto,
penelitian ini menggunakan jenis penelitian library research, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan material-
material yang terdapat di ruang perpustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah
Pilkada serentak telah dilaksanakan disejumlah wilayah Indonesia pada 9
Desember 2020. Pilkada serentak 2020 diatur dengan PKPU No.13 Tahun 2020
Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 6
Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serentak
Lanjutan dalam Kondisi Bencana Non-Alam Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19). Dan Berdasarkan konsep maslahat dengan teori menolak bahaya lebih
diutamakan dari pada mendatangkan manfaat, artinya pilkada serentak 2020 yang
telah diselenggarakan oleh pemerintah itu bertentangan dengan kaidah fikih.
Karena pelaksanaannya menimbulkan mudarat yang lebih besar dari pada
manfaatnya9.

3. Muhammad Ithofiyul Karim dalam skripsinya yang berjudul “Strategi Badan


Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi Jawa Timur Dalam Mencegah
Pelanggaran Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 Melalui Media Sosial” terbit pada
tahun 2021 oleh Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, penelitian ini
menggunakan jenis penelititan kualitatif, metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawannya adalah

8
Dhimas Satrio Hutomo, Skripsi: Peranan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Dalam
Pengawasan Penyelenggaraan Pilkada Serentak Di Jawa Tengah, (Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta , 2018)
9
Devi Layalin Rahmawati, Skripsi: Pelaksanaan Pilkada Serentak Tahun 2020 Ditinjau Dari
Konsep Maslahat, (Puworketo: Universtas Islam Negeri Prof. Kh. Saifuddin Zuhri Purwokerto,
2021)

8
(eksperimen) di mana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif (kualitatif)
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada
generalisasi. Hasil dari penelitian ini adalah, Sebagai lembaga pengawas pemilu,
Bawaslu Provinsi Jawa Timur tentunya mempunyai kewajiban untuk turut serta
memberikan edukasi/wawasan kepada masyarakat terkait dengan pemilu dan
penggunaan media sosial sebagai salah satu intrumen dalam melakukan
pengawasan. Supaya Bawaslu bisa lebih optimal dalam melaksanakan fungsi
pengawasan dengan adanya bantuan partisipatif dari masyarakat10.

BAB II

10
Muhammad Ithofiyul Karim, Skripsi: “Strategi Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu)
Provinsi Jawa Timur Dalam Mencegah Pelanggaran Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 Melalui
Media Sosial”, 2021.

9
LANDASAN TEORI

A. Peran

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan


aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan , maka ia menjalankan suatu peranan. Dalam sebuah
organisasi setiap orang memiliki berbagai macam karakteristik dalam
melaksanakan tugas, kewajiban atau tanggung jawab yang telah diberikan oleh
masing-masing organisasi atau lembaga. Sedangkan menurut Gibson Invancevich
dan Donelly, peran adalah seseorang yang harus berhubungan dengan 2 sistem
yang berbeda, biasanya organisasi. Kemudian menurut Riyadi, peran dapat
diartikan sebagai orientasi dan konsep dari bagian yang dimainkan oleh suatu
pihak dalam oposisi sosial. Dengan peran tersebut, sang pelaku baik itu individu
maupun organisasi akan berperilaku sesuai harapan orang atau lingkungannya.
Peran juga diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural (norma-
norma, harapan, tabu, tanggung jawab dan lainnya). Dimana didalamnya terdapat
serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan pembimbing dan
mendukung fungsinya dalam mengorganisasi. Peran merupakan seperangkat
perilaku dengan kelompok, baik kecil maupun besar, yang kesemuannya
menjalankan berbagai peran. Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai
suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu.
Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan.
Peran yang dimainkan/diperankan pimpinan tingkat atas, menengah maupun
bawah akan mempunyai peran yang sama. Sutarto mengemukakan bahwa peran
itu terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a. Konsepsi peran, yaitu: kepercayaan seseorang tentang apa yang


dilakukan dengan suatu situasi tertentu.

b. Harapan peran, yaitu: harapan orang lain terhadap seseorang yang


menduduki posisi tertentu mengenai bagaimana ia seharusnya
bertindak.

10
c. Pelaksanaan peran, yaitu: perilaku sesungguhnya dari seseorang yang
berada pada suatu posisi tertentu. Kalau ketiga komponen tersebut
berlangsung serasi, maka interaksi sosial akan terjalin kesinambungan
dan kelancarannya.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan peran sebagai


berikut:

a. Peran adalah pengaruh yang diharapkan dari seseorang dalam dan antar
hubungan sosial tertentu.

b. Peran adalah pengaruh yang berhubungan dengan status atau kedudukan


sosial tertentu.

c. Peran berlangsung bilamana seseorang melaksanakan hak- hak dan


kewajiban- kewajibannya sesuai dengan statusnya.

d. Peran terjadi bila ada suatu tindakan dan bilamana ada kesempatan yang
diberikan.

Adapun pembagian peran menurut Soekanto, peran dibagi menjadi 3 yaitu


sebagai berikut:

1. Peran Aktif

Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena
kedudukannya didalam kelompok sebagai aktifitas kelompok, seperti
pengurus, pejabat, dan lainnya sebagainya.

2. Peran Partisipatif

11
Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok
kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan yang sangat
berguna bagi kelompok itu sendiri.

3. Peran Pasif

Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif,


dimana anggota kelompok menahan dari agar memberikan kesempatan
kepada fungsi -perjalan dengan baik.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian peran


merupakan suatu tindakan yang membatasi seseorang maupun suatu organisasi
untuk melakukan suatu kegiatan berdasarkan tujuan dan ketentuan yang telah
disepakati bersama agar dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya11.

B. Badan Pengawasan Pemilihan Umum (BAWASLU)

Pemilu yang demokratis mengharuskan adanya lembaga pengawasan


independen dan otonom. Lembaga ini dibentuk untuk memperkuat pilar
demokrasi, meminimalkan terjadinya kecurangan dalam pemilu, sekaligus
menegaskan komitmen Pemilu atau Pemilihan Kepala Daerah (selanjutnya disebut
Pilkada), sebagai pembentukan dari pemerintahan yang berkarakter. Ciri-ciri
utama dari pengawasan Pemilu/Pilkada yang independen, yaitu;

1. dibentuk berdasarkan perintah konstitusi atau undang-undang;

2. tidak mudah di intervensi oleh kepentingan politik tertentu;

3. bertanggungjawab kepada parlemen;

4. menjalankan tugas sesuai dengan tahapan pemilu/Pilkada;

5. memiliki integritas dan moralitas yang baik; dan

11
Diakses dari :https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/download/17575/17105 pada
tanggal 21 Maret 2022 pukul 12.26 wib

12
6. memahami tata cara penyelenggaraan Pemilu/Pilkada.

Dengan begitu, panitia pengawas tidak hanya bertanggungjawab terhadap


pemerintahan yang demokratis, tetapi juga ikut adil membuat rakyat memilih
kandidat yang mereka anggap mampu.

Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna


menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Penyelenggaraan pemilu yang
bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil hanya dapat terwujud
apabila Penyelenggara Pemilu mempunyai integritas yang tinggi serta memahami
dan menghormati hak-hak sipil dan politik dari warga negara. Penyelenggara
Pemilu yang lemah berpotensi menghambat terwujudnya Pemilu yang berkualitas.
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Penyelenggara Pemilu memiliki tugas menyelenggarakan Pemilu
dengan kelembagaan yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. Salah satu faktor
penting bagi keberhasilan penyelenggaraan Pemilu terletak pada kesiapan dan
profesionalitas Penyelenggara Pemilu itu sendiri, yaitu Komisi Pemilihan Umum,
Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu sebagai
satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu.

Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu


yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai
satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk
memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa Bawaslu adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bawaslu mempunyai tugas, wewenang, dan kewajiban "mengawasi
penyelenggaraan Pemilu dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran
untuk terwujudnya Pemilu yang demokratis", yang meliputi mengawasi persiapan
penyelenggaraan Pemilu, mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan

13
Pemilu, mengelola, memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan
pelanggaran pidana Pemilu oleh instansi yang berwenang, mengawasi atas
pelaksanaan putusan pelanggaran Pemilu, evaluasi pengawasan Pemilu, menyusun
laporan hasil pengawasan penyelenggaraan Pemilu, dan melaksanakan tugas lain
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Lembaga pengawasan pemilu baru muncul pada pemilu 1982. Pemilu


sebelumnya belum mengenal lembaga pengawasan pemilu. Munculnya lembaga
tersebut karena banyaknya masalah pada penyelenggaraan pemilu 1971. Waktu
itu banyak protes bermunculan terhadap para petugas pemilu yang dianggap
banyak melakukan pelanggaran dan manipulasi dalam penghitungan suara.
Kemudian pada pemilu 1977 permasalahan tersebut jauh lebih massif sementara
penanganannya kurang maksimal karena yang merespon adalah pemerintah dan
DPR. Hal ini menimbulkan banyak asumsi ketidaknetralan pemerintahan dalam
pelaksanaan pemilu, hingga akhirnya muncul gagasan memperbaiki
undangundang yang betujuan meningkatkan kualitas pemilu 1982.

Pada Pemilu 2004 tidak mengenal Lembaga Pemilu yang bersifat


independen, melalui UU No. 12 Tahun 2003, pengawas pemilu dibentuk oleh
KPU. Pemilu 2009 dengan UU No.22 Tahun 2007 tentang penyelenggara pemilu,
pengawas pemilu yang kemudian disebut dengan Bawaslu bersifat tetap, tetapi
bukan merupakan suatu lembaga yang bersifat tetap. Bahkan pada tingkat provinsi
dan kabupaten/kota, Panitia Pwngawas Pemilu (Panwaslu) bersifat ad hoc.
Melalui uji materi UU No. 22 Tahun 2007 terhadap UUD 1945 kepada
Mahkamah Konstitusi, barulah Bawaslu merupakan suatu lembaga yang bersifat
tetap, mandiri dan nasional, meskipun pada tingkat daerah yang bersifat ad hoc.
Untuk mendampingi Lembaga Pemilihan Umum (LPU) yang saat ini sebagian
terdiri dari wakil-wakil peserta Pemilu, maka pemerintah merasa perlu berdirinya
suatu lembaga untuk hal ini. Badan baru ini bernama Panitia Pengawas
Pelaksanaan Pemilihan Umum (Panwaslak Pemilu) yang bertugas mengawasi
pelaksanaan Pemilu.

14
Setelah Pemilu 1999 Panwaslak pemilu diubah menjadi Penitia Pengawas
Pemilihan Umum (Panwaslu). Perubahan terhadap pengawas pemilu baru
dilakukan lewat UU No. 12 tahun 2003. UU tersebut menegaskan untuk
melakukan pengawasan pemilu dibentuk Panwaslu Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota hingga kecamatan. Berdasarkan ketetapan UU No. 22 tahun 2007
tentang penyelenggara pemilu pasal 70 nama Panwaslu diubah lagi menjadi
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Ketentuan baru mengenai Posisi pengawas Pemilu yang tertuang dalam


UU pemilu memunculkan perubahan positif terkait eksistensi pengawas Pemilu.
Sebelumnya, berdasarkan UU No. 12 Tahun 2003 maupun UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah beserta PP No. 6 Tahun 2005, posisi
Pengawas pemilu hanya bersifat ad hoc. Adapun dalam UU No. 22 Tahun 2007,
institusi pengawas ini berstatus sebagai instrument yang bersifat permanen,
walaupun hanya ditingkat pusat.

Sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan dalam mengawasi


berjalannya aturan dalam Pemilu, Bawaslu mempunyai beban yang sangat berat.
Pengawasan terhadap segala tahapan dalam pemilu harus terus dilakukan guna
menjaga kestabilan dan ketertiban tahapan pemilu.

Mengingat fungsi Bawaslu sangat dibutuhkan, maka Bawaslu ditetapkan


sebagai lembaga Negara dibawah UU yang bersifat tetap dan mempunyai
kewenangan dalam mengawasi jalannya Pemilu. Hal ini sesuai dengan apa yang
dianut dinegara demokratis. Eksistensi Lembaga Pengawas Pemilu akan semakin
lemah apabila tidak mempunyai kewenangan yang maksimal, yang berakibat pada
kurang maksimalnya kinerja Bawaslu tersebut dan ini akan sangat membahayakan
perjalanan demokrasi di Indonesia. Selanjutnya, untuk menjamin suatu kualitas
penyelenggaraan pemilu dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
diperlukan adanya suatu pengawasan. Dalam konteks itu, Bawaslu harus
dikualifikasi sebagai bagian dari kpu yang bertugas menyelenggarakan pemilihan

15
umum, khususnya menjalankan fungsi pengawasan atas penyelenggaraan pemilu,
juga melaksanakan pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran.

Sifat tetap Kedudukan Bawaslu tidak hanya pada Level pusat, melainkan
juga pada Level Provinsi. Sebagaimana dalam pasal 89 ayat (4) UU No.7 tahun
2017 dinyatakan “Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota
bersifat tetap.” Ketentuan yang mempermanenkan Bawaslu Provinsi ini sekaligus
menjadi jawaban dualisme sifat kelembagaan Bawaslu antara Pusat dan daerah
yang menjadi salah satu penyebab inefektifitas pengawasan pemilu. Namun
demikian, untuk level Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan,
Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri masih Bersifat ad
hoc12.

C. Pemilihan Kepala Daerah

Pemilihan umum kepala daerah adalah pemilihan yang dilakukan oleh


warga Negara dalam menentukan pilihan kepada kepala daerah, seperti gubernur
dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati serta wali kota dan wakil wali kota,
dalam pemilihaan umum kepala daerah ini serentak dilakukan dalam waktu 5
tahun sekali, yang dilakukan oleh warga negara secara langsung di tempat
pemungutan suara. Menurut Janvatar pemilihan kepala daerah adalah upaya
dalam mewujudkan sistem demokrasi sebagai langkah merealisasikan kedaulatan
rakyat, dan pelaksanaan pemilihan kepala daerah merupakan wujud dari
demokrasi dalam menciptakan pemerintah yang lebih demokratis13.

BAB III
12
Maysaroh Sidabutar, Skripsi: Peran Badan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pencegahan
Dan Penindakan Politik Uang Pada Pemilihan Kepala Daerah Di Sumatera Utara, (Medan:
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2018), hal. 15-20

13
Hikmatun Nazilah, Skripsi: Analisis Perilaku Pemilih Pilkada Serentak Tahun 2020 Pada Masa
Pandemi Di Desa Teluk Pulai Raya Kecamatan Seberang Kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
(Jambi: Universitas Jambi, 2021), hal. 9

16
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan obyek dimana peneliti bisa mengambil bahan


atau data, dalam melakukan penelitian ini, Lokasi penelitian ini akan dilakukan di
Kabupaten Labuhanbatu, sedangkan fokus penelitian yaitu di Badan Pengawasan
Pemilihan Umum (BAWASLU).

Adapun yang menjadi alasan bagi penelitian dalam menemukan lokasi di


atas, karena ingin mengetahui dan menganalisa lebih jauh bagaimana Peran
Badan Pengawasan Pemilihan Umum Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten
Labuhanbatu Tahun 2020 “Studi Kasus Kecamatan Rantau Selatan Kab.
Labuhanbatu”

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif


merupakan salah satu dari jenis penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian
kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan
kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat
penelitiaan berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi.

Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang


bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang
terjadi di dalam suatu masyarakat, bertentangan antara dua keadaan atau lebih,
hubungan antara variabel yang timbul, perbedaan antara fakta yang ada serta
pengaruhnya terhadap suatu kondisi. Metode deskriptif adalah suatu metode yang
di gunakan untuk menganalisis hasil penelitian tetapi tidak dapat di gunakan
langsung dalam membuat kesipulan yang lebih luas.

C. Instrumen Penelitian

17
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data penelitian.
Yang menjadi instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti. Pedoman
observasi, pedoman wawancara, pedoman dokumentasi, HP, dan alat tulis.

D. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Data primer, dimana data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
para informan. Data primer pada penelitian ini diperoleh melalui observasi
dan wawancara.
2. Data sekunder merupakan data primer yang diolah lebih lanjut dan disajikan
oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk
tabel-tabel atau diagram. Data ini digunakan untuk mendukung informasi
primer yang diperoleh baik dari dokumen, angket maupun dari observasi
langsung ke lapangan kepada pihak Komisi Pemilhan Umum dan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Labuhanbatu.
3. Sumber data, yang digunakan dalam Penelitian Kualitatif deskriftif lebih
bersifat memahami terhadap fenomena atau gejala sosial, karena bersifat
lebih menjadikan masyarakat sebagai subjek, yang dimaksud sumber data
dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun
sumber data tersebut adalah:
1) Kusioner ataupun Pihak Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Tekni Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian dan melakukan pengamatan
secara mendalam terhadap suatu peristiwa, perilaku, kegiatan atau aktivtas
subjek penelitian yang akan diteliti sesuai dengan tema atau masalah yang
ingin dicari jawabannya. Disini penulis mengadakan observasi terhadap

18
sikap atau karakter dari para, data-data yang telah diperoleh untuk
selanjutnya digunakan dalam memecahkan persoalan dalam penelitian ini.
Penulis dituntut untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Teknik Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang telah ditentukan
terhadap infoman dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah yang akan diwawancarai
berupa pertanyaan- pertanyaan yang diajukan yang terformat dengan baik.
Wawancara dilakukan tersebut adalah untuk memperoleh informasi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian.
Dalam hal ini, peneliti dapat menafsirkan, mencari dan mengumpulkan data-
data dari masalah penelitian. Data dokumentasi atau arsip yang digunakan
dalam penelitian ini

F. Teknik Analisa Data


Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah bentuk analisa data
deskriptif dengan metode studi kasus. Analisa data deskriptif dan studi kasus
digunakan untuk pengolahan data yang diperoleh dilapangan melalui wawancara
dan pengamatan dilapangan. Semua informasi yang terkumpul dipelajari sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh dan dianalisis sesuai dengan kemampuan
interaktif penulis.

DAFTAR PUSTAKA

19
Abdillah, Alif. Skripsi: Peran Bawaslu Dalam Menyelenggarakan Pemilu Yang
Jujur Dan Adil Di Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng.
(Makasar: Universitas Muhammadiyah Makassar, 2019).
Abdul Wahid dan Abd. Qohar, Ali. Peran Bawaslu Pada Pelaksanaan Pemilihan
Gubernur Lampung Tahun 2018 Dalam Upaya Mewujudkan Pemilihann
Yang Demokratis. UIN Raden Intan Lampung: Jurnal Academica Fakultas
Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung Vol. 12, No. 01 Juli 2020.
Amrie Afina, Nabila. Skripsi: Peran Bawaslu Kabupaten Kebumen Mencegah
Politik Uang Di Desa Anti Politik Uang Kabupaten Kebumen Perspektif
Teori Al-Hisbah. (Puworketo: Institut Agama Islam Negeri Purwokerto,
2020).
Diakses dari
:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/download/17575/17105
pada tanggal 21 Maret 2022 pukul 12.26 wib
Erviantono, Tedi. Budaya Politik, Uang, dan Pilkada, (Jurnal Transformative,
Vol. 3, Nomor 2, September 2017).
Hidayat Sardini, Nur. Restorasi Penyelenggaraan Pemilu Di Indonesia Cet. 1.
(Yogyakarta: Fajar Media Press, 2015).
Ithofiyul Karim, Muhammad. Skripsi: Strategi Badan Pengawas Pemilihan
Umum (Bawaslu) Provinsi Jawa Timur Dalam Mencegah Pelanggaran
Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 Melalui Media Sosial, 2021.
Layalin Rahmawati, Devi. Skripsi: Pelaksanaan Pilkada Serentak Tahun 2020
Ditinjau Dari Konsep Maslahat. (Puworketo: Universtas Islam Negeri Prof.
Kh. Saifuddin Zuhri Purwokerto, 2021).
Nazilah, Hikmatun. Skripsi: Analisis Perilaku Pemilih Pilkada Serentak Tahun
2020 Pada Masa Pandemi Di Desa Teluk Pulai Raya Kecamatan Seberang
Kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat. (Jambi: Universitas Jambi, 2021).
Nurhidayah, Diah. Skripsi: Peran Badan Pengawas Pemilihan Umum Kota
Pekanbaru Dalam Pengawasan Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pada

20
Pemilu Legislatif 2019. (Pekanbaru: Uin Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru, 2020).
Satrio Hutomo, Dhimas. Skripsi: Peranan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
Dalam Pengawasan Penyelenggaraan Pilkada Serentak Di Jawa Tengah.
(Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Yogyakarta , 2018).
Sidabutar, Maysaroh. Skripsi: Peran Badan Pengawas Pemilihan Umum Dalam
Pencegahan Dan Penindakan Politik Uang Pada Pemilihan Kepala Daerah
Di Sumatera Utara. (Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara,
2018).

21

Anda mungkin juga menyukai