Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang melaksanakan sistem demokrasi, sejak

bergulirnya proses demokrasi langsung di Indonesia dalam satu dekade terakhir

ini, penyelenggaraan pemilihan kepala daerah secara langsung yang sekarang

disebut pemilukada memasuki fase kedua dalam perjalanannya. Fase pertama

dilalui pada tahun 2005 lalu setahun setelah diundangkannya UU Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur tentang pemilihan

kepala daerah secara langsung mulai Juni 2005. Oleh karena itu tahun 2010 adalah

fase kedua dilaksanakannya agenda pemilukada dengan melihat berbagai

pengalaman dan permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan pemilukada

kurun waktu 2005-2009.

Tahun 2010 merupakan tahun pertama dilaksanakannya pemilukada

serentak yang diatur kemudian oleh UU Nomor 12 Tahun 2008 yang merupakan

UU Perubahan Kedua atas UU No. 32 Tahun 2004. Oleh karena itu, tahun 2010

menjadi tahun yang cukup sibuk yang dengan agenda politik di beberapa daerah

di Indonesia. Setidaknya mulai bulan Januari 2010 dilaksanakan sejumlah

pemilihan kepala daerah langsung (Pemilukada) secara serentak yakni pada 7

provinsi dan 237 kabupaten/kota.

Asumsi dasar penggabungan penyelenggaraan pemilukada serentak ini

dalam satu provinsi bagi dua atau lebih Pemilukada diperkirakan dapat

menghemat biaya hingga sekitar 40 persen. Undang – Undang Nomor 32 tahun

1
2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diantaranya mengatur tentang pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah ditindak lanjuti dengan Peraturan

Pemerintah nomor 6 tahun 2005 yaitu tentang pemilihan, pengesahan,

pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah yang

merupakan aturan pelaksanaan dalam Undang-Undang nomor 32 tahun 2004.

Pemilihan kepala daerah merupakan rektrumen politik dengan.menyeleksi

rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah baik

Gubernur/wakil Gubernur, Bupati/wakil Bupati atau Walikota/wakil Walikota.

Aktor utama sistem pemilihan kepala daerah adalah rakyat, parpol, dan calon

kepala daerah. Aktor-aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan pemilihan

daerah, salah satu fokus untuk menambah hasil suara dari calon kepala daerah

yaitu dengan cara mempengaruhi/mengajak peserta pemilih pemuda untuk ikut

dalam penambahan suara pasangan calon. Deni (2018).

Dari dulu hingga saat ini Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Indonesia,

terus mengalami perubahan format atau sistem pemilihan yang lebih berkualitas

dan demokratis. Pada pilkada bukan hanya modal sistem dan teknis pelaksanaan

saja, calon kepala daerah juga membutuhkan tingkat popularitas ditengah-tengah

masyarakat sebagai wajib pilih. Popularitas adalah prasyarat mutlak yang wajib

dimiliki, meskipun terkadang popularitas bukanlah faktor penentu kandidat akan

memperoleh tingkat Elektabilitas yang tinggi. Usaha menaikkan popularitas dan

citra politik dibutuhkan strategi yang efektif dan terstruktur.

2
. Cost Politik yang bermakna “biaya politik”, Uang atau biaya ini sebenarnya

masih dianggap wajar dan normal, dimana setiap kegiatan politik tentu

membutuhkan biaya misalnya biaya pertemuan, iklan, makan minum dalam

pertemuan, sampai pada honor para pekerja professional yang terlibat sebagai

anggota tim pemenang masing-masing kandidat. Sedangkan, Nursal (2004)

mengatakan bahwa Political Marketing atau pemasaran politik adalah serangkaian

aktivitas terencana, strategis dan juga taktis, berdimensi jangka panjang dan

jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih. Pada

penelitian kali ini akan terfokus oleh pemasaran politik yaitu Push Marketing, Pull

Marketing dan Pass Marketing. Sutrisno, dkk (2018)

Pada tahun 2020, Indonesia mengadakan Pilkada serentak yang di

selenggarakan pada 9 Desember 2020 yang diikuti oleh 270 daerah yang terdiri

dari 9 provinsi, 224 Wilayah Kabupaten, dan untuk tingkat Kota akan berlangsung

di 37 Kota pada 32 Provinsi. Di mana tercatat tujuh Kabupaten Di Sulawesi

Tenggara akan menggelar pilkada, yakni Konawe Selatan, Konawe Kepulauan,

Konawe Utara, Kolaka Timur, Buton Utara, Kabupaten Muna, dan Wakatobi.

Kabupaten Buton Utara pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati tahun

2020 terdapat 3 pasangan calon yang bersaing. Satu pasangan calon pendatang

baru Aswadi Adam-Fahrul Muhammad (GASFUL). Dan dua diantaranya adalah

Ridwan Zakariah-Ahali (RIDA), dan petahana Abu Hasan-Suhuzu (AHS).

1. Muh. Ridwan Zakaria dan Ahali

2. M. Aswadi Adam dan Fahrul Muhamad

3. Abu Hasan dan Suhuzu

3
Peta kekuatan masing-masing pasangan, pasangan Ridwan Zakariah-Ahali

diusung oleh 3 partai yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) 5 kursi, Partai

Demokrat 2 kursi dan Golongan Karya (GOLKAR) 3 kursi. Dan pasangan

Aswadi Adam-Fahrul Muhammad diusung oleh 4 partai yaitu Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) 3 kursi, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 1 kursi, Partai Keadilan

dan Persatuan Indonesia (PKPI) 1 kursi dan Partai Gerakan Indonesia Raya

(GERINDRA) 1 kursi. Sedangkan pasangan Abu Hasan-Suhuzu diusung oleh

partai PDI Perjuangan (PDIP) dengan perolehan 4 kursi di DPRD. Dan Secara

keseluruhan ada 20 kursi anggota DPRD Buton Utara.

Abu Hasan sebagai calon bupati petahana seyogyanya memiliki kekuatan,

kewenangan dan kekuasan pemerintahan pada saat itu. Kepala daerah meski

sejajar dengan DPRD, tapi memiliki kewenangan kuat dibanding dengan DPRD.

Kedudukan kepala daerah sebagai pimpinan eksekutif ditingkat kabupaten yang

dinaungi selain melekat kewenangan untuk melaksanakan aturan (eksekutif) juga

memiliki kewenangan untuk membuat aturan (peran legislasi). Dalam

melaksanakan aturan kepala daerah mengendalikan sejumlah sumber daya,

diantaranya birokrasi (SDM) dan keuangan. Perangkat birokrasi bawahan kepala

daerah yang tersebar hingga pemerintahan paling rendah, yang secara hirarkis

tunduk kepada atasan (kepala daerah).

Seyogyanya kepala daerah juga memiliki kuasa untuk mengalokasikan

keuangan dan menentukan rencana pembangunan ditingkat lokal, hal ini

memposisikan kepala daerah sebagai elit lokal yang memiliki jejaring dan sumber

daya kekuasan yang kuat.

4
1.2. Rumusan Masalah

            Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan

masalah penelitian yaitu :

1. Bagaimana Faktor-Faktor Power Interplay Kepala Daerah Pada Pemilihan

Serentak 2020 Di Kabupaten Buton Utara?

2. Bagaimana Dampak Perubahan Suara Partai Pada Pemilihan Kepala

Daerah?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu;

1. Untuk Mengetahui Faktor Faktor Power Interplay Kepala Daerah.

2. Untuk Mengetahui Dampak Perubahan Suara Partai Kepala Daerah.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan secara Teoritis maupun

Praktis sebagai berikut:

1. Secara teoritis.; Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian yang sesuai dalam bidang ilmu

dalam satu penelitian.

2. Secara Praktis: Untun meningkatkan kinerja instan dan sebagai bahan

kritik bagi pihak yang ingin mengetahui tentang power interplay

(Interaksi Kekuatan) Kepala daerah dan perubahan suara partai pemilihan

serentak 2020 di Kabupaten Buton Utara.

5
1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, perumusan masalah,

tujuan penelitian dan manfaat penelitian, dan uraian singkat sistematika penelitian.

BAB II : Bab ini menguraikan landasan konsep/teori, alur pikir penelitian, dan

penelitian terdahulu.

BAB III : Bab ini penulis menguraikan lokasi penelitian, jenis penelitian, subyek

dan obyek penelitian, jenis dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data,

dan teknik analisis data.

BAB IV : Bab ini penulis menguraikan hasil dan pembahasan.

BAB V : Bab ini penulis menguraikan kesimpulan dan saran.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Konsep Power Interplay

Power Interplay merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain

menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan

terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan. Kekuasaan mencakup

kemampuan untuk memerintah (agar yang diperintah patuh) dan juga memberi

keputusan- keputusan yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi

tindakan-tindakan pihak lainnya.

Max Weber menyatakan bahawa kekuasaan adalah kesempatan seseorang

atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-

kemauannya sendiri sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan

perlawanan dari orang-orang atau golongan- golongan tertentu. 4 Kekuasaan

dapat bersumber pada bermacam-macam faktor, sehingga apabila dikaitkan

dengan kegunaannya, maka akan diperoleh gambarab sebagai berikut Sarana

pelaksanaan kekuasaan dapat berupa :

1. Saluran militer Tujuannya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri

masyarakat sehingga mereka tunduk pada kemauan penguasa. Untuk itu dalam

organisasi militernya sering dibentuk pasukan khusus, dinas rahasia dan satuan

pengamanan kerusuhan. Apabila pengaruh militer ditujukan ke Negara lain,

tujuannya adalah menciptakan rasa aman (security) agar penguasa dicintai

warganya.

7
2. Saluran ekonomi Pengusaha berusaha menguasai segala jaringan ekonomi ,

sehingga penguasa dapat menyalurkan perintah-perintahnya, melalui berbagai

peraturan perekonomian, baik masalah modal, buruh, ekspor-impor dan

sebagainya.

3. Saluran politik Penguasa sengaja membuat berbagai peraturan yang harus

ditaati masyarakat agar berbagai perintahnya berjalan lancar. Untuk itu sengaja

diangkat pejabat yang loyal.

4. Saluran tradisi Penguasa mempelajari dan memanfaatkan tradisi yang berlaku

dalam masyarakat guna kelancaran pemerintahan.

5. Saluran ideologi. Penguasa mengemukakan serangkaian ajaran dan doktrin

sehingga menjadi ideiologi bangsa sekaligus menjadi dasar pembenaran segala

sikap dan tindaknnya sebagai penguasa.

6. Saluran lainnya berupa pers, kebudayaan, keagamaan dan sebagainya.

2.1.2 Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)

Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) merupakan rekruitmen politik yaitu

penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai Kepala

Daerah, baik Gubernur atau Wakil Gubernur maupun Bupati atau Wakil Bupati

atau Walikota atau Wakil Walikota. Kepala Daerah adalah jabatan politik atau

jabatan publik yang bertugas memimpin birokrasi menggerakkan jalannya roda

pemerintahan.

Fungsi-fungsi pemerintahan terbagi menjadi perlindungan, pelayanan publik,

dan pembangunan. Kepala Daerah menjalankan fungsi pengambilan kebijakan

atas ketiga fungsi pemerintahan tersebut. Dalam konteks struktur kekuasaan,

8
Kepala Daerah adalah kepala eksekutif di daerah.8 Dan dalam hal ini pemilihan

kepala daerah diatur oleh undang undang dan adapun undang undang yang

mengatur akan pilkada tahun 2015 lalu itu berpangku pada undang undang no.1

dan no.8 ayat 1 tahun 2018 yang berbunyi sebagai berikut : Undang-Undang No.

1 Tahun 2015: Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang selanjutnya

disebut Pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di Provinsi dan

Kabupaten atau Kota untuk memilih Gubernur, Bupati, dan Walikota secara

langsung dan demokratis.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 2015: Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota

yang selanjutnya disebut Pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di

wilayah provinsi dan kabupaten/kota untuk memilih Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota secara

langsung dan demokratis.

Salah satu isu yang paling penting dengan disahkannya Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ini adalah pemilihan kepala

daerah secara langsung oleh rakyat daerah. Hal ini sering dipandang sebagai

sebuah titik balik bagi praktek demokrasi di Indonesia, karena untuk pertama

kalinya, masyarakat luas dilibatkan secara langsung untuk memilih pemimpinnya.

Dalam pelaksanaannya, Pemilihan kepala daerah secra langsung tidak semulus

harapan banyak kalangan. yang terjadi justru menimbulkan kecemasan dibanyak

pihak.

9
Hal ini dipicu oleh munculnya berbagai konflik dengan tingkat eskalasi

yang cukup besar yang mewarnai perjalanan Pemilihan kepala daerah secara

langsung yang dilaksanakan di beberapa daerah. Mulai dari pertikaianantar

pendukung, perusakan fasilitas publik hingga perusakan gedung-gedung milik

pemerintah yang tak terhitung jumlahnya. Persoalan-persoalan diatas, tidak

mungkin terjadi apabila potensi konflik dalam Pemilihan kepala daerah secara

langsung bisa dideteksi sejak awal.

Sehingga pemerintah dan penyelenggara pemilu bisa mempersiapkan

berbagai langkah untuk mengantisipasi terjadinya konflik atau eskalasi konflik

kearah yang lebih massif. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakuakn

penelitian terkait potensi yang mungkin memicu konfik dalam pelaksanaan

pemilihan kepala daerah secara langsung. (BAB I.pdf (unwahas.ac.id)

2.1.3 Politik

Politik pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang sangat berkaitan

dengan manusia, yang pada kodratnya selalu hidup bermasyarakat. Manusia

adalah makhluk sosial, makhluk yang dinamis dan berkembang, serta selalu

menyesuaikan keadaan sekitarnya. Sebagai anggota masyarakat, seseorang atau

kelompok tentu terikat oleh nilai-nilai dan aturan-aturan umum yang diakui dan

dianut oleh masyarakat itu (Nambo, dkk., 2005).

Menurut Deliar Noer (1983) politik adalah segala aktivitas atau sikap yang

berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi,

dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan

masyarakat. Hakekat politik menunjukkan perilaku atau tingkah laku manusia,

10
baik berupa kegiatan, aktivitas, ataupun sikap, yang tentunya bertujuan akan

mempengaruhi atau mempertahankan tatanan kelompok masyarakat dengan

menggunakan kekuasaan. Ini berarti kekuasaan bukanlah hakekat politik,

meskipun harus diakui tidak dapat dipisahkan dari politik, justru politik

memerlukannya agar suatu kebijaksanaan dapat berjalan dalam kehidupan

masyarakat.

Dr. Kartini Kartono (1989) melihat definisi politik dari dua aspek yaitu:

dari struktur dan kelembagaan, politik dapat diartikan sebagai berikut :

(1). Segalasesuatu yang ada relasinya dengan pemerintahan peraturan, tindakan

pemerintah, undangundang, hukum, kebijakan (policy), beleid dan lain-lain;

(2). Pengaturan dan penguasaan oleh negara;

(3). Cara memerintah suatu toritorium tertentu;

(4). Organisasi, pengaturan, dan tindakan negara atau pemerintah untuk

mengendalikan negara secara konstitusional dan yuridis formal.

Dengan kekuasaan politik di tangan kelompok pemegang kekuasaan

melaksanakan aktivitas politik dengan tujuan khusus atau bersama, mereka

berusaha agar kekuasaan tetap berada di tangan mereka dan berusaha mencapai

tujuan umum dari rakyat yang diperintah sesuai dengan nilai-nilai bersama atau

hanya diakui sepihak. Dalam hal terakhir ini, biasanya fasilitas-fasilitas yang

melekat pada kedudukan dan jabatan yang dikuasai dipergunakan untuk

kepentingan golongan sendiri

11
2.1.4. Partai Politik

Menurut Carl J. Friedrich (1967) partai Politik adalah sekelompok

manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau

mempertahankan penguasaan pemerintah bagi pemimpin partainya, dan

berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan

yang bersifat ideal maupun materil.

Huckshorn (1984) mendefinisikan partai politik sebagai kelompok otonom

warga negara yang bertujuan mengajukan nominasi dan bersaing dalam pemilu

dengan harapam untuk mendapatkan kekuasaan di pemerintahan melalui jabatan

publik dan organisasi pemerintah. Sedangkan Budiardjo (2003) partai politik

adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai

orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh

kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya), dengan cara

konstitusional guna melaksanakan kebijakan-kebijakan. White (2009) telah

menawarkan dua model partai politik : model rasional-efisien dan model partai

bertanggung jawab.

Model rasional-efisien pertama kali dikemukakan oleh Anthony Downs

(1957) yang berpendapat bahwa kemenangan pemilu adalah tujuan utama dari

partai politik. Downs berpendapat bahwa politisi terutama tertarik untuk

mengamankan syarat kekuasaan : partai merumuskan kebijakan untuk

mengamankan pemilu, bukan memenangkan pemilu untuk merumuskan

kebijakan. Partai-partai politik menjalankan sejumlah fungsi untuk sistem politik.

Pertama, partai politik memberi simbol untuk identifikasi partisan, yang memberi

12
basis partisipasi politik bagi warga negara (Rosenblum, 2008). Kedua, partai

politik membantu mensosialisasikan dan mendidik voter dengan membuat mereka

menyadari isu-isu dan mendorong partisipasi di dalam proses politik yang ada,

memainkan peran penting dalam menyalurkan konflik sosial. Ketiga, partai politik

juga berfungsi untuk rekruitmen dan pencalonan kandidat politik. Fungsi

pencalonan ini adalah yang membedakan partai politik dengan organisasi massa

lainnya. Dengan mendukung calon untuk menduduki jabatan publik, partai politik

memberikan sebentuk kontrol kualitas. Setelah partai politik mencalonkan

kandidat, partai akan memobilisasi voter untuk mendukung kandidat tersebut.

Partai politik juga mengajukan proposal kepada voter selama kampanye pemilu

dan membantu memfasilitasi kerja sama antara anggota partai politik di

pemerintahan.

Ilmuwan politik menunjukkan ada tiga elemen utama partai politik : partai

di pemerintahan, partai di elektorat, dan organisasi partai. Istilah partai di

pemerintahan merujuk kesemua pejabat yang dipilih dan diangkat di pemerintahan

yang menjalankan proposal yang diajukan melalui platform partai atau disebutkan

dalam kampanye atau yang dikembangkan oleh anggota partai dalam

pemerintahan. Diharapkan anggota partai di institusi politik yang berbeda dan

level pemerintahan yang berbeda akan mengkoordinasikan aktivitas mereka untuk

diberlakukannya proposal partai yang akan menghasilkan kesuksesan elektoral

yang terus berlanjut bagi partai bersangkutan.

Partai dalam elektorat adalah istilah yang digunakan untuk menyebut voter

yang mengidentifikasikan diri dengan satu parpol dan biasanya memilih kandidat

13
yang dinominasikan oleh partai tersebut. Dalam sistem politik lainnya, individu

mungkin membeli keanggotaan partai atau harus di-review oleh komite partai

sebelum diijinkan bergabung. Komponen ketiga dari partai politik

adalahorganisasi partai. Organisasi partai terdiri dari struktur dan prosedur

permanen yang mempertahankan partai sehari-hari.

2.1.5 Daerah

  Daerah dalam konteks pembagian administratif di Indonesia, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilay yang berwenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Pada tahun 1998 terutama pelaksanaan UU No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah (yang direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004) memberi

peluang otonomi daerah yang luas. Pengertian otonomi daerah menurut UU No.

32 Tahun 2004 sebagai amandemen UU No. 22 Tahun 1999 adalah hak,

wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah, orientasi pembangunan diubah dari prinsip efisiensi dan pertumbuhan

menjadi prinsip kemandirian dan keadilan. Dalam kondisi orientasi pembangunan

yang demikian, maka orientasi penyelenggaraan pembangunan bergeser ke arah

desentralisasi. Salah satu implikasi dari perubahan paradigma penyelenggaraan

pembangunan tersebut adalah timbulnya fenomena pemekaran wilayah.

14
2.1.6 Kepala Daerah

Telah di atur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah yang rumusannya, “Pemerintah daerah adalah kepala

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom”.

Dapat disimpulkan, bahwa kepala daerah merupakan pemerintahan di daerah yang

berkaitan dengan kewenangan yang dimiliki dalam mengurus dan mengatur

rumah tangganya sesuai dengan otonomi daerah yang berkaitan dengan

pembagian kekuasaan dalam penyelenggara pemerintahan di daerah yang meliputi

kepala daerah adalah gubernur (kepala daerah provinsi), bupati (kepala daerah

kabupaten), atau wali kota (kepala daerah kota). Pemerintah negara

diselenggarakan atas dasar kekuasaan yang di miliki oleh pemerintah.

2.1.7 Konsep Pemilihan Umum (Pemilu)

Banyak para ahli yang menjelaskan tentang pengertian pemilu, antara lain

dikemukakan oleh Swartono dan Ramlan Surbakti (1992:181). Pemilu diartikan

sebagai mekanisme penyeleksi dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan

kepada orang atau partai yang dipercayai, tetapi penulis menetapkan pengertian

pemilu sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012

pasal 1 ayat (1) yang dimaksud Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sarana

pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945.

15
Pemilihan umum yang diselenggarakan untuk memilih anggota DPR,

DPRD Provinsi DPRD Kabupaten/Kota dan pada Undang-undang Nomor 23

Tahun 2003 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden disebut pemilihan

umum legislatif. Pemilihan umum legislatif merupakan sarana pelaksanaan

kedaulatan rakyat untuk memilih wakil rakyat yang dapat mewakili aspirasinya

yang tata cara pelaksanaanya diatur dalam sebuah peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Pada demokrasi perwakilan, rakyat memegang kedaulatan penuh,

namun dalam pelaksanaanya dilakukan oleh wakil wakil rakyatnya melalui

lembaga legislatif atau parlemen.

Tujuan pemilihan umum menurut Prihatmoko (2003:19) pemilu dalam

pelaksanaanya memiliki tiga tujuan yakni:

a) Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan

alternatif kebijakan umum (public policy).

b) Pemilu sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada

badan badan perwakilan rakyat melalui wakil wakil yang terpilih atau

partai yang memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap

terjamin.

c) Pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakan atau menggalang

dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut

serta dalam proses politik.

Selanjutnya menurut Humtingthon (2001:18) pemilu dalam

pelaksanaanya.

16
a) Pemilu sebagai implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Asumsi

demokrasi adalah kedaulatan terletak di tangan rakyat. Karena rakyat yang

berdaulat itu tidak bisa memerintah secara langsung maka melalui pemilu

rakyat dapat menentukan wakil-wakilnya dan para wakil rakyat tersebut

akan menentukan siapa yang akan memegang tampuk pemerintahan.

b) Pemilu sebagai sarana untuk membentuk perwakilan politik. Melalui

pemilu, rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang dipercaya dapat

mengartikulasikan aspirasi dan kepentingannya. Semakin tinggi kualitas

11 pemilu, semakin baik pula kualitas para wakil rakyat yang bisa terpilih

dalam lembaga perwakilan rakyat.

c) Pemilu sebagai sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara

konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkan pemerintahan yang sedang

berjalan atau untuk mewujudkan reformasi pemerintahan. Melalui pemilu,

pemerintahan yang aspiratif akan dipercaya rakyat untuk memimpin

kembali dan sebaliknya jika rakyat tidak percaya maka pemerintahan itu

akan berakhir dan diganti dengan pemerintahan baru yang didukung oleh

rakyat. 4. Pemilu sebagai sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh

legitimasi. Pemberian suara para pemilih dalam pemilu pada dasarnya

merupakan pemberian mandat rakyat kepada pemimpin yang dipilih untuk

menjalankan roda pemerintahan. Pemimpin politik yang terpilih berarti

mendapatkan legitimasi (keabsahan) politik dari rakyat.

d) Pemilu sebagai sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut serta

menetapkan kebijakan publik. Melalui pemilu rakyat secara langsung

17
dapat menetapkan kebijakan publik melalui dukungannya kepada

kontestan yang memiliki program-program yang dinilai aspiratif dengan

kepentingan rakyat. Kontestan yang menang karena didukung rakyat harus

merealisasikan janji-janjinya itu ketika telah memegang tampuk

pemerintahan.(http://digilib.unila.ac.id/7887/16/BAB%20II.pdf).

2.1.8 Komunikasi Politik

Berikut komunikasi politik menurut para ahli :

1. Mueller (1973) mengetengahkan bahwa Komunikasi Politik didefinisikan

sebagai hasil yang bersifat politik apabila menekankan pada hasil.

Sedangkan definisi Komunikasi Politik jika menekankan pada fungsi

komunikasi politik dalam sistem politik, adalah komunikasi yang terjadi

dalam suatu sistem politik dan antara sistem tersebut dengan

lingkungannya.

2. Almond dan Powell mendefinisikan Komunikasi Politik sebagai fungsi

politik bersama-sama  fungsi artikulasi, agregasi, sosialisasi dan

rekruitmen yang terdapat di dalam suatu sistem politik dan komunikasi

politik merupakan prasyarat (prerequisite) bagi berfungsinya fungsi-fungsi

politik yang lain.

3. Dr. Rusadi Kartaprawira, SH – Komunikasi politik dilihat dari

kegunaannya yaitu untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup

dalam masyarakat, baik intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor

kehidupan politik pemerintah.

18
4. Rauf, 32 – 33 : Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan

penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik

kepada pihak lain. Kegiatan ini bersifat empirik, karena dilakukan secara

nyata dalam kehidupan sosial. Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah,

komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem politik.
(Pengertian Komunikasi Politik Menurut Para Ahli (Psychologymania.Com)

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan dilakukan penelian

yang dilakukan peneliti.

1. Merupakan jurnal penelitian dengan judul Interaksi Kekuasaan (power

interplay) Kepala Daerah dan Perubahan Suara Partai politik di tingkat lokal.

Tulisan ini mengambil kasus perubahan suara Partai Nasional Demokrat

(NASDEM) di Kabupaten Muna Barat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

di Kota Kendari pada Pemilu 2019. Yang di tulis oleh La Husen Zuada, M.

Najib Husain, Dewi Anggraini

2. Merupakan Jurnal penelitian Dengan Judul Peran partai politik dalam

pemilihan kepala daerah: Studi upaya partai Golkar dalam memenangkan

pasangan calon Juliyatmono-Rohadi di pemilihan kepala daerah Kabupaten

Karanganyar Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

keberhasilan Partai Golkar dalamMemenangkan Pasangan Calon Juliyatmono

– Rohadi di Pemilihan Kepala DaerahKabupaten Karanganyar Tahun 2013

serta untuk mengetahui strategi dalam pemilihankepala daerah jika dilihat

19
dari strategi politik Peter Schroder Razaqtiar, Arief Zaafril. Jurnal Politik

Muda 5.3 (2016).

3. Merupakan judul penelitian dengan judul. Power InterplayFraksi-Fraksi di

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam Pembetukan Regulasi Pemilu.

yanga di tulis oleh Zuhri, Sholehudin (Kajian Proses Politik Pembentukan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum). Diss.

2018.

2.2 Kerangka Pikir

Terdapat tiga faktor Partai politik yang mempengaruhi kekalahan politik

petahana Abu Hasan yaitu, pertama,kurang efektifnya konsolidasi internal partai,

artinya bahwa Konsolidasi internal partai adalah upaya untuk memperkuat atau

menyolidkan para pengurus partai dalam menghadapi momentum politik tertentu.

partai politik memiliki tanggung jawab besar menghadirkan kandidat-kandidat

berkualitas, karenanya parpol harus kuat dan berfungsi penuh disamping kandidat

itu, terlebih lagi kandidat yang merupakan kader partai.

Kedua, kurangnya komunikasi politik yang dibangun, artinya bahwa

peran komunikasi itu sangat penting dalam proses dan gerakan politik. Partai

PDIP yaitu partai tunggal pengusung petahana Abu Hasan menunujukkan bahwa

tidak adanya koalisi partai yang dibangun sehingga hal ini menjadi faktor

kekalahan Abu Hasan. Ketiga, pencopotan jabatan petahana Abu Hasan sebagai

ketua DPD PDIP Sultra, yang melatarbelakangi digantikannya Abu Hasan sebagai

ketua DPD salah satunya diakibatkan oleh hasil surveinya di Kabupaten Buton

Utara yang dinilai masih rendah.

20
Figur calon, kemenangan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala

daerah lebih dipengaruhi kualitas figur, yang dimana dilihat dari beberapa

indikator yakni kapabilitas, integritas, kesukaan, dan empati. Empati ini

bentuknya perhatian pada rakyat. Dalam hal ini petahana idealnya memiliki

kekuatan popularitas yang tinggi dibandingkan dengan kandidat-kandidat yang

lainnya. Dalam ajang pilkada ada dua pilihan bagi masyarakat, yaitu sebagai ajang

pelanggengan dan ajang penghakiman. Jika masyarakat merasa bahwa kinerja

Bupati selama lima tahun memimpin daerah tidak tidak ada kemajuan yang

berarti, masyarakat sesungguhnya dapat memanfaatkan momentum pilkada

sebagai ajang penghakiman untuk tidak memilih kembali petahana. Namun, jika

masyarakat merasa ada kemajuan yang signifikan dalam kesejahteraannya, tentu

ajang pilkada akan menjadi ajang pelanggengan bagi sang Bupati untuk

melanjutkan kepemimpinannya

Gagalnya tim suskses dalam mengkampanyekan petahana Abu Hasan,

dalam strtaegi komunikasi ada beberapa fungsi yang harus dijalankan oleh tim

sukses yaitu, menyebarluaskan pesan komunikasi kepada sasaran untuk

memperoleh hasil yang optimal dan menjembatangi kesenjangan budaya akibat

kemudahan yang diperoleh dan kemudahan dioperasionalkannya media massa.

Akan tetapi hal demikian bertolak belakang, tim sukses belum secara maksimal

dalam menyusun strategi untuk mempetahankan petahana Abu Hasan dalam

kepemimpinannya.

Salah dalam memilih pasangan calon wakil,hal ini menunjukkan bahwa

petahana Abu Hasan kurang dalam cermati masalah daerah pemilihan sehingga

21
menimbulkan salah pilih dalam pasangan. Dikebanyakan masing-masing daerah

sedianya memiliki persoalan yang khas. Misalnya, kerusakan lingkungan hidup,

kurangnya pembangunan infrastruktur, hingga minimnya kesempatan kerja. Nah,

kepala daerah dengan menggunkan sistem desentralisasi, bertugas mempercepat

pembangunan dan kesejahteraan di daerah. Untuk itu petahana Abu Hasan harus

mencermati masalah di daerah agar mengetahui apa yang harus dilakukan dalam

memilih pasangan calon wakil kepala daerah. Sekalipun wakil yang diusungnya

mantan Kpu Buton Utara 2 periode tersebut tidak menjamin untuk menang.

Peneliti memiliki harapan yang besar, dengan menggunkan teori atau konsep ini

peneliti bisa mendapatkan gambaran secara umum tentang faktor kekalahan

politik petahana abu hasan pada pilkada 2020 di kabupaten buton utara.

Dengan melakukan penelitian ini maka akan digambarkan oleh peneliti

melalui hasil penelitiannya. Berikut gambar kerangka pikir.

22
Gambar.1 Kerangka Pikir

Pilkada Serentak 2020


(PKPU Nomor 6 Tahun 2020)

Leo Agustino, 2009

Power Interplay Kepala Daerah Faktor Faktor Perubaan Suara Partai

mpuan mengarahkan birokrasi, mengatur keuangan dan membuat peraturan


Kurangnya
daerah
konsolidasi internal partai
PDIP merupakan Partai Joko Widodo Presiden RI Kurang efektifnya komunikasi yang di bangun

KPU Kabupaten Buton Utara

23
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif,

penelitian deskriptif adalah penelitian yang di arahkan untuk memberikan gejala-

gejala, fakta-fakta, atau kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat

populasi atau daerah tertentu. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

perilaku yang di amati.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Buton Utara Kecamatan

Kulisusu, lokasi penelitian yang dianggap mewakili Kabupaten Buton Utara

adalah Kecamatan Kulisusu Kelurahan Lipu, yang merupakan Kota Kabupaten

Buton utara. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan DPT penduduk dengan

mengunakan metode kuatitatif dan dengan menggunakan data primer dan

sekunder dan dimana menggambarkan atau menjelaskan secara diskriminatif

tentang Pawer Interplay Petahana Abu Hasan dan Perubahan Suara Partai Pilkada

di Buton Utara.

3.3. Subjek dan Informan Penelitian

3.3.1 Subjek penelitian

Subjek merupakan keseluruhan objek atau fenomena yang akan dilakukan

atau dikerjakan pada suatu penelitian. Lebih jauh Sugiyono dalam Kriyantono

24
(2008) mengatakan bahwa subyek merupakan wilayah generalisasi yang terdiri

dari objek yang mempunyai kuantitas dan karekteristik tertentu

3.3.2 Informan penelitian

Untuk menentukan informan digunakan konsep Spradley (1997) dan

Bernard (1994) mengatakan bahwa pada prinsipnya meghendaki seorang

informan itu harus paham apa yaneg menjadi kebutuhan penelitian. Penentuan

informan secara purposive sampling,

3.4. Tehnik Penentuan Informan

Pentuan informan menggunakan metode purpossive karena penelitian

memiliki informan menurut kriteria tertentu yang telah di tetapkan ini harus sesuai

dengan topik penelitian. Mereka yang harus dipilih harus gredibel untuk

menjawab masalah penelitian.

Adapun yang menjadi informan penelitian yaitu;

1. Kader Partai PDIP di Legislatif

2. Ketua DPC PDIP Buton Utara

3. Timsukses Abu Hasan

4. Ketua Tps

3.5. Jenis Data dan Sumber Data

3.5.1. Jenis data

Untuk memperoleh data, penelitian menggunakan jenis data

kualitatifyakni data yang diperoleh berdasarkan studi kepustakaan dan studi

lapangan.

25
3.5.2. Sumber Data

Sumber sdata dalam penelitian merupakan faktor yang sangat

penting, karena suberdata akan menyangkut kualitas dari hasil penelitian.

Oleh karena karenanya, sumber dan menjadi bahan pertimbangan dalam

penelitian metode pengumpulan data. Sumber data terdiri dari : sumber data

primer dan sekunder. (Purhantara 2010:79)

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari survei lapangan menyangkut obyek yang

akan diteliti dan disesuaikan dengan kebutuhan, dalam hal ini pencatatan dan

pengamatan langsung mengenai kondisi yang ada

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu berupa dokumen-dokumen atau literatur-literatur

dari internet, surat kabar, jurnal dan lai sebagainya, pengumpulan sekunder

dilakukan dengan mengambil atau menggunakan sebagian/ seluruh dari

sekumpulan data yang telah di catat atau di peroleh.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua studi, yaitu studi

pustaka dan studi lapangan. Dimana kedua studi ini digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh dan mengumpulkan dasta yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan.

26
3.6.1 Studi Pustaka

1. Studi Literatur

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pencarian data melalui

sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek

penelitian. Peneliti melakukan pencarian data yakni studi literature

untuk menemukan kerangka teoritis dan kerangka konseptual, serta

memperkaya latar belakang penelitian melalui pengumpulan data dari

buku, majalah, jurnal, dan referensi lainnya.

2 Internet Searching

Teknik pengumpulan data selain studi literatur adalah internet

searching, yaitu teknik penelusuran data yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi dengan melalui media internet, dimana di

dalamnya terdapat beberapa referensi yang mendukung penelitian ini.

3.6.2 Studi Lapangan

1. Wawancara

Dalam penelitian ini, demi memperoleh data yang akurat dari

narasumber secara langsung sebagai data primer, maka peneliti

melakukan metode wawancara. Wawancara adalah pengumpulan data

yang dalam pelaksanaannya adalah mengadakan tanya jawab terhadap

orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan yang ada, baik

tertulis maupun lisan guna memperoleh masalah yang diteliti.

27
2. Dokumentasi

Peneliti melakukan dokumentasi yakni melakukan pemotretan dan

memvideo terhadap subjek dan objek yang diteliti. Dokumentasi sangat

diperlukan karena dokumentasi merupakan bukti kongkrit dari

keterlibatan seorang peneliti dalam suatu penelitian. Dokumentasi dapat

dilakukan dengan menggunakan kamera dan uga perekam video.

Dokumentasi merupakan metode dalam penelitian kualitatif, yang

dapat mengumpulkan data kemudian menyimpannya sebagai sebuah

dokumen yang dapat membantu peneliti dalam pembuktian keterlibatan

dirinya dalam suatu penelitian. Selain itu, dokumentasi uga dapat

menaga keabsahan data karena sifatnya yang memuat fakta-fakta yang

teradi pada subek maupun obek penelitian, yang terkemas dalam bentuk

foto dan video, sehingga segala yang terjadi pada penelitian dapat

dengan mudah dibuktikan dengan adanya dokumentasi tersebut

3.7. Teknik Analisis Data

Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif yaitu data yang digambarkan

dengan kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk

memperoleh kesimpulan (Arikunto, 2006: 81). Dengan analisis ini diharapkan

dapat menjawab dan memecahkan permasalahan yang ada dengan melakukan

pemahaman dan pendalaman secara menyeluruh dan utuh dari objek yang akan

diteliti untuk mendapatkan kesimpulan sesuai dengan kondisi yang ada. Proses

analisis data kualitatif dilakukan dengan tahap sebagai berikut :

28
1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, mengabstrakkan, dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dimana setelah peneliti memperoleh

data, harus lebih dulu dikaji kelayakannya dengan memilih data mana yang

benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Display (Penyajian Data)

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dalam menguasai

data dan tidak terbenam dalam setumpuk data.

3. Penarikan (Kesimpulan/Verifikasi)

Kesimpulan selama kesimpulan berlansung makna makna yang muncul dari

data yang diuji kebenaranya, kekokohan dan kecocokanya sehingga di peroleh

kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunananya

29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Pilkada di Kabupaten Buton Utara

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU) Kabupaten Buton Utara (Butur)

menggelar sosialisai Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 5 tahun

2020 tentang tahapan lanjutan pemilihan serentak tahun 2020, tentang perubahan

ketiga atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2019 tentang

tahapan, program dan jadwal penyelenggaran pemilihan Gubernur Dan Wakil

Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota

Tahun 2020 berikut tahapannya :

1. Perencanaan program dan anggaran

a) Penyusunan dan penandatanganan naskah perjanjian hibah daerah

(NPHD);

b) Pengelolaan program dan anggaran.

2. Penyusunan peraturan penyelenggaraan pemilihan.

3. a. Sosialisasi kepada masyaakat;

b. Penyuluhan/bimbingan teknis Kepada KPU Provinsi, KPU

Kabupaten/Kota, PPK, PPS, PPDP dan KPPS.

4. Pembentukan dan masa kerja PPK, PPS, PPDP, dan KPPS

a) Pembentukan PPK, PPS, PPDP, dan KPPS;

b) Masa kerja PPK, PPS, PPDP, dan KPPS;

c) Pembentukan dan masa kerja PPK, PPS, PPDP, dan KPPS.

30
5. Pembentukan panitia pengawas pemilihan kecamatan, PPI, dan

pengawasan tempat pemungutan suara.

6. Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau pemilihan, dan lembaga survei

atau jajak pendapat dan perhitungan cepat hasil pemilihan.

a. Pendaftaran pemantauan pemilihan;

b. Pendaftaran lembaga pelaksana survei atau jajak pendapat dan

penghitungan cepat hasil pemilihan.

7. Penyerahan daftar penduduk potensi pemilih pemilihan

a. Penerimaan DP4;

b. Sinkroniasai daftar pemilih pemilu/pemilhan terakhir dengan DP4;

c. Penyampain hasil sinkronisasi kepada KPU Provinsi dan KPU

Kabupaten/Kota.

8. Pemuktahiran dan penyusunan daftar pemilih

a. Penyusunan daftar pemilih oleh KPU Kabupaten/Kota dan Penyampaian

kepada PPS;

b. Pemuktahiran

1. Pencocokan dan pemuktahiran;

2. Penyusunan daftar pemilih hasil pemuktahiran oleh PPS;

3. Rekapitulasi daftar pemilih hasil pemuktahiran tingkat

Desa/Kelurahan dan penyampaian beserta daftar pemilih hasil

pemuktahiran ke PPK;

4. Rekapitulasi daftar pemilih hasil pemuktahiran tingkat

kecamatan dan penyampaiannya kepada KPU Kabupaten/Kota;

31
5. Rekapitulasi daftar pemilih hasil pemuktahiran tingkat

Kabupaten/Kota untuk ditetapkan sebagai DPS;

6. Rekapitulasi DPS tingkat Provinsi;

7. Penyampaian DPS oleh KPU Kabupaten/Kota kepada PPS

melalui PPK;

8. Pengumuman dan tanggapan masyarakat terhadap DPS;

9. Perbaikan DPS oleh PPS;

10. Rekapitulasi dan penyampaian DPS hasil perbaikan tingkat

Desa/Kelurahan kepada PPK;

11. Rekapitulasi dan penyampaian DPS hasil perbaikan tingkat

Kecamatan kepada Kabupaten/Kota;

12. Daftar pemilih tetap (DPT)

1. Rekapitulasi DPS hasil perbaikan tingkat

Kabupaten/Kota untuk ditetapkan sebagai DPT;

2. Penyampaian DPT kepada PPS;

3. Rekapitulasi DPT tingkat Provinsi;

4. Pengumuman DPT oleh PPS.

9. Penyelenggaran

1. Pengumuman pendaftaran pasangan calon;

2. Pendaftaran pasangan calon;

3. Verivikasi persyaratan pencalonan dan syarat calon;

4. Penetapan pasangan calon;

5. Pelaksanaan kampanye;

32
6. Pelaksanaan pemungutan suara;

7. Penghitungan suara dan rekapitulasi penghitungan suara.

Terdapat beberapa penyesuaian kegiatan disetiap tahapan karena mengacu

pada protokol kesehatan covid-19. Seperti tidak ada arak-arakan, konvoi atau

pengerahan massa besar-besaran, baik saat pasangan calon mendaftarkan diri

hingga masa kampanye. Masa kampanye pilkada serentak 2020 berlangsung

selama 71 hari, atau terjadi pengurangan dibanding pilkada serentak 2015 yakni

selama 81 hari.

Selain itu, jumlah pemilih yang sebelumnya maksimal 800 orang setiap

tempat pemungutan suara (TPS), pada pilkada 2020 maksimal hanya 500 orang

per TPS. Konsekuensi dari pengurangan jumlah pemilih di TPS menyebabkan

jumlah TPS bertambah. Jumlah penyelenggara pun ikut bertambah. Karena

pemungutan suara dilaksanakan ditengah pandemi covid 19, maka pemilih dan

penyelenggara harus menerapkan protokol kesehatan. Bagi pemilih harus

menggunakan masker, mencuci tangan dengan hand sanitizer, menggunakan kaos

tangan, dan disediakan alat pencoblos satu per satu pemilih, dan tes suhu tubuh.

Sementara penyelenggara menggunakan alat pelindung diri, jaga jarak juga

diterapkan. Hal lebih teknis akan diatur lebih lanjut dan disosialisasikan kepada

masyarakat.

4.2 Gambaran Umum Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara

Kecamatan Kulisusu secara administratif terdiri dari 16 desa dan 7

Kelurahan. Luas daratan Kecamatan Kulisusu seluas 172.78 km persegi.

Kecamatan Kulisusu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

33
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kulisusu Utara.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kulisusu Barat.

Berikut Gambar Peta Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara.

Sumber Peta. Kecamatan Kulisusu Dalam Angka.2020

4.3 Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Terpilih

Kabupaten Buton Utara Tahun 2020

34
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Buton Utara (Butur) Sulawesi

Tenggara (Sultra), menetapkan 3 Pasangan Calon (Paslon) Bupati Dan Wakil

Bupati Pada Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2020.

Penetapan tersebut dilakukan melalui rapat Pleno tertutup.

Tabel 4.2.1. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Buton Utara

tahun 2020 dan partai pengusungnya.

No Urut Pasangan Calon Partai Pengusung

PAN, DEMOKRAT,
1. Ridwan Zakariah Dan Ahali
GOLKAR

Aswadi Adam Dan Fahrul PKB, PKS, PKPI,


2.
Muhammad GERINDRA

3. Abu Hasan Dan Suhuzu PDIP

Sumber. KPU Buton Utara

Berdasarkan keterangan tabel, pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Buton Utara tahun 2020 terdapat 3 pasangan calon yang bersaing. Satu

pasangan calon pendatang baru Aswadi Adam-Fahrul Muhammad (GASFUL).

Dan dua diantaranya adalah Ridwan Zakariah-Ahali (RIDA) yang, dan petahana

Abu Hasan-Suhuzu (AHS). Dari peta kekuatan masing-masing pasangan,

pasangan Abu Hasan- Suhuzu diusung oleh partai PDI Perjuangan (PDIP) dengan

perolehan 4 kursi di DPRD. Dan pasangan Ridwan Zakariah-Ahali diusung oleh 3

partai yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) 5 kursi, Partai Demokrat 2 kursi dan

Golongan Karya (GOLKAR) 3 kursi. Sedangkan pasangan Aswadi Adam-Fahrul

Muhammad diusung oleh 4 partai yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 3 kursi,

35
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 1 kursi, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

(PKPI) 1 kursi dan Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) 1 kursi. Secara

keseluruhan ada 20 kursi anggota DPRD Buton Utara.

Pasangan calon nomor urut 01, M. Ridwan Zakariah-Ahali berhasil

mengungguli dua paslon lainnya, termaksud petahana setelah berhasil

mengumpulkan 15.560 suara sah atau 38,2% dan unggul di 4 Kecamatan. Berikut

adalah sebaran suara yang di peroleh masing-masing Pasangan Calon dalam

Pilkada Butun Utara 2020.

Tabel 4.2.2. Hasil Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Buton Utara

tahun 2020.

M. Ridwan Zakariah M. Aswadi Adam Abu Hasan

Dan Dan Dan


Kecamatan
Ahali Fahrul Muhammad Suhuzu

Suara % Suara % Suara %

Kulisusu 6.595 40,9 5.040 31,3 4.478 27,8

Kambowa 2.099 44,7 883 18,1 1.714 36,5

Bonegunu 2.105 39,9 1.258 23,8 1.915 36,3

Kulisusu barat 1.367 33,6 1.363 33,5 1.337 32,9

Kulisusu utara 1.927 30,9 2.250 36,1 2.061 33,0

Wakorumba 1.467 33,5 1.108 25,3 1.804 41,2

Total 15.560 38,2 11.902 29,2 13.309 32,6

Sumber : SIREKAP PILKADA 2020 – KPU RI

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa di Kabupaten Buton

36
Utara terdapat 6 Kecamatan yang mana kemudian petahana Abu Hasan-Suhuzu

hanya unggul di 1 Kecamatan saja yaitu Kecamatan Wakorumba sebanyak 1.804

suara atau 41,2 % dan mengalami kekalahan di 5 Kecamatan lainnya. Akan tetapi

bisa terbilang bahwa disetiap kecamatan tidak begitu jauh berbeda suara antara ke

tiga pasangan calon tersebut.

Kemudian M. Aswadi Adam - Fahrul Muhammad sebagai pasangan calon

pendatang baru juga hanya unggul di 1 Kecamatan saja yaitu Kecamatan Kulisusu

Utara sebanyak 2.250 suara atau 36,1 % dan mengalami kekalahan di 5

Kecamatan lainnya.

Dan pada pemilihan Bupati Tahun 2020 Ridwan Zakariah mengalami

kemenangan untuk kedua kalinya yang mana sebelumnya pernah menjabat di

tahun 2010 yang lalu. M. Ridwan Zakariah - Ahali unggul di 4 Kecamatan yaitu

Kecamatan Kulisusu sebanyak 6.595 suara atau 40,9 %, Kecamatan Kambowa

sebanyak 2.099 suara atau 44,7 %, Kecamatan Bonegunu sebanyak 2.105 suara

atau 39,9 %, dan Kulisusu Barat sebanyak 1.367 suara atau 33,6 % dan

mengalami kekalahan di 2 Kecamatan lainnya.

Visi Dan Misi Petahana Abu Hasan-Suhuzu Sebagai Calon Bupati dan

Wakil Bupati Kabupaten Buton Utara

A. Visi

“ Terwujudnya Masyarakat Yang Aman, Berbudaya Dan Religius Menuju Buton

Utara Yang Maju Dan Sejahtera”

B. Misi

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bermoral yang

37
ditopang oleh 4 pilar utama yaitu pendidikan, kesehatan, budaya, dan

keagamaan.

2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur (terutama infrastruktur

dasar) secara berkelanjutan.

3. Meningkatkan kualitas tata pemerintahan yang baik (Good Goverment)

dan pemerintahan yang bersih (Good Governance).

4. Meningkatkan dan mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan yang

kreatif dan produktif berbasis sumber daya lokal secara berkelanjutan.

5. Mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang berpihak pada kepentingan

masyarakat dan ramah lingkungan secara berkelanjutan.

6. Membangun kerjasama dalam negeri dan luar negeri yang saling

menguntungkan untuk membuka lapangan kerja masyarakat.

7. Menerapkan sistem keamanan, ketertiban, dan kenyamanan kehidupan

bermasyarakat secara persuasif, humanis dan egaliter.

8. Membangun dan meningkatkan penggunaan sistem informasi daerah yang

berbasis data secara online.

4.3 Faktor – Faktor Power Interplay Petahana Abu Hasan Pada Pilkada 2020

Power Interplay dalam khas Indonesia diartikan sebagai interaksi

kekuasaan, permainan kekuasaan atau dipahami pula sebagai pertarungan

kekuasaan antar aktor-aktor politik. Laswel dan Kaptan mengartikan kekuasaan

sebagai kemampuan seorang individu atau kelompok, untuk mengubah perilaku

dari individu atau kelompok lain sesuai cara yang dia kehendaki (Laswell dan

Kaptan, 1950).

38
Sebagai petahana ‘Abu Hasan’ memiliki kekuatan interaksi pada Pilkada

2020 di Kabupaten Buton Utara, yang terdiri dari :

1. Kemampuan mengarahkan birokrasi yang masih ia pimpin.

Sebagai pimpinan Abu Hasan masih memiliki kendali untuk mengarahkan

sistem pemerintahan yang dijalankan. Para kepala dinas (kadis) yang ia

angkat pada masa kepemimpinannya segogyanya masih bisa diarahkan,

untuk dapat loyal terhadap atasan.

2. Sebagai pemimpin daerah ia bisa mengatur keuangan daerah, dan

membuat peraturan daerah.

Sebagai nomor satu dalam birokrasi dalam hal ini penguasa anggaran

serta penanggung jawab anggaran, bisa mengarahkan anggaran untuk dapat

digunakan pada kebutuhan apa yang urgent untuk masyarakat, dengan posisi

masyarakat Indonesia terkhusus Buton Utara terdampak covid-19.

3. Pencitraan diri tidak kalah star dari calon-calon lainya.

Abu Hasan yang masih memegang kendali di Kabupaten Buton

Utara, tidak kalah star mencitrakan diri kepada masyarakat. Dimana ada

banyak bantuan yang disalurkan oleh Kabupaten maupun provinsi pada

masa pandemi covid-19. Kepada masyarakat yang terdampak covid

seringkali di kunjungi oleh pemda dari mulai membagikan masker gratis

yang berwarna “merah” identik partai PDIP.

4. Kemampuan mempengaruhi Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup

Kabupaten, Kecamatan serta Desa dan Kelurahan.

Sudah menjadi hal lumrah untuk pimpinan yang akan mencalonkan

39
diri kembali mensosialisakan diri kepada ASN sampai mempengaruhi ASN

untuk mendukung, terutama para kepala sekolah.

5. Partai PDIP yang merupakan partai pengusung petahana Abu Hasan

adalah Partai Joko Widodo Presiden Republik Indonesia.

Abu Hasan diberi amanah untuk menjadi ketua DPD PDIP Sulawesi

Tenggara.  Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP) Sulawesi Tenggara (Sultra) periode 2019-2024 resmi

berganti. Sebelumnya, ketua partai berlambang kepala banteng itu dipimpin

oleh Hugua. Ia memimpin PDIP di Sultra selama dua periode sejak tahun

2009 sampai 2019. Kini Ketua DPD PDIP Sultra dipimpin oleh Abu Hasan

yang sebelumnya ia menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Butur. Pergantian

tersebut sesuai keputusan DPP PDIP yang disampaikan dalam Konferensi

Daerah (Konferda) V di Kendari, Sabtu (27/7/2019). (Sultrakini.com).

6. Partai PDIP memiliki 4 kursi di DPRD Buton Utara.

Tabel. 4.2.3 Relasi Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) Partai PDIP Buton Utara.

Nama Jabatan Keterangan

Ahmad Afif Darvin Wakil Ketua DPRD Dapil Kecamatan

Butur Kulisusu dengan Suara

951

Muh. Uslimin Isi Anggota Dapil Kecamatan

Kulisusu dengan Suara

937

40
Lis Sutisni Anggota Dapil Kecamatan

Kulisusu Utara dengan

Suara 677

Fitriah Anggota Dapil Kecamatan

Kambowa, Bonegunu,

Kulisusu Barat dengan

Suara 1.108

Sumber : Bumisultra.com

4.3 Power Interplay Pilcaleg 2019 dan Pilkada 2020 Kecamatan Kulisusu

Kabupaten Buton Utara

Kabupaten Buton Utara terdiri atas tiga dapil yaitu dapil 1 Kecamatan

Bonegunu, Kambowa, Kulisusu Barat. Dapil 2 Kecamatan Kulisusu Utara dan

Wakorumba Utara, Dapil 3 Kecamatan Kulisusu.

Data pemilih calon legislatif dapil Kulisusu pada tahun 2019, pada

jumlah pemilih dalam (model A.3-KPU) Laki-laki 8,565, perempuan 8,574

dengan total jumlah 17,139. Jumlah pemilih dalam DPTb (Model A.4-KPU)

Laki-laki 11, Perempuan 17, Jumlah 28. Jumlah pemilih dalam DPk (Model

A.DPK-KPU) Laki-laki 480, perempuan 549 jumlah 1,029. Jumlah pemilih

A.1,A.2,A.3 Laki-laki 9,056, Perempuan 9,140 dengan jumlah 18,196.

Pengguna hak pilih, jumlah pengguna hak pilih dalam DPT (Model

C7.DPT-KPU) Laki-laki 7,073, Perempuan 7,479 dengan jumlah total 14,552.

Jumlah pengguna hak pilih dalam DPTb (Model C7.DPTb-KPU) 0, Jumlah

pengguna hak pilih dalam DPTb (Model C7.DPK-KPU) Laki-laki 464,

41
Perempuan 532, Jumlah 996. Jumlah pengguna hak pilih (B1,B2,B3) Laki-laki

7,537, Perempuan 8,011 Jumlah 15,548.

Jumlah seluruh pemilih disabilitas terdaftar dalam DPT,DTPb,dan

DPK Laki-laki 4, Perempuan 3, Jumlah 7. Jumlah seluruh pemilih disabilitas

yang menggunakan hak pilih laki-laki 4, perempuan 3 jumlah 7.

Data pengguna surat suara, jumlah surat suara yang diterima

termaksud cadangan 2% dari DPT (2+3+4) 17,484, jumlah surat suara

dikembalikan oleh pemilih karena rusak/keliru coblos 48, jumlah surat suara

yang tidak digunakan/tidak terpakai termaksud sisa surat suara cadangan

1,888, jumlah surat suara yang digunakan 15,548.

Jumlah suara sah Partai Politik dan Calon (A.1+A.2). Partai Amanat

Nasional (PAN) Dapil 3 Kecamatan Kulisusu perolehan suara tertinggi oleh

Muh. Rukman Basri,SE dengan total suara sah 1,087 suara, disusul oleh

Hasriati Ali, ST dengan total suara sah 932. Sedangankan pada Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) suara tertinggi oleh Ahmad Afif

Darvin, SH dengan total suara sah 951 suara, dan disusul oleh Muh.Muslimin

Isi dengan perolehan 937 suara. Ahmad Afif Darvin,SH menjadi wakil ketua

DPRD periode 2019-2024.

Data perolehan suara kursi partai politik pemilihan umum dapil 3 (tiga)

Kecamatan Kulisusu anggota dewan perwakilan rakyat daerah Kabupaten

Buton Utara. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), suara sah 4081

peringkat 1, jumlah perolehan kursi 2. Sedangkan Partai Amanat Nasional

(PAN) 3055 peringkat 2, jumlah perolehan kursi 2.

42
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Buton Utara tahun 2022,

jumlah pemilih (A.1+A.2+A.3) Laki-laki 9023, perempuan 8931 jumlah

17954. Jumlah pengguna hak pilih (B.1+B.2+B.3) Laki-laki 7951, perempuan

8340 dengan total 16291. Jumlah seluruh pemilih disabilitas 78, yang

menyalurkan hak pilih 72. Data perolehan suara pasangan calon Bupati dan

Wakil Bupati Buton Utara Drs.H.M Ridwan Zakariah-Ahali,SH.,MH dapil 3

Kecamatan Kulisusu 6595, sedangkan Petahana Drs.H.Abu Hasan-

Suhuzu,SH.,MH 4476.

4.4 Dampak Perubahan Suara Partai Pada Pemilihan Kepala Daerah Buton

Utara Pada Pilkada 2020

4.4.1 Faktor Partai Politik

1. Kurangnya Konsolidasi

Konsolidasi internal partai artinya upaya untuk memperkuat

atau menyolidkan para pengurus partai dalam menghadapi momentum

politik tertentu. Dalam menghadapi pilkada 2020, partai politik sudah

mulai ancang-ancang dengan melakukan konsolidasi diinternal

partainya masing-masing untuk memenangkan jagoannya menjadi

Bupati.

Partai politik (Parpol) memiliki tanggung jawab besar

menghadirkan kandidat-kandidat berkualitas, karenanya parpol harus

kuat dan berfungsi penuh disamping para kandidat itu. Terlebih lagi

kandidat yang merupakan kader partai dan bukan dari struktur partai.

Dalam kerangka itulah, parpol yang berkonflik perlu berkaca diri dan

43
berikhtiar untuk kembali bersatu. Syaratnya, para elite bersedia

menurunkan ego politik masing- masing sehingga tercipta sinergi

politik yang lebih kuat. Pilkada bukan saja berpengaruh bagi masa

depan sebuah parpol melainkan juga kepemimpinan lokal di masa

depan. Sekaligus ajang pembuktian sejauh mana parpol-parpol eksis

dan berperan melahirkan kepemimpinan lokal. Yang tidak mampu

menata diri dan mengajukan kandidat terbaiknya, akan kehilangan

momentum. Untuk itu, pilkada serentak 2020 yang lalu, itulah sebagai

momentum yang harus diikhtiarkan oleh semua parpol pada tiap

tingkatan.

Berikut ini adalah data survei partai politik saat pileg 2019.

Partai Pilihan Saat Pileg 2019

PAN PDIP GOLKAR DEMOKRAT 30.75%


PKB GERINDRA
PKS PKPI NASDEM HANURA 23.25%
PPP
lupa/tidak tahu/tidak 12.00%
9.00%
5.00%
3.25%
3.00%
1.50%
1.25%
0.50%
0
5.25%

Berdasarkan hasil survei diatas menunujukkan bahwasannya partai PAN

44
mencapai angka 3,75% dan diposisi kedua partai PDIP yaitu 23,25% dimana

kedua partai tersebut adalah partai yang diusung oleh pasangan calon Ridwan

Zakaria-Ahali dan petahana Abu Hasan-Suhuzu. Akan tetapi hal ini

menunujukkan bahwa petahana Abu Hasan hanya mengusung satu partai saja.

Artinya, hal ini tidak adanya koordinasi partai diantara sesama anggota partai

koalisi dimana disebabkan oleh keterputusan komunikasi antara petahana Abu

Hasan kepada partai-partai lainnya sehingga disini petahana Abu Hasan tidak

mampu merawat koalisi yang dibangun 5 tahun yang lalu.

Sehubungan dengan hal di atas maka Hasil wawancara bersama Bapak

Afif Ahmad Darvin selaku Pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

(PDIP) Buton Utara mengatakan bahwa:

“Sebagai tokoh partai politik Kabupaten Buton Utara terlebih menjabat


kekuasaan dilegislative salah satu tugas dan fungsi kita itu adalah
mengakomodir kepentingan-kepentingan baik eksternal maupun internal
partai politik untuk pendampingan terhadap tugas-tugas kami sebagai
petugas partai dimasyarakat secara sosial. Adapun ada kepentingan-
kepentingan yang menjadi kepentingan umum diluar kepentingan pribadi
maka itulah yang menjadi tugas kami sebagai petugas partai selalu
mengedepankan misi partai tanpa mengesampingkan kepentingan
masyarakat umum kami sudah ditugaskan langsung apalagi PDI
Perjuangan ini adalah satu ideologi kita adalah nilai nilai pancasila yang
harus kami tekankan untuk mengawal kepentingan-kepentingan rakyat
secara gotong royong bersama partai politik.”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa salah satu

tugas dan fungsi partai politik adalah mengakomodir kepentingan-kepentingan

baik eksternal maupun internal partai politik untuk pendampingan terhadap tugas-

45
tugas sebagai petugas partai dimasyarakat secara sosial. Jadi dapat dikatakan

bahwa peranan partai politik adalah sebagai sarana untuk menghimpun aspirasi,

artikulasi dan agregasi kepentingan yang dilakukan kepada masyarakat untuk

mencapai tujuan yang diinginkan yaitu untuk mempengaruhi pembuatan

kebijakan publik.

2. Kurang efektifnya komunikasi yang dibangun

Komunikasi politik memiliki peran penting dalam proses dan gerakan

politik. Kurang efektifnya partai PDIP dalam komunikasi politik ini adalah calon

kandidat hanya mengusung satu partai saja yaitu Partai PDIP. Dapat kita ketahui

bersama bahwa petahana Abu Hasan hanya diusung oleh satu partai saja yaitu

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dimana partai PDIP adalah sebuah

partai besar berlambangkan Banteng Hitam Bermoncong putih yang

berideologikan pancasila sebagai prinsip dasar perjuangannya. Sehubungan

dengan hal di tersebut maka hasil wawancara bersama Bapak Afif Ahmad Darvin

Selaku Pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Buton Utara,

mengatakan bahwa:

“Dari partai politik itu sendiri sudah mencoba melakukan komunikasi ke


partai sebelumnya yang pernah sejalan dengan petahana Abu Hasan.
Tetapi mereka merasa sudah tidak satu visi lagi dengan calon kandidat.
Sehingga partai pengusung petahana Abu Hasan 5 tahun terakhir seperti
Partai Demokrat dan PKB sudah bergeser, itupun juga sudah tidak sejalan
bersama. PKB ditempat lain, Demokrat di tempat lain. Yang jelas
penilaian itu kembali kepenilaian masing-masing partai politik. Kalau di
PDIP kebetulan pasangan calon kandidat masih merupakan kader yang
kemudian masih satu visi dalam hal ini bukan visi pribadi tapi beliau

46
masih berpegang pada visi partai dalam hal ini tentang memperjuangkan
ideologi-ideologi pancasila diluar radikalisme”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa Komunikasi

politik itu memiliki peran penting dalam proses dan gerakan politik. Sehingga

masih Kurang efektifnya partai PDIP dalam mencari partai yang sejalan yang

memiliki ideologi yang sama. Jika adanya koalisi antar partai otomatis atau tidak

menutup kemungkinan banyak dukungan.

3. Figur Calon

Figur calon merupakan tokoh politik yang menjadi fokus perhatian dalam

setiap kegiatan politik, yang diharapkan dapat memberikan dampak terhadap

perubahan situasi sosial di masyarakat. Politisi adalah aktor yang memiliki

kekuasaan dalam sistem politik. Berbicara tentang politik tidak terlepas dari figur

calon yang merujuk kepada kepribadian seseorang dengan kerabat atau status

yang signifikan. Seorang figur politik diharapkan menjadi pribadi yang unggul

dengan kebijaksanaan, kedewasaan dan membawa warganya menjadi lebih maju

yang nantinya bisa merumuskan kebijakan yang pro dengan rakyat.

Dalam pilkada, figur politik merupakan bagian terpenting dalam

terpilihnya kandidat. Kualitas calon kepala daerah, merupakan kriteria terpenting

bagi masyarakat untuk memilih calon yang mereka inginkan. Figur calon kepala

daerah bukan hanya dilihat dari segi popularitasnya tapi seorang calon kepala

daerah harus memiliki solidaritas sosial dan integritas yang tinggi. Figur

merupakan faktor utama dalam pemenangan kepala daerah. Faktor ini

mempengaruhi keterpilihan seorang calon kepala dearah dalam pilkada Kabupaten

47
Buton Utara tahun 2020.

Popularitas Calon (Pasangan)

Muh. Ridwan Zakaria-Ahali 92.25%

Aswadi Adam-Fahrul Muhammad (2) 83.50%

Abu Hasan-Suhuzu (3) 93.00%

Berdasarkan hasil survei diatas menunjukkan bahwa secara popularitas

petahana abu hasan-Suhuzu memiliki angka tertinggi yaitu 93,00% dibandingkan

popularitas yang dimiliki Ridwan Zakaria-Ahali sebagai pasangan pesaing di

pilkada 2020 tersebut yaitu 92,25% begitupula dengan Aswadi Adam-Fahrul

Muhammad sebagai pasangan pendatang baru dengan angka popularitas 83,50%.

Akan tetapi hal ini menunujukkan bahwa kemenangan seorang kandidat dilihat

dari elektabilitas yang dimiliki, maka hasil survei elektabilitas pasangan calon

pilkada 2020 yang dilakukan di Kabupaten Buton Utara adalah sebagai berikut;

48
Elektabilitas Pasangan Calon

Muh. Ridwan Zakaria-Ahali (1) 40.50%

Aswadi Adam-Fahrul Muhammad (2) 19.75%

Abu Hasan-Suhuzu (3) 22.00%

Rahasia 9.50%

Belum menentukan pilihan/Tidak tahu?


8.25%
Tidak jawab

Berdasarkan hasil survei diatas menunujukkan bahwa secara elektabilitas Ridwan

Zakaria-Ahali menduduki posisi paling banyak yaitu 40,50% di bandingkan

elektabilitas yang dimiliki petahana Abu Hasan-Suhuzu yang hanya memiliki

angka 22,00% yang tidak jauh berbeda juga dengan pasangan Aswadi Adam-

Fahrul Muhammad dengan angka elekabilitas 19,75%. Masyarakat Buton Utara

sebagian kecil juga belum menentukan pilihan mereka dan ada juga yang masih

merahasiakan hal tersebut dengan angka-angka yang telah ditetapkan di atas yang

berdasarkan hasil survei pilkada serentak 2020 di Kabupaten Buton Utara.

4. Gagalnya tim sukses mengkampanyekan Abu Hasan Suhuzu

Dalam sebuah kontestasi politik, menang atau kalahnya seorang kandidat

juga dipengaruhi oleh kemampuan Timses dalam mengkampanyekan

kandidatnya. Timses dalam hal ini mampu membuat strategi kampanye yang

efektif agar kandidatnya mendapat tempat di hati masyarakat. Kesuksesan seorang

kandidat dapat dilihat dari efektifitas kampanye yang dilakukan timses. Dalam

pemilu, kampanye yang sukses itu kampanye yang mampu memenangkan

49
kandidatnya. Semahal apapun kampanye kalau kandidatnya kalah ya timses gagal

mengkampanyekan kandidatnya.

Tim sukses harusnya dapat melihat hal-hal penting yang ada dalam

masyarakat. Sehingga pencermatan ini akan memudahkan tim sukses dalam

membangun dan menempatkan image politik. Karena harapan masyarakat

terhadap kandidat merupakan pijakan awal dalam membangun image politik

seperti apa yang hendak dibangun. Tentunya hal ini perlu dikombinasikan dengan

ideology yang dianut oleh kandidat. Yang jelas, pesan yang disampaikan dan

perlu terus mencari jalan keluarnya adalah kondisi sosial yang menyangkut

keresahan, kekecewaan, harapan, impian dan permasalahan-pemasalahan sosial

lainnya.

Sehubungan dengan hal ini maka Hasil wawancara dengan Bapak Lukman

Hakim,S.Sos selaku Tim Sukses Pasangan Calon Bupati Buton Utara Abu Hasan-

Suhuzu, ia mengatakan bahwa:

“Dalam sebuah proses pilkada tentunya kerja sama tim yang baik
sangat diharapkan, olehnya itu perlu kesiapan jauh sebelum tiba masa
waktu pemilihan mulai dari tahapan pilkada harus sudah tersusun
rapih. Saya bersama kawan-kawan bergerak dari paling dasar dan
paling bawah, memulai konsolidasi secara terbatas ke desa-desa dan
memasang tim utama yang menguasai satu kepala keluarga agar
suaranya utuh dalam setiap rumah-rumah. Jadi strategi yang terpasang
dari door to door atau pintu ke pintu kami rasa sudah maksimal hanya
saja kami menyadari ada beberapa kekurangan dari segi kesiapan
namun hal tersebut bukan untuk diutarakan secara terang-terangan
mengingat bahkan semua paslon juga melakukan hal yang sama”.

Dari hasil wawancara diatas dapat kita ketahui bahwasannya karakteristik

50
dari seorang tim sukses adalah salah satu penunjang dalam pemilu, maka sangat

dipelukan karakteristik dari setiap tim sukses dalam kampanye yang dilakukan

oleh paslon pada masyarakat. Oleh karena itu, tim sukses harus mempunyai

sasaran yang jelas, keterampilan relevan, sikap, kepribadian, komunikasi yang

tepat dari tim sukses kepada masyarakat.

Akan tetapi bukti nyata yang terjadi adalah tim sukses belum mampu

menganalisis dan mencoba memahami bahwa masyarakat perlu melihat

bagaimana cara atau strategi mereka agar calon yang mereka pilih nantinya

menjadi pemimpin yang mengerti akan kebutuhan masyarakat. Karena ketika

masyarakat mengidap trauma dengan janji yang diumbar oleh kandidat atau tim

sukses sebelumnya akan selalu hadir dalam kehidupan sosial masyarakat, untuk

itu menyinggung persoalan trauma tersebut sebaiknya dihindari oleh tim sukses.

Oleh karena itu, tim sukses harus memiliki strategi atau cara lain untuk

mempengaruhi masyarakat dalam pemenangan kandidat. Tim sukses merasa

bahwa dengan melakukan door to door dari pintu kepintu setiap rumah itu sudah

mengumpulkan atau mendata hak suara setiap keluarga, akan tetapi hal tersebut

tidak menjamin kemenangan dalam pemilihan. Karena penentu suara terbanyak

yaitu pada saat pemilihan berlangsung.

5. Salah memilih pasangan calon

Petahana Abu Hasan masih kurang dalam mencermati masalah daerah

pemilihan sehingga menimbulkan salah pilih dalam pasangan. Dikebanyakan

masing-masing daerah sedianya memiliki persoalan yang khas. Misalnya,

kerusakan lingkungan hidup, tingginya angka kriminalitas, kurangnya

51
pembangunan infrastruktur, hingga minimnya kesempatan kerja. Kepala daerah

dengan menggunakan sistem desentralisasi, bertugas mempercepat pembangunan

dan kesejahteraan di daerah.

Cermati masalah didaerah agar mengetahui apa yang harus dilakukan

dalam memilih pasangan calon wakil kepala daerah. Menyesuaikan kandidat

calon wakil dengan visi-misi dan program calon kepala daerah agar pemilih, mesti

teliti dalam memilih pasangan calon, agar tak membeli kucing dalam karung.

Masyarakat wajib membaca visi dan misi, program kerja semua kandidat calon

kepala daerah yang mengikuti kontestasi pilkada di daerah masing-masing.

Kemudian cari tahu rekam jejak kandidat calon. wakil. Hal ini bisa

memanfaatkan ponsel pintar masing-masing pemilih untuk mencari rekam jejak

semua kandidat. Dengan begitu, pemilih dapat memastikan kepala daerah yang

bakal dipilih tidak terlibat berbagai kasus tindak pidana korupsi dan tindak pidana

berat lainnya.

Jika kandidat pernah menjabat sebagai kepala daerah sebelumnya, maka

perlu cari tahu kinerja dan konsistensi pemenuhan janji-janjinya. Berdasarkan

definisi kampanye diatas, setidaknya yang perlu diketahui rakyat dari calon

pemimpin adalah visi, misi, program dan citra diri. Jika disederhanakan, maka

terdapat dua aspek yang perlu diketahui dari calon pemimpin, yaitu aspek masa

depan dan aspek masa lalu.

Selanjutnya wawancara bersama Ketua TPS Ibu Buliani yang memiliki hak

suara saat pemilihan kepala daerah tersebut adalah mengatakan bahwa:

“Sebagai figur calon yang pernah maju di pemilihan sebelumnya,

52
sebenarnya dalam pemilihan kepala daerah saya sebagai ketua TPS
sekaligus sebagian dari unsur masyarakat membutuhkan calon pemimpin
yang betul-betul memenuhi janji-janji politiknya. Biasa calon kandidat
hanya manis diawal dan ketika setelah terpilih janji-janjinya dilupakan.
Sementara masyarakat hanya ingin menuai hasil sesuai denga misi dan
program yang telah di lontarkan saat kampanye terjadi”.

Dari hasil wawancara diatas dapat kita ketahui bahwa masyarakat tidak

merasa puas terhadap kinerja incumbent ini merupakan salah satu pemicu

terjadinya kekalahan incumbent pada pemilihan kepala daerah 2020 yang lalu.

Adanya ketidakpercayaan yang dimiliki masyarakat ini berdasarkan minimnya

perubahan yang dirasakan masyarakat buton utara. Selain itu juga,

ketidakpuasaaan masyarakat terjadi karena tingginya janji-janji politik yang

dilakukan oleh incumbent buton utara dan minimnya bukti nyata yang dihasilnya.

Hal senada yang diungkapkan oleh bapak Bastin, sebagai masyarakat

pemilih, ia mengatakan bahwa:

“Sebagai pemilih tentunya saya akan memilih pemimpin yang


menguntungkan pada bidang saya yaitu sebagai nelayan yang tinggal
dipesisir. Dengan harapan siapapun Bupati yang terpilih mampu
mensejahterakan kehidupan kami sebagai masyarakat biasa. Mencari
rezeki di laut juga memerlukan alat tangkap yang bagus, minimal tidak
pemerintah mampu untuk menyediakan alat tersebut agar usaha dan
pekerjaan juga lancar”.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa Wilayah

Kabupaten Buton Utara sebagian besar adalah masyarakat pesisir yang mana mata

pencahariannya sebagai nelayan. Sehingga masyarakat pesisir juga membutuhkan

perhatian dari pemerintah setempat. Karena hanya dengan alat tangkap ikan

53
tersebut masyarakat pesisir bisa bertahan hidup. karena alat tangkap ikan itu tidak

selamanya akan bagus. Maka dari itu dibutuhkan kesadaran pemerintah untuk

memperhatikan masyarakat pesisir yang pekerjaan setiap harinya itu hanya dilaut.

Selanjutnya Ibu Muni sebagai masyarakat yang menggunakan hak

suaranya dalam pemilihan kepala daerah tersebut mengatakan bahwa:

“Di buton utara ini dari jaman pemilihan siapapun juga masih memakai
uang. Kampanye dirumah-rumah juga banyak menawarkan hal-hal agar
kami memilih mereka. Jadi kadang siapapun yang datang tidak langsung
mengiyakan begitu saja untuk memilih mereka. Mana yang uangnya lebih
banyak itu biasanya cenderung kami pilih. Ini juga terjadi secara
terangterangan walaupun cara ini salah tapi sudah menjadi kebiasaan di
tengahtengah masyarakat”.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa fenomena

politik uang dalam suatu pemilihan bukan hal baru lagi. Bahkan Kabupaten Buton

Utara untuk tingkat money politiknya masih sangat besar. Jadi kalau masyarakat

mau objektif hari ini sebenarnya tidak ada yang harus mengeluh karena

bagaimanapun tidak pernah memilih kepala daerah secara rasional.

4.5 Pembahasan

Pasangan petahana Abu Hasan-Suhuzu merupakan salah satu pasangan

calon yang ikut serta dalam pemilihan kepala daerah Kabupaten Buton Utara yang

mendapat urut tiga. Namun dalam pemilihan kepala daerah tersebut petahana Abu

Hasan mengalami kekalahan yaitu urutan kedua dari tiga pasangan calon kandidat.

Oleh sebab itu, dapat dijelaskan bahwa power interplay ketua tim sukses

petahana Abu Hasan yang merupakan wakil ketua DPRD Buton Utara Ahmad

54
Afif Darvin dengan memiliki 2 kursi parpol PDIP pada dapil 3 Kecamatan

Kulisusu, dengan memperoleh suara pada pilcaleg 2019 peringkat 1. Dapat

dikalahkan oleh Ketua tim Ridwan Zakariah, Rukman Zakariah pada pilkada

2020. Rukman yang terlahir dari parpol PAN dengan perolehan kursi sama-sama

2 pada pilcaeg 2019, akan tetapi PAN hanya menjadi peringkat 2 pada saat itu.

bahwa Faktor-faktor yang memengaruhi kekalahan politik petahana Abu

Hasan pada pilkada 2020 di Kabupaten Buton Utara dapat dikaitkan melalui

konsep atau teori yang dikemukakan Leo Agustino.

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada 5 informan yang merupakan

1 pengurus partai politik, 1 tim sukses, 1 Ketua TPS dan 2 masyarakat pemilih

dan petahana Abu Hasan itu sendiri sebagai pasangan calon kepala daerah di

Kabupaten Buton Utara. Maka peneliti dapat jelaskan Dari hasil yang peneliti

temukan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kekalahan politik petahana

Abu Hasan pada pilkada 2020 di Kabupaten Buton Utara. Yaitu, Pertama, Faktor

partai politik disini artinya bahwa Melihat potret partai politik di Kabupaten

Buton Utara dalam proses pemilihan kepala daerah secara langsung, peran partai

politik sebagai mesin bagi tegaknya demokrasi, ternyata parpol (Partai PDIP)

belum mampu berperan secara maksimal dalam menegakkan demokratisasi

ditingkat lokal khususnya dalam pelaksanaan pilkada di Kabupaten Buton Utara

tahun 2020. Berdasarkan kenyataannya, tidak semua fungsi partai politik

dilaksanakan dalam porsi dan tingkat keberhasilan yang sama. Hal ini tidak

hanya bergantung pada sistem politiknya, akan tetapi juga dapat dipengaruhi

faktor lain, seperti tingkat dukungan yang diberikan anggota masyarakat terhadap

55
partai politik (berakar atau tidaknya partai dalam masyarakat), kemampuan

adaptasi, kompleksitas organisasi, otonomi dan kesatuannya. Dapat kita artikan

bahwa partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisir yang bertujuan

untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan politik di dalam masyarakat

melalui pemilu. Di negara demokrasi diperlukan partai politik yang bebas baik

dalam program- programnya maupun kader-kadernya.

Kedua, Figur calon berarti pelaku yang mempunyai kekuasaan dalam

sistem politik. Berbicara mengenai politik tidak terlepas dari para figur, figur

didefinisikan sebagai mereka yang berhubungan atau memiliki posisi penting.

Faktor figur sendiri merupakan kaitan dari pencitraan seseorang calon, jika

seseorang calon memiliki citra yang baik maka popularitasnya akan meningkat,

akan tetapi jika citranya kurang berkenang dihati masyarakat maka kurang baik

pula popularitas yang diraih.

Ketiga, gagalnya tim sukses dalam mengkampanyekan petahana abu

hasan-suhuzu. Artinya bahwa tim sukses diharuskan proaktif di dalam proses

identifikasi masalah, karakter dan budaya masyarakat daerah, agar program tim

sukses tepat sasaran, untuk kegiatan pelaksanaan kampanye calon kandidat, agar

dukungan dari masyarakat pemilih sesuai dengan yang diharapkan. Akan tetapi

kenyataan yang terjadi tim sukses atau tim pemenagan petahana abu hasan belum

maksimal dalam menyusun strategi agar bisa meraup suara terbanyak. Akan tetapi

ketika masyarakat mengidap trauma dengan janji-janji yang diumbar oleh

kandidat atau tim sukses sebaiknya lebih strategis lagi, agar bagaimana cara

masyarakat sehingga bisa terpengaruh untuk memilih pasangan calon. Tim sukses

56
Belum mampu mempengaruhi masyarakat agar memilih pasangan calon kandidat.

Keempat, salah dalam memilih pasangan calon wakil, hal ini menjelaskan

bahwa petahana Abu Hasan kurang dalam mencermati masalah daerah pemilihan

sehingga menimbulkan salah pilih dalam pasangan. Dikebanyakan masing-masing

daerah sedianya memiliki persoalan yang khas. Misalnya, kerusakan lingkungan

hidup, kurangnya pembangunan infrastruktur, hingga minimnya kesempatan

kerja. Nah, kepala daerah dengan menggunkan sistem desentralisasi, bertugas

mempercepat pembangunan dan kesejahteraan di daerah. Untuk itu petahana Abu

Hasan harus mencermati masalah di daerah agar mengetahui apa yang harus

dilakukan dalam memilih pasangan calon wakil kepala daerah. Sekalipun wakil

yang diusungnya mantan KPU Buton Utara 2 periode tersebut tidak menjamin

untuk menang.

57
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian penulis, dapat menarik kesimpulan bahwasannya

sebesar dan sepopuler apapun partai yang menjadi pengusung jika hanya satu akan

mudah untuk dikalahkan, dalam hal ini partai pengusung Abu Hasan – Suhuzu

pada pilkada periode 2020 - 2024 Kabupaten Buton Utara yang diketahui bahwa

partai pengusung adalah PDIP yang merupakan partai Joko Widodo Presiden

Republik Indonesia. Yang berakibat dari beberapa faktor yaitu kurangnya

konsolidasi parpol, kurangnya efektifitas komunikasi yang dibangun, figur calon

yang merupakan citra para pasangan calon dimata masyarakat, kurangnya tim

sukses dalam melakukan kampanye terhadap Abu Hasan – Suhuzu, salah dalam

memilih pasangan calon.

5.2 Saran

Adapun saran dari penulis, kepada para elite politik yang ingin

mencalonkan diri pada jabatan apapun, apalagi Bupati sebaiknya mencari parpol

pendukung sedikit banyak, menjaga komunikasi yang efektif kepada seluruh tim,

membuat citra diri yang lebih baik dimata masyrakat. Dalam hal ini masyarakat

tidak butuh janji melainkan tindakan para elite politik untuk kesejahteraan

masyrakat.

58
LAMPIRAN
Wawancara Informan 1 :
AHMAD AFIF DARVIN

INFORMAN 2
TIMSES ABU HASAN-SUHUZU LUKMAN HAKIM S,Sos

59
INFORMAN 4 :

INFORMAN 5 :
IBU

60
INFORMAN :
IBU

61
DAFTAR PUSTAKA

Anthony Downs. 1957 “An Economic Theory of Democracy”, New York (US):

Adnan, M. Fachri. "Faktor-faktor yang mempengaruhi Perolehan Suara Partai


Politik pada Pemilihan Umum." Jurnal Demokrasi 1.1 (2002).

Afrizal. (2015). Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung


Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu
(Pertama). Jakarta: Rajawali Pers.

Arbi Sanit (A), 1998. “Memahami Kekerasan Politik”, dalam Busyro Muqodas
(eds) Kekerasan Politik Yang Over Akting, Yogyakarta.

Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, UII Press, Tahun 2004

Buchari, Sri Astuti. 2014. Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar ilmu politik. Gramedia pustaka utama, 2003.
Deni, Alfandi 2018.”Perilaku Pemilihan pada Pemilihan Bupati Tahun 2017 di
Kecamatan Daru Imarah Kabupaten Aceh Besar” Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FISIP Unsyah, Volume 3, No 2 (hlm 40-76)

Dian Bakti Setiawan, 2011, Pemberhentian Kepala Daerah; Mekanisme


Pemberhentiannya Menurut Sistem Pemerintahan di Indonesia, Raja
Grafindo Persada.

Focus Group Discussion “Menakar Potensi Konflik Pemilihan Walikota Makassar


Tahun 2013”.

Friedrich, Carl J. Constitutional Government And Democracy: Theory and


Practice in Europe and America. Fourth Edition. Massachusetts-
TorontoLondon: Blaisdell Publishing Company, 1967.

Haridison, Anyualatha. "Kekuatan Partai Politik: Kasus Pemilukada Kota


Palangka Raya."

Huckshorn (1984) mendefinisikan partai politik sebagai kelompok otonom warga


negara

Husain, M. N., & Anggraini, D. Power Iterplay Kepala Daerah Dan Perubahan
Suara Partai Politik Di Tingkat Lokal (Studi Kasus di Kabupaten Muna
Barat dan Kota Kendari). Jurnal Neo Societal, 5(3), 272-288.

Husain, M Najib & Zuada, La Husen (2019). Politik Uang Mengalahkan Politik
Etnis: Studi Kasus Pemilu Lokal di Kota Kendari. Draft Jurnal.

62
Juanda, 2004, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut HubunganKewenangan
Antara DPRD dan Kepala Daerah, Penerbit Alumni, Bandung.

Max Weber, Essay in Sociology, Oxford Univercity Press, 1946, yang


diterjemahkan oleh Noorkholis dan Tim Penerjemah Promothea,
Sosiologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006.
Nambo, A.B dan Puluhuluwa, M. R., 2005, Memahami Tentang Beberapa Konsep
Politik (Suatu Telaah dari Sistem Politik), Jurnal politik, 19(2) : 262 –
285
Nursal, Adman. Political marketing: strategi memenangkan pemilu: sebuah
pendekatan baru kampanye pemilihan DPR, DPD, Presiden. Gramedia
Pustaka Utama, 2004.

Pamungkas, Sigit, 2010. Pemilu, Perilaku Pemilih dan Kepartaian, Yogyakarta:


Institute for Democracy and Welfarism.

Purhantara, Wahyu, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis, Yogyakarta:


Graha Ilmu, 2010.

Kartini, Kartono (1989)Pendidikan Politik Sebagai Bagaian dari Pendidikan


Orang Dewasa. Yogyakarta ; Mandar Maju

Kumpulan Peraturan Komisi Pemilihan Umum, Peraturan Komisi Pemilihan


Umum Nomor 62Tahun 2009 Tentang pedoman penyusunan tahapan,
program, dan jadwal penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah
dan wakil kepala daerah

Razaqtiar, Arief Zaafril. "Peran partai politik dalam pemilihan kepala daerah:
Studi upaya partai Golkar dalam memenangkan pasangan calon
Juliyatmono-Rohadi di pemilihan kepala daerah Kabupaten Karanganyar
Tahun 2013." Jurnal Politik Muda 5.3 (2016).

Romli, Lili. 2005, Pilkada Langsung, Otonomi Daerah dan Demokrasi,Lokal,


Analisis CSIS,Vol.34,No.3.
Rosenblum, N.L. 2008. On the Side of The Angels: An appreciation of parties and
partisanship. Princeton, NJ: Princeton University Press.

Schroder, Peter. "Strategi politik." Penerbit: Friedrich-Naumann-Stiftung,


Jakarta (2003).

Solly lubis,M, 1983, Perkembangan Garis Politik dan Perundang-


UndanganPemerintahan Daerah, Penerbit Alumni, Bandung.

63
Soetandy Wignosubroto 2005, Pasang Surut Otonomi Daerah SketsaPerjalanan
100 Tahun, Institusi for for Local Development.,

Sutrisno, dkk. 2018 “Komparasi Teori Marketing Politik 4p Menurut


Niffeneggerdan 3p Menurut Adman Nausal”. JPPUMA: Jurnal Ilmu
Pemerintahan

Spradley, James P., 1997, Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara Wacana

Syaputra, M.Y. A dan Sihombing, E. N.A.M., 2020, Relasi Aspek Sosial Dan
Budaya Dengan Politik Hukum Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Yusuf, I.M., 2015, Budaya Politik Lokal dalam Proses Legislatif di Daerah,
Jurnal Ilmu Ilmiah dan Pemerintahan, 1(4) : 1-10

Zuhri, Sholehudin. Power InterplayFraksi Fraksi Di Dewan Perwakilan


Rakyat(DPR) Dalam pembentukan Regulasi Pemilu (Kajian Proses Politik
Pembentukan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum). Diss. 2018.

64

Anda mungkin juga menyukai