Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA DIBIDANG POLITIK


Dosen Pengampu : Adibrata Iriansyah, S.IP ,MA

Disusun oleh :
Adit Setiadi C1011221195
Billy Audi Antoni C1011221071
Fifin Febriani C1011221087
Jimmy Candra W. C1011221095
Kristin Sandrio A. C1011221008
Rangga Satrio A. C1011221079
Rio Supriadi C1011191083

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan segala rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Pancasila
secara tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Penerapan Pancasila di Bidang Politik dalam Kasus Pemilu 2019-2024 bagi para pembaca
maupun untuk tim penyusun sendiri.

Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak Adibrata Iriansyah S.I.P, M.A selaku
Dosen Pengampuh mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan juga wawasan tim penyusun. Tim penyusun juga mengucapkan
terima kasih kepada semua yang terlibat dalam penyususnan makalah ini dan memberikan
kemudahan sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.

Tim penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, Mei 2023

Tim Penyusun
A. LATAR BELAKANG
1. Pengertian politik

Dilihat dari sisi etimologi, kata politik berasal dari bahasa Yunani, yakni
“polis” yang berarti kota yang berstatus negara kota (city state). Dalam negara kota di
zaman Yunani, orang saling berinteraksi guna mencapai kesejahteraan. ( menurut
Aristoteles) dalam hidupnya.Politik yang berkembang di Yunani kala itu dapat
ditafsirkan sebagai suatu proses interaksi antara individu dengan individu lainnya
demi mencapai kebaikan bersama.
Miriam Budiardjo (2012) “politik adalah kegiatan yang menyangkut cara
bagaiman suatu kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat
kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan
diantara anggota- anggotanya. Menurut Roger F. Soltau (2014) ilmu politik adalah
ilmu yang mempelajari negara, tujuan negara, lembaga yang akan melaksanakn tujuan
itu,hubungan negara dengan warga negaranya dan negara-negara lain. Menurut Joyce
Mitchell (2014) politik adalah pengambilan keputusan politik atau pembuatan
kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya.Berdasarkan pendapat para ahli di
atas dapat disimpulkan bahwa politik adalah suatu kegiatan atau cara untuk
mendapatkan kekuasaan untuk memimpin dalam masyarakat dan masyarakat ikut
andil dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan dalam memilih
pemimpinnya.
Konsep politik ada lima yaitu negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakaan, dan pengambilan keputusan, yang pertama negara,Negara adalah alat dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan
manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam
masyarakat. Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dan
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah. Yang kedua Kekuasaan
adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku
orang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai
dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu”. yang ketiga
Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah
alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang bersangkut paut dengan politik
adalah bagaimana kumpulan masyarakat di beri beberapa pilihan dalam memilih
pemimpinnya di setiap daerah yang berbeda beda dan yang memiliki suara pilihan
paling banyak yang akan menjadi pemimpin untuk kelompok tersebut. Yang ke empat
Kebijakan adalah sebagai keputusan pemerintah yang relatif bersifat umum dan
ditujukan kepada masyarakat umum. Kebijakan dalam arti yang luas adalah sebagai
usaha pengadaan informasi yang diperlukan untuk menunjang proses pengambilan
kebijakan telah ada sejak manusia mengenal organisasi dan tahu arti keputusan.
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan.
Kebijakan umum adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku
atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan
itu. Yang ke lima Pembagian kekuasaan adalah proses menceraikan wewenang yang
dimiliki oleh negara untuk (memerintah, mewakili, mengurus, dan sebagainya)
menjadi beberapa bagian yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif untuk diberikan
kepada beberapa lembaga negara untuk menghindari pemusatan kekuasaan
(wewenang) pada satu pihak atau lembaga. Mekanisme pembagian kekuasaan di
Indonesia diatur sepenuhnya di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. System politik di Indonesia

Sistem politik Indonesia terdiri dari tiga lembaga: Eksekutif, Legislatif, Yudikatif.
Lembaga Eksekutif di Indonesia.Yang mencakup lembaga eksekutif adalah
presiden, wakil presiden dan kabinetnya. Baik presiden maupun wakil presiden, sama-
sama dipilih oleh elektorat Indonesia dalam pemilihan presiden. Presiden dan wakil
presiden menjabat selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan (maka totalnya 10 tahun).
Lembaga Legislatif di Indonesia.Yang mencakup lembaga legislatif adalah
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR berwenang menyusun atau mengubah
Undang-Undang Dasar dan melantik (atau memberhentikan) presiden. MPR adalah
sebuah lembaga legislatif bikameral yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).DPR, yang terdiri dari 560 anggota,
bertugas membentuk dan menyetujui undang-undang, menghitung anggaran tahunan
bersama presiden dan mengawasi pelaksanaan undang-undang dan isu-isu politik.
Anggota DPR dipilih untuk masa kerja lima tahun dengan proporsi perwakilan yang
adil berdasarkan hasil pemilu. DPD menangani keputusan, undang-undang dan isu-isu
yang memang berhubungan dengan daerah yang dimaksud, dengan demikian
keberadaanya mampu meningkatkan perwakilan daerah di tingkat nasional. Tiap
provinsi di Indonesia memilih empat calon anggota DPD (yang akan bekerja di
pemerintahanan selama lima tahun) dari non-partai. Karena Indonesia memiliki 32
provinsi, maka jumlah anggota DPD adalah 132 orang.
Lembaga Yudikatif di Indonesia.Yang dimaksud lembaga yudikatif adalah
Mahkamah Agung. Mahkamah Agung (MA) adalah mahkamah tertinggi dalam sistem
peradilan Indonesia. MA adalah pengadilan paling tinggi dalam proses naik banding
dan MA juga menangani sengketa di pengadilan-pengadilan yang lebih rendah. Tahun
2003 sebuah Mahkamah baru dibentuk, yaitu Mahkamah Konstitusi. MK memonitor
keputusan-keputusan yang dibuat oleh kabinet dan parlemen (MPR) dan posisinya
sejajar dengan Konstitusi Indonesia. Sebagian besar kasus-kasus legal dapat ditangani
oleh pengadilan umum, pengadilan administrasi, pengadilan agama dan pengadilan
militer.
3. Kondisi politik Indonesia saat ini
Berbagai peristiwa yang menyangkut keadaan politik yang ada di negeri ini
semakin menjadi sorotan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kemerosotan
kualitas politik tersebut dapat dilihat dilihat dari banyaknya peristiwa yang
nampaknya mengganggu kestabilan nasional, contoh peristiwa itu adalah sebagai
berikut. Semakain banyak kader partai yang tertangakap korupsi, Semakin banyaknya
pejabat yang menduduki kursi terhormat terjerat korupsi,Pemilihan kepala_kepala
daerah yang dirusak oleh pembelian suara hingga harus terjadi pengulangan
pemilukada, Jika pegawai tidak condong ke partai tertentu maka jabatanya menjadi
taruhan.setelah rezim orde lama digantikan ole horde baru, lalu muncullah reformasi
yang digadang-gadang dapat memperbaiki kehidupan rakyat. Namun, hingga kini
tujuan tersebut belum dapat terealisis dengan semourna karena proses dengan
demokrasi yang berkembang menjadi tidak murni lagi dan juga paham patrimony dan
oteriter masih berkembang kuat didalam pelaku politik. Meskipun pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 telah mengatur dengan sedemikian rupa tentang politik
di Indonesia, tapi sepertinya peraturan peraturan hanya tertuang di atas kertas saja
dan juga istilah peraturan dibuat untuk dilanggar masi menjadi paham yang terus dan
berkembang hingga sampai saat ini.

Disini kasus yang akan kami sampaikan adalah pemilu dimana sebentar lagi
akan diadakan pemilu ketika akan di adakan pemilu semua calon legislate, calon
anggota DPR, calon anggota DPR serta calon presiden dan calon-calon lainya
berbondong-bondong datang ke rakyat miskin yang sebelumnya tak pernah sama
sekali masuk ke daera kumuh. Mereka sontak membagi-bagikan uang, sembako serta
menaburkan berbagi janji yang akan di berikan kelak mereka terpilih. Tak sampai di
situ usaha mereka baliho dan gambar di pasang besar-besarnya hingga memenuhi
sempanjang jau mata memandangan .Namun, ketika mereka mendapatkan jabatan
yang di inginkan apakah mereka akan ingat nasib masyarakat? Kebanyakan mereka
lupa dan segera berusaha mrngumpulkan kembali modal yang mereka keluarkan dan
segera lupa dengan janji manis yang mereka tebar.belum lagi nantinya akan banyak
yang akan mengunakan politik identitas guna memenagkan suara rakyat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penerapan Pancasila dalam bidang politik dalam kasus pemilu periode
2019-2024?

C. LANDASAN TEORI

Nilai-Nilai Pancasila Dalam Politik

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


maka dalam kegiatan politik, kita tidak boleh melupakan apa yang menjadi kewajiban
kita sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dengan keyakinan yang kuat, kehidupan
yang berpedoman pada agama pun akan mengantarkan manusia pada kehidupan yang
harmonis dengan manusia lainnya. Ajaran-ajaran yang terdapat dalam tiap agama.
Kegiatan politik pun jika berlandaskan pada agama akan berjalan baik dan minim
konflik. Dengan adanya saling menghargai dan menyayangi itu, kekuasaan yang
dipegang siapapun akan diterima bersama-sama dengan baik. Hal ini karena adanya
kesadaran bahwa penguasa yang paling berkuasa adalah Tuhan semata. Sehingga
siapapun yang memiliki mandat sebagai pemegang kekuasaan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, akan dijalankan sebaik-baiknya. Dengan keyakinan akan
kekuasaan Tuhan juga, pemimpin yang memegang kekuasaan tidak akan berbuat
sesukanya, sekehendaknya, tanpa mempertimbangkan dampak yang akan dirasakan
oleh rakyatnya. Sehingga pemimpin yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap
Tuhan selalu berusaha untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang
merugikan rakyatnya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab


maka dalam kegiatan politik, kita harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditetap
kan, bersikap sopan santun sesuai adat istiadat yang berlaku. danya sila kemanusiaan
yang adil dan beradab seharusnya mampu menjadi pengingat terhadap pelaksanaan
politik di Indonesia. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang yang memanusiakan
manusia, serta bangsa berkeadilan. Rasa kemanusiaan harus terus dipupuk, dipelihara
dan dikelola dengan baik. Karena dengan adanya rasa kemanusiaan, praktik-praktik
politik yang licik dan merugikan manusia lainnya akan minim terjadi. Penguasa tidak
akan mau mengorbankan rakyatnya demi keuntungan pribadi. Dan rakyat tidak akan
menjatuhkan penguasanya yang adil. Rasa kemanusian ini agaknya kian hari kian
berkurang. Terlihat dari maraknya berita palsu, fitnah, saling menghujat antar warga
negara demi hanya untuk menduduki suatu kekuasaan. Dapat dibayangkan, jika dalam
upaya perolehan posisi di pemerintahan saja sudah berani mengesampingkan rasa
kemanusiaan, apalagi jika nantinya telah menduduki posisi itu. Pemimpin yang
otoriter, kabinet yang ricuh, rakyat yang tertindas dan tak berdaya akan menjadi plot
yang menyedihkan dalam perjalanan negara Indonesia.

3. Persatuan Indonesia
maka dalam kegiatan politik, kita harus mengutamakan kepentingan Negara dan
Masyarakat daripada kepentingan pribadi atau golongan. Berbagai Keragaman itu bisa
membentuk ide-ide dan gagasan yang sangat bagus jika dikelola dengan baik. Politik
yang terjadi dengan menggunakan toleransi akan melahirkan suatu hasil yang indah.
Layaknya pelangi dengan berbagai warna itu diatur menurut aturan tertentu.
Kehidupan yang harmonis akan tercipta jika keragaman itu dimaknai sebagai sebuah
anugerah Tuhan Yang Maha Es, namun sebaliknya yang akan terjadi jika
kebergamanan tidak dikelola dengan baik. Pertikaian, pertengkaran, hingga
peperangan dapat terjadi. Ketidakmampuan dalam memaknai keberagaman itu akan
memecah belah bangsa Indonesia dengan mudah. Jika persatuan ini terus saja
diabaikan dan tidak dikelola, maka umur dari bangsa Indonesia tidak akan bertahan
lama. Peperangan Antar suku, agama, ideologi dapat terjadi dengan mudah. Mungkin
saja Bangsa Indonesia hanya tinggal nama. Apalagi jika keberagaman ini masuk ke
ranah politik maka pihak yang berkuasa akan mengendalikan sepenuhnya kekuasaan

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/Perwakilan, maka dalam kegiatan politik kita selalu berkoordinasi
atau musyawarah untuk mencapai kesepakatan dan selalu bijaksana dalam bersikap
dan bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Prinsip ini memiliki
implikasi dalam kehidupan politik, di mana kebijakan dan pengambilan keputusan
harus melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat. Jadi segala peraturan dan
kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintahan, harus berasal dari suara
rakyat dan tidak boleh asal dalam mengeluarkan suatu kebijakan tanpa adanya
kesepakatan atau aspirasi dari rakyat.
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, maka dalam kegiatan politik kita harus
jujur, adil dan bersifat sosial tanpa pamrih apapun, kecuali demi
kesejahteraan bersama. Keadilan yang adil bagi seluruh rakyat, bukanhanya adil bagi
para penguasa. Inilah yang harus dipahami. Bahwa keadilan adalah hak bagi seluruh
rakyat Indonesia. Setiap kebijakan yang dibuat jika berasaskan pada keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia maka tidak akan ada rakyat yang protes terhadap pemerintah.
Semua kebijakan yang berkeadilan akan diterima dengan baik. Membentuk
keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

D. ANALISA

Sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu pedoman yang


langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai–
nilai etika yang harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, dan norma
hukum. Pada dimensi politik disini pengertiannya sangat luas. Tidak hanya berkenaan
dengan suatu sistem kemasyarakatan atau hubungan antar manusia, melainkan juga
hubungan dengan kenegaraan, pemerintahan yang menentukan kebijakan
pemerintahan pada suatu negara. Kebijakan-kebijakan yang dibuat pun menyangkut
tentang kepentingan publik, serta kegiatan-kegiatan lain yang dari berbagai lembaga
sosial, partai politik, organisasi masyarakat dan keagamaan yang berkaitan langsung
dengan masyarakat atau pemerintahan dengan batasan yang sesuai dengan konsep
pemerintahan, kekuasaan, pengambilan keputusan, pembagian, dan alokasi. Kata
kunci dari dimensi politik ini adalah kaitannya dengan hak dan kewajiban
manusiasebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat, sebagai individu dan
sosial serta sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Etika politik Pancasila dalam
pelaksanaannya harus berpedoman pada butir-butir yang terdapat dalam Pancasila,
bagaimana cara kita bersikap dan bertindak antar satu dengan yang lain sesuai dengan
hak dan kewajiban kita. Salah satu prinsip penting dalam Pancasila adalah demokrasi,
yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia. Konsep-konsep dalam
Pancasila seperti persatuan, keadilan, dan kedaulatan rakyat menjadi dasar bagi
penyelenggaraan pemilu yang demokratis dan adil.Dalam pelaksanaan pemilu,
Pancasila menjadi pedoman bagi negara dan semua pihak yang terlibat untuk
memastikan keberlangsungan dan keberhasilan pemilu. Hal ini tercermin dalam
berbagai aturan dan regulasi yang dibuat dalam rangka menyelenggarakan pemilu
yang sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila. Misalnya, pemilu harus diadakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, dan jujur, sesuai dengan pasal 22E ayat (1) UUD
1945 yang mengatur hak setiap warga negara untuk memilih dan dipilih dalam
pemilu. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang menegaskan kedaulatan
rakyat sebagai dasar negara yang berdaulat.Selain itu, keadilan dan persamaan dalam
pemilu juga tercermin dalam berbagai aturan seperti pemilihan umum yang diatur
oleh KPU dan Bawaslu sebagai lembaga independen yang mengawasi jalannya
pemilu. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya prinsip-prinsip Pancasila dalam
memastikan proses pemilu yang adil dan demokratis.Dalam rangka memperkuat peran
Pancasila dalam pemilu, perlu adanya kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat
dalam proses pemilu. Masyarakat sebagai pemegang kedaulatan rakyat harus berperan
aktif dalam memilih dan memilih calon yang terbaik untuk mewakili kepentingan
masyarakat.Dengan demikian, Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam
pemilu sebagai dasar nilai dan prinsip yang harus dijunjung tinggi dalam
penyelenggaraan pemilu yang demokratis, adil, dan berkualitas. Di dalam pelaksanaan
pemilu, Kegiatan politik yang selalu dihadiri dan diikuti oleh hampir seluruh
masyarakat Indonesia salah satunya adalah pemilu. Di dalam kegiatan ini, kita
dibahasakan melaksanakan "pesta demokrasi" karena dalam pelaksanaannya bersifat
wajib bagi kita sebagai masyarakat Indonesia, karena akan memilih pemimpin serta
pemerintahan selanjutnya dalam konteks bernegara. Dari sinilah pilihan kita menjadi
penentu akan bagaimana Indonesia kedepannya dengan pemimpin dan posisi
pemerintahan yang baru. Terlepas dari siapapun yang terpilih menjadi Presidennya,
pelaksaan pesta demokrasi ini nyatanya memberikan suatu permasalahan yang sering
terjadi di masyarakat. Perpecahan karena perbedaan pendapat bukan menjadi hal yang
mengejutkan lagi di dalam masyarakat, bahkan dalam lingkup keluarga. Karena dari
diri masing-masing yang terlalu menganggap bahwa pilihannya itu adalah yang
terbaik untuk bangsa kita, terlalu berekpektasi tinggi, sampai berkoar-koar di
masyarakat untuk menggiring opini dengan tujuan menjelek-jelekkan calon pemimpin
yang lain dan meninggi-ninggikan calon pemimpin yang dia pilih. Akhirnya
kebencian seseorang terhadap orang lain atau "calon pemimpin" yang lain timbul.
Disaat pilihannya tidak dinyatakan menang dalam pelaksaan pemilu, maka apa pun
yang terjadi kebencian itu menutupi sisi lain yang memberikan dampak positif. Dari
sinilah permasalahan dalam menyelanggarakan pesta demokrasi pada bidang politik
terjadi. Kita ambil dari contoh dari pemilu pada periode yang lalu tepatnya pada tahun
2019. Disaat itu salah satu partai kita sebut saja Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan merupakan partai yang tengah menguasai seluruh lembaga pemerintahan
negara kita. Di dalam sebuah negara demokrasi, seseorang yang mencalonkan diri
untuk menjadi seorang presiden harus masuk ke dalam partai politik. Hal ini
dikarenakan seorang pemimpin harus mempunyai pendidikan politik suatu bangsa dan
sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernengara. Itu semua bisa didapatkan saat kita masuk pada partai politik. Pada saat
pemilu tahun 2014, bapak Joko Widodo terpilih menjadi Presiden Indonesia untuk
masa jabatan 2014-2019 dan partai yang menaunginya adalah Partai Demokrasi
Perjuangan Indonesia atau (PDIP) yang kita kenal saat ini. Itulah yang menyebabkan
partai politik ini dapat menguasai pemerintahan negara kita selama satu periode. Dari
kekuasaan ini, secara otomatis mereka juga mendapatkan kekuatan untuk mengatur
segala sistem serta hukum yang ada di pemerintahan saat itu. Berbagai hukum
dikeluarkan untuk melindungi dan memberikan keringanan terhadap orang-orang
yang duduk di kursi pemerintahan termasuk juga Presiden. Bukankan hal ini justru
bertentangan dengan sila keempat dari pancasila bahwa segala sesuatu harus melalui
diskusi bersama dan musyawarah yang dilakukan antara masyarakat dengan
pemerintahan, karena kita hidup di negara demokrasi berdaulat yang dimana rakyat
lah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Sesuai dengan pasal 1
ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi, "Kedaulatan berada di tangan rakyat dilaksanakan
sepenuhnya oleh MPR." Maksud dari "kedaulatan di tangan rakyat" adalah kekuasaan
tertinggi di pegang oleh rakyat sedangkan lembaga pemerintahan yaitu MPR adalah
yang melaksanakan atau mengkonsekuensikannya. Kembali ke kasus di atas, dari
kekuatan itulah mereka dapat mengendalikan segala sistem dan media informasi
untuk mengalahkan lawan politiknya. Pada akhir periode pertama Presiden Jokowi,
sebagian rakyat merasa cukup dengan kepemimpinannya dan kepercayaan yang
rakyat berikan kepada beliau perlahan mulai memudar dan hilang karena ulah partai
politik yang berada di belakang bapak Joko Widodo. Padahal jika dilihat dari kinerja
beliau, bapak Jokowi merupakan salah satu presiden terbaik di Indonesia, tetapi
karena suatu alasan internal beliau menjadi tunduk dan harus patuh terhadap partai
yang mencalonkan dirinya menjadi seorang Presiden. Pada saat pelaksaan pemilu
tahun 2019, Partai PDIP kembali mencalonkan bapak Jokowi untuk kembali menjadi
Presiden periode kedua dan lawan politik beliau adalah bapak Prabowo Subianto yang
merupakan ketua umum Partai Gerindra. Hasil perhitungan suara diperoleh,
menunjukkan perebutan suara dari kedua kubu yang perbedaannya sangat sedikit dan
diungguli oleh kubu PDIP dengan persentase suara yang sedikit di atas kubu Gerindra.
Tetapi terdapat suatu kejanggalan pada saat pengumuman perolehan suara sementara.
Yang pada awalnya kubu Gerindra memiliki suara terbanyak dan selisihnya cukup
jauh dibandingkan dari kubu PDIP, tidak tahu apa yang terjadi, kubu PDIP mampu
membalap perhitungan suara dari kubu Gerindra dan membuatnya duduk di peringkat
1 sementara. Bukti yang menguatkan kejanggalan ini adalah, disaat siaran TV sedang
menyiarkan berita, di bagian bawah terdapat hasil perolehan suara dan yang
mengejutkannya adalah hasil yang diperoleh menunjukkan kubu Gerindra
memperoleh hasil suara terbanyak dengan selisih sedikit dari kubu PDIP. Lalu tidak
berselang lama, hasilnya pun berubah lagi menjadi kubu PDIP yang memperoleh
suara terbanyak. Dari kejadian yang janggal ini dapat disimpulkan bahwa kekuatan
yang didapat dari kekuasaan dapat mempengaruhi segala sistem yang ada di negara
ini termasuk siaran televisi. Berdasarkan pada kasus di atas, nilai-nilai Pancasila tidak
dapat mempengaruhi dan menjadikan pemerintahan yang ada saat ini untuk
melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin negara demokrasi. Sekali lagi, di dalam
sebuah negara demokrasi, rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi di negara.
Tetapi pada kenyataannya, suara rakyat sama sekali tidak didengar dan direspon,
malah dikeluarkannya UU baru tentang kritik terhadap pemerintah baik di sosial
media maupun di kehidupan nyata.

E. KESILPULAN

Anda mungkin juga menyukai