Disusun oleh :
Adit Setiadi C1011221195
Billy Audi Antoni C1011221071
Fifin Febriani C1011221087
Jimmy Candra W. C1011221095
Kristin Sandrio A. C1011221008
Rangga Satrio A. C1011221079
Rio Supriadi C1011191083
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan segala rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Pancasila
secara tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Penerapan Pancasila di Bidang Politik dalam Kasus Pemilu 2019-2024 bagi para pembaca
maupun untuk tim penyusun sendiri.
Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak Adibrata Iriansyah S.I.P, M.A selaku
Dosen Pengampuh mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan juga wawasan tim penyusun. Tim penyusun juga mengucapkan
terima kasih kepada semua yang terlibat dalam penyususnan makalah ini dan memberikan
kemudahan sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Tim penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
A. LATAR BELAKANG
1. Pengertian politik
Dilihat dari sisi etimologi, kata politik berasal dari bahasa Yunani, yakni
“polis” yang berarti kota yang berstatus negara kota (city state). Dalam negara kota di
zaman Yunani, orang saling berinteraksi guna mencapai kesejahteraan. ( menurut
Aristoteles) dalam hidupnya.Politik yang berkembang di Yunani kala itu dapat
ditafsirkan sebagai suatu proses interaksi antara individu dengan individu lainnya
demi mencapai kebaikan bersama.
Miriam Budiardjo (2012) “politik adalah kegiatan yang menyangkut cara
bagaiman suatu kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat
kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan
diantara anggota- anggotanya. Menurut Roger F. Soltau (2014) ilmu politik adalah
ilmu yang mempelajari negara, tujuan negara, lembaga yang akan melaksanakn tujuan
itu,hubungan negara dengan warga negaranya dan negara-negara lain. Menurut Joyce
Mitchell (2014) politik adalah pengambilan keputusan politik atau pembuatan
kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya.Berdasarkan pendapat para ahli di
atas dapat disimpulkan bahwa politik adalah suatu kegiatan atau cara untuk
mendapatkan kekuasaan untuk memimpin dalam masyarakat dan masyarakat ikut
andil dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan dalam memilih
pemimpinnya.
Konsep politik ada lima yaitu negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakaan, dan pengambilan keputusan, yang pertama negara,Negara adalah alat dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan
manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam
masyarakat. Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dan
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah. Yang kedua Kekuasaan
adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku
orang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai
dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu”. yang ketiga
Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah
alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang bersangkut paut dengan politik
adalah bagaimana kumpulan masyarakat di beri beberapa pilihan dalam memilih
pemimpinnya di setiap daerah yang berbeda beda dan yang memiliki suara pilihan
paling banyak yang akan menjadi pemimpin untuk kelompok tersebut. Yang ke empat
Kebijakan adalah sebagai keputusan pemerintah yang relatif bersifat umum dan
ditujukan kepada masyarakat umum. Kebijakan dalam arti yang luas adalah sebagai
usaha pengadaan informasi yang diperlukan untuk menunjang proses pengambilan
kebijakan telah ada sejak manusia mengenal organisasi dan tahu arti keputusan.
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan.
Kebijakan umum adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku
atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan
itu. Yang ke lima Pembagian kekuasaan adalah proses menceraikan wewenang yang
dimiliki oleh negara untuk (memerintah, mewakili, mengurus, dan sebagainya)
menjadi beberapa bagian yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif untuk diberikan
kepada beberapa lembaga negara untuk menghindari pemusatan kekuasaan
(wewenang) pada satu pihak atau lembaga. Mekanisme pembagian kekuasaan di
Indonesia diatur sepenuhnya di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sistem politik Indonesia terdiri dari tiga lembaga: Eksekutif, Legislatif, Yudikatif.
Lembaga Eksekutif di Indonesia.Yang mencakup lembaga eksekutif adalah
presiden, wakil presiden dan kabinetnya. Baik presiden maupun wakil presiden, sama-
sama dipilih oleh elektorat Indonesia dalam pemilihan presiden. Presiden dan wakil
presiden menjabat selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan (maka totalnya 10 tahun).
Lembaga Legislatif di Indonesia.Yang mencakup lembaga legislatif adalah
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR berwenang menyusun atau mengubah
Undang-Undang Dasar dan melantik (atau memberhentikan) presiden. MPR adalah
sebuah lembaga legislatif bikameral yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).DPR, yang terdiri dari 560 anggota,
bertugas membentuk dan menyetujui undang-undang, menghitung anggaran tahunan
bersama presiden dan mengawasi pelaksanaan undang-undang dan isu-isu politik.
Anggota DPR dipilih untuk masa kerja lima tahun dengan proporsi perwakilan yang
adil berdasarkan hasil pemilu. DPD menangani keputusan, undang-undang dan isu-isu
yang memang berhubungan dengan daerah yang dimaksud, dengan demikian
keberadaanya mampu meningkatkan perwakilan daerah di tingkat nasional. Tiap
provinsi di Indonesia memilih empat calon anggota DPD (yang akan bekerja di
pemerintahanan selama lima tahun) dari non-partai. Karena Indonesia memiliki 32
provinsi, maka jumlah anggota DPD adalah 132 orang.
Lembaga Yudikatif di Indonesia.Yang dimaksud lembaga yudikatif adalah
Mahkamah Agung. Mahkamah Agung (MA) adalah mahkamah tertinggi dalam sistem
peradilan Indonesia. MA adalah pengadilan paling tinggi dalam proses naik banding
dan MA juga menangani sengketa di pengadilan-pengadilan yang lebih rendah. Tahun
2003 sebuah Mahkamah baru dibentuk, yaitu Mahkamah Konstitusi. MK memonitor
keputusan-keputusan yang dibuat oleh kabinet dan parlemen (MPR) dan posisinya
sejajar dengan Konstitusi Indonesia. Sebagian besar kasus-kasus legal dapat ditangani
oleh pengadilan umum, pengadilan administrasi, pengadilan agama dan pengadilan
militer.
3. Kondisi politik Indonesia saat ini
Berbagai peristiwa yang menyangkut keadaan politik yang ada di negeri ini
semakin menjadi sorotan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kemerosotan
kualitas politik tersebut dapat dilihat dilihat dari banyaknya peristiwa yang
nampaknya mengganggu kestabilan nasional, contoh peristiwa itu adalah sebagai
berikut. Semakain banyak kader partai yang tertangakap korupsi, Semakin banyaknya
pejabat yang menduduki kursi terhormat terjerat korupsi,Pemilihan kepala_kepala
daerah yang dirusak oleh pembelian suara hingga harus terjadi pengulangan
pemilukada, Jika pegawai tidak condong ke partai tertentu maka jabatanya menjadi
taruhan.setelah rezim orde lama digantikan ole horde baru, lalu muncullah reformasi
yang digadang-gadang dapat memperbaiki kehidupan rakyat. Namun, hingga kini
tujuan tersebut belum dapat terealisis dengan semourna karena proses dengan
demokrasi yang berkembang menjadi tidak murni lagi dan juga paham patrimony dan
oteriter masih berkembang kuat didalam pelaku politik. Meskipun pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 telah mengatur dengan sedemikian rupa tentang politik
di Indonesia, tapi sepertinya peraturan peraturan hanya tertuang di atas kertas saja
dan juga istilah peraturan dibuat untuk dilanggar masi menjadi paham yang terus dan
berkembang hingga sampai saat ini.
Disini kasus yang akan kami sampaikan adalah pemilu dimana sebentar lagi
akan diadakan pemilu ketika akan di adakan pemilu semua calon legislate, calon
anggota DPR, calon anggota DPR serta calon presiden dan calon-calon lainya
berbondong-bondong datang ke rakyat miskin yang sebelumnya tak pernah sama
sekali masuk ke daera kumuh. Mereka sontak membagi-bagikan uang, sembako serta
menaburkan berbagi janji yang akan di berikan kelak mereka terpilih. Tak sampai di
situ usaha mereka baliho dan gambar di pasang besar-besarnya hingga memenuhi
sempanjang jau mata memandangan .Namun, ketika mereka mendapatkan jabatan
yang di inginkan apakah mereka akan ingat nasib masyarakat? Kebanyakan mereka
lupa dan segera berusaha mrngumpulkan kembali modal yang mereka keluarkan dan
segera lupa dengan janji manis yang mereka tebar.belum lagi nantinya akan banyak
yang akan mengunakan politik identitas guna memenagkan suara rakyat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penerapan Pancasila dalam bidang politik dalam kasus pemilu periode
2019-2024?
C. LANDASAN TEORI
3. Persatuan Indonesia
maka dalam kegiatan politik, kita harus mengutamakan kepentingan Negara dan
Masyarakat daripada kepentingan pribadi atau golongan. Berbagai Keragaman itu bisa
membentuk ide-ide dan gagasan yang sangat bagus jika dikelola dengan baik. Politik
yang terjadi dengan menggunakan toleransi akan melahirkan suatu hasil yang indah.
Layaknya pelangi dengan berbagai warna itu diatur menurut aturan tertentu.
Kehidupan yang harmonis akan tercipta jika keragaman itu dimaknai sebagai sebuah
anugerah Tuhan Yang Maha Es, namun sebaliknya yang akan terjadi jika
kebergamanan tidak dikelola dengan baik. Pertikaian, pertengkaran, hingga
peperangan dapat terjadi. Ketidakmampuan dalam memaknai keberagaman itu akan
memecah belah bangsa Indonesia dengan mudah. Jika persatuan ini terus saja
diabaikan dan tidak dikelola, maka umur dari bangsa Indonesia tidak akan bertahan
lama. Peperangan Antar suku, agama, ideologi dapat terjadi dengan mudah. Mungkin
saja Bangsa Indonesia hanya tinggal nama. Apalagi jika keberagaman ini masuk ke
ranah politik maka pihak yang berkuasa akan mengendalikan sepenuhnya kekuasaan
D. ANALISA
E. KESILPULAN