Anda di halaman 1dari 17

PSIKOLOGI PEMILIH DALAM BERPARTISIPASI DAN

PENYELENGGARAAN PEMILU
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Politik
Dosen Pengampu : Ahmad Yani Fathur Rohman, M. Phill

Disusun Oleh :
Risma Eka Cahyaning Tyas (22105024)
Ade Irawan (22105025)

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
TAHUN 2022/2023
ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Ilmu
Politik ini dengan lancar.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
sangat menerima masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami
dapat melakukan perbaikan terhadap makalah ini untuk menjadi makalah yang baik dan
benar.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan
mahasiswa dan mahasiswi

Kediri, 15 Februari 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2
A. Pengertian pemilihan umum (pemilu) .............................................................. 2
B. Sistem pemilihan umum ................................................................................... 3
C. Bentuk- bentuk pemilihan umum (pemilu) ...................................................... 5
D. Asas – asas pemilu di Indonesia ....................................................................... 6
E. Penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) di Indonesia ............................... 7
F. Perilaku dan psikologi politik pada pemilih ..................................................... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di berbagai negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolak
ukur dari demokrasi itu sendiri. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam
suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat
dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.
Namun demikian, disadari bahwa pemilihan umum tidak merupakan satu-satunya
tolak ukur dan perlu dilengkapi dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih
bersifat berkesinambungan, seperti partisipasi dalam kegiatan partai, lobbying, dan
sebagainya.
Di banyak negara beberapa kebebasan seperti yang dikenal di dunia Barat kurang
diindahkan atau sekurang-kurangnya diberi tafsiran yang berbeda. Dalam situasi
semacam ini, setiap analisis mengenai hasil pemilihan umum harus memperhitungkan
faktor kekurangbebasan itu serta kemungkinan adanya faktor mobilisasi yang sedikit
banyak mengandung unsur paksaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pemilu ?
2. Apa saja sistem dan bentuk-bentuk dalam Pemilu ?
3. Apa saja asas-asas Pemilu di Indonesia ?
4. Bagaimana penyelenggaraan Pemilu di Indonesia ?
5. Bagaimana perilaku dan psikologi politik pada pemilih ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pemilu
2. Untuk mengetahui model atau bentuk dari Pemilu
3. Untuk mengetahui asas-asas Pemilu di Indonesia
4. Untuk mengetahui cara penyelenggaraan Pemilu di Indonesia
5. Untuk mengetahui perilaku dan psikologi politik pada pemilih

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemilihan Umum (Pemilu)


Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan
Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, yang dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil dalam negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Pemilu adalah pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan tertentu
dengan memberikan suaranya dalam pemilihan. Untuk itu pemilihan
umum sangat penting bagi sebuah negara karena dalam pemilu terjadi
pelaksanaan kedaulatan rakyat, dikarenakan :
1. Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat
2. Pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk
memperoleh legitimasi
3. Pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam
proses politik
4. Pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin
secara konstitusional.
Dalam hal ini yang berhak memilih adalah warga negara Indonesia
yang telah genap berusia 17 tahun atau lebih atau sudah pernah
menikah. Seorang warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak
memilih, baru bisa menggunakan haknya, apabila telah terdaftar
sebagai pemilih. 1Pemilih pemula merupakan pemilih yang baru
pertama kali memilih karena usia mereka baru memasuki 17 tahun
hingga 21 tahun. Pengetahuan mereka terhadap pemilu tidak berbeda
jauh dengan kelompok lainnya, yang membedakan adalah soal
antusiasme dan preferensi.
Tujuan dari Pemilihan Umum :
1. Menegakkan Prinsip Kedaulatan Rakyat
2. Menciptakan Revresentative Government
3. Membangun Legitimasi Kekuasaan 2

1
Prof. H. Rozali Abdullah, S.H. Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas (Pemilu Legislatif), PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2009, hlm. 168.
2
Pengantar Ilmu Politik, Muh. Akbar Firyal, S.IP, M.Si

2
4. Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, DPD, dan
DPRD, serta memilih Presiden dan Wakil Presiden
5. Untuk melaksanakan pergantian personal pemerintahan secara
damai, aman, dan tertib
6. Untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional.
Pemilih dalam setiap pemilihan umum didaftarkan melalui pendataan
yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh penyelenggara
pemilihan umum. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk
menjadikan seseorang dapat memilih adalah :
1. Warga Negara Indonesia (WNI)
2. Warga yang telah berusia 17 tahun atau lebih atau sudah / pernah
menikah
3. Tidak sedang terganggu jiwa / ingatannya
4. Terdaftar sebagai pemilih
5. Bukan anggota TNI / Polri (Purnawirawan / sudah tidak lagi
menjadi anggota TNI / Kepolisian
6. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah mempunyai hukum tetap
7. Terdaftar di DPT
8. Khusus untuk Pemilukada calon pemilih harus berdomisili
sekurang-kurangnya enam bulan didaerah yang bersangkutan. 3

B. Sistem Pemilihan Umum


Dalam ilmu Politik dikenal dengan bermacam-macam sistem pemilihan
umum dengan berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada
dua prinsip pokok yaitu :
a.Single- member Constituency (satu daerah pemilihan memilih satu
wakil, biasanya disebut dengan sistem distrik).
b. Multi -member Constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa
wakil, biasanya dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem
Proporsional).4

1. Sistem Distrik

3
Yusdianto, Identifikasi Potensi Pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) dan Mekanisme
Penyelesaiannya. Jurnal Konstitusi Vol II nomor 2, November 2010, hlm. 44.
4
Jean Blondel, “Electoral Systems and the Influence of Electoral Systems on Party Systems” dalam An
Introduction to Comparative Government ( London: Weindenfield and Nicholson, 1969), hlm. 177-206. Lihat
juga Maurice Duverger, Political Parties (London: Methuen and Co.Ltd., hlm. 45 dan 59. Dan Miriam Budiardjo,
Demokrasi di Indonesia, hlm. 246.

3
Sistem Distrik adalah sistem yang wilayah negaranya dibagi dalam
distrik-distrik pemilihan. Setiap distrik hanya memilih satu wakil.
Pemenang suara terbanyak ialah yang memenangkan suara itu dan
suara yang minoritas akan hilang. Terdapat kelebihan dan
kelemahan dari sistem distrik ini.
Kelebihan Sistem Distrik :
a. Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena
kursi yang diperebutkan hanya satu
b. Distrik merupakan daerah yang kecil karena itu wakil yang
dipilihnya dapat dikenali baik oleh komunitasnya
c. Bagi partai besar, lebih mudah untuk mendapatkan kedudukan
mayoritas di dalam Parlemen. Hal ini menguntungkan karena
melalui distortion effect dapat meraih suara dari pemilih-pemilih
lain, sehingga memperoleh kedudukan mayoritas. Dengan
demikian partai pemenang sedikit banyak dapat mengendalikan
parlemen.
d. Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan
mayoritas dalam parlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi
dengan partai lain. Hal ini mendukung stabilitas nasional.
e. Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.

Kelemahan Sistem Distrik :


a. Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh dengan jumlah
kursi di partai, hal ini menyebabkan partai besar lebih berkuasa.
b. Partai kecil dan minoritas merugi karena sistem ini membuat
banyak suara terbuang.
c. Wakil rakyat terpilih cenderung lebih memperhatikan
kepentingan distrik serta warga daerahnya daripada kepentingan
nasional.
d. Sistem distrik ini dianggap kurang efektif dalam masyarakat
yang plural karena terbagi dalam kelompok etnis, religius, dan
tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa suatu kebudayaan
nasional yang terpadu secara ideologis dan etnis mungkin
merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem ini.
5

2. Sistem Proporsional
Sistem Proporsional adalah sistem yang melihat pada jumlah
penduduk yang merupakan peserta pemilih. Para wakil yang
5
Vernon Bogdanor, ed., The Blackwell Encylopedia of Political Science (Oxford: Blackwell Publishers, 1991)
hlm. 195.

4
terpilih adalah mereka yang mendapatkan suara mayoritas yang
telah ditentukan berdasarkan jumlah penduduk. Terdapat kelebihan
dan kelemahan dari sistem proporsional ini.
Kelebihan Sistem Proporsional :
a. Dipandang lebih mewakili suara rakyat karena jumlah kursi
partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat
yang diperoleh dalam pemilihan umum.
b. Sistem proporsional dianggap lebih demokratis dalam arti
egalitarian karena praktis tanpa ada distorsi, yaitu kesenjangan
antara suara rasional dan jumlah kursi karena setiap suara dihitung
dan tidak ada yang terbuang. Sehingga partai kecil dan minoritas
memiliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen.

Kelemahan Sistem Proporsional :


a. Sistem proporsional dianggap tidak akan mendukung
integrasi atau kerja sama satu sama lain dan memanfaatkan
persamaan-persamaan yang ada, tetapi sebaliknya cenderung
mempertajam perbedaan-perbedaan. Sistem ini umumnya
dianggap berakibat menambah jumlah partai.67
b. Sistem ini mempermudah fragmentasi partai. Jika timbul
konflik dalam suatu partai, anggotanya cenderung
memisahkan diri dan mendirikan partai baru.
c. Sistem ini memberikan kedudukan yang kuat pada pimpinan
partai melalui Sistem Daftar karena pimpinan partai
menentukan daftar calon.
d. Wakil yang terpilih kemungkinan renggang ikatannya
dengan konstituennya. Pertama, karena wilayahnya lebih
besar sehingga sukar untuk dikenal banyak orang. Kedua,
karena peran dalam meraih kemenangan lebih besar daripada
kepribadian seseorang. Dengan demikian wakil akan lebih
terdorong untuk memperhatikan kepentingan partai serta
masalah-masalah umum daripada kepentingan distrik serta
warganya.

C. Bentuk-Bentuk Pemilihan Umum (Pemilu)

6
⁴ Rod Hague et al., Comparative Government and Politics, ed. Ke-4 (London: MacMillan Press: 1998, hlm. 105.
7

5
Bentuk pemilihan umum dalam pelaksanaannya dibedakan menjadi dua
yaitu pemilu langsung dan pemilu tidak langsung.
1. Pemilu Langsung
Pemilu langsung adalah pemilu yang dilakukan oleh pemilih
dengan cara memilih secara langsung tanpa melewati lembaga
perwakilan, pemilih akan mendatangi tempat pemungutan suara
(TPS) didaerah terdekat untuk memberikan suara.
Sistem konvensional, surat suara terbuat dari kertas yang dicetak
atau di fotocopy. Di surat suara tersebut didalamnya termuat nama,
gambar, nomor urut calon peserta pemilu.
Panitia pemilu akan menetapkan cara pemberian suara dalam
pemilu baik itu dengan cara menuliskan nama/nomor urut calon,
mencoblos sampai kertas berlubang maupun mencontreng
gambar/nama/nomor urut calon dan atau partai yang dipilih.
2. Pemilu Tidak Langsung
Pemilu tidak langsung adalah pemilu yang dilaksanakan oleh para
anggota perwakilan pada lembaga perwakilan atau parlemen atau
pemilu yang tidak dilaksanakan oleh rakyat dengan langsung tetapi
melewati lembaga perwakilan yaitu parlemen.
Didalam memberikan suaranya, pemilih bisa secara langsung
memilih dengan cara voting atau musyawarah mufakat sesuai
dengan adanya kesepakatan.

D. Asas-Asas Pemilu di Indonesia


Undang-Undang pemilu era reformasi telah menetapkan secara konsisten
enam asas pemilu, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Termasuk Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu
sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1 angka 1 pasal 2 menetapkan
hal yang sama frasa langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil tanpa
ditambah dan dikurangi. Hal ini menunjukkan bahwa asas tersebut
merupakan prinsip fundamental pemilu. Biasanya asas-asas pemilu sering
disingkat dengan LUBER JURDIL. Berikut adalah penjelasan asas-asas
pemilu :
1. Langsung
Pemilih berhak memberikan suaranya secara langsung sesuai
dengan hati nuraninya tanpa perantara. Langsung berarti rakyat
pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan
suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.
Hak ini tidak dapat diwakilkan kepada seseorang atau sekelompok

6
orang. Penggunaan hak direct, langsung kepada siapa yang mau
diberikan kekuasaan.
2. Umum
Semua warga Negara yang telah memenuhi syarat sesuai dengan
Undang-Undang berhak mengikuti pemilu tanpa adanya suatu
diskriminasi (pengecualian). Umum berarti pada dasarnya semua
warga Negara yang memenuhi persyaratan minimal usia 17 tahun
atau sudah/ pernah menikah berhak ikut memilih dalam pemilihan
umum.
3. Bebas
Bebas berarti setiap warga Negara yang berhak memilih bebas
menentukan pilihannya tanpa adanya tekanan dan paksaan dari
siapa pun. Di dalam melaksanakan haknya, setiap warga Negara
dijamin keamanannya. Di dalam demokrasi, kebebasan merupakan
prinsip yang sangat penting dan utama.
4. Rahasia
Rahasia berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin
bahwa pilihannya itu tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan
dengan jalan apapun. Kerahasiaan ini merupakan rantai dari makna
kebebasan sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya.
5. Jujur
Jujur berarti dalam menyelenggarakan pemilihan umum,
penyelenggaraan/pelaksanaan, pemerintah dan partai politik
peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih,
serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung harus
bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.
6. Adil
Adil berarti dalam menyelenggarakan pemilu, setiap pemilih dan
partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta
bebas dari kecurangan pihak mana pun. Adil memiliki dua makna,
yakni : adil sebagai sikap moral dan adil karena perintah hukum.
Oleh karena itu pemilu memerlukan sikap adil dari semua pihak,
baik dari masyarakat, pemilih, partai politik maupun penyelenggara
pemilu. Sikap adil ini dilakukan agar tetap menjaga kualitas pemilu
yang adil dan tidak berpihak kepada kepentingan individu dan
kelompok tertentu.

E. Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia

7
Tujuan diselenggarakannya pemilu adalah untuk mewujudkan
demokrasi. Pemilu ditujukan untuk memilih wakil rakyat ditingkat pusat
dan daerah. Pemilu dilaksanakan serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Pemilu diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). KPU
ada yang berkedudukan di pusat dan di daerah. KPU pusat bertugas
mengurus pelaksanaan pemilihan umum di tingkat Nasional. Adapun
KPU ditingkat daerah bertugas menyelenggarakan pemilihan umum
ditingkat daerah atau disebut pilkada.
Penyelenggaraan pemilu telah diatur dalam UU. No. 22 Tahun 2007.
Dari Undang-Undang tersebut diketahui bahwa Pemilihan Umum di
negara kita dilaksanakan dalam 3 tahapan. Tahap pertama dilaksanakan
untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD. Anggota DPRD yang
dipilih meliputi para wakil rakyat yang duduk di DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota, tahap kedua adalah pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden, tahap ketiga adalah pemilihan Kepala Daerah dan
Wakilnya. Pelaksanaan pemilihan wakil rakyat seperti DPR, DPD, DPRD
diatur dalam UU. No. 10 Tahun 2008.
Penyelenggara pemilu meliputi beberapa kegiatan yaitu kegiatan
pendaftaran pemilih, pendaftaran peserta pemilu, penetapan peserta
pemilu, kampanye peserta pemilu serta pemungutan dan penghitungan
suara. Berikut proses pelaksanaan/penyelenggaraan pemilu :
1. Pendaftaran Pemilih
Pendaftaran Pemilih dilakukan oleh petugas khusus, petugas tersebut
mendaftar pemilih dengan mendatangi kediaman calon pemilih.
Warga yang berhak memilih harus memenuhi beberapa persyaratan,
berikut beberapa persyaratan agar dapat menjadi pemilih dalam
pemilu :
1) Pemilih adalah seluruh warga negara Indonesia. Warga negara
tersebut termasuk yang berada di luar negara.
2) Pemilih telah berusia minimal 17 tahun ke atas atau sudah
pernah menikah. Pemilih yang belum berusia 17 tahun tetapi
bila sudah atau pernah menikah dapat memiliki hak pilih.
3) Sehat jasmani dan rohani, orang yang mengalami gangguan
jiwa tidak mempunyai hak pilih.
4) Tidak sedang dicabut haknya karena kasus pidana dan
berdasarkan putusan pengadilan.
Semua orang yang terdaftar kemudian diumumkan oleh Panitia
Pemungutan Suara (PPS). Dengan demikian, masyarakat dapat mengetahui
siapa saja yang memiliki dan tidak memiliki hak pilih.

8
2. Pendaftaran Peserta Pemilu
Pendaftaran juga dilakukan terhadap para peserta pemilu. Peserta
pemilu adalah pihak yang akan dipilih oleh rakyat. Peserta pemilu
terdiri dari atas partai politik dan perseorangan. Partai yang dapat
menjadi peserta harus memenuhi persyaratan tertentu, berikut adalah
persyaratan pemilu :
1) Keberadaannya diakui pemerintah sesuai UU. No. 31 Tahun
2002 Tentang Partai Politik
2) Memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya dua pertiga
dari seluruh jumlah kabupaten di tiap Provinsi
3) Memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya dua pertiga
dari seluruh jumlah kabupaten di tiap Provinsi
4) Memiliki anggota sekurang-kurangnya 1000 orang atau
sekurang-kurangnya 1/1000 dari jumlah penduduk di setiap
kepengurusan partai
5) Pengurus partai politik harus memiliki kantor tetap
6) Mengajukan nama dan tanda gambar partai politik ke KPU.

3. Penetapan Peserta Pemilu


Penetapan nomor urut pada politik peserta pemilu dilakukan melalui
undian oleh KPU dan dihadiri oleh seluruh partai politik peserta
pemilu.

4. Kampanye
Sebelum dilakukan pemungutan suara, partai politik peserta pemilu
diberikan kesempatan untuk berkampanye. Pada kampanye pemilu
rakyat mempunyai kebebasan untuk menghadiri kampanye.
Pelaksanaan kampanye pemilu dilaksanakan selama 3 hari setelah
calon peserta ditetapkan sebagai peserta pemilu sampai dengan
dimulainya masa tenang. Masa tenang yang dimaksud adalah masa
berlangsungnya 3 hari sebelum hari pemungutan suara. Materi
kampanye pemilu berisi program peserta pemilu, dalam
menyampaikan materi kampanye hendaknya dilakukan dengan cara
yang sopan, tertib, dan mendidik.

5. Pemungutan dan Penghitungan Suara


Hari, tanggal dan waktu pemungutan suara ditetapkan oleh KPU.
Pemungutan suara dilakukan dengan memberikan suara melalui surat
suara yang berisi nomor, foto, dan nama pasangan calon.
Penghitungan suara dilakukan setelah pemungutan suara berakhir.

9
F. Perilaku dan Psikologi Politik Pada Pemilih
1. Model Sosiologis
Karakteristik mendasar dalam model ini bertumpu pada kelas sosial,
agama, dan kelompok etnik, kedaerahan atau Bahasa. Para penganut
model sosiologis yakin bahwa seorang pemilih memilih partai atau calon
pejabat publik karena terdapat kesamaan antara karakteristik sosiologis
pemilih di dengan karakteristik sosiologis partai atau calon. 8Terkait
dalam hal itu faktor selain agama, yaitu kelas sosial, ras , etnik memiliki
peran yang dipercaya sebagai faktor sosiologis yang mempengaruhi
bagaimana seseorang memilih partai politik atau calon pejabat sekalipun.
Masing-masing dari setiap faktor tersebut juga memiliki dorongan untuk
mempengaruhi.

2. Model Psikologis
Dalam model psikologis merupakan bentuk perpaduan antara setiap
tingkah laku dan aktivitas masyarakat dipengaruhi oleh individu dalam
hal ini masuk ke dalam konteks psikologi bergabung dengan ilmu politik
yang mempelajari aspek tingkah laku masyarakat memiliki keterkaitan
yang dekat dengan psikologi.
Menurut model ini seorang warga berpartisipasi dalam pemilu atau
pilpres bukan saja karena kondisinya lebih baik secara sosial ekonomi,
atau karena berada dalam jaringan perasaan dekat dengan partai tertentu
(identitas partai) memiliki informasi yang cukup untuk menentukan
pilihan, merasa suaranya berarti, serta percaya bahwa pilihannya dapat
ikut memperbaiki keadaan. Dalam model ini rasa memiliki atau
kedekatan secara emosional terhadap suatu partai atau tokoh lebih
dominan dibanding dengan faktor hal yang dapat menguntungkan atau
tidak.

3. Pilihan Rasional
Pilihan rasional pada model ini berasal dari aspek ranah ekonomi sebagai
dasarnya dimana pada pilihan politik rasional lebih mengedepankan
bagaimana pemilih mendapatkan keuntungan dari berpartisipasi atau
menyuarakan hak pilihnya. Dalam model pilihan rasional ini pemilih
8
Saiful Mujani, R. William Lidlle, dan Kuskridho Ambardi. Kuasa Rakyat: “Analisis tentang Perilaku Pemilih dan
Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, 9-10.

10
cenderung memikirkan hal apa yang akan di dapat dari memilih seorang
kandidat. Pendekatan ini berdasar pada isu apa yang sedang terjadi
sehingga isu tersebut dapat mempengaruhi pilihan politik. Dari segi
pemilih pemula pada pendekatan ini cenderung mempengaruhi pemilih
pemula berdasarkan figur atau popularitasnya bukan pada kemampuan
seorang kandidat. Maka dari itu pemilih pemula dianggap sebagai sumber
atau penghasil suara yang cukup signifikan karena mereka pemilih
pemula mudah terpengaruh dan dipengaruhi.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemilu adalah pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik,
baik dalam badan eksekutif, maupun legislatif dengan memberikan suaranya
dalam pemilihan. Tujuan dari pemilu yakni, Menegakkan Prinsip Kedaulatan
rakyat, Menciptakan Revresentative Government, Membangun Legitimasi
Kekuasaan, Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, DPD, dan
DPRD, serta memiliki Presiden dan Wakil Presiden, dan lain sebagainya.
2. Sistem-Sistem Pemilu, terdapat 2 sistem yaitu Sistem Distrik dan
Proporsional. Sistem Distrik adalah sistem yang wilayah negaranya dibagi
menjadi dalam distrik-distrik pemilihan. Setiap distrik hanya memilih satu
wakil. Sedangkan Sistem Proporsional adalah sistem yang melihat pada jumlah
penduduk yang merupakan peserta pemilih. Para wakil yang terpilih adalah
mereka yang telah ditentukan berdasarkan jumlah penduduk.
3. Bentuk-Bentuk Pemilihan Umum, terdapat 2 bentuk pemilihan umum yaitu :
Pemilihan Umum Langsung dan Tidak Langsung. Pemilihan Umum Langsung
adalah pemilihan yang dilakukan oleh pemilih dengan cara memilih secara
langsung tanpa melewati lembaga perwakilan. Sedangkan Pemilihan Umum
Tidak Langsung adalah pemilihan umum yang dilaksanakan oleh para anggota
perwakilan pada lembaga perwakilan atau parlemen atau pemilu tidak dapat
dilaksanakan oleh rakyat secara langsung.
4. Asas-Asas Pemilihan Umum, asas-asas pemilihan umum terdiri dari 6 asas
yaitu Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil. Biasa disingkat dengan
LUBER dan JURDIL.
5. Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia, memiliki beberapa tahapan
yaitu : Pendaftaran Pemilih, Pendaftaran Peserta Pemilih, Penetapan Peserta
Pemilu, Kampanye, serta Pemungutan dan Penghitungan Suara.
6. Perilaku dan Psikologi Politik Pada Pemilih, yaitu mencakup pada model
sosiologis, model psikologis, dan pilihan rasional.

12
DAFTAR PUSTAKA

Prof. H. Rozali Abdullah, S.H. Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas


(Pemilu Legislatif), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm. 168.
Pengantar Ilmu Politik, Muh. Akbar Firyal, S.IP, M.S
Rod Hague et al., Comparative Government and Politics, ed. Ke-4 (London:
MacMillan Press: 1998, hlm. 105.
Saiful Mujani, R. William Lidlle, dan Kuskridho Ambardi. Kuasa Rakyat:
“Analisis tentang Perilaku Pemilih dan Pemilihan Legislatif dan Presiden
Indonesia Pasca-Orde Baru, 9-10.
Vernon Bogdanor, ed., The Blackwell Encylopedia of Political Science
(Oxford: Blackwell Publishers, 1991) hlm. 195.
Yusdianto, Identifikasi Potensi Pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah
(Pemilukada) dan Mekanisme Penyelesaiannya. Jurnal Konstitusi Vol II nomor
2, November 2010, hlm. 44.
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/09/pengertian-pemilu-tujuan-
fungsi-asas-bentuk-sistem.html
https://aptika.kominfo.go.id/2019/04/kenali-syarat-dan-kategori-pemilih-dalam-
pemilu-2019/

iii

Anda mungkin juga menyukai