Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kita mengenal sebuah ungkapan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, itulah
ungkapan sederhana demokrasi dari sekian banyak pemahaman orang tentang demokrasi.
Dalam sebuah negara demokrasi kebebasan mutlak diperlukan dalam berbagai aspek
kehidupan salah satunya adalah kebebasan dalam memilih pemimpin dalam berbagai level
kepemimpinan, dalam kaitannya dalam hal itu baru baru ini negara kita baru saja
menyelenggarakan hajatan besar demokrasi yaitu pemilihan presiden untuk menyambut
estafet pemerintahan dari presiden SBY yang jabatannya berakhir tanggal 20 oktober 2014,
sebuah peristiwa yang sangat penting karena simbol yang paling nampak dari suatu negara
ialah kepala eksekutifnya.1
Pemilihan umum Presiden 2014 ini merupakan Presiden ke-7 (tujuh) yang memimpin
Negara Kesatuan Republik Indonesia, kali k-3 (tiga) rakyat Indonesia memilih secarah
langsung pemimpin yang akan menjadi nahkodah negara ini untuk lima (lima) tahun ke
depan. Dalam periodesasi kepemimpinan presiden di Indonesia kita dapat membagi dalam
orde sebgai berikut :
1. Orde lama, dimana Presiden yang pertama yang juga proklamator/pendiri republik
ini meminpin republik ini dalam kurun waktu (1945-1967)
2. Orde baru, presiden Soeharto berkuasa melalui supersemar dalam kurun waktu
(1967-1997) diikuti presiden B.J Habibi, Presiden Abdulrahman Wahid, serta Presiden
Megawati

Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 11.

3. Reformasi, dimana Susilo Bambang Yodoyono menjadi Presiden pertama yang


dipilih langsung oleh rakyat Indonesia yang kemudian berkuasa dalam waktu (2004-2014)
Hal yang mengatur pemilhan umum Presiden diiatur dalam pasal 6A, 22E UUD 1945,
yang menentukan sebagai berikut :
1. Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat.
2. Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik peserta pemilihan umum.
3. Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima
puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikinya dua puluh persen
suara disetiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia,
dilantik menjadi Presiden dan wakil Presiden.
4. Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan wakil Presiden terpilih, dua pasangan
calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara terbanyak
dilantik sebagai Presiden dan wakil Presiden.
5. Tata cara pelaksaan pemilihan Presiden dan wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam
undang-undang.
6. Pemilhan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap lima tahun sekali.

Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 11.

7. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota dewan perwakilan rakyat.


Dewan perwakilan derah, Presiden dan wakil Presiden, dan dewan perwakilan rakyat
daerah.
8. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasinal, tetap dan mandiri.
9. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.

Pemilu (presiden) yang berkualitas pada dasarnya dapat dilihat dari dua sisi proses dan
hasilnya. Pemilu Presiden dapat dikatakan berkualitas dari sisi prosesnya, apabila Pemilu itu
berlangsung secara demokratis, aman, tertib, dan lancar, serta jujur dan adil. Sedangkan
apabila

dilihat

dari

sisi

hasilnya,

pemili

presiden

itu

menghasilkan

pemimpin

negara(presiden) yang mampu menyejahterakan rakyat, di samping dapat pula mengangkat


harkat dan martabat bangsa, di mata dunia Internasional. Dengan kata lain dapat disebutkan
bahwa Pemilu Presiden yang berkualitas, apabila dilihat dari sisi hasilnya, adalah Pemilu
Presiden yang menghasilkan pemimpin negara (Presiden) yang mampu mewujudkan cita-cita
nasional, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yaitu:
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Penyelenggaraan Pemilu Presiden 2014 banyak menyedot perhatian masyarakat
banyak karena ini adalah momentum untuk merubah nasib dengan memilih pemimpin yang
sesuai keinginan masyarakat luas hal ini berpengaruh terhadap ketatnya persaingan dalam

Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 11.

memperebutkan orang nomor satu di Indonesia tampilnya tim sukses yang memperkenalkan
kandidat presiden ke masyarakat luas dengan visi misi dan juga janji untuk mensejaterahkan
masyarakat, berbagai macam hal baik ditampilkan para kontestan Pemilu Presiden agar dapat
meraih simpati dari masyarakat dan terpilih menjadi presiden terlepas dari niat baik para
kontestan pemilu presiden 2014 maka di dalam pelaksanaan pemilu presiden itu sendiri
banyak mengandung pelanggaran administrasi, pelanggaran yang bersifat terstruktur masif
dan sistematis yang dilakukan oleh penyelenggara negara yang mendukung salah satu
kontestan pemilu presiden baik para kontestan maupun oleh penyelenggara pemilu presiden
itu sendiri, yang akumulasi dari hal ini berakibat pada tidak diterimanya hasil pemilu presiden
oleh para kontestan pemilu presiden itu sendiri, Para Kontestan pemilu presiden diberi
kesempatan untuk memperoleh keadilan dengan cara mendaftarkan gugatan perselisihan hasil
pemilihan umum presiden ke Mahkamah Konstitusi yang dengan wewenang dimiliki
Mahkamah Konstitusi dalam meyelesaikannya, hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan
oleh UUD 1945.
Didalam pelaksanaan Pemilu Presiden 2014 banyak kekurangan yang terdapat di
dalam nya. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain:
1.

Kurangnya akuratnya data pemilih

2.

Kurangnya sosialisasi dari KPU

3.

Lemahnya kemampuan teknis dalam membaca aturan pada penyelenggara pada tingkat
bawah

4.

Noken/kebiasaan dalam memilih pemimpin di papua

Hal inilah yang membuat pemilu Presiden 2014 dirasakan kurang memenuhi aspek keadilan
bagi kontestan pemilu presiden 2014, Belum lagi kecurangan yang dilakukan oleh masingmasing kontestan pemilu presiden 2014

Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 11.

Proses lima tahunan ini menguras banyak tenaga dan pikiran segenap anak bangsa
untuk menentukan pimimpin yang diinginkan oleh masyarakat. Mahkamah Konstitusi adalah
tempat memperjuangkan penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum presiden hal ini
sesuai dengan yang termaktub dalam UUD 1945 bab IX tentang kekuasaan kehakiman dalam
pasal 24c ayat satu mahkamah konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusan nya bersifat final untuk menguji Undang-Undang Dasar, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum sejak
amamdemen UUD1945 dan menghasilkan suatu lembaga tinggi baru dalam kekuasaan
yudikatif maka setiap kontestan pemilu yang merasa dirugikan dengan hasil pemilu(Presiden)
dapat mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi agar memberi ruang keadilan bagi
kontestan pemilu. Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi (MK) diawali dengan
diadopsinya ide MK (Constitutional Court) dalam amandemen konstitusi yang dilakukan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2001 tertuang dalam landasan
operasional UU NO 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman. Pada pemilu presiden
2014 ini di ikuti oleh dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni Jokowi-jusuf
kala dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang dalam pengumuman KPU dimenangkan oleh
pasangan Jokowi-Jusuf kalla dengan kemenangan 53,15 dengan perolehan suara sah
70997833 suara, namun setelah hasil yang di umumkan KPU pada 21 juli 2014 ada kontestan
pemilu yang melakukan gugatan perselisihan hasil pemilihan umum presiden ke Mahkamah
Konstitusi
Sekelumit persoalan mengenai hasil perselisihan hasil pemilu(presiden) sangat
menarik untuk dikaji dimana Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga peradilan pemegang
kekuasaan yudikatif amat memegang peranan dalam menghasilkan keputusan yang tidak saja
adil bagi kontestan namum adil bagi seluruh komponen anak bangsa yang mengharapkan
lahirnya sosok pemimpin dari keputusan Mahkamah Konstitusi yang secara tidak langsung

Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 11.

Mahkamah Konstitusi berperan menghantarkan rakyat Indonesia mendapaatkan pemimpin


terbaik yang menentukan arah dan kebijakan bangsa Indonesia ke depan
Banyak faktor mempengaruhi keputusan Mahkamah Konstitusi

antara lain,

kecurangan yang masif sestimatis terstruktur, jumlah suara yang dipermasalahkan, serta
keputusan tersebut tentu berpengaruh terhadap perjalanan bangsa ini ke depan.Dari uraian
uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Yuridis
Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Memutus Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum Presiden Tahun 2014

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan antara lain :
1.

Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa perselisihan hasil pemilihan umum


presiden 2014 oleh Mahkamah Konstitusi?

2.

Apa dasar pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam memutus sengketa perselisihan


hasil pemilihan umum presiden 2014 ?

3.

Bagaimanakah analisis terhadap putusan Mahkamah Konstitusi dalam memutus

perselisihan hasil pemilihan umum presiden tahun 2014 ?

C.

Tujuan Penelitian dan Tujuan Penulisan

1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 11.

1.

Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian sengketa perselisihan hasil pemilihan umum


presiden 2014 oleh Mahkamah Konstitusi

2.

Untuk mengetahui dan menganalisis dasar pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam


memutus sengketa perselisihan hasil pemilihan umum presiden 2014 oleh Mahkamah
Konstitusi.

3.

Untuk menganalisis putusan Mahkamah Konstitusi dalam memutus perselisihan hasil


pemilihan umum presiden tahun 2014.

2.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:


1.

Untuk memenuhi salah syarat memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum
Universitas Batanghari

2.

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan hukum yang berkaitan dengan putusan
Mahkamah Konstitusi dalam memutus perselisihan hasil pemilihan umum Presiden 2014

3.

Memperkaya literatur atau kepustakaan dibidang hukum ketatanegaran berkaitan dengan


putusan Mahkamah Konstitusi dalam memutus perselisihan hasil pemilihan umum
Presiden.

D. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Pendekatan penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis
normatif, maksudnya dengan melihat penerapan perundang-undangan dan

Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 11.

implementasinyasehubungandengan putusan Mahkamah Konstitusi dalam memutus


perselisihan hasil pemilihan umum Presiden tahun 2014.
2. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini lebih menfokuskan kepada penggambaran fenomena yang
berhubungan dengan objek penelitian, sehingga spesifikasi penelitian ini bersifat deskriptif.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang putusan Mahkamah
Konstitusi dalam memutus perselisihan hasil pemilihan umum Presiden 2014.
3. Bahan Hukum
Bahan hukum yang Penulis peroleh dalam penelitian dan penulisan skripsiini
yaitu : penelitian kepustakaan (Liberary Research), dimana penelitian ini dilakukan dengan
cara mempelajari beberapa bahan hukum yang terdapat dalam literatur yang berkaitan dengan
objek penelitian. Bahan- bahan hukum tersebut antara lain :
a.

Bahan hukum primer, yang terdiri pada peraturan perundangan-undangan yang ada
kaitannya dengan masalah yang diteliti, yaitu : UUD 1945, UU No. 15 Tahun 2011
tentang Mahkamah Konstitusi.

b.

Bahan hukum sekunder, bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum
primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami bahan-bahab hukum primer,
misalnyadokumen-dokumen resmi, buku hasil penelitian dan sebagainya.

c.

Bahan hukum tersier yakni, bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan
hukum primer dan sekunder, seperti bibliografi, kamus hukum dan sebagainya.

Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 11.

4.Teknik Pengumpulan
Untuk memperoleh bahan-bahan hukum primer dari penelitian lapangan
dengan teknik yang dipergunakan adalah studi dokumen, yaitu suatu alat pengumpulan bahan
hukum yang dilakukan melalui bahan hukum tertulis atau bahan hukum sekunder, yang
diperoleh dari buku-buku, jurnal ilmiah, dan sebagainya yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas.
5. Teknik Analis
Bahan yang terkumpul, baik bahan primer ataupun sekunder diolah dan
diklasifikasikan ke dalam kelompok-kelompok tertentu untuk dianalisis. Analisis dilakukan
dengan cara :
a. Menginterpretasikan semua peraturan perundang-undangan sesuai dengan masalah yang
dibahas.
b. Menilai bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
c.Menganalisis dan membuat kesimpulan terhadap putusan Mahkamah Konstitusi dalam
memutus perselisihan hasil pemilihan umum Presiden 2014.
E.Sistematika Penulisan
Agar memperoleh gambaran yang utuh atas seluruh isiserta pembahasan skripsi ini,
Menyeluruh, Maka skripsi ini disusun secara sistematis yang terdiri atas 5 (lima), yaitu :
BAB I Diawali bab pendahuluan, yang memuat 5(lima) sub bab, yaitu sub bab latar belakang
masalah, sub bab perumusan masalah, sub bab tujuan penelitian dan penulisan, sub bab
metode penelitian, dan sub bab sistematika penulisan.

Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 11.

BAB II Bab kedua menguraikan tinjauan umum tentang Mahkamah Konstitusi, terdiri atas 3
(tiga) sub bab, yaitu sub bab sejarah berdirinya Mahkamah Konstitusi, sub bab dasar hukum
Mahkamah Konstitusi, dan tugas Mahkamah Konstitusi.
BAB III Bab ketiga ini menguraikan tinjauan umum tentang pemilihan umum, yang terdiri
atas 3(tiga) sub bab, yaitu sub bab pengertian pemilihan umum, sub bab tujuan dan asas
pemilihan umum, dan sub bab pemilihan umum Presiden.
BAB IV Bab ini merupakan inti dari persoalan tentang uraian penyelesaian perselisihan hasil
pemilihan umum Presiden tahun 2014 oleh Mahkamah Konstitusi, terdiri atas 3(tiga) sub bab,
yaitu sub bab mekanisme penyelesaian sengketa perselisihan hasil pemilihan umum Presiden
tahun 2014 oleh Mahkamah Konstitusi, sub bab dasar pertimbangan Mahkamah Konstitusi
dalam memutus sengketa perselisihan hasil pemilihan umum Presiden 2014, dan sub bab
analisis putusan Mahkamah Konstitusi dalam memutus perselisihan hasil pemilihan umum
presiden tahun 2014.
BAB V Merupakan bagian akhir dari penulisan, bab penutup ini berisikan saran dan
kesimpulan.

Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 11.

Anda mungkin juga menyukai