Anda di halaman 1dari 15

POLITIK HUKUM PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB)

DALAM PEMILIHAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN


TEGAL
(PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 DAN 2019)
Aziz Fauzan
Dosen Pembimbing : pakih, S.H.
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Pancasakti Tegal
Dewibocil@gmail.com

ABSTRAK

Handphone kini menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat, Menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS), 67,88% penduduk Indonesia yang berusia 5 tahun ke atas
sudah memiliki ponsel atau handphone pada 2022. Persentase tersebut meningkat
dibanding 2021 yang masih 65,87%, sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam
sedekade terakhir. iPhone merupakan salah satu merk handphone yang memiliki
daya tarik tinggi, iPhone berhasil membangun market branding atas produknya.
Munculnya stigma masyarakat terhadap para pengguna iPhone menjadikan
produsen atau distributor iPhone melakukan kecurangan, dengan menjual iPhone
rekondisi. Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang
mengatur bahwa pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak,
cacat dan/atau bekas tanpa memberikan informasi secaralengkap atas barang
tersebut. Hal ini juga diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen dimana para pelaku usaha berkewajiban untuk memberi informasi
yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi barang yang dipasarkan.
Jenis metode yang digunakan penulis yaitu menggunakan metode penelitian
kepustakaan (Library Research) yakni suatu metode yang digunakan dengan jalan
mempelajari buku literatur, perundang-undangan, dan bahan-bahan tertulis
lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukan tentang bagaimana pertanggung jawaban pelaku
usaha terhadap konsumen pembelian barang elektronik rekondisi.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan
masukan masiswa, akademisi, dan semua pihak yang membutuhkan terutama
dilingkungan Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal.
Kata Kunci : iPhone, Rekondisi, Perlindungan Konsumen
A. LATAR BELAKANG
Industri 4.0 merupakan istilah yang relatif baru dan mungkin masih
belum banyak diketahui dan dipahami oleh kebanyakan khalayak umum, era
tersebut merupakan era dimana penerapan teknologi yang semakin canggih
seperti adanya system jaringan yang terkoneksi dengan mesin, serta arus
informasi yang semakin cepat, dengan adanya hal tersebut tentu saja
dipengaruhi oleh politik, Orang pertama yang memperkenalkan kata politik
adalah Aristoteles melalui pengamatannya tentang “ manusia yang pada
dasarnya adalah binatang politik”. Ia menjelaskan hakikat kehidupan sosial
sesungguhnya merupakan politik dan interaksi satu sama lain dari dua atau
lebih orang sudah pasti akan melibatkan hubungan politik (Ellya Rosana.
2012:138)1 dalam perkembannya politik dipengaruhi oleh politik hukum,
Istilah politik hukum diperkenalkan di Indonesia untuk pertama kali
oleh Soepomo pada tahun 1947, melalui tulisannya di Majalah Hoekoem
dalam artikel yang berjudul “SoalSoal Politik Hoekoem dalam Pembangunan
Negara Indonesia”. Selanjutnya politik hukum menjadi cabang pengetahuan
sekaligus diajarkan sebagai suatu mata kuliah dalam kurikulum Ilmu Hukum
di Indonesia setelah diperkenalkan oleh Moh. Mahfud MD dalam disertasinya
yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul “Politik Hukum
Indonesia.(Eka Nam Sihombing. 2020:1)2
Satjipto Rahardjo menjelaskan, bahwa politik hukum adalah aktivitas
memilih dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial
dan hukum tertentu dalam masyarakat (lebih menitikberatkan pada
pendekatan sosiologis). Terhadap pengertian ini terdapat beberapa pandangan
yang sangat mendasar dalam studi politik hukum, yaitu: pertama, apa yang
ingin dicapai dengan sistem hukum yang ada; kedua, cara-cara apa dan yang
mana yang dirasa paling baik untuk bisa dipakai mencapai tujuan tersebut;
ketiga, kapan waktunya hukum itu perlu diubah dan melalui cara-cara
bagaimana perubahan itu sebaiknya dilakukan; dan keempat, dapatkah
dirumuskan suatu pola yang baku dan mapan, yang bisa membantu
memutuskan proses pemilihan tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan
tersebut secara baik(Abdul Manan. 2016:9)3
Amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 ini jika dikaitkan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun
1945 bermakna, Negara Kesatuan Indonesia berbentuk republik, mengakui
1
Rosana, Ellya. (2012). Partai Politik Dan Pembangunan Politik. Jurnal TAPIs, 8 (1)
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/1548/1288
2
Sihombing ,Eka Nam. (2020) Politik Hukum. Medan:Media Enam.
3
Manan,Abdul. (2016) Politik Hukum Studi Perbandingan dalam Praktik Ketatanegaraan Islam
dan Sistem Hukum Barat. Jakarta:Kencana.

2
kedaulatan rakyat secara konstitusional serta berdasarkan hukum dimana
penyelenggaraan negara dilakukan berdasarkan hukum oleh seluruh
komponen negara beserta warga negara dan masyarakat melalui Badan-Badan
Peradilan, konsep desentralisasi merupakan keputusan terbaik yang perlu
diambil oleh bangsa ini, pilihan ini tidak terlepas dari kondisi wilayah negara
yang luas sehingga tidak mungkin lagi seluruh urusan negara diselesaikan
oleh pemerintahan negara yang berkedudukan dipusat pemerintahan ibu kota
negara, untuk itu dipandang perlu terbentuknya alat-alat perlengkapan
setempat yang disebarkan ke seluruh wilayah negara untuk menyelesaikan
urusan-urusan yang terdapat di daerah (Sirajudin et al, 2015).4
Tentu saja sistem hukum harus menjadi dasar politik hukum nasional
dalam mencapai rencana dan tujuan bernegara. Oleh karena itu, politik
hukum nasional harus selaras dengan tujuan negara Indonesia yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan ikut
serta memelihara ketertiban dunia. Politik hukum nasional memberi arah
pembangunan hukum yang lebih berakar pada budaya bangsa dan keyakinan
yang hidup dalam praktik masyarakat baik secara pragmatis maupun secara
filosofis (Amran Suadi & Mardi Candra. 2016:3)5
Sesuai Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Makna yang
terkandung dalam “kedaulatan berada di tangan rakyat adalah bahwa rakyat
memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk secara
demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan guna
mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakil
rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan.
Perwujudan kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui pemilihan umum
(pemilu) yang merupakan sarana kedaulatan rakyat untuk memilih pemimpin
melalui pemilihan presiden dan wakil presiden yang dipilih dalam satu
pasangan secara langsung serta memilih wakilanggota Dewan Perwakilan
Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden,
dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang
dilaksanakan melalui azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Perkembangan politik hukum pemilu dari masa ke masa mengalami
pergeseran yang signifikan. Pemilu dianggap sebagai bentuk nyata dari
4
Sirajudin, et.al. (2015). Dasar-Dasar Hukum Tata Negara Indonesia, Malang: Setara Press.
5
Suadi,Amran & Candra,Mardi. (2016). Politik Hukum :Perspektif Hukum Perdata dan Pidana
Islam Serta Ekonomi Syariah, Jakarta:Kencana.

3
demokrasi serta wujud paling konkret dari partisipasi masyarakat dalam ikut
serta dalam penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, sistem dan
penyelenggaraan pemilu hampir selalu menjadi pusat perhatian utama karena
melalui penataan, sistem dan kualitas penyelenggaraan pemilu diharapkan
dapat benar-benar mewujudkan pemerintahan yang demokratis.
Di negara demokratis, pemilu adalah sumber utama untuk rekrutmen
politisi dengan partai politik sebagai sarana utama dalam penominasian
kandidat. Individu-individu biasa kemudian menjadi politisi sejak dirinya
bergabung dalam partai politik dan sejak dinominasikan atau mencalonkan
diri dalam pemilu. Kedua, membentuk pemerintahan. Membentuk
pemerintahan secara langsung di negara-negara yang menganut sistem
presidensial seperti di Negara Amerika Serikat dan Perancis dimana eksekutif
dipilih secara langsung. Sedangkan pada pemerintahan dengan sistem
parlementarian pemilu lebih mempengaruhi formasi pemerintah dimana
derajat mempengaruhinya tergantung pada sistem pemilu yang digunakan.
Ketiga, sarana membatasi perilaku dan kebijakan pemerintah. Penguasa-
penguasa yang agendanya tidak lagi disetujui rakyat maka dapat dikontrol
perilakunya secara periodik dalam pemilu berikutnya. Incumbent dapat
dihukum oleh rakyat melalui pengalihan dukungan suara kepada kandidat
atau partai lain yang dianggap lebih aspiratif(Sigit Pamungkas. 2009:6)6
Sejarah panjang perjalanan untuk mencari pemimpin daerah/wilayah
provinsi maupun kabupaten serta kota di Indonesia telah menempuh berbagai
cara pemilihan hingga saat ini dengan pelaksanaan Pilkada secara langsung.
Dari segi pengertian para ahli dan peraturan perundang- undangan,
Pilkada dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menurut Ramlan (1992:181)7 adalah sebuah mekanisme penyeleksian serta
pendelegasian. Atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang
dipercayai.
2. Menurut Harris G. Warren et.all (1963:63) 8, Pilkada adalah kesempatan
rakyat memilih pemimpin mereka. Serta memutuskan, apa yang pengen
pemerintah lakuin untuk mereka. Keputusan rakyat ini juga menentukan hak
yang mereka miliki dan pengen mereka jaga

6
Pamungkas,Sigit. (2009). Perihal Pemilu, Yogyakarta:Universitas Gajah Mada
7
Surbakti,Ramlan. (2014). Understanding the Flaws in Indonesia's Electoral Democracy, dalam
Strategic Review, The Indonesian Journal of Leadership, Policy and World Affairs, 4 (1)https://sr-
indonesia.com/in-the-journal/view/understanding-the-flaws-in-indonesia-s-electoral-democracy/
8
Harris G. Warren, et. al. (1963). Our Democracy at Work. Prentice-Hall, Inc.Engelewood Cliffs,
N.J

4
3. Menurut Amirudin dan A. Zaini Bisri (2006:12) 9merupakanupaya dalam
mencari pemimpin daerah yang berkualitas dengan cara-cara yang damai,
jujur, dan adil. Salah satu prinsip demokrasi yang terpenting didalamnya
adalah pengakuan terhadap perbedaan dan penyelesaian secara damai
4. Pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota yang selanjutnya disebut Pemilihan adalah pelaksanaan
kedaulatan rakyat di Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur,
Bupati, dan Walikota secara langsung dan demokratis. (Ayu Widowati
Johannes. 2020:3)10
5. Undang-undang nomor 22 tahun 2014. Pemilihan gubernur, bupati, dan
walikota yang selanjutnya disebut Pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan
rakyat di provinsi dan kabupaten/kota untuk memilih gubernur, bupati, dan
walikota secara demokratis melalui lembaga perwakilan rakyat. (Ayu
Widowati Johannes. 2020:3)
Penyelenggaraan pilkada secara langsung ini di mulai pada Juni Tahun 2005
di beberapa daerah kabupaten/kota di Indonesia.Penyelenggaraan ini
merupakan dampak dari reformasi pada tahun 1998. Reformasi 1998
membuahkan amandemen Undang-Undang Dasar 1945 sejak berdirinya
Negara Kesatuan RepublikIndonesia Walaupun amandemen itu menjadi
perdebatan berbagai pihak baik yang mendukung maupun yang menolak
amandemen dengan berbagai argumentasi masing-masing. Tapi yang pasti
hasil amandemen itu yang menjadi patokan berbangsa dan bernegara di
Indonesia saat ini. (Ayu Widowati Johannes. 2020:4)
Seperti salah satu partai yang selalu ikut andil dalam pemilu dan
mempunyai historis panjang, yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
tergolong merupakan partai dengan ideologi yang unik. Meski secara
kelembagaan partai ini secara jelas mencantumkan Pancasila sebagai asas
partai, akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kelahiran Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) dibidani oleh organisasi keagamaan terbesar di Indonesia,
Nahdlatul Ulama (NU) Dilihat dari sejarah berdirinya partai, Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) lahir sebagai manifestasi keinginan politik warga
Nahdalatul Ulama (NU). Partai Kebangkitan Bangsa tak bisa dilepaskan dari
dinamika yang mewarnai politik paska lengsernya Soeharto. Sebagai
organisasi Islam terbesar, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menerima banyak
usulan yang mengerucut pada adanya keinginan untuk membentuk partai
politik yang berbasis Islam. Pada 23 Juli 1998 diputuskan untuk mendirikan
Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan di kediaman ketua umum
9
Amirudin & Bisri,A.Zaini. (2005) Pemilihan kepala daerah (pilkada) LangsungProblem dan
Prospek Sketsa Singkat Perjalanan Pemilihan kepala daerah (pilkada) 2005, Yogyakarta:
Pusataka Pelajar.
10
Johannes, Ayu Widowati. (2020). Pilkada Mencari Pemimpin Daerah, Bandung:Cendikia Press

5
PBNU K.H Abdurahman Wahid, di Ciganjur, Jakarta Selatan. Dalam
sambutannya, ketua umum PBNU Abdurahman Wahid mengatakan bahwa,
PKB didirikan untuk menjawab dua permasalahan pertama: Pertama, secara
kelembagaan, NU tidak berpolitik praktis seperti digariskan pada muktamar
NU ke-27 tahun 1984 di Situbondo, Jawa Timur. Kedua, PKB didirikan untuk
memberi wadah bagi aspirasi politik warga NU yang di perkirakan sekitar 40
juta jiwa. Oleh sebab itu, kepemimpinan PKB dipegang oleh Matori Abdul
Jalil yang bukan tokoh Nahdalatul Ulama(Ibnu Hamad. 2004:100)11
Dalam perjalanannya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terus meng-
alami transformasi. Secara rinci, perjuangan Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB) dijelaskan dalam buku bertajuk ”Khidmat Kami Bagimu Negeri.”
Selain pokok-pokok perjuangan serta misi yang ingin diperjuangkannya,
buku ini juga menegaskan posisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai
partai advokasi. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mencoba mengkhususkan
perju- angannya terhadap kepentingan masyarakat mar- ginal, seperti
masyarakat di pedesaan, petani, guru, nelayan, institusi pesantren dan lainnya
(Ahsanul Minan et.al, 2007). Dari sisi etika politik, Imam Nahrowi (2006)
menegaskan bahwa dalam pandangan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),
sikap pragmatis yang semata-mata hanya memperebutkan kekuasaan jelas
sangat merugikan perjuangan. Sikap tersebut hanya berisi intrik- intrik politik
yang dilakukan orang tanpa ada kejelasan untuk apa ia ada. Pada titik inilah,
menurut Nahrowi, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hadir sebagai partai
politik yang lebih mengedepankan moralitas. Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB) harus memanfaatkan momen di masa depan dalam sua- sana saat
pragmatisme politik begitu menguat. Sementara di sisi lain, moralitas partai-
partai politik pun semakin tergerus. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dalam
penelitian ini penulis mengambil judul “POLITIK HUKUM PARTAI
KEBANGKITAN BANGSA (PKB) DALAM PEMILIHAN ANGGOTA
DPRD KABUPATEN TEGAL (PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
DAN 2019)”

B. PERMASALAHAN
11
Hamad,Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Study Critical
Discourse Analysis Terhadap Berita –berita Politik, Jakarta: Granit

6
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi
permasalahan adalah bagaimana perkembangan politik hukum terhadap
peningkatan Partai Kebangkitan Bersama (PKB) dalam pemilihan anggota
DPRD Kabupaten Tegal dan peran setiap petugas dan calon anggota DPRD
Kabupaten Tegal dari Partai Kebangkitan Bersama (PKB) dalam penyusunan
strategi kemenangan
C. LITERATUR REVIEW
Literatur yang membahas tentang Pertanggung Jawaban Pelaku Usaha
Terhadap Konsumen Pembelian Barang Elektronik Rekondisi sudah banyak
ditulis. Untuk menunjukan posisi jurnal ini dengan literatur yang sudah ditulis
oleh penulis lain, berikut penulis deskripsikan literatur terkait :
12
1. AHMAD JAHFAR dalam tesis univesitas jambi (2023) dengan judul
“Politik Hukum Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Dalam Sistem Pemerintahan Daerah Yang Demokratis” Tesis ini
membahas mengenai1). Kedudukan DPRD dalam sistem peraturan
perundang-undangan sejak awal mula undang-undang pemerintahan
daerah hingga undang-undang yang berlaku sekarang yaitu Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengalami perubahan, berkaitan dengan
kedudukan DPRD yang dinyatakan berada dibawah kepala daerah atau
kepala daerah memiliki posisi yang superior, hingga DPRD diposisikan
sebagai mitra kerja yang sejajar dengan kepala daerah. 2). Dikarenakan
pasal yang mengatur tentang kedudukan DPRD dalam Undang-Undang
No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah masih belum
sepenuhnya berlaku, yaitu meskipun DPRD diposisikan sejajar dengan
kepala daerah dalam menjalankan pemerintahan di daerah namun realitas
yang ada tidak berlaku demikian. DPRD tetap berada di bawah kepala
daerah. Revisi pasal tentang kedudukan DPRD perlu dilakukan agar
mempertegas kembali posisi kemitraan kerja yang sesungguhnya antara
DPRD Dan kepala daerah. Bukan saling membawahi antar keduanya.

12
Jahfar, Ahmad (2023). Politik Hukum Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Dalam Sistem Pemerintahan Daerah Yang Demokratis, Tesis:Universitas Jambi

7
Sehingga produk hukum yang dihasilkan berupa peraturan perundang-
undangan adalah produk hukum melalui kebijakan politik yang jelas.
2. Alan Bayu Aji Dalam Tesis Univiersitas Islam Indonesia (2018)
13
Dengan Judul“Politik Hukum Pengaturan Pertanggungjawaban Kepala
Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah” tesis ini membahas
mengenai penelitian menunjukan bahwa pasca perubahan UU No. 22
Tahun 1999 hubungan pertanggungjawaban kepala daerah lebih bersifat
sentralistik kepada pemerintah pusat. sifat sentralistik tersebut
dikarenakan evaluasi atas pertanggungjawaban didominasi oleh
pemerintah pusat. Selain pertanggungjawaban yang bersifat sentralistik,
pertanggungjawaban kepala daerah juga lebih bersifat kuantitatif.
Hubungan pertanggungjawaban yang bersifat sentralistik tersebut juga
berakibat pada minimnya fungsi pengawasan DPRD khususnya dalam
hal menerima pertanggungjawaban kepala daerah. Sifat sentralistik
hubungan pertanggungjawaban kepala daerah juga sangat terlihat dalam
UU No. 23 Tahun 2014 di mana dalam UU tersebut memperlihatkan
begitu dominannya pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Untuk
meminimalisir sifat sentralistik hubungan pertanggungjawaban kepala
daerah tersebut, dalam penelitian ini menawarkan model ideal
pertanggungjawaban kepala daerah dilakukan oleh DPRD terlebih dahulu
yang kemudian baru diteruskan ke pemerintah pusat. Penyampaian
pertanggungjawaban kepala daerah kepada DPRD terlebih dahulu ini
bertujuan untuk lebih memperlihatkan hubungan kesejajaran antara
Kepala Daerah dengan DPRD dan tetap mempertahankan bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan sistem desentralisasi.
3. La Ode Muhammad Kaisar Demaq Tesis Universitas Gajah Mada(2018)
14
Dengan Judul “Politik Hukum Pemungutan Suara Ulang Dalam
Pemilihan Kepala Daerah Serentak”. Tesis ini membahas mengenai

13
Aji, Alan Bayu. (2018). Politik Hukum Pengaturan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Tesis:Universitas Islam Indonesia
14
Demaq,La Ode Muhammad Kaisar.(2018). Politik Hukum Pemungutan Suara Ulang Dalam
Pemilihan Kepala Daerah Serentak, Tesis:Universitas Gajah Mada

8
Landasan secara teoeretis MK dapat menetapkan pemungutan suara
ulang dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak, didasari kebijakan
hukum terbukaMK yang menyerahkan kewenangan kepada
pembentuk undang-undang untuk mengatur lebih lanjut lembaga
manakah yang berwenang memutus perselisihan hasil Pilkada.
Pembentuk undang-undang akhirnya bersepakat untuk menyerahkan
kembali kewenangan memutus perselisihan hasil Pilkada kepada MK
sampai terbentuknya Badan Khusus Pemilu sebelum pelaksanaan Pilkada
Serentak secara nasional. Pertimbangan MK dapat menetapkan
pemungutan suara ulang dalam Pilkada, karena keberadaan MK
sebagai pengawal konstitusi dan beberapa Putusan MK terdahulu
menyatakan bahwasannya MK tidak mau dibatasi dengan penafsiran
sempit frasa perselisihan hasil Pemilu. Untuk menemukan format ideal
pelaksanaan pemungutan suara ulang Pilkada,maka perlu adanya
optimalisasi fungsi lembaga penyelenggara Pilkada, Bawaslu/Panwaslu
dalam menyelesaiakan pelanggaran administrasi Pilkada
mengedepankan musyawarah mufakat dan membatasi pelaksanaan
pemungutan suara ulang agar terjadi efisiensi anggaran.
D. METODOLOGI
Dalam menyusun tulisan ini penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan (Library Research) yakni suatu metode yang digunakan dengan
jalan mempelajari buku literatur, perundang-undangan, dan bahan-bahan
tertulis lainnya yang berhubungan dengan materi pembahasan yang penulis
gunakan untuk menyusun tulisan ini.

E. PEMBAHASAN
Perkembangan politik hukum terhadap peningkatan Partai Kebangkitan
Bersama (PKB) dalam pemilihan anggota DPRD Kabupaten Tegal dan
peran setiap petugas dan calon anggota DPRD Kabupaten Tegal dari
Partai Kebangkitan Bersama (PKB) dalam penyusunan strategi
kemenangan

9
Politik hukum disebut juga legal policy tentang hukum yang akan
diberlakukan atau tidak diberlakukan untuk mencapai tujuan negara.
Berdasarkan pengertian diatas posisi hukum dimaknai sebagai alat untuk
mencapai tujuan negara. Sunaryati Hartono mengenai hal ini mengemukakan
pendapat bahwa "hukum sebagai alat" sehingga secara praktis politik hukum
juga merupakan alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk menciptakan sistem hukum nasional guna mencapai cita-
cita bangsa dan tujuan negara. (C.F.G Sunaryati Hartono. 1991)

Prinsip-prinsip yang termuat dalam Undang-undang Dasar merupakan


dasar berlakunya politik Hukum. Sehingga dalam politik hukum terdapat dua
sifat yaitu; (Haryono Umar, et.all 2021:89)15

1. Bersifat pemanen atau jangka panjang. Contoh yang bersifat jangka


panjang adalah pemberlakuan prinsip pengujian yudisial, ekonomi
kerakyatan, keseimbangan, antara kepastian hukum, keadilan, dan
kemanfaatan, penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial dengan
hukum-hukum nasional, penguasaan sumber daya alam oleh negara,
kemerdekaan kekuasan kehakiman dan lain lain.

2. Yang bersifat Periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai


dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
akan memberlakukan maupun yang akan mencabut contohnya pada periode
1973-1978 ada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu, pada periode 1983-1988 ada politik
hukum untuk membentuk Peradilan Tata Usaha Negara, dan pada periode
2004-2009 ada lebih dari 250 rencana pembuatan Undang-undang yang
dicantumkan didalam program legislasi nasional (prolegnas)

Cakupan studi politik hukum mencakup legal policy (sebagai


kebijakan resmi negara) tentang hukum yang akan diberlakukan atau tidak
diberlakukan dan hal-hal lain yang terkait dengan itu. Sehingga terdapat

15
Umar,Haryono et.all. (2021). Politik Hukum, Sumatra Barat:Azka Pustaka

10
perbedaan cakupan antara politik hukum dan studi politik hukum, pertama
lebih bersifat formal pada kebijakan resmi sedangkan yang kedua mencakup
kebijakan resmi dan hal-hal lain yang terkait dengannya. Maka, studi politik
hukum mencakup sekurang-kurangnya; (Haryono Umar, et.all 2021:90)

a) Kebijakan negara (garis resmi) tentang hukum yang akan diberlakukan


atau tidak diberlakukan dalam rangka pencapaian tujuan negara;
b) Latar belakang politik, ekonomi, sosial, budaya, (poleksosbud) atau
lahirnya produk hukum;
c) Penegakan hukum didalam kenyataan lapangan.

Politik dan hukum adalah dua hal yang sulit dipisahkan atau
tidak mungkin dipisahkan, karena kedua-duanya mempunya hubungan yang
sedemikian eratnya.Bahkan karena eratnya hubungan keduanya, sulit pula
untuk menentukan mana yang paling berpengaruh apakah politik
berpengaruh terhadap hukum, dan sebaliknya apakah hukum yang
berpengaruh terhadap politik. Persoalan tersebut kiranya hanya mampu
dijawab melalui ranah politik hukum. Sebagaimana dikemukakan oleh
Padmo wahjono, politik hukum adalah kebijakan dasar menentukan arah,
bentuk, maupun isi hukum yang akan dibentuk. Dikemukakan pula bahwa
politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang apa yang
dijadikan kriteria untuk menghukum sesuatu yang didalamnya mencakup
pembentukan, penerapan, dan penegakan hukum.(Wahyu Nugroho
2016:488)16

F. KESIMPULAN

16
Nugroho, Wahyu. (2016). Politik Hukum Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi atas
Pelaksanaan Pemilu dan Pemilukada di Indonesia. Jurnal Konstitusi, 13 (3)
https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/view/1331/271

11
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA

12
Aisyah Nikita, Gunawan Djajaputra, “Kekuatan Klausula Baku Terhadap Penjualan
Smartphone Rekondisi Ditinjau Dari Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen”, Jurnal Hukum Adiguna, Volume 4, Nomor 2,
2021

Anindya Octaviani, “Analisis Hukum Islam Dan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen Terhadap Resiko Praktik Jual Beli Iphone Refurbished
Di BC Cell Surabaya”, Skripsi Fakultas Hukum, Universitas Islam Negri Sunan
Ampel

Atikah Mardhiya Rohmy, Teguh Suratman, Arini Indah Nihayaty, “UU ITE Dalam
Perspektif Perkembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi”, Jurnal
Dakwah dan Komunikasi Islam, Volume 7, Nomor 2, 2021.

Desy Ary Setyawati, Dahlan, M. Nur Rasyid, “Perlindungan Bagi Hak Konsumen Dan
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Perjanjian Transaksi Elektronik”, Syiah
Kuala Law Journal, Volume 1, Nomor 3, 2017.

Hari Sutra Disemandi, Puteri Ariesta Nadia, “Produk Bahan Pangan Kadaluarsa Yang
Diiperjualbelikan Di Supermarket: Suatu Kajian Hukum Perlindungan
Konsumen”, Maleo Law Journal, Volume 5, Nomor 2, 2021.

M. Naufal Annafi, Difa Haikal Nikmatullah A, Hidayatulloh, “Pengaruh penggunaan


handphone terhadap prestasi mahasiswa”, Jurnal Pendidikan Luar Sekolah,
Volume 12, Nomor 1, 2018.

M. Syamsudin, Fera Aditias Ramadani, “Perlindungan Hukum Konsumen Atas


Penerapan Klausula Baku”, Jurnal Yudisial, Volume 11, Nomor 1, 2018.

Nadhira Amaliah, “Penerapan Kewajiban Konsumen Untuk Membaca Informasi Barang


Berupa Makanan Ringan dan Minuman Dalam Rangka Perlindungan Diri
Sebagai Konsumen Berdasarkan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen Di Kecamatan Sail”, JOM Fakultas Hukum, Volume 3,
Nomor 2, 2016.

13
Ratna Indah Lestari, Nur Wulan Suci, Eka Maisara Amalia, “Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Yang Terlibat Dalam Transaksi Jual Beli Pada Media Sosial
Instagram”, Jurnal Analisis Hukum, Volume 5, Nomor 2, 2022.

Rizki Tri Anugrah Bhakti, “Perlindungan Hukum Konsumen Properti Atas Sistem Pre
Project Selling Di Kota Batam”, Jurnal Cahaya Keadilan, Volume 7, Nomor 1,
2019.

Siti Aditya Ningrum Sitorus, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Smartphone


Bermerek iPhone Dalam Kaitannya Dengan Peredaran iPhone Rekondisi Di Kota
Pekanbaru”, Skripsi Fakultas Hukum, Universitas Islam Riau.

Syahruddin Nawi, “Hak Dan Kewajiban Konsumen Menurut Uu No.8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen”, Pleno De Jure, Volume 7, Nomor 1, 2018.

Tira Nur Fitria, “Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan Hukum
Negara”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Volume 3, Nomor 1, 2017.

Yudha Hadian Nur, Dwi Wahyuniarti Prabowo, “Penerapan Prinsip Tanggung Jawab
Mutlak (Strict Liability) Dalam Rangka Perlindungan Konsumen”, Buletin
Ilmiah Litbang Perdagangan,, Volume 5, Nomor 2, 2011.

Website:

Adi Ahdiat, “67% Penduduk Indonesia Punya Handphone pada 2022, Ini Sebarannya”,
https://databoks.katadata.co.id/ datapublish/2023/03/08/67-penduduk-indonesia-
punya-handphone pada-2022-ini sebarannya#:~:text=Menurut%20data%20Badan
%20Pusat%20Statistik, rekor%20tertinggi%20dalam%20sedekade%20terakhir,
Diakses pada 17 Juli 2023

Fauzi Rasyad, “Cara Cek Kondisi iPhone Apakah Baru, Refurbish, Atau Rekondisi”,
https://gadgetren.com/2017/04/20/carac-cek-iphone-baru-refurbish-rekondisi/,
Diakses 17 Juli 2023

14
15

Anda mungkin juga menyukai