Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MK SOSIOLOGI POLITIK

“PARTAI POLITIK DAN PEMILU”

OLEH KELOMPOK IV:

1. YOHANES MARIA VIANNEY ( 2003040153)


2. JOSUA PUTRA FAJAR MANGGA DAPA TAKA ( 2003040110 )
3. NERCIANA MANIS ( 2003040122 )
4. SIPRIANUS ORLANDO AMA RENDA
5. YENI ADRIANA TOLEU ( 2003040151 )
6. VICRIS ARNALDO PAH ( 2003040149 )
7. THOMI ARMANDO RIBA ( 2003040146 )

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU SANIA POLITIK

JURUSAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………..

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………

1.4 Manfaat ………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….

2.1 Partai Politik ……………………………………………………………...

2.2 Pemilihan Umum ………………………………………………………...

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………

3.1 Simpulan ……………………………………………………………….

3.2 Saran ……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
bimbingan, dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Judul
makalah ini ialah “Partai Politik dan Pemilu ”. Makalah ini berisi tentang konsep partai politik dan
pemilu, bentuk-bentuk partai politik dan pemilu, dan sejarah partai politik dan pemilu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Penulis menyadari bahwa pembahasan hanya pada batasan permasalahan pada makalah ini,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan oleh penulis untuk melengkapi
makalah ini baik dari segi teori, metode, dan analisis sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi peneliti
selanjutnya.

Kupang, Maret 2021

Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam pemerintahan yang demokratis salah satu wujudnya ialah adanya kehidupan
partai politik. Setelah partai politik maka dilanjutkan dengan adanya ketentuan pemilihan umum
untuk memilih Presiden, Wakil Presiden, Gubernur, Bupati dan anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat serta lain sebagainya. Dahuku di awal kemerdekaan setelah maklumat wakil
presiden dengan memberi kebebasan rakyat mendirikan partai politik, maka direncanankan pula
akan diselenggarakan pemilihan umum. Namun karena situasi keamanan dan stabilitas
pemerintahan belum memungkinkannya, maka baru 10 tahun setelah kemerdekaan di tahun 1955
Pemilu pertama diselenggarakan.
Dalam sistem pemilihan umum yang dipilih oleh rakyat semua jabatan politik seperti
jabatan Presiden dan Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan
Perwakilan Daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyar Daerah, jabatan Gubernur dan Wakilnya,
dan jabatan Bupati dan Wakilnya serta Walikota dan wakilnya. Pemilihan umum unruk jabatan-
jabatan politik itu ada yang serentak ada yang tidak serentak.
Di Indonesia pemilu bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden sendiri-
sendiri, artinya tidak serentak tetapi ada juga yang dilaksanakan secara bersamaan seperti pada
tahun 2019 yang memilih Presiden dan Wakil Presiden dan anggota-anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu partai politik?


2) Apa itu pemilihan umum?

1.3 Tujuan

1) Menjelaskana dan mendeskripsikan partai politik


2) Menjelasakan dan mendeskripsikan pemilihan umum

1.4 Manfaat

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Partai Politik dan Pemilu.


BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 PARTAI POLITIK

A. Pengertian partai politk


Secara etimologis kata partai dapat ditelusuri jejaknya daei bahasa Latin, yaitu partire,
yang bermakna “membagi” atau “memilah” atau juga bisa disejajarkan dengan kata benda
“part”dikembangkan menjadi kata kerja berubah jadi “to participate”, yang berarti turut ambil
bagian.” Dengan pengertian tersebut, partai dipahami sebagai “bagian dari masyarakat yang turut
ambil bagian dalam kegiatan bertujuan.” Sementara politik itu. Jika disandingkan antara makna
partai dan politik secara etimologis, maka partai politik dipahami sebagai bagian dari masyarakat
yang turut ambil bagian dalam kegiatan bertujuan kekuasaan (power), kewenangan (authority),
kehidupan publik (public life), pemerintahan (government), negara (state), kebijakan (policy),
pengambilan keputusan (decision making), dan lain sebagainnya.
Adapun pengertian partai politik menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
1. G. SARTORI
Dalam bukunya Party and Party Systems: A Framework for Analysis, Sastori
memberikan pengertian partai politik sebagai “kelompok politik yang ikut serta dalam
pemilihan umum, para calon untuk duduk dalam legislatif dan pemerintahan.
2. MIRIAM BUDIARDJO
Dalam bukunya Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlamenter dan Demokrasi
Pancasila, Miriam Budiardjo membuat batasan partai politik sebagai “suatu kelompok
terorganisasi yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai serta cita-cita
yang sama, dan mempunyai tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik dan melalui
kekuasaan itu, melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.
Dari pendapat dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa partai politik adalah kelompok
yang terorganisasi, ditandai dengan adanya visi, misi, tujuan, platform, dan program dan agenda,
dan mengikuti pemilihan umum untuk meraih kekuasaan atau jabatan legislatif dan eksekutif.
B. Fungsi partai politik
 Sebagai wahana representasi politik
Partai politik dibangun oleh para pendirinya sebagai suatu usaha untuk merepresentasikan
kepentingan politik mereka pada lembaga perwakilan rakyat (legislatif) dan lembaga
pemegang kekuasaan pemerintahan (eksekutif) seperti presiden, gubernur, bupati, atau
wali kota.
 Sebagai sarana komunikasi politik
Pendapat atau aspirasi seseorang atau suatu kelompok ditampung dan digabung dengan
pendapat dan aspirasi orang lain yang senada dan setelah itu pendapat dan aspirasi tadi
diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang lebih teratur dan kemudian merumuskannya
menjadi usulan sebuah kebijakan. Atau biasa disebut sebagai perantara.
 Sebagai sarana sosialisasi politik
Sosialisasi politik merupakan suatu transmisi pengetahuan, sikap, nilai, norma, dan
perilaku esensial dalam kaitannya dengan politik, agar mampu berpartisipasi efektif
dalam kehidupan politik. Dimana disini dia menyampaikan budaya politik yaitu sikap,
nilai, norma, dan perilku yang esensial kepada generasi-generasi berikutnya.
 Sebagai sarana partisispasi politik
Partisispasi politik merupakan turut ambil bagian, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan kekuasaan (power), kewenangan (authority), kehidupan publik
(public life), pemerintahan (government), negara (state), dan lain sebagainnya. Dimana
partai politik seyogianya menciptakan sesuatu mekanisme di mana kebijakan dan
pengambilan keputusan para anggota legislatif dari partainya mengikutsetakan aspirasi,
keinginan, dan harapan para konstituen, simpatisan, dan kader partai mereka.
 Sebagai sarana perekrutan politik
Perekrutan politik merupakan suatu proses melakukan pemilihan, pengangkatan, dan
penetapan sehingga seseorang atau kelompok orang untuk jabatan politik dan
pemerintaha. Atau berkaitan dengan seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal
partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas.
 Mencari dan mempertahankan kekuasaan
Untuk memperjuangkan alternatif kebijaksanaan umum yang telah dipadukan oleh suatu
partai politik, maka partai politik yang bersangkutan berusaha mendapatkan kekuasaan
dalam pemerintahan baik dalam badan eksekutif baik lewat pemilihan umum maupun
dengan cara lain yang sah. Tanpa adanya kekuasaan itu, partai politik yang bersangkutan
tak akan dapat memperjuangkan alternatif kebijaksanaan umum tersebut. Kalau telah
mendapatkan kekuasaan, maka partai politik yang bersangkutan biasanya berusaha
mempertahankan kekuasaan.
 Pegendali konflik
Di sini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasi konflik, atau sekurang-
kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan
seminimal mungkin. Elit politik dapat menumbuhkan pengertian atau perdamaian
diantara mereka.
 Kontrol politik
Kontrol politik adalah kegiatan untuk menunjukan kesalahan, kelemahan, dan
penyimpangan dalam suatu kebijaksanaan atau dalam pelaksanaan suatu kebijaksanaan.
Dalam melakukan suatu kontrol atau pengawasan haruslah berdasarkan kriteria atau
norma, sehingga kegiatan itu objektif atau sesuai atau bagus sifatnya. Melakukan suatu
kegiatan kontrol atau pengawasan tanpa suatu kriteria yang jelas, maka kontrol itu tidak
akan mempunyai arah atau ngawur. Kriteria suatu kontrol politik adalah nilai-nilai politik
yang dianggap ideal oleh masyarakat (ideologi) yang dijabarkan ke dalam berbagai
kebijaksanaan umum atau peraturn undang-undangan.
C. Tujuan partai politik
Tujuan dari partai politik adalah untuk mendapatkan, dan mempertahankan kekuasaan
demi menjalankan atau mewujudkan ideoligi mereka, dalam bentuk program-program yang akan
disusun.
D. Tipologi partai politik
1) Berdasarkan asas dan orientasinya
 Partai Politik Pragmatis
Suatu partai yang dimana memiliki tujuan program atau kegiatan yang tidak
terikat kaku pada suatu doktrin dan ideologi tertentu juga menyesuaikan dengan
perubahan dan kondisi suatu partai. Biasanya didalam partai pragmatis ini
terdapat dalam sistem dwi partai yang berkompetisi secara stabil, sebagai contoh
Partai Demokrat denga partai Republik di amerika serikat.
 Partai Politik Doktriner/ideologi
Partai politik doktriner adalah partai politik yang mempunyai program-program
dan kegiatan yang dilandasi oleh doktrin dan ideologi politik tertentu. Mungkin
saja ada perubahan, tetapi perubahan itu biasanya tetap dalam kerangka ideologi
partai itu. Pergantian pemimpin tidak mengubah program dasar, walaupun
mengkin penampilannya berbeda sesuai dengan gaya kepemimpinan pemimpin
baru. Contohnya partai politik doktriner atau ideologi ini antara lain Partai
Masyumi, dan PNI di Indonesia (yang sudah tak ada lagi secara formal), partai
Demokrat Kristen di Jerman Barat, dan tentu saja Partai Komunis di mana saja.
 Partai Politik Kepentingan
Partai Politik Kepentingan adalah partai yang dibentuk atas dasar suatu kelompok
kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, etnik, pedesaan atau perkotaan, dan
agama yang secara langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan. Partai
politik seperti umumnya terdapat dalam sistem banyak partai, namun dapat pula
ditemukan dalam sistem dua partai yang dominan tetapi partai itu umumnya
adalah minoritas. Contoh partai politik kepentingan itu adalah Partai Petani di
Swiss serta Partai Buruh dan Partai Pedesaan (country party) di Australia.
2) Berdasarkan komposisi keanggotaan dan fungsi anggota
 Partai Politik Massa
Partai politik massa merupakan suatu partai politik yang hadir dari kelas-kelas
masyarakat yang sering termarjinalkan atau dari elit yag berada diluar parlemen
yang berkeinginan untuk merebut kekuasaan atau sekedar memperjuangkan
kepentingan golongannya di dalam pemerintahan. Atau yang mengandalakan
kekuatan pada keunggulan jumlah anggota dengan cara memobilisasi massa
sebanyak-banyaknya, dan mengenbangkan diri sebagai pelindung atau
menempatkan partai melindungi semua golongan dan lapisan masyarakat yang
ada sehingga pemilihan umum dapat dimenangkan.
 Partai Kader
Partai kader adalah suatu partai yang mengandalakan kualitas anggota, dan
disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama. Atau bisa dikatakan secara
historis partai ini berkembang sebagai akibat hak pilih belum diberikan kepada
masyarakat luas. Di Indonesia partai yang masuk kategori ini tidak terlalu begitu
banyak. Contohnya saja itu Partai Keadilan atau yang sekarang diseburt sebagai
Partai Keadilan Sejahterah (PKS). Dimana pada era reformasi masih begitu
banyak kader- kader loncatan yang ada di dalam partai ini yang berasal dari basis
yang tidak jelas.
3) Berdasarkan Basis Sosial dan Tujuannya
 Berdasarkan Basis Sosial
Almond mengajukan klasifikasi lain berdasarkan basis sosial dan tujuan
berdasarkan basis sosialnya, partai politik dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
Partai politik yang beranggotakan lapisam-lapisan sosial dalam
masyarakat, seperti kelas atas, menengah, dan bawah.
Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok
kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, pedagang, dan berbagai
profesi lainnya.
Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama
tertentu, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan agama lainnya.
Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari etmis dan budaya
tertentu, seperti ras, suku, bahasa, dan daerah tertentu.
Dalam kenyataan, banyak partai politik yang, tak hanya mempunyai basis sosial
pada satu kalangan tertentu saja tetapi sering kali beraneka. Hanya mungkin
yang dominan dalam partai itu berasal dari kalangan atau basis sosial tertentu.
Misalnya, Partai Demokrat di Amerika Serikat pada umumnya mempunyai
basis sosial dari kalangan menengah, orang Negro, dan Katolik. Tetapi, itu tidak
berarti bahwa anggota Partai Demokrat tidak ada yang berasal dari kalangan
atas, kulit putih, dan Protestan.
 Berdasarkan tujuannya
 Partai perwakilan kelompok, yaitu partai yang menerima sistem kepartaian
kompetitif dan berusaha memenagkan sebanyak mungkin sebanyak mungkin
kursi dalam parlemen. Misalnya, partai UMNO di Malaysia serta PDIP dan
Golkar di indnesia.
 Partai Pembinaan bangsa, yaitu partai yang bertujuan menciptakan kesatuan
identitas nasional, dan biasanya menindas kepentingan-kepentingan fisik. Contoh
partai tipe ini adalah Partai Aksi Rakyat Lee Kuan Yew di Singapura; Golkar
dari Indonesia di masa Orde Baru.
 Partai mobilisasi atau integrasi, yaitu partai yang bertujuan memobilisasi
masyarakat ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh pemimpin-
pemimpin rezimnya, dan kurang membina partisipasi dan perwakilan berbagai
kelompok dalam masyarakat. Partai ini cenderung bersifat monopolistis dan
meniadakan kompetisi. Contoh partai politik tipe ini adalah Partai Komunis di
Uni Soviet; Golkar di Indonesia.
E. Sistem kepartaian
Maurice Duverger mengajukan penggolongan sistem kepartaian yaitu sebagai beriut :
1) Sistem partai tunggal (one party system)
Sistem ini berlaku apabila di suatu negara hanya terdapat satu partai politik atau ada
beberapa partai politik, namun yang dominan dan mempunyai peran yang sangat besar
hanya satu partai. Sebagai contoh China, yang memiliki partai tunggal yakni Partai
Komunis China, sedangkan contoh partai tunggal yang dominan dan mempunyai peran
besar yakni Indonesia pada waktu era Orde Baru dengan Golkar yang sangat dominan.
2) Sistem dwi partai (two party system)
Sistem ini berlaku, apabila dalam suatu negara hanya ada dua partai politik ataupun bisa
lebih dari dua partai politik akan tetapi yang dominana hanya dua partai. Agar sistem ini
berjalan baik menurut Peter G.J. Pulzer, diperlukan tiga syarat, yakni: 1) komposisi
masyarakatnya homogen; 2) adanya konsesus yang kuat dalam masyarakat mengenai asas
dan tujuan sosial yang pokok; dan 3) adanya kontinuitas atau latar belakang sejarah.
Dalam sistem ini partai-partai dengan jelas dibagi dalam partai yang berkuasa (karena
menang dalam pemilihan umum) dan partai oposisi (karena kalah dalam pemilihan
umum). Contoh negara memiliki ciri-ciri sistem dwi partai, yaitu Inggris, Amerika
Serikat, Filipina, Kanada, dan Selandia Baru.
3) Sistem banyak partai (multi party system)
Sistem multipartai, yaitu parpol yang eksis lebih dari dua. Jumlahnya persisnya
bervariasi. Munculnya multipartai bisa disebabkan oleh konteks sosial negara itu yang
majemuk. Kemajemukan bisa dilihat dari berbagai hal misalnya, dari ras, suku, agama,
kebudayaan, sampai ideologi. Indonesia adalah salah satu negara yang menganut sistem
multipartai.
F. Sejarah partai politik dan kepartaian di Indonesia
Organisasi Boedi Oetomo yang didirikan oleh Dr. Wahidin Soedirohoesodo dan beberapa
rekannya pada tahun 1908 merupakan cikal bakal partai politik di Indonesia. Walaupun pada awal
pembentukannya, Boedi Oetomo bukanlah organisasi yang terjun dalam politik murni, namun
para pakar sejarah setuju bahwa kehadiran Boedi Oetomo menjadi pelopor didirikannya
organisasi politik.
Partai politik yang pertama kali lahir di Indonesia adalah partai yang didirikan oleh tiga
serangkai yaitu Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr. Setiabudi, dan Ki Hajar Dewantara.  Partai yang
pertama ini bernama Indische Partij, dan didirikan tahun 25 Desember 1912 di kota Bandung.
Partai partai politik yang berdiri pada jaman penjajahan Belanda, selalu dilingkupi oleh perasaan
cemas, dan tidak dapat hidup dengan damai. Hal ini dikarenakan partai partai ini mempunyai
tujuan utama untuk menggulingkan pemerintahan Belanda secara politik.
Sejak saat itu mulai banyak bermunculan organisasi yang berani bergerak di bidang
politik, sebut saja PNI atau Partai Nasional Indonesia yang didirikan oleh Ir. Soekarno, yang
merupakan presiden pertama Republik Indonesia. Partai politik mempunyai peranan yang sangat
besar dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Saat ini partai politik di negara kita sudah tidak lagi bertujuan untuk membebaskan diri
dari penjajah, namun bertujuan untuk membebaskan setiap rakyat Indonesia dari berbagai macam
masalah masalah pemerintahan, termasuk dalam sektor ekonomi, sosial, dan lain lainnya.
Dan saat ini partai yang ada di Indonesia itu terdiri dari PDI, Gerindra, PAN, Partai
Berkarya, emokrat, Gerakan Perubahan Indonesia, Hanura, Golkar, PKS, Nasional Demokrat,
Persatuan Pembangunan, Persatuan Indonesia, Solidaritas Indonesia, PKB. Sementara dua partai
lainnya yang tidak lolos dari proses verifikasi adalah partai Bulan Bintang, dan partai PKPI.

2.2 PEMILIHAN UMUM

A. Pengertian pemilihan umum


Pemilihan umum yang kemudian disingkat menjadi pemilu, dan selanjutnya kata pemilu
begitu akrab dengan masalah politik dan pergantian pemimpin, Pemilu yang diselenggarakan
tidak lain adalah masalah politik yang berkaitan dengan masalah pergantian pemimpin. Secara
teoritis pemilihan umum dianggap merupakan tahap paling awal dari berbagai rangkaian
kehidupan ketatanegaraan yang demokratis, sehingga pemilu merupakan motor penggerak
mekanisme sistem politik demokrasi. Pemilihan umum merupakan suatu keharusan bagi suatu
negara yang menamakan dirinya sebagai negara demokrasi. Pemilu berkaitan erat dengan proses
peralihan kepemimpinan, pelaksanaan demokrasi, dan perwujudan kedaulatan rakyat.
Ada pun pengertian pemilu menurut para ahli
 Syamsudin Haris, pemilu adalah salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat, yang
bersifat langsung, terbuka, massal.
 Veri Junaidi, pemilu adalah sebagai prosedur untuk mencapai demokrasi atau merupakan
prosedur untuk memindahkan kedaulatan rakyat kepada kandidat tertentu untuk
menduduki jabatan-jabatan politik.
 UU No 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum, menyatakan Pemilu adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Adam Pzeworski (1988) menulis, minimal ada dua alasan mengapa pemilu menjadi variabel
sangat penting dalam suatu negara demokrasi;
 Pertama, pemilu merupakan suatu mekanisme transfer kekuasaan politik secara damai.
 Kedua, demokrasi yang memberikan ruang kebebasan bagi individu, meniscayakan
terjadinya konflik-konflik.
B. Alasan pemilu diadakan
Terdapat dua alasan mengapa pemilu menjadi variabel penting suatu negara, yakni:
 Pemilu merupakan suatu mekanisme transfer kekuasaan politik secara damai.
 Demokrasi memberikan ruang kebebasan bagi individu.
C. Fungsi pemilihan umum
Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, fungsi pemilu sebagai alat demokrasi yang
digunakan untuk:

1. Mempertahankan dan mengembangkan sendi-sendi demokrasi di Indonesia.


2. Mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila (Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia).
3. Menjamin suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya Pancasila dan
dipertahankannya UUD 1945.

Pemilu sebenarnya memiliki empat fungsi utama, yaitu:

1. Pembentukan legitimasi penguasa dan pemerintah


2. Pembentukan perwakilan politik rakyat
3. Sirkulasi elite penguasa
4. Pendidikan politik

D. Asas-asas pemilihan umum


Asas adalah suatu pangkal tolak pikiran untuk suatu kasus atau suatu jalan dan sarana untuk
menciptakan suatu tatanan hubungan yang dikehendaki, mengutip Joko. J.Prihatmoko dalam
buku Pemilihan Kepala Derah Langsung (Filosofi, Sisten, dan Problema Penerapan di Indonesia).
Asas yang dipakai dalam pemilu Indonesia yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
seperti yang tertuang dalam Pasal 2 UU Pemilu Legislatif. Berikut penjelasannya:
 Langsung
Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih secara
langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri sendiri tanpa ada
perantara.
 Umum
Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga negara yang memenuhi
persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis kelamin, golongan,
pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.
 Bebas
Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai pemilih pada
pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang akan dicoblos untuk membawa
aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun.
 Rahasia
Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin kerahasiaan pilihannya.
Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang
lain kepada siapa pun suaranya diberikan.
 Jujur
Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan juga bersikap
jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Adil
Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilihan umum
mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

E. Tujuan pemilihan umum

Tujuan pemilu di Indonesia menurut Prihatmoko (2003:19) dalam pelaksanaannya memiliki


tiga tujuan utama yakni:

1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan
umum (public policy).
2. Pemilu sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan badan
perwakilan rakyat melalui wakil wakil yang terpilih atau partai yang memenangkan kursi
sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin.
3. Pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakkan atau menggalang dukungan rakyat
terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik.
Selanjutnya, tujuan pemilu di Indonesia dalam pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang
Nomor 8 tahun 2012 pasal 3 yakni; pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Dalam pelaksanaannya pemilu memiliki lima tujuan, yaitu:

 Pemilu sebagai implementasi kedaulatan rakyat.


 Pemilu sebagai sarana membentuk perwakilan politik.
 Pemilu sebagai sarana penggantian pemimpin secara konstitusional.
 Pemilu sebagai sarana pemimpin politik memperoleh legitimasi.
 Pemilu sebagai sarana partisipasi politik masyarakat.
Secara singkat, tujuan pemilu adalah untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan baik
eskekutif maupun legislatif. Serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan
memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sesuai UUD 1945.
F. Sistem pemilihan umum
Secara umum ada dua sistem pemilihan umum yaitu sebagai berikut: Sistem Distrik dan
Proporsional.
 Sistem perwakilan distrik
sistem distrik memiliki karakteristik, antara lain : sistem yang menerapkan single
memberdistrict dan pemilihan yang berpusat pada calon, sitem ini menggunakan putaran
kedua sebagai dasar untuk menentukan pemenang pemilu, dan para pemilih memiliki
kebebasan untuk memilih calon-calon yang terdapat dalam daftar calon tanpa melihat
afiliasi partai dari calon-calon yang ada.
 Kelebihannya: Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena
kursi kekuasaan yang diperebutkan hanya satu, Perpecahan partai dan
pembentukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat mendorong
penyederhanaan partai secara alami, wakil terpilih dapat dikenali dengan baik
oleh komunitasnya sehingga hubungannya lebih akrab, Jumlah partai yang
terbatas membuat stabilitas politik mudah diciptakan.
 Kelemahannya: Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh dengan jumlah
kursi di partai, Sistem ini kurang mewakili kepentingan masyarakat heterogen
dan pluralis, Wakil rakyat terpilih cenderung memerhatikan kepentingan
daerahnya daripada kepentingan nasional.
 Sistem Proposional, Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta
pemilih. Sistem proporsional banyak diterapkan oleh negara multipartai, seperti Italia,
Indonesia, Swedia, dan Belanda.
Ada dua jenis sistem di dalam sistem proporsional, yaitu: list proportional representation,
dan the single transferable vote.
 Kelebihannya: lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama
dengan persentase kursinya di parlemen, Setiap suara dihitung & tidak ada yang
terbuang,
 Kelemahannya: Sistem proporsional tidak begitu mendukung integrasi partai
politik. Jumlah partai yang terus bertambah menghalangi integrasi partai, Wakil
rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, Banyaknya partai yang bersaing
menyebabkan kesulitan bagi suatu partai untuk menjadi partai mayoritas.
G. Sistem pemilihan umum di Indonesia
Bangsa Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan umum sejak zaman kemerdekaan.
Semua pemilihan umum itu tidak diselenggarakan dalam kondisi yang vacuum, tetapi
berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentukan hasil pemilihan umum tersebut. Dari
pemilu yang telah diselenggarakan juga dapat diketahui adanya usaha untuk menemukan sistem
pemilihan umum yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia.
 Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Pada masa ini pemilu diselenggarakan oleh kabinet BH-Baharuddin Harahap (tahun
1955). Pada pemilu ini pemungutan suara dilaksanakan 2 kali yaitu yang pertama untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan September dan yang kedua untuk
memilih anggota Konstituante pada bulan Desember. Sistem yang diterapkan pada
pemilu ini adalah sistem pemilu proporsional.
Pelaksanaan pemilu pertama ini berlangsung dengan demokratis dan khidmat,  Tidak ada
pembatasan partai politik dan tidak ada upaya dari pemerintah mengadakan intervensi
atau campur tangan terhadap partai politik dan kampanye berjalan menarik. Pemilu ini
diikuti 27 partai dan satu perorangan. Akan tetapi stabilitas politik yang begitu
diharapkan dari pemilu tidak tercapai. Kabinet Ali (I dan II) yang terdiri atas koalisi tiga
besar: NU, PNI dan Masyumi terbukti tidak sejalan dalam menghadapi beberapa masalah
terutama yang berkaitan dengan konsepsi Presiden Soekarno zaman Demokrasi
Parlementer berakhir.
 Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Setelah pencabutan Maklumat Pemerintah pada November 1945 tentang keleluasaan
untuk mendirikan partai politik, Presiden Soekarno mengurangi jumlah partai politik
menjadi 10 parpol. Pada periode Demokrasi Terpimpin tidak diselanggarakan pemilihan
umum.
 Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Setelah turunnya era Demokrasi Terpimpin yang semi-otoriter, rakyat berharap bisa
merasakan sebuah sistem politik yang demokratis & stabil. Upaya yang ditempuh untuk
mencapai keinginan tersebut diantaranya melakukan berbagai forum diskusi yang
membicarakan tentang sistem distrik yang terdengan baru di telinga bangsa Indonesia.
Pendapat yang dihasilkan dari forum diskusi ini menyatakan bahwa sistem distrik dapat
menekan jumlah partai politik secara alamiah tanpa paksaan, dengan tujuan partai-partai
kecil akan merasa berkepentingan untuk bekerjasama dalam upaya meraih kursi dalam
sebuah distrik. Berkurangnya jumlah partai politik diharapkan akan menciptakan
stabilitas politik dan pemerintah akan lebih kuat dalam melaksanakan program-
programnya, terutama di bidang ekonomi.
Karena gagal menyederhanakan jumlah partai politik lewat sistem pemilihan umum,
Presiden Soeharto  melakukan beberapa tindakan untuk menguasai kehidupan kepartaian.
Tindakan pertama yang dijalankan adalah mengadakan fusi atau penggabungan diantara
partai politik, mengelompokkan partai-partai menjadi tiga golongan yakni Golongan
Karya (Golkar), Golongan Nasional (PDI), dan Golongan Spiritual (PPP). Pemilu
tahun1977 diadakan dengan menyertakan tiga partai, dan hasilnya perolehan suara
terbanyak selalu diraih Golkar.
 Zaman Reformasi (1998- Sekarang)
Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa dengan diberikannya ruang bagi
masyarakat untuk merepresentasikan politik mereka dengan memiliki hak mendirikan
partai politik. Banyak sekali parpol yang berdiri di era awal reformasi. Pada pemilu 1999
partai politik yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti pemilu ada 48 partai. Jumlah ini
tentu sangat jauh berbeda dengan era orba.
Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja. Ini disebabkan
telah diberlakukannya ambang batas(Electroral Threshold) sesuai UU no 3/1999 tentang
PEMILU yang mengatur bahwa partai politik yang berhak mengikuti pemilu selanjtnya
adalah parpol yang meraih sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR. Partai
politikyang tidak mencapai ambang batas boleh mengikuti pemilu selanjutnya dengan
cara bergabung dengan partai lainnya dan mendirikan parpol baru.
untuk partai politik baru. Persentase threshold dapat dinaikkan jika dirasa perlu seperti
persentasi Electroral Threshold 2009 menjadi 3% setelah sebelumnya pemilu 2004 hanya
2%. Begitu juga selanjutnya pemilu 2014 ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau
diturunkan.
BAB 3 PENUTUP

3.1 Simpulan
politik adalah kelompok yang terorganisasi, ditandai dengan adanya visi, misi, tujuan,
platform, dan program dan agenda, dan mengikuti pemilihan umum untuk meraih kekuasaan atau
jabatan legislatif dan eksekutif. Dimana fungsi dari partai politik adalah Sebagai wahana
representasi politik, sosialisasi politik, partisispasi politik, perekrutan politik, mencari dan
mempertahankan kekuasaan, pengendali konflik, dan kontrol politik. Tujuan dari partai politik
adalah untuk mendapatkan, dan mempertahankan kekuasaan demi menjalankan atau mewujudkan
ideoligi mereka, dalam bentuk program-program yang akan disusun. Tipologi dari partai politik
itu bisa dilihat berdasarkan asas dan orientasinya, komposisi keanggotaan dan fungsi anggota,
dan basis sosial dan tujuannya. Sistem partai politik itu bisa kita lihat terdiri dari sistem partai
tunggal, dwi partai dan multi partai. Sistem partai politik di Indonesia itu dimana dimualai dari
dibentuknya organisasi Budi oeutomo dan indische partij dan lain sebagainnya sebagai pelopor
lahirnya berbagai macam partai politik di Indonesia dari samapai sekarang.
Pemilu berkaitan erat dengan proses peralihan kepemimpinan, pelaksanaan demokrasi, dan
perwujudan kedaulatan rakyat. Terdapat dua alasan mengapa pemilu menjadi variabel penting
suatu negara, yakni: Pemilu merupakan suatu mekanisme transfer kekuasaan politik secara damai,
dan Demokrasi memberikan ruang kebebasan bagi individu. Tujuan pemilu adalah untuk
menyeleksi para pemimpin pemerintahan baik eskekutif maupun legislatif. Serta untuk
membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional sesuai UUD 1945. Asas-asas yang digunakan dalam pemilihan
umum adalah asa LUBER dan JURDIL. Sistem pemilihan umum itu pada umumnya itu adalah
sistem distrik dan sistem proposional. Di Indonesia sistem pemilihan umum yang digunakan
adalah sistem proposional.

3.2 Saran

Disarankan untuk para pembaca agar bisa memahami isi makalah ini dengan baik guna
menambah pengetahuan dan memperluas pemahaman tentang “Partai Politik dan Pemilu” akan
tetapi sebelumnya penulis menyampaikan permohonan maaf jika ada kata yang membuat para
pembaca keliru, dan penulis menyadari pembahasan hanya pada batasan permasalahan pada
makalah ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk melengkapi makalah ini
baik dari segi teori, metode, dan analisis sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi peneliti
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

 Elly M. Setiadi, Usman Kolip. 2013. Pengantar Sosiologi Politik edisi pertama. Jakarta:
Kencana
 Prof. Dr. Damsar. 2015. Edisi Revisi Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana
 Yusnedi Achmad. 2019. Sosiologi Politik. Yogyakarta: Deepublish CV Budi Utama
 Salamadian. 2019. Dalam https://salamadian.com/pengertian-partai-politik/
 Idil Akbar. 2012. Mengenal tipologi partai politik. Dalam Inikatorsurvey
(https://indikatorsurvey.wordpress.com/2012/03/22/mengenal-tipologi-partai-politik-
indonesia/)
 Aviv. 2012. Jenis partai politik. Dalam Avivsyuhada.
(https://avivsyuhada.wordpress.com/2012/02/23/jenis-partai-politik/)
 Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo
 Dr. Yusa Djuyandi. 2017. Pengantar Ilmu Politik edisi kedua. Depok: PT. RajaGrafindo
Persada
 ( http://sosiologis.com/partai-politik)
 Dr. Miftah Thoha. 2014. Birokrasi Politik Pemilihan Umum di Indonesia. Jakarta:
Kencana
 Serafica Gischa . 2020. Kompas.com. Dengan judul "Pemilu: Pengertian, Alasan,
Fungsi, Asas dan Tujuan".
(https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/113000169/pemilu-pengertian-alasan-
fungsi-asas-dan-tujuan?page=all)
 Mochamad Febriansyah. 2019. Dalam sejarah pemilu (pemilihan umum) di Indonesia.
(http://diklikaja.com/smartblog/101_sejarah-pemilu-di-indonesia.html)
 Dinasthi, 2013. Pemilu di Indonesia. (http://sistempemerintahan-
indonesia.blogspot.com/2013/06/pemilu-di-indonesia-sistem.html?m=1)

Anda mungkin juga menyukai