Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar
Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan dan nikmat dari-Nya tentunya tugas ini tidak dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Ilmu Soaial dan Budaya Dasar.
Sholawat dan Salam saya haturkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, karna
telah membimbing kita dari alam kebodohan menuju alam pengetahuan seperti yang kita rasakan
pada hari ini dengan memberikan kita pengetahuan sehingga saya bisa menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen AD. Basniwati, SH.MH.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Ibu AD. Basniwati, SH. MH sebagai dosen
pengampuh mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang telah membimbing saya dalam
menyelesaikan tugas ini.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi para pembaca. Semoga makalah
ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat megharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan makalahl ini.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemilihan umum telah dianggap menjadi ukuran demokrasi karena rakyat dapat berpartisipasi
menentukan sikapnya terhadap pemerintahan dan negaranya. Pemilihan umum adalah suatu hal
yang penting dalam kehidupan kenegaraan. Pemilu adalah pengejewantahan sistem demokrasi,
melalui pemilihan umum rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen, dan dalam
struktur pemerintahan. Ada negara yang menyelenggarakan pemilihan umum hanya apabila
memilih wakil rakyat duduk dalam parlemen, akan tetapi adapula negara yang juga
menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih para pejabat tinggi negara.
Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "LUBER" yang merupakan singkatan dari
"Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru.
Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh
diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah
memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa
ada paksaan dari pihak manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih
bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.
Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari
"Jujur dan Adil". Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai
dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih
sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan
wakil rakyat yang akan terpilih. Asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu
dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih
tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi
juga penyelenggara pemilu.
Umumnya yang berperan dalam pemilu dan menjadi peserta pemilu adalah partai-partai
politik. Partai politik yang menyalurkan aspirasi rakyat dan mengajukan calon-calon untuk dipilih
oleh rakyat melalui pemilihan itu. Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk membuat
makalah mengenai “ Analisis Pemilihan Umun 2014 di Indonesia”.
B. RUMUSAN MASALAH
2. Kapankah pemilu presiden 2014 dilaksanakan dan partai apa sajakah yang menjadi peserta
dalam pemilu 2014?
4. Apa kekurangan dan kelebihan pemilihan umum secara langsung dan tidak langsung ?
C. TUJUAN PERMASALAHAN
Tujuan dari mengangkat materi ini tentang Pemilu 2014 di Indonesia yaitu:
4. Mengatahui kekurangan dan kelebihan pemilu secara langsung dan tidak langsung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MAKNA PEMILU
Pengertian Pemilu yang paling esensial bagi suatu kehidupan politik yang demokratis adalah
sebagai institusi pergantian dan perebutan kekuasaan yang dilakukan dengan regulasi, norma, dan
etika sehingga sirkulasi elite politik dapat dilakukan secara damai dan beradab.
Selain mempesona, kekuasaan mempunyai daya rusak yang dahsyat. Kekuatan daya rusak
kekuasaan melampaui nilai-nilai yang terkandung dalam ikatan-ikatan etnis, ras, ikatan
persaudaraan, agama dan lainnya. Transformasi dan kompetisi merebutkan kekuasaan tanpa
disertai norma, aturan, dan etika; nilai-nilai dalam ikatan-ikatan itu seakan tidak berdaya
menjinakan kekuasaan. Daya rusak kekuasaan telah lama diungkap dalam suatu adagium ilmu
politik, power tends to corrupt, absolute power tends to corrupt absoluteny.
Kerangka hukum perlu didukung niat politik yang sehat sehingga regulasi bukan sekedar hasil
kompromi politik oportunistik dari partai-partai besar untuk menjaga kepentingannya. Bila hal itu
yang terjadi, dikhwatirkan hasil pemilu akan memperkuat oligarki politik. Karena itu, partisipasi
masyarakat amat diperlukan. Bahkan, tekanan publik perlu dilakukan agar kerangka hukum yang
merupakan aturan permainan benar-benar menjadi sarana menghasilkan pemilu yang demokratis.
Untuk itu, perlu diberikan beberapa catatan mengenai perkembangan konsensus politik dari
peraturan kepentingan di parlemen serta saran mengenai regulasi penyelenggaraan pemilu yang
akan datang.
Begitu suatu masyarakat atau bangsa sepakat memilih sistem demokrasi, saat itu harus
menyadari bahwa mewujudkan tatanan politik yang demokratis itu selain rumit, diperlukan
kesabaran melakukan pendidikan politik bagi rakyat. Sebab, partai politik bukan saja instrumen
untuk melakukan perburuan kekuasaan, tetapi juga institusi yang mempunyai tugas melakukan
pendidikan dan sosialisasi politik kepada masyarakat.
Ketiga, pengawasan terhadap penyelenggaraan pemilu supaya kebih efektif dari pemilu 2004.
Caranya antara lain, agar pengawas pemilu selain terdiri dari aparat penegak hukum dan KPU,
juga melibatkan unsur-unsur masyarakat. Selain itu, perlu semacam koordinasi diantara lembaga
pemantau dan pengawas pemilu sehingga tidak tumpang tindih. Pengawasan dilakukan terhadap
seluruh tahapan kegiatan pemilu. Tugas lembaga pengawas adalah menampung, menindak lanjuti,
membuat penyilidikan dan memberi saksi terhadap pelanggaran pemilu.
Keempat, Money politics mencegas habis-habisan permainan uang dalam pemilu mendatang
amat penting sekali. Upaya itu amat perlu dilakukan mengingat money politics dewasa ini telah
merebak luas dan mendalam dalam kehidupan pilih memilih pemimpin mulai dari elite politik
sampai dibeberapa organisasi sosial dan kemahasiswaan. Karena itu, kontrol terhadap dana
kampanye harus lebih ketat. Misalnya, Batasan sumbangan berupa uang, mengonversikan utang
dan sumbangan barang dalam bentuk perhitungan rupiah, dilarang memperoleh bantuan dari
sumber asing dan APBN/APBD lebih-lebih sumber ilegal dan tentu saja hukuman pidana yang
tegas dan setimpal bagi para pelanggarannya.
Kelima, pendidikan politik perlu segera dilakukan baik oleh organisasi masyarakat dan partai
politik. Bagaimanapun, pemilihan mendatang mengandung unsur-unsur baru serta detail-detail
yang sangat perlu diketahui oleh masyarakat.
Tentunya bukan sebuah hal yang mengejutkan jika pembahasan RUU ini mengundang
perhatian, setelah salah satu pasalnya mengubah mekanisme pemilihan kepala daerah, dari
pemilihan langsung menjadi pemilihan oleh DPRD. Ini jelas-jelas memutuskan hak rakyat untuk
memilih sendiri siapa kepala daerahnya.
Untuk itu tentu tidak ada salahnya bagi DPR melakukan beberapa perbaikan dan perubahan
atas UU Pilkada tersebut agar dapat menjadi lebih efektif, lebih maksimal dan lebih bermanfaat
bagi kepentingan banyak orang. Pandangan seperti ini sudah pasti akan dapat diterima oleh
seluruh lapisan masyarakat. Pada kenyataanya yang terjadi saat ini di masyarakat adalah
pembahasan RUU Pilkada yang sedang berlangsung di DPR. Tentu saja Pilkada-pilkada yang
telah kita lakukan selama kurang lebih 9 tahun memang membutuhkan Evaluasi dan sudah pasti
juga membutuhkan banyak perbaikan.
Tapi kemudian yang menjadi masalah adalah Konstelasi Politik pasca Pilpres 2014 kemarin
ternyata menimbulkan paradigma yang berbeda pada anggota legislative yang ada. Ada kesan
kuat ataupun diduga ada kecenderungan dari kelompok-kelompok tertentu untuk mencoba
mengambil keuntungan dari pembahasan RUU ini demi kepentingan partainya maupun
kepentingan kelompoknya. Belum lagi hal tersebut juga ditambah dengan masalah Peredaran
uang palsu (upal) pada perhelatan Pemilihan umum merupakan hal lama yang selalu terjadi dan
terus berulang. Termasuk pada Pemilu 2014 ini, peredaran Upal diyakini bakal tetap ada di
berbagai daerah di Indonesia. Ini malah semakin menambah masalah yang sudah ada.
Dikarenakan kondisinya yang sudah seperti itu sebaiknya mari kita kesampingkan dulu
tentang adanya dugaan bahwa RUU tersebut akan dimanipulasi oleh kelompok tertentu. Kita
coba saja dulu mengevaluasinya dari sudut pandang kita tentang apa kekurangan dan kelebihan
dari Pilkada Langsung. Begitu juga dengan Pilkada yang dilakukan lewat DPR, apa saja
kelebihan dan kekurangannya. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari 2 opsi
tersebut. Kita bisa mengevaluasi mana yang terbaik untuk dilakukan.
Guna mendapatkan solusi untuk polemik tersebut, pembahasan RUU pun telah dilakukan
sebelumnya. Pembahasan RUU ini sebenarnya sudah dimulai bulan Mei lalu dan sudah ada
pandangan dari beberapa Fraksi untuk RUU ini. Sayangnya pembahaan RUU tertunda hingga
awal September ini. Dan begitu dimulai kembali pembahasannya, ternyata sikap-sikap berbagai
Fraksi yang ada banyak yang berbalik 180 derajat. Dan mayoritas menginginkan Pilkada seperti
10 – 20 tahun yang lalu dimana Kepala Daerah dipilih oleh DPRD/DPRD Tingkat II. Inilah yang
akhirnya menimbulkan Pro dan Kontra di masyarakat. Masyarakat mempertanyakan unsur
keadilan dalam Pilkada yang dipilih oleh DPRD.
1. Tidak ada kerusuhan & kebencian antar pendukung kandididat Kepala Daerah
4. Tidak ada bakar bakaran ban dijalanan oleh mahasiswa & pendukung salah satu calon
Kepala Daerah
5. Tidak ada pembakaran kantor KPUD, pelemparan tomat & telur, serta perusakan pagar
KPUD oleh massa calon Kepala Daerah yang kalah atau merasa dicurangi
6. Tidak ada demonstrasi anarkis dari massa calon Kepala Daerah yang kalah Atau merasa
dicurangi
7. Tidak banyak fasilitas umum yang digunakan dan tidak ada perusakan fasilitas umum
lainnya
Sedangkan KEKURANGANNYA adalah anggota DPRD bisa disuap oleh para calon Kepala
daerah untuk memenangkan dirinya.
Ada sebagian orang yang pro dengan pilkada langsung. Pada kenyataanya, pilkada-pilkada
yang telah dilakukan selama 9 tahun bisa dikatakan mempunyai sisi positif antara lain :
1.Kepala Daerah Terpilih diyakini telah merepresentasikan atau merupakan keterwakilan
dari rakyat mayoritas.
2.Kepala Daerah Terpilih mempunyai legitimasi tinggi karena dihasilkan oleh proses
Demokrasi yang melibatkan rakyat sehingga lebih berkualitas dari sebelumnya.
3.Sebagai Catatan pinggir, Pilkada langsung telah menghasilkan pemimpin seperti Walikota
Surabaya, Walikota Bandung, Walikota Solo dan Gubernur Jateng.
4.Akan tetapi harus dicatat juga bahwa banyak Kepala Daerah Terpilih malah melakukan
Korupsi. Bahkan disebut-sebut sekitar 60% dari Kepala Daerah yang ada.
Meskipun dinilai pro rakyat, bukan berarti tidak ada kelemahannya. Berdasarkan
pengalaman 9 tahun terakhir Pilkada-pilkada langsung ternyata menimbulkan beberapa dampak
yaitu :
1.Biaya yang dikeluarkan Pemerinta Cukup Besar. Pilkada-pilkada terdiri dari Pilgub 33
Propinsi dan 495 Kabupaten/ Kota. Biaya pelaksanaan Pilkada-pilkada dikeluarkan untuk semua
kebutuhan KPU seperti Gaji, Peralatan, Inventaris, Logistik dan lainnya.
3.Konflik itu juga sering menimbulkan ketegangan di masyarakat untuk waktu yang lama,
bahkan mungkin ada juga dendam.
4.Sering terjadi Partisipasi yang rendah dari masyarakat untuk mengikuti Pilkada. Mungkin
bosan dengan begitu banyaknya Pemilu.
5.Sering terjadi Jor-joran dalam biaya kampanye oleh calon-calon Kepala daerah disertai
terjadinya money politit.
6.Calon yang akhirnya menang setelah menjadi Pemimpin sering korupsi untuk
mengembalikan modal.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemilu adalah institusi pergantian dan perebutan kekuasaan yang dilakukan dengan regulasi,
norma, dan etika sehingga sirkulasi elite politik dapat dilakukan secara damai dan beradab.
Kebiasaan melakukan pergantian kekuasaan dan sirkulasi elite penguasa yang reguler, aman
dan beradab hanya dapat dilakukan melalui serangkaian pemilu yang jujur dan adil..
Pemilu Presiden 2014 dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 yang akan memilih Presiden dan
Wakil Presiden, dan pada tanggal 20 Oktober 2014 akan dilaksanakan pelantikan presiden baru
yakni pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang telah memenangkan pemilu presiden 2014.
Sebanyak 15 partai politik telah dinyatakan lolos verifikasi dan berhak mengikuti Pemilihan
Umum 2014.
Polemik mengenai RUU Pilkada paska pilpres memang semakin ramai dibicarakan saat ini.
Sebagaimana pengumuman yang telah dikonfirmasi oleh DPR bahwa mereka menjadwalkan
pengesahan RUU Pilkada pada 25 September 2014, rakyat akan menantikan bagaimana nantinya
keputusan dari majelis tertinggi untuk memilih apakah pilkada dipilih melalui DPR atau melalui
rakyat. Dan mengenai pemilu secara langsung maupun tidak langsung itu juga mempunyai
kelebihan dan kekurangan tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
https://journals.usm.ac.id/index.php/the-messenger/article/download/430/259
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/58242789/DINAMIKA_KOALISI_PARTAI-
PARTAI_POLITIK_DI_INDONESIA_MENJELANG_DAN_SETELAH_PEMILIHAN_PRESI
DEN_TAHUN_2014-with-cover-page-
v2.pdf?Expires=1623578283&Signature=RzKIkvTMKuNlaEaqFZS4KW-
jKR4I4ULpVDSLrzsDT-
30YmDwnEA~Di~Yax0ye6PTJXIp6JRO7AzagrfS8i8Y2mBLKbS5~q4cv49qKRV5635JFSY~g
Ig9bQ~WUaCy1b6-
1Tmr03H5HDi7Z2ezidb1RIA8CVvRmD835TrRZjDBTj2drgQfnUVCA9M7ndtr6SjKAG7LuT
T~PNF93I1AL-
yHtpegTTb7nACzXuXTfAONpLhfjSxCqZOqNB2UyjkwbBcTvb3q6P9GR5gwj1lc7pS15xpQN
SdSSgfrc1EOzx0mB3MzPNSmAfFMggV7yVCL0MM6H0Ni4qvVzKnvrzZWXfcsew__&Key-
Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
http://www.jurnalpolitik.ui.ac.id/index.php/jp/article/download/8/47