PERKERASAN JALAN
Dosen Pembimbing:
Fitrika Mita Suryani, S.T., M.T
NIP. 196812211998022001
Dikerjakan oleh:
Kelompok 14
LABORATORIUM TRANSPORTASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH 2022
Praktikum Perkerasan Jalan
2 Muhammad 2004101010107
Fadhlurrahman
i
Praktikum Perkerasan Jalan
KATA PENGANTAR
ii
Praktikum Perkerasan Jalan
DAFTAR ISI
iii
Praktikum Perkerasan Jalan
2.2.8. Kesimpulan.................................................................................................. 8
2.6. Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat yang Lolos Saringan No. 200
(0,075 mm)……………….. ..................................................................................... 17
iv
Praktikum Perkerasan Jalan
2.6.1. Definisi…………………………………………………………........................16
2.6.2. Tujuan........................................................................................................ 17
2.6.3. Ruang Lingkup .......................................................................................... 17
2.6.4. Peralatan .................................................................................................... 17
2.6.5. Benda Uji................................................................................................... 18
2.6.6. Persiapan ................................................................................................... 18
2.6.7. Pelaksanaan Pengujian .............................................................................. 18
2.6.8. Perhitungan................................................................................................ 19
2.6.9. Hasil Pengujian ......................................................................................... 20
2.8. Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal (Affinity for Bitumen) ............ 24
2.8.1. Tujuan........................................................................................................ 24
2.8.2. Prosedur Pengujian .................................................................................... 24
2.8.3. Peralatan .................................................................................................... 24
2.8.4. Benda Uji ................................................................................................... 25
2.8.5. Langkah-Langkah Pengujian Kepipihan ................................................... 25
2.8.6. Perhitungan dan Pelaporan ........................................................................ 25
2.8.7. Kesimpulan................................................................................................ 26
3.3. Titik Lembek Aspal (Softening Point Ring and Ball Test).................................. 32
3.3.1. Prosedur Pengujian .................................................................................... 32
3.3.2. Peralatan .................................................................................................... 32
3.3.3. Benda Uji................................................................................................... 33
3.3.4. Langkah-langkah Pengujian ...................................................................... 33
3.3.5. Perhitungan dan Pelaporan ........................................................................ 34
3.3.6. Kesimpulan................................................................................................ 34
vii
Praktikum Perkerasan Jalan
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu pekerjaan teknik sipil adalah merencanakan konstruksi jalan raya. Dalam
perencanaannya harus dipertimbangkan syarat–syarat yang harus terpenuhi agar jalan tersebut
dapat menahan beban dan bertahan lama. Hal ini sangat bergantung pada material yang
digunakan. Jenis dan komposisi agregat, aspal, dan filler yang digunakan sangat
mempengaruhi stabilitas konstruksi jalan. Oleh karena itu, dilakukan percobaan terhadap
benda uji yang merupakan komponen utama dari campuran aspal beton.
Agregat mempunyai sifat dan kualitas yang menentukan kemampuan dalam memikul
beban lalu lintas. Agregat dengan kualitas dan sifat yang baik dibutuhkan untuk lapisan
permukaan yang langsung memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di
bawahnya. Agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus, serta abu batu/mineral
filler. Aspal yang digunakan pada konstruksi pekerasan jalan adalah sebagai bahan pengikat,
yang memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat serta juga sebagai bahan pengisi
yang mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu
sendiri. Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal beton dengan penetrasi 60/70 .
Dalam praktikum ini dilakukan pengujian terhadap agregat, aspal dan campuran
keduanya. Pada campuran agregat dan aspal, digunakan coarse aggregat sebanyak 283,5
gram, medium aggregat sebanyak 340,3 gram, fine aggregat sebanyak 510,3 gram dan aspal
66,0 gram.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui material yang digunakan dalam
merencanakan perkerasan lentur jalan raya beserta pengujiannya, disamping bertujuan untuk
memenuhi SKS mata kuliah Praktikum Perkerasan Jalan.
Selain itu pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat dan hasil campuran agregatz
dengan material lain untuk mendapatkan mutu perkerasan jalan. Alat ukur yang digunakan
untuk menentukan kekuatan agregat maupun hasil pencampuran adalah Marshall Test.
Penggunaan alat Marshall Test merupakan suatu metode yang telah lazim digunakan dalam
perencanaan jalan raya dan lapangan terbang.
1
Praktikum Perkerasan Jalan
2
Praktikum Perkerasan Jalan
BAB II
PENGUJIAN AGREGAT
Berat jenis merupakan nilai perbandingan antara massa dan volume dari suatu
agregat. Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu bahan untuk
menyerap air. Jumlah rongga atau pori pada agregat disebut porositas.
Berat jenis agregat digunakan dalam perencanaan campuran aspal dengan
agregat, campuran ini berdasarkan perbandingan berat karena lebih teliti dibandingkan
dengan perbandingan volume dan juga untuk menentukan banyaknya pori agregat. Berat
jenis yang kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat sama akan
dibutuhkan aspal yang banyak dan sebaliknya.
2.1.2 Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh berat jenis lepas (bulk specific
gravity), berat jenis kering permukaan jenuh (SSD specific gravity), berat jenis semu
(apparent specific gravity) dan penyerapan agregat (absorption).
2.1.4 Peralatan
• keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No.6) atau 2,36 mm (No.8) dengan
kapasitas kira-kira 4 kg;
• tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan,
tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan selalu tetap;
• timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % pori berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang;
• oven, yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)°C;
3
Praktikum Perkerasan Jalan
a. siapkan sampel;
b. cuci sampel untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat
pada permukaan;
c. keringkan sampel dalam oven pada suhu 110°C sampai berat tetap;
d. dinginkan sampel pada suhu kamar selama satu sampai tiga jam, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,3 gr (Bk);
e. rendam sampel dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam;
f. keluarkan sampel dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar pengeringan harus satu
persatu;
g. timbang sampel kering permukaan jenuh (Bj);
𝟓𝟐𝟒𝟐,𝟏
= = 2,690
𝟓𝟐𝟖𝟓,𝟔−𝟑𝟑𝟑𝟔,𝟖
𝐵𝑗
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) = 𝐵𝑗−𝐵𝑎
5285,6
= = 2,712
5285,6−3336,8
𝐵𝑘
Berat Jenis Semu (Apparent) = 𝐵𝑘−𝐵𝑎
5242,1
= = 2,751
5242,2−3336,8
4
Praktikum Perkerasan Jalan
𝐵𝑗−𝐵𝑘
Penyerapan (Absorption) = x 100%
𝐵𝑘
5285,6−5242,1
= x 100% = 0,830 %
5242,1
Keterangan:
Bk= Berat sampel kering oven (gram)
Bj = Berat sampel kering – permukaan jenuh (gram)
Ba = Berat uji kering – permukaan jenuh di dalam air (gram)
Hasil perhitungan yang diperoleh dalam pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
dapat diperlihatkan pada lampiran A-I.
2.1.8. Kesimpulan
Pengukuran berat jenis agregat diperlukan untuk perencanaan campuran agregat
dengan aspal, campuran ini berdasarkan perbandingan berat karena lebih teliti dibanding
dengan perbandingan volume dan juga untuk menentukan banyaknya pori agregat. Berat jenis
yang kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama akan
membutuhkan aspal yang banyak.
Agregat dengan kadar pori yang besar akan membutuhkan jumlah aspal yang lebih
banyak, karena banyak aspal yang terserap yang akan mengakibatkan aspal menjadi lebih tipis.
Penentuan banyak pori ditentukan berdasarkan air yang dapat terabsorbsi oleh agregat.
Dari pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar di atas, didapatkan
kesimpulan bahwa berat jenis agregat kasar lebih besar dari 2,5 sehingga sudah sesuai dengan
spesifikasi dan penyerapan air agregat kasar juga masuk ke dalam spesifikasi karena nilainya
1,08%.
5
Praktikum Perkerasan Jalan
2.2.2. Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas agregat dengan cara mekanis
dengan mengunakan alat Los Angeles Abrasion Test. Pemeriksaan ini adalah untuk agregat
kasar yang lebih kecil dari 37,5 mm (11/2”).
2.2.4. Peralatan
• mesin abrasi Los Angeles, yaitu mesin yang terdiri dari silinder baja tertutup pada
kedua sisi dengan diameter 711 mm (28 inci) dan panjang 508 mm (20 inci).
Silinder ini bertumpu pada dua poros pendek tidak menerus yang berputar pada
poros mendatar. Silinder berlubang unuk memasukkan benda uji. Penutup lubang
terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian
dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5 inci);
• bola-bola baja mempunyai diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing- masing
antara 390 gram sampai 445 gram;
• sampel harus bersih. Bila sampel masih mengandung kotoran, debu, bahan
organik atau terselimuti oleh bahan lain, maka sampel harus dicuci sampai bersih
kemudian dikeringkan dalam suhu (100±5)ºC sampai berat tetap.
6
Praktikum Perkerasan Jalan
Dimana :
A = berat sampel semula = 5007,2 (gram).
B = berat sampel tertahan 1,7 m = 3913,7 (gram).
Maka:
𝐴−𝐵 5007,2−3913,7
Nilai keausan Los Angeles = x 100% = x 100% = 21,839 % ≈ 22%
𝐴 5007,2
Hasil perhitungan yang diperoleh dalam percobaan pengujian keausan agregatdilihat pada lampiran A-II.
7
Praktikum Perkerasan Jalan
2.2.8. Kesimpulan
Pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles ini untuk mendapatkan
nilai keausan dari agregat yang ingin digunakan dalam bahan perkerasan jalan, semakin
kecil nilainya berarti semakin tinggi ketahanan agregat terhadap keausan. Berdasarkan SK
SNI 2417-1991, nilai keausaan agregat untuk perkerasan jalan tidak boleh lebih dari 40%.
Dari pengujian keausan agregat di atas nilai yang dipeoleh adalah 20%, maka dapat
disimpulkan bahwa nilai keausan agregat yang didapat telah memenuhi syarat sehingga
dapat digunakan sebagai bahan dalam perkerasan jalan.
2.3.2. Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kekuatan sampel terhadap beban tumbukan
sebagai salah satu simulasi terhadap kemampuan agregat terhadap rapid load (beban hidup).
2.3.4. Peralatan
• aggregate Impact Machine. Alat ini masih digerakkan secara manual dengan
tenaga manusia;
• berat total mesin tidak lebih dari 60 kg dan tidak kurang dari 40 kg. Dasar mesin
terbuat dari baja dengan diameter 300 mm dan memiliki berat antara 22 sampai
30 kg;
8
Praktikum Perkerasan Jalan
• Cylindrical Steeel Cup memiliki diameter dalam 102 mm dan kedalaman 50 mm.
Ketebalan cup tidak kurang dari 6 mm;
• palu baja yang digunakan memiliki berat antara 13,5 sampai 14,0 kg dengan
bagian bawah (bidang kontak) merupakan lingkaran dan datar. Diameter kontak
sebesar 100 mm dan ketebalan 50 mm, dengan chamfer 1,5 mm. Palu diatur
sedemikian rupa hingga dapat naik turun dengan mudah tanpa gesekan
berarti.Palu baja bergerak jatuh bebas dengan tinggi jatuh 380 ± 5 mm,diukur
dari bidang kontak palu sampai permukaan sampel di dalam cup;
• alat pengunci palu dapat diatur sedemikian rupa untuk memudahkan penggantian
sampel dan pemasangan cup;
• besi penusuk dengan panjang 230 mm serta memiliki potonn gan melintang
lingkaran berdiameter 10 mm;
a. timbang cup (Cylindrial Steel Cup) dengan ketelitian 0.1 gram (W1);
b. isilah cup dengan sampel agregat dalam 3 (tiga) lapis yang sama tebal. Setiap
lapis dipadatkan dengan 25 kali tongkat pemadat baja secara merata di
seluruh permukaan. Tiap lapis, tongkat dijatuhkan secara bebas dengan
ketinggian tidak lebih dari (>) 5cm dari permukaan lapisa. Pada lapis
terakhir, isi cup dengan agregat agak menyembul dan padatkan;
c. ratakan permukaan sampel dengan besi penusuk dan timbang (W2);
9
Praktikum Perkerasan Jalan
e. letakkan mesin impact agregat pada lantai datar dan keras, seperti lantai beton;
f. letakkan cup berisi sampel pada tempatnya dan pastikan letak cup sudah baik
dan tidak akan bergeser akibat tumbukan palu;
g. atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan permukaan
sampel 380± 5mm;
h. lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel. Angkat palu
pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas).Tumbukan dilakukan
sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu tumbukan tidak kurang dari satu
detik;
i. setelah selesai saring benda uji dengan saringan No. 8 (2.36 mm) selama satu
menit dan timbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang dinyatakan
sebagai B gram dan yang tertahan sebagai C gram. Pastikan tidak ada partikel
yang hilang selama proses tersebut. Jika selisih jumlah berat agregat yang lolos
dan tertahan (A) dengan berat awal (A’) lebih dari 1 gram, maka pengujian
harus diulangi;
C−B
AIV = x 100%
A
Keterangan :
10
Praktikum Perkerasan Jalan
57,3
Benda I → AIV = 3657,6−3024,4 × 100% = 9,049 %
62,6
Benda II → AIV = 3654−3024,4 × 100% = 9,943%
Tabel 2.2 Ukuran Agregat Standard dan Non-Standard Yang dapat Digunakan
Dengan Dasar Ukuran Saringan dari British Standard.
Saringan Saringan
Agregat Ukuran Lolos
Tertahan Pemisah
Non-Standar 28,0 mm 20,0 mm 5,0 mm
Catatan : agregat dengan ukuran lebih besar dari 14,0 mm kurang cocok dilakukan
Impact Test.
Hasil perhitungan yang diperoleh dalam percobaan impact test agregat dapat
dilihat pada lampiran A-III.
11
Praktikum Perkerasan Jalan
2.3.8. Kesimpulan
Pengujian kekuatan agregat terhadap tumbukan ini untuk mendapatkan nilai tumbuk
agregat, makin besar nilainya berarti makin rendah ketahanan agregat akibat tumbukan.
Pengujian ini telah distandarisasi dibanyak negara, antara lain Inggris [BSI]dan India
[ISI].
BSI mengklasifikasikan nilai tumbuk agregat :
➢ 0 - 10 = Sangat kuat
➢ 10 - 20 = Kuat
➢ 20 - 30 = Untuk lapisan permukaan jalan
➢ 30 - 35 = Kurang baik untuk lapisan permukaan jalan
Berat isi agregat didefinisikan sebagai berat satuan butiran dibagi dengan berat
isi atau volume agregat. Tambahan untuk pori-pori dalam setiap agregat, berat isi
volume juga sudah termasuk spasi diantara setiap partikel.
12
Praktikum Perkerasan Jalan
2.4.2. Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar atau
campuran.
2.4.4. Peralatan
• wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang
berkapasitas sebagai berikut:
Tabel 2.3 Kapasitas wadah berat isi
Kapasitas Diameter Tinggi Ukuran butir
13
Praktikum Perkerasan Jalan
• masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir, dari
ketinggian 5 cm di atas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop
sampai penuh;
• masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir dalam
3 (tiga) lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 (dua puluh lima) kali tusukan secara merata. Pada saat
pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap
lapisan;
• retakkan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata;
= ¼ x π x 152x 17,5
= 3092,505 𝑐𝑚3
14
Praktikum Perkerasan Jalan
2.4.8. Kesimpulan
Pada pengujian berat isi agregat dapat diketahui berapa berat yang didapat dengan
melakukan dua cara perbandingan, yakni agregat lepas dan agregat padat dengan tusukan.
Pada perhitungan di atas didapatkan berat isi agregat lepas adalah 1,407 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3 dan berat
isi agregat padat dengan tusukan adalah 1,511 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3. Maka dapat disimpulkan bahwa
hasil yang didapatkan memenuhi spesifikasi yaitu >1,0.
2.5.2. Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus
dan kasar dengan menggunakan saringan.
15
Praktikum Perkerasan Jalan
2.5.4. Peralatan
a. agregat yang terdiri dari agregat kasar dan halus dipisahkan menjadi dua bagian
dengan saringan No. 4 (4,75 mm);
c. contoh disaring secara terpisah dengan menggunakan satu set saringan yang
sesuai. Berat fraksi agregat yang tertahan pada setiap saringan dan pan
menunjukkan gradasi dari masing-masing contoh.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
Berat tertahan (%) = x 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
89,6
= 2716 x 100%
= 3,299 %
16
Praktikum Perkerasan Jalan
Untuk mengetahui persen tertahan dan lewat saringan nomor lainnya dapat
dilakukan perhitungan seperti contoh di atas.
2.6. Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat yang Lolos Saringan No. 200
(0,075 mm)
2.6.1. Definisi
Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan nomor 200
(0,075 mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan nomor 200 (0,075 mm) sesudah
agregat dicuci sampai air cucian jernih.
2.6.2. Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh persentase jumlah bahan dalam
agregat yang lolos saringan nomor 200 (0,075 mm), sehingga berguna bagi perencana dan
pelaksana pembangunan jalan.
• saringan terdiri dari dua ukuran yang bagian bawah dipasang saringan nomor 200
(0,075 mm) dan diatasnya saringan nomor 16 (1,18 mm);
• wadah untuk mencuci mempunyai kapasitas yang dapat menampung benda uji
sehingga pada waktu pengadukan (pelaksanaan pencucian) benda uji dan air
pencuci tidak mudah tumpah;
• oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)°C.
17
Praktikum Perkerasan Jalan
2.6.6. Persiapan
• siapkan benda uji dalam kondisi kering oven dengan melalui alat pemisah contoh,
tentukan beratnya sehingga memenuhi ketentuan Tabel.
c. masukan air pencuci yang sudah berisi sejumlah bahan dalam wadah, sehingga
benda uji terendam;
d. aduk benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan pemisahan sempurna antara
butir-butir kasar dan bahan halus yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm).
Usahakan bahan halus tersebut menjadi melayang di dalam larutan air pencuci
18
Praktikum Perkerasan Jalan
e. tuangkan air pencuci dengan segera di atas saringan Nomor 16 (1.18 mm) yang di
bawahnya dipasang saringan Nomor 200 (0,075 mm) pada waktu menuangkan air
pencuci harus hati-hati supaya bahan yang kasar tidak ikut tertuang;
f. ulangi pekerjaan butir (c), (d) dan (e), sehingga tuangan air pencuci terlihat jernih;
g. kembalikan semua benda uji yang tertahan saringan Nomor 16 (1.18 mm) dan
Nomor 200 (0,075 mm) ke dalam wadah lalu keringkan dalam oven dengan suhu
(110 ± 5 oC), sampai mencapai berat tetap, dan timbang sampai ketelitian
maksimum 0,1% dari berat contoh;
h. hitung persen bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) dengan rumus-
rumus perhitungan seperti yang diuraikan pada sub bab 2.7.8.
2.6.8. Perhitungan
W5 = W4-W2
W6 = (W3-W5)/W3 x 100%
Keterangan:
19
Praktikum Perkerasan Jalan
Tabel 2.4 Hasil pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no. 200
(0,075)
Ukuran maksimum
agregat nomor 4
No. Contoh (4,75 mm) Satuan
I
Berat kering benda uji + wadah (W1) 1197,3 Gram
Berat wadah (W2) 154,3 Gram
Berat kering benda uji awal (W3=W1-W2) 1043 Gram
Berat kering bend uji sesudah pencucian + wadah (W4) 1138,6 Gram
Berat kering benda uji sesudah pencucian (W5=W4-W2) 984,3 Gram
Persen (%) jumlah bahan dalam agregat yang lolos
4,903 %
saringan No.200 (0,075) mm
20
Praktikum Perkerasan Jalan
2.7.2. Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk menilai secara kuantitatif distribusi agregat yang
berbentuk flaky (pipih) dan elongated (lonjong) yang dinyatakan dengan indeks kepipihan
dan indeks kelonjongan.
2.7.4. Peralatan
• alat pengukur kepipihan dan kelonjongan yang sesuai dengan standar BS 812
(1975);
• saringan dengan urutan diameter saringan 63,0 mm; 50,0 mm; 37,5 mm; 28,0
mm; 20,0 mm; 14,0 mm;10,0 mm dan 6,3 mm;
• wadah agregat sebanyak saringan yang ada. Wadah ini sebaiknya terbuat dari
besi, sengat aluminium atau material lain yang cukup kuat untuk dimasukkan
dalam oven sampai suhu (110±5) 0C;
• oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan mampu memanasi sampai suhu
(110±5) 0C.
• ambil sampel agregat ±5000 gram kemudian dicuci dan keringkan dengan
oven suhu (110±5) 0C hingga bertanya tetap;
• pisahkan atau singkirkan sampel yang tertahan pada saringan 63,0 mm dan lolos
saringan 6,3 mm. Berat sisa sampel yang digunakan dinyatakan sebagai M1
gram;
21
Praktikum Perkerasan Jalan
• pengukuran kepipihan dan kelonjongan dilakukan per fraksi dan hanya fraksi
yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama dengan (≥) 5%;
• jumlah berat total fraksi yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama
dengan 5% dinyatakan dengan M2.
• ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat, yaitu persentase tertahan
lebih besar atau sama dengan (≥) 5%;
• lewatkan dengan tangan setiap butir agregat pada alat penguji kepipihansesuai
dengan ukurannya;
• butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain, diputar atau
dengan sedikit paksaan;
• pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat masing-
masing ditimbang;
• lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang persentase tertahan lebih
besar atau sama dengan (≥) 5%;
• ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat, yaitu persentase tertahan
lebih besar atau sama dengan (≥) 5%;
• lewatkan dengan tangan setiap butir agregat pada alat penguji kelonjongan
sesuai dengan ukurannya;
• butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain, diputar atau
dengan sedikit paksaan;
22
Praktikum Perkerasan Jalan
• pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat masing-
masing ditimbang;
• lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang persentase tertahan lebih
besar atau sama dengan (≥) 5%;
= 21,510 %
= 16,766 %
2.7.9. Kesimpulan
23
Praktikum Perkerasan Jalan
Penggunaan pada lapis permukaan hanya dimungkinkan untuk kelas jalan yang rendah.
Bentuk agregat bulat pun tidak disukai dalam perkerasan jalan. Tetapi untuk kondisi
perkerasan tertentu, misalnya untuk kelas jalan rendah, agregat berbentuk bulat masih
diperbolehkan tetapi hanya sebatas penggunaan untuk lapisan pondasi bawah dan lapisan
pondasi saja. Maksimal penggunaan untuk lapisan pondasi tidak boleh lebih dari 40%,
sedangkan untuk lapisan pondasi bawah dapat lebih besar lagi. Pada penggunaan praktis
di lapangan, agregat berbentuk bulat dapat digunakan untuk lapisan permukaan dengan
sebelumnya dipecahkan terlebih dahulu.
2.8.3. Peralatan
• Oven, yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (150 ± 1)°C;
24
Praktikum Perkerasan Jalan
• Benda uji adalah agregat yang lolos saringan 9,5 mm (3/8”) dan tertahan pada
saringan 6,3 mm (1/4”) sebanyak kira-kira 100 gram.
• Cucilah dengan air suling, keringkan pada suhu 140 ± 5°C hingga berat tidak
berubah lagi (konstan); simpan ditempat yang tertutup rapat dan siap untuk
diperiksa.
• Panaskan wadah beserta benda uji selama 1 jam dalam oven bersuhu tetap
antara 140 ± 5°C;
• Aduk sampai merata dengan spatula yang sudah dipanasi selama 2-3 menit
sampai benda uji terselimuti aspal;
• Pindahkan benda uji yang sudah diselimuti aspal kedalam tabung gelas kimia
kapasitas 600 ml;
• Isi tabung gelas kimia tersebut dengan air suling sebanyak 400 ml;
• Dengan melihat dari atas menembus air, perkirakan persentase luas permukaan
yang masih terselimuti aspal.
25
Praktikum Perkerasan Jalan
Dimana :
Hasil pengamatan untuk pengujian kelekatan agregat terhadap aspal adalah 98%.
2.8.7. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelekatan
bahan uji dengan aspal adalah baik. Rata-rata kelekatan agregat terhadap aspal dengan
cara visual adalah 98%. Ini termasuk syarat SNI 05-2439-1991 yaitu nilai kelekatan
aspal yang baik antara 95% sampai 100%.
26
Praktikum Perkerasan Jalan
BAB III
PENGUJIAN ASPAL
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur berat jenis aspal dengan menggunakan
piknometer serta berdasarkan perbandingan berat di udara dengan berat di dalam air.
3.1.2 Peralatan
a. Termometer;
b. Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25 ± 0,1) °C;
27
Praktikum Perkerasan Jalan
kurangnya100 mm.
b. Aturlah suhu bak perendam pada suhu 25°C.
c. Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air
sulingkemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan.
e. Tuang benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga
terisi 3/4bagian isi piknometer. Biarkan piknometer sampai dingin, waktu
tidak kurang dari 40 menit dantimbanglah dengan ketelitian 1 mg (C)
gram.
f. Biarkan piknometer sampai dingin, waktu tidak kurang dari 40 menit dan
timbanglah dengan ketelitian 1 mg (C) gram.
g. Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah
tanpaditekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar.
(C − A)
BJ =
(B − A) − (D − C)
28
Praktikum Perkerasan Jalan
(67,55−29,67)
BJ= (79,65−29,67)−(80,57−67,55) = 1,025 gram/cm3
Hasil pengujian benda uji berat jenis aspal keras dengan menggunakan
piknometer didapatkan berat jenis aspal keras I = gr/cm3, dapat dilihat pada
lampiran B-I.
3.1.6 Kesimpulan
Berat jenis aspal ini digunakan untuk menentukan pemakaian aspal di lapangan,
karena kadar aspal yang dipakai adalah dalam perbandingan berat, yaitu berat aspal
dibandingkan berat agregat dalam persen. Dari kadar aspal ini dapat dihitung berat aspal
ataupun volume aspal yang akan dipakai di lapangan.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal yang dinyatakan
dalam masuknya jarum dengan beban tertentu pada kurun waktu tertentu pada suhu
kamar. Tingkat kekerasan ini merupakan klarifikasi aspal.
Prosedur berdasarkan AASHTO T-49-89 atau ASTM D-5-86 yang dikutip dari
Buku Panduan Praktikum Pengujian Material Jalan Raya.
3.2.2 Peralatan
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm. Pemegang jarum seberat
(4,75 ± 0,05) gr yang dapat dilepas dengan mudah dari alat penetrasi.
b. Pemberat sebesar (50 ± 0,05) gram dan (100 ± 0,05) gram masing-masing
29
Praktikum Perkerasan Jalan
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan 200
gram.
c. Jarum penetrasi terbuat dari stainless steel mutu 440° C atau HRC 54 sampai
60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung. Panjang jarum sekitar 50
mm (2”), dan berdiameter antara 1.00 sampai 1.02 mm.
d. Cawan contoh benda uji terbuat dari logam berbentuk silinder dengan diameter 55
mm dan kedalaman 35 mm.
e. Bak perendam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10
liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian kurang dari 0,1°C,
bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm dari atas
dasar bejana, permukaan air sekurang-kurangnya 150 ml diatas pelat dasar
berlubang.
f. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi, tempat tersebut
mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tingginya yang cukup untuk
merendam benda uji tanpa gerak.
h. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stop watch dengan skala
pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi 0.1 detik
per detik, untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat
tersebut tidak boleh melebihi 0.1 detik.
a. Panaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup cair unuk dapat
dituangkan. Pemanasan untuk contoh ter tidak lebih dari 56°C diatas titik
lembek, dan untuk bitumen tidak lebih dari 100°C diatas titik lembek. Waktu
pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit. Aduklah perlahan-lahan agar udara
tidak masuk ke dalam contoh.
b. Setelah contoh cair merata, tuangkan kedalam tempat contoh dan diamkan
hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka
penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah dua benda uji.
30
Praktikum Perkerasan Jalan
c. Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama
1 sampai 1,5 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 90 ml dan 1,5
sampai 2 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 175 ml.
a. Benda uji diletakkan di tempat air yang berada di bawah alat penetrasi.
± 0,1) gr.
h. Langkah-langkah diatas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama,
dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dan tepi dinding berjarak lebih
dari1 cm.
31
Praktikum Perkerasan Jalan
Dari hasil pengujian penetrasi 1 benda uji bitumen, didapatkan 5 nilai tes pada
setiap pengujian.
Pengamatan ke I II III 1V V
1 39 mm 43 mm 46 mm 33 mm 45 mm
Rata-rata 39 mm 43 mm 46 mm 33 mm 45 mm
3.3. Titik Lembek Aspal (Softening Point Ring and Ball Test)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dimana aspal mulai lembek dan dapat
digunakan dengan menggunakan alat Ring and Ball. Suhu ini pun yang menjadi acuan
dilapangan atas kemampuan aspal menahan suhu permukaan yang terjadi untuk tidak
lembek sehingga dapat mengurangi daya lekatnya.
3.3.2. Peralatan
b. Cincin kuningan
32
Praktikum Perkerasan Jalan
d. Dudukan benda uji, lengkap dengan pengaruh bola baja dan plat
dasaryang mempunyai jarak tertentu
e. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter 8,5 cm dan tinggi ± 12 cm,
f. Termometer,
g. Stopwatch,
a. Benda uji dipanaskan perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus hingga cair.
Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar gelembung-
gelembung udara tidak masuk.
b. Setelah cair merata benda uji dituangkan ke dalam dua buah cincin. Suhu
pemanasan tidak melebihi 111 0C diatas titik lembeknya.
c. Kedua cincin dipanaskan hingga bersih, lalu diletakkan diatas plat kuningan
yang telah dioles gemuk.
d. Benda uji dituangkan kedalam 2 cincin, kemudian didiamkan pada suhu
sekurang-kurangnya dibawah 8 0C dibawah titik lembeknya, selama 30 menit.
e. Setelah dingin, permukaan benda uji dalam cincin diratakan dengan pisau yang
telah dipanaskan.
3.3.4. Langkah-langkah Pengujian
a. Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak kurang lebih 25 gram.
b. Kedua benda uji dipasang dan diatur diatas kedudukan dan diletakkan
pegarahbola diatasnya. Kemudian dimasukkan kedalam bejana gelas.
c. Bejana diisi dengan air suling baru, dengan suhu 5 0C sehingga tinggi
permukaan air berkisar antara 101,6 sampai 108 mm.
d. Piknometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diletakkan diantara kedua benda
uji(kurang lebih 12,7 mm dari tiap cincin).
e. Jarak antara permukaan pelat dasar benda uji diatur sehingga menjadi 25,4 mm.
33
Praktikum Perkerasan Jalan
Tabel 3.1 Suhu pada saat setiap nola menyentuh pelat dasar
Benda Uji Suhu(° C) Waktu (menit)
I 45 13’40”
II 44 13’26”
Rata-rata 44,5°C
Tabel pengamatan lebih lengkap diperlihatkan pada lampiran B-III.
3.3.6. Kesimpulan
Titik lembek aspal adalah besarnya suhu dimana suatu aspal secara khusus
mencapai derajat kelembekan (mulai meleleh) di bawah kondisi spesifik dari test.
Untuk aspal keras, besarnya titik lembek dihitung berdasarkan Test Ring dan Ball
(Ring and Ball Aparatus). Spesifikasi Bina Marga (1983) tentang titik lembek untuk aspal
keras Grade 60/70 (Ring and Ball Test) seperti yang dipakai dalam pengujian ini adalah
(49 – 54)°C. Titik lembek rata-rata yang diperoleh pada pengujian ini adalah 46°C, jadi
dapat dikatakan aspal yang diuji tidak memenuhi standar titik lembek untuk aspal keras
Grade 60/70.
34
Praktikum Perkerasan Jalan
BAB IV
4.1.1 Definisi
b. Fleksibilitas
c. Durabilitas
d. Workabilitas
e. Ekonomis
4.1.2 Referensi
35
Praktikum Perkerasan Jalan
viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapatkan cukup pemanasan
dan sebaliknya.
Sifat inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap
pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal
terbuat dari suatu hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut
material berbituminous.
4.1.3 Peralatan
• tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan
tinggi
36
Praktikum Perkerasan Jalan
kadar aspal dengan perkiraan minimum dua kadar aspal di atas optimum dan dua
kadaraspal di bawah optimum.
f. keluarkan dari oven cetakan dan siapkan untuk pengisian campuran, setelah
campuran dimasukkan kedalam cetakan tusuk-tusuk dengan spatula 10 x
bagian tengah dan 15 x bagian tepi;
g. tumbuk 2 x 75 kali, 2 x 50 kali atau 2 x 35 kali, sesuai peruntukkannya;
h. setelah kira-kira temperatur hangat keluarkan benda uji dari cetakan dengan
menggunakan extruder;
i. diamkan benda uji satu malam, kemudian timbang benda uji dan didapatkan
berat benda uji kering;
j. masukkan benda uji kedalam air bersuhu ruang 3 sampai 5 menit dan
37
Praktikum Perkerasan Jalan
Hasil perhitungan yang diperoleh dalam percobaan Marshall test dapat dilihat
pada lampiran C-1.
4.1.6.2 Koreksi nilai stabilitas perlu dilakukan jika tinggi benda uji tidak
sama dengan63,5 mm (2 1/2 “) dengan menggunakan tabel koreksi benda uji
(lihat tabel).
38
Praktikum Perkerasan Jalan
4.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian Marshall yang terlampir pada lampiran C-1 , campuran
beton aspal dengan persen aspal terhadap total agregat sebesar 6,38% dan persen aspal
terhadap campuran sebesar 6%, menghasilkan campuran beton aspal dengan nilai kelelehan
plastis(flow) sebesar 4,9 mm dan nilai stabilitas sebesar 706,975 kg. Ini menunjukkan bahwa
nilai kelelehan plastis dan stabilitas memenuhi spesifikasi. Sedangkan, pada pengujian ini
didapatkan bahwa nilai Marshall Quitient sebesar 144,281 kg/mm, nilai ini tidak memenuhi
spesifikasi yaitu minimal 250 kg/mm.
39
Praktikum Perkerasan Jalan
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengujian Sifat Fisis Agregat
40
Praktikum Perkerasan Jalan
SNI 03-
1.3 Keausan Agregat % 22 < 40
2417-
1991
SNI 03-
Ketahanan
1.4 % 9,496
Agregat terhadap 44266-
Tumbukan 1997
ASTM
1.5 Analisa Saringan Agregat % Lam. A-
D75-87 V
1.6 Indeks Kepipihan dan Kelonjongan Agregat
1. Indeks Kepipihan
BS 812: 21,510 < 25
Agregat
% Part 3:
2. Indeks Kelonjongan
16,766 < 25
1975
Agregat
41
Praktikum Perkerasan Jalan
2488-
1991
SNI 06-
2.3 Penetrasi 0,1 0 - 49
mm 2456-
1991
III Hasil Percobaan Marshall
1. Nilai Stabilitas kg 706,975
2. Flow mm 4,9 2-4
3. Marshall Quotient kg/mm 144,281
5.1.3 Saran
42
Praktikum Perkerasan Jalan
DAFTAR PUSTAKA
43