OLEH
Ir I Wayan Wiraga
Ir I G A G Surya Negara Dwipa RS.
Penyusun,
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB HAL.
I PENDAHULUAN………………………………………………… I-1
I.1. Perkerasan Jalan…………………………………………… I-1
I.2. Jenis Perkerasan…………………………………………… I-4
II KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR…………………………. II - 1
II.1. Lapis Permukaan………………………………………….. II - 2
II.2. Lapis Pondasi Atas………………………………………. II - 5
II.3. Lapis Pondasi Bawah……………………………………. II - 6
II.4. Lapis Tanah Dasar…………………………………………. II - 7
III PERENCANAAN PERKERASAN BARU DENGAN METODE
ANALISA KOMPONEN……………………………………………. III - 1
III.1. Lalu Lintas…………………………………………………. III - 1
III.2.1 Jumlah Lajur dan Koefisien istribusi……………. III - 1
III.2.2. Angka Ekivalen Beban Sumbu endaraan……… III - 4
III.2.3. Lalu-Lintas Harian Rata–Rata dan LintasEkivalen III - 6
III.3. Perhitungan Daya Dukung Tanah ………………………… III - 8
III.4. Faktor Regional…………………………………………… III - 9
III.5. Indeks Permukaan………………………………………… III - 10
III.6. Koefisien Kekuatan Relatif……………………………….. III - 12
III.7. Tebal Minimal Perkerasan………………………………… III - 14
III.8. Analisa Komponen Perkerasan…………………………… III - 16
IV LAPIS TAMBAHAN (OVERLAY)…………………………………
IV.1. Istilah…………………………………………………… IV - 1
IV.2. Parameter Perencanaan………………………………… IV - 1
IV.3. Peralatan untuk Pemeriksaan Lendutan………………….. IV - 1
IV.4. Cara Pengukuran Lendutan Balik ………………………… IV - 2
IV.5. Perhitungan Lapis Tambahan……………………………… IV - 3
IV.5.1. Perhitngan Lendutan………………………… IV - 3
IV.5.2. Perhitungan Lalu – Lintas…………………… IV - 7
Pembangunan suatu ruas jalan harus memenuhi 5 syarat jalan yang ada
yaitu :
1. Kuat : Suatu ruas jalan harus dibangun agar mampu memikul
beban rencana yang akan lewat diatasnya.
2. Awet : Kemampuan untuk memikul beban harus dapat ber-
tahan lama minimal sampai umur rencana.
3. Aman : Suatu ruas jalan harus dirancang dengan geometrik
yang benar sehingga aman dari kecelakaan yang ditimbulkan oleh
kesalahan disain geometrik.
4. Nyaman : Jalan yang dirancang dengan geometrik yang benar
akan menghasilkan suasana yang nyaman bagi memakai jalan, sepan-
jang kecepatan pemakai tidak melebihi kecepatan rencana jalan.
5. Ekonomis : Jalan harus dirancang dengan pertimbangan – pertim-
bangan ekonomis baik dari biaya pembuatannya maupun dari segi
Biaya Operasi Kendaraan (BOK) setelah jalan dioperasikan.
Gambar I.1.
Bleading
Penurunan/
settlement
Gambar I.3. P
Permukaan
perkerasan
A1
t A2 Permukaan
tanah dasar
A3
Gmr.I.4 Posisi I
Posisi II
2. Jalan Rigid/kaku :
• Kekakuan/kepadatan yang besar sehingga penyebaran beban
menjadi besar dan tegangan yang terjadi pada tanah dasar juga
kecil.
• Tidak diperlukan daya dukung tanah dasar yang besar karena
kondisi diatas, dimana tegangan yang sampai pada tanah dasar
kecil.
• Tidak memerlukan pemeliharaan yang mahal, karena selama
pengerjaan betonnya benar, maka semakain lama umur beton,
semakin kuat beton tersebut. Pemeliharaan hanya diperlukan
pada bahan pengisi diantara siar pelaksanaan/sambungan
beton.
• Terang pada malam hari, karena permukaannya yang putih.
Jadi tidak mutlak diperlukan penerangan jalan.
Lapis Permukaan(Surface
Lapis permukaan (surface course)
Lapis pondasi atas (base course)
Secara umum beban yang bekerja diatas lapis permukaan jalan adalah
berupa:
1. Gaya vertikal yang berasal dari beban roda
Aspal
penut
Agregat up
penutup Agregat Aspal
pengunci lapis ke agregat
2 pokok Aspal lapis
ke 1
3. Lapis tanah dasar yang berupa tanah asli yang telah dibersihkan dari
humusnya.
Lajur rencana
Jalur jalan
Karena jalan yang direncanakan adalah terdiri dari beberapa lajur, maka
dalam perencanaan ditetapkan adanya lajur rencana. Yang dinamakan lajur rencana
adalah salah satu lajur tepi luar dari jalan raya. Kenapa ditetapkan lajur tepi luar
sebagai lajur rencana, karena lajur tepi luar merupakan lajur lambat dimana
kendaraan yang bergerak lambat biasanya merupakan kendaraan berat.
Untuk menentukan volume lalu – lintas yang akan lewat pada lajur rencana
tersebut, ditetapkan adanya koefisien distribusi kendaraan (C ) menurut tabel III.2.
berikut:
Jumlah Lajur Kendaraan Ringan Kendaraan Berat
1 Arah 2 Arah 1 Arah 2 Arah
11 1,00 1,00 1,00 1,00
2 0,60 0,50 0,70 0,50
3 0,40 0,40 0,50 0,475
4 - 0,30 - 0,45
5 - 0,25 - 0,425
6 - 0,20 - 0,40
Tabel III.2. Koefisien Distribusi Kendaraan.
Kendaraan berat adalah kendaraan dengan berat total lebih besar/sama dengan 5
ton dan sebaliknya.
Sumbu depan
Sumbu belakang TUNGGAL
TUNDEM
n
LEP = Σ ( LHRj X Cj X Ej)
j=1
Lintas Ekivalen Akhir ( LEA) adalah jumlah nilai ekivalen semua kendaraan
pada akhir Umur Rencana.
n
LEA = Σ (LHRur x Cj x Ej
J=1
Lintas Ekivaalen Tengah (LET) adalah jumlah nilai ekivalen beban sumbu
untuk semua kendaraan yang lewat pada tengah-tengah umur rencana, dihitung
dengan menggunakan rumus berikut :
LEP + LEA
LET =
2
CBR Jumlah yang sama atau lebih Persen (%) yang sama atau lebih
besar besar
3 11 11/11x100% = 100 %
4 9 9/11x100% = 81,8 %
5 7 7/11x100% = 63,6 %
6 6 6/11x100% = 54,4 %
10 2 2/11x100% = 18,2 %
11 1 1/11x100% = 9,0 %
100
90
Persen Yang >/= ( % )
80
70
60
50
40
30
20 3,6 %
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
CBR ( % )
CBR yang mewakili atau yang dipakai dalam menentukan Daya Dukung Tanah
(DDT) adalah yang didapat dari persentase 90 %. Caranya adalah dengan menarik
garis horizontal pada titik 90 % sampai bertemu dengan grafik lengkung dan
meneruskan kearah vertikal. Hasilnya adalah CBR yang mewakili = 3,6 %
Untuk menentukan korelasi antara CBR yang mewakili dengan Daya Dukung
Tanah Dasar (DDT), dapat dicari dari nomogram No X (sepuluh) dengan cara
menghubungkan harga CBR yang mewakili dengan garis mendatar ke kiri sehingga
bertemu dengan garis vertikal DDT.
III.4.FAKTOR REGIONAL
Oleh karena kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
dipengaruhi oleh kondisi setempat dimana jalan tersebut dibangun, maka dalam
perencanaan perkerasan jalan, perlu mempertimbangkan kondisi tersebut. Kondisi
setempat yang dimaksud adalah mencakup:
• Permeabilitas tanah,
• Kelengkapan drainase,
• Bentuk alinemen / geometrik jalan ,
• Presentase kendaraan berat terhadap kendaraan total,
• Jumlah kendaraan yang berhenti,
Berikut ini adalah tabel koefisien kekuatan relative untuk berbagai macam
material perkerasan dan sesuai peruntukannya yaitu a1 untuk lapis permukaan
o Faktor Regional :
Curah Hujan > 900 mm/th
Kondisi medan dengan kelandaian rata-rata = 6 %
NOMOGRAM II
NOMOGRAM V
NOMOGRAM VII
IV.1. ISTILAH
1. Lendutan (deflection) adalah besarnya gerak turun lapis perkerasan
akibat adanya beban.
2. Lendutan Balik (Reboun deflection) adalah besarnya lendutan balik
(naik) setelah beban dihilangkan.
IV.5.1.PERHITUNGAN LENDUTAN
Urutan perhitungan lendutan adalah sebagai berikut:
1. Tentukan temeratur pada tengah tengah (Tt) dan sisi bawah (Tb) dari
lapis permukaan lama dengan menggunakan tabel 4.1 berdasarkan
jumlah Tu + Tp :
Tu = temperatur udara
Tp = temperatur permukaan.
Tt = temperatur pada kedalaman setengah tebal lapis permukaan
yang ada.
Tb = temperatur pada sisi bawah lapis permukaan yang ada.
1 2 3 4 5 6 7
n(Σd2 ) – (Σd)2
S= n (n – 1)
Untuk As tunggal:
E = (beban 1 as dalam kg/8160)4
Untuk as tundem:
E = (beban 1 as dlm kg/ 8160)4.0,086
3. Tahap operasional.
Setelah jalan dioperasikan untuk lalu-lintas, maka karena
pengaruh beban yang berulang secara terus menerus dan pengaruh
kondisi alam seperti panas dan hujan, jalan harus dipelihara sesuai
dengan tingkat kerusakan yang terjadi. Pemeliharaan secara rutin
setelah jalan dioperasikan sangat berpengaruh terhadap keawetan
jalan.
V.2.Difinisi-Difinisi
Untuk memudahkan pemahaman, maka ada baiknya akan disampaikan
beberapa difinisi dan pengertian istilah yang akan dipakai dalam
pembahasan pada bab-bab berikutnya.
1. Aspal keras adalah suatu jenis aspal minyak yang merupakan residu
dari destilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara, dimana pada
keadaan suhu normal dan tekanan atmosfir berbentuk padat.
2. Aspal cair adalah aspal minyak yang pada suhu normal dan tekanan
atmosfir berbentuk cair. Aspal cair merupakan aspal padat yang
diencerkan dengan bahan pelarut tertentu. Jenis aspal cair RC (Rapid
Curing) adalah aspal keras dicampur dengan minyak bensin.
Sedangkan MC (Medium Curing) merupakan aspal cair yang berasal
dari aspal keras dicampur minyak tanah dan SC (Slow Curing)
Lapis Resap Pengikat sering disebut dengan prime coat dan merupakan
lapisan tipis aspal cair yang disemprotkan diatas lapisan yang belum beraspal yang
berfungsi untuk mengikat lapis pondasi atas dengan lapisan aspal diatasnya.
Sedangkan Lapis Pengikat sering juga disebut dengan tack coat,
merupakan lapisan aspal tipis yang disemprotkan diatas lapisan lama yang sudah
beraspal yang berfungsi untuk mengikat aspal lama dengan lapisan aspal baru.
Laburan Aspal (Buras) adalah suatu jenis lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal yang ditaburi pasir dengan ukuran butir maksimum 9 mm(3/4”) dan
berfungsi untuk membuat permukaan perkerasan jalan menjadi tidak berdebu, kedap
air dan tidak licin.
Sifat - sifat dari Buras :
• Tidak bersifat struktural.
• Kedap air, tidak licin dan kenyal.
Agregat 9mm
Lapisan aspal
VII.1. BAHAN
1. Pasir yang digunakan adalah pasir hasil pemecahan batu atau pasir
alam yang bersih, kering, bebas debu dan kandungan lumpur sedikit,
mempunyai kekerasan yang cukup dan mempunyai gradasi sbb:
VII.2.PELAKSANAAN
Peralatan yang digunakan antara lain :
Mesin penyemprot aspal/spreyer
Truk
Mesin gilas roda karet (pneumatic tire roller)
Gerobak dorong dan alat pengangkut material lainnya.
Termometer aspal
Cara pelaksanaan adalah:
1) Pemanasan aspal harus dilakukan 3 jam sebelum pelaksanaan dimulai.
2) Sebelum pelaksanaan dilakukan maka permukaan jalan harus kering,
tidak berdebu dan bebas dari bahan-bahan yang bersifat organis. Bila
terdapat lubang maka lubang-lubang tersebut harus ditambal dulu.
3) Penyiraman aspal dilakukan pada suhu 135° – 160° C dilakukan
dengan jumlah yang memadai.
4) Penebaran pasir dilakukan secara merata segera setelah penyiraman
aspal selesai dan aspal masih panas.
5) Pemadatan dilakukan pada aspal masih panas dengan kecepatan +/- 5
km/jam sebanyak 4-6 lintasan.
Laburan Aspal Satu Lapis adalah lapis penutup (surface) perkerasan jalan
yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi agregat bergradasi seragam dengan tebal
maksimum 20mm. Sifat-sifat burtu adalah :
• Non structural
• Tidak licin
• Kedap air
• Kenyal
Agregat seragam
20 mm
Lapisan aspal
VIII.2.PELAKSANAAN
a. Peralatan yang perlu disiapkan sebelum pelaksanaan dimulai antara lain
:
• Kompresor/mesin penyapu,
• Mesin penyemprot aspal(spreyer),
• Dump truck,
Laburan Aspal Dua lapis ( Burda) adalah suatu jenis lapis penutup
perkerasan, terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi agregat, yang dikerjakan dua kali
berturut-turut dengan gradasi seragam. Tebal padat maksimum adalah 35 mm dan
berfungsi untuk membuat permukaan tidak berdebu , kedap air dan tidak licin.
Sifat dari lapis perkerasan ini adalah :
• Non structural
• Kedap air
• Tidak licin
• Kenyal
Agregat lapis
kedua
Lapisan aspal Agregat
ke 2 seragam 20 mm Lapisan aspal
pertama
2. Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal keras pen 60/70 atau pen
80/100.
X.2. PELAKSANAAN
1. Peralatan yang digunakan :
• Truk
Obyektif :
Setelah selesai membahas bab ini, mahasiswa diharapkan memahami cara
pelaksanaan LATASTON sehinga dapat melakukan pengendalian mutu
dilapangan.
Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston), yaitu merupakan salah satu lapisan
penutup perkerasan yang terdiri dari campuran agregat bergradasi timpang/terbuka,
filler/bahan pengisi dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur,
dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.
Sifat-sifat dari (Lataston) adalah sbb:
• Kedap air
• Mempunyai kekenyalan yang tinggi
• Awet
• Dianggap tidak mempunyai nilai struktural.
XI.1.MATERIAL
Bahan untuk pembuatan campuran Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston)
harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Agregat Kasar
• Agregat kasar yang digunakan dapat berupa batu pecah atau
kerikil alam dengan persyaratan seperti dibawah :
Inch mm
¾ 19,10 100
½ 12,70 85 – 100
3/8 9,52 0 – 95
No.3 6,35 0 - 60
• Keausan agregat bila diperiksa dengan mesin Los Angelos pada
putaran 500 kali adalah maksimum 40 %.
• Kelekatan terhadap aspal maksimum 95 %.
2. Agregat halus dan bahan pengisi
• Pasir yang digunakan dapat berupa hasil pemecah batu, pasir
alam atau campuran dari keduanya.
• Gradasi yang disyaratkan sbb:
UKURAN SARINGAN % BERAT LOLOS
NOMOR mm
4 4,76 100
8 2,38 95 – 100
30 0,59 75 - 100
80 0,177 13 - 50
200 0,074 0-5
XI.2.PELAKSANAAN
1. Peralatan yang digunakan dalam pelaksaan pemadatan adalah:
a. Mesin penghampar (Asphal finisher)
b. Mesin gilas roda baja tundem (steel wheel tundem roller)
Lapis aspal beton (laston) merupakan satu lapis perkerasan yang terdiri
dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur,
dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
Sebagai lapis permukaan jalan, maka jenis perkerasan ini mempunyai
sifat antara lain :
• Bersifat structural
• Kedap air
• Stabilitas tinggi
• Peka terhadap penyimpangan perencanaan dan pelaksanaan.
2. Agregat halus:
a. Agregat halus yang digunakan harus dari pasir alam / pasir
dari hasil pemecahan batu atau gabungan dari kedua jenis
tersebut.
b. Pasir yang digunakan harus bersih, kering, kuat dan bebas dari
gumpalan-gumpalan lempung dan bahan-bahan lain yang
mengganggu serta terdiri dari bahan-bahan bersudut tajam dan
mempunyai permukaan yang kasar.
c. Agregat halus yang berasal dari hasil pemecahan batu, harus
berasal dari batu yang memenuhi persyaratan kekerasan seperti
agregat kasar.
3. Filler
a. Apabila diperlukan, bahan pengisi/filler harus berasal dari abu
batu, abu batu kapur atau semen portland atau bahan
nonplastis lainnya.
b. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari bahan lain yang
mengganggu dan apabila dilakukan analisa saringan pada
kondisi basah harus memenuhi gradasi sbb:
UKURAN SARINGAN PERSENTASE BERAT
YANG LOLOS
No. 30 0,59 mm 100
No. 50 0,279 mm 95 – 100
No. 100 0,149 mm 90 – 100
No.200 0,074 mm 65 – 100
XII.2. PELAKSANAAN
1. Pengangkutan campuran
a. Pengangkutan campuran dari lokasi AMP (Asphal Mixing
Plant) kelokasi pengaspalan harus menggunakan truk roda
karet dan mempunyai bak dari logam rapat, bersih serta sudah
dilabur secukupnya dengan bahan pencegah melekatnya
campuran dengan bak (misalnya berupa air sabun, minyak
ringan, minyak paraffin/minyak tanah atau larutan kapur).
b. Untuk melindungi campuran dari pengaruh cuaca dan untuk
mempertahankan suhu campuran sampai dilokasi pengaspalan,
maka aspal diatas bak truk harus ditutup dengan terpal.
c. Pada saat dimasukkan kedalam finisher/alat penghampar, suhu
aspal minimal dalam suhu 120° C.
2. Pelapisan Percobaan
a. Untuk mengetahui secara tepat semua factor yang berkaitan
dengan pencampuran dan pelaksanaan dilapangan seperti
pencampuran, penghamparan dan pemadatan, maka sebelum
pelaksanaan yang sebenarnya dimulai, terlebih dahulu
dilakukan pelapisan percobaan dengan menggunbakan bahan,
peralatan serta prosedur yang sama dengan pekerjaan
Obyektif :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis
kerusakan pada jalan dan cara memperbaikinya.
XIII.1.Tujuan Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan jalan dilakukan dengan tujuan untuk
menjaga agar kondisi jalan tetap mantap. Kemantapan suatu ruas jalan
merupakan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh suatu ruas jalan
berdasarkan kondisi fisik jalan yang bersangkutan.
Dengan adanya kegiatan pemeliharaan, maka percepatan
kerusakan jalan dapat ditekan sehingga dapat memperpanjang umur
jalan. Disamping itu, kegiatan pemeliharaan jalan dapat mengurangi
Biaya Operasi Kendaraan ( BOK ), memberikan jaminan bahwa kondisi
jalan tetap dalam keadaan baik untuk menjaga keamanan pemakai jalan
sehingga jalan senantiasa dapat berfungsi optimal untuk memberikan
pelayanan terhadap kegiatan transportasi.
A. Penyebab kerusakan
Secara umum terdapat beberapa penyebab terjadinya jerusakan pada
jalan yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Lalu lintas, yang dapat berupa :
- Peningkatan beban ( peningkatan daya muat kendaraan )
- Repetisi beban ( peningkatan jumlah kendaraan )
2. Air
- Akibat dari air hujan yang tidak segera dapat dialirkan ke tepi
perkerasan sehingga sebagian meresap ke badan jalan.
- Sistem drainase yang buruk, baik karena kedalaman saluran
kurang maupun akibat kemiringan memanjang saluran yang kecil.
Hal ini akan menyebabkan tingginya muka air pada badan jalan,
sehingga mempengaruhi kandungan air optimumnya.