Anda di halaman 1dari 23

[FREEBOARD] 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keselamatan kapal merupakan salah satu aspek penting tidak hanya pada
proses perancangan tetapi juga pada pengoperasian kapal. Aspek keselamatan
juga merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah kapal
untuk mendapatkan kelas. Begitu juga pada pengoperasian kapal, surat izin
berlayar (SIB) akan diberikan oleh otoritas pelabuhan (syahbandar) apabila kapal
tersebut memenuhi semua kriteria keselamatan yang telah ditetapkan. Salah satu
kriteria keselamatan yang harus dipenuhi oleh sebuah kapal adalah lambung
timbul minimum yang harus sesuai dengan ketentuan lambung timbul minimum
baik yang diatur oeh otoritas dalam negeri untuk kapal-kapal yang beroperasi di
perairan lokal dan International Load Line Convention (ILLC) yang dikeluarkan
oleh Organisasi Maritim Internasional (IMO).

Untuk dapat mengevaluasi lambung timbul minimum pada proses


perancangan kapal, perancang harus dapat menghitung lambung timbul minimum
dari kapal rancangan baik dengan menggunakan peraturan dalam negeri maupun
peraturan internasional. Demikian pula halnya untuk petugas otoritas pelabuhan
yang mempunyai wewenang untukk menilai kelayakan kapal untuk berlayar harus
dapat menilai apakah kondisi pemuatan kapal yang bersangkutan masih
memenuhi lambung minimum kapal atau sudah terjadi kelebihan sarat yang dapat
berakibat terhadap keselamatan kapal dalam pelayaran.Lambung timbul tidak
hanya berpengaruh terhadaap cadangan daya apaung kapal ketika terjadi
kebocoran tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap kondisi stabilitas (Parokka,
dkk, 2012) serta kemungkinan masuknya air ke geladak kapal yang juga apabila
terakumulasi dengan volume tertentu dapat mengurangi stabilitas kapal (Parokka
dan Umeda, 2006).

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

1.2 Tujuan Tugas


1. Mahasiswa dapat mengetahui elemen-elemen banguna kapal yang
berpengaruh terhadap lambung timbul minimum.
2. Mahasiswa dapat menghitung koreksi lambung timbul untuk setiap
komponen bangunan kapal yang berpengaruh terhadap penentuan lambung
timbul minimum.
3. Mahasiswa dapat menggambarkan marka lambung timbul timbul sesuai
dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan.

1.3 Manfaat Tugas


Mahasiswa mempunyai pengalaman menghitung dan mengevaluasi lambung
timbul minimu kapal sebagai salah satu bagian dari proses perancangan kapal
serta terlatih dalam menyususn laporan ilmiah.

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pengerian lambung timbul
Secara sederhana pengertian lambung timbul (Freeboard) adalah tinggi
tepi dek dari permukaan air yang diukur pada tengah kapal (midship). Tinggi
minimum dari lambung timbul ini perlu dipertahankan agar supaya kapal
mempunyai daya apung cadangan. Karena lambung timbul ini menyangkut
masalah keselamatan pelayaran, maka diadakan suatu peraturan internasional
yang sifatnya mengikat untuk menetapkan besarnya lambung timbul minimum
yang diperkenankan untuk suatu kapal.

II.2 Peraturan lambung timbul


Peraturan yang terakhir diperkenankan pada tahun 1966 sabagai hasil dari
“Internasional Load Line Convention 1966” yang diadakan di London. Tinggi
minimum lambung timbul yang diperkenankan seperti yang disyaratkan peraturan
tersebut, diukur dari tengah kapal (midship) dari tepi geladak ke garis muat pada
musim panas (summer load line). Besarnya minimum lambung timbul ini
tergantung dari panjang kapal, koefisien kelansingan kapal, sheer, panjang
bangunan atas.
Tanda lambung timbul (Freeboard mark = Plimsoll mark) harus ditempel
di lambung kapal, pada kedua sisinya baik disebelah kiri mupun kanan. Konvensi
ini berlaku untuk kapal niaga yang berlayar di perairan internasional baik di laut
maupun di samudera, kecuali untuk kapal kapal yang tersebut bibawah ini :
- Kapal perang
- Kapal dengan panjang (L) < 24 M
- Kapal dengan GT < 150 Gross ton
- Kapal pesiar (yachts)
- Kapal ikan
- Kapal penyusur pantai jarak dekat
- Kapal yang berlayar di danau dan sungai

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

II.3 Tanda-tanda lambung timbul


a. Garis Geladak (DeckLine)
Garis geladak adalah garis horizontal dengan panjang 300 mm dan lebar 25
mm. Garis ini diletakkan ditengah kapal pada setiap sisi kapal dan sisi atasnya
melalui titik dimana perpanjangan permukaan atas geladak lambung timbul
memotong sisi luar dari kulit kapal seperti terlihat pada gambar dibawah ini

Gambar Garis Geladak

b. Tanda Garis Muat (Load Line Mark = Free Board Mark = Plimsoll
Mark).
Tanda garis muat terdiri dari suatu lingkaran dengan diamater luas 300 mm
dan lebar 25 mm yang dipotong oleh sebuah garis horizontal dengan panjang
450 mm dan lebar 25 mm dimana sisi atas garis ini melalui titik tengah dari
lingkaran. Titik tengah lingkaran harus diletakkan di tengah kapal pada jarak
sama dengan lambung timbul musim panas yang diberikan (summer
freeboard), diukur vertikal ke bawah dari sisi atas garis geladak seperti
gambar di bawah ini.

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

Gambar tanda garis muat

c. Garis Muat
Garis muat secara lengkap yang dipakai pada freeboard mark adalah sebagai
berikut (lihat gambar di atas).

1. Garis muat musim panas (summer load line), ditunjukkan oleh sisi atas
dari garis yang melalui titik tengah dari lingkaran dan bertanda S.
2. Garis muat musim dingin (winter load line), ditunjukkan oleh sisi atas
sebuah garis yang bertanda W.
3. Garis muat musim dingin Atlantik Utara (WinterNorth Atlantic Load
Line), ditunjukkan oleh sisi atas sebuah garis yang bertanda W.N.A.
4. Garis muat tropik (Tropical Load Line), ditunjukkan oleh sisi atas sebuah
garis yang bertanda T.
5. Garis muat air tawar (Freshwater Load Line), ditunjukkan oleh sisi atas
sebuah garis bertanda F dan dipasang di belakang garis vertikal.
6. Garis muat air tawar tropik (Tropical Freshwater Load Line) ditunjukkan
oleh sisi atas sebuah garis bertanda TF dan dipasang dibelakang garis
vertikal.

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

d. Free Board Kapal Muatan Kayu


Bila lambung timbul muatan kayu diberikan garis muat kapal muatan
kayu harus dipasang sebagai tambahan pada garis muat-garis muat yang biasa
ukuran dari garis-garis ini sama seperti pada garis muat yang biasa hanya
lelaknya ke arah belakang, kecuali disebutkan dengan jelas hal yang
sebaliknya (lihal gambar di bawah ini).

Garis-garis muat kayu selanjutnya yang harus dipakai:

1. Garis muat kayu musim panas (Summer Timber Load Line) ditunjukkan
oleh sisi atas sebuah garis bertanda LS.
2. Garis muat kayu musim dingin (Winter Timber Load Line) ditunjukkan
oleh sisi atas sebuah garis bertanda LW.
3. Garis muat kayu musim dingin Atlantik Utara (Winter North Atlantic
Timber Load Line) ditunjukkan oleh sisi atas sebuah garis bertanda
LWNA. Garis muat kayu musim dingin Atlantik Utara LWNA
dianggap/dibuat sama (satu garis horizontal) dengan garis muat musim
dingin Atlantik Utara WNA.
4. Garis muat kayu tropic (Tropical Timber Load Line) ditunjukkan oleh sisi
atas sebuah garis bertanda LT.
5. Garis muat kayu air tawar pada musim panas (Freshwater Timber Load
Line) ditunjukkan oleh sisi atas sebuah garis bertanda LF dan dipasang
sebelah depan garis vertikal.
6. Garis muat kayu air tawar tropic (Tropical Fresh water Timber Load Line)
ditunjukkan oleh sisi atas sebuah garis bertanda LTF dan dipasang di
depan garis vertikal.

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

e. Free Board Kapal layar.


Pada kapal-kapal layar hanyalah garis muat air tawar (F) dan garis muat
Atlantik Utara musim dingin (WNA) saja yang perlu dipasang, seperti pada
gambar di bawah ini.

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

II.4 Diagram Alir

Data Kapal:
1. Ukuran Utama
2. Gambar Rencana Garis dan Hidrostatika
3. Gambar Rencana Umum

Penetuan Panjang Kapal (L)

Penetuan Lambung Timbul Minimum (fb)

Koreksi akibat koreksi akibat koreksi akibat koreksi akibat


koefisien blok (Cb) tinggi kapal (H) bangunan atas lengkung sheer

Lambung Timbul Minimum hasil koreksi

Pengurangan lambung timbul minimum


sebagai fungsi panjang kapal

Perhitungan lambung timbul minimum untuk


air tawar

Penggambaran marka lambung timbul

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

BAB III
PENYAJIAN DATA
III.1 Data kapal
Diketahi kapal tipe barang umum (general cargo) dengan DWT 2550 Ton,
berlayar di perairan Indonesia. Dengan data kapal sebagai berikut :

LBP = 76,09 m
LWl = 77,99 m
B = 12 m
H = 6,21 m
T = 5 m
Cb = 0,74
Cm = 0,99
Cw = 0,83
Δ = 3621,09 Ton
Fb = 1,21 m

III.3 Kerangka pikir


Adapun beberapa koreksi untuk perhitungan Lambung timbul (Freeboard),
antara lain :
1. Panjang kapal (L)
2. Koefisien Blok (Cb)
3. Tinggi kapal (H)
4. Posisi garis geladak
5. Tinggi bangunan atas (Superstrukture)
6. Panjang efektif bangunan atas
7. Trunks
8. Sheer

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Tipe kapal
Convensi lambung timbul internasional 1966, membedakan dua tipe kapal
yaitu :
1. Kapal tipe A
Kapal tipe A yaitu kapal-kapal tangki minyak yang memiliki muatan
dengan lubang masuk yang kecil dan kedap air dengan penutup baja atau
material yang equivalent. Ciri-ciri khas kapal tipe A adalah :
1. Geladak cuaca yang sangat “Safe” artinya kuat dan kedap air
2. Kapal yang memiliki keselamatan yang tinggi terhadapkebocoran,
karena permeabilitas ruang pada waktu penuh adalah kecil.
2. Kapal tipe B
Kapal tipe B yaitu kapal-kapal yang bukan tipe A, umpamanya kapal
barang dan sebagainya. Khusus untuk kapal tipe B, konvensi memberikan
variasi-variasi yang tergantung dari konstruksi penutup palka (portable
dari kayu atau baja, kekedapan airnya dari terpal dan batten atau dengan
gasken atau alat penjepit), perlindungan awak kapal feeing ports.
Adapun istilah yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut :
a. Panjang Kapal
Panjang kapal (L) didefenisikan sebagai 96% panjang garis air (Lwl)
yang diukur pada sarat kapal sama dengan 0.85 H atau panjang antara
garis tegak haluan (FP) sampai pada sumbu poros kemudi pada sarat yang
sama, diambil nilai yang terbesar.
b. Tinggi Kapal
Tinggi kapal (H) diukur dari sisi atas pelat lunas (keel) sampai pada sisi
atas balok geladak pada tepi geladak.
c. Lebar Kapal
Lebar kapal (B) adalah lebar maksimum kapal yang diukur pada midship
(penampang melintang tengah kapal).

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

d. Sarat Kapal
Sarat kapal (T) adalah sarat yang hitung pada ketinggian 85% tinggi
kapal. Namun apabila sarat ini lebih kecil dari sarat yang sebenarnya maka
yang digunakan adalah sarat yang sebenarnya.

2.2 Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh kapal yang memakai


peraturan konvensi internasional 1966
a. Pintu-pintu (doors)
a) Semua pintu masuk (acces opening) pada sekat-sekat ujung
bangunan atas yang tertutup harus dipasang pintu-pintu dari baja
atau material lainnya yang equivalent, dihubungkan secara
permanen dan kuat pada sekat dan diberi bingkai. Untuk
kekedapannya harus terdiri dari gasket dan alat-alat penjepit atau
dengan cara-cara lain yang setara dan harus dihuhungkan secara
permanen pada sekat atau pintu itu sendiri. Pintu harus dapat
dibuka/ditutup dari kedua sisi sekat.
b) Tinggi ambang dari pintu-pintu masuk disekat-sekat pada ujung
bangunan atas yang tertutup paling sedikit harus = 380 mm di atas
geladak, lihat gambar di bawah.
b. Ambang Palkah (hatch way Coaming)
Ambang palkah harus mempunyai konstruksi yang kuat dan
tinggi di atas geladak haruslah paling sedikit sebagai berikut:

600 mm (23½ inches) diposisi 1.

400 mm (17½ inches) diposisi 2. (Iihat gambar)

Untuk geladak penggal mengikuti syarat-syarat posisi 1.

Garnbar Tinggi Ambang Pintu dan Ambang Palkah

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

c. Penjepit (Cleats)
Penjepit harus dipasang sehingga dapat dengan bentuk baji-baji
(wedges). Lebar penjepit harus ≥ 65 mm.Jarak antara penjepit
dengan penjepit sisi ambang palkah harus ≤ 600 mm. Jarak antara
penjepit dengan ujung palkah harus ≤ 100 mm.

d. Batten dan Baji (Batten and Wedges)


Baji harus dibuat dari kayu yang liat atau bahan yang setara.
Baji ini harus mempunyai ketirusan seperenam (tg ά = 1/6) dan tebal
di ujung ≤ 13 mm.

e. Terpal
Paling sedikit dua lapis terpal dalam keadaan baik harus
diberikan untuk setiap lubang palkah diposisi satu dan dua. Terpal-
terpal tersebut harus tahan air dan kedap air serta mempunyai
kekuatan yang besar.

f. Bukaan Pada Kamar Mesin


Bukaan pada kamar mesin diposisi satu dan dua harus
diperkuat dengan baik dan dilindungi dengan selubung baja secara
cfisicn dengan kekuatan yang cukup. Lubang-lubang pintu pada
selubung tersebut harus dilengkapi dengan pintu-pintu sesuai dengan
peraturan dan ambang pintu paling sedikit 600 mm diatas geladak
pada posisi satu dan sckurang-kurangnya 380 mm di atas geladak
pada posisi dua.

g. Bukaan – bukaan Pada Geladak Lambung


Bukaan-bukaan pada geladak lambung timbul selain lubang
palkah bukaan kamar mesin, maka man hole dan flush scuttle harus
dilindungi degan bangunan atas tertutup atau oleh sebuah rumah
geladak atau penutup lubang dengan kekuatan dan kekedapan yang
setara. Pada posisi satu tinggi ambang diatas geladak dari lubang
pintu di Companion Way haruslah paling sedikit 380 mm.

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

h. Ventilator
a) Ventilator diposisi 1 dan 2 sampai ruangan di bawah geladak
lambung timbul atau geladak bangunan atas tertutup harus dibuat
dari baja atau bahan lain yang setara dan dihubungkan ke geladak
dengan konstruksi yang kuat dan efisien.
b) Ventilator diposisi 1 yang tinggi ambangnya > 4,5 m di atas
geladak dan diposisi 2 yang tinggi ambangnya > 2,3 m diatas
geladak, tak perlu dilengkapi dengan alat-alat penutup.
c) Kecuali di atas, bukaan-bukaan ventilator haruslah-diberi alat-alat
penutup yang kedap dan efisien. Bila alat tersebut tidak dipasang
haruslah diletakkan di tempat yang mudah diambil dekat ventilator.
d) Pada kapal yang panjangnya L < 100 m, alat penutup harus
ditempatkan pada ventilator secara permanen.
Di posisi 1: tinggi ambang ventilator harus ≥ 900 m di atas geladak.

Di posisi 2: tinggi ambang ventilator harus ≥ 760 m di atas gcladak.

Lihat gambar.

i. Pipa Udara (Air Pipes)


a) Bila pipa-pipa udara untuk ballast dan tangki-tangki lainnya
meninggi di atas geladak lambung timbul atau geladak bangunan
atas bagian terbuka dan pipa harus dibuat dengan konstruksi yang
kuat.
b) Tinggi dan geladak hingga titik dimana air masuk ke bawah
geladak harus ≥ 760 mm pada geladak lambung timbul dan ≥ 450
mm pada geladak bangunan atas. untuk geladak penggal mengikuti
syarat-syarat posisi 1.

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

Gambar Pipa-pipa Udara dan Ventilator-ventilator

Gambar Side Scuttles dan Guard-railds/Bulwarks

j. Lubang Jendela Pada Sisi Kapal (Side Scuttles) dan Bukaan-bukaan


Lainnya yang serupa
a) Side Scuttles dan bukaan-bukaan lainnya yang serupa bagi
ruangan-ruangan di bawah gedadak lambung timbul dan dalam
ruangan-ruangan dalam bangunan atas tertutup harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga mereka dapat ditutup secara efektif dan
kedap air.
b) Side Scuttles dan bukaan-bukaan lainnya yang scrupa tak boleh
ditempatkan pada posisi yang terletak dibawah suatu garis yang
sejajar dengan garis geladak lambung timbul disisi kapal. Jarak
dari titik terendah dari garis tersebut dengan garis air muat adalah
2½% lebar (B) atau 500 mm, diambil jarak terbesar. Lihat gambar.
k. Freeing Ports
a) Luas minimum (A) dan freeing ports pada setiap sisi dan kapal
untuk setiap well di geladak lambung timbul.
1. Untuk sheer pada tempat well > sheer standard L ≤ 20 m, maka
A = 0,7 + 0,035.L m2, L > 20 m, maka A = 0,07.L m2 dimana L
= panjang kubu-kubu (bulwark) pada well (dalam meter). L
tidak perlu diambil > 0,7 L.
2. Untuk kapal-kapal tanpa sheer maka luas freeing port = ½ x A
m2
3. Untuk sheer < sheer standar, maka luas freeing port diperoleh
dengan interpolasi linier antara (1) dan (2).

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

b) Luas minimum dari freeing ports pada setiap sisi dan kapal untuk
setiap well di geladak bangunan atas haruslah = ½ x A m2.
c) Bila tinggi rata-rata dari bulwark > 1,2 m, maka luas freeing ports
= A + (tr-1,2)x0,04 m2 dimana tr = tinggi rata-rata dari bulwark.
Bila tinggi rata-rata dari bulwark < 0,9 maka luas freeing ports =A
- (0,9-tr) x 0,041 m2
d) Bila kapal mempunyai trunk yang tidak memenuhi persyaratan
peraturan Convensi atau mempunyai sisi ambang palkah (Side
Coaming) yang menerus dan dipasang diantara atas terpisah, luas
minimum dari freeing ports dihitung dari tabel sebagai berikut:
Perbandingan lebar lubang palkah Perbandingan Iuas freeing ports

pada trunk dengan lebar kapal (B) dan Iuas total dari bulwark

Kurang dari 40 % dan 40o 20%

Lebih dari 75 % dan 75o 10%

Luas freeing ports pada lebar-Iebar diantaranya harus didapat


dengan interpolasi linier.

e) Sisi bawah dan freeing ports harus sepraktis mungkin, yaitu dekat
dengan geladak. 2/3 bagian dari luas freeing ports yang diminta
harus dipasang ditengah-tengah well, yang terdekat dengan titik
terendah dari lengkungan sheer.
f) Semua bukaan pada bulwark harus dilindungi dengan rails atau
harus berjarak antara kira-kira 230 mm.
l. Perlindungan Terhadap Anak Buah Kapal
a) Guard rails yang efisien atau bulwark-bulwark harus dipasang
semua bagian yang terbuka dari geladak lambung timbul dan
geladak atas. Tinggi bulwark atau persetujuan dari yang
berwenang.
b) Bukaan-bukaan dibawah guard rails yang terbawah harus < 230
mm (Lihat gambar). Untuk tempat-tempat lainnya, satu sama

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

lainnya harus berjarak < 380 mm. Pada kapal dengan sisi yang
dibundarkan (rounded gunwales) penyangga guard rail harus
diletakkan pada bagian yang rata dari geladak.

IV.2 Koreksi lambung timbul


Adapun beberapa koreksi dan perhitungan lambung timbul adalah sebagai
berikut :
1. Panjang Kapal
Panjang kapal (L) didefenisikan sebagai 96% panjang garis air (Lwl)
yang diukur pada sarat kapal sama dengan 0.85 H atau panjang antara
garis tegak haluan (FP) sampai pada sumbu poros kemudi pada sarat yang
sama, diambil nilai yang terbesar
1. Panjang kapal diambill sama dengan 96 % dari panjang total
T 85 % H= diukur pada garis air dengan sarat 85 % H = 5,278 m
L total pada 85% H = 76,67100 m
L 96% = 0,96 x 76,67100 m
= 73,60 m
2. Panjang antara garis tegak haluan ke sumbu poros kemudi
L = 76,20 m
panjang kapal yang digunakan diambil nilai yang terbesar.
Jadi panjang kapal yang di gunakan adalah L= 76,20 m=
2. Lambung timbul minimum untuk kapal barang yaitu:
untuk menentukan lambung timbul minimum berdasarkan KM 3 Tahun
2005 sebagai berikut :
fb = 0,8 L (cm) untuk L sampai dengan 50 m
fb = (L/10)² + (L/10)+10 (Cm) untuk L > 50 m,
jadi;
Fb = (L/10)² + (L/10)+10 (Cm) untuk L > 50 m
= ((76,20/10)²) + (76,20/10) +10
Fb = 75,68 cm
= 756,81 mm

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

3. Koreksi untuk koefisien Block ( KM.3 Tahun 2005 )


Lbp/20 = 3,809 m
l' = 1,90 m
Frame LUAS fs Hasil
a 0 0,50 0,000
b 0 2,00 0,000
0 4,830 1,50 7,245
1 23,580 4 94,320
2 45,060 2 90,120
3 53,280 4 213,120
4 56,220 2 112,440
5 58,260 4 233,040
6 60,150 2 120,300
7 61,560 4 246,240
8 63,180 2 126,360
9 63,180 4 252,720
10 63,180 2 126,360
11 63,180 4 252,720
12 63,180 2 126,360
13 63,180 4 252,720
14 63,180 2 126,360
15 54,930 4 219,720
16 45,750 2 91,500
17 34,530 4 138,120
18 22,860 2 45,720
19 12,630 4 50,520
20 5,250 1,092 5,732
c 0,368 0,000
d 0,092 0,000
Σ 2931,737

Volume = 1/3x I x Σ
V = 3717,93 m3
Cb = V/(L x B x T)
= 0,75

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

Jadi. Karena Cb > 0,68 maka Fb dikalikan dengan faktor :


C= Cb + 0,68
1,36

= 1,05 mm
Penambahan lambung timbul (Δ fs ) = (Fb) x C
= 756,81 mm x 1,05 mm
= 796,90 mm = 74,97 cm

4. Koreksi untuk tinggi (D) ( KM.3 Tahun 2005 )


a. Apabila D lebih besar dari (L/15), lambung timbul ditambah dengan
20 ( D - L/15 ) cm untuk L sampai dengan 50 m ( 0,1 L + 15 )
( D - L/15 ) cm untuk L lebih dari 50 m sampai 100 m 25 ( D - L/15 )
cm untuk L lebih dari 100 m
b. Apabila D lebih kecil dari (L/15), tidak ada koreksi terhadap lambung
timbul
L adalah panjang kapal dalam meter
D adalah tinggi kapal dalam meter
L/15 = 73,82 /15
= 5,08 m
D = 6,21 m
karena D lebih besar dari (L/15) maka dilakukan koreksi sebagai
berikut : L = 76,20 m
Jadi koreksi untuk D adalah :
= (0,1 L+15)(D-L/15) cm untuk L lebih dari 50 m sampai dengan 100 m
= ((0,1 x 76,20 m ) + 15) x (6,21 m – (76,20 m/15)
= 25,56 cm = 256 mm

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

5. Koreksi untuk bangunan atas dan trunk ( KM.3 Tahun 2005 )


Apabila kapal memiliki bangunan atas dan trunk tertutup, lambung
timbul dikurangi dengan.
 ( ls  hs ) cm
51
L
L adalah panjang kapal dalam meter
ls adalah panjang efektif bangunan atas dan trunk tertutup dalam meter
hs adalah tinggi standar bangunan atas dan trunk tertutup dalam meter

panjang tinggi sebenarnya tinggi panjang efektif


L rata-rata (s) (h) standard (hn) (L) ls x hs
forecastle 8,7 2,2 1,8 8,700 15,66
poop deck 12,6 2,2 1,8 12,600 22,68
jumlah 21,3 21,30 38,34

Pengurangan lambung timbul


 ( ls  hs ) cm
51
L
= 51 x (( 38,34 m ) / 76,20)
= 25,7 cm
= 257 mm

6. Koreksi untuk Sheer


Koreksi lengkung memanjang kapal dengan cara sebagai berikut :
a. Apabila lengkung memanjang kapal sama dengan standar, koreksi
lengkung memanjang dihitung sbb:
B = 0,125 L cm
= 0,125 x 76,20
= 9,511 cm

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

b. Apabila lengkung memanjang kapal tidak sama dengan standar, koreksi


lengkung memanjang dihitung sbb:
A = 1/6 [2.5(L+30)-100 ( Sf+Sa)](0.75-S/2L) cm
Koreksi lengkung memanjang kapal ditetapkan berdasarkan besarnya
nilai A sbb:
a. A lebih besar 0, koreksi ditetapkan = A cm
b. A lebih kecil 0, dan harga mutlak A lebih besar B, koreksi ditetapkan
= -B cm
c. A lebih kecil 0, dan harga mutlak A lebih kecil B, koreksi
ditetapkan = A cm
L adalah panjang kapal, dalam satuan meter = 76,20 m
Sf adalah tinggi lengkung memanjang pada posisi garis tegak depan
(FP) dalam satuan meter = 1,77 m
Sa adalah tinggi lengkung memanjang pada posisi garis tegak
belakang (AP) dalam satuan meter = 0,88 m
S adalah panjang seluruh bangunan atas tertutup dalam satuan meter
= 25,6 m
A = 1/6 [2.5(L+30)-100 ( Sf+Sa)](0.75-S/2L) cm
= 1/6x((2,5x(76,20+30))-(100x(1,77+0,88))) x (0,75-(25,6/(2 x
76,20)))
= 0,0024 cm = 0,02 mm
karena A lebih besar 0, maka koreksi ditetapkan = A cm
= 0,0024 cm
= 0,02 mm

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

7. Lambung timbul Minimum


a.koreksi untuk koefisien block = 796,90 mm
b.koreksi untuk depth = 255,63 mm
c.koreksi untuk bangunan atas = -256,98 mm
d.koreksi untuk sheer = 0,02 mm
Free board minimum (fb) = 754 mm

8. Pengurangan lambung timbul (KM.5 Tahun 2005)


Apabila pada kapal selain kapal tangki dilengkapi penutup palka baja,
lambung timbul kapal dikurangi sesuai dengan tabel berikut :

Panjang (L) ≤ 100 m 110 m 120 > 130 m


Pengurangan (cm) 4 cm 5 cm 8 cm 12 cm

9. Koreksi Air tawar (KM.3 Tahun 2005)


Δ = L x B x 85 % H x Cb x 1.025 x 1.0047
= 776,20 m x 12 x 6,21 m x 0,74 m x 1,025 x 1,0047
= 3737,99 ton
TPC = 0.01 x 1.025 x L x B x CW
= 0,01 x 1,025 x 76,20 m x 12 m x 0,83
= 7,8 ton/cm ( tons per centimeter immersion di air laut )
a. Tf = Δ/ 40.TPC
= 3737,99 ton / (40 x 7,8 ton/cm)
= 12,01 cm
b. T = L - Δ/ 40.TPC
= 377,83 mm
Hasil yang di dapat =
L= 714 mm = 0,714 m
T= 594 mm = 0,594 m

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengerjaan, pembahasan dan penyajian data, dapat di tarik
kesimpulan bahwa Freeboard minimum sebagai berikut :
hasil yang di dapat =
L= 714 mm = 0,714 m
T= 594 mm = 0,594 m

V.2 Saran
1. Dalam pengerjaan tugas lambung timbul ini untuk selanjutnya agar
mendetailkan nilai-nilai perhitungan.
2. Bagi mahasiswa yang mengerjakan tugas lambung timbul, harus
membaca dengan teliti peraturan-peraturan pemerintah tentang lambung
timbul.

HERI IMANUEL A.S D311 11 268


[FREEBOARD] 2015

DAFTAR PUSTAKA

- Perarturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 3 TAHUN 2005


- Ir.H Rosmani,Konstruksi Kapal I, 2000
- Teori bangunan Kapal 3, 1983

HERI IMANUEL A.S D311 11 268

Anda mungkin juga menyukai