Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENGAMATAN KEGIATAN

PROSES PRODUKSI HOTMIX

PT. KADI INTERNATIONAL

(Jl. PTP XVIII Ngobo, Wringinputih, Kec. Bergas Kab. Semarang, Jawa
Tengah)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkerasan Jalan Raya

Disusun Oleh :

Kelompok A.3

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2017

i
DATA KELOMPOK

Kelompok A.3

NO Nama Mahasiswa NIM Kode Dosen Wali

1 Fikri Amrullah M. 21010115120092 2235


2 Nita Ardiyani 21010115120093 2235
3 Elmaliani Ismi Ulfa 21010115120094 2235
4 Ilma Karoma 21010115120095 2235
5 Heidy Septiana Nugroho 21010115120096 2235
6 Faela Sufah 21010115120097 2235
7 Ratna Emmanuella 21010115120098 2235
8 Mia Yusrina M. H 21010115120099 2235
9 Novi Virdinia Putri 21010115120100 2235
10 Hanna Chintya Febriani G. 21010115120101 2235
11 Arief Hermawan 21010115120102 2235
12 Hastomo Adi Surya 21010115120103 2235
13 Heriyanto Hadi Prabowo 21010115120104 2235
14 Afifi Mutaqiya 21010115120105 2235
15 Dwi Aprilia Ningtiyas 21010115120106 2235
16 Lu’lu’ul Fahriyah 21010115120109 2235
17 Syamsul Hadi 21010115120110 2235
18 Aji Wirdan Maulana 21010115120111 2235
19 Feni Octavia 21010115120112 2235
20 Siti Farra Fauziah 21010115140114 2235
21 Citra Annisa 21010115140115 2235

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami, selaku penyusun laporan ini
dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Perkerasan Jalan Raya. Laporan ini disusun
sebagai syarat lulus dalam menempuh Mata Kuliah Perkerasan Jalan Raya. Pada
kesempatan ini, penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Bagus Hario Setiadji, ST. MT., Ir. Djoko Purwanto, MS., Ir. Supriyono,
MT., Ir. Wahyudi Kushardjoko, MT. selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Perkerasan Jalan Raya di Departemen Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
2. Bapak Charmanto dan Bapak Aji sebagai narasumber selama pengamatan di
PT.KADI International.
3. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu
penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran membangun dari rekan mahasiswa khususnya dan
para pembaca pada umumnya, agar dalam penyusunan laporan selanjutnya akan
menjadi lebih baik. Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya

Semarang, Desember 2017

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i
DATA KELOMPOK ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.4 Pembatasan Masalah ...................................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ............................................................................................... 4
2.2 Pengertian ....................................................................................................... 4
2.3 Karakteristik ................................................................................................... 5
2.4 Bahan Campuran ........................................................................................... 9
BAB III HASIL PENGAMATAN
3.1 Proses Produksi Hotmix ................................................................................. 11
3.1.1 Proses Utama Produksi Hotmix .................................................... 11
3.1.2 Proses Tambahan .......................................................................... 16
3.2 Kendala Dalam Proses Produksi Hotmix ....................................................... 18
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Proses Pembuatan Hotmix ............................................................................. 20
4.2 Analisis ........................................................................................................... 21
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 25
5.1. Kesimpulan ................................................................................................... 25
5.2. Saran .............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Asphalt mixing plant AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah mesin
pembuatan campuran panas perkerasan jalan yang diproses dengan cara
mencampurkan aspal dengan agregat dengan memenuhi persyaratan tertentu.
AMP dapat terletak di lokasi yang permanen atau berpindah dari satu tempat
ke tempat lain. AMP yang digunakan pada PT Kadi International adalah jenis
permanen atau tetap. Apabila ditinjau dari jenis cara memproduksi campuran
beraspal dan kelengkapannya, ada beberapai jenis AMP, yaitu:
a. AMP jenis takaran atau timbangan (batch plant)
Proporsi campuran dilakukan dengan cara penimbangan masing masing
bahan
b. AMP jenis menerus (countinuous)
Proporsi campuran dilakukan berdasarkanvolume (melalui pintu
bukaan). AMP PT Kadi International yang berlokasi di Karangjati Jawa
Tengah merupakan salah satu tempat pencampuran aspal panas dengan
agregat yang sistemmya menggunakan sistem penakaran ( batching ).
Perusahaan ini mendapatkan pasokan material dari lokasi lain, yaitu
didaerah gunung bawen ( Pulosari Bawen).
Kapasitas AMP harus cukup untuk memasok mesin penghampar
secara terus menerus dengan menghampar campuran pada kecepatan
normal dan ketebalan yang dikehendaki. AMP harus dirancang,
dikoordinasi dan dioperasikan agar dapat menghasilkan campuran dalam
rentang toleransi yang disyaratkan. Instalasi pencampuran aspal harus
dipasang dilokasi yang jauh dari pemukiman dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Instalasi pencampuran aspal (AMP) harus dilengkapi alat
pengumpul debu (dusk collector) yang lengkap yaitu sistem pusaran kering
( dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone) sehingga tidak
menimbulkan pencemaran debu ke atmosfer. Bagaimanapun salah satu

1
sistem diatas rusak atau tidak berfungsi maka instalasi pencampur aspal
tidak boleh dioperasikan.
Dalam pembahasan ini, akan lebih dalam membahas tentang
produksi dari pembuatan campuran aspal. Awal dari pembuatan hotmix
adalah dengan pemilihan bahan material. Baik agregat yang sifatnya kecil,
agregat sedang, maupun agregat besar. Adapun agregat yang dipakai dalam
pembuatan hotmix ini yaitu antara lain :
a. Material 1 inch
b. Material ¾ inch
c. Material ½ inch
d. Abu batu
Adapun produk yang dihasilkan ada tiga yaitu :
1. AC Binder Course (ACBC)
2. AC Bearing (ACWC)
3. AC Base
Namun dari tiga produk yang dihasilkan diatas, akan dibahas salah satu
produk secara detail yaitu proses pembuatan AC Binder Course ( ACBC ).
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
proses produksi campuran beraspal. Adapun tujuannya yaitu :
1. Mengetahui bahan- bahan yang digunakan dalam pencampuran
2. Untuk mengetahui proses produksi dalam suatu perusahaan PT. Kadi
Internasional.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana proses produksi pencampuran aspal agar mendapatkan hasil
perkerasan lentur dan gradasi yang baik?
2. Kendala apa saja yang terjadi saat proses produksi?

2
1.4. Pembatasan Masalah
Ruang lingkup kegitan survei yang dilakukan pada AMP ini adalah untuk
mengetahui kegiatan operasi proses produksi yang berhubungan dengan aspal
sebagai bahan pekerjaan konstruksi, maka dalam hal ini perlu diadakan
pembatasan masalah yaitu
1. Bahan bahan yang digunakan dalam proses pencampuran
2. Proses pembuatan campuran
3. Kendala-kendala yang terjadi

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


Tahapan dari pelaksanaan konstruksi jalan meliputi tahap produksi
campuran, tahap persiapan lapangan, tahap pengangkutan campuran, tahap
penghamparan dan tahap pemadatan di lapangan. Produksi campuran beraspal
dilakukan di instalasi pencampur atau disebut AMP (Asphalt Mixing Plant)
dengan menggunakan spesifikasi yang telah disyaratkan. Kemudian campuran
tersebut diangkut oleh kendaraan yang bersih, dengan dinding bak tertutup agar
panasnya tidak hilang. Bagian atas campuran harus ditutup ketika diangkut,
atau ketika saat menunggu penuangan. Bagian dalam bak pengangkut dapat
dilumuri oleh abu batu, abu batu yang terselimuti aspal, atau air sesedikit
mungkin agar campuran beraspal tidak melekat pada dinding bak. Dalam
proses pengangkutan campuran kemungkinan terjadi perubahan cuaca,
misalnya gerimis, hujan atau perubahan suhu pada suatu daerah yang relatif
dingin sehingga campuran beraspal tersebut bisa mengalami penurunan suhu.
Kondisi ini menyebabkan campuran beraspal tersebut tidak dapat dihamparkan
pada lokasi pembangunan jalan karena suhu campuran berada dibawah suhu
penghamparan dan pemadatan.
Menurut ketentuan, campuran beraspal yang telah mengalami penurunan
suhu tidak dapat digunakan lagi karena tidak sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan. Tetapi kenyataan yang banyak terjadi di lapangan adalah
penghamparan tetap dilakukan dan diikuti dengan tahap selanjutnya yaitu
pemadatan. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu menganalisa seberapa
berpengaruh penurunan suhu pada campuran lapis aspal beton.

2.2. Pengertian
Hotmix adalah campuran agregat halus dengan agregat kasar, dan bahan
pengisi (filler) dengan bahan pengikat aspal dalam kondisi suhu panas tinggi.
Dengan komposisi yang diteliti dan diatur oleh spesifikasi teknis. Menurut

4
Bambang Irianto (1988) dan Silvia Sukirman (1999), hotmix adalah suatu
bahan yang terdiri dari campuran antara batuan (agregat kasar dan agregat
halus) dengan bahan ikat aspal yang mempunyai persyaratan tertentu, dimana
kedua material sebelum dicampur secara homogen, harus dipanaskan terlebih
dahulu. Dalam campuran aspal harus dipanaskan untuk memperoleh tingkat
kecairan (viskositas) yang tinggi agar dapat menghasilkan mutu campuran
yang baik dan kemudahan dalam pelaksanaan. Pemilihan jenis aspal yang akan
digunakan ditentukan atas dasar iklim cuaca, kepadatan volume lalu lintas, dan
jenis kontruksi yang akan digunakan.

2.3. Karakteristik
Untuk mendapatkan mutu aspal beton yang baik, dalam proses perencanaan
campuran harus memperhatikan karakteristik campuran aspal . Berikut ketujuh
macam karakteristik yang dimiliki, yaitu :
a. Stabilitas Stabilitas lapisan pekerjaan jalan adalah kemampuan lapisan
perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap
seperti gelombang, alur ataupun bleeding. Kebutuhan akan stabilitas
setingkat dengan jumlah lalu lintas dan beban kendaraan yang akan
memakai jalan tersebut. Jalan dengan volume lalu lintas tinggi dan sebagian
besar merupakan kendaraan berat menuntut stabilitas yang lebih besar
dibandingkan dengan jalan dengan volume lalu lintas yang hanya terdiri dari
kendaraan penumpang saja. Beberapa variabel yang mempunyai hubungan
dengan stabilitas antara lain :
1) Gaya gesek (friction), hal ini tergantung pada permukaan, gradasi dan
bentuk agregat, kerapatan campuran serta kualitas aspal.
2) Kohesi, merupakan daya lekat dari masing-masing partikel bahan
perkerasan. Kohesi batuan akan terlihat dari sifat kekerasannya dan
kohesi campuran tergantung dari gradasi agregat, daya adhesi aspal dan
sifat bantu bahan tambah.
3) Inersia, merupakan kemampuan lapis perkerasan untuk menahan
perpindahan tempat (resistence to displacement), yang terjadi

5
akibat beban lalu lintas, baik besarnya beban maupun jangka waktu
pembebanan. Kestabilan yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan itu
menjadi kaku dan cepat mengalami retak, disamping itu karena volume
antar agregat kurang, mengakibatkan kadar aspal yang dibutuhkan rendah.
Hal ini menghasilkan film aspal tipis dan mengakibatkan ikatan aspal
mudah lepas sehingga durabilitasnya rendah. Stabilitas terjadi dari hasil
geseran antar butir, penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari
lapisan aspal. Dengan demikian stabilitas yang tinggi dapat diperoleh
dengan mengusahakan penggunaan :
1) Agregat dengan gradasi yang rapat (dense graded).
2) Agregat dengan permukaan yang kasar dan berbentuk kubus.
3) Aspal dengan penetrasi rendah.
4) Aspal dengan jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir. Agregat
bergradasi baik, bergradasi rapat memberikan rongga antar butiran
agregat (voids in mineral agregat = VMA) yang kecil. Keadaan ini
menghasilkan stabilitas yang tinggi, tetapi membutuhkan kadar aspal
yang rendah untuk mengikat agregat. VMA yang kecil mengakibatkan
aspal yang dapat menyelimuti agregat terbatas dan menghasilkan film
aspal yang tipis. Film aspal yang tipis mudah lepas yang mengakibatkan
lapis tidak lagi kedap air, oksidasi mudah terjadi, dan lapis perkerasan
menjadi rusak. Pemakaian aspal yang banyak mengakibatkan aspal
tidak lagi dapat menyelimuti agregat dengan baik (karena VMA kecil)
dan juga menghasilkan rongga antar campuran (voids in mix = VIM)
yang kecil. Adanya beban lalu lintas yang menambah pemadatan lapisan
mengakibatkan lapisan-lapisan aspal meleleh keluar yang dinamakan
bleeding.
b. Durabilitas (daya tahan) Durabilitas adalah ketahanan campuran aspal
terhadap pengaruh cuaca, air, perubahan suhu, maupun keausan akibat
gesekan roda kendaraan. Diperlukan pada lapisan permukaan sehingga
lapisan dapat mampu menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan

6
perubahan suhu ataupun keausan akibat gesekan kendaraan. Adapun faktor
yang mempengaruhi durabilitas lapis aspal beton adalah :
1) Film aspal atau selimut aspal, film aspal yang tebal dapat menghasilkan
lapis aspal beton yang berdurabilitas tinggi, tetapi kemungkinan
terjadinya bleeding ikut menjadi tinggi.
2) VIM kecil, sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk kedalam
campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi dan aspal menjadi
rapuh/getas.
3) VMA besar, sehingga film aspal dapat dibuat tebal. Jika VMA dan VIM
kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan terjadinya bleeding besar.
Untuk mencapai VMA yang besar ini dipergunakan agregat bergradasi
senjang.
4) Besarnya pori yang tersisa dalam campuran beton aspal setelah
pemadatan, mengakibatkan durabilitas beton aspal menurun.
c. Fleksibilitas (kelenturan) Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah
kemampuan lapisan untuk dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat
beban lalu lintas berulang tanpa timbulnya retak dan perubahan volume.
Fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan :
1) Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA yang
besar.
2) Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi yang tinggi).
3) Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang
kecil. Fleksibilitas suatu campuran perkerasan menunjukkan kemampuan
untuk menahan lendutan dan tekukan misalnya dalam menyesuaikan diri
terhadap perubahan kecil dari lapisan di bawahnya terutama tanah
dasarnya (subgrade), tanpa mengalami keretakan. Untuk meningkatkan
kelenturan, pemakaian agregat dengan gradasi terbuka sangat sesuai,
tetapi dengan pemakaian tersebut akan didapatkan nilai stabilitas yang
tidak sebaik bila menggunakan gradasi rapat. Sifat aspal terutama
daktilitasnya sangat menentukan kelenturan perkerasan. Aspal yang
mempunyai daktilitas rendah, maka dalam perkerasan akan

7
menghasilkan suatu perkerasan yang nilai fleksibilitasnya rendah
sedangkan jika aspal mempunyai daktilitas yang sesuai maka nilai
fleksibilitasnya akan baik.
d. Skid resistence (tahanan geser/kekesatan) Tahanan geser adalah kekesatan
yang diberikan oleh perkerasan sehingga kendaraan tidak mengalami slip
baik di waktu hujan atau basah maupun diwaktu kering. Kekesatan
dinyatakan dengan koefisien geser antara permukaan jalan dan ban.
Tahanan geser bernilai tinggi jika :
1) Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tak terjadi bleeding.
2) Penggunaan agregat dengan permukaan kasar.
3) Penggunaan agregat berbentuk kubus.
4) Penggunaan agregat kasar yang cukup.
e. Ketahanan leleh (fatigue resistence) Ketahanan leleh adalah ketahanan dari
lapis aspal beton dalam menerima beban berulang tanpa terjadinya
kelelehan yang berupa alur (ruting) dan retak. Ketahanan leleh tergantung
dengan besarnya nilai VIM, yaitu :
1) VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan
kelelahan yang lebih cepat.
2) VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis
perkerasan menjadi fleksibel.
f. Kemudahan pelaksanaan (workabilitas) Yang dimaksud dengan kemudahan
pelaksanaan adalah mudahnya suatu campuran untuk dihampar dan
dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan yang
diharapkan. Hal itu berdasarkan pada :
1) Gradasi agregat, agregat bergradasi baik lebih mudah dilaksanakan dari
pada agregat bergradasi lain.
2) Temperatur campuran, yang ikut mempengaruhi kekerasan bahan
pengikat yang bersifat termoplastis.
3) Kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi menyebabkan pelaksanaan
lebih sukar.

8
g. Kedap air (impremeabilitas) Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk
tidak dimasuki air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udara
dapat mengakibatkan percepatan proses penuaan aspal, dan pengelupasan
film/selimut aspal dari permukaan agregat. Jumlah pori yang tersisa setelah
pemadatan aspal menjadi indikator kekedapan air campuran. Tingkat
impremeabilitas beton aspal berbanding terbalik dengan tingkat
durabilitasnya.

2.4. Bahan Campuran


Komposisi dari campuran aspal panas terdiri dari komponen utama yaitu :
agregat, filler, aspal dan faktor panas. Disamping itu untuk meningkatkan
kemampuan campuran aspal panas dapat juga digunakan bahan tambahan.
Menurut Rian Putrojoyo (2006), campuran beton aspal adalah kombinasi
material bitumen dengan agregat yang merupakan permukaan perkerasan yang
biasa dipergunakan akhir-akhir ini. Karakteristik campuran diperoleh melalui
analisa hasil rancangan dan pengujian yang dilakukan selama pencampuran
material dan pemadatan. Material aspal dipergunakan untuk semua jenis jalan
raya dan merupakan salah satu bagian dari lapisan beton aspal jalan raya kelas
satu hingga dibawahnya. Material tersebut biasanya dalam keadaan baik pada
suhu normal dan apabila suhu tinggi akan melemah dan berkurang
kepadatannya. Ketika terjadi pencampuran antara agregat dengan bitumen
yang kemudian dalam keadaan dingin, campuran tersebut akan mengeras dan
akan mengikat agregat secara bersamaan dan membentuk suatu lapis
permukaan perkerasan.
Adapun sifat-sifat dari aspal beton antara lain: tahan terhadap keausan lalu
lintas, kedap air dan mempunyai nilai structural, mempunyai stabilitas yang
tinggi dan peka terhadap penyimpangan perencanaan dan pelaksanaan. Oleh
karena itu, untuk menghasilkan campuran aspal beton yang bermutu baik maka
campuran aspal beton tersebut harus memenuhi sifat-sifat campuran, antara
lain :
- Kadar aspal cukup untuk memberikan kelenturan.

9
- Stabilitas yang cukup untuk memberikan kemampuan agar dapat memikul
beban deformasi yang disebabkan oleh beban lalu lintas.
- Kadar rongga yang cukup untuk menampung penambahan kekuatan.
- Workabilitas yang cukup untuk memudahkan pengerjaan dan tidak terjadi
segresi.

10
BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Proses Produksi Hotmix


3.1.1. Proses Utama Produksi Hotmix

11
1. Pengisian material agregat ke dalam cold bin
Material yang sudah dipecah dengan stone crusher diisikan ke dalam
cold bin yang sudah disekat-sekat menjadi 4 bagian berdasarkan ukuran
agregatnya. Material tersebut diperoleh dari gunung batu di Desa Pulosari
Bawen. Material-material tersebut antara lain: material 1 inch, material ¾
inch, material ½ inch, dan abu batu. Pemisahan material di cold bin
bertujuan agar material yang satu dengan yang lain tidak tercampur
sehingga didapatkan proporsi yang tepat untuk pembuatan campuran
beraspal.
Material agregat lalu masuk ke belt conveyor melalui bukaan cold
bin yang sudah diatur melalui ruang pusat operator.

Gambar 3. Cold Bin sebagai tempat material agregat sebelum dipanaskan

Gambar 3. Proses pengisian material agregat ke dalam cold bin

12
2. Pemanasan material agregat
Material agregat dibawa naik secara otomatis oleh belt conveyor ke
unit pemanas yang disebut dengan dryer. Di dalam dryer ini, material
dibakar/dipanaskan sehingga suhunya mencapai 1800.

Gambar 3. Belt conveyor untuk mengangkut material dari cold bin


ke dryer

Gambar 3. Unit pemanas yang disebut dryer

13
3. Penyaringan material agregat
Material agregat yang telah dipanaskan lalu diangkut turun oleh hot
elevator menuju unit screen. Di dalam unit screen terdapat vibrator screen
yang berguna untuk menyaring/mengayak material sesuai dengan ukuran
agregat masing-masing. Apabila terdapat material yang ukurannya melebihi
ketentuan (disebut oversize), maka material tersebut akan dibuang. Begitu
juga jika ada material yang ukurannya kurang dari ketentuan (disebut
overflow). Material yang sudah dibuang tidak dapat digunakan lagi untuk
membuat campuran beraspal.

Gambar 3. Hot elevator untuk mengangkut material menuju unit


screen

Gambar 3. Vibrator screen untuk menyaring material agregat

14
4. Penimbangan material agregat
Material agregat akan turun ke unit penimbangan (unit hotbin)
setelah diayak. Di dalam unit hotbin ini, material agregat akan ditimbang
sesuai dengan proporsi masing-masing.
5. Pencampuran material agregat dengan aspal
Setelah ditimbang, material agregat akan turun ke unit mixing untuk
proses pencampuran. Di dalam unit ini terdapat dua kegiatan, yaitu:
a. Pensuplaian aspal panas dari tangki aspal ke unit mixing. Untuk ACBC,
kadar aspal yang ditambahkan adalah 5,5% - 5,6% dan memiliki suhu
minimal 1500. Aspal harus benar-benar bersih. Apabila ada fraksi-fraksi
lain yang tidak bisa disuling, maka fraksi-fraksi tersebut akan dibuang.

Gambar 3. Tangki-tangki tempat aspal akan disuplai ke unit mixing

Gambar 3. Fraksi yang tidak dapat disuling dibuang

15
b. Penambahan material filler berupa semen. Penambahan material filler
ini bertujuan untuk menjaga stabilitas dan menambah kekuatan agar
aspal tidak mengalami bleeding.
Proses pencampuran antara agregat, aspal, dan filler dilakukan
selama 45 detik (maksimal 1 menit). Proses pencampuran yang terlalu lama
akan menyebabkan produk campuran beraspal menjadi kurang bagus karena
akan ada material yang hilang. Setelah proses pencampuran selesai,
campuran beraspal akan dituang kedalam dump truck dengan suhu jadi
antara 1550-1600.

Gambar 3. Proses penuangan campuran beraspal ke dalam dump truck

3.1.2. Proses Tambahan


1. Penyiraman debu
Selama proses pembuatan campuran beraspal (AC Binder Course)
terdapat proses penyiraman debu. Proses penyiraman debu bertujuan
untuk mengatasi polusi udara yang terjadi akibat proses pembuatan
campuran beraspal.

16
Gambar 3. Tempat proses penyiraman debu

2. Proses pengecekan suhu dan tonase


Sebelum dikirim ke lapangan, campuran beraspal harus diukur
suhunya menggunakan termometer agar saat tiba di lapangan suhunya
tidak kurang dari suhu minimum yaitu 1250 (tergantung kebijakan
konsultan). Apabila suhu saat tiba di lapangan kurang dari suhu
minimal yang ditentukan, maka campuran beraspal tersebut dapat
ditolak.

Termometer

Gambar 3. Proses pengecekan suhu campuran beraspal

17
Selain pengecekan suhu, dilakukan juga penimbangan (tonase)
terhadap campuran beraspal. Untuk dump truck kecil, muatan campuran
beraspal antara 10-12 ton (11 batch). Sedangkan untuk dump truck besar
muatan campuran beraspal maksimal 14 ton (15 batch).

Gambar 3. Penimbangan dump truck beserta muatan campuran


beraspal

3.2. Kendala Dalam Proses Produksi Hotmix


Dalam proses produksi hotmix, terdapat beberapa kendala yang dapat
menghambat keberlangsungan proses produksi tersebut. Kendala-kendala itu
antara lain:
1. Cuaca
Cuaca yang dimaksud di sini adalah apabila kondisi hujan. Saat
hujan hanya gerimis, proses produksi masih dapat dilanjutkan. Apabila
kondisi hujan deras dan terjadi petir, proses produksi harus dihentikan
karena hampir semua alat-alat produksi menggunakan listrik dan dinamo.
Adanya petir dapat mengakibatkan rusaknya peralatan tersebut.
Saat hujan deras terjadi, suhu pembakaran material agregat akan
sulit tercapai. Jika terus dipaksakan, hal tersebut menjadi kurang efektif
karena proses produksi menjadi lebih lama. Namun, perlu adanya
koordinasi dengan pihak lapangan dan Badan Meteorologi, Klimatologi,

18
dan Geofisika (BMKG) apakah proses produksi dapat dilanjutkan atau harus
dihentikan.
2. Kerusakan Alat
Kerusakan alat-alat dapet menganggu produksi. Misalnya unit
mixing rusak, maka proses produksi campuran beraspal tidak dapat
dilanjutkan. Perlu adanya perbaikan yang memakan waktu. Apalgi harga
alat-alat tersebut tidaklah murah.
3. Keterbatasan stock material
Material baik agregat maupun aspal merupakan komponen vital
dalam proses produksi campuran beraspal. Apabila bahan material tersebut
habis atau stocknya terbatas, maka proses produksi tidak dapat dilanjutkan.
Apalagi material dasar seperti batu blondos juga tidak dapat diperoleh
dengan cara dan waktu yang singkat.
4. Keterbatasan Akomodasi
Akomodasi merupakan salah satu faktor yang penting untuk proses
produksi campuran beraspal. Kendaraan seperti dump truck sangat
membantu dalam proses pengiriman campuran beraspal dari AMP menuju
lapangan. Selain itu dump truck juga berfungsi untuk membawa batu
blondos dari quarry ke AMP. Keterbatasan akomodasi akan mengganggu
proses produksi hotmix terutama saat jadwal produksi padat.
Jarak tempuh pengiriman juga menjadi salah satu kendala proses
produksi. Jarak pengiriman yang terlalu jauh akan menyebabkan suhu
minimal aspal saat di lapangan kurang dari standar yang telah ditetapkan.

19
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Proses Pembuatan Hotmix


Diawali dengan penyusunan Job Mix Formula (JMF). JMF dibuat dengan
analisis saringan daripada agregat itu sendiri sampai ditemukan prosentase
gradasi gabungan agregat. Dengan mengetahui kadar aspal yang akan
digunakan, maka dapat ditentukan prosentase agregat untuk keperluan
pembuatan hotmix.
Kemudian dilanjutkan dengan mengeluarkan agregat dari cold bin, perlu
ditentukan bukaan (gate) untuk masing-masing cold bin, disesuaikan dengan
banyaknya agregat yang akan digunakan untuk membuat aspal. Semakin
banyak jumlah agregat yang diperlukan maka bukaan cold bin juga akan
semakin besar. Penentuan lebar bukaan cold bin dinamakan dengan proses
“kalibrasi cold bin”. Pengkalibrasian dilakukan dengan metode Trial and
Error. Pada saat ada agregat yang tidak diperlukan untuk proses produsi, maka
bukaan cold bin ditutup.
Agregat yang diangkut oleh belt conveyer dari cold bin dibawa menuju ke
dryer. Agregat dipanaskan sampai suhunya mencapai 1800. Ketercapaian suhu
agregat akan menghasilkan kualitas hotmix yang bagus, dikarenakan
pengikatan aspal dan agregat bisa lebih maksimal.
Setelah agregat dipanaskan, dilakukan penyaringan agregat dan
dikelompokkan sesuai ukurannya. Untuk ukuran material yang tidak masuk
akan dibuang, dikarenakan tidak bisa digunakan lagi. Kemudian dilakukan
penimbangan material sesuai proporsi agregat hotmix. Proporsi agregat hotmix
sesuai dengan proporsi pada Job Mix Formula. Penimbangan aspal dilakukan
dengan metode berat kumulatif, mulai berat kumulatif agregat A sampai
agregat D.
Agregat yang sudah ditimbang kemudian ditambahkan dengan aspal sesuai
dengan proporsinya. Suhu minimal aspal sekitar 1500 dimana suhu harus selalu
dikontrol dari mesin operator. Diusahakan suhu aspal tidak melebihi dari titik

20
lembeknya, dikarenakan jika suhu aspal melebihi suhu titik lembek maka aspal
akan menjadi lembek dan membuat aspal memiliki daya ikat yang lemah. Hal
tersebut bisa menyebabkan kualitas hotmix menjadi rendah.
Terakhir adalah pemberian material filler pada campuran hotmix. Filler dari
bahan semen digunakan untuk menambah stabilitas dari perkerasan jalan aspal
serta menghindari terjadinya kerusakan aspal berupa bleeding. Material filler
yang digunakan menyesuaikan proporsinya.
Semua bahan untuk pebuatan hotmix, dimulai dari agregat, aspal dan filler
dilakukan selama 45-60 detik. Suhu agregat dan aspal harus selalu dikontrol
agar pencampuran dan pengikatan terjadi secara sempurna. Kemudian hotmix
dituangkan ke dump truck, setelah itu diukur suhu campurannya, lalu campuran
hotmix ditutup dengan terpal guna menjaga suhu campuran hotmix agar tidak
cepat menurun.

4.2. Analisis (Evaluasi kualitas)


1. Bahan Baku Batu Pecah / Agregat
Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan permukaan
perkerasan jalan atau beton. Dengan demikian, kualitas agregat sangat
berpengaruh terhadap kualitas perkerasan yang akan dibuat.
Dalam pembuatan Asphalt Concrete – Binder Course atau yang biasa
disebut AC-BC pada PT KADI Internasional, digunakan bahan berupa
agregat dengan ukuran sebagai berikut.
a. Material 1 inch
b. Material ¾ inch
c. Material ½ inch
d. Abu batu
Ukuran-ukuran agregat tersebut telah memenuhi SNI (Standar Nasional
Indonesia) tentang penggunaan agregat dalam produksi campuran aspal
panas (hotmix).

21
2. Bahan Baku Aspal
Aspal adalah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara
agregat yang satu dengan lainnya atau dapat disebut dengan katalis.
Dalam pembuatan Asphalt Concrete – Binder Course atau yang biasa
disebut AC-BC pada PT KADI Internasional, kadar aspal yang ditambahkan
adalah 5,5% - 5,6% dan memiliki suhu minimal 1500.
3. Filler
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran antara agregat
dengan aspal yang berfungsi untuk menjaga stabilitas dan menambah
kekuatan agar aspal tidak mengalami bleeding.
Dalam pembuatan Asphalt Concrete – Binder Course atau yang biasa
disebut AC-BC pada PT KADI Internasional, digunakan filler berupa
semen. Hal tersebut telah sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia)
03-1968-1990 bahwa filler harus mengandung bahan yang lolos ayakan
No.200 (75 micron), tidak kurang dari 75% terhadap beratnya.
4. Cold Bin (Bin Dingin)
Cold Bin adalah bak tempat menampung material agregat dari tiap-tiap
fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam
memproduksi campuran aspal panas (hotmix).
Cold bin yang tersedia pada PT KADI Internasional berjumlah 4,
masing-masing berisi agregat dengan gradasi tertentu. Pemisahan material
di cold bin bertujuan agar material yang satu dengan yang lain tidak
tercampur sehingga didapatkan proporsi yang tepat dan sesuai dengan
Rencana Campuran Kerja (RCK) untuk pembuatan campuran beraspal.
5. Pemanasan Material Agregat oleh Dryer
Material agregat dibawa naik secara otomatis oleh belt conveyor ke unit
pemanas yang disebut dengan dryer. Tujuannya untuk menghilangkan kadar
air. Kadar air dalam agregat harus seminimal mungkin agar pencampuran
yang dihasilkan sesuai prosedur. Pada proses ini, di dalam dryer, material
dibakar/dipanaskan sehingga suhunya mencapai 1800C. Suhu minimum
yang dalam dryer adalah ±1500C sehingga sesuai dengan spesifikasi.

22
6. Penyaringan Material Agregat
Material agregat yang telah dipanaskan lalu diangkut turun oleh hot
elevator menuju unit screen. Di dalam unit screen terdapat vibrator screen
yang berguna untuk menyaring/mengayak material sesuai dengan ukuran
agregat masing-masing. Sehingga agregat yang tidak sesuai akan terbuang.
Hal tersebut dimaksud agar kualitas aspal yang dihasilkan baik.
7. Pengumpulan Debu
Alat pengumpul debu (dust collector) berfungsi sebagai alat pengontrol
polusi udara di lingkungan lokasi AMP (Asphalt Mixing Plant). Gas
buangan yang keluar dari sistem pengering dialirkan ke pengumpul debu.
Alat pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan
terjadinya polusi udara, dan akan terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu
di pohon maupun atap rumah di sekitar lokasi AMP.
Pada PT KADI Internasional, alat pengumpul debu (dust collector)
telah tersedia, namun debu tersebut keluar dari dust collector sehingga
menyebabkan polusi udara.

8. Hot Bin (Bin Panas)


Hot Bin atau bin panas dipasang pada AMP (Asphalt Mixing Plant)
jenis takaran (batch). Pada AMP jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin
yang dilengkapi dengan pembatas yang rapat, kuat dan tidak boleh
berlubang serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu menampung
agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi.

23
9. Proses Akhir Mixer
Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah
dipanaskan dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi
yang diinginkan, selanjutnya dituangkan kedalam mixer dengan membuka
pintu hot bin menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan.
Proses pencampuran pada pembuatan AC-BC oleh PT KADI
Internasional ini antara agregat, aspal, dan filler dilakukan selama 45 detik
(maksimal 1 menit). Proses pencampuran yang terlalu lama akan
menyebabkan produk campuran beraspal menjadi kurang bagus karena akan
ada material yang hilang. Setelah proses pencampuran selesai, campuran
beraspal akan dituang kedalam dump truck dengan suhu jadi antara 1550-
1600C.

24
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil survey Pembuatan Aspal Hotmix di PT. KADI Internasional
dapat disimpulkan bahwa :
1. Agregat yang digunakan PT. KADI Internasional yaitu material 1 inch,
material ¾ inch, material ½ inch dan abu batu, sudah memenuhi
persyaratan (SNI tentang penggunaan agregat dalam produksi campuran
aspal panas (hotmix) )
2. Kadar aspal untuk ACBC PT. KADI Internasional adalah 5,5% - 5,6%
dengan suhu minimal 1500 .
3. Filler yang digunakan PT. KADI Internasional, yaitu semen, sudah
memenuhi spesifikasi (SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-1968-1990
bahwa filler harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75
micron), tidak kurang dari 75% terhadap beratnya.)
4. Cold bin yang terdapat pada PT. KADI Internasional memiliki bukaan
tertentu sesuai dengan jumlah agregat yang digunakan untuk membuat
campuran aspal panas.
5. Pemanasan agregat yang dilakukan PT. KADI Internasional yaitu
menggunakan dryer dengan suhu 1800 sudah memenuhi spesifikasi (suhu
pemanasan ±1500 )
6. Penyaringan agregat dilakukan di dalam unit screen menggunakan vibrator
screen. Material yang tidak termasuk dalam spesifikasi (oversize dan
overflow) akan masuk dibuang.
7. Penimbangan material yang telah tersaring dilakukan di dalam unit hotbin.
Material ditimbang sesuai dengan proporsi masing-masing.
8. Proses pencampuran pada pembuatan campuran aspal panas (hotmix) oleh
PT KADI Internasional ini dilakukan selama 45 detik, hal ini berarti sudah
memenuhi spesifikasi (maksimal 1 menit).

25
5.2. Saran
1. Bila cuaca buruk (hujan) perlu dilakukan koordinasi dengan pihak
lapangan karena hujan bisa memperlama proses pembuatan campuran
aspal.
2. Pemasangan penutup (terpal) pada truk yang memuat campuran aspal
harus benar-benar tertutup agar suhu aspal tidak cepat menurun saat
diangkut menuju ke lapangan.
3. Proses pengangkutan campuran aspal menuju lapangan diusahakan
secepatnya agar suhu aspal tetap memenuhi syarat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ilham, Mahadie, dan Ricky. 2015. “Pengaruh Variasi Temperatur pada


Pencampuran Aspalth Concrete-Wearing Course terhadap Parameter
Marshall”. Tesis. Pascasarjana Politeknik Negeri Surabaya.

27

Anda mungkin juga menyukai