Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2019
PT.Indonesia Synthetix Textile Mills
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
PT.Indonesia Synthetix Textile Mills
Oleh :
Mengetahui
Universitas Pamulang
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
Kerja Praktek di PT.Indonesia Synthetix Textile Mills. Laporan ini disusun untuk
memenuhi persyaratan gelar S-1 fakultas Teknik Kimia, Universitas Pamulang.
Dalam kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2019 - 15 Februari
2019.
iv
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang konstruktif untuk
menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
2.6.3. Tahap pengolahan air ...................................................................... 21
BAB 3 ................................................................................................................... 24
3.1 Pencelupan Kain........................................................................................... 24
3.1.1 Zat pewarna ..................................................................................... 25
3.2 Bahan Baku dan Produk ............................................................................... 26
3.3 Deskripsi Proses ........................................................................................... 28
3.3.1 Proses pretreatment atau preparing ................................................. 30
3.3.2 Proses Produksi di Dyeing Department .......................................... 31
3.4 Diagram Alir Proses Pencelupan di PT. ISTEM .......................................... 40
BAB 4 ................................................................................................................... 53
4.1 Mesin Scouring / Desizing (C1-C2) ............................................................. 53
4.2 Mesin Heat Set (C-3) ................................................................................... 53
4.3 Mesin Cirular Weight Reduce dan Dyeing (C-20) ...................................... 54
4.4 Mesin Opener(C-8) ...................................................................................... 55
4.5 Mesin Net Dryer(C-33 / C-39) ..................................................................... 55
4.6 Mesin Singeing (C-11) ................................................................................. 55
4.7 Mesin Resin Finishing (C-26 & C-27) ......................................................... 56
4.8 Mesin Inspection (C-15) .............................................................................. 56
BAB 5 ................................................................................................................... 57
5.1 Proses Pencelupan Sample kain ................................................................... 57
5.1.1 CCM (Computer Colour Matching) ............................................... 57
5.1.2 Mesin Mini Colour.......................................................................... 57
5.2 Quality Check............................................................................................... 60
5.2.1 Pilling .............................................................................................. 60
5.2.2 Rubbing ........................................................................................... 61
5.2.3 Prespiration ..................................................................................... 62
5.2.4 Sublimation ..................................................................................... 63
5.2.5 Formaldehyde .................................................................................. 63
BAB 6 ................................................................................................................... 65
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 65
6.2 Saran ............................................................................................................. 65
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Data WWT bulan Februari 2017 .......................................................... 22
Tabel 3. 1 Nama Cacat Kain di Dyeing Department ............................................ 36
Tabel 4. 1 Alat circular Serta Fungsinya .............................................................. 54
Tabel 4. 2 Waktu dan Suhu Proses Pencelupan .................................................... 54
Tabel 5. 1 Berat dan Rasio Kain ........................................................................... 58
viii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ix
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor industri merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
dan pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu untuk menciptakan
perekonomian yang stabil maka dibutuhkan pengembangan di sektor industri
yang kokoh dan berkelanjutan. Untuk mencapai hal demikian maka perlu ada
pemahaman terhadap perkembangan teknologi dan ilmu–ilmu yang
berkelanjutan dalam bidang–bidang penerapan yang ada. Sejalan dengan hal
tersebut maka diperlukan peranan dari akademisi untuk memberikan
kontribusi berupa sumbangan pikiran terhadap perkembangan industri di
Indonesia.
Perkembangan ekonomi sangat mempengaruhi kemajuan dan
perkembangan dalam suatu Negara, khususnya dalam bidang
perekonomi.berbicara tentang pertumbuhan perekonomian, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, salah satunya yaitu dalam
bidang industri. Industi menjadi penopang perekonomian Negara serta
menjadi indicator pertumbuhan ekonomi. Dengan hadirnya industri akan
meningkatkan pendapatan Negara. Industri sendiri dapat diartikan suatu usaha
atau kegiatan pengorahan bahan mentah atau setengah jadi menjadi bahan jadi
yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Banyak industri
yang berkembang di Indonesia saat ini, salah satunya industri tekstil.
Industri tekstil merupakan salah satu industri yang diutamakan untuk
dikembangkan, karena industri teksil memiliki peran dalam perekonomian
nasional sebagai penyumbang devisa Negara, penyerap tenaga kerja, serta
industry yang diandal untuk memenuhi kebutuhan sandang manusia. Hal ini
dapat ditunjukan melalui perolehan jumlah ekspor tekstil mencapai 367,2 ton
pada tahun 2017 (ekspor tekstil;bps,2017).
1
2
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Dewan Komite
Komisaris Audit
Presiden
Direktur
Wakil
Presiden
Direktur
Direktur
Direktur Direktur Direktur Administrasi
Produksi
Pemasaran Keuangan Asosiasi Umum
Pada hari libur, jadwal kerja sesuai dengan yang telah ditentukan
sebelumnya. Untuk setiap shift dipimpin oleh seorang kepala shift dan
bertanggung jawab kepada Manager seksi
Sebagai salah satu industry tekstil terbesar PT. ISTEM berusaha untuk
meningkatkan kesehatan dan keselamatan pekerjanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat lah penting, sehingga PT.
ISTEM sangat menerapkan pelaksanaan K3 dengan baik untuk mencegah dan
mengurangi bahkan menihilkan resiko kescelakaan kerja (zero accident).
Untuk mencegah kondisi tidak selamat, para Manager Unit dan Kepala
Shift selalu melakukan patrol keliling. Biasanya patrol keliliring diadakan
pada seminggung sekali dan ada yang setiap sebulan sekali. Patrol dapat
mengingatkan kembali pada karyawan yang lelah untuk berhati-hati.
Air yang terpisah dari lumpur memiliki kondisi yang sudah baik
karena sudah memenuhi baku mutu, kemudian akan dialirkan sambil
diberi anti foam agar air yang dibuang ke sungai Cisadane tidak
mengandung busa. Sebelum air dibuang ke sungai, air dialirkan ke kolam
ikan sebagai indikator biologis. Jika limbah yang sudah di treatment masih
meimiliki kadar COD dan BOD tinggi maka ikan akan langsung mati.
Namun pada dasarnya indikator seperti ini kurang nyata karena
dipengaruhi banyak faktor.Selain itu juga sebagian digunakan untuk
menyiram tanaman di kawasan pabrik.Lumpur yang sudah mengering
hasilnya berwarna hitam dan teksturnya seperti pasir, dimasukkan kedalam
drum kemudian disimpan ke TPS B3.Setiap seminggu sekali limbah
tersebut dikirim ke PT. RMP (Rama Manunggal Perkasa) untuk diolah
lebih lanjut.
Low High
NO. PARAMETER UNIT Requirement Value Value
1 FLOWRATE OUT m3 ≤ 1766 2437
2 pH IN 8.57 10.54
OUT 6~9 7.22 7.85
3 BOD5 IN mg/L
OUT mg/L ≤ 60 10 34
4 C O D Cr IN 1 mg/L 846 1454
OUT mg/L ≤ 150 45 115
5 D O - PIT No.1 mg/L 0.50 - 6.00
No.2 mg/L 0.50 - 6.00
No.3 mg/L 0.50 - 6.00
No.4 mg/L 0.50 - 6.00
No.5 mg/L 0.50 - 6.00
No.6 mg/L 0.50 - 6.00 0.73 2.83
o
6 TEMPERATURE IN C 39 41
o
OUT C 30 ~ 37 36 38
7 THOSIDO IN Cm -
OUT Cm ≤ 50 50 50
8 SV 30 No.6 % 70 ~ 90 76 88
9 MLSS No.6 mg/L 4000 ~6000 4,700 5,900
10 SS IN mg/L 63 184
OUT mg/L ≤ 50 1 12
Dry sludge from
Sludge dryer m/c
11 (kg) 350 430
24
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA DAN PROSES PEMBUATAN
Adapun ketiga bahan baku diatas tidak dibuat sendiri oleh PT. ISTEM,
melainkan diperoleh dari:
1. Polyester
Supplier polyester yaitu PT. ITS (Indonesia Toray Synthetics) yang
merupakan perusahaan satu group dengan PT. ISTEM yang tergabung
dalam Toray Group. Lokasi kedua pabrik ini bersebelahan, sehingga
memudahkan dalam hal transportasinya.
2. Rayon
Rayon di pesan dari PT. Indo Bharat yang berlokasi di Purwakarta,
Jawa Barat.
3. Cathionic
Kationik di pesan dari PT. ITS (Indonesia Toray Synthetics).
28
3. Kain hasil heat set berbentuk terbuka lebar, ditempatkan pada minicar
yang ditempatkan dilokasi yang telah ditetapkan. Untuk kain yang di
reduce, kain dibawa ke mesin singeing.
4. Hasil proses pencelupan, kain keluar berbentuk untaian (rope) ditempatkan
pada minicar alumunium “khusus dyeing” dan disimpan diloksai opener.
Untuk kain eks. reduce setelah proses reduce ditutup dengan plastik
penutup minicar.
5. Kain dalam bentuk rope dibuka di mesin opener, ditempatkan di minicar
alumunium dan disimpan didekat mesin dryer. (untuk eks. reduce setelah
opener lalu ditutup lagi dengan plastik penutup minicar).
6. Kain dikerjakan dalam bentuk terbuka lebar, ditempatkan pada minicar
alumunium kemudian disimpan dibelakang mesin middle inspection.
7. Dari middle inspection kain terbuka lebar, ditempatkan ke minicar. Kain
yang bertanda repro tidak di inspection. Jika hasil middle inspection ada
yang cacat seperti yogore, somemura, shiwa, dipisahkan dari produk yang
sudah OK. Untuk kain “reguler” dibawa ke belakang singeing dan untuk
yang “spesial” seperti Epoka dan WR dibawa ke tempat yang sudah
ditentukan.
8. Dari hasil singeing berbentuk terbuka lebar, ditempatkan di minicar
disimpan di depan mesin singeing dan dibelakang mesin resin finishing.
9. Hasil dari resin finishing produk dalam kondisi terbuka lebar, ditempatkan
pada minicar. Untuk produk tanpa Deca atau Calender dan Comfit
langsung disimpan ke finalinspection. Sedangkan untuk produk yang
melalui Deca atau Calender dan Comfit disimpan di depan mesin tersebut.
10. Hasil dari mesin Deca ditempatkan di minicar, dibawa ke depan mesin
Calender.
11. Hasil dari mesin Calender ditempatkan pada minicar, disimpan ke mesin
Comfit.
12. Produk dicek kondisi warna akhir, handling,chuki dan bubbling. Hasil dari
cek ini berupatanda OK dan repro. Untuk yang OK diletakkan ke belakang
mesin final.
30
13. Hasil pengecekan final inspection kain dalam kondisi terbuka lebar,
ditempatkan ke minicar dan disimpan didepan mesin rolling atau folding.
14. Hail dari rolling berbentuk gulungan selebar kain, ditempatkan di palet,
disimpan dibelakang mesin. Sedangkan hasil folding berupa gulungan
terlipat dua disimpan dibelakang mesin tersebut.
15. Hasil wrapping gulung roll atau folding ditempatkan di lokasi yang sudah
ditentukan.
16. Hasil assorting ditempatkan pada palet-palet dan disimpan di lokasi yang
sudah ditentukan.
17. Hasil packing ditempatkan pada palet-palet dan disimpan di lokasi yang
sudah ditentukan.
Kegiatan awal yang kami lakukan pada minggu pertama kerja
praktek di PT. ISTEM Departemen Pencelupan adalah mencari informasi
awal untuk mengetahui apa saja yang diperlukan sebelum melakukan
kegiatan produksi (proses pretreatment). Kemudian kami melihat
bagaimana proses pencelupan kain di Dyeing Department. Pertama-tama,
kain mentah (grey) didistribusikan dari Departemen Penenunan benang
menuju tempat penyimpanan grey di Departemen Pencelupan. Grey
tersebut memiliki nama yang berbeda untuk setiap jenisnya, penamaan
tersebut ada dalam data chop number atau grey number yang sudah
terdaftar di data room. Sebagian besar proses produksi yang ada di PT.
ISTEM khususnya Departemen Pencelupan sudah melalui sistem
komputerisasi mulai dari awal hingga akhir produksi.
Kain yang melalui alat ini hanya untuk kain yang mengalami proses
weight reduce yang selanjutnya akan dicelup. Apabila sisa reduce
tidak dibuang, hasil dari pencelupan warna kain tidak maksimal dan
dapat menimbulkan yogore.
5. Net Dryer (C-33 dan C-39)
Fungsi utama alat ini yaitu untuk mengeringkan kain dari proses
circular dyeing serta membuka lilitan kain. Oleh karena itu, dalam
mesin ini juga terdapat opener yang bersambung dengan bak washer
untuk menghilangkan sisa dyestuff dan bahan kimia sebelum masuk ke
pengering.
6. Proses Middle Inspection (C-15)
Terdapat dua alat yang digunakan untuk pengecekan warna,
kekeringan kain, panjang dan lebar kain, memeriksa kecacatan pada
kain serta menyambungkan dengan rapih jaitan antar kain. Dari proses
ini, akan diperoleh hasil apakah kain sudah OK atau harus repro. Jika
repro, sampel akan diinformasikan ke bagaian testing room untuk
memutuskan langkah yang harus diambil.
7. Proses Singeing (C-11)
Proses singeing untuk kain spun polly biasanya dilakukan setelah
proses heat set, sedangkan untuk T/R dilakukan setelah middle
inspection, ada pula grey yang langsung ke proses singeing, atau
bahkan kain tidak melalui singeing. Hal tersebut tergantung pada flow
sheet dari I/W dan keinginan konsumen. Biasanya untuk kain
berwarna putih dilakukan proses singeing terlebih dahulu lalu dicelup,
dan untuk kain berwarna di lakukan pencelupan terlebih dahulu
kemudian di singeing. Tujuan dari proses ini yaitu untuk membakar
bulu-bulu kain dan memberi kesan lebih halus pada kain. Pembakaran
dilakukan didalam burner yang terdiri dari empat burner. Pada proses
singeing pernah dilakukan upaya saving cost dengan cara
menggunakan 2 burner saja untuk menghemat gas yang digunakan
untuk kain spun poly. Tetapi hasilnya kurang baik sehingga harus di
singeing ulang. Proses pembakaran ulang dapat memperlambat waktu
35
k) Sublimation Test
Uji ketahanan kain terhadap panas setrika. Kain ditumpuk
terlebih dahulu dengan kain nilon kemudian disetrika selama 15
detik dengan suhu 180 ºC.
l) Light Fastness
Uji ketahanan kain terhadap sinar UV selama 20 jam dalam
mesin Xenotest. Setelah itu pengecekan kain dilakukan
menggunakan Blue Scale.
m) Baking Test
Uji penyusutan kain terhadap panas 160 ºC selama 5 menit.
Standar penyusutan kain adalah 2,5 cm.
16. Proses Packing (C-40)
Pada proses ini, kain akan di rolling atau double folding sekaligus
dipotong sesuai dengan batasan panjang kain yang telah ditandai di
Final Inspection, kemudian kain akan diberikan aksesoris berupa
stamping, label dan plastik pembungkusnya. Jenis stamping yang
diberikan pada kain berbeda-beda sesuai dengan permintaan customer.
Jenis plastik pembungkusnya pun berbeda-beda sesuai dengan kemana
kain akan dikirim, untuk pengiriman domestik dipakai plastik
Polyethylene (PE) sedangkan untuk ekspor menggunakan plastik
Polypropylene (PP). Setelah proses packing selesai dilakukan, maka
kain diletakkan di gudang Finish Good sebelum dikirim ke customer.
Scouring/Desizing
Kain Grey Heatset (C-3) Dyeing (C-20)
(C-1 & C-2)
Heatset (C-3)
Dyeing (C-20)
Opener (C-8)
Calender (C-38)
Sanforized (C-34)
Packing(C-40)
53
mencapai 100 oC. Terdapat pula beberapa chamber yang didalamnya juga
terdapat tenter berfungsi untuk pemasakan kain dengan suhu 195-200 oC.
Kapasitas alat circular untuk kain T/R sekitar 600 m tiap batch nya dan
sekitar 1000 m untuk kain spun poly. Pada salah satu sisi mesin circular
terdapat tangki untuk menampung dyestuff dan bahan kimia lainnya yang
54
didistribusikan dari gudang penyimpanan dyestuff dan bahan kimia yang
disebut weight room. Didalam ruangan tersebut dyestuff dan bahan kimia yang
diperlukan ditimbang dan di aduk hingga homogen, setelah itu dikirim ke
tangki-tangki yang ada disebelah mesin circular. Pengisian dilakukan secara
otomatis dari ruangan tersebut melalui pipa menuju tangki. Namun demikian,
ada bahan kimia seperti soda ash dan boshio (sodium sulfat) diaduk secara
manual langsung di tangki dekat circular.
Untuk memantau jalannya proses, terdapat monitor yang menunjukkan grafik
berisi informasi tentang suhu proses, waktu proses, serta tahapan proses yang
terjadi pada proses reduce dan dyeing.
55
4.7 Mesin Resin Finishing (C-26 & C-27)
Tujuan mesin ini adalah menjadi salah satu mesin penyempurna yang
memberikan sifat kain yang diinginkan seperti tahan air, tahan luntur, tahan
terhadap oli dan tahan terhadap api, dengan cara kimia yaitu menggunakan
berbagai jenis zat kimia tertentu. Mesin Resin Finishing yang ada di PT.
ISTEM terdiri dari 2 bagian yaitu mesin Resin Finishing dan Soaping yang
dijalankan secara kombinasi.
56
BAB 5
TUGAS KHUSUS
57
Tahapan yang dilakukan untuk proses pencelupan di mesin mini colour,
sebagai berikut :
a. Timbang kain sesuai dengan standar pada proses pencelupan.
b. Setelah itu masukan berat kain dan rasio kain di computer yang
terdapat di aukitchen . berat kain dan rasio ini tergantung dari jenis
kain yang akan dicelupkan.
58
Gambar 5. 2 holder
h. Setelah itu masukan kain yang sudah siap di holder kedalam pot yang
berisi dyestuff dan chemical.
i.Tutup dan kunci pot dengan rapat
59
l.Jika proses di mesin mini colour sudah selesai, mesin akan berbunyi
dengan sendirinya.
m. Setelah itu kain dibilas hingga tidak ada warna yang luntur, kemudian
keringkan
n. Kemudian keringkan menggunakan mesin cuci selama 1 menit, dan
selanjutnya menggunakan mesin dryer selama 3 menit dengan suhu
140 o C
o. Jika proses sudah selesai, kain digunting dengan ukuran kecil untuk
ditempel dikertas resep.
p. Selanjutnya kembali lagi ke analisa CCM untuk melihat perbedaan
warna, apakah terlalu jauh atau sudah cukup. Jika perbedaan warna
terlalu jauh maka lakukan proses pencelupan ulang, sehingga
mendapatkan warna yang sesuai atau mendekati dengan sample.
5.2.1 Pilling
Test Pilling ini berfungsi untuk menguji atau mengetahui adanya
bulu-bulu atau serat-serat yang timbul dan mengumpul (saling mengikat)
pada permukaan kain.
Prosedur:
a. Siapkan kain uji yang berukuran 10 x 12 cm
b. Kain uji dililitkan pada pipa karet dan kedua sisinya dikuatkan dengan
cellotape pada ujung pipanya
c. Kain uji dimasukkan ke dalam box mesin Pilling Tester
d. Pengujian dilakukan dengan memutarkan kain uji di dalam box secara
otomatis selama 10 jam
e. Setelah selesai kain uji dilepas dari pipa karetnya dan dinilai pola-pola
pillingnya dengan standar nilai pilling
60
f. Pola yang terjadi pada kain uji dinilai dengan membandingkan pada
standart
5.2.2 Rubbing
Test Rubbing pada sebuah kain bertujuan untuk mengetahui
ketahanan luntur warna terhadap gosokan (wet dan Dry)
Cara kerja :
1. Pengujian Wet Rubbing
a. Siapkan kain uji (finished) dengan ukuran 2,5 x 30 cm dan cotton
putih dengan ukuran 6 x 6 cm
b. Catton putih dibasahi air dengan kandungan 65%, dipasang pada
kepala penggosokan yang mempunyai beban 200 gram
c. Kain uji diletakkan pada plat dan dijepit atas dan bawah
61
d. Lakukan penggosokan sebanyak 100 kali
e. Penodaan pada cotton dinilai dengan dengan grey scale, penilaian
terbagi menjadi 5 point
5.2.3 Prespiration
Test prespration pada kain bertujuan untuk mengetahui ketahanan
luntur warna terhadap keringat asam dan basa buatan
Cara Kerja :
1. Siapakan kain uji (finished) yang berukuran 6 x 6 cm, kain cotton yang
berukuran 6 x 6 cm, kain nylon yang berukuran 6 x 6 cm
2. Kain uji dijahit diantara cotton dan nylon
3. Siapkan larutan keringat buatan dengan resep sebagi berikut :
a. Larutan keringat asam (pH 5,5)
1) Sodium Chloride (NaCl)
2) L-Histide Monohydrochloride monohydrate
3) Sodium Dihydrogen Phosphate Dihydrate
4) Aquadest
b. Larutan keringat basa (pH 8)
1) Sodium Chloride (NaCl)
2) L-Histide Monohydrochloride Monohydrat
3) Disodium Hydrogen Phosphate Dodecahydrate
4) Sodium Hydroxide Solution
5) Aquadest
62
4. Kain uji direndam ke dalam larutan keringat selama 30 menit pada
suhu ruang 27℃ - 30℃
5. Setelah itu kain diambil dan diperas
5.2.4 Sublimation
Test Sublimation pada kain bertujuan untuk mengetahui ketahanan
luntur terhadap panas penyetrikaan
Cara Kerja :
1. Siapkan kain uji (finished) yang berukuran 5 x 15 cm dan kain nylon 5 x
15 cm
2. Kain uji diletakkan diatas alas setrika, kain nylon diletakkan di atas kain
uji
3. Lakukan penyetrikaan di atas kain nylon dan kain uji dengan kondisi
180℃ x 15 menit
4. Penodaan pada nylon dinilai dengan grey scale for staining
5.2.5 Formaldehyde
Test ini bertujuan untuk mengetahui berapa kadar formalin
disetiapkan. Test ini tidak selalu dilakukan. Test ini dilakukan juika ada
permintaan khusus customer .
Cara kerja :
1. Siapkan kain uji (finished)
2. Timbang kain seberat 1 gram, setelah itu dipotong-potong menjadi
ukuran yang kecil
63
3. Sample kain yang sudah dipotong menjadi bentuk yang lebih kecil
dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
4. Lalu masing-masing labu yang sudah diisi potongan kain diberi
aquadest sebanyak 100mL
5. Setelah itu masing-masing labu dimasukkan ke dalam water bath yang
sudah berisi air dengan suhu 40℃. Tunggu ± selama 1 jam
64
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
setelah melakukan kerja paktek di PT. Indonesia Synthetic Textile
Mills (ISTEM) selama 1 bulan. Maka dapat disimpulkan bahwa:
6.2 Saran
1.
2.
65