Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TEKNOLOGI KERAMIK

KERAMIK KARBON eramik Karbon

Disusun oleh :

Apria lZzita Kohoiriani (2016090043)


Maria Gratia Reginaldis Tolapani (2016090052)
Trida Priandini Lede Bella (2016090006)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS PAMULANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan rahmat serta anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Keramik Karbon” guna memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Keramik.

Melalui penyusunan makalah ini tentunya penulis sadar akan banyak ditemukan
kekurangan pada makalah ini. Baik itu dari segi pembahasan materi maupun teknikal
penulisan atau pengetikan. Dengan sepenuh hati, penulis pun sadar bahwa laporan ini masih
penuh dengan kekurangan dan keterbatasan, oleh sebab itu penulis memerlukan saran serta
kritikk yang membangun yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik.

Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasaih yang sebanyak-banyaknya kepada


segenap pihak yang telah memberikan dukungan, baik itu berupa bantuan, doa maupun
dorongan dan beragam pengalaman selama proses penyelesaian penulisan makalah ini.
Terakhir, tentunya penulis berharap setiap bantuan yang telah diberikan oleh segenap pihak
dapat menjadi ladang kebaikan. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
berguna bagi kemajuan Pendidikan dan ilmu pengetauan.

Pamulang, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................................................iii

Bab 1 Pendahuluan..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1

1.3 Tujuan ...................................................................................................................1

Bab 2 Pembahasan...............................................................................................................3

2.1. Pengertian Keramik Karbon.................................................................................3

2.2 Komposisi Keramik Karbon.................................................................................4

2.3 Keuntungan dan Kerugian Keramik Karbon........................................................6

2.4 Proses Keramik Karbon........................................................................................6

2.5 Metode Uji Keramik Karbon................................................................................8

2.6 Kegunaan dan Manfaat Keramik Karbon.............................................................10

2.7 Aplikasi Keramik Karbon.....................................................................................12

Bab 3 Penutup......................................................................................................................14

iii
Daftar Pustaka......................................................................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang material menunjukkan


inovasi yang luar biasa terutama untuk material maju (advanced materials) seperti komposit
keramik. Suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih bahan dimana
sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lainnya baik itu sifat kimia maupun fisikanya
dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut atau yang lebih dikenal dengan nama
bahan komposit. Memiliki banyak keunggulan diantaranya berat yang lebih ringan, kekuatan
yang lebih tinggi, tahan korosi dan memiliki biaya perakitan yang lebih murah karena
berkurangnya jumlah komponen dan baut-baut penyambung. Kekuatan tarik dari komposit
serat karbon lebih tinggi daripada semua paduan logam. Salah satu jenis komposit yang
banyak menarik perhatian adalah komposit matriks keramik (Composit Matrik Ceramics
/CMC ) karena sifatnya yang tahan pada temperature tinggi. Komposit matrik keramik
merupakan komposit yang menggunakan keramik sebagai matrik atau resinnya.
Inovasi komposit keramik menguat disebabkan oleh munculnya tantangan-tantangan
dalam penggunaan material keramik, seperti diketahui bahwa keramik mempunyai
keunggulan tahan aus, tahan suhu tinggi serta berat jenis yang lebih rendah disbanding
dengan material lain seperti logam dan polimer. Sedangkan kelemahannya adalah antara lain
rendahnya tahan kejut termal dan rapuh Komposit matrik keramik ini dapat diaplikasikan
pada berbagai komponen mesin salah satunya seperti gas turbin. Untuk itu mengingat
inovasi mesti terus dilakukan maka penting adanya pemahaman mengenai keramik karbon
atau Composit Matrik Ceramics/ CMC.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa itu keramik karbon ?


2. Apa saja komposisi keramik karbon ?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan keramik karbon ?
4. Bagaiman proses pembuatan keramik karbon ?

1
5. Apa saja aplikasi keramik karbon ?
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang keramik
karbon, mulai dari apa itu keramik keramik karbon, komposisi, kelebihan dan kekurangan
keramik karbon, proses pembuatan keramik karbon, metode uji keramik karbon, kegunaan
dan manfaat keramik karbon.

2
BAB 2
PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keramik Karbon

Keramik karbon merupakan serat karbon yang digabungkan dengan matriks keramik
(atau graphite), yang mana memiliki sifat umum keramik dan memiliki toleransi terhadap
suhu tinggi dan kekuatan mekanik dan sering digunakan pada kendaraan. Keramik karbon
sering juga disebut komposit serat keramik atau Ceramix Matrix Composite (CMC).
Ceramic matrix-composite (CMC) merupakan material keramik, gelaskeramik dan
gelas-matriks yang mengandung fasa inklusi sekunder. Fasa inklusi sekunder ini dapat
berupa fiber, whisker, platelet atau partikulat. Dalam sebuah komposit sempurna fasa-fasa
inklusi ini akan berinteraksi secara sinergi dengan matriksnya sehingga membentuk material
yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan dari material matriks atau material
inklusinya sendiri. Gelas, gelas-keramik dan keramik merupakan material yang memiliki
nilai modulus Young (stiffness) yang tinggi. Material tersebut memiliki kekuatan kompresi
yang baik dan sedikit lebih padat dibandingkan dari kebanyakan logam struktural.
Penggunaan material gelas, gelas-keramik dan keramik sangat terbatas pada aplikasi
struktural, yang disebabkan oleh kerapuhan, ketahanan patahan yang rendah, sensitivitas
terhadap cacat, dan kekuatan tarik yang sangat rendah pada kondisi bulk. Inklusi fasa
kedua mampu meningkatkan toleransi terhadap kerusakan (toleransi toughness),
meningkatkan reliabilitas (modulus Weibull yang tinggi) dan kekuatan kelenturan dan
tegangan yang tinggi.
Keramik struktual yang tidak diperkuat namun memiliki kekuatan kelenturan yang
tinggi terus dikembangkan. Penggunaan material tersebut sangat menjanjikan, dimana
pengembangan material ini menawarkan peningkatan performa yang luar biasa. Namun
untuk memperoleh kekuatan kelenturan yang tinggi, tidak banyak material yang mampu
memenuhi hal tersebut. Pemikiran untuk menggunakan keramik yang diperkuat, dalam hal
ini penggunaan CMC lebih memungkinkan dengan melakukan variasi antara material
keramik yang kekuatannya rendah dengan material yang ketangguhan perpatahannya tinggi.
Hal utama yang mempengaruhi sifat komposit adalah bentuk dari fasa inklusi
sekunder. Komposit dengan fiber yang kontinu memiliki kemungkinan lebih kuat dan
tangguh dibandingkan yang mengandung partikulat. Sedangkan komposit yang
mengandung whiskerdan platelet sebagai fasa inklusi sekundernya berada pada daerah
transisi dari fasa inklusi sekunder fiber yang kontinu dengan partikulat. Secara umum
inklusi dari material yang isotropik akan membentuk komposit dengan sifat-sifat isotropik.
Dengan demikian, partikulat yang bulat sebagai inklusi kedalam material gelas, gelas-
keramik dan keramik akan menghasilkan komposit dengan sifat mekanik yang isotropik.
Inklusi material kecil yang anisotropik seperti whisker dan platelet akan menghasilkan
komposit yang memiliki sifat mikroskopik yang anisotropik, namun sifat secara
makroskopiknya akan isotropik, yang akan terjadi dengan asumsi orientasi inklusi terjadi

3
secara acak. Penyusunan fiber kontinu yang anisotropik ke dalam material gelas, gelas-
keramik dan keramik umumnya akan membentuk komposit yang memiliki sifat mekanik
dengan anisotropik yang tinggi juga. Fasa inklusi yang membentuk struktur internal CMC
lainnya adalah material komposit yang terdiri atas berlapis-lapis fasa inklusi, partikel yang
disusun gradasi (Functionally Gradient Material=FGM), material antarmuka polikristalin
atau inter-fase antara butir.

2.2 Komposisi Keramik Karbon

2.2.1 Alumina
Alumina (Al2O3) memiliki beberapa struktur kristal, beberapa di antaranya
bersifat metastabil; fasa alumina yang berbeda dinotasikan alpha (α), delta (δ),
gamma (γ) dan eta (η) alumina. Keramik alumina bulk yang familiar, digunakan
misalnya dalam busi, adalah α-alumina yang memiliki struktur kristal heksagonal.
Alumina merupakan polikristalin dan tidak 100% Al2O3, namun mengandung
oksida lain yang seringkali dalam jumlah cukup besar. Penambahan oksida yang
paling umum adalah SiO2.Alumina dikatagorikan sebagai keramik modern dan yang
banyak digunakan berbagai aplikasi karena stabilitas termal yang baik, tahan korosi
dan mempunyai daya tahan aus yang baik. Berikut diberikan sifat- sifat fisik dan
mekanik yang dimiliki oleh alumina pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Sifat-sifat alumina
Sifat Fisik Nilai
Densitas, g/cm3 3,89
Warna Putih
Titik Lebur 2015

Sifat Mekanik Nilai


Kekuatan bending, 50
Mpa
Fracture toughness, 3
Mpa.m½
Kekerasan, VHN 1440

2.2.2 Alumunium
Aluminium mempunyai densitas yang relatif rendah dibandingkan dengan logam
lainnya, memiliki ketangguhan yang tinggi, murah dan mudah untuk difabrikasi.
Aluminium juga memiliki ketahanan korosi yang baik, karena aluminium akan selalu
membentuk lapisan oksidatipis (Al2O3) yang protekif jika bersentuhan dengan udara
sehingga melindungi logam di bawahnya dari korosi selanjutnya. Karena sifat-sifat
yang menguntungkan tersebut, menjadikan aluminium banyak digunakan dalam
berbagai industri. Salah satunya adalah dalampengembangan material komposit. Dari
sekian banyak sistem matriks logam yang ada, komposit matriks paduan aluminium
telah menjadi obyek dari banyak penelitian, karena sifatnya yang baik dan mudah

4
untuk difabrikasi. Berikut diberikan sifat-sifat fisik, mekanik dan termal yang
dimiliki oleh logam aluminium pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Sifat-sifat logam aluminium

Sifat Fisik Nilai


Densitas, g/cm3 2,7
Berat Atom, g/mol 26,97
Warna Putih keperak-
perakkan
Titik Lebur , oC 660,4
Titik Didih, oC 2467
Jari -jari Atom, nm 0,143
Sifat Mekanik Nilai
Modulus Elastisitas, GPa 71
Rasio Poisson 0,35
Kekuatan Luluh, MPa 25
Fracture toughness, MPa√ m 33
Sifat Termal Nilai
Konduktivitas Panas, W/moK 237
Kapasitas Panas, J/kg oC 917

2.2.3 Magnesium
Magnesium merupakan material struktural yang paling ringan, sangat reaktif
(lebih reaktif daripada Al) dan Mg adalah unsur kedelapan yang paling berlimpah di
kulit bumi. Magnesium terdapat secara alami dalam dolomite, magnesite, carnallite
dan chloride.Magnesium memiliki peran yang sangat penting dalam proses
pembentukan KMK Al2O3/Al melalui proses DIMOX, yakni sebagai agen pembasah
(wetting agent). Sebagai agen pembasah, Mg mampu memperbaiki sifat
pembasahan antara logam dan keramik yang umumnya mempunyai sifat
pembasahan yang buruk dengan cara merusak lapisan protektif Al2O3 pada
permukaan Al. Dengan rusaknya lapisan pasif ini maka dapat terjadi reaksi
permukaan, dimana akan membentuk spinel (MgAl2O4) yang memiliki celah
mikro (microchannel) sehingga leburan Al
mudah terinfiltrasi ke prabentuk.
Adanya Mg ini juga akan mengurangi tegangan permukaan dari leburan

5
aluminium sehingga akan mencegah pembentukan batas butir alumina
alumina yang pada akhirnya mencegah terbentuknya lapisan alumina
protektif..

Tabel 2.3 Sifat-sifat magnesium


Sifat Fisik Nilai
Sifat Fisik Densitas,Nilai
g/cm3 1,74
Densitas, g/cm3 Berat atom,
1,74g/mol 24,31
Berat atom, g/molTitik Lebur,
24,31˚C 649
Titik Lebur, ˚C Titik Didih,
649 ˚C 1097
Titik Didih, ˚C 1097
Sifat Mekanik Sifat Mekanik
Nilai Nilai
Modulus Elastisitas,
Modulus45Elastisitas, 45
Gpa Gpa
Kekuatan Luluh, Kekuatan
MPa 255 Luluh, MPa 255
Kekerasan, VHNKekerasan, 12 VHN 12

2..3 Keuntungan dan Kerugian Keramik Karbon

Keuntungan dari Komposit Matriks Keramik adalah sebagai berikut :

1. - Dimensinya stabil bahkan lebih stabil daripada logam.m


2.
3. - Sangat tangguh, bahkan hampir sama dengan ketangguhan cast iron.
4.
5. - Memiliki karakteristik permukaan yang tahan aus.
6.
7. - Unsur kimianya stabil pada temperature tinggi.
8.
9. - Tahan pada temperature tinggi - Ketahanan terhadap korosi.
10.

Kerugian dari Komposit Matriks Keramik :

6
1. - Sulit untuk diproduksi dalam jumlah besar.
2.
3. - Relatif mahal.
4. - Hanya untuk aplikasi tertentu.

2.4 Proses Keramik Karbon

Proses pembuatan KMK dapat dilakukan dengan berbagai cara , antara lain :

1. 1. Teknik Konvensional Campur dan Tekan

Merupakan teknik yang sederhana, dilakukan dengan cara mencampur matriks


dan bahan pemberi ketangguhan (toughtening constituent) dalam bentuk partikulat atau
whisker. Campuran ini diberi binder selanjutnya ditekan dan dipanaskan atau dengan
teknik tekan panas (hot pressed). Kendala proses ini adalah sulit untuk
memperoleh campuran homogen dari matriks dan penguat berbentuk serat
cenderung untuk membentuk agregat.

Teknik dengan Peleburan

2.

2. Teknik dengan Peleburan

Teknik dengan peleburan melibatkan infiltrasi antara matriks

dengan penguat. Produksi KMK dengan cara ini banyak digunakan

untuk matriks berupa gelas (glass). Kekurangannya adalah teknik ini

terbatas penggunaanya karena reaksi dengan penguat akibat tingginya

temperatur lebur refraktori keramik dan reaktifitas leburan gelas serta laju
infiltrasi yang rendah dari viskositas yang tinggi.

3. 3. Teknik Sol – Gel

7
Sol adalah dispersi partikel lebih kecil dari 100 nm diperoleh

dengan pengendapan dari reaksi dalam larutan sedangkan gel

merupakan sol yang telah kehilangan sebagian besar pelarutnya

sehingga terjadi peningkatan viskositas. Pembuatan keramik dengan sol

dilakukan dengan infiltrasi sol ke prabentuk yang diikuti dengan

pengeringan. Untuk mendapatkan densitas matriks yang baik maka

penuangan sol dilakukan berkali-kali. Dalam kondisi sol dan gel akan

memudahkan dalam hal pencampuran penguat berupa partikulat atau

whisker. Hal ini diikuti dengan pengeringan, kalsinasi, tekanan dan sintering atau
dengan tekan panas .

4. 4. Teknik Slurries

5.

Teknik slurries dapat mereduksi kesulitan mendapatkan

campuran yang homogen. Teknik ini menggunakan deffloculant yang

akan menyebabkan bahan baku mudah terdispersi dalam bentuk bubur

(slurry) dan disertai pengaturan pH larutan. Dispersi ditingkatkan

dengan cara pengadukan yang umumnya dilakukan dengan ultrasonic

vibration. Komposit dapat dibentuk dengan pengeringan solvent

yang dilanjutkan dengan kompaksi dan sinter atau dengan tekan panas.

6. Teknik Deposisi Uap

7.

8
5. Teknik Deposisi Uap

Teknik ini melibatkan pemanasan salah satu komponen

komposit sehingga mencapai fasa gas. Digunakan untuk melapisi

fiber dan menginfiltasi prabentuk berpori membentuk matriks.

Reaktan yang digunakan dapat dalam bentuk cair, padat atau gas

pada temperatur ruang. Selanjutnya dipanaskan sampai fasa gas dan

dibawa oleh ”carrier gas” menuju reaktor dan akan menginfiltrasi subtrat yang
telah dipanaskan dalam reaktor. Reaksi kimia terjadi

dalam fasa gas dan terjadi deposisi matriks.

9
8. 6. Proses Lanxide dan Teknik In Situ

9.

Proses Lanxide merupakan proses untuk memproduksi

komposit dengan cara reaksi leburan logam dengan gas. Proses ini

banyak dikembangkan untuk sistem aluminium – alumina dan


aluminium-SiC. Komposit terbentuk melalui infiltrasi leburan
aluminium ke prabentuk yang ada diatasnya dengan gaya kapiler.
Keramik tumbuh keluar menuju daerah kaya gas oksidan. Syarat yang
dibutuhkan adalah partikulat atau fiber yang digunakan tidak
bereaksi dengan gas.(1) Gambar 2.3 menunjukkan proses Lanxide.
Teknik in situ merupakan pembentukan komposit secara in
situ melalui reaksi kimia. Reaksi kimia ini memungkinkan untuk
mendapatkan distribusi toughening phase yang homogen.

2.5 Metode Uji Keramik Karbon


Komposit matriks keramik yang diperkuat dengan fiber kontinu menunjukkan adaya
perilaku kausi-perpatahan ulet seiring dengan panjangnya fiber. Ketangguhan perpatahan
material ini mampu lebih dari 20 M Pa m1/2 apabila antara fiber dan matriks terbentuk
antarmuka yang lemah. Sedangkan komposit matriks keramik yang diperkuat partikulat
atau whisker, menunjukan perilaku kerapuhan diiringi dengan peningkatan kekuatan dan
ketangguhan perpatahan. Ketangguhan perpatahan material tersebut berkisar 10 M Pa m1/2
atau lebih.
Material yang rapuh mengandung fasa kedua yang terdispersi memiliki kemampuan
kekuatan yang tinggi dibandingkan material yang homogen. Kekuatan meningkat seiring
dengan peningkatan fraksi volum partikel terdispersi dan akan menurun seiring menurunnya
faksi volum partikel terdispersi[4]. Kekuatan dipengaruhi oleh jarak partikel. Pengaruh ini
tidak ahanya ditemukan pada sistem dispersi partikel kuat saja tetapi ditemukan juga pada
sistem yang mengandung kekosongan disebabkan ujung retakan mengalami penumpulan
yang terlokalisir pada kekosongan.

10
Pada Gambar 1, ditunjukkan ilustrasi retakan yang melengkung diantara dua partikel
terdispersi. Jarak antara partikel memegang peranan terhadap peningkatan fraksi muka
retakan per satuan penambahan panjangnya. Dengan asumsi energi perpatahan tidak hanya
bergantung pada luas permukaan yang baru terbentuk saja, tetapi bergantung juga pada
panjang dari muka retakan yang baru terbentuk.
Besar laju pelepasan energi regangan dari retakan yang terdefleksi mampu
meningkatkan ketangguhan perpatahan. Butir dengan bentuk batang sangat efektif untuk
mendefleksikan rambatan retakan. Mekanisme defleksi retakan yang meningkatkan
ketangguhan keramik disebabkan adanya tegangan sisa disekitar partikel sekunder yang
terdispersi.

Pada Gambar 2, ditunjukan resultan tegangan tarik yang terjadi pada matriks
menyebabkan terjadinya defleksi retakan disekitar partikel yang membuat pengingkatan
pada kekuatan dan ketangguhan patahan.
Tegangan sisa pada partikel terdispersi akibat koefisien muai termal yang berbeda
terjadi saat pendinginan pada proses termal. Tegangan sisa secara spontan menyebabkan

11
retakan mikro. Bila tegangan sisa lebih rendah dari kekuatan lokal pada material, tegangan
internal akan tetap berada di dalam material. Dalam kondisi tersebut, pemberian tegangan
akan menyebabkan retakan mikro pada ujung retakan dimana terbentuk tegangan lokal yang
besar, hal ini terjadi karena tegangan yang diberikan akan mengurangi ukuran kritis retakan
miko dari retakan mikro spontan. Mekanisme dari retakan mikro diawali dari munculnya
retakan mikro pada ujung retakan. Terjadi perluasan area retakan mikro menuju retakan
sehingga membentuk lapisan retakan yang megakibatkan tegangan kompresi pada
permukaan retakan dan menyebabkan peningkatan ketangguhan perpatahan.
Mekanisme lainnya adalah ketangguhan akibat dari perubahan fasa material.
Mekanisme peningkatan ketangguhannya akibat transformasi fasa adalah serupa dengan
retakan mikro dimana tegangan kompresi terbentuk pada antarmuka retakan akibat perluasan
volume. Perubahan fasa mengakibatkan perubahan volume dan morfologi partikel diujung
retakan, dan mengubah distribusi tegangan. Peningkatan ketangguhan perpatahan dihasilkan
oleh tegangan sisa kompresi pada ujung retakan.
Komposit dengan susunan fiber sepanjang tegangan tarik, akan memperoleh
kekuatan perpatahan dan energi perpetahan yang tinggi. Energi perpatahan yang tinggi
umumnya diperoleh ketika fiber yang panjang menjulur sepanjang permukaan perpatahan,
karena tegangan geek antara fiber dengan matriks menghambat rambatan retakan selama
proses penarikan. Antramuka yang lemah akan mengakibatkan lepasnya fiber dari matriks
yang menjadi penting untuk menghasilkan komposit yang tangguh. Perpindahan tegangan
yang serupa antara permukaan retakan juga terjadi pada keramik polikristalin. Hal ini
mengakibatkan peningkatan dalam ketangguhan perpatahan karenaa jembatan butir
memindahkan tegangan yang menghambat pentumbuhan retakan. Tegangan yang
dijembatani dihasilkan oleh berbagai proses mikro, seperti interlocking gesekan, jembatan
fiber dan tarikan geser.

2.6 Kegunaan dan Manfaat Keramik Karbon

Dalam memperoleh keunggulan maksimum dari fiber sebagai penguat

diperlukan penyusunan secara paralel terhadap arah tegangan yang akan

12
diberian. Bilamana sudut fiber dan tegangan tidak paralel dalam
penyusunannya, kekuatan dan ketangguhan patahan dari komposit akan
menurun dengan cepat. Penurunan kekuatan mencapai nilai minimum pada
saat arah tegangan yang bekerja pada komposit tegak lurus dengan arah fiber.
Meskipun CMC yang diperkuat fiber memberikan hasil yang baik,
mekanisme patahannya sangat berbeda dari material gelas, gelas-keramik dan
keramik. Pada kurva tegangan dan regangan CMC diperkuat fiber ada tiga (3)
daerah yang berbeda seperti pada Gambar 3, yaitu:

1. Daerah pertama, adalah daerah penambahan regangan linier seiring penambahan


tegangan. Aplikasi siklus pada komposit di daerah ini akan menghasilkan kelelahan
minimal.
2. Daerah kedua berawal pada saat tingkat tegangan mendekati nilai regangan ultimat
dari matriks yang tidak diperkuat. Siklus kelenturan pada daerah ini menyebabkan
kelelahan komposit. Derajat penuaan CMC sebanding dengan rasio siklus tegangan
terhadap kekuatan ultimat komposit. Kemampuan siklus dari CMC yang diperkuat
fiber pada daerah kedua ini merupakan ukuran intrinsik “toleransi kerusakan”
material ini.
3. Daerah ketiga berawal dari titik kekuatan ultimat komposit. Titik awal daerah ini
merupakan patahan dari fiber penguatnya.
4.
1. 1. Daerah pertama, adalah daerah penambahan regangan linier seiring
penambahan tegangan. Aplikasi siklus pada komposit di daerah ini akan
menghasilkan kelelahan minimal.

2. Daerah kedua berawal pada saat tingkat tegangan mendekati nilai regangan
ultimat dari matriks yang tidak diperkuat. Siklus kelenturan pada daerah ini
menyebabkan kelelahan komposit. Derajat penuaan CMC sebanding dengan
rasio siklus tegangan terhadap kekuatan ultimat komposit. Kemampuan
siklus dari CMC yang diperkuat fiber pada daerah kedua ini merupakan
ukuran intrinsik “toleransi kerusakan” material ini.

3. Daerah ketiga berawal dari titik kekuatan ultimat komposit. Titik awal
daerah ini merupakan patahan dari fiber penguatnya.

13
Tabel 2.4 Aplikasi performa tinggi CMC yang diperkuat dengan fiber kontinu.

14
Kondisi mekanisme patahan CMC seperti di atas, menunjukkan perlunya
memperhitungkan siklus pemakaian CMC bila menggunakan kekuatannya. Pada
Tabel 1,
disajikan penggunaan CMC yang diperkuat fiber kontinu pada aplikasi tertentu yang
memerlukan performa yang tinggi dari satu sifat komposit atau lebih.
CMC yang diinklusi oleh partikulat isotropik dapat memberikan sifat mateial yang
baik dan isotropik secara 3 dimensi. Material seperti ini memiliki kekuatan tarik dan
kelenturan dan ketangguhan patahan yang lebih rendah dibandingkan dengan CMC yang
diperkuat dengan fiber kontinu. Karakteristik mekanik dari CMC yang mengandung
patikulat, berasal dari interaksi antara material inklusi dengan material matriks. Pada
komposit yang mengandung partikulat, terjadi interaksi kimia dan perubahan pada koefisien
muai termal antara matriks dan inklusinya. Sedangkan mekanisme patahan CMC yang
diperkuat menggunakan partikulat umumnya serupa dengan matriksnya dibandingkan CMC
yang diperkuat fiber kontinu. Mekanisme patahan CMC ini ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 2.6. Grafik hubungan stress-strain untuk CMC yang diperkuat


dengan partikulat.

Tabel 2.5. Aplikasi potensial untuk CMC yang diperkuat dengan partikulat.

15
Pada Tabel 2, disajikan aplikasi potensial CMC yang diperkuat partikulat pada
bidang tertentu. Pada CMC diperkuat partikulat sangat menjanjikan untuk
pengembangan komposit dengan biaya yang rendah. Produk yang dihasilkanpun
menarik secara komersil karena biaya yang efektif dan secara teknis mempunyai
kehandalan yang tinggi. CMC inipun sangat luas penggunaannya baik untuk
industri ataupun domestik.

2.7 Aplikasi Keramik Karbon atau CMC adalah sebagai berikut :

1. 1. Chemical processing : Filter, membranes, seals, liners, piping, hangers


2.
3. 2. Power Generation : Combustor, vanrs, Nozzles, Recuperation, heat exchange tubes,
linear.
4.
5. 3. Wate inneration : Furnace part, burners, heat pipes, filters, sensors.
6.
7. 4. Kombinasi dalam rekayasa wiskers SIC/alumina polikristalin untuk perkakas potong.
8.
9. 5. SiC/ litium aluminosilikat (LAS) unuk calon material mesin panas.

16
10.

17
BAB 3
PENUTUP

Ceramic matrix composites (CMCs) adalah subgrup dari material komposit sebagaimana
subgroup dari keramik teknik. CMC terdiri dari fiber keramik yang diletakkan pada matriks
keramik,sehingga membentuk sebuah material ceramic fiber reinforced ceramic
(CFRC).•Matriks dan fiber dapat terdiri dari berbagai jenismaterial keramik, dimana karbon dan
fiber carbon juga dapat dianggap sebagai material keramik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Prof Ir. Tata Surdia MS, Met E, Prof Dr. Shinroku Saito, Pradnya Paramita, 1999, Pengetahuan
Bahan Teknik

Drs, Hari Amanto, Drs. Daryanto, 1999, Ilmu Bahan.

Ceramic matrix composites (CMCs) adalah subgrup dari material komposit sebagaimana
subgroup dari keramik teknik. CMC terdiri dari fiber keramik yang diletakkan pada matriks
keramik,sehingga membentuk sebuah material ceramic fiber reinforced ceramic
(CFRC).•Matriks dan fiber dapat terdiri dari berbagai jenismaterial keramik, dimana karbon dan
fiber carbon juga dapat dianggap sebagai material keramik.

19

Anda mungkin juga menyukai